1. PABRIK GULA SKALA KECIl
(kilang gula rakyat +)
CLOSED PAN TEKNOLOGi
KECIL – SDEDERHANA – EKONOMIS.
BUKAN PABRIK BESAR DIKECILKAN
SESUAI UNTUK KULTURE INDONESIA
DARUSSALAM
Kedungmlati Kesamben Jombang
quot;Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,”
1
2. Kata Pengantar
“ Seperti halnya pada beras yang selalu tidak mudah untuk memikirkan
secara adil dan seimbang kepentingan konsumen dan produsen sekaligus,
maka dalam gula kedudukan petani produsen tebu relatif lebih parah lagi,
hampir tanpa kecuali petani tebu di Jawa selalu berkorban untuk menanam
tebu, namun pengorbanan petani tebu ini diterima wajar “ Prof Mubyarto”
Keterpurukan industri gula nasional (produksi dan harga) berarti juga
keterpurukan petani tebu, mungkin akan berlangsung lama apabila tidak
segera dilakukan penanganan.
Dalam proposal ini diuraikan identifikasi pemasalahan dan alternatif
usulan penyelesaian dengan mempertimbangkan juga kepentingan
produsen yang rasanya selama ini kurang mendapat perhatian seperti yang
diungkapkan oleh Prof Muby diatas.
Semoga proposal ini memberi manfaat.
2
4. 1.Pendahuluan.
Gula sebagai salah satu dari sembilan bahan pokok yang diperlukan
saat ini ada dipersimpangan jalan, kebutuhan nasional yang mencapai lebih
3,25 juta ton pertahun hanya bisa dipenuhi produk nasional kurang dari
2 juta ton pertahun , sementara kekurangan lebih dari 1,25 juta ton
per tahun masih mengandalkan pasokan import.
Sejarah mencatat bahwa pada sekitar tahun 1935 - Indonesia telah
dikenal sebagai negara peng export gula , dengan penguasaan
teknologinya (teknologi tanaman dan teknologi prosesing ) telah
menjadikan Indonesia sebagai kiblat negara penghasil gula lainnya ,
faktanya saat ini mengalami kemunduran , kemunduran dibidang budidaya
tanaman tercermin dari rendahnya produktivitas tanaman tebu (ton tebu/ha)
dibanding dengan produktivitas yang pernah dicapai atau dibandingkan
dengan produktivitas tebu negara lain , kemunduran kwalitas tanaman tebu
tercermin dari rendahnya kandungan gula dalam batang tebu , yang terlihat
dari tingkat rendemen gula , angka rendemen gula rata rata thn 1934
diatas 11% saat ini hanya bisa dicapai sebesar rata rata 7% saja atau tejadi
penurunan sekitar 50%.
Kembali petani tebu sebagai pemasok tebu dianggap sebagai
penyebab penurunan produksi gula Nasional, dan petani tebu harus rela dan
ikhlas didudukkan sebagai penyebab mundurnya industri gula nasional.
4
5. 1.1. Pemanis selain gula putih tebu
Selain bahan pemanis gula putih tebu dimasarakat juga dikenal gula
merah tebu dan gula kelapa .
Gula merah tebu maupun gula merah kelapa banyak diusahakan oleh
pengrajin tradisional dengan teknologi yang dikuasai turun temurun, tataniaga
gula yang condusif juga berimbas pada keberadaan mereka, harga gula
merah tebu saat ini dalam kisaran Rp 2.450 –Rp 2.500,- Sebagai
tambahan informasi disampaikan di beberapa sentra pengrajin gula merah
dari tebu beroperasi lebih dari 240 hari/tahun ( 8 bulan ) dengan rendemen
awal bulan maret 9% dan pada bulan kering dalam kisaran 12-13%, kwalitas
tebu yang digilingpun bukan tebu dengan kwalitas prima.
Module pemerahan gula rakyat tradisionil, batang tebu digiling langsung satu
kali dry proses, perbandingan nira dengan ampasdalah 50:50,
5
6. Module penguapan dengan open pan dan direct fire dan hasil produksi.
Banyak fihak yang menilai bahwa keberadan industri gula rakyat ini sebagai
industri yang miskin teknologi juga permodalan, tetapi waktu telah
membuktikan bahwa indutri gula rakyat tradisional mampu mempertahankan
diri pada saat krisis melanda tanpa bantuan dan uluran tangan pemerintah.
Satu pertanyaan yang mendasar adalah dengan kondisi miskin
teknologi , pengrajin gula rakyat tradisionil mampu mendapatkan rendemen
gula merah 12%, artinya apabila gula merah tersebut sejak awal kita proses
dengan benar dengan asumsi 12 % tersebut akan terdiri dari gula putih dan
tetes dan dengan porsi tetes 3.5% maka sisanya adalah gula putih 8.5%,
pertanyaannya yalah mengapa indutri gula besar dengan modern teknologi
belum mampu mengutip gula dari batang tebu sebesar yang dicapai pengrajin
tradisionil?.
Hal diatas menambah keyakinan bahwa apabila industri gula rakyat
tradisionil diberikan sentuhan teknologi diyakini akan didapatkan overall
performance yang lebih baik, sehingga Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula
Rakyat +) dalam pproposal ini akan berangkat dari pengrajin gula tradisionil.
6
8. 2.Permasalahan
2.1.Pasokan gula hasil industri gula nasional hanya mampu mengisi
60% kebutuhan gula nasional, sisanya masih harus di impor, sementara
proyeksi kebutuhan nasional makin meningkat.
2.2.Keberadaan industri gula nasional makin memprihatinkan
sehingga kurang mampu bersaing dengan gula import, apapun alasannya
kiranya tidak perlu dimunculkan sebagai pembenar atas kondisi yang
memprihatinkan ini, tetapi langkah kedepan yang perlu segera dicari sebagai
pemecahan solusi.
Produsen 2002 2003 Pertumbuhan
PTPN X 325.472 286.988 - 8.27 %
PTPN XI 331.587 320.599 - 3.31%
PT RNI I 116.479 105.638 - 9.31%
PT Kebon Agung87.657 79.835 - 8.92 %
Sumber DGI Des 2003 -Surya 30 Des 2003
Kinerja Industri Gula Jatim 2003.
8
9. 2.3.Maksud dan Tujuan.
Maksud dan tujuan penulisan proposal ini sebagai sumbang sih untuk
mengatasi permasalahan gula nasional yang serba dilematik.
2.4.Visi
Mewujudkan Industri Gula Nasional sebagai tuan rumah dinegeri
sendiri, dimana teknologi pergulaan tersebar menjadi teknologi yang dimiliki
dan dikuasai masarakat luas.
2.5.Misi /Pemecahan Masalah.
2.5.1. Mengembalikan potret/ performance tanaman tebu sebagai
bahan baku industri gula kepada potret tahun 1930 atau setingkat dengan
potret tanaman tebu dinegara lain saat ini, dengan kembali ke baku teknis
budidaya (persiapan lahan, pemilihan bibit, pemupukan dan treatment
treatment lainnya) yang saat ini karena berbagai alasan sering diabaikan dan
berakibat turunnya kwalitas yang tercermin dari produktivitas tanaman yang
makin menurun dan rendahnya rendemen gula yang dicapai.
GAMBARAN POTRET TANAMAN TAHUN 1935 dan 2004
9
10. Gula Skala “Kecil”
2.5.2. Memperkenalkan Pabrik (Close Pan
Technologi) dengan inovasi teknologi yang “sederhana” dan yang
memenuhi skala “ekonomis “ (Small - Simple but Economic).
PROTOTYPE PROTOTYPE
STEAMER LOW PRESSURE EVAPORATOR SINGLE EFFECT
2.6.Strategi
Untuk tujuan perbaikan dan peningkatan kwalitas tebu serta
menunjukkan bahwa industri gula juga ekonomis dalam skala kecil maka
perlu segera mulai membuat model percontohan dan prototype sbb:
2.6.1.Mengadakan pilot project tanaman tebu sesuai dengan standart
budidaya yang betul untuk percontohan petani tebu sekitarnya dan evaluasi
ekonomis.
2.6.2.Berdasar model 20 tcd yang telah dioperasikan, telah
kembangkan unit PGM 50 tcd sebagai unit percontohan comersial.
10
11. 2.7.Kendala
Kendala dalam mensosialisasikan Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula
Rakyat +) kultur bangsa kita dari rakyat dan penguasa lebih percaya kepada
orang asing daripada anak bangsa sendiri, begitu pula akibat belum
berhasilnya pgm yang lalu memberikan effect trauma bagi pengembang
PGM berikutnya.
11
12. BAB III
MEMPERTAHANKAN
PRODUKSI DALAM NEGERI.
Katanya swa
sembada thn 2007
Mundur lagi 2009
Kapan ?
12
13. Kedepan kebijakan Pemerintah akan menjadi penentu kearah mana
dan bagaimana nasib industri gula nasional, apabila kebijakan macro
berdasar pertimbangan bahwa industri gula di Indonesia adalah indutri
masa lalu yang telah uzur dan memutuskan untuk pemenuhan pasokan
dipenuhi dari gula import yang diperdagangkan lebih murah, maka secara
pasti meskipun perlahan indutri gula nasional tidur dengan sendirinya, apabila
kebijakan masih juga melibatkan produksi gula nasional untuk pemenuhan
pasokan nasional maka kebijakan juga harus mempertimbangkan
kepentingan produsen termasuk didalamnya petani tebu .
Proyeksi produksi gula dalam negeri cenderung mengalami penurunan
, kecenderungan penurunan tingkat produksi tsb karena beberapa penyebab
antara lain ketuaan pabrik gula , jumlah pabrik gula berkurang karena
beberapa pabrik gula terpaksa ditidurkan (8 pabrik gula di Jawa sudah
ditidurkan) kedepan diperkirakan beberapa pabrik mungkin harus ditidurkan
karena lokasi yang dulunya diluar kota saat inisudah terjebak didalam kota,
juga karena keterbatasan lahan tanaman tebu, dan makin berkurangnya
lahan tebu di Jawa baik karena perubahan penggunaan lahan ataupun
konversi ke tanaman lain yang lebih menguntungkan .
3.1.Alternatif meningkatkan produk nasional.
Hanya ada dua kemungkinan dan peluang yang mungkin layak
diterapkan untuk meningkatkan atau sekedar mempertahankan produksi gula
nasional diantara kemungkinan kemungkinan lain:
- Peningkatan kinerja pabrik gula existing .
- Membangun pabrik gula skala kecil .
3.1.1. Peningkatan kinerja pabrik gula existing.
13
14. Peluang pertama adalah meningkatkan kinerja ( produktivitas dan
kwalitas tanaman serta pengendalian proses produksi). dengan tolok ukur
performance yang pernah dicapai.
Kapasitas - Produktivitas tebu - Rendemen Gula
di Jawa Timur - 1934
Proefstation voor de Java - suikerindustrie
NO Nama pabrik Giling/ hari Tebu /ha Rendemen %
(Kw tebu) (K wintal)
1 Asem B agoes 1 .5 99 1.299 11 .1 9
2 Panji 1 .7 53 1.609 11 .2 4
3 O lean 1 .1 31 1.385 11 .9 4
4 De Maas 7 27 1.499 10 .7 6
5 Sem boro 2 .2 38 1.471 9.58
6 Pajaraka n 1 .1 70 1.347 11 .6 3
7 G ending 1 .0 92 1.306 10 .5 0
8 W onolangan 1 .0 82 1.213 11 .6 1
9 K ebon Agoeng 9 25 1.261 12 .5 7
10 Krebe t 1 .9 13 1.537 11 .8 5
11 Tjan di 8 71 1.295 11 .9 4
12 Krian 1 .0 24 1.392 11 .4 5
13 K remboeng 1 .2 24 11 .7 7
14 Toelangan 1.484 11 .8 6
15 G empol kerep 2 .2 97 1.460 11 .8 8
16 Tjukir 1 .2 67 1.426 11 .9 0
17 Jom bang 1 .0 54 1.349 11 .9 2
18 Ngadirejo 1 .1 65 1.235 11 .7 4
19 P esantre n 1 .5 48 1.617 11 .0 5
20 M eritjan 9 92 1.540 11 .2 4
21 Mojopanggoeng 1 .1 80 1.288 12 .1 0
22 Rejoagoeng 2 .9 79 1.319 13 .1 3
23 P agota n 1 .7 35 1.357 13 .5 2
24 Rejosari 1 .8 06 1.469 13 .6 7
25 Soedhono 1 .7 72 1.282 13 .5 8
Atau menggunakan tolok ukur rendemen gula dunia saat ini rata rata
> 10%, Thailand 12%, Australia 14 % dan India 12%.
14
15. Peningkatan kwalitas tanaman tidak memerlukan lagi banyak investasi
hanya diperlukan kesungguhan dan system pengawasan yang terpadu dan
untuk mencapainya tidak perlu waktu yang panjang, perbaikan tanaman
tahun ini hasilnya akan dirasakan pada akhir tahun (dimusim giling pada
tahun yang sama).
3.1.2. Membangun pabrik gula baru (skala kecil)
Peluang kedua adalah membangun pabrik gula skala kecil (Sistem
industri gula yang mengintegrasikan aktivitas penanaman tebu, prosesing
dan pemasaran), dan ini sangat mungkin dilakukan di Jawa maupun diluar
Jawa, memerlukan dana investasi yang relatif kecil waktu pembangunan
yang cukup singkat dan resiko yang relatif kecil.
Sedangkan membangun pabrik gula besar di luar jawa atau
memindahkan pabrik gula besar dari Jawa keluar Jawa bukan
alternatif yang layak mengingat beberapa hal antara lain.
Investasi Pabrik Gula Besar.
Investasi untuk membangun Pabrik Gula dengan kapasitas 5.000 ton
tebu perhari berkisar 50 – 62,5 juta US$ (factory only) belum prasarana
lainnya (transport system, pembukaan lahan, jalan produksi , perumahan dll)
atau sebesar US $ 10.000 – 12.500 per ton kapasitas (equipment only)
Infrastruktur.
Diperlukan infrastruktur setempat yang memadai, baik pelabuhan maupun
kondisi jalan dan jembatan s/d kelokasi pembangunan mengingat adanya
komponen komponen pabrik gula yang cukup besar dan berat begitu pula
infra struktur yang mutlak harus dibangun didalam areal konsesi untuk
menunjang kelancaran proses produksi.
15
16. Masalah Sosial.
Kebutuhan lahan yang hampir 10.000 ha untuk pabrik gula dengan kapasitas
5.000 ton tebu/hari, memerlukan pembebasan / pencadangan lahan 10.000
ha, untuk kondisi sekarang bukan tidak mungkin pencadangan lahan seluas
tersebut akan memicu konflik dan kecemburuan sosial, begitu pula membuka
kawasan hutan menjadi ladang tebu dengan tanpa melakukan pembakaran
bukannya merupakan pekerjaan yang mudah.
Sumber Daya Manusia.
Pabrik gula besar memerlukan SDM yang cukup besar dari SDM dengan
pendidikan dan skill khusus sampai SDM untuk kegiatan tanaman yang
jumlahnya sangat besar.
Sementara SDM dengan Skill dan Pendidikan khusus yang umumnya harus
dipindahkan dari Jawa sudah merupakan masalah tersendiri, belum lagi
pengerahan SDM untuk tanaman terutama pada saat panen (tebang dan
angkutan).
Pabrik Gula Besar diluar Jawa
Sementara pabrik gula diluar Jawa yang telah dibangun meskipun awalnya
melalui suatu study kelayakan ternyata beberapa diantaranya kurang
menggembirakan, misalnya pabrik gula Cot Girek di Aceh yang dibangun
tahun 1970 terpaksa dibongkar untuk dipindahkan komponen komponennya
ke Jawa pada tahun 1987, PG Peleihari di kalimantan Selatan yang dibangun
tahun 1985 dengan kapasitas 4.000 ton tebu perhari dan ditingkatkan
kapasitasnya menjadi 5.500 ton tebu perhari pada tahun 1991 sampai tahun
giling 1999 tercatat belum pernah memberikan keuntungan, kesulitan yang
dihadapi tahun giling 87 misalnya adalah keterbatasan tenaga tebang angkut
sehingga pabrik hanya beroperasi dengan kapasitas 2.800 ton perhari
16
17. (hampir 50% kapasitas terpasang) itupun setelah menggunkan jasa tebang
angkut dengan fihak ke tiga yaitu PT Centramas Aneka Niaga dan PT Fortuna
Farmindo, begitu pula gambaran pabrik gula di Lampung dan Sulawesi
Selatan.
Pabrik Gula Besar di luar Jawa yang sedang dibangun.
Saat ini sedang dibangun 1 unit Pabrik Gula di lamboja - Sulawesi Tengah
yaitu PT Sumber Madu Bukhari , pabrik ini merupakan relokasi pabrik gula
dari hawai dengan kapsitas 5.000 ton tebu perhari yang dibangun sejak
lima tahun yang lalu tetapi sampai saat ini belum menunjukkan adanya
segera penyelesaian, sejumlah tanaman yang telah siap panen sejak 2 tahun
lalu akhirnya dibuat gula rakyat dengan mendatangkan 10 unit gilingan rakyat
tradisionel berikut tenaga kerjanya.
Memindah Pabrik Gula Besar dari Jawa keluar Jawa.
Ide memindah pabrik gula dari Jawa keluar Jawa oleh beberapa kalangan
kiranya perlu dicermati, biasanya alasan ketuaan mesin yang ada di Jawa
adalah alasan tidak tercapainya target produksi, apakah ketuaan mesin dari
Jawa akan menjadi muda apabila dipindah ke luar Jawa.
Dari sisi teknis sebenarnya relokasi pabrik yang telah tua , yang masih bisa
dipindahkan dan layak dioperasikan tidak lebih dari 25% saja.
Sementara sebenarnya membangun pabrik gula bukan hanya semata
menyediakan pabrik gula tetapi adalah pembangunan total sistem industri
dari penyiapan lahan, tanaman dan infra struktur lainnya.
17
18. BAB IV
PABRIK GULA SKALA KECIL
(kilang gula rakyat +)
alternatif solusi
4.1.Pabrik Gula Mini yang pernah dibuat.
18
19. PT Kigumas Malang membangun Pabrik Gula Mini dengan kapasitas
design 250 tcd dengan invest Rp 27. M juga belum menampakkan tanda
keberhasilan teknis maupun ekonomis, uji produksi hanya mampu mencapai
kapasitas giling 60-70 tcd dengan output yang belum memenuhi kriteria
mutu, begitu pula dengan beberapa pabrik gula mini yang pernah dibuat
Konsep design dari Pabrik Gula Mini yang kurang berhasil
tersebut rata rata adalah Konsep “SCALE DOWN” dari pabrik gula
besar atau dengan kata lain pabrik gula besar yang dipaksa
dikecilkan.
4.2.Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula Rakyat +)
Adalah suatu kenyataan bahwa pengrajin gula tradisionel dalam skala
usaha kecil dikawasan pedesaan yang sangat miskin dengan teknologi
(teknologi yang dikuasai turun temurun) , nyata nyata mampu berkembang
dan tetap survive disaat krisis melanda, sementara pabrik gula besar yang
menguasai teknologi modern , permodalan, managemen dengan sumber
daya manusia terpilih ternyata tidak mampu menghadapi krisis tanpa proteksi
dan uluran tangan pemerintah.
Konsep teknologi PabrikGula Skala Kecil (Kilang gula rakyat +) dalam
proposal ini adalah berangkat dari dari teknologi pengrajin gula tradisionil
dengan beberapa sentuhan teknologi pabrik gula besar yang diaplikasikan
“inovasi dan simplifikasi”
secara melalui untuk meningkatkan
performance proses :
Sentuhan teknologi proses yang diberikan antara lain:
Perbaikan/ peningkatan ektraksi.
-
19
20. Memperkenalkan proses pemurnian.
-
Mengganti penguapan open pan dengan penguapan hampa.
-
Mengganti proses masakan terbuka dengan masakan hampa.
-
Memperkenalkan proses pemisahan untuk produk gula putih.
-
pengrajin gula merah tradisionil.
20
21. Perbedaan Pabrik Gula Besar, Pabrik Gula Skala Kecil Proposed
dengan Pengrajin Tradisional
Uraian Pabrik Gula Pabrik Gula Pengrajin Gula
Besar Skala Kecil Tradisional
PROPOSED
Hasil Produksi Gula Putih Gula Putih, Gula Merah
Gula Merah atau
Nira pekat
Standart produk Terukur Terukur Tidak terukur
By Produk Tetes Tetes
Kapasitas > 1000 tcd 20 - 50 - 100 tcd 10 - 15 tcd
Skala usaha Padat modal Modal kecil Modal kecil
Padat technologi Tekn. Tepat guna Miskin Technologi
Skala besar Kecil/ Menengah Kecil/ Menengah
Inovasi dan simplifikasi.
Yang membedakan Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula Rakyat +)
dengan Pabrik Gula Mini lainnya yang pernah dibuat adalah specifik dari
peralatan maupun modifikasi proses yang diterapkan, tanpa mengorbankan
performance yang akan dicapai melalui “penyederhanaan/ simplifikasi”
(proses dan equipment) dan “diversifikasi produk” (Produk yang dihasilkan
sesuai permintaan pasar), yang semuanya telah dibuktikan melalui
pengoperasian prototype tahun operasi 1999 dan 2000, stop karena
tataniaga dan operasi kembali 2006 karakteristik Pabrik Gula Skala Kecil
(Kilang Gula Rakyat +) dalam proposal ini ini adalah:
KECIL – SEDERHANA – EKONOMIS.
BUKAN PABRIK BESAR DI SCALE DOWN
BUKAN SEPERTI PABRIK DILUAR NEGERI
21
22. Operasi discontinu dipilih selain pertimbangan biaya investasi dan
kesederhanaan adalah agar system operasi sesuai dengan kultur, budaya
dari masarakat setempat , misalnya Kilang gula rakyat + ini dapat dihentikan
sesuai operating prosedure yang telah dibuat untuk ditinggal melaksanakan
sholat jum’at atau kegiatan sosial / keagamaan lainnya (Memakamkan
zenazah tetangga dll).
SESUAI DENGAN KULTUR SETEMPAT.
OPERATOR TENAGA SETEMPAT DGN PELATIHAN.
Ringkasan inovasi dan simplifikasi.
4.2.1.Sejak tebu dinaikkan keatas truk diladang tebu, cara
menurunkan tebu sudah direncanakan agar mudah dilakukan yaitu dengan
memasang double/ triple wire rope sehingga unloading dapat dilakukan
dengan menyiapkan fasilitas dengan kapasitas yang lebih kecil.
4.2.2.Ektraksi adalah pengembangan dari ektrasi pengrajin tradisional
yang dilengkapi dengan cane preparation dan dua kali giling dengan dry
atau wet proses (ada tambahan air imbibisi) sehingga juice extraction cukup
baik.
4.2.3.Sistem pemurnian sederhana , pengapuran dengan modifikasi
pre phosphatasi sehingga didapat produk tanpa residu sulfur (belerang),
tetapi dikontrol dengan thermo control dan pH adjuster sehingga dari saat
kesaat dihasilkan kondisi temperature dan pH yang stabil.
4.2.4.Sistem kehampaan dengan menggunakan pompa vacuum
diganti dengan barometric jet condenser yang hanya perlu pompa air yang
lebih murah investasi dan operasinya namun demikian untuk kehandalannya
masih di bakup denan small vacuum pump type liquid seal.
4.2.5.Evaporasi system dipilih single effect evaporator (pada 100 tcd
double effect), sehingga sejak awal suhu didih tidak lebih dari 60 Celsius
,sehingga kenaikan intensitas warna gula akibat pengaruh temperature
22
23. btinggi lebih sedikit, system ini lebih sederhana meskipun dioperasikan
discontinu, disamping juga pertimbangan apabila harus dilakukan
pembersihan kerak kerak pada pipa evaporator proses tidak terhenti dengan
hanya cukup menyediakan 2 unit evaporator.
4.2.6.Boiling system dipilih two boling system untuk menghasilkan
gula A dan D tetapi juga dapat dimodifikasi dimana molase A langsung
diuapkan sampai fraksi air tinggal 8-10% selanjutnya dijadikan blok sugar
yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi dari molasse (tetes)
4.2.7.Statiun kapuran dihilangkan, kapur bongkahan yang masih perlu
treatment disubtitusi dengan kapur powder technical grade sehingga sistem
sederhana dan murah.
4.2.8. System perpipaan didesign seeffectif mungkin (sedekat
mungkin) dengan pemilihan PVC pipe untuk transfer material suhu rendah
(pipa nira kasar, pipa syrup , pipa tetes A dll) dan pipa SUS 304 untuk alir
produksi (nira panas dll)
4.2.9.Cat / lapisan tahan asam dan panas”Heat & Acid resistant
coating” diperlukan untuk permukaan peralatan dari carbon steel yang
bersentuhan dengan nira atau syrup untuk mengurangi sebanyak mungkin
kontaminasi besi (Fe dalam bentuk Feric) yang akan meningkatkan intensitas
warna produk dll.
4.2.10.Peralatan dengan fungsi ganda yaitu tangki klarifikasi
difungsikan sebagai tangki ukur nira, juga sebagai tangki pengembang
,sebagai tangki defikator selain fungsi utamanya sebagai tangki
pengendapan.
4.2.11.Boiler didesign tekanan rendah , uap diperlukan hanya untuk
proses pada 7 Psig (0.5bar).
23
24. BAB V
PABRIK GULA SKALA KECIL
(kilang gula rakyat +)
Pabrik Gula Skala Kecil 20 tcd di Jombang thn 2000
24
25. Berdasar pendekatan diatas OLEH ALUMNI ITS telah dibangun
dengan sangat sederhana Model Pabrik Gula Skala Kecil dengan kapasitas
20 ton tebu/hari di Jombang, dan dioperasikan pada tahun 1999,
dimana secara teknis telah dicapai performance sesuai yang diperhitungkan
begitu pula performance produksi cukup baik sesuai serfifikat uji PT
Sucofindo.
Permasalahannya yalah Tata Niaga Gula 1990 s/d 2003 tidak memungkinkan
prototype tersebut secara ekonomis dioperasikan.
Gilingan buatan Malang
Gilingan dipasang dan dioperasikan sebagaimana pengrajin gula
tradisionil, satu kali giling dry crushing (tanpa tambahan air imbibisi), dari 100
kg tebu digiling didapat nira app 50 -65 kg dan ampas app 35-50 kg,
tergantung dari kadar sabut tebu.
Pemurnian dilakukan dengan tahap awal memanaskan nira dengan
injecti uap langsung (tanpa juice heater) diikuti pemberian asam phosphat
dan netralisasi dengan susu kapur, penambahan flokulan/ polimer 2-15 ppm
untuk mempercepat pengendapan blotong dalam tangki clarifier yang
difungsikan sebagai tangki pengukur, sebagai tangki pemanas dana sebagai
tangki defikator. Bagian nira kotor ada dibagian bawah selanjutnya ditapis
dengan filter press.
Tangki pemurnian sederhana
25
26. Penguapan dengan operasi single effect, dengan water jet condenser
sebagai pompa vacuum nira jernih dididihkan , keunggulan single effect
adalah titik didih penguapan yang dapat si ajust sangat rendah (sesuai
dengan tekanan dalam pesawat penguap) dan dengan titik didih yang rendah
peningkatan intensitas warna dari nira kesirup dapat dikendalikan
Pesawat penguap single effect
Pesawat masakan dipasang satu unit dioperasikan bergantian , untuk proses
gula A dan proses gula cetak. Massecuite A hasil masakan diseparasi
dengan sentrifugal sederhana buatan lokal.
26
27. Sentrifugal separator pada prototype PGMJombang
PRODUK YANG SUDAH DIHASILKAN
GULA PUTIH (KRISTAL)
GULA CETAK.
GULA CAIR INDUSTRI.
ANALISA MUTU DARI SUCOFINDO DAN DARI PT MIWON
TERLAMPIR.
27
29. 6.1.Dimana Pabrik Gula Skala Kecil layak dibangun.
Pabrik Gula Skala Kecil masih sangat layak dibangun di lokasi lokasi sbb:
- Kawasan Indonesia Timur.
Pertimbangannya adalah meskipun harga gula di Jawa dalam kisaran
Rp 5.400 – 6.100 /kg eceran, di kawasan terpencil harga masih dalam kisaran
Rp 6.500 – Rp 7.500 /kg eceran.
Sementara adalah sangat memungkinkan untuk mencari lahan hanya seluas
100 –200 ha yang layak untuk ditanami tebu dengan infrastrukture seadanya.
Peta Industri Gula Indonesia
Indonesia Bagian Barat. Indonesia Bagian Timur.
IBB.
- Kawasan Produsen.
- Pelabuhan masuk gula import.
- Pasokan selalu tersedia.
IBT.
- Harga relatif murah.
- Jauh dari produsen.
- Pasok tergantung suply.
- Harga relatif lebih mahal.
Berpeluang dibangun Kilang Gula Rakyat.
- Tersedia lahan.
- Penyerapan tenaga kerja setempat.
- Produk untuk pasar lokal setempat.
- Kawasan fanatik tanam tebu jauh dari pabrik gula.
29
30. Beberapa kawasan di Jawa timur petaninya sudah sangat fanatik
dengan tanaman tebu tetapi jauh dari pabrik gula (Bojonegoro, Tuban/
Pantura , Malang selatan, Banyuwangi ) dimana tebunya harus diangkut ke
Pabrik Gula di Wilayah Madiun dengan jarak lebih dari 100 km, Rembang
yang tebunya harus dbawa ke Madiun, Purworejo tebunya harus dibawa ke
Madukismo dll,
Beberapa daerah kelebihan pasokan tebu Lumajang dan sekitarnya
dimana tebunya harus diangkut ke malang, Pasuruhan atau Sidoharjo.
Daerah sentra pengrajin gula tradisionil yang berminat meningkatkan
usahanya.
Brondong Paciran
Tuban Sedayu
Bangkalan
Gresik
Babat
Bojonegoro Lamongan Pamekasan
Surabaya
Ngawi
Selat Madura
Mojokerto Sidoarjo
Nganjuk Jombang Sumobito
Peterongan Mojoagung
Madiun
Pasuruan
Situbondo
Kediri
Probolinggo
Ponorogo
Malang Bondowoso
Blitar
Trenggalek
Pacitan Tulungagung
Jember
Lumajang
Banyuwangi
Campurdarat
Tasikmadu
T.
Po
po Puger
h
Teluk Prigi Muncar
P. Sempu
P. Nusa Barung
30
31. 6.2.Dampak pembangunan Pabrik Gula Skala Kecil.
Menyumbang pasokan gula nasional yang berarti ikut menghemat
devisa untuk import gula.
Meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani tebu karena ter
“integrasinya tanaman, prosesing dan marketing”, artinya Pabrik
Gula Skala Kecil adalah dari dan milik petani sendiri atau sekelompok petani.
Penyerapan tenaga kerja setempat, karena Pabrik Gula Skala Kecil
tidak memerlukan SDM dengan pendidikan firmal khusus.
Akan meningkatkan Pendapatan Asli daerah dari pajak dan retribusi
lainnya sesuai dengan perda daerah masing masing.
Terjadi transfer teknologi secara bertahap dan terjadi perubahan kultur
budaya dari tradisional agraris menjadi masarakat industri.
31
32. BAB VII
PROSES PEMBUATAN GULA TEBU
PABRIK GULA SKALA KECIL
(KILANG GULA RAKYAT +).
Mau produk gula putih
dan gula cetak
32
33. PROSES PEMBUATAN GULA TEBU
Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula Rakyat +)
1Module Penerimaan Tebu.
Pengangkutan tebu dari ladang sudah direncanakan dengan truk dengan
menggunakan double atau triple wire rope , sehingga untuk menurunkan dan
menimbang tebu dapat dilakukan dua atau tiga kali angkat dengan
menggunakan Jib Crane lengkap dengan Electric Hoist dan ditimbang
dengan Digital Scale dengan ketelitian 4 kg, selanjutnya tebu dihampar diatas
meja tebu.
Peralatan module penerimaan
No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas
1 Jib Crane 1 unit > 5 ton
2 Electric hoist 1 unit 5 ton
3 Truck scale 1 unit 30 ton
4 Cane table 1 unit 20 ton
2.Module Extraksi.
Dari meja tebu , tebu di umpankan secara manual keatas horizontal
conveyor untuk di hancurkan dengan mesin shredder atau double roll
crusher, tujuan penghancuran adalah untuk memecah sel sel tebu agar
kehilangan gula yang terikut diampas pada gilingan terkendali dan
memperingan kerja gilingan, tebu yang telah dihancurkan diterima diatas
inclined conveyor untuk diumpankan kegilingan no 1,dan selanjutnya dengan
melalui inclined conveyor di masukkan ke gilingan no 2 disertai dengan atau
tanpa penambahan air imbibisi, ampas yang keluar dari gilingan diterima
33
34. konveyor ampas untuk ditranfer ke lapangan ampas sebelum digunakan
untuk bahan bakar steamer.
Nira kotor yang keluar dari gilingan ditampung dalam tangki nira kotor dan
dengan pompa open impeler dipompakan ke module pemurnian setelah
melewati static sceen, pada static sceen ini dipisahkan serpihan serpihan dan
kotoran yang terikut dinira kotor.
Peralatan module Extraksi
No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas
1 Horizontal conveyor 1 unit 8 meter
2 Two roll crusher 1 unit 2.5 ton/jam
3 Three Roll Mill no 1 1 unit 2.5 ton/jam
4 Three Roll Mill no 2 1 unit 2.5 ton/jam
5 Bagasse conveyor 1 unit 5 - 6 meter
6 Raw juice tank 1 unit 400 liter
7 Static screen 1 unit
8 Raw Juice Pump 2 unit 3 m3/jam
34
35. 3.Module Pemurnian.
Nira kotor tersaring ditampung ditangki nira kotor tersaring selanjutnya
dipompakan ke juice heater untuk dipanaskan sampai app 95 celsius,
selanjutnya dimasukkan ke dalam tangki reaksi untuk pemberian larutan
asam phosphat sampai Ph app 4.5 diikuti pengadukan agar pencampuran
merata, selanjutnya nira dinetralkan dengan susu kapur sampai ph sedikit
diatas netral (Ph 6.8-7.2), untuk mempercepat pengendapan perlu
penambahan flokulan pada dosis 3 - 20 ppm, selanjutnya nira diendapkan
dalam klarifier selama tidak lebih dari 50 menit, bagian yang jernih
dikeluarkan dari katup katup bagian atas dan ditampung dalam tangki nira
jernih yang terletak dibagian bawah tangki pemurnian ,dan bagian endapan
(+/- 15 % dari volume) dialirkan ke muddy juice tank untuk selanjutnya
dipompakan dengan montejus tank ke filter press, filtrat dilairkan ke clear
juice tank sedangkan cake (blotong) ditampung ditempat penampungan
blotong.
Peralatan module pemurnian
No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas
1 Reagen tank c/w dosing p 3 unit @ 200 liter
2 Juice heater 1 unit @ 10 m2 HS
3 Reaction tank 1 unit
4 Settling tank 1 unit @ 2.500 liter
5 Clear Juice Tank 1 unit @ 1.000 liter
6 Muddy juice transfer tank 1 unit 400 liter
7 Mud pump 1 unit 600 liter/jam
8 Filter press 2 unit
35
36. 9 Static screen mesh 200 1 unit 1 m2
4.Module Penguapan
Selanjutnya Nira Jernih dimasukkan kedalam pesawat penguap
hampa yang dioperasikan dengan kehampaan 40 - 50 cm kolom air raksa,
untuk diuapkan sampai dicapai kepekatan antara 55-60 Brix, apabila telah
dicapai kepekatan yang cukup yang disebut syrup, selanjutnya diturunkan
kedalam syrup vacuum tank untuk selanjutnya dialirkan ke tangki pengumpan
syrup melalui montejus tank.
Peralatan module Penguapan
No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas
1 Clear juice feeder tank 1 unit 2.500 ltr
2 Pesawat penguap hampa 2 unit @ 30 m2 HS
3 Tangki syrup 1 unit 2.500 liter
4 Wtr seal vacuum pump 1 unit 2” liter
36
37. Syrup hasil penguapan selanjutnya diproses sesuai dengan produk akhir
yang diinginkan, dapat dijual langsung sebagai gula pekat apabila diturunkan
pada brix 67,
5.Statiun Masakan (Proses gula Putih)
Selanjutnya syrup pekat dimasukkan kedalam pesawat masakan “Gula
A”untuk diuapkan lebih lanjut sampai terbentuk massecuite A, yaitu larutan
gula jenuh dan pekat yang berisi butiran butiran gula,
Peralatan statiun Masakan
No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas
1 Pesawat Masakan 2 unit @ 24 M2 HS
2 Syrup A feeder tank 1 unit 2.500 liter
3 Magma mixer 1 unit 2.000 liter
37
38. 6.Statiun Pemisahan.
Massecuite A yang dihasilkan pesawat masakan diturunkan dan
ditampung dalam palung kristaliser A , yang dilengkapi dengan slow moving
agitator agar kristal gula yang terbentuk tidak mengendap dan mengeras
yang akan menyulitkan proses pemisahan, massecuite A selanjutnya
diumpankan kedalam sentrifugal separator untuk dipisahkan bagian kristal
gulanya dengan bagian cairannya, kristal gula A yang menempel didinding
separator dicuci dengan aliran air hangat dan diberikan uap panas untuk
menurunkan kadar airnya, gula A yang dihasilkan selanjutnya diturunkan
untuk dikeringkan dalam pengering gula, sedangkan cairan yang keluar
disebut Molase A ditransfer ke Molase A Feeder Tank
38
39. Peralatan statiun Pemisahan
No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas
1 Kristaliser A/D 4 unit @ 4.000 liter
2 Molasse A transfer tank 1 unit 1.500 liter
3 Final Molasse Tank c/w pump 1 unit 30.000 liter
4 Moll A transfer pump 1 unit 1 m3 /jam
5 Moll final transfer pump 1 unit 1 m3/jam
6 Sentrifugal Separator A/D 2 unit
7 Pengering gula 1 unit
39
40. 8.Module utility/bantu.
Guna mendukung proses tersebut diperlukan module pendukung antara lain:
Boiler.
Pesawat penghasil uap yang digunakan untuk seluruh proses utamanya
proses pemurnian, penguapan, masakan, pemisahan gula , pembersihan dll.
Barometric Condenser dan tower
Pesawat pengembun uap yang dihassilkan pada proses penguapan dan
masakan sekaligus sebagai pompa vacuum untuk membuat dan
40
41. mempertahankan tingkat kehampaan yang diperlukan selama proses,
barometric condenser diletakkan diatas tower setinggi 12 meter.
Kelistrikan.
Daya listrik diperlukan untuk mendukung sistem pompa, penggerak
penggerak conveyor, hoisting crane dll yang dipenuhi dari PLN dan dibackup
dengan emergensi genset.
Laboratorium Equipment.
Minimal disediakan alat alat lab, tabung reaksi, timbangan analisa, ph meter,
41
42. polarimeter, brix weigher.
Office equipment.
Tersedia fasilitas perkantoran yang memadai lengkap dengan sistem
komunikasi, computer dll.
Workshop Equipment.
Peralatan bengkel sederhana minimal untuk kerja bangku, pesawat las listrik,
oxy acetilene aparat, standart tool dll.
Safety equipment.
Tersedia alat keselamatan kerja meliputi system penangkal petir, pemadam
kebakaran, safety glass, safety belt dan safety cloth, helmet dll.
No Nama Peralatan Jumlah Kapasitas
1 Boiler 1 unit 2 ton/jam
2 Water jet condenser 4 unit
3 Diesel genset 2 unit @ 100 Kva
4 Lab equipment 1 lot
5 Office equipment 1 lot
6 Workshop equipment 1 lot
7 Safety equipment 1 lot
42
43. BAB VIII
MENUJU GULA RP 2000
DENGAN PABRIK GULA SKALA KECIL
(KILANG GULA RAKYAT +).
Yok opo carane
nggawe gula murah
Pikiren rek
43
44. 1. Penentuan Kapasitas.
Kapasitas 20 , 50 dan atau 100 ton tebu perhari adalah kapasitas ideal
untuk Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang Gula Rakyat +), penentuan kapasitas
berdasar pertimbangan antara lain sbb:
- Skala usaha Kecil menegah.
- Kebutuhan Modal Investasi dan Modal kerja memungkinkan.
- Hanya memerlukan areal pendukung untuk tanaman +/- 200 ha.
- Belum membutuhkan SDM dengan pendidikan khusus
2. Investasi dan Modal Kerja.
Investasi per ton kapasitas hanya 75% dari harga yang ditawarkan ex
Import , Equipment only (Pabrik Gula Ex Import) ditawarkan antara US$
10.000 - 12.500 per ton kapasitas (Rp 90.000.000 – Rp 112.500.000),
sedangkan Pabrik Gula Skala Kecil (Kilang gula Rakyat +) hanya sebesar
US$ 7.500 - 9.000 ,- per ton kapasitas atau Rp 9s/d 10 M untuk 100 tcd (Rp
4 - 4.5 M untuk 50 tcd) equipment only ,dengan local content diperkirakan
lebih 75%.
Modal kerja utamanya untk tanaman dan operasional dapat dilihat
pada lampiran analisa ekonomis.
3.Harga pokok produksi.
Pabrik gula skala kecil oleh banyak fihak selalu dikomentari sebagai
unit usaha yang tidak efisien, bahkan kadang komentar tersebut keluar dari
seorang yang sama sekali kurang mengenal seluk beluk pergulaan, kadang
keluar dari seorang yang mengaku sebagai pengamat dan apabila ditanya
lebih lanjut kenapa tidak efisien dijawab dengan sekenanya “ karena kecil”,
44
45. Permasalahan industri gula sebenarnya bukan masalah efisien atau
tidak efisien, tetapi masalah utamanya yalah bagaimana memproduksi gula
dengan harga pokok produksi yang mampu bersaing, berbekal dengan
semua potensi dan sumber daya yang telah dimiliki.
Apabila membandingkan kondisi industri gula dengan industri gula diluar
negeri idealnya kita bandingkan dengan indutri gula di Asia yang mempunyai
kondisi hampir sama dengan industri gula Indonesia yaitu Thailand dan India,
sama sama negara indutri gula yang belum menerapkan full mekanisasi,
dimana tebangan masih dilakukan secara manual ,dll.
Akan lebih jelas apabila harga pokok produksi gula bersama sama diamati
dan dicermati sehingga didapatkan peluang untuk menekan komponen biaya
yang mungkin dapat ditekan dan juga dapat untuk membandingkan dengan
harga pokok produksi gula luar negeri, karena BAGAIMANAPUN
KOMPONEN BIAYA PEMBENTUK HARGA POKOK PRODUKSI RELATIF
SAMA. dan dengan demikian lepas dari istilah efisien atau tidak efisien kita
dapat memproduksi gula dengan harga yang mampu bersaing secara fair.
4.Harga Pokok Produksi Gula.
Harga pokok produksi gula merupakan gabungan komponen
pembentuk harga pokok, komponen pembentuk harga pokok produksi gula
diluar negeri ataupun didalam negeri relatif sama , terdiri dari berbagai
komponen pembentuk harga pokok sbb:
Biaya tetap:
Andil biaya investasi (termasuk bunga investasi)
Gaji tetap ( Manager, Kary bulanan, Honor Komisaris)
Biaya tetap lainnya (ATK,Komunikasi, Rumah Tangga dll)
45
46. Biaya tidak tetap/biaya langsung.
Bahan baku/tebu (biaya tanam atau pembelian tebu)
Bahan Penolong (kapur, phosphat, flokulan, reagen dll )
Upah karyawan harian.
Energy (listrik, solar)
Kemasan (inner bag, outer bag)
Maintenance.
Bunga modal kerja.
Gambaran komponen harga pokok produksi.
Dengan melihat gambaran komponen harga pokok produksi diatas dapatlah
diketahui komponen pembentuk harga pokok yang paling dominan dan
kemungkinan optimalisasinya, disamping itu juga sebagai evaluasi dan
pembanding dengan harga pokok produksi gula dunia, komponen
komponen pembentuk harga pokok yang manakah yang bisa ditekan
sehingga mampu memproduksi dengan HPP yang bersaing.
46
47. Komponen harga pokok GULA:
(Rp/kg gula)
Bahan baku / tebu Rp 1.056 39.6%
Andil Investasi Rp 788 29.6%
Energy Rp 212 7.9%
Bunga modal kerja Rp 190 7.1%
Upah karyawan Rp 166 6.2%
Upah tetap Rp 124 4.7%
Maintenance Rp 53 2%
Biaya tetap lainnya Rp 34 1.3%
Kemasan/utilities Rp 28 1.1%
Bahan penolong Rp 14 0.5%
Harga pokok produksi Rp 2.665 100%
Harga pokok produksi diatas atas asumsi asumsi sbb:
Biaya tanam Rp 10 juta/ha, produktivitas 120 ton, rend 9.5%
Investasi kap 50 tcd -Rp 4.5 - 5 M, bunga 18% pa selama 10 tahun.
Proyeksi penjualan Rp 5.500/kg, hari giling app 195 hari.
Dari data diatas ternyata 4 komponen pembentuk harga yang dominan
adalah :
Bahan baku/ tebu
Andil Investasi
Energy
Bunga modal kerja.
47
48. Bahan baku / tebu.
Biaya tanaman tebu sebagai pembentuk harga pokok produksi yang
dominan dapat dilihat pada grafik dibawah:
1.Grafik komponen biaya tanam tebu
2.Grafik pengaruh produktivitas dan kwalitas thd harga pokok.
Komponen biaya tanam tebu (new cane/ tanaman baru)
Dari komponen biaya tanaman tebu biaya biaya yang dominan adalah:
Sewa lahan yang dalam kisaran Rp 6 - Rp 8 juta/ha/tahun.
Tebang angkut dalam kisaran Rp 3.000 - Rp 4.000 per kwintal.
Bunga modal kerja tanaman dalam kisaran > 18%
Pengolahan lahan (manual atau mekanisasi) +/- Rp 1.500.000/ha
Bibit diperlukan untuk tanaman baru 7.5 – 9 ton/ha
Upah kerja perawatan ( gulud,klentek,memupuk dll)
Pemupukan (Nitrogen,Phosphat,Potasium dan hara micro lainnya)
48
49. Unsur biaya diatas hampir hampir tidak dapat direduksi dan justru selalu ada
kecenderungan naik dari tahun ketahun dan bahkan kadang kala diluar
prediksi, harga pupuk dapat diprediksikan akan naik dari tahun ketahun,
harga BBM juga akan berfluktuasi dengan kecenderungan naik sehingga
berpengaruh terhadap biaya energy (angkutan atau pembangkit tenaga),
upah selalu menyesuaikan dengan kenaikan upah regiuonal yang belum ada
cerita berubah turun.
Grafik pengaruh produktivitas dan kwalitas thd harga pokok.
Dari gambaran diatas peluang untuk melakukan reduction cost biaya
tanaman kelihatannya kurang memungkinkan, tetapi peluang untuk
menaikkan produktivitas tanaman dan kwalitas tanaman kiranya masih sangat
terbuka, misalnya saat ini PG Jatiroto mengembangkan tanaman varitas Re
590 dengan potensi produksi up to 200 ton/ha dengan sugar recovery >8%,
bereapa varitas baru yang diluncurkan P3GI juga sangat memberikan
harapan.
49
50. Dengan demikian akan didapat komponen harga tebu dalam harga pokok
produksi gula dalam kisaran Rp 1000/kg gula.
Biaya Investasi.
Andil biaya Investasi (Pokok dan Bunga) atau biasa juga disebut
Owning Cost merukana komponen pembentuk harga pokok yang cukup
dominan, dengan mengambil Biaya Investasi per ton kapasitas dan dengan
hari giling 200 hari berarti tiap tahun akan tergiling tebu sebesar 200 ton.
Dengan rendemen yang variatif maka akan didapatkan komponen biaya
investasi per kg gula yang dihasilkan seperti grafik dibawah.
Simulasi diatas terlihat bahwa andil investasi terhadap harga pokok
produksi cukup besar , terlihat juga setelah masa pelunasan hutang investasi,
harga pokok produksi akan turun cukup signifikan, mestinya pabrik gula
warisan Belanda harus mampu memproduksi gula dengan harga pokok
produksi yang murah karena tidak pernah dibebani dengan hutang investasi
berikut bunganya.
50
51. Biaya Energy.
Pada kilang gula rakyat skala kecil energy yang digunakan adalah adalah
diesel engine baik sebagai penggerak langsung maupun sebagai
pembangkit generator , dengan asumsi harga solar harus mengikuti harga
solar industri (tanpa subsidi) maka biaya energy merupakan komponen
terbesar ketiga dalam pembentukan harga pokok produksi.
Dibandingkan dengan apabila menggunakan steam turbine generator
sebagai penghasil listrik komponen energy dengan menggunakan diesel
generator masih lebih menuntungkan.
Investasi turbine generator pada daya 200 KW (micro steam turbine) yang
terdiri dari unit Boiler tekanan tinggi (saturated steam boiler), unit steam
turbine, unit alternator dan utilitynya ( boiler water treatment , back pressure
vessel dll ) memerlukan tenaga operator dan maintenance dengan
pendidikan formal dan skill yang mahal dan dengan invest app Rp 2.5 M,
bunganya saja dengan suku bunga 15% pa atau sebesar Rp 375 juta sudah
lebih dari cukup untuk biaya owning dan operating cost diesel generator.
Suku Bunga.
Suku bunga modal kerja ataupun suku bunga investasi merupakan
komponen terbesar ke empat, namun adalah tidak mungkin melakukan
reduksi karena diluar kewenangan .
51
52. Tantangan menuju gula Rp 2000/kg.
Diperlukan waktu tiga tahun ( 3 tahun/ 3 musim tanam ) untuk
mendapatkan komposisi tanaman tebu yang ideal dimana didapatkan
tanaman baru (new cane) 1/3 luas areal tanaman , Keprasan 1 (ratoon 1) 1/3
luas areal tanam dan sisanya 1/3 luas areal tanaman adalan Keprasan 2
(ratoon 2), pada kondisi ini didapatkan harga pokok tanaman tebu rata rata
adalah terendah.
Agronomis harus memasang target >12 ton hablur gula /ha
( India 17 ton hablur/ha ,Thailand dengan sugar recovery 10%
Simulasi dibawah menunjukkan bahwa kenaikan hablur per ha sangat
mempengaruhi harga pokok produksi gula yang dihasilkan, dengan produksi
hablur/ gula diatas 14 ton/ha, maka harga pokok produksi dalam kisaran
Rp 2000/kg.
Ton Hablur/ha 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Gaji tetap 116 105 95 87 81 75 70 65 62
Biaya lain 36 33 30 27 25 23 22 20 19
Upah Harian 179 161 147 134 124 115 107 101 95
Bahan Baku 1,488 1,339 1,217 1,116 1,030 956 893 837 788
Bahan penolong 15 13 12 11 10 9 9 8 8
Energy 296 266 242 222 205 190 177 166 156
Utilities 28 28 28 28 28 28 28 28 28
Maintenance 58 52 47 43 40 37 35 33 31
Bunga Modal 94 85 77 71 65 61 57 53 50
Andil Investasi 866 780 709 650 600 557 520 487 459
HPP Gula - Rp/kg 3,177 2,862 2,604 2,390 2,208 2,052 1,917 1,799 1,695
52
53. BAB IX
ANALISA EKONOMIS.
Kalau nggak untung
nggak usah mbangun.
Memangnya duit e
Yayasane mbahmu.
Analisa ekonomis dalam sajian tersendiri.
53
54. Executive summary
PABRIK GULA SKALA KECIL
(KILANG GULA RAKYAT +)
closed pan teknologi
LIMITASI NVESTASI PABRIK 50 tcd : RP 5.0 – 5.5M
LUAS LAHAN EMPLASEMEN ; 0.75 - 1 HA
INFRA STRUKTURE SEADANYA
TANAMAN TEBU : 90 -100 HA
MODAL KERJA TANAMAN / OPERASI : < Rp 2 M
TOTAL INVEST + MODAL KERJA Rp 7.5 M
(SESUAI UNTUK KOPERASI – UKM)
TENAGA KERJA
SDM LOKAL DENGAN PELATIHAN
KOMISARIS 3 ORANG
MANAGER 1 ORANG
ASS MANAGER 2 ORANG
KARY BULANAN 6 ORANG
KARY HARIAN (3 SHIFT) 48 ORANG
PRODUKSI
HASIL PRODUKSI UNTUK PASAR DOMESTIK
KOMBINASI GULA PUTIH DENGAN GULA MERAH
HARGA POKOK PRODUKSI +/- Rp 3.750/kg
(SELAMA MASA PELUNASAN INVESTASI)
TETES + AMPAS TIDAK DIPERHITUNGKAN
BUNGA INVEST/MODAL KERJA 13-15%/TAHUN
NPV SISA KAS OPERASI 5 THN : POSITIF > Rp 5 M
PAY BACK PERIOD/ROI : < 4 TAHUN
54
55. Kepustakaan.
1.Riet suikerfabrieken op java en hare machinerieen QAD Emmen
2.Proefstation voor de Java suikerindustrie Jaar gaang 1934.
3.Machinery and equipment of the sugar cane factory LA Tromp.
4.Standard fabrication practice for cane sugar mill Edward Delden.
5.Modern milling of sugar cane Francis Maxwell.
6.Unit operation in cane sugar production John Howard Payne.
7.Cane sugar handbook Meade –Chen.
8.Manufacture and refining of raw cane sugar VE Baikov.
9.Introduction to cane sugar technology CH Jenkins.
10.The mechanic of crushing sugar cane CR Murry & JE Holt
11.Methodology for technical analisys sugar industry Jorge Luis Tovary V.
12.Handbook of cane sugar technology E Hugot.
13.Handbook of cane sugar technology Ram Behari Lal M.
14.Classic papers of sugar cane technologist Noel Deerr.
15.Pesawat industri gula A Landheer.
16.Sugar cane factory analytical control John H Payne.
17.Small sugar cane plant BMA.
18. Indian Jaggery sugar Tiny Technology.
19. Journal, Sugar Azucar, dll
55
56. Daftar isi.
Kata pengantar 2.
Pendahuluan 3
Pemanis selain gula putih tebu 5.
Permasalahan 7.
Mempertahankan produksi dalam negeri 12.
Pabrik gula skala kecil (alternatif solusi ) 18
Proto type Pabrik Gula Skala Kecil 24.
Dimana pabrik gula skala kecil layak dibangun 28.
Proses gula tebu pada Pabrik gula skala kecil 32.
Menuju gula Rp 2.000 dengan Pabrik gula skala kecil 42.
Executive summary
Kepustakaan
56