SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 120
Descargar para leer sin conexión
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM 
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO 
SKRIPSI 
HARRY KUSMANTORO 
E1A008287 
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 
FAKULTAS HUKUM 
PURWOKERTO 
2013
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM 
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO 
SKRIPSI 
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada 
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman 
Oleh : 
HARRY KUSMANTORO 
E1A008287 
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 
FAKULTAS HUKUM 
PURWOKERTO 
2013
LEMBAR PENGESAHAN ISI DAN FORMAT 
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM 
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO 
Oleh : 
HARRY KUSMANTORO 
E1A008287 
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum 
pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman 
Diterima dan disahkan 
Pada Tanggal : 15 Februari 2013 
i 
Pembimbing I/Penguji I 
Sri Hartini, S.H., M.H. 
NIP. 19630926 199002 2 001 
Pembimbing II/Penguji II 
Sutikno, S.H. 
NIP. 19840704 198003 1 001 
Penguji III 
H. Supriyanto, S.H., M.H. 
NIP. 19630926 199002 2 001 
Mengetahui 
Dekan Fakultas Hukum 
Universitas Jenderal Soedirman 
Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. 
NIP. 19640923 198901 1 001
SURAT PERNYATAAN 
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : 
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM 
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO 
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta 
informasi-informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat 
ii 
diperiksa kebenarannya. 
Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk 
pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh. 
Purwokerto, 15 Februari 2013 
HARRY KUSMANTORO 
NIM E1A008287
ABSTRAK 
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM 
PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO 
Oleh : 
HARRY KUSMANTORO 
E1A008287 
Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas 
desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan 
memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan 
otonomi daerah, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) 
Undang-Undang Dasar 1945. Berkaitan dengan otonomi daerah diperlukan 
sumber keuangan daerah, maka Pemerintah Daerah dalam memperoleh sumber 
Pendapatan Daerah yang perlu dikembangkan adalah Retribusi. Diantara macam-macam 
retribusi daerah tersebut salah satunya adalah retribusi pasar. Dalam hal 
pemungutan retribusi pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki 
wewenang dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar. 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas 
Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten 
Wonosobo. Guna mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini menggunakan 
metode pendekatan yuridis normatif dan spesifikasi penelitian preskriptif. Lokasi 
penelitian di kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. 
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang disusun 
secara sistematis, logis dan rasional. Data yang terkumpul kemudian diolah, 
disajikan, dan dianalisis secara normatif kualitatif. 
Hasil penelitian ini memberikan simpulan bahwa peranan Dinas 
Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar dapat dilihat 
dari tugas pokok dan fungsinya. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan 
dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo meliputi 
melaksanakan kewenangan dalam penyelenggaraan retribusi pasar dan Dinas 
penggali Pendapatan Asli Daerah, yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan 
menghimpun atau memungut retribusi pasar. Selain itu penelitian ini juga 
memperlihatkan hambatan normatif, yang terdapat dalam Pasal 24 Peraturan 
Daerah Kabupaten Wonosobo tentang Retribusi Pasar mengenai kedaluwarsa 
dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo dan hambatan-hambatan 
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi 
pasar. 
Kata kunci : Peranan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pemungutan, 
iii 
Retribusi Pasar.
ABSTRACT 
State of the Unitary Republic of Indonesia is embracing the principle of 
decentralization in running the government. This is realized by providing the 
opportunity and freedom to the region to implement regional autonomy, as 
provided in Article 18 paragraph (1) and (2) of the Constitution of 1945. With 
regard to the financial resources necessary autonomy area, the Local Government 
Revenue in acquiring resource to be developed was Retribution. Among the 
various levies are one of them is retribution market. In terms of the collection of 
market fees of Industry and Trade has the authority to implement the collection of 
market fees. 
This study aims to determine how the role of the Department of Industry 
and Trade in the collection of user charges in the District of Wonosobo market. To 
achieve these objectives, this research using normative juridical approach and 
prescriptive research specifications. Location of research in the Department of 
Industry and Trade office Wonosobo district. Source of data used are primary data 
and secondary data, compiled systematically, logically and rationally. The 
collected data is then processed, presented, and analyzed qualitatively normative. 
The results provide the conclusion that the role of the Department of 
Industry and Trade in the collection can be seen from the market levy duties and 
functions. The role of the Department of Industry and Trade in collecting levies 
Wonosobo market include exercise authority in the administration of levies 
excavator market and Revenue Agency, the Department of Industry and Trade to 
collect or levy imposed by the market. In addition, this study also showed 
normative constraints, contained in Article 24 of the Regulation on Fees 
Wonosobo District Market on the date in the collection of user charges in the 
District of Wonosobo and market barriers of Industry and Trade in the collection 
of market fees. 
Keywords: Roles, Department of Industry and Trade, Voting, Lévy Market. 
iv
PRAKATA 
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas 
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang 
berjudul “PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 
DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN 
WONOSOBO”. 
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh 
dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan terbatasnya 
literatur. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun akan 
diterima dengan ketulusan hati. 
Dalam proses penulisan ini, penulis banyak menerima bantuan dari 
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam 
kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan 
yang sedalam-dalamnya kepada : 
1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum 
v 
Universitas Jenderal Soedirman. 
2. Ibu Sri Hartini, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen 
Penguji I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh 
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 
3. Bapak Sutikno, S.H., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji 
II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran 
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 
4. Bapak H. Supriyanto, S.H., M.H., selaku Dosen Penguji pada seminar skripsi 
dan pendadaran yang telah memberikan koreksi dan saran mengenai 
perbaikan skripsi ini. 
5. Ibu Neni selaku pengampu angkatan 2008 serta Bapak Teguh dan semua staf 
bagian pendidikan yang telah memberikan bantuan dalam hal administratif 
birokrasi selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen pengajar, dan staf administrasi, dan seluruh civitas akademika 
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang telah membekali dan 
memberikan kesempatan penulis menimba ilmu. 
7. Bapak Drs. Eko Yuwono selaku Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan 
Kabupaten Wonosobo yang telah bermurah hati memberikan ijin penelitian, 
informasi dan data yang penulis butuhkan. 
8. Ibu Dra. Ismiyati selaku Kepala Seksi Retribusi Pasar Dinas Perindustrian 
dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo atas kesediaannya menerima dan 
memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian serta memberikan data 
yang meneliti butuhkan dalam proses penelitian skripsi ini. 
9. Ibu Eni selaku Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten 
Wonosobo atas kesediaannya menerima dan memberikan kesempatan penulis 
melakukan penelitian serta memberikan data yang penulis butuhkan dalam 
proses penelitian skripsi ini. 
10. Kepada seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Wonosobo, atas 
kesediaannya menerima dan memberikan kesempatan penulis melakukan 
penelitian serta memberikan data yang penulis butuhkan dalam proses 
penulisan skripsi ini. 
11. Kepada keluarga tercinta, Ayahanda Djasman dan Ibunda Sri Kustiyah yang 
telah melahirkan, mendidik, menyayangi, membesarkan, mendoakan, dan 
memberikan semangat selalu kepada penulis. Mbaku Niken Rahayunigtyas 
dan adekku Tri Laksono Adi Prabowo yang telah mengisi hari-hariku dengan 
penuh semangat, canda tawa dan kebahagiaan. 
12. Keluarga besar Mbah Sadan Martomihardjo di Klampok dan Keluarga Besar 
Mbah Dolah Umar di Wadaslintang. Terima kasih atas doa dan dukunganya 
dan bantuan yang diberikan selama ini kepada saya. 
13. Untuk Group Band SCANDAL (Mami Sasazaki, Haruna Ono, Tomomi 
Ogawa dan Rina Suzuki) lagu-lagu kalian memberikan semangat dan 
motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 
vi
14. Untuk Idol Group AKB48 & JKT48, Akicha,Harukan dan oshi ane VE 
terimakasih banyak, karena berkat lagu kalian memberikan keajaiban dari 
yang tidak mungkin menjadi mungkin. 
15. Sahabat-sahabatku dikampus Hukum, Gayhul Pindho Aldoko, Sujarwo, Ardi 
Mulyo Sayekti, Bakhtiar Deffa, Dani Setiawan, Bayu Yudha, Prasetyo, Rizki 
Adhitya, Fahmi Virgiandani, Bento, Yudha Pratikno dan yang tidak bisa 
disebutkan satu per satu terimakasih atas persahabatan, kekeluargaan, 
kebersamaan, motivasi dan dukungan selama ini. 
16. Keluarga Besar KKN Posdaya Desa Lumpang Purbalingga periode Januari- 
Februari 2012, terimakasih atas motivasi dan dukungannya selama ini. 
17. Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman angkatan 
2008 (Kita jaga persaudaraan kita, salam 2008), serta semua pihak yang turut 
membantu dan tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. 
Semoga segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, 
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis juga memohon maaf kepada 
semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam ucapan maupun tindakan selama 
berinteraksi dan berproses di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, 
semoga skripsi ini dapat bermanfaat. dan menambah pengetahuan. 
vii 
Purwokerto, 15 Februari 2013 
HARRY KUSMANTORO 
E1A008287
PERSEMBAHAN 
Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT karena atas limpahan Rahmat, 
Hidayah dan Pertolonganya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan 
dengan baik dan sesuai rencana. 
Selama pengerjaan skripsi ini ataupun dalam proses kehidupan, 
saya mendapat banyak pengalaman dan pembelajaran. Ada banyak 
orang-orang yang telah memberikan dukungan, motivasi, saran, dan 
bantuanya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, 
Skripsi ini saya persembahkan pada : 
 Bapak dan Ibu ku tercinta, yang telah banyak memberikan 
semangat dan dukungan kepada saya, serta memberikan doa yang 
tiada hentinya kepada saya dan yang telah membesarkan, 
mendidik, membimbing saya untuk menjadi manusia yang lebih 
baik lagi. Terima kasih atas ketulusan kasih sayang yang kalian 
berikan. Bapak dan Ibu saya yang setiap hari selalu mengingatkan 
saya untuk sholat 5 waktu dan memberikan arahan untuk tidak 
gampang menyerah dalam setiap masalah yang akan saya dihadapi 
di dunia ini. 
 Kakak dan Adeku, mbak Niken Rahayuningtyas dan Tri Laksono 
Adi Prabowo, makasih ya mba niken yang selama ini banyak 
memberikan bantuan dan memperhatikan saya, dan selamat 
menempuh hidup baru ya, hehehe brsama mas Oman, semoga 
menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Adi 
(basketane si rajin mben pinter maine, ojo JKT48 ae nang kamar 
wkkkkkk) 
ありがとう、お父さん、お母さんと姉妹姉妹。あなたは不運な子私 
の父と母のために、私は誰よりもあなたを愛しているこの世界で一 
viii 
番好きな人であり、 
どうもありがとうございました 
 Teman-teman FH Unsoed 2008, Gayhul Pindho Aldoko ( Awal 
dan akhir mlaku bareng ng Kampus hehe kro numpak angkot 
(Gadis Angkot Semarang) subuh-subuh haha, mtur nuwun bngt 
ndo koe ws ngrewangi n mbantu aq slama ng pwt, kpn2 tak ajak 
dolan ng wnsobo ok ok) , Sujarwo ( saran kro motivasimu mantep 
bngt wok nggo mbantu aq nggarap skripsine terima kasih banyak 
wok), Ardi MS (ayo bandmintonan maning di hehe kro dolan 
Purworejo yo ha2 maksih yo di atas smngt kro dukungane), Dani 
Setiawan (kapan Juventus juara champions aj ampuh ng Italy tok 
haha ,hmmm Siki ws due parabola ora tau metu omah wkkk,
Matur nuwun bgt jon ya koe sering ngnter2 aq mangan trutama ng 
belkam (awas ana banci ha2) matur suwun), Bayu Yudha (Site) ( 
Kapan tek Ngeband, ayolah perlihatkan skill gitarmu haha aja 
omong pikirku wae hahaha, thankyou tehnik gitare ha2), Bakhtiar 
deffa ( ayo ng jepara dab, yo ngotak ngatik komputer ben njeblok 
haha makasih lagu kro drama jepange yo arigatou dab), Prasetyo ( 
Ayo yok kpn nonton SCANDAL ng Jakarta he2, trima kasih atas 
lagu kro film2me mantap yok, Mami Sasazaki tambah cantik yok 
hahaha ayo ng depok n terima kasih banyak), Rizki adhitya ( 
Terima kasih banyak sol telah menjadi panitia sukses seminar dan 
pendadaran saya hehe terima kasih banyak yo wkkk, skarang ms 
risol jadi fans Mayu Watanabe  AKB48 haha), Fahmi Virgiandani 
( ayo mas fahmi buat saling sapa lagi di kosan hahaha mantap lho 
mas fahmi, maksih yo dah sering jemput dan antar saya), Bento ( 
mas Bento jangan sampai lupa jalan ke kampus ya masa jalan ke 
kampus aja lupa hehe, kpn2 aq diajak ke GBK ya buat nntn timnas, 
mkasih ben udah sring ngantar sya juga), Andika Heru Barata 
(Ayo dik nang semarang maning ng Sam po Kong, betah aq weruh 
gadis cina haha, maksih bngt yo dik) 
 My Friend in law faculty 2008, Deny Yusup p, Yogas, Fajar 
Kebumen , Alfi Calon Juragan, Sigit Purworerjo, Agung Boby, 
Angga Pbg, Nana Nurundana, Yudha Pratikno (Kuncen), Agung 
Bobby, Endi Setyo,Bang Faizin, Wahyu Adyatama, Agung 
Trileksana, Rizal Bustami, Anggoro,Aji Futsal, Joko, Nanda, Uun, 
Sri Hartini, Bernadheta, Wina, Benny Haryo, Yan Budi, Mila, Rey 
AKB48, Bedebahtiar tegal, dan teman-teman yang tidak sempat 
disebutkan. Terimaksih atas pertemanan, kebersamaan dan 
motivasinya. 
 SCANDAL BAND (Mami Sasazaki, Haruna Ono, Tomomi Ogawa, 
Rina Suzuki)  AKB48, JKT 48 ( Aki Takajo, Haruka Nagakawa dan 
Oshi saya Jessica Verandha (VE). Lagu-lagu kalian luar biasa sekali 
dapat memberikan semangat tiada hentinya dalam melewati 
sulitnya kehidupan ini HONTONI ARIGATOU................... 
ix
DAFTAR ISI 
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… i 
SURAT PERNYATAAN…………………………………………... ii 
ABSTRAK.......................................................................................... iii 
ABSTRACT………………………………………………………… iv 
PRAKATA......................................................................................... v 
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................ viii 
DAFTAR ISI……………………………………………………….. x 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 
B. Perumusan Masalah.................................................................. 7 
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................. 7 
x 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 
A. Hukum Administrasi Negara…..…........................................... 9 
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara…………………. 9 
2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara............................ 12 
3. Peranan................................................................................. 14 
B. Pemerintahan Daerah................................................................. 15 
1. Pengertian Pemerintahan Daerah......................................... 15 
2. Pengertian Otonomi Daerah................................................. 19 
3. Perangkat Daerah................................................................. 21 
C. Pengertian Hukum Pajak............................................................ 23 
1. Pengertian Pajak................................................................... 23 
2. Asas-asas pemungutan Pajak............................................... 25 
3. Teori-teori pembenaran pemungutan Pajak......................... 26
D. Retribusi………………………………………………………. 28 
1. Retribusi…………………………………………………… 28 
2. Perbedaan Retribusi dan Pajak……………………………. 29 
3. Jenis Retribusi……………………………………………... 30 
4. Pengertian Retribusi Pasar………………………………… 33 
xi 
BAB III METODE PENELITIAN 
A. Metode Pendekatan...................................................................... 39 
B. Spesifikasi Penelitian................................................................... 40 
C. Lokasi Penelitian.......................................................................... 40 
D. Sumber Data................................................................................. 40 
E. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 42 
F. Metode Penyajian Data................................................................ 43 
G. Analisis Data................................................................................ 43 
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
A. Hasil Penelitian............................................................................. 44 
1. Data Sekunder......................................................................... 44 
2. Data Primer............................................................................. 75 
B. Pembahasan.................................................................................. 83 
1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam 
pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo…….. 83 
2. Hambatan normatif apakah yang timbul dalam pemungutan 
retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo…………………... 96
xii 
BAB V PENUTUP 
A. Simpulan................................................................................... 103 
B. Saran......................................................................................... 104 
DAFTAR PUSTAKA
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan 
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata, materiil, spiritual, melalui 
taraf hidup masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan 
tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat yaitu 
sesuai dengan asas keadilan sosial. Masalah keuangan merupakan hal vital dan 
mendasar yang digunakan sebagai fasilitator pembangunan di daerah berusaha 
menghimpun dana sebanyak-banyaknya untuk pelaksanaan pembangunan di 
daerah. 
Pernyataan bahwa negara kita berbentuk susunan kesatuan di dalam 
Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan di dalam Pasal 1 ayat (1) yang 
menyebutkan, bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk 
Republik. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat pernyataan 
persatuan Indonesia. Negara menurut pengertian pembukaan itu menghendaki 
persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya.1 
Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas 
desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan 
memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan 
1 Joeniarto. Pemerintahan Lokal Asas Negara Kesatuan Dengan Otonomi Yang Seluas- 
Luasnya dan Perkembangan Serta Pokok Pemerintah Lokal. Gadjah Mada. Yogyakarta. 1975, 
hal. 7.
2 
otonomi daerah, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) 
Undang-Undang Dasar 1945, yang menjelaskan bahwa : 
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah 
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang 
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan 
daerah, yang diatur dengan undang-undang. 
(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur 
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan 
tugas pembantuan. 
Suatu daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, 
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan 
pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti 
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang 
Pemerintahan Daerah, bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan 
kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan 
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan 
perundang-undangan. 
Kewenangan yang dimaksud adalah mencakup kewenangan dalam seluruh 
bidang pemerintahan kecuali dalam politik luar negeri, pertahanan keamanan, 
fiskal, agama serta kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain tersebut 
meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan 
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan sistem administrasi dan 
lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya 
manusia, pendayaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, 
konservasi, dan standarisasi nasional.
3 
Dengan pemberian otonomi kepada daerah maka memungkinkan kepada 
daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk 
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam 
rangka pelayanan terhadap masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan otonomi 
daerah yang optimal maka diperlukan dana yang cukup. Sebagian dana tersebut 
diusahakan oleh daerah sendiri yaitu berupa Pendapatan Asli Daerah yang harus 
mencukupi bagi kepentingan rumah tangganya sendiri. Pendapatan Asli Daerah 
yang cukup, akan dengan mudah menyelenggarakan urusan rumah tangganya dan 
kemakmuran rakyat juga akan tercipta. 
Sejalan dengan pemberian urusan kepada Pemerintahan Daerah, termasuk 
sumber keuanganya, maka dalam Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 
2004 ditegaskan bahwa sumber pendapatan daerah ialah sebagai berikut. 
1. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : 
a. Hasil pajak daerah 
b. Hasil retribusi daerah 
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan 
d. PAD lainya yang sah. 
2. Dana perimbangan. 
3. Pendapatan daerah lainya yang sah. 
Secara teoritis, pelaksanaan desentralisasi akan mendorong pemerintah 
daerah untuk lebih memberdayakan masyarakatnya, menumbuhkan prakarsa dan 
kreatifitas dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan 
daerahnya. Di samping itu, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan 
keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan 
aspirasi masyarakatnya. Upaya membangkitkan prakarsa dan mewujudkan 
aspirasi masyarakat secara efektif antara lain akan sangat tergantung kepada
4 
ketersediaan sumber daya pendukung yang dimiliki oleh pemerintah daerah. 
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satunya. Pendapatan Asli Daerah 
merupakan sumber penerimaan yang paling berpengaruh untuk daerah. 
Pendapatan Asli Daerah ini dapat dijadikan penerimaan unggulan dalam 
memompa dan mengalirkan aktivitas pemerintahan dan pembangunan di daerah 
otonom. Peran Pendapatan Asli Daerah dalam menunjang pelaksanaan 
pembangunan sangat penting karena sebagian dari Anggaran Pembangunan dan 
Belanja Daerah (APBD) berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu, 
penggalian potensi sumber Pendapatan Asli Daerah secara optimal dengan 
didukung oleh kinerja pengelolaan yang baik dan sumber daya manusia yang 
berkualitas akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pemerintah daerah.2 
Kabupaten Wonosobo sebagai salah satu daerah otonom yang berada di 
wilayah Provinsi Jawa Tengah yang terus mengolah dan menggali potensi-potensi 
keuangan daerah agar dapat menerima Pendapatan Asli Daerah, yang salah 
satunya melalui Retribusi Daerah. Pengertian Retribusi Menurut Undang-Undang 
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pada Pasal 1 
angka 64 adalah Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi. 
Berkaitan dengan otonomi daerah diperlukan sumber keuangan daerah, 
maka Pemerintah Daerah dalam memperoleh sumber Pendapatan Daerah yang 
perlu dikembangkan adalah Retribusi. Diantara macam-macam retribusi daerah 
tersebut salah satunya adalah retribusi pasar, karena retribusi pasar dirasakan 
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Karena 
2 Ayi Karyana. Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan Dan Industri Kabupaten 
Cianjur Dalam Pengelolaan Retribusi Pasar. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 1, 
Nomor 1, September 2005, hal. 12.
5 
jumlah pasar yang cukup banyak, dan di dalam pasar tersebut terjadi transaksi 
setiap harinya dan bagi yang melakukan transaksi atau kegiatan jual beli pasar 
dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut sebagai tempat transaksi. 
Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam pelaksanaan pemungutan 
retribusi pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah diatur dalam Peraturan Daerah 
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pasar, sesuai 
dengan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang pedoman 
Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah 
Kabupaten Wonosobo, maka dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar 
dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. 
Di dalam salah satu misinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten 
Wonosobo yaitu terwujudnya peningkatan pelayanan pada wajib retribusi dan 
pemantapan kegiatan pengelolaan pasar. Struktur Organisasi Dinas Perindustrian 
dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo terdapat Bidang Pengelolaan Pasar yang 
terdiri dari Seksi Pemeliharaan Pasar, Seksi Retribusi Pasar, serta Seksi Ketertiban 
dan Kebersihan Pasar. Seksi Retribusi Pasar tersebut mempunyai tugas 
melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang retribusi pasar. 
Dalam hal ini maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten 
Wonosobo memiliki wewenang dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar. 
Salah satu tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo 
adalah memberikan pengarahan pelaksanaan retribusi dan melaksanakan 
pemungutan retribusi pasar dalam rangka memberikan kontribusi dalam 
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonosobo.
6 
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo memiliki 
wewenang dalam pemungutan retribusi pasar, oleh karena itu Dinas Perindustrian 
dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo memiliki peranan dalam pemungutan 
retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo. Berkaitan dengan peranan Dinas 
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo dalam pemungutan retribusi 
pasar, maka dalam peranan tersebut terdiri dari tugas, fungsi, dan wewenang 
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. Pelaksanaan peranan 
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo dalam pemungutan 
retribusi pasar yang terdiri dari tugas, fungsi dan wewenang tentunya menemui 
berbagai hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Perindustrian dan Perdagangan 
dalam pemungutan retribusi pasar. Oleh karena itu agar tugas, fungsi dan 
wewenang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo berjalan 
dengan baik dalam pemungutan retribusi pasar, maka harus dijalankan secara 
teratur dan terencana agar memperoleh Pendapatan Asli Daerah yang maksimal 
dari pemungutan retribusi pasar tersebut, melalui pengorganisasian yang 
merupakan unsur primer administrasi dalam mengendalikan kerja sama secara 
sinergis sejumlah manusia agar berjalan efisien dan efektif dalam mencapai target 
dalam pemungutan retribusi pasar. 
Karena retribusi merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah, maka harus 
digali sumber-sumber daerah khususnya retribusi pasar. Penggalian ini harus 
dapat dilakukan dengan cara yang professional agar memenuhi kepentingan warga 
masyarakat baik individu maupun badan yang berada di Kabupaten Wonosobo.
7 
Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan 
penelitian mengenai “Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam 
pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo” 
B. Perumusan Masalah 
Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang penulisan ini, maka 
penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 
1. Bagaimanakah peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam 
pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo? 
2. Hambatan normatif apakah yang timbul dalam pemungutan Retribusi 
Pasar di Kabupaten Wonosobo ? 
C. Tujuan Penelitian 
Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengetahui peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan 
dalam pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo. 
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan normatif dalam pemungutan 
Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo. 
D. Kegunaan Penelitian 
1. Kegunaan Penelitian secara teoritis 
Memberikan informasi dan masukan yang berguna dan bermanfaat bagi 
pengembangan ilmu Hukum Administrasi Negara pada umumnya dan 
Retribusi Daerah pada khususnya, terutama yang berkaitan dengan 
pemungutan retribusi pasar.
8 
2. Kegunaan Penelitian secara praktis 
Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dipakai dalam hal 
pemungutan retribusi pasar dan diharapkan dapat memberikan masukan 
kepada pihak-pihak yang terlibat.
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
A. Hukum Administrasi Negara 
1. Pengertian Hukum Administrasi Negara 
Secara teoritis, Hukum Administrasi Negara merupakan fenomena 
kenegaraan dan pemerintahan yang keberadaan setua dengan konsepsi negara 
hukum atau muncul bersamaan dengan diselenggarakan kekuasaan negara dan 
pemerintahan berdasarkan aturan hukum tertentu.3 
Kata administrasi berasal dari bahasa latin “administrare” yang berarti to 
manage. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, administrasi diartikan sebagai; 
(1) usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara 
penyelenggaraan pembinaan organisasi; (2) usaha dan kegiatan yang berkaitan 
dengan penyelenggaraan kebijaksanaan serta mencapai tujuan; (3) kegiatan yang 
berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah; (4) Kegiatan kantor dan tata 
usaha.4 
Pengertian Hukum Administrasi Negara yang diberikan oleh para sarjana 
antara lain: 
Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan bahwa administrasi negara 
mempunyai tiga arti, yaitu; (1) sebagai aparatur negara, aparatur pemerintahan, 
atau sebagai institusi politik (kenegaraan); (2) administrasi negara sebagai 
“fungsi” atau sebagai aktivitas melayani pemerintah yakni sebagai kegiatan 
3 
Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.2006, hal. 22. 
4 
Ibid. hal. 25.
10 
“pemerintah operasional” dan; (3) administrasi negara sebagai proses teknis 
penyelenggaraan Undang-undang .5 Hukum Administrasi negara adalah salah satu 
bidang ilmu pengetahuan hukum, dan oleh karena itu hukum sukar dirumuskan 
dalam suatu definisi yang tepat, maka demikianlah dengan Hukum Administrasi 
Negara sukar diadakan suatu perumusan yang sesuai dan tepat.6 
Utrecht menyebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum 
yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain 
diatur oleh Hukum Tata Negara (hukum negara dalam arti sempit), Hukum Privat, 
dan sebagainya.7 Menurut Prof. Wiarda dalam Utrecht, Hukum Administrasi 
Negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi 
negara, tetapi belum secara konkrit ditentukan tugas hukum administrasi negara 
atau tugas ilmu hukum administrasi negara.8 
Pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut tampak bahwa bidang 
Hukum Administrasi Negara itu sangat luas sehingga tidak dapat ditentukan 
secara tegas ruang lingkupnya.9 Dari pemaparan beberapa pendapat sarjana, 
dapatlah disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang 
berkenaan dengan pemerintahan dalam arti sempit yaitu hukum yang cakupanya 
secara garis besar mengatur hal-hal antara lain : 
a. Perbuatan pemerintah pusat (pusat dan daerah) dalam bidang publik; 
5 
Prajudi, Atmosudirjo. Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1994, 
hal. 43. 
6 C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. 
Jakarta. 1984, hal. 454. 
7 Ridwan HR. op. cit. hal. 35. 
8 E.Utrecht. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Pustaka Tinta Mas. 
Surabaya. 1986. hal. 53. 
9 
Ridwan HR. op. cit. hal. 43.
11 
b. Kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan di bidang 
publik tersebut), diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan 
bagaimana pemerintah menggunakan kewenangan, penggunaan 
kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum sehingga 
diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum; 
c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan 
kewenangan pemerintah itu; 
d. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang 
pemerintahan.10 
Hukum Administrasi dalam arti sempit, yakni hukum Tata Pengurusan 
Rumah Tangga Negara, Intern dan Ekstern. Rumah Tangga Negara adalah 
keseluruhan dari pada hal-hal dan urusan-urusan yang menjadi tugas, kewajiban 
dan fungsi Negara sebagai suatu badan organisasi, sebagai suatu badan usaha. 
Rumah Tangga Intern adalah yang menyangkut urusan intern intansi-intansi 
Administrasi Negara : urusan personel dan kesejahteraan pegawai negeri, urusan 
keuangan operasional sehari-hari, urusan materiil, alat perlengkapan dan gedung-gedung 
serta perumahan, urusan komunikasi dan tranportasi intern dan 
sebagainya. Rumah Tangga Ekstern adalah hal-hal dan urusan-urusan yang 
tadinya diselenggarakan oleh masyarakat sendiri, namun karena berbagai sebab 
atau perhitungan dioper oleh Negara melalui pembentukan dinas-dinas dan 
lembaga-lembaga.11 
Aparatur yang menyelenggarakan tugas kegiatan-kegiatan kenegaraan di 
bawah pimpinan pemerintahan. Istilah Administrasi Negara dalam arti luas, yang 
terdiri atas: 
1. Administrasi (Pemerintah) Pusat; 
2. Administrasi (Pemerintah) Wilayah; 
3. Administrasi (Pemerintah) Daerah; 
10 Ibid. hal. 44. 
11 
Prajudi, Atmosudirjo. op. cit. hal. 44.
12 
4. Administrasi Badan-badan Usaha-usaha Negara; 
5. Administrasi (Pemerintah) Desa.12 
Hukum Administrasi Negara adalah Hukum mengenai pemerintah di 
dalam kedudukan, tugas dan fungsinya sebagai Administrator Negara. Pemerintah 
adalah keseluruhan dari pada Jabatan-jabatan (Pejabat-pejabat) di dalam suatu 
Negara yang mempunyai tugas dan wewenang politik negara serta pemerintahan. 
Pemerintah dari pada suatu negara modern mempunyai lima fungsi pokok, yakni; 
1. Mengembangkan dan menegakan Persatuan Nasional dan Teritorial, 
2. Mengembangkan kebudayaan Nasional yang seserasi-seserasinya semua 
kebudayaan suku, regional, daerah, dan sebagainya agar terdapat 
kehidupan Bangsa dan Masyarakat yang rukun, sejahtera, dan makmur. 
3. Pemerintahan 
Pemerintahan adalah tugas dan kegiatan-kegiatan menegak dan 
mempergunakan wibawa dan kekuasaan Negara, terdiri dari kegiatan-kegiatan: 
a. Pengaturan perundang-undangan, 
b. Pembinaan masyarakat negara, 
c. Kepolisian, dan 
d. Peradilan 
4. Administrasi Negara 
Administrasi Negara adalah tugas dan kegiatan-kegiatan : 
a. Melaksanakan dan menyelenggarakan kehendak-kehendak (strategi) 
serta keputusan-keputusan Pemerintah secara nyata (implementasi). 
b. Menyelenggarakan undang-undang (menurut pasal-pasalnya) sesuai 
dengan peraturan-peraturan pelaksanaan yang ditetapkan oleh 
Pemerintah. 
5. Bisnis (niaga) 
Bisnis bukan dagang. Bisnis adalah kegiatan-kegiatan yang teratur 
(organized) dan melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat sambil 
mencipta dan memperoleh pendapatan (income, revenue).13 
2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara 
Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu 
Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan 
12 Ibid. hal. 79. 
13 Ibid. hal. 12.
13 
Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan 
mana bersumber dari kepentingan-kepentingan yang hendak dilindungi. 
Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan (Individu/Privat) tetapi ada pula 
yang bersifat umum (Publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang 
jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan 
terhadap siapa orang itu berhubungan. 
Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur tiap-tiap hubungan di antara 
Negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak 
dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang 
mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula 
hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat 
perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum 
Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau 
perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan 
warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana, 
Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.14 Sedangkan Hukum Privat adalah 
hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau 
mengatur kepentingan individu, seperti Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain 
sebagainya.15 
Dengan demikian Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari 
Hukum Publik Karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah 
14 R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Sinar Grafik. Jakarta, 1992, hal. 195. 
15 Ibid, hal. 200.
14 
kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan 
nasional (bangsa), masyarakat dan negara. 
3. Peranan 
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa peranan adalah aspek dinamis dari 
kedudukan (status).16 Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajiban 
sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan setiap 
orang mempunyai keanekaragaman yang berasal dari pola-pola pergaulan 
hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut menentukan apa 
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang 
diberikan masyarakat kepadanya, peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi 
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. 
Menurut Astrid Susanto, peranan dibagi dalam tiga hal, yaitu : 
1. Peranan meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat 
seseorang dalam masyarakat, peranan merupakan rangkaian yang 
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilaksanakan oleh 
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting 
bagi struktur sosial masyarakat.17 
Faktor yang menentukan peranan yang akan dilakukan ditentukan oleh: 
a. Norma yang berlaku dalam situasi interaksi, yang sesuai dengan norma 
keseragaman yang berlaku pada kelompok-kelompok masyarakat dalam 
situasi yang sama. 
b. Apabila norma itu jelas, maka dapat dikatakan adanya kemungkinan besar 
untuk menjalankan. 
c. Apabila individu dihadapkan pada situasi lebih dari satu norma yang 
dikenalnya, maka dia akan berusaha untuk mengadakan kompromi dan 
modifikasi diantara norma-norma itu. 
16 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. UI Press. Jakarta. 1990, hal. 220. 
17 Astrid Soesanto. Dasar-Dasar Sosiologi dan Pengantar Sosial. Bina Cipta. Jakarta. 
1983, hal. 23.
15 
Peranan juga merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang atau suatu 
kelompok (organisasi) tertentu yang menjadi bagian atau memegang unsur 
pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa sebagai akibat 
dari kedudukan dalam struktur.18 
B. Pemerintahan Daerah 
1. Pengertian Pemerintahan Daerah 
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang- 
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kewenangan kepada 
daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Hal ini sesuai dengan apa yang 
dirumuskan dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945, yaitu : 
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah 
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang 
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan 
daerah, yang diatur dengan undang-undang. 
(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur 
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan 
tugas pembantuan. 
Hal lain yang dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 18 Undang-Undang 
Dasar 1945 dan penjelasanya, adalah bahwa Negara Republik Indonesia adalah 
Negara Kesatuan dengan sistem desentralistik, desentralisasi merupakan suatu 
sendi susunan organisasi negara yang diterima dan disepakati oleh para 
pembentuk Negara Republik Indonesia. Penentu pilihan sebagai negara kesatuan 
dengan sistem desentralistik inilah yang membawa konsekuensi adanya urusan- 
18 Oksy Hariatmadi. “ Skripsi Peranan Dinas Pendidikan Dalam Penyaluran Dana 
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi di Kabupaten Temanggung. Purwokerto. Fakultas 
Hukum UNSOED. 2012, hal 45.
16 
urusan pemerintahan yang harus didelegasikan kepada satuan pemerintah yang 
lebih kecil.19 
Setiap Negara, betapapun kecilnya harus membagi wilayahnya dalam 
bagian yang lebih kecil untuk mencapai penyelenggaraan pemerintahan secara 
efisien. Bagian wilayah tersebut biasanya disebut Daerah atau Wilayah. Dengan 
demikian, Daerah/Wilayah dibentuk oleh Negara, dan bukan sebaliknya. 
Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah dibagi pula dalam daerah yang lebih 
kecil menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini dimaksudkan agar 
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah menjadi efektif dan efisien. 
Pengertian mengenai Pemerintahan Daerah terkandung dalam Pasal 1 
angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 
sebagai berikut, 
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah 
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip 
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- 
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 
Adapun yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 angka 
3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah : 
Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur 
penyelenggara pemerintah daerah. 
Penyelenggaraan pemerintah daerah memberikan kesempatan dan 
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Prinsip 
19 Muhammad Fauzan. Hukum Pemerintah Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan 
antara Pusat dan Daerah. Stain Press. Purwokerto. 2010, hal 2.
17 
otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah 
diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar 
yang menjadi urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam Undang-Undang 
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adapun yang menjadi 
urusan pemerintah pusat meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, 
yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. 
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 UUD 1945, asas Pemerintahan 
Daerah adalah asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. 
a. Asas desentralisasi 
Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, 
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh 
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan 
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
Asas desentralisasi ini sebagai hubungan hukum keperdataan, yakni 
penyerahan sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagian hak, dengan 
objek hak tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan 
hak pemerintah tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan objek hak 
berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan 
pemerintahan. Pemberian hak ini, senantiasa harus dipertanggungjawabkan 
kepada si pemilik hak dalam hal ini Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dan 
DPRD sebagai kekuatan reprensentasif rakyat di daerah.20 
20 Siswanto Sunarno. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. 
2006, hal. 7.
18 
b. Asas dekonsentrasi 
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 merumuskan 
bahwa : 
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah 
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada intansi vertikal di 
wilayah tertentu. 
Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang pemerintahan yang 
sebenarnya kewenangan itu ada di tangan pemerintah pusat, yakni menyangkut 
penetapan strategi kebijakan dan pencapaian program kegiatanya, diberikan 
kepada gubernur atau instansi vertikal di daerah sesuai arahan kebijaksanaan 
umum dari pemerintah pusat, sedangkan sektor pembiayaan tetap dilaksanaan 
oleh pemerintah pusat.21 
c. Asas tugas pembantuan 
Pengertian asas tugas pembantuan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 9 
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa: 
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah 
dan/desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa dari 
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 
Asas tugas pembantuan adalah tugas yang diberikan dari instansi atas 
kepada instansi bawahan yang ada di daerah sesuai arah kebijakan umum yang 
ditetapkan oleh instansi yang memberikan penugasan, dan wajib 
mempertanggungjawabkan tugasnya itu kepada instansi yang memberikan 
21 Ibid. hal. 8.
19 
penugasan. Dalam asas tugas pembantuan ini, telah tersirat dan tersurat bahwa 
tugas pembantuan kepada desa merupakan tanggung jawab bersama antara 
pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota.22 
2. Pengertian Otonomi Daerah 
Pengertian otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang 
Pemerintahan Daerah diatur pada Pasal 1 angka 5 yang menegaskan sebagai 
berikut: 
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom 
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan 
masyarakat setempat dengan peraturan perundang-undangan. 
Pasal 1 angka 6 selanjutnya menegaskan tentang pengertian daerah otonom 
sebagai berikut : 
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat 
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan 
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut 
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara 
Kesatuan Republik Indonesia. 
Pengertian otonomi daerah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 
didefinisikan sebagai berikut: 
Pengertian “ otonom” secara bahasa adalah berdiri sendiri” atau “dengan 
pemerintahan sendiri”. Sedangkan “daerah” adalah suatu “wilayah” atau 
“lingkungan pemerintah”. Dengan demikian pengertian secara istilah 
“otonomi daerah” adalah “wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah 
yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat 
itu sendiri. 
22 
Ibid. hal. 9.
20 
HAW. Widjaja mengemukakan pendapatnya tentang pengertian otonomi 
daerah sebagai berikut : 
Otonomi daerah juga dapat diartikan sebagai kewenangan daerah otonom 
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut 
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan 
perundang-undangan.23 
Pengertian daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang 
mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan 
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, 
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.24 Berdasarkan rumusan 
tersebut dalam daerah otonom terdapat unsur-unsur sebagai berikut. 
1. Unsur (elemen ) batas wilayah 
Sebagai kesatuan masyarakat hukum, batas suatu wilayah adalah sangat 
menentukan untuk kepastian hukum bagi pemerintah dan masyarakat 
dalam melakukan interaksi hukum, misalnya dalam penetapan kewajiban 
tertentu sebagai warga masyarakat serta pemenuhan hak-hak masyarakat 
terhadap fungsi pelayanan umum pemerintahan dan peningkatan 
kesejahteraan secara luas kepada masyarakat setempat. Di sisi lain, batas 
wilayah ini sangat penting apabila ada sengketa hukum yang menyangkut 
wilayah perbatasan antar daerah. Dengan perkataan lain, dapat dinyatakan 
bahwa suatu daerah harus mempunyai wilayah dengan batas-batas yang 
jelas sehingga dapat dibedakan antara daerah yang satu dengan daerah 
yang lainya. 
2. Unsur (elemen) pemerintahan 
Eksistensi pemerintahan di daerah, didasarkan atas legimitasi undang-undang 
yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, untuk 
menjalankan urusan pemerintah yang berwenang mengatur berdasarkan 
kreativitasnya sendiri. Elemen pemerintahan daerah adalah meliputi 
pemerintah daerah dan lembaga DPRD sebagai unsur penyelenggara 
pemerintah daerah. 
3. Unsur masyarakat 
23 HAW. Widjaja. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. PT. 
Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003, hal. 76. 
24 
Siswanto Sunarno. op. cit. hal. 6.
21 
Masyarakat sebagai elemen pemerintahan daerah merupakan kesatuan 
masyarakat hukum, baik gemeinschaft maupun gesselsschaft jelas mempunyai 
tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat yang turut mewarnai sistem pemerintahan 
daerah, mulai dari bentuk berpikir, bertindak, dan kebiasaan tertentu dalam 
kehidupan masyarakat. Bentuk-bentuk partisipasi budaya masyarakat antara 
lain gotong royong, permusyawaratan, cara menyatakan pendapatan dan 
pikiran yang menunjang pembangunan daerah untuk meningkatkan 
kesejahteraan melalui pelayanan pemerintahan.25 
3. Perangkat Daerah 
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, 
dinas daerah dan lembaga teknis daerah, sedangkan perangkat daerah 
kabupaten/kota, terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, 
lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Sekretariat daerah yang 
dipimpin oleh seseorang sekretaris daerah, mempunyai tugas dan kewajiban 
membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas 
daerah dan lembaga teknis daerah.26 
Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris DPRD yang diangkat dan 
diberhentikan oleh kepala daerah dengan persetujuan DPRD. Sekretariat DPRD 
mempunyai tugas, yakni 
1. Menyelenggarakan administrasi kesekretarian DPRD; 
2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD; 
3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; 
4. Menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh 
DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan 
keuangan daerah. 
25 
Ibid. hal. 7. 
26 
Ibid. hal. 75.
22 
Secara teknis operasional sekretaris DPRD bertanggung jawab kepada 
Pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada kepala 
daerah melalui sekretaris daerah. 
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Adapun 
lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam 
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk 
badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah. 
Kecamatan merupakan unsur bagian dari pemerintahan kabupaten/kota 
yang dalam melaksanakan tugasnya memperoleh limpahan sebagian wewenang 
bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Di samping 
itu, kecamatan juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi; 
a. Menggoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; 
b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban 
umum; 
c. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan penegakan peraturan 
perundang-undangan; 
d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; 
e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat 
kecamatan; 
f. Membina penyelenggaraan pemerintah desa/kelurahan; 
g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup 
tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintah 
desa/kelurahan. 
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan peraturan daerah. 
Kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari 
bupati/walikota. Selain itu kelurahan mempunyai tugas, yakni 
1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan; 
2. Pemberdayaan masyarakat; 
3. Pelayanan masyarakat; 
4. Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; 
5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
23 
C. Pengertian Hukum Pajak 
1. Pengertian Pajak 
Definisi Pajak menurut Adrian Sutedi yang dimaksud dengan pajak 
adalah: 
Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan 
kepada negara, tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan 
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk 
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.27 
Pajak merupakan penerimaan negara, sebagaimana dikemukakan oleh 
Santoso Brotodiharjo sebagai berikut : 
Pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi 
wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan 
menyerahkanya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara, 
sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan 
hukum antara negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) 
yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak).28 
Pajak menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah : 
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib 
kepada daerah, yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat 
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan 
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya 
kemakmuran rakyat. 
Adapun unsur-unsur pajak sebagai berikut : 
a. Iuran dari rakyat kepada negara. Artinya bahwa yang berhak memungut 
pajak hanyalah negara dan iuran tersebut berupa uang (bukan barang). 
b. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuasaan undang-undang serta 
aturan pelaksanaanya. 
27 Adrian Sutedi. Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah. Ghalia Indonesia. Jakarta 2008, 
hal. 8. 
28 Santoso Brotodiharjo. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama. Bandung. 1998, 
hal. 1.
24 
c. Tanpa jasa atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat 
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya 
kontraprestasi individual oleh pemerintah. 
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran 
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.29 
Definisi pajak, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat 
pada pengertian pajak, yaitu sebagai berikut. 
a. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun 
pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan 
pelaksanaanya. 
b. Pembayaran pajak harus masuk kepada kas negara, yaitu kas pemerintah 
pusat atau kas pemerintah daerah (sesuai dengan jenis pajak yang 
dipungut). 
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi 
individu oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung yang diperoleh si 
pembayar pajak). Dengan kata lain, tidak ada hubungan langsung antara 
jumlah pembayaran pajak dengan kontraprestasi secara individu. 
d. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan manifestasi 
kontraprestasi dari negara kepada para pembayar pajak. 
e. Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan 
yang menurut peraturan perundang-undangan pajak dikenakan pajak. 
f. Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan. Artinya wajib pajak yang tidak 
memenuhi kewajiban pembayaran pajak, dapat dikenakan sanksi, baik 
sanksi pidana maupun dengan denda sesuai dengan ketentuan yang 
berlaku.30 
Sistem pemungutan pajak berkaitan dengan kewenangan dan tanggung 
jawab untuk menghitung besarnya pajak yang terutang. Berkenaan dengan sistem 
pemungutan pajak, terdapat beberapa sistem yakni sebagai berikut 
a. Self Assesment 
Self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana wajib 
pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan 
ketentuan undang-undang perpajakan. 
Dalam tata cara ini, kegiatan pemungutan pajak diletakan kepada aktivitas 
dari masyarakat sendiri, yaitu wajib pajak diberi kepercayaan untuk: 
1. Menghitung sendiri pajak yang terutang; 
2. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang; 
29 Mardiasmo. Perpajakan.Andi Ofset. Yogyakarta. 2002, hal. 1. 
30 Marihot P, Siahaan. Pajak Daerah  Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo Persada. 
Jakarta. 2005, hal. 8.
25 
3. Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar;dan 
4. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. 
Syarat-syarat sistem self assessment dapat berhasil dengan baik, apabila 
terdapat: 
1. Adanya kepastian hukum; 
2. Sederhana perhitunganya; 
3. Mudah melaksanakanya; 
4. Lebih adil dan merata; 
5. Perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak. 
b. Official Assesment 
Official assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana 
aparatur pajak yang menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak 
yang terutang. Dalam sistem ini, inisiatif sepenuhnya ada pada aparatur 
pajak, atau kegiatan dalam menghitung dan pemungutan pajak sepenuhnya 
ada pada aparatur pajak. Sistem ini berhasil dengan baik kalau aparatur 
perpajakan, baik kualitas maupun kuantitasnya, telah memenuhi 
kebutuhan. 
c. Withholding System 
Withholding system adalah penghitungan, pemotongan, pembayaran serta 
pelaporan pajak yang dipercayakan kepada pihak ketiga oleh pemerintah 
(semi self assesment).31 
Wewenang pemungutan pajak tidak hanya berada pada pemerintah pusat, 
tetapi ada sebagian pajak yang diserahkan kepada pemerintah daerah, yaitu 
sebagai pajak daerah. Sumitro juga merumuskan tentang pengertian pajak daerah 
yaitu sebagai berikut: 
Pajak lokal atau pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah-daerah 
swatantra seperti provinsi, kotapraja, kabupaten dan sebagainya.32 
2. Asas- asas pemungutan Pajak 
Asas-asas pemungutan Pajak yang dikenal dengan The Four Cannons atau 
The Four Maxims dengan uraian sebagai berikut : 
31 Adrian Sutedi. op. cit. hal. 33. 
32 Rohmat Soemitro. Pajak dan Pembangunan. PT. Eresco. Bandung. 1974, hal. 29.
26 
a. Equality 
Pembebanan Pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan 
kemampuanya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di 
bawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equality ini tidak 
diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diantara sesama 
Wajib Pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan yang sama 
Wajib Pajak harus diperlakukan sama. 
b. Certainty 
Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal 
kompromi (not arbitrary). Dalam asas ini kepastian hukum yang 
diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan 
ketentuan mengenai pembayaranya. 
c. Convinience of Payment 
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak, 
yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan yang 
dikenakan pajak. 
d. Economic of Collections 
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat (seefisien) mungkin, 
jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak 
itu sendiri. Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang 
dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.33 
3. Teori-teori pembenaran pemungutan Pajak 
Beberapa teori yang memberikan dasar pembenaran (justification) untuk 
menjawab berbagai perdebatan yang ada di kalangan para sarjana dan pemikir 
masalah pemungut pajak mengenai apakah negara dibenarkan memungut pajak 
dari rakyat. Bahwa hukum pajak harus mengabdi kepada keadilan. Keadilan inilah 
yang kita namakan asas menurut falsafah hukum (recht filosofi) yaitu “The Four 
Maxim”. Untuk memberi dasar menyatakan keadilanya, di bawah ini diterangkan 
teori-teori pajak dari zaman ke zaman. 
a. Teori Asuransi 
Adalah termasuk dalam tugas negara untuk melindungi orang dan segala 
kepentinganya: keselamatan dan keamanan jiwa, juga harta bendanya. 
Sebagaimana juga halnya dengan setiap perjanjian asuransi 
(pertanggungan), maka untuk perlindungan tersebut. Diperlukan 
33 Erly Suandy. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta. 2005, hal 28.
27 
pembayaran premi, dan di dalam hal ini, pajak inilah yang dianggap 
sebagai preminya, yang pada waktu-waktu yang tertentu harus dibayar 
oleh masing-masing. Walaupun perbandingan dengan perusahaan asuransi 
tidak tepat, karena : (1) dalam hal timbul kerugian, tidak adanya suatu 
penggantian dari negara, (2) antara pembayaran jumlah-jumlah pajak 
dengan jasa-jasa yang diberikan oleh negara, tidaklah terdapat hubungan 
yang langsung, namun teori ini oleh para penganutnya dipertahankan, 
sekedar untuk memberi dasar hukum kepada pemungutan pajak saja. 
Karena pincangnya persamaan tadi, yang menimbulkan ketidakpuasan, 
karena ajaran bahwa pajak adalah bukan retribusi (yang untuk itu orang-orangnya 
yang membayar berhak mendapatkan kontraprestasi yang 
langsung), maka makin lama makin berkuranglah jumlah penganut teori 
ini, sehingga dapat dikatakan tamatlah riwayat kini. Pembayaran pajak 
tidak dapat disamakan dengan pembayaran premi oleh seseorang kepada 
perusahaan pertanggungan. 
b. Teori Kepentingan 
Teori ini dalam ajaranya yang semula, hanya memperhatikan pembagian 
beban pajak yang harus dipungut dari penduduk seluruhnya. Pembagian 
beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam 
tugas-tugas pemerintah (yang bermanfaat baginya), termasuk juga 
perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya. Maka 
sudah selayaknyalah bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara 
untuk menunaikan kewajibanya, dibebankan kepada mereka itu. 
Terhadap teori ini pun banyak memajukan sanggahanya, sebab dalam 
ajaranya pun pajak dikacaukan pula dengan retribusi (untuk kepentingan 
yang lebih besar, yaitu perlindungan terhadap harta benda yang lebih 
banyak harganya daripada harta si miskin, diharuskan pembayaran pajak 
yang lebih besar pula). Padahal mungkin sekali mungkin si miskin nya 
dalam perlindungan yang termasuk dalam lapangan jaminan sosial, 
sehingga sebagai konsekuensi sebetulnya ia harus membayar pajak lebih 
banyak, dan ini adalah suatu hal yang bertentangan dengan kenyataan. 
Lagipula untuk mengambil kepentingan seseorang dalam usaha 
pemerintah sebagai ukuran, semenjak dahulu kala belumlah ada alat-alat 
pengukurnya, sehingga sukar sekali akan dapat ditentukan dengan tegas. 
Demikian maka juga makin berkuranglah jumlah sarjana yang 
mempertahankan teori yang tidak sesuai dengan kenyataan ini. 
c. Teori Daya Pikul/Teori Gaya Pikul 
Teori ini pada hakikatnya mengandung kesimpulan, bahwa dasar keadilan 
pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh negara 
kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk 
keperluan ini diperlukan biaya-biaya ini dipikul oleh segenap orang yang 
menikmati perlindungan itu, yaitu dalam bentuk pajak. Yang menjadi 
pokok pangkal teori ini pun adalah asas keadilan, yaitu tekanan pajak itu 
haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut 
gaya pikul seseorang, dan sekedar untuk mengukur gaya pikul ini, 
dapatlah dipergunakan, selain besarnya penghasilan dan kekayaan, juga
28 
pengeluaran atau pembelanjaan. Hingga kini teori ini masih dipertahankan 
oleh kebanyakan sarjana terkemuka dalam lapangan hukum pajak. Asas ini 
sangat terkenal, tetapi mengenai seluk beluknya sering sekalilah timbul 
salah paham, bahkan diantara para sarjana hukum lainya.34 
D. Retribusi 
1. Pengertian Retribusi 
Pengertian retribusi menurut Rohmat Soemitro, yang dimaksud dengan 
retribusi adalah: 
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena 
adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara 
perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang 
membayar retribusi yang menerima balas jasa dari negara. Pengertian retribusi 
secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada negara yang dilakukan 
oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara. Dengan kata lain, retribusi 
secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada negara atau merupakan 
iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara 
langsung dapat ditunjuk.35 
Retribusi menurut Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah: 
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan 
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus 
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan 
pribadi atau badan. 
Berdasarkan pendapat tersebut, maka terlihat ciri-ciri retribusi adalah 
sebagai berikut: 
1. Retribusi dipungut oleh negara 
2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis 
3. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk 
34 
Santoso Brotodiharjo. op. cit. hal. 31. 
35 
Rohmat Soemitro. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Rineka Cipta. 
Jakarta. 1979, hal. 17.
29 
4. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan/ 
mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara.36 
Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di 
Indonesia adalah sebagai berikut. 
1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang 
dan peraturan. 
2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan daerah. 
3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa) 
secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang 
dilakukannya. 
4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah 
daerah yang dinikmati oleh orang atau badan. 
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu 
jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang 
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.37 
2. Perbedaan Retribusi dan Pajak 
Dari penjelasan mengenai pengertian Pajak dan Retribusi maka dapat 
ditarik kesimpulan mengenai perbedaan antara Pajak dan Retribusi adalah sebagai 
berikut: 
a. Kontra prestasinya. Pada retribusi kontra prestasinya dapat ditunjuk secara 
langsung dan secara individu dan golongan tertentu sedangkan pada pajak 
pajak kontra prestasinya tidak dapat ditunjuk secara langsung. 
b. Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran, yaitu 
pajak balas jasa pemerintah berlaku untuk umum, seluruh rakyat 
menikmati balas jasa, baik yang membayar pajak maupun yang 
dibebaskan dari pajak. Sebaliknya pada retribusi balas jasa 
negara/pemerintahan berlaku khusus, hanya dinikmati oleh pihak yang 
telah melakukan pembayaran retribusi. 
c. Sifat pemungutanya. Pajak bersifat umum, artinya berlaku untuk setiap 
orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sedangkan retribusi 
hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa pemerintah 
yang dapat ditunjuk. 
d. Sifat pelaksanaanya. Pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan yang 
berlaku umum dan dalam pelaksanaan dapat dipaksakan, yaitu setiap 
36 
Josef Riwu Kaho. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. PT. Raja 
Grafindo Persada. Jakarta.2002, hal 153. 
37 
Marihot P, Siahaan. op. cit. hal. 7.
30 
orang yang ingin mendapatkan suatu jasa tertentu dari pemerintah harus 
membayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada retribusi bersifat ekonomis 
sehingga pada hakekatnya diserahkan pada pihak yang bersangkutan untuk 
membayar atau tidak. Hal ini berbeda dengan pajak. Sifat paksaan pajak 
adalah yuridis, artinya bahwa setiap orang yang melanggarnya akan 
mendapat sanksi hukuman, baik sanksi pidana maupun denda. 
e. Lembaga atau badan pemungut. Pajak dapat dipungut oleh pemerintah 
pusat ataupun pemerintah daerah sedangkan retribusi hanya dipungut oleh 
pemerintah daerah.38 
3. Jenis Retribusi 
Objek Retribusi diatur dalam Pasal 108 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu : 
(1) Objek Retribusi adalah : 
a. Jasa Umum; 
b. Jasa Usaha; dan 
c. Perizinan tertentu. 
Pengertian Objek Retribusi Jasa Umum diatur dalam Pasal 109 Undang- 
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah 
pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan 
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau 
Badan. 
Jenis Retribusi Jasa Umum diatur dalam Pasal 110 Undang-Undang 
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu : 
(1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah : 
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; 
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan; 
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan 
Akta Catatan Sipil; 
38 Ibid. hal. 11.
31 
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; 
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; 
f. Retribusi Pelayanan Pasar; 
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; 
i. Retribusi Pengganti Biaya Cetak Peta; 
j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; 
k. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; 
l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; 
m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan 
n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. 
Sedangkan pengertian Objek Jasa Usaha diatur dalam pasal 126 Undang- 
Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah pelayanan yang disediakan oleh 
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi : 
a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah 
yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau 
b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara 
memadai oleh pihak swasta. 
Jenis Retribusi Jasa Usaha diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu : 
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah : 
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; 
b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; 
c. Retribusi Tempat Pelelangan; 
d. Retribusi Terminal; 
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir; 
f. Retrbusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/villa; 
g. Retribusi Rumah Potong Hewan; 
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; 
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; 
j. Retribusi Penyeberangan Air; dan 
k. Retribusi Penjualan Usaha Daerah. 
Pengertian Objek Perizinan tertentu diatur dalam Pasal 140 Undang- 
Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah:
32 
Pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi 
atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan 
pemanfaatan ruang, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan 
umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu diatur dalam Pasal 141 Undang-Undang 
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu : 
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah : 
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; 
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Berakohol; 
c. Retribusi Izin Gangguan; 
d. Retribusi Izin Trayek; dan 
e. Retribusi Izin Usaha Perikanan. 
Pasal 150 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah 
dan Retribusi Daerah, menyatakan jenis retribusi lain yang ditetapkan dalam Pasal 
110 ayat (1), Pasal 127, dan Pasal 141 sepanjang memenuhi kriteria sebagai 
berikut: 
a. Retribusi Jasa Umum 
1) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan 
Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perzinan Tertentu; 
2) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka 
pelaksanaan desentralisasi; 
3) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan 
yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani 
kepentingan dan kemanfaatan umum; 
4) Jasa tersebut layak dikenakan retribusi; 
5) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai 
penyelenggaraanya; 
6) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan 
salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan 
7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut 
dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik. 
b. Retribusi Jasa Usaha 
1) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bukan Retribusi Umum 
atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan
33 
2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang 
seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau 
terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum 
dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah. 
c. Retribusi Perizinan Tertentu 
1) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang 
diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi; 
2) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi 
kepentingan umum; dan 
3) Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin 
tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari 
pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai retribusi 
perizinan. 
4. Pengertian Retribusi Pasar 
Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis 
Retribusi Jasa Umum yang keberadaanya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat. 
Pengertian retribusi pasar yang termasuk Objek Jasa Umum diatur dalam Pasal 
116 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah 
dan Retribusi Daerah adalah yang dimaksud Retribusi Pasar adalah : 
(1) Objek Retribusi pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam 
pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pelayanan pasar 
tradisional /sederhana, berupa pelataran, los, kios, yang dikelola 
Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. 
(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, 
BUMD, dan pihak swasta. 
Dalam melaksanakan retribusi jasa umum harus memenuhi kriteria sebagai 
berikut: 
1. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan 
retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu. 
2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam 
rangka pelaksanaan asas desentratralisasi. 
3. Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau 
badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk 
melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.
34 
4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi. 
5. Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien serta 
merupakan satu sumber pendapatan daerah yang potensial. 
6. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut 
dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.39 
Selain mempunyai kriteria yang dikemukakan di atas, retribusi pasar juga 
mempunyai objek yang sama dengan retribusi jasa umum lain yaitu pelayanan 
yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan 
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau golongan. 
Sedangkan subjek retribusi ini adalah pengguna jasa pelayanan pasar. Prinsip dan 
sasaran dalam penetapan tarif didasarkan pada kebijakan daerah yang 
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan 
masyarakat, dan aspek keadilan. 
Retribusi pasar merupakan salah satu jenis retribusi yang dikelola oleh 
Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Seperti yang tercantum dalam Peraturan 
Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar. Di 
dalam Peraturan Daerah tersebut retribusi pasar digolongkan sebagai Retribusi 
Jasa Umum, oleh karena itu retribusi pasar termasuk dalam Retribusi Jasa Umum. 
Pengertian Pasar berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 
sebagai berikut: 
Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual dimana dalam pasar 
tersebut terjadi transaksi antar pembeli dan penjual. Pasar adalah tempat orang 
berjual beli. 
39 
Ibid. hal .438.
35 
Retribusi pasar dirasakan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam 
Pendapatan Asli Daerah. Karena jumlah pasar yang cukup banyak, dan di dalam 
pasar tersebut terjadi transaksi setiap harinya dan bagi yang melakukan transaksi 
atau kegiatan jual beli pasar dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut 
sebagai tempat transaksi 
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 
2009 tentang Retribusi Pasar, pengertian pasar yang terdapat pada Pasal 1 angka 
12 yang dimaksud pasar adalah: 
Pasar adalah pasar daerah yang ada di daerah termasuk di dalamnya 
bangunan-bangunan beratap maupun tanah-tanah lapang yang termasuk dalam 
lingkungan pasar sebagai tempat jual beli secara teratur, langsung 
memperdagangkan barang atau jasa. 
Selanjutnya pengertian dari Retribusi Pasar. Dalam Peraturan Daerah 
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 
1 angka 7 dijelaskan bahwa: 
Retribusi Pasar yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah 
sebagai pembayaran atas jasa umum yang meliputi penyediaan fasilitas pasar 
yang berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK serta Fasilitas Perpasaran. 
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 
2009 tentang Retribusi Pasar maka pemungutan retribusi pasar di Kabupaten 
Wonosobo meliputi penyediaan fasilitas pasar yang terdiri dari Kios, Los, 
Pelataran, MCK dan Fasilitas Perpasaran.
36 
Berdasarkan Pasal 1 angka 17 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo 
Nomor 10 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Kios adalah: 
Kios adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan tertutup 
sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat menyimpan dan memasarkan 
barang dagangan dimana setiap petak kios dibatasi dengan dinding tembok 
dan atau kayu yang dilengkapi dengan pintu. 
Pengertian Los diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo 
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pasal 1 angka 18 adalah: 
Los adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan terbuka 
sehingga hanya dapat memasarkan barang dagangan, dimana setiap los terdiri 
dari beberapa petak dan masing-masing petak diberi tanda batas yang mudah 
dilihat dan dimengerti oleh semua orang yang berkepentingan. 
Pengertian Pelataran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten 
Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 19 
dijelaskan bahwa: 
Pelataran terbuka adalah bagian bangunan pasar yang bersifat terbuka 
tanpa atap dan hanya dapat dipergunakan memasarkan barang, jasa dan 
bongkar muat. 
Selanjutnya Pengertian Fasilitas Perpasaran diatur dalam Peraturan Daerah 
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 
angka 9 adalah: 
Fasilitas Perpasaran adalah tempat jual beli umum di luar pasar yang 
merupakan tempat usaha berupa banguan tetap maupun tidak tetap dan bukan
37 
milik Pemerintah Daerah yang mendapat pengaruh langsung karena adanya 
sarana dan prasarana yang disediakan Pemerintah daerah. 
Wajib Retribusi diatur dalam Peraturan Daerah Wonosobo Nomor 10 
Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pada Pasal 1 angka 10 adalah: 
Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan 
Daerah ini ditetapkan untuk melaksanakan pembayaran Retribusi Daerah. 
Obyek dan subyek retribusi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten 
Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 diatur pada Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 3 
menentukan obyek retribusi sebagai berikut: 
(1). Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan Fasilitas Pasar oleh 
Pemerintah Daerah berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK (mandi cuci 
kakus). 
(2). Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1) adalah pelayanan Fasilitas Pasar yang dikelola oleh BUMN, 
BUMD dan pihak swasta. 
Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 
tentang subyek retribusi adalah: 
Subyek retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menggunakan 
fasilitas pasar yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
BAB III 
METODE PENELITIAN 
Kata Metode dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara yang 
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercipta hasil 
yang baik seperti yang dikehendaki, sedangkan kata Penelitian didefinisikan 
sebagai pencarian, pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, suatu objek yang 
dilakukan berdasarkan teori serta cara-cara yang sistematis untuk memperoleh 
jawaban atas suatu masalah yang bersifat keilmuan, atau untuk menguji hipotesis 
dalam pengembangan prinsip-prinsip umum. Jadi metode penelitian dapat 
diartikan sebagai cara-cara yang digunakan untuk melakukan penelitian agar 
mendapat hasil penelitian yang memuaskan dan sesuai tujuan yang dikehendaki. 
Metode adalah suatu cara untuk menemukan jawaban akan sesuatu hal. 
Cara penemuan tersebut sudah tersusun dalam langkah-langkah tertentu yang 
sistematis.40 Jadi dengan kata lain metode adalah cara kerja yang bersistem untuk 
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan. 
Penelitian pada umumya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, 
atau menguji kebenaran dari suatu pengetahuan. Menemukan berarti memperluas 
dan menggali lebih dalam sesuatu yang telah ada. Menguji kebenaran dilakukan 
jika apa yang sudah ada masih atau menjadi diragukan kebenaranya.41 Dengan 
demikian, setiap penelitian berangkat dari ketidaktahuan dan berakhir pada 
40 
Soerjoeno Soekanto dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan 
Singkat). CV Rajawali. Jakarta. 1986, hal 1. 
41 
Ronny Hanitijo Soemitro . Metode Penelitian Hukum. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1990, 
hal. 15.
39 
keraguan, dan tahap selanjutnya berangkat dari keraguan dan berakhir pada suatu 
hipotesis.42 
Suatu Penelitian perlu didukung oleh metode yang baik dan benar, agar 
diperoleh hasil yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya. 
Dengan kata lain metode harus ada dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian 
hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode yang 
berupa cara berpikir dan berbuat untuk persiapan penelitian, sistematika, dan 
pemikiran tertentu yang mempelajari satu atau lebih gejala hukum tertentu dengan 
cara menganalisanya. 
A. Metode Pendekatan 
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu 
pendekatan yang menggunakan konsep legalistis positifis yang memandang 
hukum identik dengan norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga 
atau pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini memandang hukum sebagai 
sistem normatif yang bersifat otonom, tertulis dan terlepas dari kehidupan 
masyarakat.43 
Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis 
normatif, maka pendekatan yang digunakan ialah pendekatan perundang-undangan 
(statue approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian 
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian. 
42 
Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo 
Persada. Jakarta. 2004, hal. 19. 
43 Ronny Hanitijo Soemitro. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia. 
Jakarta. 1986, hal. 13.
40 
Selain itu juga digunakan pendekatan lain yang diperlukan guna memperjelas 
analisis ilmiah yang diperlukan dalam penelitian normatif.44 
B. Spesifikasi Penelitian 
Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi 
penelitian Preskriptif, yaitu suatu penelitian yang menetapkan standar prosedur, 
ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum, sehingga 
apa yang senyatanya berhadapan dengan apa yang seharusnya agar dapat memberi 
rumusan tertentu.45 
C. Lokasi Penelitian 
Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan 
Pusat Universitas Jenderal Soedirman, Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas 
Hukum Universitas Jenderal Soedirman dan Intansi yang terkait dengan obyek 
penelitian yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. 
D. Sumber Data 
Data yang digunakan dalam penulisan hukum ini ada dua macam, yaitu: 
1. Data Sekunder 
Data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan 
bahan hukum tersier, dengan penjelasan sebagai berikut: 
a. Bahan Hukum Primer 
44 
Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Bayumedia 
Publishing. Malang. 2006, hal. 95. 
45 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum Normatif. Kencana. Jakarta. 2005, hal 22.
41 
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, terdiri 
dari: 
1) Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 
2) Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan penelitian ini, 
yaitu: 
a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 
Daerah 
b) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan 
Retribusi Daerah 
c) Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 
tentang Retribusi Pasar 
d) Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang 
pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan 
Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo 
b. Bahan Hukum Sekunder 
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan 
mengenai bahan hukum primer, antara lain: 
1) Pustaka di bidang hukum. 
2) Artikel-artikel ilmiah, baik dari koran maupun internet, 
3) Hasil penelitian yang ada hubunganya dengan permasalahan yang 
diteliti.
42 
c. Bahan Hukum Tersier 
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk 
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa: 
1) Kamus hukum 
2) Ensiklopedia 
2. Data Primer 
Data primer berupa keterangan-keterangan dari pihak atau staf yang bidang 
kerjanya berkaitan dengan masalah yang diteliti di lingkungan kantor Dinas 
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. 
E. Metode Pengumpulan Data 
1. Data Sekunder 
Data yang diperoleh dengan cara studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan-bahan 
kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, literatur dan 
dokumen yang ada relevansinya dengan permasalahan yang diteliti yang 
dilakukan di Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas Hukum Universitas Jenderal 
Soedirman, Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan Pusat Universitas 
Jenderal Soedirman, yang selanjutnya dikaji secara keseluruhan. 
2. Data Primer 
Data yang diperoleh dari cara interview atau wawancara dengan pihak terkait 
dengan masalah yang diteliti pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan 
Kabupaten Wonosobo.
43 
F. Metode Penyajian Data 
Metode penyajian data dalam penyusunan penelitian ini akan disajikan 
dalam bentuk uraian secara sistematis, logis dan rasional. Dalam arti keseluruhan 
data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainya disesuaikan 
dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan suatu kesatuan 
yang utuh didasarkan pada norma hukum atau kaidah-kaidah hukum serta doktrin 
hukum yang relevan dengan pokok permasalahan. 
G. Analisis Data 
Seluruh data yang telah terkumpul secara lengkap dari hasil penelitian 
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis normatif kualitatif. 
Normatif, karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan perundang-undangan 
yang ada sebagai norma hukum positif, sedangkan kualitatif yaitu 
menghubungkan paparan hasil penelitian yang tersistematis tersebut dengan yang 
didapat dari teori hukum, postulat hukum, serta hukum positif, untuk dapat 
menjelaskan permasalahan secara ilmiah dan bukan dalam bentuk angka-angka.
BAB IV 
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
A.Hasil Penelitian 
1. Data Sekunder 
1.1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 
Setiap Negara, betapapun kecilnya harus membagi wilayahnya dalam 
bagian yang lebih kecil untuk mencapai penyelenggaraan pemerintahan secara 
efisien. Bagian wilayah tersebut biasanya disebut Daerah atau Wilayah. Dengan 
demikian, Daerah/Wilayah dibentuk oleh Negara, dan bukan sebaliknya. 
Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah dibagi pula dalam daerah yang lebih 
kecil menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini dimaksudkan agar 
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah menjadi efektif dan efisien. 
Pengertian mengenai Pemerintahan Daerah terkandung dalam Pasal 1 
angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 
sebagai berikut, 
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah 
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip 
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- 
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 
Adapun yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 angka 
3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah :
45 
Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur 
penyelenggara pemerintah daerah. 
Penyelenggaraan pemerintah daerah memberikan kesempatan dan 
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Prinsip 
otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah 
diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar 
yang menjadi urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam Undang-Undang 
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adapun yang menjadi 
urusan pemerintah pusat meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, 
yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. 
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 UUD 1945, asas Pemerintahan 
Daerah adalah asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. 
a. Asas desentralisasi 
Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, 
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh 
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan 
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
b. Asas dekonsentrasi 
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 merumuskan 
bahwa : 
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah 
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada intansi vertikal di 
wilayah tertentu.
46 
c. Asas tugas pembantuan 
Pengertian asas tugas pembantuan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 9 
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa: 
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah 
dan/desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa dari 
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. 
Pengertian otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang 
Pemerintahan Daerah diatur pada Pasal 1 angka 5 yang menegaskan sebagai 
berikut: 
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom 
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan 
masyarakat setempat dengan peraturan perundang-undangan. 
Pasal 1 angka 6 selanjutnya menegaskan tentang pengertian daerah otonom 
sebagai berikut : 
Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat 
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan 
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut 
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara 
Kesatuan Republik Indonesia. 
1.2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan 
Retribusi Daerah 
Sejalan dengan pemberian urusan kepada Pemerintahan Daerah termasuk 
sumber keuanganya untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah salah satunya 
melalui retribusi. Retribusi merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, 
selain Pajak Daerah. Pengertian Retribusi menurut Pasal 1 angka 64 Undang-
47 
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 
adalah: 
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan 
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus 
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan 
pribadi atau badan. 
Diantara macam-macam retribusi daerah, retribusi pasar dirasakan 
memberi kontribusi yang cukup besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Karena di 
dalam pasar tersebut terjadi transaksi setiap harinya dan yang melakukan kegiatan 
jual beli pasar dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut sebagai tempat 
transaksi. 
Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis 
Retribusi Jasa Umum yang keberadaanya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat. 
Pengertian retribusi pasar yang termasuk Objek Jasa Umum diatur dalam Pasal 
116 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah 
dan Retribusi Daerah adalah yang dimaksud Retribusi Pasar adalah : 
(1) Objek Retribusi pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam 
pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pelayanan pasar 
tradisional /sederhana, berupa pelataran, los, kios, yang dikelola 
Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. 
(2) Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, 
BUMD, dan pihak swasta. 
Retribusi Pasar termasuk ke dalam golongan retribusi jasa umum yaitu 
retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
48 
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang 
pribadi atau badan. 
1.3 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 
Tentang Retribusi Pasar 
a. Pengertian Retribusi Pasar 
Retribusi Pasar merupakan salah satu jenis retribusi yang dikelola oleh 
Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Seperti yang tercantum dalam Peraturan 
Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar. Di 
dalam Peraturan Daerah tersebut retribusi pasar digolongkan sebagai Retribusi 
Jasa Umum, oleh karena itu retribusi pasar termasuk dalam Retribusi Jasa Umum. 
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 
2009 tentang Retribusi Pasar, pengertian pasar yang terdapat pada Pasal 1 angka 
12 yang dimaksud pasar adalah: 
Pasar adalah pasar daerah yang ada di daerah termasuk di dalamnya 
bangunan-bangunan beratap maupun tanah-tanah lapang yang termasuk dalam 
lingkungan pasar sebagai tempat jual beli secara teratur, langsung 
memperdagangkan barang atau jasa. 
Selanjutnya pengertian dari Retribusi Pasar. Dalam Peraturan Daerah 
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 
1 angka 7 dijelaskan bahwa: 
Retribusi Pasar yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah 
sebagai pembayaran atas jasa umum yang meliputi penyediaan fasilitas pasar 
yang berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK serta Fasilitas Perpasaran.
49 
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 
2009 tentang Retribusi Pasar maka pemungutan retribusi pasar di Kabupaten 
Wonosobo meliputi penyediaan fasilitas pasar yang terdiri dari Kios, Los, 
Pelataran, MCK dan Fasilitas Perpasaran. 
Berdasarkan Pasal 1 angka 17 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo 
Nomor 10 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Kios adalah: 
Kios adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan tertutup 
sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat menyimpan dan memasarkan 
barang dagangan dimana setiap petak kios dibatasi dengan dinding tembok 
dan atau kayu yang dilengkapi dengan pintu. 
Pengertian Los diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo 
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pasal 1 angka 18 adalah: 
Los adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan terbuka 
sehingga hanya dapat memasarkan barang dagangan, dimana setiap los terdiri 
dari beberapa petak dan masing-masing petak diberi tanda batas yang mudah 
dilihat dan dimengerti oleh semua orang yang berkepentingan. 
Pengertian Pelataran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten 
Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 19 
dijelaskan bahwa: 
Pelataran terbuka adalah bagian bangunan pasar yang bersifat terbuka 
tanpa atap dan hanya dapat dipergunakan memasarkan barang, jasa dan 
bongkar muat.
50 
Selanjutnya Pengertian Fasilitas Perpasaran diatur dalam Peraturan Daerah 
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 
angka 9 adalah: 
Fasilitas Perpasaran adalah tempat jual beli umum di luar pasar yang 
merupakan tempat usaha berupa banguan tetap maupun tidak tetap dan bukan 
milik Pemerintah Daerah yang mendapat pengaruh langsung karena adanya 
sarana dan prasarana yang disediakan Pemerintah daerah. 
Wajib Retribusi diatur dalam Peraturan Daerah Wonosobo Nomor 10 
Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pada Pasal 1 angka 10 adalah: 
Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan 
Daerah ini ditetapkan untuk melaksanakan pembayaran Retribusi Daerah. 
b. Nama, Obyek dan Subyek Retribusi 
Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 
tentang nama retribusi adalah : 
Dengan nama retribusi pasar dipungut sebagai pembayaran atas pelayanan 
penyediaan fasilitas pasar bagi setiap orang pribadi atau badan yang menjual 
barang dan jasa. 
Obyek dan subyek retribusi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten 
Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 diatur pada Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 3 
menentukan obyek retribusi sebagai berikut: 
(1). Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan Fasilitas Pasar oleh 
Pemerintah Daerah berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK (mandi cuci 
kakus).
51 
(2). Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1) adalah pelayanan Fasilitas Pasar yang dikelola oleh BUMN, 
BUMD dan pihak swasta. 
Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 
tentang subyek retribusi adalah: 
Subyek retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menggunakan 
fasilitas pasar yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. 
c. Tarif, masa dan tata cara penetapan retribusi pasar 
Prinsip dan sasaran dalam besarnya tarif retribusi didasarkan pada 
kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang 
bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. 
Besarnya tarif retribusi pasar diatur dalam Pasal 8 Peraturan Daerah 
Kabupaten Wonosobo Nomor 10 tentang Retribusi Pasar adalah sebagai berikut : 
1. Tarif Retribusi Pasar 
KELAS 
PASAR 
LOKASI/ 
JENIS 
KIOS LOS PELATARAN/ 
PKL 
KET. 
RET/M2/ 
HARI 
RET/M2/ 
HARI 
RET/M2/ 
HARI 
I 1 
2 
3 
120,00 
90,00 
80,00 
90,00 
70,00 
80,00 
300,00 Masa 
Penarikan 
Retribusi 
Selama 
1(satu) bulan 
untuk 30 
(tiga puluh) 
hari 
II 1 
2 
3 
100,00 
90,00 
80,00 
90,00 
70,00 
80,00 
300,00 
III 1 
2 
3 
80,00 
70,00 
60,00 
70,00 
60,00 
50,00 
200,00
52 
2. Untuk Hewan dan Unggas setiap kali masuk ditetapkan sebagai berikut : 
NO JENIS RETRIBUSI 
1 
2 
3 
4 
Ternak Besar 
Ternak Kecil 
Pengguna Bongkar Muat (Bardog) 
Unggas dan sejenisnya 
3.000,00/ekor 
1.000,00/ekor 
500,00/ekor 
300,00/ekor 
3. Untuk pengguna Fasilitas : 
NO FASILITAS JENIS TARIF (Rp) KET. 
1 MCK - Buang air kecil 
- Buang air besar 
- Mandi 
500,00 
1.000,00 
1.000,00 
Setiap kali 
Pemakaian 
2 Bongkar muat 
barang 
- Kendaraan roda 
2 atau lebih 
- Kendaraan roda 
4 
- Kendaraan roda 
6 atau lebih 
1.000,00 
2.500,00 
4.000,00 
Setiap kali 
bongkar muat 
4. Untuk fasilitas perpasaran, sebagai berikut : 
a. Fasilitas Perpasaran Kelas I sebesar Rp. 30,-/m2/hari; 
b. Fasilitas Perpasaran Kelas II sebesar Rp. 20,-/m2/hari;dan 
c. Fasilitas Perpasaran Kelas III sebesar Rp. 10,-/m2/hari. 
5. Tarif Retribusi, izin, daftar ulang, pemindahan, perpanjangan pengguna 
tempat dasaran sebagai berikut : 
NO JENIS KIOS LOS 
1 Izin penggunaan 
tempat dasaran baru 
500 x tarif retribusi 
harian x luas 
250 x tarif retribusi 
harian x luas 
2 Daftar ulang 
penggunaan tempat 
dasaran 
Rp 10.000/tahun Rp. 5.000/tahun 
3 Balik nama 
penggunaan tempat 
dasaran 
200 x tarif retribusi 
harian 
100 x tarif retribusi 
harian x luas
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_
Harry kusmantoro  e1 a008287_

Más contenido relacionado

Similar a Harry kusmantoro e1 a008287_

Ekonomi pasar input
Ekonomi pasar inputEkonomi pasar input
Ekonomi pasar inputIrma Risthvi
 
Prposal Skiripsi Intan.docx
Prposal Skiripsi Intan.docxPrposal Skiripsi Intan.docx
Prposal Skiripsi Intan.docxAmsalNasution1
 
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Dadang Solihin
 
Proposal bakesbang
Proposal bakesbangProposal bakesbang
Proposal bakesbangUmmi1211
 
Makalah perekonomian indo afta
Makalah perekonomian indo   aftaMakalah perekonomian indo   afta
Makalah perekonomian indo aftapuput_reni_astuti
 
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docxAnalisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docxANAS MULDER
 
Buku ii-bab-v rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-v rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-v rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-v rpjmn tahun 2010-2014PA Rianto
 
3) sambutan bupati wonosobo acr peresmian keg2020
3) sambutan bupati wonosobo acr peresmian keg20203) sambutan bupati wonosobo acr peresmian keg2020
3) sambutan bupati wonosobo acr peresmian keg2020CelvinRamaPratama
 
Buku inklusi mata pelajaran dan pelatihan ekonomi sma inklusi kesadaran pajak
Buku inklusi mata pelajaran dan pelatihan ekonomi sma inklusi kesadaran pajakBuku inklusi mata pelajaran dan pelatihan ekonomi sma inklusi kesadaran pajak
Buku inklusi mata pelajaran dan pelatihan ekonomi sma inklusi kesadaran pajakPajeg Lempung
 
Tindakan penyidikan pidana keimigrasian
Tindakan penyidikan pidana keimigrasianTindakan penyidikan pidana keimigrasian
Tindakan penyidikan pidana keimigrasianKhamdan Muhammad
 
Laporan pkl SMK
Laporan pkl SMKLaporan pkl SMK
Laporan pkl SMKHerman Shu
 
Pasar Modal Syariah.docx
Pasar Modal Syariah.docxPasar Modal Syariah.docx
Pasar Modal Syariah.docxZukét Printing
 
7. bab i pendahuluan
7. bab i pendahuluan7. bab i pendahuluan
7. bab i pendahuluanvespa
 

Similar a Harry kusmantoro e1 a008287_ (20)

Tesis daftar isi
Tesis daftar isiTesis daftar isi
Tesis daftar isi
 
Ekonomi pasar input
Ekonomi pasar inputEkonomi pasar input
Ekonomi pasar input
 
Prposal Skiripsi Intan.docx
Prposal Skiripsi Intan.docxPrposal Skiripsi Intan.docx
Prposal Skiripsi Intan.docx
 
Jurnal ilmiah m kn unud edisi 10 oktober 2014
Jurnal ilmiah m kn unud edisi 10 oktober 2014Jurnal ilmiah m kn unud edisi 10 oktober 2014
Jurnal ilmiah m kn unud edisi 10 oktober 2014
 
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
Panduan Lengkap OTONOMI DAERAH
 
Proposal bakesbang
Proposal bakesbangProposal bakesbang
Proposal bakesbang
 
Makalah perekonomian indo afta
Makalah perekonomian indo   aftaMakalah perekonomian indo   afta
Makalah perekonomian indo afta
 
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docxAnalisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
Analisis Prospektif, Retrospektif dan terintegritas Hal 5.docx
 
Buku ii-bab-v rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-v rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-v rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-v rpjmn tahun 2010-2014
 
3) sambutan bupati wonosobo acr peresmian keg2020
3) sambutan bupati wonosobo acr peresmian keg20203) sambutan bupati wonosobo acr peresmian keg2020
3) sambutan bupati wonosobo acr peresmian keg2020
 
Promes pkn xii
Promes pkn xiiPromes pkn xii
Promes pkn xii
 
Buku inklusi mata pelajaran dan pelatihan ekonomi sma inklusi kesadaran pajak
Buku inklusi mata pelajaran dan pelatihan ekonomi sma inklusi kesadaran pajakBuku inklusi mata pelajaran dan pelatihan ekonomi sma inklusi kesadaran pajak
Buku inklusi mata pelajaran dan pelatihan ekonomi sma inklusi kesadaran pajak
 
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
 
Tindakan penyidikan pidana keimigrasian
Tindakan penyidikan pidana keimigrasianTindakan penyidikan pidana keimigrasian
Tindakan penyidikan pidana keimigrasian
 
Bab i page
Bab i pageBab i page
Bab i page
 
Laporan pkl SMK
Laporan pkl SMKLaporan pkl SMK
Laporan pkl SMK
 
Pasar Modal Syariah.pdf
Pasar Modal Syariah.pdfPasar Modal Syariah.pdf
Pasar Modal Syariah.pdf
 
Pasar Modal Syariah.docx
Pasar Modal Syariah.docxPasar Modal Syariah.docx
Pasar Modal Syariah.docx
 
7. bab i pendahuluan
7. bab i pendahuluan7. bab i pendahuluan
7. bab i pendahuluan
 
Yuni nasrul latifi 14220019
Yuni nasrul latifi 14220019Yuni nasrul latifi 14220019
Yuni nasrul latifi 14220019
 

Harry kusmantoro e1 a008287_

  • 1. PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI HARRY KUSMANTORO E1A008287 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013
  • 2. PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Oleh : HARRY KUSMANTORO E1A008287 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013
  • 3. LEMBAR PENGESAHAN ISI DAN FORMAT PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO Oleh : HARRY KUSMANTORO E1A008287 Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Diterima dan disahkan Pada Tanggal : 15 Februari 2013 i Pembimbing I/Penguji I Sri Hartini, S.H., M.H. NIP. 19630926 199002 2 001 Pembimbing II/Penguji II Sutikno, S.H. NIP. 19840704 198003 1 001 Penguji III H. Supriyanto, S.H., M.H. NIP. 19630926 199002 2 001 Mengetahui Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. NIP. 19640923 198901 1 001
  • 4. SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta informasi-informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat ii diperiksa kebenarannya. Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh. Purwokerto, 15 Februari 2013 HARRY KUSMANTORO NIM E1A008287
  • 5. ABSTRAK PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO Oleh : HARRY KUSMANTORO E1A008287 Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945. Berkaitan dengan otonomi daerah diperlukan sumber keuangan daerah, maka Pemerintah Daerah dalam memperoleh sumber Pendapatan Daerah yang perlu dikembangkan adalah Retribusi. Diantara macam-macam retribusi daerah tersebut salah satunya adalah retribusi pasar. Dalam hal pemungutan retribusi pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki wewenang dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo. Guna mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan spesifikasi penelitian preskriptif. Lokasi penelitian di kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang disusun secara sistematis, logis dan rasional. Data yang terkumpul kemudian diolah, disajikan, dan dianalisis secara normatif kualitatif. Hasil penelitian ini memberikan simpulan bahwa peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar dapat dilihat dari tugas pokok dan fungsinya. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo meliputi melaksanakan kewenangan dalam penyelenggaraan retribusi pasar dan Dinas penggali Pendapatan Asli Daerah, yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan menghimpun atau memungut retribusi pasar. Selain itu penelitian ini juga memperlihatkan hambatan normatif, yang terdapat dalam Pasal 24 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo tentang Retribusi Pasar mengenai kedaluwarsa dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo dan hambatan-hambatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar. Kata kunci : Peranan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pemungutan, iii Retribusi Pasar.
  • 6. ABSTRACT State of the Unitary Republic of Indonesia is embracing the principle of decentralization in running the government. This is realized by providing the opportunity and freedom to the region to implement regional autonomy, as provided in Article 18 paragraph (1) and (2) of the Constitution of 1945. With regard to the financial resources necessary autonomy area, the Local Government Revenue in acquiring resource to be developed was Retribution. Among the various levies are one of them is retribution market. In terms of the collection of market fees of Industry and Trade has the authority to implement the collection of market fees. This study aims to determine how the role of the Department of Industry and Trade in the collection of user charges in the District of Wonosobo market. To achieve these objectives, this research using normative juridical approach and prescriptive research specifications. Location of research in the Department of Industry and Trade office Wonosobo district. Source of data used are primary data and secondary data, compiled systematically, logically and rationally. The collected data is then processed, presented, and analyzed qualitatively normative. The results provide the conclusion that the role of the Department of Industry and Trade in the collection can be seen from the market levy duties and functions. The role of the Department of Industry and Trade in collecting levies Wonosobo market include exercise authority in the administration of levies excavator market and Revenue Agency, the Department of Industry and Trade to collect or levy imposed by the market. In addition, this study also showed normative constraints, contained in Article 24 of the Regulation on Fees Wonosobo District Market on the date in the collection of user charges in the District of Wonosobo and market barriers of Industry and Trade in the collection of market fees. Keywords: Roles, Department of Industry and Trade, Voting, Lévy Market. iv
  • 7. PRAKATA Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN WONOSOBO”. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan terbatasnya literatur. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun akan diterima dengan ketulusan hati. Dalam proses penulisan ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum v Universitas Jenderal Soedirman. 2. Ibu Sri Hartini, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Sutikno, S.H., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak H. Supriyanto, S.H., M.H., selaku Dosen Penguji pada seminar skripsi dan pendadaran yang telah memberikan koreksi dan saran mengenai perbaikan skripsi ini. 5. Ibu Neni selaku pengampu angkatan 2008 serta Bapak Teguh dan semua staf bagian pendidikan yang telah memberikan bantuan dalam hal administratif birokrasi selama kuliah maupun dalam penyusunan skripsi ini.
  • 8. 6. Seluruh dosen pengajar, dan staf administrasi, dan seluruh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang telah membekali dan memberikan kesempatan penulis menimba ilmu. 7. Bapak Drs. Eko Yuwono selaku Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo yang telah bermurah hati memberikan ijin penelitian, informasi dan data yang penulis butuhkan. 8. Ibu Dra. Ismiyati selaku Kepala Seksi Retribusi Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo atas kesediaannya menerima dan memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian serta memberikan data yang meneliti butuhkan dalam proses penelitian skripsi ini. 9. Ibu Eni selaku Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo atas kesediaannya menerima dan memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian serta memberikan data yang penulis butuhkan dalam proses penelitian skripsi ini. 10. Kepada seluruh jajaran Pemerintahan Kabupaten Wonosobo, atas kesediaannya menerima dan memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian serta memberikan data yang penulis butuhkan dalam proses penulisan skripsi ini. 11. Kepada keluarga tercinta, Ayahanda Djasman dan Ibunda Sri Kustiyah yang telah melahirkan, mendidik, menyayangi, membesarkan, mendoakan, dan memberikan semangat selalu kepada penulis. Mbaku Niken Rahayunigtyas dan adekku Tri Laksono Adi Prabowo yang telah mengisi hari-hariku dengan penuh semangat, canda tawa dan kebahagiaan. 12. Keluarga besar Mbah Sadan Martomihardjo di Klampok dan Keluarga Besar Mbah Dolah Umar di Wadaslintang. Terima kasih atas doa dan dukunganya dan bantuan yang diberikan selama ini kepada saya. 13. Untuk Group Band SCANDAL (Mami Sasazaki, Haruna Ono, Tomomi Ogawa dan Rina Suzuki) lagu-lagu kalian memberikan semangat dan motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. vi
  • 9. 14. Untuk Idol Group AKB48 & JKT48, Akicha,Harukan dan oshi ane VE terimakasih banyak, karena berkat lagu kalian memberikan keajaiban dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. 15. Sahabat-sahabatku dikampus Hukum, Gayhul Pindho Aldoko, Sujarwo, Ardi Mulyo Sayekti, Bakhtiar Deffa, Dani Setiawan, Bayu Yudha, Prasetyo, Rizki Adhitya, Fahmi Virgiandani, Bento, Yudha Pratikno dan yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih atas persahabatan, kekeluargaan, kebersamaan, motivasi dan dukungan selama ini. 16. Keluarga Besar KKN Posdaya Desa Lumpang Purbalingga periode Januari- Februari 2012, terimakasih atas motivasi dan dukungannya selama ini. 17. Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2008 (Kita jaga persaudaraan kita, salam 2008), serta semua pihak yang turut membantu dan tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis juga memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam ucapan maupun tindakan selama berinteraksi dan berproses di Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. dan menambah pengetahuan. vii Purwokerto, 15 Februari 2013 HARRY KUSMANTORO E1A008287
  • 10. PERSEMBAHAN Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT karena atas limpahan Rahmat, Hidayah dan Pertolonganya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai rencana. Selama pengerjaan skripsi ini ataupun dalam proses kehidupan, saya mendapat banyak pengalaman dan pembelajaran. Ada banyak orang-orang yang telah memberikan dukungan, motivasi, saran, dan bantuanya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, Skripsi ini saya persembahkan pada : Bapak dan Ibu ku tercinta, yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan kepada saya, serta memberikan doa yang tiada hentinya kepada saya dan yang telah membesarkan, mendidik, membimbing saya untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Terima kasih atas ketulusan kasih sayang yang kalian berikan. Bapak dan Ibu saya yang setiap hari selalu mengingatkan saya untuk sholat 5 waktu dan memberikan arahan untuk tidak gampang menyerah dalam setiap masalah yang akan saya dihadapi di dunia ini. Kakak dan Adeku, mbak Niken Rahayuningtyas dan Tri Laksono Adi Prabowo, makasih ya mba niken yang selama ini banyak memberikan bantuan dan memperhatikan saya, dan selamat menempuh hidup baru ya, hehehe brsama mas Oman, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Adi (basketane si rajin mben pinter maine, ojo JKT48 ae nang kamar wkkkkkk) ありがとう、お父さん、お母さんと姉妹姉妹。あなたは不運な子私 の父と母のために、私は誰よりもあなたを愛しているこの世界で一 viii 番好きな人であり、 どうもありがとうございました Teman-teman FH Unsoed 2008, Gayhul Pindho Aldoko ( Awal dan akhir mlaku bareng ng Kampus hehe kro numpak angkot (Gadis Angkot Semarang) subuh-subuh haha, mtur nuwun bngt ndo koe ws ngrewangi n mbantu aq slama ng pwt, kpn2 tak ajak dolan ng wnsobo ok ok) , Sujarwo ( saran kro motivasimu mantep bngt wok nggo mbantu aq nggarap skripsine terima kasih banyak wok), Ardi MS (ayo bandmintonan maning di hehe kro dolan Purworejo yo ha2 maksih yo di atas smngt kro dukungane), Dani Setiawan (kapan Juventus juara champions aj ampuh ng Italy tok haha ,hmmm Siki ws due parabola ora tau metu omah wkkk,
  • 11. Matur nuwun bgt jon ya koe sering ngnter2 aq mangan trutama ng belkam (awas ana banci ha2) matur suwun), Bayu Yudha (Site) ( Kapan tek Ngeband, ayolah perlihatkan skill gitarmu haha aja omong pikirku wae hahaha, thankyou tehnik gitare ha2), Bakhtiar deffa ( ayo ng jepara dab, yo ngotak ngatik komputer ben njeblok haha makasih lagu kro drama jepange yo arigatou dab), Prasetyo ( Ayo yok kpn nonton SCANDAL ng Jakarta he2, trima kasih atas lagu kro film2me mantap yok, Mami Sasazaki tambah cantik yok hahaha ayo ng depok n terima kasih banyak), Rizki adhitya ( Terima kasih banyak sol telah menjadi panitia sukses seminar dan pendadaran saya hehe terima kasih banyak yo wkkk, skarang ms risol jadi fans Mayu Watanabe AKB48 haha), Fahmi Virgiandani ( ayo mas fahmi buat saling sapa lagi di kosan hahaha mantap lho mas fahmi, maksih yo dah sering jemput dan antar saya), Bento ( mas Bento jangan sampai lupa jalan ke kampus ya masa jalan ke kampus aja lupa hehe, kpn2 aq diajak ke GBK ya buat nntn timnas, mkasih ben udah sring ngantar sya juga), Andika Heru Barata (Ayo dik nang semarang maning ng Sam po Kong, betah aq weruh gadis cina haha, maksih bngt yo dik) My Friend in law faculty 2008, Deny Yusup p, Yogas, Fajar Kebumen , Alfi Calon Juragan, Sigit Purworerjo, Agung Boby, Angga Pbg, Nana Nurundana, Yudha Pratikno (Kuncen), Agung Bobby, Endi Setyo,Bang Faizin, Wahyu Adyatama, Agung Trileksana, Rizal Bustami, Anggoro,Aji Futsal, Joko, Nanda, Uun, Sri Hartini, Bernadheta, Wina, Benny Haryo, Yan Budi, Mila, Rey AKB48, Bedebahtiar tegal, dan teman-teman yang tidak sempat disebutkan. Terimaksih atas pertemanan, kebersamaan dan motivasinya. SCANDAL BAND (Mami Sasazaki, Haruna Ono, Tomomi Ogawa, Rina Suzuki) AKB48, JKT 48 ( Aki Takajo, Haruka Nagakawa dan Oshi saya Jessica Verandha (VE). Lagu-lagu kalian luar biasa sekali dapat memberikan semangat tiada hentinya dalam melewati sulitnya kehidupan ini HONTONI ARIGATOU................... ix
  • 12. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… i SURAT PERNYATAAN…………………………………………... ii ABSTRAK.......................................................................................... iii ABSTRACT………………………………………………………… iv PRAKATA......................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................ viii DAFTAR ISI……………………………………………………….. x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Perumusan Masalah.................................................................. 7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................. 7 x BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Administrasi Negara…..…........................................... 9 1. Pengertian Hukum Administrasi Negara…………………. 9 2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara............................ 12 3. Peranan................................................................................. 14 B. Pemerintahan Daerah................................................................. 15 1. Pengertian Pemerintahan Daerah......................................... 15 2. Pengertian Otonomi Daerah................................................. 19 3. Perangkat Daerah................................................................. 21 C. Pengertian Hukum Pajak............................................................ 23 1. Pengertian Pajak................................................................... 23 2. Asas-asas pemungutan Pajak............................................... 25 3. Teori-teori pembenaran pemungutan Pajak......................... 26
  • 13. D. Retribusi………………………………………………………. 28 1. Retribusi…………………………………………………… 28 2. Perbedaan Retribusi dan Pajak……………………………. 29 3. Jenis Retribusi……………………………………………... 30 4. Pengertian Retribusi Pasar………………………………… 33 xi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan...................................................................... 39 B. Spesifikasi Penelitian................................................................... 40 C. Lokasi Penelitian.......................................................................... 40 D. Sumber Data................................................................................. 40 E. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 42 F. Metode Penyajian Data................................................................ 43 G. Analisis Data................................................................................ 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian............................................................................. 44 1. Data Sekunder......................................................................... 44 2. Data Primer............................................................................. 75 B. Pembahasan.................................................................................. 83 1. Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo…….. 83 2. Hambatan normatif apakah yang timbul dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo…………………... 96
  • 14. xii BAB V PENUTUP A. Simpulan................................................................................... 103 B. Saran......................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA
  • 15. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata, materiil, spiritual, melalui taraf hidup masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat yaitu sesuai dengan asas keadilan sosial. Masalah keuangan merupakan hal vital dan mendasar yang digunakan sebagai fasilitator pembangunan di daerah berusaha menghimpun dana sebanyak-banyaknya untuk pelaksanaan pembangunan di daerah. Pernyataan bahwa negara kita berbentuk susunan kesatuan di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan di dalam Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan, bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat pernyataan persatuan Indonesia. Negara menurut pengertian pembukaan itu menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya.1 Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan 1 Joeniarto. Pemerintahan Lokal Asas Negara Kesatuan Dengan Otonomi Yang Seluas- Luasnya dan Perkembangan Serta Pokok Pemerintah Lokal. Gadjah Mada. Yogyakarta. 1975, hal. 7.
  • 16. 2 otonomi daerah, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945, yang menjelaskan bahwa : (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Suatu daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan yang dimaksud adalah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali dalam politik luar negeri, pertahanan keamanan, fiskal, agama serta kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan sistem administrasi dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional.
  • 17. 3 Dengan pemberian otonomi kepada daerah maka memungkinkan kepada daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat. Untuk dapat menyelenggarakan otonomi daerah yang optimal maka diperlukan dana yang cukup. Sebagian dana tersebut diusahakan oleh daerah sendiri yaitu berupa Pendapatan Asli Daerah yang harus mencukupi bagi kepentingan rumah tangganya sendiri. Pendapatan Asli Daerah yang cukup, akan dengan mudah menyelenggarakan urusan rumah tangganya dan kemakmuran rakyat juga akan tercipta. Sejalan dengan pemberian urusan kepada Pemerintahan Daerah, termasuk sumber keuanganya, maka dalam Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa sumber pendapatan daerah ialah sebagai berikut. 1. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan d. PAD lainya yang sah. 2. Dana perimbangan. 3. Pendapatan daerah lainya yang sah. Secara teoritis, pelaksanaan desentralisasi akan mendorong pemerintah daerah untuk lebih memberdayakan masyarakatnya, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerahnya. Di samping itu, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Upaya membangkitkan prakarsa dan mewujudkan aspirasi masyarakat secara efektif antara lain akan sangat tergantung kepada
  • 18. 4 ketersediaan sumber daya pendukung yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satunya. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan yang paling berpengaruh untuk daerah. Pendapatan Asli Daerah ini dapat dijadikan penerimaan unggulan dalam memompa dan mengalirkan aktivitas pemerintahan dan pembangunan di daerah otonom. Peran Pendapatan Asli Daerah dalam menunjang pelaksanaan pembangunan sangat penting karena sebagian dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu, penggalian potensi sumber Pendapatan Asli Daerah secara optimal dengan didukung oleh kinerja pengelolaan yang baik dan sumber daya manusia yang berkualitas akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pemerintah daerah.2 Kabupaten Wonosobo sebagai salah satu daerah otonom yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang terus mengolah dan menggali potensi-potensi keuangan daerah agar dapat menerima Pendapatan Asli Daerah, yang salah satunya melalui Retribusi Daerah. Pengertian Retribusi Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pada Pasal 1 angka 64 adalah Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi. Berkaitan dengan otonomi daerah diperlukan sumber keuangan daerah, maka Pemerintah Daerah dalam memperoleh sumber Pendapatan Daerah yang perlu dikembangkan adalah Retribusi. Diantara macam-macam retribusi daerah tersebut salah satunya adalah retribusi pasar, karena retribusi pasar dirasakan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Karena 2 Ayi Karyana. Pengorganisasian Kinerja Dinas Perdagangan Dan Industri Kabupaten Cianjur Dalam Pengelolaan Retribusi Pasar. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 1, Nomor 1, September 2005, hal. 12.
  • 19. 5 jumlah pasar yang cukup banyak, dan di dalam pasar tersebut terjadi transaksi setiap harinya dan bagi yang melakukan transaksi atau kegiatan jual beli pasar dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut sebagai tempat transaksi. Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pasar, sesuai dengan Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo, maka dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. Di dalam salah satu misinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo yaitu terwujudnya peningkatan pelayanan pada wajib retribusi dan pemantapan kegiatan pengelolaan pasar. Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo terdapat Bidang Pengelolaan Pasar yang terdiri dari Seksi Pemeliharaan Pasar, Seksi Retribusi Pasar, serta Seksi Ketertiban dan Kebersihan Pasar. Seksi Retribusi Pasar tersebut mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang retribusi pasar. Dalam hal ini maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo memiliki wewenang dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar. Salah satu tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo adalah memberikan pengarahan pelaksanaan retribusi dan melaksanakan pemungutan retribusi pasar dalam rangka memberikan kontribusi dalam Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonosobo.
  • 20. 6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo memiliki wewenang dalam pemungutan retribusi pasar, oleh karena itu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo memiliki peranan dalam pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo. Berkaitan dengan peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo dalam pemungutan retribusi pasar, maka dalam peranan tersebut terdiri dari tugas, fungsi, dan wewenang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. Pelaksanaan peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo dalam pemungutan retribusi pasar yang terdiri dari tugas, fungsi dan wewenang tentunya menemui berbagai hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan retribusi pasar. Oleh karena itu agar tugas, fungsi dan wewenang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo berjalan dengan baik dalam pemungutan retribusi pasar, maka harus dijalankan secara teratur dan terencana agar memperoleh Pendapatan Asli Daerah yang maksimal dari pemungutan retribusi pasar tersebut, melalui pengorganisasian yang merupakan unsur primer administrasi dalam mengendalikan kerja sama secara sinergis sejumlah manusia agar berjalan efisien dan efektif dalam mencapai target dalam pemungutan retribusi pasar. Karena retribusi merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah, maka harus digali sumber-sumber daerah khususnya retribusi pasar. Penggalian ini harus dapat dilakukan dengan cara yang professional agar memenuhi kepentingan warga masyarakat baik individu maupun badan yang berada di Kabupaten Wonosobo.
  • 21. 7 Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo” B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang penulisan ini, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo? 2. Hambatan normatif apakah yang timbul dalam pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo ? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peranan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan normatif dalam pemungutan Retribusi Pasar di Kabupaten Wonosobo. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Penelitian secara teoritis Memberikan informasi dan masukan yang berguna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu Hukum Administrasi Negara pada umumnya dan Retribusi Daerah pada khususnya, terutama yang berkaitan dengan pemungutan retribusi pasar.
  • 22. 8 2. Kegunaan Penelitian secara praktis Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dipakai dalam hal pemungutan retribusi pasar dan diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terlibat.
  • 23. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Administrasi Negara 1. Pengertian Hukum Administrasi Negara Secara teoritis, Hukum Administrasi Negara merupakan fenomena kenegaraan dan pemerintahan yang keberadaan setua dengan konsepsi negara hukum atau muncul bersamaan dengan diselenggarakan kekuasaan negara dan pemerintahan berdasarkan aturan hukum tertentu.3 Kata administrasi berasal dari bahasa latin “administrare” yang berarti to manage. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, administrasi diartikan sebagai; (1) usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi; (2) usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan serta mencapai tujuan; (3) kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah; (4) Kegiatan kantor dan tata usaha.4 Pengertian Hukum Administrasi Negara yang diberikan oleh para sarjana antara lain: Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan bahwa administrasi negara mempunyai tiga arti, yaitu; (1) sebagai aparatur negara, aparatur pemerintahan, atau sebagai institusi politik (kenegaraan); (2) administrasi negara sebagai “fungsi” atau sebagai aktivitas melayani pemerintah yakni sebagai kegiatan 3 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.2006, hal. 22. 4 Ibid. hal. 25.
  • 24. 10 “pemerintah operasional” dan; (3) administrasi negara sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-undang .5 Hukum Administrasi negara adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan hukum, dan oleh karena itu hukum sukar dirumuskan dalam suatu definisi yang tepat, maka demikianlah dengan Hukum Administrasi Negara sukar diadakan suatu perumusan yang sesuai dan tepat.6 Utrecht menyebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain diatur oleh Hukum Tata Negara (hukum negara dalam arti sempit), Hukum Privat, dan sebagainya.7 Menurut Prof. Wiarda dalam Utrecht, Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara, tetapi belum secara konkrit ditentukan tugas hukum administrasi negara atau tugas ilmu hukum administrasi negara.8 Pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut tampak bahwa bidang Hukum Administrasi Negara itu sangat luas sehingga tidak dapat ditentukan secara tegas ruang lingkupnya.9 Dari pemaparan beberapa pendapat sarjana, dapatlah disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan dalam arti sempit yaitu hukum yang cakupanya secara garis besar mengatur hal-hal antara lain : a. Perbuatan pemerintah pusat (pusat dan daerah) dalam bidang publik; 5 Prajudi, Atmosudirjo. Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1994, hal. 43. 6 C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. 1984, hal. 454. 7 Ridwan HR. op. cit. hal. 35. 8 E.Utrecht. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Pustaka Tinta Mas. Surabaya. 1986. hal. 53. 9 Ridwan HR. op. cit. hal. 43.
  • 25. 11 b. Kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan di bidang publik tersebut), diatur mengenai dari mana, dengan cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan kewenangan, penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum sehingga diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum; c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan kewenangan pemerintah itu; d. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang pemerintahan.10 Hukum Administrasi dalam arti sempit, yakni hukum Tata Pengurusan Rumah Tangga Negara, Intern dan Ekstern. Rumah Tangga Negara adalah keseluruhan dari pada hal-hal dan urusan-urusan yang menjadi tugas, kewajiban dan fungsi Negara sebagai suatu badan organisasi, sebagai suatu badan usaha. Rumah Tangga Intern adalah yang menyangkut urusan intern intansi-intansi Administrasi Negara : urusan personel dan kesejahteraan pegawai negeri, urusan keuangan operasional sehari-hari, urusan materiil, alat perlengkapan dan gedung-gedung serta perumahan, urusan komunikasi dan tranportasi intern dan sebagainya. Rumah Tangga Ekstern adalah hal-hal dan urusan-urusan yang tadinya diselenggarakan oleh masyarakat sendiri, namun karena berbagai sebab atau perhitungan dioper oleh Negara melalui pembentukan dinas-dinas dan lembaga-lembaga.11 Aparatur yang menyelenggarakan tugas kegiatan-kegiatan kenegaraan di bawah pimpinan pemerintahan. Istilah Administrasi Negara dalam arti luas, yang terdiri atas: 1. Administrasi (Pemerintah) Pusat; 2. Administrasi (Pemerintah) Wilayah; 3. Administrasi (Pemerintah) Daerah; 10 Ibid. hal. 44. 11 Prajudi, Atmosudirjo. op. cit. hal. 44.
  • 26. 12 4. Administrasi Badan-badan Usaha-usaha Negara; 5. Administrasi (Pemerintah) Desa.12 Hukum Administrasi Negara adalah Hukum mengenai pemerintah di dalam kedudukan, tugas dan fungsinya sebagai Administrator Negara. Pemerintah adalah keseluruhan dari pada Jabatan-jabatan (Pejabat-pejabat) di dalam suatu Negara yang mempunyai tugas dan wewenang politik negara serta pemerintahan. Pemerintah dari pada suatu negara modern mempunyai lima fungsi pokok, yakni; 1. Mengembangkan dan menegakan Persatuan Nasional dan Teritorial, 2. Mengembangkan kebudayaan Nasional yang seserasi-seserasinya semua kebudayaan suku, regional, daerah, dan sebagainya agar terdapat kehidupan Bangsa dan Masyarakat yang rukun, sejahtera, dan makmur. 3. Pemerintahan Pemerintahan adalah tugas dan kegiatan-kegiatan menegak dan mempergunakan wibawa dan kekuasaan Negara, terdiri dari kegiatan-kegiatan: a. Pengaturan perundang-undangan, b. Pembinaan masyarakat negara, c. Kepolisian, dan d. Peradilan 4. Administrasi Negara Administrasi Negara adalah tugas dan kegiatan-kegiatan : a. Melaksanakan dan menyelenggarakan kehendak-kehendak (strategi) serta keputusan-keputusan Pemerintah secara nyata (implementasi). b. Menyelenggarakan undang-undang (menurut pasal-pasalnya) sesuai dengan peraturan-peraturan pelaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah. 5. Bisnis (niaga) Bisnis bukan dagang. Bisnis adalah kegiatan-kegiatan yang teratur (organized) dan melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat sambil mencipta dan memperoleh pendapatan (income, revenue).13 2. Kedudukan Hukum Administrasi Negara Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan 12 Ibid. hal. 79. 13 Ibid. hal. 12.
  • 27. 13 Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan mana bersumber dari kepentingan-kepentingan yang hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan (Individu/Privat) tetapi ada pula yang bersifat umum (Publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan terhadap siapa orang itu berhubungan. Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur tiap-tiap hubungan di antara Negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana, Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.14 Sedangkan Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau mengatur kepentingan individu, seperti Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain sebagainya.15 Dengan demikian Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari Hukum Publik Karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah 14 R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Sinar Grafik. Jakarta, 1992, hal. 195. 15 Ibid, hal. 200.
  • 28. 14 kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan nasional (bangsa), masyarakat dan negara. 3. Peranan Soerjono Soekanto menyatakan bahwa peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan (status).16 Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan setiap orang mempunyai keanekaragaman yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya, peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Menurut Astrid Susanto, peranan dibagi dalam tiga hal, yaitu : 1. Peranan meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan merupakan rangkaian yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilaksanakan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.17 Faktor yang menentukan peranan yang akan dilakukan ditentukan oleh: a. Norma yang berlaku dalam situasi interaksi, yang sesuai dengan norma keseragaman yang berlaku pada kelompok-kelompok masyarakat dalam situasi yang sama. b. Apabila norma itu jelas, maka dapat dikatakan adanya kemungkinan besar untuk menjalankan. c. Apabila individu dihadapkan pada situasi lebih dari satu norma yang dikenalnya, maka dia akan berusaha untuk mengadakan kompromi dan modifikasi diantara norma-norma itu. 16 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. UI Press. Jakarta. 1990, hal. 220. 17 Astrid Soesanto. Dasar-Dasar Sosiologi dan Pengantar Sosial. Bina Cipta. Jakarta. 1983, hal. 23.
  • 29. 15 Peranan juga merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok (organisasi) tertentu yang menjadi bagian atau memegang unsur pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa sebagai akibat dari kedudukan dalam struktur.18 B. Pemerintahan Daerah 1. Pengertian Pemerintahan Daerah Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kewenangan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Hal ini sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945, yaitu : (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal lain yang dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 dan penjelasanya, adalah bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan dengan sistem desentralistik, desentralisasi merupakan suatu sendi susunan organisasi negara yang diterima dan disepakati oleh para pembentuk Negara Republik Indonesia. Penentu pilihan sebagai negara kesatuan dengan sistem desentralistik inilah yang membawa konsekuensi adanya urusan- 18 Oksy Hariatmadi. “ Skripsi Peranan Dinas Pendidikan Dalam Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi di Kabupaten Temanggung. Purwokerto. Fakultas Hukum UNSOED. 2012, hal 45.
  • 30. 16 urusan pemerintahan yang harus didelegasikan kepada satuan pemerintah yang lebih kecil.19 Setiap Negara, betapapun kecilnya harus membagi wilayahnya dalam bagian yang lebih kecil untuk mencapai penyelenggaraan pemerintahan secara efisien. Bagian wilayah tersebut biasanya disebut Daerah atau Wilayah. Dengan demikian, Daerah/Wilayah dibentuk oleh Negara, dan bukan sebaliknya. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah menjadi efektif dan efisien. Pengertian mengenai Pemerintahan Daerah terkandung dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah : Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Penyelenggaraan pemerintah daerah memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Prinsip 19 Muhammad Fauzan. Hukum Pemerintah Daerah Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Stain Press. Purwokerto. 2010, hal 2.
  • 31. 17 otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adapun yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 UUD 1945, asas Pemerintahan Daerah adalah asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. a. Asas desentralisasi Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas desentralisasi ini sebagai hubungan hukum keperdataan, yakni penyerahan sebagian hak dari pemilik hak kepada penerima sebagian hak, dengan objek hak tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di tangan pemerintah, dan hak pemerintah tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan objek hak berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan pemerintahan. Pemberian hak ini, senantiasa harus dipertanggungjawabkan kepada si pemilik hak dalam hal ini Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dan DPRD sebagai kekuatan reprensentasif rakyat di daerah.20 20 Siswanto Sunarno. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. 2006, hal. 7.
  • 32. 18 b. Asas dekonsentrasi Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 merumuskan bahwa : Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada intansi vertikal di wilayah tertentu. Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang pemerintahan yang sebenarnya kewenangan itu ada di tangan pemerintah pusat, yakni menyangkut penetapan strategi kebijakan dan pencapaian program kegiatanya, diberikan kepada gubernur atau instansi vertikal di daerah sesuai arahan kebijaksanaan umum dari pemerintah pusat, sedangkan sektor pembiayaan tetap dilaksanaan oleh pemerintah pusat.21 c. Asas tugas pembantuan Pengertian asas tugas pembantuan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa: Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Asas tugas pembantuan adalah tugas yang diberikan dari instansi atas kepada instansi bawahan yang ada di daerah sesuai arah kebijakan umum yang ditetapkan oleh instansi yang memberikan penugasan, dan wajib mempertanggungjawabkan tugasnya itu kepada instansi yang memberikan 21 Ibid. hal. 8.
  • 33. 19 penugasan. Dalam asas tugas pembantuan ini, telah tersirat dan tersurat bahwa tugas pembantuan kepada desa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota.22 2. Pengertian Otonomi Daerah Pengertian otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur pada Pasal 1 angka 5 yang menegaskan sebagai berikut: Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 1 angka 6 selanjutnya menegaskan tentang pengertian daerah otonom sebagai berikut : Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian otonomi daerah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai berikut: Pengertian “ otonom” secara bahasa adalah berdiri sendiri” atau “dengan pemerintahan sendiri”. Sedangkan “daerah” adalah suatu “wilayah” atau “lingkungan pemerintah”. Dengan demikian pengertian secara istilah “otonomi daerah” adalah “wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri. 22 Ibid. hal. 9.
  • 34. 20 HAW. Widjaja mengemukakan pendapatnya tentang pengertian otonomi daerah sebagai berikut : Otonomi daerah juga dapat diartikan sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.23 Pengertian daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.24 Berdasarkan rumusan tersebut dalam daerah otonom terdapat unsur-unsur sebagai berikut. 1. Unsur (elemen ) batas wilayah Sebagai kesatuan masyarakat hukum, batas suatu wilayah adalah sangat menentukan untuk kepastian hukum bagi pemerintah dan masyarakat dalam melakukan interaksi hukum, misalnya dalam penetapan kewajiban tertentu sebagai warga masyarakat serta pemenuhan hak-hak masyarakat terhadap fungsi pelayanan umum pemerintahan dan peningkatan kesejahteraan secara luas kepada masyarakat setempat. Di sisi lain, batas wilayah ini sangat penting apabila ada sengketa hukum yang menyangkut wilayah perbatasan antar daerah. Dengan perkataan lain, dapat dinyatakan bahwa suatu daerah harus mempunyai wilayah dengan batas-batas yang jelas sehingga dapat dibedakan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainya. 2. Unsur (elemen) pemerintahan Eksistensi pemerintahan di daerah, didasarkan atas legimitasi undang-undang yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, untuk menjalankan urusan pemerintah yang berwenang mengatur berdasarkan kreativitasnya sendiri. Elemen pemerintahan daerah adalah meliputi pemerintah daerah dan lembaga DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. 3. Unsur masyarakat 23 HAW. Widjaja. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003, hal. 76. 24 Siswanto Sunarno. op. cit. hal. 6.
  • 35. 21 Masyarakat sebagai elemen pemerintahan daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum, baik gemeinschaft maupun gesselsschaft jelas mempunyai tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat yang turut mewarnai sistem pemerintahan daerah, mulai dari bentuk berpikir, bertindak, dan kebiasaan tertentu dalam kehidupan masyarakat. Bentuk-bentuk partisipasi budaya masyarakat antara lain gotong royong, permusyawaratan, cara menyatakan pendapatan dan pikiran yang menunjang pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pelayanan pemerintahan.25 3. Perangkat Daerah Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, sedangkan perangkat daerah kabupaten/kota, terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Sekretariat daerah yang dipimpin oleh seseorang sekretaris daerah, mempunyai tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah.26 Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris DPRD yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dengan persetujuan DPRD. Sekretariat DPRD mempunyai tugas, yakni 1. Menyelenggarakan administrasi kesekretarian DPRD; 2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD; 3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; 4. Menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. 25 Ibid. hal. 7. 26 Ibid. hal. 75.
  • 36. 22 Secara teknis operasional sekretaris DPRD bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Adapun lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah. Kecamatan merupakan unsur bagian dari pemerintahan kabupaten/kota yang dalam melaksanakan tugasnya memperoleh limpahan sebagian wewenang bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Di samping itu, kecamatan juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi; a. Menggoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; c. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan penegakan peraturan perundang-undangan; d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; f. Membina penyelenggaraan pemerintah desa/kelurahan; g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintah desa/kelurahan. Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan peraturan daerah. Kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari bupati/walikota. Selain itu kelurahan mempunyai tugas, yakni 1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan; 2. Pemberdayaan masyarakat; 3. Pelayanan masyarakat; 4. Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; 5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
  • 37. 23 C. Pengertian Hukum Pajak 1. Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut Adrian Sutedi yang dimaksud dengan pajak adalah: Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada negara, tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.27 Pajak merupakan penerimaan negara, sebagaimana dikemukakan oleh Santoso Brotodiharjo sebagai berikut : Pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkanya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak).28 Pajak menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah : Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah, yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun unsur-unsur pajak sebagai berikut : a. Iuran dari rakyat kepada negara. Artinya bahwa yang berhak memungut pajak hanyalah negara dan iuran tersebut berupa uang (bukan barang). b. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuasaan undang-undang serta aturan pelaksanaanya. 27 Adrian Sutedi. Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah. Ghalia Indonesia. Jakarta 2008, hal. 8. 28 Santoso Brotodiharjo. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Refika Aditama. Bandung. 1998, hal. 1.
  • 38. 24 c. Tanpa jasa atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.29 Definisi pajak, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu sebagai berikut. a. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya. b. Pembayaran pajak harus masuk kepada kas negara, yaitu kas pemerintah pusat atau kas pemerintah daerah (sesuai dengan jenis pajak yang dipungut). c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individu oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung yang diperoleh si pembayar pajak). Dengan kata lain, tidak ada hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan kontraprestasi secara individu. d. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan manifestasi kontraprestasi dari negara kepada para pembayar pajak. e. Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang menurut peraturan perundang-undangan pajak dikenakan pajak. f. Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan. Artinya wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran pajak, dapat dikenakan sanksi, baik sanksi pidana maupun dengan denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.30 Sistem pemungutan pajak berkaitan dengan kewenangan dan tanggung jawab untuk menghitung besarnya pajak yang terutang. Berkenaan dengan sistem pemungutan pajak, terdapat beberapa sistem yakni sebagai berikut a. Self Assesment Self assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Dalam tata cara ini, kegiatan pemungutan pajak diletakan kepada aktivitas dari masyarakat sendiri, yaitu wajib pajak diberi kepercayaan untuk: 1. Menghitung sendiri pajak yang terutang; 2. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang; 29 Mardiasmo. Perpajakan.Andi Ofset. Yogyakarta. 2002, hal. 1. 30 Marihot P, Siahaan. Pajak Daerah Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005, hal. 8.
  • 39. 25 3. Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar;dan 4. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Syarat-syarat sistem self assessment dapat berhasil dengan baik, apabila terdapat: 1. Adanya kepastian hukum; 2. Sederhana perhitunganya; 3. Mudah melaksanakanya; 4. Lebih adil dan merata; 5. Perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak. b. Official Assesment Official assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak, dimana aparatur pajak yang menentukan sendiri (di luar wajib pajak) jumlah pajak yang terutang. Dalam sistem ini, inisiatif sepenuhnya ada pada aparatur pajak, atau kegiatan dalam menghitung dan pemungutan pajak sepenuhnya ada pada aparatur pajak. Sistem ini berhasil dengan baik kalau aparatur perpajakan, baik kualitas maupun kuantitasnya, telah memenuhi kebutuhan. c. Withholding System Withholding system adalah penghitungan, pemotongan, pembayaran serta pelaporan pajak yang dipercayakan kepada pihak ketiga oleh pemerintah (semi self assesment).31 Wewenang pemungutan pajak tidak hanya berada pada pemerintah pusat, tetapi ada sebagian pajak yang diserahkan kepada pemerintah daerah, yaitu sebagai pajak daerah. Sumitro juga merumuskan tentang pengertian pajak daerah yaitu sebagai berikut: Pajak lokal atau pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah-daerah swatantra seperti provinsi, kotapraja, kabupaten dan sebagainya.32 2. Asas- asas pemungutan Pajak Asas-asas pemungutan Pajak yang dikenal dengan The Four Cannons atau The Four Maxims dengan uraian sebagai berikut : 31 Adrian Sutedi. op. cit. hal. 33. 32 Rohmat Soemitro. Pajak dan Pembangunan. PT. Eresco. Bandung. 1974, hal. 29.
  • 40. 26 a. Equality Pembebanan Pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuanya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di bawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equality ini tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diantara sesama Wajib Pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan yang sama Wajib Pajak harus diperlakukan sama. b. Certainty Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi (not arbitrary). Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayaranya. c. Convinience of Payment Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan yang dikenakan pajak. d. Economic of Collections Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat (seefisien) mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.33 3. Teori-teori pembenaran pemungutan Pajak Beberapa teori yang memberikan dasar pembenaran (justification) untuk menjawab berbagai perdebatan yang ada di kalangan para sarjana dan pemikir masalah pemungut pajak mengenai apakah negara dibenarkan memungut pajak dari rakyat. Bahwa hukum pajak harus mengabdi kepada keadilan. Keadilan inilah yang kita namakan asas menurut falsafah hukum (recht filosofi) yaitu “The Four Maxim”. Untuk memberi dasar menyatakan keadilanya, di bawah ini diterangkan teori-teori pajak dari zaman ke zaman. a. Teori Asuransi Adalah termasuk dalam tugas negara untuk melindungi orang dan segala kepentinganya: keselamatan dan keamanan jiwa, juga harta bendanya. Sebagaimana juga halnya dengan setiap perjanjian asuransi (pertanggungan), maka untuk perlindungan tersebut. Diperlukan 33 Erly Suandy. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta. 2005, hal 28.
  • 41. 27 pembayaran premi, dan di dalam hal ini, pajak inilah yang dianggap sebagai preminya, yang pada waktu-waktu yang tertentu harus dibayar oleh masing-masing. Walaupun perbandingan dengan perusahaan asuransi tidak tepat, karena : (1) dalam hal timbul kerugian, tidak adanya suatu penggantian dari negara, (2) antara pembayaran jumlah-jumlah pajak dengan jasa-jasa yang diberikan oleh negara, tidaklah terdapat hubungan yang langsung, namun teori ini oleh para penganutnya dipertahankan, sekedar untuk memberi dasar hukum kepada pemungutan pajak saja. Karena pincangnya persamaan tadi, yang menimbulkan ketidakpuasan, karena ajaran bahwa pajak adalah bukan retribusi (yang untuk itu orang-orangnya yang membayar berhak mendapatkan kontraprestasi yang langsung), maka makin lama makin berkuranglah jumlah penganut teori ini, sehingga dapat dikatakan tamatlah riwayat kini. Pembayaran pajak tidak dapat disamakan dengan pembayaran premi oleh seseorang kepada perusahaan pertanggungan. b. Teori Kepentingan Teori ini dalam ajaranya yang semula, hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari penduduk seluruhnya. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam tugas-tugas pemerintah (yang bermanfaat baginya), termasuk juga perlindungan atas jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya. Maka sudah selayaknyalah bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara untuk menunaikan kewajibanya, dibebankan kepada mereka itu. Terhadap teori ini pun banyak memajukan sanggahanya, sebab dalam ajaranya pun pajak dikacaukan pula dengan retribusi (untuk kepentingan yang lebih besar, yaitu perlindungan terhadap harta benda yang lebih banyak harganya daripada harta si miskin, diharuskan pembayaran pajak yang lebih besar pula). Padahal mungkin sekali mungkin si miskin nya dalam perlindungan yang termasuk dalam lapangan jaminan sosial, sehingga sebagai konsekuensi sebetulnya ia harus membayar pajak lebih banyak, dan ini adalah suatu hal yang bertentangan dengan kenyataan. Lagipula untuk mengambil kepentingan seseorang dalam usaha pemerintah sebagai ukuran, semenjak dahulu kala belumlah ada alat-alat pengukurnya, sehingga sukar sekali akan dapat ditentukan dengan tegas. Demikian maka juga makin berkuranglah jumlah sarjana yang mempertahankan teori yang tidak sesuai dengan kenyataan ini. c. Teori Daya Pikul/Teori Gaya Pikul Teori ini pada hakikatnya mengandung kesimpulan, bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk keperluan ini diperlukan biaya-biaya ini dipikul oleh segenap orang yang menikmati perlindungan itu, yaitu dalam bentuk pajak. Yang menjadi pokok pangkal teori ini pun adalah asas keadilan, yaitu tekanan pajak itu haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut gaya pikul seseorang, dan sekedar untuk mengukur gaya pikul ini, dapatlah dipergunakan, selain besarnya penghasilan dan kekayaan, juga
  • 42. 28 pengeluaran atau pembelanjaan. Hingga kini teori ini masih dipertahankan oleh kebanyakan sarjana terkemuka dalam lapangan hukum pajak. Asas ini sangat terkenal, tetapi mengenai seluk beluknya sering sekalilah timbul salah paham, bahkan diantara para sarjana hukum lainya.34 D. Retribusi 1. Pengertian Retribusi Pengertian retribusi menurut Rohmat Soemitro, yang dimaksud dengan retribusi adalah: Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menerima balas jasa dari negara. Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara. Dengan kata lain, retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran kepada negara atau merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk.35 Retribusi menurut Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah: Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka terlihat ciri-ciri retribusi adalah sebagai berikut: 1. Retribusi dipungut oleh negara 2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis 3. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk 34 Santoso Brotodiharjo. op. cit. hal. 31. 35 Rohmat Soemitro. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Rineka Cipta. Jakarta. 1979, hal. 17.
  • 43. 29 4. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan/ mengenyam jasa-jasa yang disiapkan negara.36 Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut. 1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan. 2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan daerah. 3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya. 4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan. 5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.37 2. Perbedaan Retribusi dan Pajak Dari penjelasan mengenai pengertian Pajak dan Retribusi maka dapat ditarik kesimpulan mengenai perbedaan antara Pajak dan Retribusi adalah sebagai berikut: a. Kontra prestasinya. Pada retribusi kontra prestasinya dapat ditunjuk secara langsung dan secara individu dan golongan tertentu sedangkan pada pajak pajak kontra prestasinya tidak dapat ditunjuk secara langsung. b. Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran, yaitu pajak balas jasa pemerintah berlaku untuk umum, seluruh rakyat menikmati balas jasa, baik yang membayar pajak maupun yang dibebaskan dari pajak. Sebaliknya pada retribusi balas jasa negara/pemerintahan berlaku khusus, hanya dinikmati oleh pihak yang telah melakukan pembayaran retribusi. c. Sifat pemungutanya. Pajak bersifat umum, artinya berlaku untuk setiap orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sedangkan retribusi hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk. d. Sifat pelaksanaanya. Pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan yang berlaku umum dan dalam pelaksanaan dapat dipaksakan, yaitu setiap 36 Josef Riwu Kaho. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.2002, hal 153. 37 Marihot P, Siahaan. op. cit. hal. 7.
  • 44. 30 orang yang ingin mendapatkan suatu jasa tertentu dari pemerintah harus membayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada retribusi bersifat ekonomis sehingga pada hakekatnya diserahkan pada pihak yang bersangkutan untuk membayar atau tidak. Hal ini berbeda dengan pajak. Sifat paksaan pajak adalah yuridis, artinya bahwa setiap orang yang melanggarnya akan mendapat sanksi hukuman, baik sanksi pidana maupun denda. e. Lembaga atau badan pemungut. Pajak dapat dipungut oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah sedangkan retribusi hanya dipungut oleh pemerintah daerah.38 3. Jenis Retribusi Objek Retribusi diatur dalam Pasal 108 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu : (1) Objek Retribusi adalah : a. Jasa Umum; b. Jasa Usaha; dan c. Perizinan tertentu. Pengertian Objek Retribusi Jasa Umum diatur dalam Pasal 109 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Jasa Umum diatur dalam Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu : (1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah : a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; b. Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan; c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; 38 Ibid. hal. 11.
  • 45. 31 d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f. Retribusi Pelayanan Pasar; g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i. Retribusi Pengganti Biaya Cetak Peta; j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; k. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair; l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Sedangkan pengertian Objek Jasa Usaha diatur dalam pasal 126 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi : a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta. Jenis Retribusi Jasa Usaha diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu : Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah : a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan; d. Retribusi Terminal; e. Retribusi Tempat Khusus Parkir; f. Retrbusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/villa; g. Retribusi Rumah Potong Hewan; h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; j. Retribusi Penyeberangan Air; dan k. Retribusi Penjualan Usaha Daerah. Pengertian Objek Perizinan tertentu diatur dalam Pasal 140 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah:
  • 46. 32 Pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu diatur dalam Pasal 141 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu : Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah : a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Berakohol; c. Retribusi Izin Gangguan; d. Retribusi Izin Trayek; dan e. Retribusi Izin Usaha Perikanan. Pasal 150 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyatakan jenis retribusi lain yang ditetapkan dalam Pasal 110 ayat (1), Pasal 127, dan Pasal 141 sepanjang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Retribusi Jasa Umum 1) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perzinan Tertentu; 2) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi; 3) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum; 4) Jasa tersebut layak dikenakan retribusi; 5) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraanya; 6) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan 7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik. b. Retribusi Jasa Usaha 1) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bukan Retribusi Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan
  • 47. 33 2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah. c. Retribusi Perizinan Tertentu 1) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi; 2) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan 3) Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai retribusi perizinan. 4. Pengertian Retribusi Pasar Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis Retribusi Jasa Umum yang keberadaanya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengertian retribusi pasar yang termasuk Objek Jasa Umum diatur dalam Pasal 116 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah yang dimaksud Retribusi Pasar adalah : (1) Objek Retribusi pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pelayanan pasar tradisional /sederhana, berupa pelataran, los, kios, yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. (2) Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Dalam melaksanakan retribusi jasa umum harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu. 2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan asas desentratralisasi. 3. Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.
  • 48. 34 4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi. 5. Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien serta merupakan satu sumber pendapatan daerah yang potensial. 6. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.39 Selain mempunyai kriteria yang dikemukakan di atas, retribusi pasar juga mempunyai objek yang sama dengan retribusi jasa umum lain yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau golongan. Sedangkan subjek retribusi ini adalah pengguna jasa pelayanan pasar. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif didasarkan pada kebijakan daerah yang memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Retribusi pasar merupakan salah satu jenis retribusi yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar. Di dalam Peraturan Daerah tersebut retribusi pasar digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum, oleh karena itu retribusi pasar termasuk dalam Retribusi Jasa Umum. Pengertian Pasar berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual dimana dalam pasar tersebut terjadi transaksi antar pembeli dan penjual. Pasar adalah tempat orang berjual beli. 39 Ibid. hal .438.
  • 49. 35 Retribusi pasar dirasakan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Karena jumlah pasar yang cukup banyak, dan di dalam pasar tersebut terjadi transaksi setiap harinya dan bagi yang melakukan transaksi atau kegiatan jual beli pasar dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut sebagai tempat transaksi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar, pengertian pasar yang terdapat pada Pasal 1 angka 12 yang dimaksud pasar adalah: Pasar adalah pasar daerah yang ada di daerah termasuk di dalamnya bangunan-bangunan beratap maupun tanah-tanah lapang yang termasuk dalam lingkungan pasar sebagai tempat jual beli secara teratur, langsung memperdagangkan barang atau jasa. Selanjutnya pengertian dari Retribusi Pasar. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 7 dijelaskan bahwa: Retribusi Pasar yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa umum yang meliputi penyediaan fasilitas pasar yang berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK serta Fasilitas Perpasaran. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar maka pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo meliputi penyediaan fasilitas pasar yang terdiri dari Kios, Los, Pelataran, MCK dan Fasilitas Perpasaran.
  • 50. 36 Berdasarkan Pasal 1 angka 17 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Kios adalah: Kios adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan tertutup sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat menyimpan dan memasarkan barang dagangan dimana setiap petak kios dibatasi dengan dinding tembok dan atau kayu yang dilengkapi dengan pintu. Pengertian Los diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pasal 1 angka 18 adalah: Los adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan terbuka sehingga hanya dapat memasarkan barang dagangan, dimana setiap los terdiri dari beberapa petak dan masing-masing petak diberi tanda batas yang mudah dilihat dan dimengerti oleh semua orang yang berkepentingan. Pengertian Pelataran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 19 dijelaskan bahwa: Pelataran terbuka adalah bagian bangunan pasar yang bersifat terbuka tanpa atap dan hanya dapat dipergunakan memasarkan barang, jasa dan bongkar muat. Selanjutnya Pengertian Fasilitas Perpasaran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 9 adalah: Fasilitas Perpasaran adalah tempat jual beli umum di luar pasar yang merupakan tempat usaha berupa banguan tetap maupun tidak tetap dan bukan
  • 51. 37 milik Pemerintah Daerah yang mendapat pengaruh langsung karena adanya sarana dan prasarana yang disediakan Pemerintah daerah. Wajib Retribusi diatur dalam Peraturan Daerah Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pada Pasal 1 angka 10 adalah: Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Daerah ini ditetapkan untuk melaksanakan pembayaran Retribusi Daerah. Obyek dan subyek retribusi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 diatur pada Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 3 menentukan obyek retribusi sebagai berikut: (1). Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan Fasilitas Pasar oleh Pemerintah Daerah berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK (mandi cuci kakus). (2). Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan Fasilitas Pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta. Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang subyek retribusi adalah: Subyek retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menggunakan fasilitas pasar yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
  • 52. BAB III METODE PENELITIAN Kata Metode dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercipta hasil yang baik seperti yang dikehendaki, sedangkan kata Penelitian didefinisikan sebagai pencarian, pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, suatu objek yang dilakukan berdasarkan teori serta cara-cara yang sistematis untuk memperoleh jawaban atas suatu masalah yang bersifat keilmuan, atau untuk menguji hipotesis dalam pengembangan prinsip-prinsip umum. Jadi metode penelitian dapat diartikan sebagai cara-cara yang digunakan untuk melakukan penelitian agar mendapat hasil penelitian yang memuaskan dan sesuai tujuan yang dikehendaki. Metode adalah suatu cara untuk menemukan jawaban akan sesuatu hal. Cara penemuan tersebut sudah tersusun dalam langkah-langkah tertentu yang sistematis.40 Jadi dengan kata lain metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Penelitian pada umumya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran dari suatu pengetahuan. Menemukan berarti memperluas dan menggali lebih dalam sesuatu yang telah ada. Menguji kebenaran dilakukan jika apa yang sudah ada masih atau menjadi diragukan kebenaranya.41 Dengan demikian, setiap penelitian berangkat dari ketidaktahuan dan berakhir pada 40 Soerjoeno Soekanto dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). CV Rajawali. Jakarta. 1986, hal 1. 41 Ronny Hanitijo Soemitro . Metode Penelitian Hukum. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1990, hal. 15.
  • 53. 39 keraguan, dan tahap selanjutnya berangkat dari keraguan dan berakhir pada suatu hipotesis.42 Suatu Penelitian perlu didukung oleh metode yang baik dan benar, agar diperoleh hasil yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya. Dengan kata lain metode harus ada dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode yang berupa cara berpikir dan berbuat untuk persiapan penelitian, sistematika, dan pemikiran tertentu yang mempelajari satu atau lebih gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya. A. Metode Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsep legalistis positifis yang memandang hukum identik dengan norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang, selain itu konsepsi ini memandang hukum sebagai sistem normatif yang bersifat otonom, tertulis dan terlepas dari kehidupan masyarakat.43 Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan ialah pendekatan perundang-undangan (statue approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian. 42 Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2004, hal. 19. 43 Ronny Hanitijo Soemitro. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1986, hal. 13.
  • 54. 40 Selain itu juga digunakan pendekatan lain yang diperlukan guna memperjelas analisis ilmiah yang diperlukan dalam penelitian normatif.44 B. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi penelitian Preskriptif, yaitu suatu penelitian yang menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum, sehingga apa yang senyatanya berhadapan dengan apa yang seharusnya agar dapat memberi rumusan tertentu.45 C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal Soedirman, Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman dan Intansi yang terkait dengan obyek penelitian yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. D. Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan hukum ini ada dua macam, yaitu: 1. Data Sekunder Data sekunder meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Bahan Hukum Primer 44 Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Bayumedia Publishing. Malang. 2006, hal. 95. 45 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum Normatif. Kencana. Jakarta. 2005, hal 22.
  • 55. 41 Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, terdiri dari: 1) Peraturan dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 2) Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan penelitian ini, yaitu: a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah b) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah c) Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar d) Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 17 Tahun 2008 tentang pedoman Tugas Pokok dan Fungsi Serta Uraian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, antara lain: 1) Pustaka di bidang hukum. 2) Artikel-artikel ilmiah, baik dari koran maupun internet, 3) Hasil penelitian yang ada hubunganya dengan permasalahan yang diteliti.
  • 56. 42 c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa: 1) Kamus hukum 2) Ensiklopedia 2. Data Primer Data primer berupa keterangan-keterangan dari pihak atau staf yang bidang kerjanya berkaitan dengan masalah yang diteliti di lingkungan kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo. E. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder Data yang diperoleh dengan cara studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, literatur dan dokumen yang ada relevansinya dengan permasalahan yang diteliti yang dilakukan di Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal Soedirman, yang selanjutnya dikaji secara keseluruhan. 2. Data Primer Data yang diperoleh dari cara interview atau wawancara dengan pihak terkait dengan masalah yang diteliti pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Wonosobo.
  • 57. 43 F. Metode Penyajian Data Metode penyajian data dalam penyusunan penelitian ini akan disajikan dalam bentuk uraian secara sistematis, logis dan rasional. Dalam arti keseluruhan data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainya disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh didasarkan pada norma hukum atau kaidah-kaidah hukum serta doktrin hukum yang relevan dengan pokok permasalahan. G. Analisis Data Seluruh data yang telah terkumpul secara lengkap dari hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis normatif kualitatif. Normatif, karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan perundang-undangan yang ada sebagai norma hukum positif, sedangkan kualitatif yaitu menghubungkan paparan hasil penelitian yang tersistematis tersebut dengan yang didapat dari teori hukum, postulat hukum, serta hukum positif, untuk dapat menjelaskan permasalahan secara ilmiah dan bukan dalam bentuk angka-angka.
  • 58. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian 1. Data Sekunder 1.1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Setiap Negara, betapapun kecilnya harus membagi wilayahnya dalam bagian yang lebih kecil untuk mencapai penyelenggaraan pemerintahan secara efisien. Bagian wilayah tersebut biasanya disebut Daerah atau Wilayah. Dengan demikian, Daerah/Wilayah dibentuk oleh Negara, dan bukan sebaliknya. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah menjadi efektif dan efisien. Pengertian mengenai Pemerintahan Daerah terkandung dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah :
  • 59. 45 Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Penyelenggaraan pemerintah daerah memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adapun yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 18 UUD 1945, asas Pemerintahan Daerah adalah asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. a. Asas desentralisasi Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Asas dekonsentrasi Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 merumuskan bahwa : Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada intansi vertikal di wilayah tertentu.
  • 60. 46 c. Asas tugas pembantuan Pengertian asas tugas pembantuan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa: Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Pengertian otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur pada Pasal 1 angka 5 yang menegaskan sebagai berikut: Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 1 angka 6 selanjutnya menegaskan tentang pengertian daerah otonom sebagai berikut : Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1.2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Sejalan dengan pemberian urusan kepada Pemerintahan Daerah termasuk sumber keuanganya untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah salah satunya melalui retribusi. Retribusi merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, selain Pajak Daerah. Pengertian Retribusi menurut Pasal 1 angka 64 Undang-
  • 61. 47 Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah: Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Diantara macam-macam retribusi daerah, retribusi pasar dirasakan memberi kontribusi yang cukup besar dalam Pendapatan Asli Daerah. Karena di dalam pasar tersebut terjadi transaksi setiap harinya dan yang melakukan kegiatan jual beli pasar dipungut biaya karena menggunakan pasar tersebut sebagai tempat transaksi. Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis Retribusi Jasa Umum yang keberadaanya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengertian retribusi pasar yang termasuk Objek Jasa Umum diatur dalam Pasal 116 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah yang dimaksud Retribusi Pasar adalah : (1) Objek Retribusi pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pelayanan pasar tradisional /sederhana, berupa pelataran, los, kios, yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. (2) Dikecualikan dari Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Retribusi Pasar termasuk ke dalam golongan retribusi jasa umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
  • 62. 48 tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 1.3 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pasar a. Pengertian Retribusi Pasar Retribusi Pasar merupakan salah satu jenis retribusi yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar. Di dalam Peraturan Daerah tersebut retribusi pasar digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum, oleh karena itu retribusi pasar termasuk dalam Retribusi Jasa Umum. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar, pengertian pasar yang terdapat pada Pasal 1 angka 12 yang dimaksud pasar adalah: Pasar adalah pasar daerah yang ada di daerah termasuk di dalamnya bangunan-bangunan beratap maupun tanah-tanah lapang yang termasuk dalam lingkungan pasar sebagai tempat jual beli secara teratur, langsung memperdagangkan barang atau jasa. Selanjutnya pengertian dari Retribusi Pasar. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 7 dijelaskan bahwa: Retribusi Pasar yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa umum yang meliputi penyediaan fasilitas pasar yang berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK serta Fasilitas Perpasaran.
  • 63. 49 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar maka pemungutan retribusi pasar di Kabupaten Wonosobo meliputi penyediaan fasilitas pasar yang terdiri dari Kios, Los, Pelataran, MCK dan Fasilitas Perpasaran. Berdasarkan Pasal 1 angka 17 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Kios adalah: Kios adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan tertutup sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat menyimpan dan memasarkan barang dagangan dimana setiap petak kios dibatasi dengan dinding tembok dan atau kayu yang dilengkapi dengan pintu. Pengertian Los diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pasal 1 angka 18 adalah: Los adalah bagian bangunan pasar yang bersifat permanen dan terbuka sehingga hanya dapat memasarkan barang dagangan, dimana setiap los terdiri dari beberapa petak dan masing-masing petak diberi tanda batas yang mudah dilihat dan dimengerti oleh semua orang yang berkepentingan. Pengertian Pelataran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 19 dijelaskan bahwa: Pelataran terbuka adalah bagian bangunan pasar yang bersifat terbuka tanpa atap dan hanya dapat dipergunakan memasarkan barang, jasa dan bongkar muat.
  • 64. 50 Selanjutnya Pengertian Fasilitas Perpasaran diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar pada Pasal 1 angka 9 adalah: Fasilitas Perpasaran adalah tempat jual beli umum di luar pasar yang merupakan tempat usaha berupa banguan tetap maupun tidak tetap dan bukan milik Pemerintah Daerah yang mendapat pengaruh langsung karena adanya sarana dan prasarana yang disediakan Pemerintah daerah. Wajib Retribusi diatur dalam Peraturan Daerah Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang Retribusi Pasar Pada Pasal 1 angka 10 adalah: Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Daerah ini ditetapkan untuk melaksanakan pembayaran Retribusi Daerah. b. Nama, Obyek dan Subyek Retribusi Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang nama retribusi adalah : Dengan nama retribusi pasar dipungut sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar bagi setiap orang pribadi atau badan yang menjual barang dan jasa. Obyek dan subyek retribusi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 diatur pada Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 3 menentukan obyek retribusi sebagai berikut: (1). Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan Fasilitas Pasar oleh Pemerintah Daerah berupa, Kios, Los, Pelataran, MCK (mandi cuci kakus).
  • 65. 51 (2). Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan Fasilitas Pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta. Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 Tahun 2009 tentang subyek retribusi adalah: Subyek retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menggunakan fasilitas pasar yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. c. Tarif, masa dan tata cara penetapan retribusi pasar Prinsip dan sasaran dalam besarnya tarif retribusi didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Besarnya tarif retribusi pasar diatur dalam Pasal 8 Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 10 tentang Retribusi Pasar adalah sebagai berikut : 1. Tarif Retribusi Pasar KELAS PASAR LOKASI/ JENIS KIOS LOS PELATARAN/ PKL KET. RET/M2/ HARI RET/M2/ HARI RET/M2/ HARI I 1 2 3 120,00 90,00 80,00 90,00 70,00 80,00 300,00 Masa Penarikan Retribusi Selama 1(satu) bulan untuk 30 (tiga puluh) hari II 1 2 3 100,00 90,00 80,00 90,00 70,00 80,00 300,00 III 1 2 3 80,00 70,00 60,00 70,00 60,00 50,00 200,00
  • 66. 52 2. Untuk Hewan dan Unggas setiap kali masuk ditetapkan sebagai berikut : NO JENIS RETRIBUSI 1 2 3 4 Ternak Besar Ternak Kecil Pengguna Bongkar Muat (Bardog) Unggas dan sejenisnya 3.000,00/ekor 1.000,00/ekor 500,00/ekor 300,00/ekor 3. Untuk pengguna Fasilitas : NO FASILITAS JENIS TARIF (Rp) KET. 1 MCK - Buang air kecil - Buang air besar - Mandi 500,00 1.000,00 1.000,00 Setiap kali Pemakaian 2 Bongkar muat barang - Kendaraan roda 2 atau lebih - Kendaraan roda 4 - Kendaraan roda 6 atau lebih 1.000,00 2.500,00 4.000,00 Setiap kali bongkar muat 4. Untuk fasilitas perpasaran, sebagai berikut : a. Fasilitas Perpasaran Kelas I sebesar Rp. 30,-/m2/hari; b. Fasilitas Perpasaran Kelas II sebesar Rp. 20,-/m2/hari;dan c. Fasilitas Perpasaran Kelas III sebesar Rp. 10,-/m2/hari. 5. Tarif Retribusi, izin, daftar ulang, pemindahan, perpanjangan pengguna tempat dasaran sebagai berikut : NO JENIS KIOS LOS 1 Izin penggunaan tempat dasaran baru 500 x tarif retribusi harian x luas 250 x tarif retribusi harian x luas 2 Daftar ulang penggunaan tempat dasaran Rp 10.000/tahun Rp. 5.000/tahun 3 Balik nama penggunaan tempat dasaran 200 x tarif retribusi harian 100 x tarif retribusi harian x luas