SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
KOMPLEKSITAS DIBALIK JATUHNYA KORBAN PASIEN MISKIN

     Menelisik kasus Ny. Surip (74 th) pasien miskin yang meningggal karena diduga
kurang mendapatkan pelayanan maksimal di RSUD (SM,18/03/2008), bagaimanapun
telah menimbulkan luka dan keprihatinan mendalam. Semua itu merupakan bagian
keniscayaan yang telah diprediksi dan disuarakan banyak pihak termasuk oleh penulis
seperti pernah dimuat dalam harian ini, bahwa akibat ”jebakan” ketidak pastian yang
berkepanjangan dari masa transisi perubahan askeskin akan memberi konsekuensi
peningkatan risiko kesakitan dan kematian pasien miskin seiring dengan kian terbatasnya
askes mereka ke pelayanan RS.(SM,21/02/2008).
     Kasus ini seharusnya menjadi peringatan awal terutama bagi pemerintah tentang
potensi khaos yang lebih luas bukan hanya menyangkut ancaman “kebangkrutan”
anggaran kesehatan pemerintah, tetapi juga implikasi serius yang melahirkan
kompleksitas konflik baru di akar rumput terkait kian rawannya hubungan pasien miskin
dengan RS atau puskesmas sebagai pemberi pelayanan dari program kesehatan gratis.
Miskonsepsi
     Praktek kedokteran dan pelayanan di RS acapkali masih banyak disalah-persepsikan
oleh masyarakat bahwa semua layanannya harus menghasilkan kesembuhan/ kesuksesan,
setiap petugasnya harus siap berkorban demi pasien dan setiap peristiwa buruk selalu
dianggap sebagai kasus malpraktek. Buat masyarakat awam memang akan sulit
memahami bahwa setiap kasus kesehatan adalah sangat spesifik tergantung dari sifat dan
faktor risiko yang melingkupinya sehingga tidaklah mungkin dapat digeneralisasi.
Tingkat/perjalanan penyakit, umur, daya tahan tubuh, komplikasi, ketelitian dokter,
kepatuhan standar profesi, ketersediaan fasilitias pendukung, serta timing saat dirujuk
merupakan sejumlah faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan.
     Terbatasnya pengetahuan ternyata bukan hanya terjadi dalam masyarakat tetapi bisa
juga pada praktisi hukum terutama terkait esensi kontrak terapeutik antara dokter dan
pasien yang fokus pada maksimalisasi usaha pengobatannya (inspaningsverbintenis)
mengingat setiap tindakan medis apapun selalu ada risikonya (inherent risk) dan bersifat
tidak pasti. Adapun yang dianut dan dituntut dalam domain hukum lebih fokus pada fakta
kerugian dari hasil pengobatannya (resultaatsverbintenis). Perbedaan ini turut memicu
kesalahpahaman saat menentukan ada atau tidaknya kelalaian yang menimbulkan akibat
negatif (adverse event) yang mungkin jadi obyek gugatan oleh pasien..
Kompleksitas Gugatan
     Keberhasilan gugatan sipil termasuk oleh pasien harus memenuhi syarat 4 D yaitu:
ada kewajiban (duty), ada pelanggaran terhadap kewajiban itu (dereliction of that duty),
ada hubungan sebab akibat langsung (direct causation) dan adanya suatu kerugian yang
sebenarnya dapat dibayangkan dan secara wajar dapat dicegah (damage). Dalam
prakteknya untuk memenuhi semua syarat tersebut tidaklah mudah dan hampir mustahil
bisa dilakukan apalagi oleh pasien miskin.
     Manifestasi dari asas praduga tidak bersalah yang konsekuensinya adalah proses
pembuktian gugatan dibebankan kepada penggugat, juga akan makin memojokkan posisi
pasien termasuk pengacaranya sebagai orang yang masih awam dengan berbagi teknis
dan standar pengobatan. Terlebih lagi saat pasien datang berobat ke RS maka secara
hukum sebenarnya muncul 3 jenis hubungan sekaligus yaitu antara dokter dengan pasien,
antara rumah sakit dengan pasien dan antara dokter dengan rumah sakit, dimana
ketiganya saling berkaitan dan sulit dibedakan.
     Semua itu membuat keberhasilan gugatan di pengadilan oleh pasien selama ini
sangat kecil. Meskipun demikian, peluang pasien untuk mengajukan gugatan masih tetap
ada. Sasarannya pun tidak hanya petugas tetapi bisa juga RS sesuai tanggung jawab
yuridisnya meliputi tanggung jawab terhadap personalia berdasarkan hukum ”Majikan-
Karyawan” atau vicarious liability, tanggung jawab mutu perawatan/ pengobatan
menggunakan standar profesi, tanggung jawab sarana/peralatan dan tanggung jawab
keamanan bangunan. Sedangkan menurut kemungkinan terjadinya pelanggaran dari sisi
petugas meliputi pelanggaran etika terancam sanksi teguran sampai dengan pemecatan,
pelanggaran disiplin terancam sanksi teguran sampai pencabutan ijin praktek dan terakhir
pelanggaran hukum terancam sanksi ganti rugi (perdata) maupun penjara (pidana).
     Sebenarnya faktor pemicu gugatan pasien bukan hanya dilandasi oleh ada tidaknya
dampak kerugian, namun seringkali juga bersumber dari masalah ”sepele” yaitu ketidak
ramahan dan ketidak becusan berkomunikasi secara simpatik dari pemberi pelayanan,
sebagaimana hasil penelitian ternyata hanya 15% pasien yang puas dengan penjelasan/
komunikasi yang diberikan saat berobat di RS (Guwandi, 2006) Fenomena yang sama
nampaknya juga terjadi pada kasus terakhir, paling tidak dilihat dari pernyataan
kekecewaan keluarga pasien terhadap ucapan dan penerimaan dari petugas RS.
     Oleh karena itu kedepan pemerintah seharusnya bisa lebih serius mendukung RS
minimal agar mengubah pola hubungan paternalistik yang cenderung eksploitatif menjadi
hubungan partnership yang lebh adil dan manusiawi bagi pasien. Perubahan ini bisa
menjadi langkah awal dari serangkaian upaya pencegahan jatuhnya korban baru pada
pasien miskin di kemudian hari.
 (Sutopo Patria Jati. Staf pengajar FKM UNDIP, Pengurus Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat -IAKMI Jateng}

More Related Content

Similar to KOMPLEKSITAS PELAYANAN KESEHATAN BAGI PASIEN MISKIN

Tugas Blok I - Kelp 2.docx
Tugas Blok I - Kelp 2.docxTugas Blok I - Kelp 2.docx
Tugas Blok I - Kelp 2.docxssuser4d0138
 
perlindungan hukum pasien.pdf
perlindungan hukum pasien.pdfperlindungan hukum pasien.pdf
perlindungan hukum pasien.pdfzulkifli44314
 
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-pptYeniRimadeni
 
51359093 asuransi-kesehatan
51359093 asuransi-kesehatan51359093 asuransi-kesehatan
51359093 asuransi-kesehatanAnita Munadi
 
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Nasiatul Salim
 
dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan
dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatandede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan
dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatandedesahrullah22
 
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATANKECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATANpjj_kemenkes
 
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careNasiatul Salim
 
19384 id-tanggung-jawab-dokter-terkait-persetujuan-tindakan-medis-informed-co...
19384 id-tanggung-jawab-dokter-terkait-persetujuan-tindakan-medis-informed-co...19384 id-tanggung-jawab-dokter-terkait-persetujuan-tindakan-medis-informed-co...
19384 id-tanggung-jawab-dokter-terkait-persetujuan-tindakan-medis-informed-co...MichelleAngelika
 
Makalah Keperawatan Profesional
Makalah Keperawatan ProfesionalMakalah Keperawatan Profesional
Makalah Keperawatan ProfesionalFirdika Arini
 
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan ProfesionalIssue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesionalpjj_kemenkes
 

Similar to KOMPLEKSITAS PELAYANAN KESEHATAN BAGI PASIEN MISKIN (20)

Tugas Blok I - Kelp 2.docx
Tugas Blok I - Kelp 2.docxTugas Blok I - Kelp 2.docx
Tugas Blok I - Kelp 2.docx
 
perlindungan hukum pasien.pdf
perlindungan hukum pasien.pdfperlindungan hukum pasien.pdf
perlindungan hukum pasien.pdf
 
Pembayaran kapitasi
Pembayaran kapitasiPembayaran kapitasi
Pembayaran kapitasi
 
Aaaaa
AaaaaAaaaa
Aaaaa
 
HK KEL I.pptx
HK KEL I.pptxHK KEL I.pptx
HK KEL I.pptx
 
Malpraktek dalam pelayanan
Malpraktek dalam pelayananMalpraktek dalam pelayanan
Malpraktek dalam pelayanan
 
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
 
Kelalaian
KelalaianKelalaian
Kelalaian
 
51359093 asuransi-kesehatan
51359093 asuransi-kesehatan51359093 asuransi-kesehatan
51359093 asuransi-kesehatan
 
Malpraktek dalam pelayanan
Malpraktek dalam pelayananMalpraktek dalam pelayanan
Malpraktek dalam pelayanan
 
Perawatan primer menempatkan orang pertama
Perawatan primer menempatkan orang pertamaPerawatan primer menempatkan orang pertama
Perawatan primer menempatkan orang pertama
 
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
Chapter 9 Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving Performance...
 
dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan
dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatandede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan
dede kelalaian dan malpraktek dalam keperawatan
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATANKECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
 
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health careChapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
Chapter 7 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care
 
19384 id-tanggung-jawab-dokter-terkait-persetujuan-tindakan-medis-informed-co...
19384 id-tanggung-jawab-dokter-terkait-persetujuan-tindakan-medis-informed-co...19384 id-tanggung-jawab-dokter-terkait-persetujuan-tindakan-medis-informed-co...
19384 id-tanggung-jawab-dokter-terkait-persetujuan-tindakan-medis-informed-co...
 
Orang miskin dilarang sakit
Orang miskin dilarang sakitOrang miskin dilarang sakit
Orang miskin dilarang sakit
 
Makalah Keperawatan Profesional
Makalah Keperawatan ProfesionalMakalah Keperawatan Profesional
Makalah Keperawatan Profesional
 
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan ProfesionalIssue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
 

More from Sutopo Patriajati

BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAK
BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAKBUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAK
BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAKSutopo Patriajati
 
Spm kesehatan sutopo-gtz jogya 2009
Spm kesehatan  sutopo-gtz jogya 2009Spm kesehatan  sutopo-gtz jogya 2009
Spm kesehatan sutopo-gtz jogya 2009Sutopo Patriajati
 
Perjuangan panjang menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Perjuangan panjang menurunkan angka kematian ibu dan bayiPerjuangan panjang menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Perjuangan panjang menurunkan angka kematian ibu dan bayiSutopo Patriajati
 
Pengalaman implementasi model siap di 4 kab kota jateng
Pengalaman implementasi model siap di 4 kab kota jatengPengalaman implementasi model siap di 4 kab kota jateng
Pengalaman implementasi model siap di 4 kab kota jatengSutopo Patriajati
 
Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan diPetunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan diSutopo Patriajati
 
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolaliKasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolaliSutopo Patriajati
 
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudusKasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudusSutopo Patriajati
 
Implementasi stpp pelayanan publik bidang kesehatan
Implementasi stpp pelayanan publik bidang kesehatanImplementasi stpp pelayanan publik bidang kesehatan
Implementasi stpp pelayanan publik bidang kesehatanSutopo Patriajati
 
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSutopo Patriajati
 
Pembayaran provider dalam asuransi kesehatan
Pembayaran provider dalam asuransi kesehatanPembayaran provider dalam asuransi kesehatan
Pembayaran provider dalam asuransi kesehatanSutopo Patriajati
 
Pemasaran dan penjualan produk prodek aseuransi kesehatan
Pemasaran dan penjualan produk prodek aseuransi kesehatanPemasaran dan penjualan produk prodek aseuransi kesehatan
Pemasaran dan penjualan produk prodek aseuransi kesehatanSutopo Patriajati
 

More from Sutopo Patriajati (20)

BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAK
BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAKBUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAK
BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAK
 
Spm kesehatan sutopo-gtz jogya 2009
Spm kesehatan  sutopo-gtz jogya 2009Spm kesehatan  sutopo-gtz jogya 2009
Spm kesehatan sutopo-gtz jogya 2009
 
Sutopo hkn 2011
Sutopo hkn 2011Sutopo hkn 2011
Sutopo hkn 2011
 
Jateng bebas pasung di 2012
Jateng bebas pasung di 2012Jateng bebas pasung di 2012
Jateng bebas pasung di 2012
 
Perjuangan panjang menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Perjuangan panjang menurunkan angka kematian ibu dan bayiPerjuangan panjang menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Perjuangan panjang menurunkan angka kematian ibu dan bayi
 
Pengalaman implementasi model siap di 4 kab kota jateng
Pengalaman implementasi model siap di 4 kab kota jatengPengalaman implementasi model siap di 4 kab kota jateng
Pengalaman implementasi model siap di 4 kab kota jateng
 
Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan diPetunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
Petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
 
Petunjuk teknis desi ppt
Petunjuk teknis desi pptPetunjuk teknis desi ppt
Petunjuk teknis desi ppt
 
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolaliKasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
Kasus aplikasi kesehatan promkes boyolali
 
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudusKasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
Kasus aplikasi kesehatan jamkesda kudus
 
Implementasi stpp pelayanan publik bidang kesehatan
Implementasi stpp pelayanan publik bidang kesehatanImplementasi stpp pelayanan publik bidang kesehatan
Implementasi stpp pelayanan publik bidang kesehatan
 
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
 
Sjsn
SjsnSjsn
Sjsn
 
Pembayaran provider dalam asuransi kesehatan
Pembayaran provider dalam asuransi kesehatanPembayaran provider dalam asuransi kesehatan
Pembayaran provider dalam asuransi kesehatan
 
Pemasaran dan penjualan produk prodek aseuransi kesehatan
Pemasaran dan penjualan produk prodek aseuransi kesehatanPemasaran dan penjualan produk prodek aseuransi kesehatan
Pemasaran dan penjualan produk prodek aseuransi kesehatan
 
Managed care
Managed careManaged care
Managed care
 
Dasar dasar asuransi
Dasar dasar asuransiDasar dasar asuransi
Dasar dasar asuransi
 
Asuransi kesehatan pns
Asuransi kesehatan pnsAsuransi kesehatan pns
Asuransi kesehatan pns
 
Askes sosial dan komersil
Askes sosial dan komersilAskes sosial dan komersil
Askes sosial dan komersil
 
Quo vadis puskesmas gratis
Quo vadis puskesmas gratisQuo vadis puskesmas gratis
Quo vadis puskesmas gratis
 

KOMPLEKSITAS PELAYANAN KESEHATAN BAGI PASIEN MISKIN

  • 1. KOMPLEKSITAS DIBALIK JATUHNYA KORBAN PASIEN MISKIN Menelisik kasus Ny. Surip (74 th) pasien miskin yang meningggal karena diduga kurang mendapatkan pelayanan maksimal di RSUD (SM,18/03/2008), bagaimanapun telah menimbulkan luka dan keprihatinan mendalam. Semua itu merupakan bagian keniscayaan yang telah diprediksi dan disuarakan banyak pihak termasuk oleh penulis seperti pernah dimuat dalam harian ini, bahwa akibat ”jebakan” ketidak pastian yang berkepanjangan dari masa transisi perubahan askeskin akan memberi konsekuensi peningkatan risiko kesakitan dan kematian pasien miskin seiring dengan kian terbatasnya askes mereka ke pelayanan RS.(SM,21/02/2008). Kasus ini seharusnya menjadi peringatan awal terutama bagi pemerintah tentang potensi khaos yang lebih luas bukan hanya menyangkut ancaman “kebangkrutan” anggaran kesehatan pemerintah, tetapi juga implikasi serius yang melahirkan kompleksitas konflik baru di akar rumput terkait kian rawannya hubungan pasien miskin dengan RS atau puskesmas sebagai pemberi pelayanan dari program kesehatan gratis. Miskonsepsi Praktek kedokteran dan pelayanan di RS acapkali masih banyak disalah-persepsikan oleh masyarakat bahwa semua layanannya harus menghasilkan kesembuhan/ kesuksesan, setiap petugasnya harus siap berkorban demi pasien dan setiap peristiwa buruk selalu dianggap sebagai kasus malpraktek. Buat masyarakat awam memang akan sulit memahami bahwa setiap kasus kesehatan adalah sangat spesifik tergantung dari sifat dan faktor risiko yang melingkupinya sehingga tidaklah mungkin dapat digeneralisasi. Tingkat/perjalanan penyakit, umur, daya tahan tubuh, komplikasi, ketelitian dokter, kepatuhan standar profesi, ketersediaan fasilitias pendukung, serta timing saat dirujuk merupakan sejumlah faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Terbatasnya pengetahuan ternyata bukan hanya terjadi dalam masyarakat tetapi bisa juga pada praktisi hukum terutama terkait esensi kontrak terapeutik antara dokter dan pasien yang fokus pada maksimalisasi usaha pengobatannya (inspaningsverbintenis) mengingat setiap tindakan medis apapun selalu ada risikonya (inherent risk) dan bersifat tidak pasti. Adapun yang dianut dan dituntut dalam domain hukum lebih fokus pada fakta kerugian dari hasil pengobatannya (resultaatsverbintenis). Perbedaan ini turut memicu
  • 2. kesalahpahaman saat menentukan ada atau tidaknya kelalaian yang menimbulkan akibat negatif (adverse event) yang mungkin jadi obyek gugatan oleh pasien.. Kompleksitas Gugatan Keberhasilan gugatan sipil termasuk oleh pasien harus memenuhi syarat 4 D yaitu: ada kewajiban (duty), ada pelanggaran terhadap kewajiban itu (dereliction of that duty), ada hubungan sebab akibat langsung (direct causation) dan adanya suatu kerugian yang sebenarnya dapat dibayangkan dan secara wajar dapat dicegah (damage). Dalam prakteknya untuk memenuhi semua syarat tersebut tidaklah mudah dan hampir mustahil bisa dilakukan apalagi oleh pasien miskin. Manifestasi dari asas praduga tidak bersalah yang konsekuensinya adalah proses pembuktian gugatan dibebankan kepada penggugat, juga akan makin memojokkan posisi pasien termasuk pengacaranya sebagai orang yang masih awam dengan berbagi teknis dan standar pengobatan. Terlebih lagi saat pasien datang berobat ke RS maka secara hukum sebenarnya muncul 3 jenis hubungan sekaligus yaitu antara dokter dengan pasien, antara rumah sakit dengan pasien dan antara dokter dengan rumah sakit, dimana ketiganya saling berkaitan dan sulit dibedakan. Semua itu membuat keberhasilan gugatan di pengadilan oleh pasien selama ini sangat kecil. Meskipun demikian, peluang pasien untuk mengajukan gugatan masih tetap ada. Sasarannya pun tidak hanya petugas tetapi bisa juga RS sesuai tanggung jawab yuridisnya meliputi tanggung jawab terhadap personalia berdasarkan hukum ”Majikan- Karyawan” atau vicarious liability, tanggung jawab mutu perawatan/ pengobatan menggunakan standar profesi, tanggung jawab sarana/peralatan dan tanggung jawab keamanan bangunan. Sedangkan menurut kemungkinan terjadinya pelanggaran dari sisi petugas meliputi pelanggaran etika terancam sanksi teguran sampai dengan pemecatan, pelanggaran disiplin terancam sanksi teguran sampai pencabutan ijin praktek dan terakhir pelanggaran hukum terancam sanksi ganti rugi (perdata) maupun penjara (pidana). Sebenarnya faktor pemicu gugatan pasien bukan hanya dilandasi oleh ada tidaknya dampak kerugian, namun seringkali juga bersumber dari masalah ”sepele” yaitu ketidak ramahan dan ketidak becusan berkomunikasi secara simpatik dari pemberi pelayanan, sebagaimana hasil penelitian ternyata hanya 15% pasien yang puas dengan penjelasan/ komunikasi yang diberikan saat berobat di RS (Guwandi, 2006) Fenomena yang sama
  • 3. nampaknya juga terjadi pada kasus terakhir, paling tidak dilihat dari pernyataan kekecewaan keluarga pasien terhadap ucapan dan penerimaan dari petugas RS. Oleh karena itu kedepan pemerintah seharusnya bisa lebih serius mendukung RS minimal agar mengubah pola hubungan paternalistik yang cenderung eksploitatif menjadi hubungan partnership yang lebh adil dan manusiawi bagi pasien. Perubahan ini bisa menjadi langkah awal dari serangkaian upaya pencegahan jatuhnya korban baru pada pasien miskin di kemudian hari. (Sutopo Patria Jati. Staf pengajar FKM UNDIP, Pengurus Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat -IAKMI Jateng}