Pengolahan lanjutan (tertiary treatment) dipakai jika unit proses sebelumnya yaitu primary
treatment dan secondary treatment telah dipakai, namun kualitas air olahan (treated water) masih
belum memenuhi yang diinginkan.
Berbagai macam unit proses tertiary treatment diantaranya yang sering dipakai adalah adsorbsi
karbon aktif, denitrifikasi dan dephorphorisasi, pertukaran ion, ultra filtrasi, reverse osmosys
bahkan proses proses coagulasi dan flokulasi juga bisa difungsikan sebagai tertiary treatment.
Wastewater Treatment of Technology by BMD Street Consulting
1. BMD Street Consulting
Present:
“ Training Improvement of Wastewater Treatment “
1. Pengolahan Lanjutan (Advance wastewater Treatment)
1.1 Umum
Pengolahan lanjutan (tertiary treatment) dipakai jika unit proses sebelumnya yaitu primary
treatment dan secondary treatment telah dipakai, namun kualitas air olahan (treated water) masih
belum memenuhi yang diinginkan.
Berbagai macam unit proses tertiary treatment diantaranya yang sering dipakai adalah adsorbsi
karbon aktif, denitrifikasi dan dephorphorisasi, pertukaran ion, ultra filtrasi, reverse osmosys
bahkan proses proses coagulasi dan flokulasi juga bisa difungsikan sebagai tertiary treatment.
1.2 Adsorpsi Karbon Aktif
Sebelumnya pemakaian adsorbsi karbon aktif sering dilakukan dalam proses
pengolahan di air bersih. Namun pada perkembangan selanjutnya, juga digunakan didalam
proses pengolahan air limbah. Efek yang dihasilkan dapat terasakan secara langsung. Namun
karena sifatnya sebagai adsorber, pada suatu saat sifat adsorbernya tidak mempunyai efek lagi.
Hal ini disebabkan pori-pori sebagai adsorbernya telah jenuh dengan bahan yang diserap.
Sehingga kedalam system tersebut perlu dilakukan penggantian media karbon aktif. Carbon aktif
dapat diregenerasi sehingga yang tadinya jenuh menjadi bersih kembali dengan menghilangkan
bahan pengotornya. Namun demikian kita tidak dapat mengharapkan proses regenerasi dapat
kembali 100 % ke kondisi awal.
(1) Sifat Karbon Aktif.
Bahan karbon aktif terbuat dari berbagai macam bahan, diantaranya yaitu ada yang
terbuat dari batok kelapa (coconut shell), batu bara muda (bituminous coal) dan
sebagainya.
Komposisi karbon aktif adalah kandungan carbon 85 – 95 %, Oksigen 3 – 11 %,
hydrogen 0.6 – 7.8 %, nitrogen 0.3 – 0.5 %, Phosphat 1 – 3 %, Sulphur 0 – 2 %, besi 0 –
1 %, CaO 0 – 1 % , tembaga 0 – 2 %, sodium 0 – 3 %, Chloride 0 – 0.5 %, dan
sebagainya.
Dipasaran karbon aktif terdiri dari 2 jenis bentuk yaitu yang bubuk (powder) dan
granular. Ukuran bubuk biasanya dibawah 200 mesh dan yang granular 3.5 mesh sampai
30 mesh. Didalam aplikasi untuk yang bubuk banyak dipakai yang 200 mesh dan
granular 8 sampai 25 mesh. Bentuk karbon aktif lainnya yaitu dalam bentuk silindris
dengan ukuran 2 – 4 mm.
Carbon aktif memiliki struktur mesh yang bermacam-macam bentuk dan ukuran pori-
porinya. Besarnya diameter pori-pori ini antara 1 nm sampai 10.000 nm. Untuk ukuran 0
– 100 nm disebut Mikro pores, sedangkan antara 100 – 10.000 disebut makro pores. Luas
permukaan pori-pori yang terdapat dalam karbon aktif biasanya sebesar 600 sampai
1.800 m2/g. Karena mempunyai sifat permukaan yang besar ini, maka dapat bersifat
sebagai adsorbent/penyerap.
2. Pada aplikasi dilapangan dalam pemilihan pengadaan karbon aktif akan dihadapkan
pemilihan karbon aktif berapa nilai iodine number yang diinginkan. Nilai iodine number
(IN) menyatakan bilangan oksidasi yang menyatakan tingkat performa dari karbon aktif
tersebut. Nilai karbon aktif di yang ada dilapangan berkisar dari 400 sampai 1200. Nilai
400 mempunyai performa yang rendah sedangkan nilai IN 1200 mempunyai performa
yang baik sekali. Namun pada nilai iodine number yang sama pada bahan yang berbeda
misalnya pada bahan dari coconut shell dan dari bahan batubara akan berbeda. Dari
bahan batubara jauh lebih baik namun harganyanya jauh berbeda.
Cara pembuatan carbon aktif yaitu dengan karbonisasi dan pengaktifan bahan. Umumnya
dibuat dengan dua cara yaitu yang pertama dengan cara kimia yaitu dengan
mencarpurkan zinc chloride atau asam belerang kemudian digiling (sintering). Proses
selanjutnya yaitu dengan mencuci bahan kimia sisa yang tidak terpakai. Cara yang kedua
yaitu dengan pemanasan. Bahan mentah dikarbonisasi kemudian dipanaskan pada suhu
800 – 900 oC. Proses selanjutnya yaitu pengaktifan dengan menyemprotkan uap panas
atau gas karbon dioksida.
Pada perkembangan selanjutnya karbon aktif juga sudah dibuat secara massal dari bahan
ban mobil bekas.
(2) Cara Kerja Penyerapan Kotoran Cair Oleh Karbon Aktif (Liquid Phase
Adsorption).
Pertama-tama terjadi kontak antara cairan dan karbon aktif. Kontak pertama hanya terjadi
dipermukaan. Step ke dua cairan disebarkan ke permukaan di bagian pori-pori dengan
cara adsorpsi yang disebut dengan intra granular diffusion. Hubungan antara jumlah yang
terserap dan konsentrasi larutan seringkali digambarkan dengan persamaan adsoption
isotherm dari Freundlich, yaitu
X = kCn
Dimana : X = jumlah kotoran yang diadsorpsi per berat karbon aktif.
C = konsentrasi larutan.
K, n = konstanta yang nilainya ditentukan oleh adsorben (bahan yang
diserap).
(3) Metoda Pengolahan
Beberapa metoda pengolahan yang biasa dilakukan yaitu :
(a) Metoda Fixed Bed
Metoda fixed umum sekali digunakan di air limbah. Peralatan yang diperlukan
adalah tanki untuk menempatkan media karbon aktif.
Pada metoda ini carbon aktif ditempatkan secara tetap. Cairan yang akan diolah
dialirkan dari atas tangki secara merata. Air akan mengalir dari atas sampai ke
bawah. Selama perjalanan ke bawah carbon aktif akan menyerap (adsorption)
3. Air Masuk
material yang ada di cairan.
Distributor
Filter
Process
Carbon Active
Air Keluar
Gambar 1 Proses Adsorpsi Karbon Aktif Secara Fixed Bed.
(b) Metoda Lapisan Yang Bergerak (mobillayer bed type).
Peralatan yang dipakai hampir sama dengan type fixed bed, yaitu Tanki yang
memuat media carbon aktif. Bedanya adalah pemasukan cairan melalui bawah
tanki. Dengan demikian akan terjadi olakan dan karbon aktif akan bergerak-
gerak. Penggantian karbon aktif yang telah jenih dilakukan setiap hari dengan
membuang dan menambahkan sebesar sekitar 5 % perharinya melalui bagian
bawah.
(c) Fluidize Bed.
Pada proses ini cairan dimasukan secara upflow. Pada system ini penggunaan
karbon aktif bias lebih sedikit sehingga beaya awal bisa lebih dikurangi.
Permasalahan yang biasa terjadi penyumbatan bisa dihindari karena karbon aktif
dapat melayang secara bebas.
Continue text, Visit to : http://bmdstreet.com/training-improvement-of-wastewater-treatment
----Thx----