SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 48
Descargar para leer sin conexión
Grand Design 
Pembangunan Kesehatan 
Provinsi Sulawesi Barat 
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT 
2012
Buku ini diterbitkan 
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
Jalan Kurungan Bassi No 19 Mamuju 91511 
Telepon 0426 – 21027 
Fax Nomor 0426 – 22579 
Email : dinkessulbar@depkes.go.id or dinkessulbar@gmail.com 
Website : www.dinkes.sulbarprov.go.id
PENDAHULUAN 
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, 
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat 
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan 
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, 
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan 
manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, 
anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. Hal ini sesuai dengan amanat 
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup 
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup 
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 
Keberhasilan pembangunan daerah, dapat di lihat dari pencapaian Indeks 
Pembangunan Manusia (IPM), dimana untuk mencapai IPM tersebut, salah satu 
komponen utama yang mempengaruhinya yaitu indikator status kesehatan selain 
pendidikan dan pendapatan per kapita. Dengan demikian pembangunan 
kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk peningkatan kualitas sumber 
daya manusia, yang pada gilirannya mendukung percepatan pembangunan 
daerah. 
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dimasa 
mendatang diperlukan Grand Design Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi 
Barat
Dinas Kesehatan Sulawesi Barat sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat 
Daerah (SKPD) di Provinsi Sulawesi Barat mempunyai tugas untuk membantu 
Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kesehatan 
dalam rangka mewujudkan visi Provinsi Sulawesi Barat yaitu “Terwujudnya 
Percepatan pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Sulawesi Barat” 
Grand Design Pembangunan Kesehatan merupakan dokumen yang berisi strategi 
dan program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas 
Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dengan mendorong peran aktif masyarakat 
guna terwujudnya Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 2025
CAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 
1. Umur Harapan Hidup (UHH) 
Peningkatan umur harapan hidup di Sulawesi Barat selama 5 tahun terakhir 
cenderung meningkat.). Berikut gambaran perkembangan Usia Harapan Hidup di 
Sulawesi Barat sampai dengan tahun 2010 
66,40 67,00 
70,20 69,90 
70,60 70,80 
72,00 
70,00 
68,00 
66,00 
64,00 
62,00 
2005 2006 2007 2008 2009 2010 
Tahun 2010, umur harapan hidup masyarakat Sulawesi Barat telah meningkat 
mencapai 70,80 tahun. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan jika 
dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya yang baru mencapai 66,40 tahun 
(2005). Dengan perkembangan tersebut, perhitungan prediksi angka umur 
harapan hidup Sulawesi Barat pada tahun 2013 diharapkan akan mencapai 73,73 
tahun (Estimasi Dinkes). Gambaran perkembangan tersebut memperlihatkan telah 
terjadinya transisi demografi di Sulawesi Barat yang sebenarnya telah dimulai 
pada masa 2000-an yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya usia lanjut.
Peningkatan umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh multifaktor yang dalam hal 
ini kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya. Peran 
pengaruh kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian, 
perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat. 
2. Angka Kematian Ibu 
Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 4 
tahun terakhir, meskipun demikian angkanya masih cukup tinggi. Data kematian 
ibu dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Tahun 2006 
angka kematian ibu di Sulawesi Barat berada pada angka 394/100.000 kelahiran 
hidup dan mengalami penurunan menjadi 185/100.000 kelahiran hidup pada 
tahun 2011 
Periode tahun 2006 – 2011 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu. Angka 
Kematian Ibu tahun 2010 masih berada pada angka 185 / 100.000 ribu kelahiran 
hidup. AKI tahun 2009-2011 tersebut telah lebih baik jika dibandingkan AKI 
nasional 228/100.000 Kelahiran hidup. Meskipun Angka Kematian Ibu di Sulawesi
Barat lebih baik dibanding capaian Nasional namun angka ini adalah angka 
Kematian Ibu hamil yang hanya tercatat di sarana kesehatan. Angka Kematian Ibu 
Sulawesi Barat masih jauh dari Target MDG’s secara nasional di tahun 2015 untuk 
angka kematian Ibu adalah tiga perempat dari kondisi tahun 2015 yaitu 
102/100.000 kelahiran hidup 
3. Angka Kematian Bayi 
Sebagaimana gambaran perkembangan angka kematian ibu, angka kematian bayi 
juga mengalami fluktuasi selama kurun 5 tahun terakhir. Namun demikian pola 
naik turun yang terjadi tersebut seringkali dipengaruhi oleh multi faktor seperti 
yang terlihat pada periode 2006 sampai dengan 2010 yang merupakan masa 
dimana Sulawesi Barat merupakan Provinsi yang masih baru. Hal ini 
mengindikasikan bahwa kemungkinan angka kematian bayi masih dimungkinkan 
terjadi kenaikan jika tidak menjadi perhatian yang utama dari para pelaku 
kebijakan di bidang kesehatan. 
Angka Kematian Bayi Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007– 2011)
Tahun 2011, angka kematian bayi mengalami penurunan dibandingkan tahun 
2010. Angka Kematian Bayi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan 
Angka Kematian Bayi tahun 2007 dan 2008 mencapai 10,8 / 1000 kelahiran hidup 
dan 10,3 kelahiran hidup. Angka kematian Bayi yang sangat fluktuatif selama 
kurun waktu 5 tahun terakhir tentunya menjadi sebuah masalah tersendiri dalam 
penanganan masalah kesehatan di Sulawesi Barat. Dengan pola yang ada 
tersebut maka diprediksikan pada tahun 2016 angka kematian bayi di Sulawesi 
Barat dipredeksi akan mencapai 9,93 / 1000 kelahiran hidup. Secara Nasional, 
target MDG’s untuk angka kematian bayi pada tahun 2015 ditargetkan akan 
menurun menjadi 23/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Sulawesi Barat telah 
mencapai target dalam MDGs, namun Angka Kematian Bayi disini adalah yang 
hanya tercatat di sarana kesehatan 
4. Angka Kematian Balita 
Angka kematian balita memiliki kecenderungan penurunan yang cukup baik. 
Tahun 1971 tercatat tingkat kematian balita yang sangat tinggi yaitu mencapai 
148 / 1000 balita yang ada, angka tersebut secara berangsur turun dan 20 tahun 
kemudian menjadi 53/1000 balita, tahun 2002 sudah mencapai 28 / 1000 dan 
data tahun 2007 telah mencapai angka 19/1000 dan tetap bertahan hingga tahun 
2009.
Angka Kematian Balita Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011 
Pola penurunan terjadi dari tahun 2010 – 2011 dan sedikit berbeda pada kisaran 
tahun 2008 sampai dengan 2010 yang kemungkinan disebabkan oleh adanya 
pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak yang semakin baik dilapangan. 
Dengan pola AKABA yang fluktuatif selama kurun waktu 5 tahun terakhir maka 
diprediksikan di tahun 2016 angka kematian balita akan mencapai 10,3/1000. 
Secara Nasional target MDG’s untuk angka kematian balita pada tahun 2015 
ditargetkan akan menurun menjadi 32/1000 kelahiran hidup 
5. Status Gizi 
Angka gizi buruk dan gizi kurang di Sulawesi Barat selama kurun waktu 4 tahu 
terakhir mengalami penurunan yang cukup baik. Berdasarkan Riset Dasar 
Kesehatan tahun 2010 prevalensi balita “gizi burkur” menurun sebanyak 4 persen 
yaitu dari 25,4persen pada tahun 2007 menjadi 20,5 persen pada tahun 2010. 
Capaian Sulawesi Barat pada tahun 2010 masih tinggi dibandingkan capaian 
Nasional 17,9%. Masih tingginya Prevalensi gizi buruk di Sulawesi Barat tersebut 
menjadi tantangan tersendiri dalam mencapai target MDG’s.
Gambaran Status Gizi 
Balita di Provinsi 
Sulawesi Barat 
tahun 2007 dan 2010 
(Sumber Riskesdas 
2007 dan 2010) 
Penurunan kasus Gizi buruk dan gizi kurang merupakan salah satu prioritas 
pembangunan kesehatan nasional tahun 2010 – 2014. Meningkatnya derajat 
kesehatan dan status gizi masyarakat yang ditunjang berbagai upaya promotif, 
preventif dan kuratif serta meningkatnya peran serta masyarakat telah berhasil 
menurunkan kasus gizi buruk pada balita. Pencapaian ini belum mencapai Target 
Millennium Development Goals atau MDGs pada tahun 2015 yaitu 18,5%. 
6. Penyakit Menular 
Penyakit–penyakit yang sudah menurun seperti tuberkulosa paru dan malaria, 
masih memiliki potensi untuk meningkat kembali (re-emerging) mengingat kondisi 
perilaku dan lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat yang kurang 
mendukung. Kualitas pengobatan TBC di Sulawesi Barat meskipun dari tahun ke 
tahun terus meningkat namun tetap masih rendah yaitu55% dari target 
Penemuan Kasus Baru BTA Positif (CDR) Program penanggulangan Tuberkulosis 
Nasional adalah minimal 70%).
Angka Penemuan 
penderita baru BTA Positif 
(CDR) 
Sulawesi Barat tahun 
2011 
Permasalahan lain masih adanya ketimpangan pencapaian Kabupaten yang 
melampaui target (Majene 103%) dan disisi yang lain ada kabupaten yang 
pencapainnya jauh di bawah (mamasa 18%) adalah penemuan penderita 
meningkat (51,54% dari target 70%). Penderita TBC yang tidak sembuh atau 
penerita yang tidak memperoleh pengobatan karena belum ditemukan, 
merupakan sumber penular yang mengancam pencapaian derajat kesehatan. 
Sementara itu kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi saluran 
pernafasan, menjadi penyebab kematian terbesar dan memiliki kecenderungan 
peningkatan. Penyakit TBC memegang peran penting kasus kesakitan dan 
kematian penyakit saluran pernafasan tersebut dan bertanggungjawab terhadap 
kecenderungan peningkatannya mengingat sifat penularan dan perilaku 
masyarakat .Penyakit malaria telah menurun dengan sangat signifikan dalam 
lima tahun terakhir. Namun demikian masih ditemukan adanya kasus penularan 
indigenous malaria Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara merupakan 
Kabupaten dengan daerah endemis tinggi di Sulawesi Barat. Dengan demikian 
kemungkinan perkembangan penyakit ini masih tetap tinggi.
ISU-ISU STRATEGIS 
1. Kesetaraan Derajat Kesehatan 
Derajat kesehatan di Sulawesi Barat masih rendah namun telah mengalami 
kemajuan. MDG’s (Millenium Development Goal’s) merupakan target global dalam 
meningkatkan kesejahteraan penduduk dunia. MDG’s telah diratifikasi oleh 
pemerintah Indonesia dan menjadi salah satu agenda penting dalam 
pembangunan kesehatan di seluruh Indonesia. Indikator pokok MDG’s merupakan 
komponen utama dalam derajad kesehatan, sehingga upaya pencapaian target 
MDG’s akan berarti pula sebagai upaya untuk menyetarakan derajad kesehatan 
dan kesejahteraan di tingkat global. 
2. Permasalahan Kesehatan Ibu 
Kematian dan kesakitan penyakit berhubungan dg persalinan (anemia, 
perdarahan, hipertensi, eklamsi) meskipun juga telah menunjukkan penurunan 
namun masih cukup tinggi dan masih tetap mengancam upaya penurunan angka 
kematian ibu dan bayi. Dalam beberapa tahun terakhir angka penurunan 
menunjukkan stagnasi sedangkan target MDG’s pada tahun 2015 masih jauh dari 
kondisi yang ada pada saat ini 
3. Perkembangan Status Gizi Balita 
Penderita gizi buruk masih dijumpai di Sulawesi Barat dan dalam beberapa tahun 
terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan yang stagnan. Kondisi tersebut
juga diperburuk dengan masih adanya potensi peningkatan penderita karena 
masih belum baiknya perilaku, pelayanan dan kondisi lingkungan sosial ekonomi. 
4. Endemisitas Penyakit Menular 
Kasus DBD berkurang namun tiap tahun masih tetap ditemui, sementara malaria 
meskipun telah menurun tetapi kasus indigenous masih ditemukan. Penyakit TBC 
diduga menjadi pemicu tingginya kematian akibat gangguan pernafasan di 
Sulawesi Barat. Namun penemuan penderita masih belum sesuai harapan dan 
tingkat kesembuhan juga belum maksimal. 
5. Mutu Upaya Pelayanan Kesehatan 
Meskipun jumlah fasilitas pelayanan di Sulawesi Barat terus meningkat namun 
distribusinya belum merata. Mutu pelayanan juga belum optimal ditunjukkan dari 
belum maksimalnya pencapaian upaya yang menyeluruh, terpadu dan sustainabel 
sementara Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat belum banyak berperan. 
Tuntutan kesetaraan mutu semakin mengemuka bahkan sampai ke tataran 
regional seperti tergambar dari fenomena berobat ke luar negeri. Di sisi lain 
disparitas masih pula dijumpai dimana hambatan ekonomi masih menjadi 
penyebab masalah aksesibilitas kelompok tidak mampu yang tergambar dari 
belum seluruh penduduk belum memiliki jaminan kesehatan.
6. Kemandirian dan Peran Serta Masyarakat 
Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang telah berjalan dengan baik. 
Provinsi Sulawesi Barat memiliki peluang dan keuntungan yang lebih baik dengan 
keberadaan akses sarana pelayanan kesehatan yang cukup baik meskipun belum 
sepenuhnya merata. Namun demikian konsep kemitraan UKBM dengan unit 
pelayanan kesehatan masih belum berjalan baik dan terkadang masih 
menempatkan masyarakat sebagai objek ketimbang subjek. Peran aktif 
masyarakat yang meliputi pengabdian, advokasi, dan pengawasan belum berjalan 
maksimal 
Visi sehat pada masa mendatang akan bertumpu kepada pencapaian Desa Sehat 
yang dimulai pada lingkup keluarga. Strategi khusus yang telah dikembangkan di 
Sulawesi Barat melalui Dusun / RW Siaga dengan lima tatarannya yang telah 
disepakati sebagai strategi integratif untuk mendukung upaya penanganan 
berbagai masalah kesehatan dengan basis UKBM. Namun demikian, dalam 
pelaksanaannya masih dalam tataran konseptual dan belum memiliki kemandirian 
manajerial yang memadai untuk mendukung peningkatan aksesibilitas pelayanan. 
Hasil analisis perkembangan dan masalah kesehatan selanjutnya dipadukan 
dengan batasan tugas dan peran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat serta 
dengan memperhatikan tugas dan fungsi yang ada.
7. Manajemen Perencanaan 
Sistem perencanaan dan penganggaran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 
belum optimal. Salah satu sebabnya adalah orientasi perencanaan yang masih 
didominasi oleh pekerjaan administratif dan belum seimbang dengan 
kewajibannya untuk memfasilitasi pengembangan arah dan kebijakan 
pembangunan kesehatan. Kurangnya dukungan informasi kesehatan yang 
memadai di berbagai unit, menyebabkan perencanaan berbasis bukti masih hanya 
sebatas kepada wacana. Sementara permasalahan wacana juga masih terjadi 
dalam mengimplementasikan perencanaan berbasis kinerja. Kewajibannya 
penyusunan perencanaan kinerja masih terabaikan dan masih sangat didominasi 
pekerjaan penganggaran, yang berdampak antara lain kesulitan dalam menilai 
performa dan arah pembangunan kesehatan.
VISI DAN MISI 
VISI 
Kesehatan adalah salah satu unsur dari masyarakat Indonesia yang sejahtera, 
yaitu tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui 
sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari berbagai 
risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan kesehatan 
yang bermutu, terjangkau dan merata. Kesehatan sebagai investasi akan 
menghasilkan penduduk yang sehat dan produktif sebagai SDM pembangunan 
yang berkelanjutan serta memiliki daya saing global. Keadaan masa depan 
masyarakat Indonesia yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah 
masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup 
dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun 
sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang 
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 
Keadaan masyarakat Sulawesi Barat di masa depan atau visi yang ingin 
dicapai melalui pembangunan adalah Terwujudnya Sulawesi Barat 
yang Sejahtera, Maju dan Malaqbi ” dan tujuan pembangunan 
kesehatan kesehatan dirumuskan dalam Visi “Sulawesi Barat Sehat dan 
Malaqbi 2025” 
Lingkungan strategis pembangunan kesehatan daerah yang diharapkan adalah 
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani
maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan 
polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, 
perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan 
kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas 
sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. 
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 
2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan 
kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman 
penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif 
dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat 
sehat dan aman (safe community). 
Dalam Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 2025 diharapkan masyarakat Sulawesi 
Barat memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan 
juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan 
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan 
kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk 
pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan 
yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan 
standar dan etika profesi. 
Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta 
meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan 
masyarakat yang setinggi-tingginya. 
MISI 
Dengan berlandaskan pada dasar Pembangunan Kesehatan, dan untuk 
mewujudkan Visi Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 2025, ditetapkan 4 (empat) 
misi Pembangunan Kesehatan, yaitu: 
1. Menggerakkan Pembangunan Daerah Berwawasan Kesehatan 
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil 
kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta 
kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil 
kerja serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya 
wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. 
Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga mengandung 
arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan 
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. 
Untuk dapat terlaksananya pembangunan daerah yang berkontribusi positif 
terhadap kesehatan seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau subsistem 
dari Sistem Kesehatan Daerah berperan sebagai penggerak utama pembangunan 
daerah berwawasan kesehatan 
2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat 
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat
termasuk swasta, dan pemerintah. Upaya pemeliharaan dan peningkatan 
kesehatan setiap individu, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya dilakukan 
tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 
Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat 
untuk menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang 
bermutu, sangat menentukan keberhasilan pembangunan kese-hatan. 
Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi: a) penggerakan 
masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai peluang yang sebesar-besarnya 
untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan, b) organisasi 
kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin 
berfungsi dalam pembangunan kesehatan, c) advokasi; masyarakat 
memperjuangkan kepentingannya di bidang kesehatan, d) kemitraan; dalam 
pemberdayaan masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi 
lintas sektor, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan, e) sumberdaya; 
diperlukan sumberdaya memadai spt SDM, sistem informasi dan dana. 
3. Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan 
Terjangkau 
Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya 
kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan 
perorangan yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya 
kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada upaya pencegahan 
(preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap masyarakat
Sulawesi Barat, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan 
pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan meningkatkan 
kesehatan, diperlukan pula upaya peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya 
kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan antara pemerintah, dan 
masyarakat termasuk swasta. Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan 
kesehatan sosial telah berkembang, penyelenggaraan upaya kesehatan 
perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan 
menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih 
diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh Puskesmas. 
4. Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan 
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu 
ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, 
pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya 
kesehatan meliputi pula penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi 
kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang makin penting peranannya. 
Tenaga kesehatan yang bermutu harus tersedia secara mencukupi, terdistribusi 
secara adil, serta termanfaat-kan secara berhasil-guna dan berdaya-guna. 
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah 
harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan 
termanfaatkan secara berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang 
diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip 
ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar 
kesehatan. 
Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus 
tersedia secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 
makanan dan minuman yang aman, bermutu serta dengan pengawasan yang 
baik. Upaya dalam meningkatkan ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya 
peningkatan manajemen, pengembangan serta penggunaan teknologi di bidang 
sediaan farmasi, alat kesehatan
ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KESEHATAN 2005-2025 
1. Tujuan 
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Sulawesi Barat Sehat dan malaqbi 2025 
adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi 
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya 
dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara 
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan 
dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan 
kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat 
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Sulawesi Barat 
2. Sasaran 
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah 
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator 
dampak yaitu: 
a) meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 70,80 tahun pada tahun 
2010 menjadi 73 tahun pada tahun 2025. 
b) Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 15,2 per 1.000 kelahiran hidup pada 
tahun 2010 menjadi 8,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025. 
c) Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 185 per 100.000 kelahiran hidup pada 
tahun 2011 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025. 
d) Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 20,5% pada tahun 2010 
menjadi 10% pada tahun 2025.
STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH 
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Sulawesi Barat yang sejahtera 
Mauju dan Malaqbi pada tahun 2025, maka strategi pembangunan kesehatan 
yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah: 
1. Pembangunan Daerah Berwawasan Kesehatan 
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak 
dasar rakyat yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga sekaligus 
sebagai investasi pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan 
kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dalam kaitan ini 
pembangunan nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap program 
pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan, dapat 
memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar 
pembangunan kesehatan. 
Untuk terselenggaranya pembangunan nasional berwawasan kesehatan, perlu 
dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan, 
sehingga semua pelaku pembangunan nasional (stakeholders) memahami dan 
mampu melaksanakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Selain itu 
perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari pembangunan nasional 
berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan dan diukur 
tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan. 
Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, 
pengembangan hukum di masa mendatang menjadi sangat penting, untuk
menjamin terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum, dan manfaat hukum. 
2. Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan kesehatan 
Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah 
kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, 
banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya 
berada di luar sektor kesehatan. Untuk itu perlu adanya kemitraan antar 
berbagai pelaku pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat pada 
hakekatnya adalah melibatkan masyarakat untuk aktif dalam pengabdian 
masyarakat (to serve), aktif dalam pelaksanaan advokasi kesehatan (to 
advocate), dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan 
(to watch). 
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai 
upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. 
Oleh karenanya dalam pembangunan kesehatan diperlukan adanya 
pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada daerah. Kesiapan daerah 
dalam menerima dan menjalankan kewenangannya dalam pembangunan 
kesehatan, sangat dipengaruhi oleh tingkat kapasitas daerah yang 
meliputi perangkat organisasi dan sumber daya manusianya, serta 
kemampuan fiskal. Untuk itu harus dilakukan penetapan yang jelas tentang 
peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang kesehatan, upaya 
kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan pengembangan serta 
pemberdayaan sumber daya daerah.
3. Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan 
Pengembangan pelayanan atau upaya kesehatan, yang mencakup 
upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan 
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (client oriented), dan 
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, 
berjenjang, profesional, dan bermutu. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat 
miskin perlu mendapatkan pengutamaan. Penyelenggaraan upaya kesehatan 
diutamakan pada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan, tanpa 
mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan kesehatan. 
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan antara 
pemerintah, masyarakat, dan swasta. 
Puskesmas harus mampu melaksanakan fungsinya sebagai penggerak 
pemberdayaan masyarakat, pusat penanggulangan masalah kesehatan dan 
pusat pelayanan kesehatan primer. 
Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber, baik dari 
pemerintah, masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi penyelenggaraan 
upaya kesehatan, dan dikelola secara berhasil-guna dan berdaya-guna. 
Pembiayaan kesehatan untuk menjamin terpelihara dan terlindunginya 
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang 
diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan 
prinsip ekuitas. 
Penting untuk dikembangkan sinergisme, terutama diantara upaya kesehatan
dan pembiayaan kesehatan berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan 
dukungan pengembangan sumber daya manusia kesehatan berbasis 
kompetensi, yang dilandasi oleh peningkatan etika dan hukum. 
Berbagai organisasi profesi kesehatan dan pemerintah daerah sangat 
berperan dalam mengembangkan sinergi dimaksud. 
Peran swasta dalam upaya kesehatan perlu terus dikembangkan secara 
strategis dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan. 
Interaksi upaya publik dan sektor swasta penting untuk ditingkatkan 
secara bertahap. 
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dimaksud perlu didukung dengan 
penelitian dan kajian kesehatan yang bersifat mendasar, luas dan 
berjangkau ke depan. 
4. Peningkatan kualits SDM dan Informasi bidang Kesehatan 
Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh seluruh 
lapisan masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh 
sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi jumlahnya, dan profesional, 
yaitu sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti perkembangan 
IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Semua 
tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan kode 
etik profesi. 
Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan dan
penentuan standar kompetensi tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, 
dan pendayagunaan tenaga kesehatan serta pembinaan dan pengawasan 
sumber daya manusia kesehatan, Upaya pengadaan tenaga kesehatan 
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan di Indonesia 
dalam era desentralisasi dan globalisasi. Upaya pengadaan ini dilakukan 
melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM Kesehatan. 
Pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain meliputi: 
distribusi tenaga kesehatan secara merata dan peningkatan karier dari tenaga 
kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan 
dilakukan melalui peningkatan komitmen dan legislasi yang meliputi antara lain 
sertifikasi, uji kompetensi, registrasi, dan perijinan (licensing) tenaga 
kesehatan. Disamping itu, penting dilakukan upaya untuk pemenuhan 
hak-hak tenaga kesehatan. 
Hal yang paling penting untuk dikembangkan kedepan adalah pengembangan 
informasi bidang kesehatan. Perkembangan tekhnologi yang semakin maju 
menuntut pengembangan kesehatan yang diharapkan semakin baik pula dengan 
penggunaan pelaporan dan diseminasi data berbasis web. 
5. Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan 
Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena bencana, baik 
bencana alam maupun bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. 
Keadaan darurat kesehatan akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak 
saja pada kehidupan masyarakat di daerah bencana, namun juga pada
kehidupan bangsa dan negara. Oleh karenanya penanggulangan keadaan 
darurat kesehatan yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan upaya 
kesehatan perorangan, dilakukan secara komprehensif, mitigasi serta 
didukung kerjasama lintas sektor dan peran aktif masyarakat.
UPAYA POKOK PEMBANGUNAN KESEHATAN 
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diutamakan bagi penduduk 
rentan, yakni ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga miskin yang dilaksanakan 
melalui peningkatan upaya pokok pembangunan kesehatan yang terdiri dari: 
Upaya Kesehatan; Pembiayaan Kesehatan; Sumber Daya Manusia Kesehatan; 
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan Minuman, Manajemen dan 
informasi Kesehatan dan. Pemberdayaan Masyarakat 
Upaya pokok tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika 
kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, 
kemajuan IPTEK, globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, 
dan kerjasama lintas sektor. 
Pembangunan kesehatan diprioritaskan pada pemberdayaan dan 
kemandirian masyarakat, serta upaya kesehatan, khususnya upaya promotif dan 
preventif, yang ditunjang oleh pengembangan dan pemberdayaan SDM 
kesehatan. 
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut diberikan 
perhatian khusus kepada pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, daerah 
tertinggal, daerah bencana, daerah perbatasan, daerah terpencil termasuk 
pulau-pulau (kepulauan Balla-Ballakang) dan intervensi secara khusus pada 
komuditas Adat Terpencil (KAT) , dengan memperhatikan kesetaraan 
gender. 
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan sampai dengan
tahun 2025 dan dengan mempertimbangkan kemungkinan ketersediaan 
sumber daya kesehatan, maka peningkatan upaya pokok pembangunan 
kesehatan dalam rencana pembangunan jangka panjang Daerah bidang 
kesehatan (RPJPD-K) dilaksanakan sesuai dengan tahapan rencana 
pembangunan jangka menengah (RPJMD-K) Provinsi Sulawesi Barat. 
Pentahapan RPJPD-K dimaksudkan untuk memberikan tuntunan bagi 
penyusunan RPJMD-K, yang harus disesuaikan dengan perkembangan dan 
kemajuan pembangunan nasional bangsa Indonesia. Pentahapan yang diuraikan 
bersifat indikatif dan harus disesuaikan dengan kondisi nyata pada saat 
penyusunan RPJM-K, agar lebih bermanfaat dan memberikan respons yang tepat 
bagi perkembangan pembangunan kesehatan di Sulawesi Barat. 
1. RPJMD-Kesehatan ke-1 (2006-2011) 
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk peningkatan Pelayanan Publik Bidang 
Kesehatan. Dalam penyelenggaraan peningkatan Pelayanan Publik Bidamg 
Kesehatan yang dilakukan melalaui program upaya kesehatan, perhatian 
khusus diberikan pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan 
Anak, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, penanggulangan penyakit 
dan gizi buruk, , dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, daerah tertinggal, 
dan daerah perbatasan. Akses masyarakat terhadap upaya kesehatan 
perorangan yang bermutu, dilakukan dengan lebih mengoptimalkan kemampuan 
Puskesmas dan kualitas pelayanan di rumah sakit, serta peningkatan 
sistem rujukannya yang ditandai dengan pembangunan Rumah Sakit Daerah
Provinsi Sulawesi Barat yang dipersiapkan sebagai Pusa rujukan Pelayanan 
Kesehatan di provinsi Sulawesi Barat. Penanggulangan penyakit menular 
diutamakan pada penyakit yang menimbulkan masalah kesehatan masyarakat 
dan menurunkan produktivitas penduduk. Upaya penanggulangan penyakit tidak 
menular dikembangkan, dalam rangka antisipasi permasalahan kesehatan di 
masa depan. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan 
secara optimal sehingga tercapai kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga 
dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya. 
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah semakin meningkat 
dengan pemenuhan pembiayaan pada pelayanan kesehatan perorangan bagi 
seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin. 
Pemenuhan kebutuhan Sumberdaya Manusia kesehatan (SDMK), terutama untuk 
pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, termasuk pengadaan 
bidan desa melalui program pengadan Rumah Sakit Kabupaten/Kota sebagian 
besar telah terpenuhi. 
RPJMD-K tahun 2006 yang tujuan utamanya untuk penurunan Angka kematian 
bayi;Angka kematian ibu melahirkan; Rata - rata kasus gizi buruk dan kurang; 
Angka kesakitan malaria klinis berkurang; Angka kesembuhan tb paru bta+; 
Rumah sehat dan tempat-tempat umum sehat; Rumah tangga phbs;Persentase 
posyandu purnama dan mandiri; Pemanfaatan puskesmas dan rumah sakit 
Persediaan obat sesuai kebutuhan; Upaya optimalisasi program Obat dan 
perbekalan Kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan pelayanan dan
pemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan pengadaan obat dan 
alat kesehatan. 
Sistem informasi kesehatan dibangun kembali melalui pengembangan Data dan 
informasi. Pengembangan Bank Data melalui Software yang dikembangkan oleh 
Pusat Data dan informasi dan ke semua kabupaten di Sulawesi Barat menjadi 
penguat dalam pengembangan Sistem informasi kesehatan terintegrasi berbasis 
web. 
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus ditingkatkan, 
sehingga peran dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan 
meningkat. Edukasi kesehatan lebih ditingkatkan dalam upaya memberikan 
pengetahuan, kemauan dan kemampuan bagi individu, kelompok dan 
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Revitalisasi berbagai 
upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) ditingkatkan. 
Penggerakkan kelompok- kelompok masyarakat yang tergabungdalam organisasi 
kemasyarakatan dilakukan guna mewujudkan peran aktifnya dalam 
penyelenggaraan pembangunan. Kemampuan masyarakat desa dalam 
mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan, termasuk masalah 
kesehatan akibat bencana secara dini mulai dikembangkan. 
2. RPJMD-K ke-2 (2011-2016) 
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih 
berkembang dan meningkat. Dalam upaya mencapai target MDGs di bidang 
kesehatan penyelenggaraan upaya kesehatan ditingkatkan intensitasnya
dengan tetap memberikan perhatian khusus pada penyelenggaraan 
pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan bagi masyarakat 
miskin, penanggulangan penyakit dan gizi buruk, penanggulangan masalah 
kesehatan akibat bencana, dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, daerah 
tertinggal, dan daerah perbatasan. 
Pada perioded RPJMD-2 ini dikembangkan program 1000 hari untuk bayi dengan 
mengintegrasikan gizi dan KIA. Penanggulangan masalah gizi yang dilakukan 
dengan cara mengupayakan agar setiap undividu mendapatkan akses informasi 
dan adanya penajaman terhadap program gizi dengan usaha peningkatan 
pemantauan kesehatan balita. 
Revitalisasi Puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan upaya 
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi 
dan sinergis dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Penanggulangan 
penyakit menular terus ditingkatkan, terutama ditujukan pada penyakit-penyakit 
yang target penurunan angka kesakitannya disepakati dalam MDGs. 
Upaya penanggulangan penyakit tidak menular telah lebih berkembang sejalan 
dengan meningkatnya penduduk usia lanjut dan perubahan pola hidup 
masyarakat. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan 
dengan lebih optimal. Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan lebih 
ditingkatkan dan dikembangkan lagi. Penyediaan air minum dan sarana sanitasi 
dasar sudah makin meningkat. Pembangunan berwawasan kesehatan sudah 
mulai dilaksanakan melalui program Penanggulangan Daerah
bermasalah kesehatan (PDBK) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan 
RI. Perlu intervensi secara komrehensife dan konsisten terhadap 
daerah/kabupaten yang termasuk dalam kategori Daerah bermasalah kesehatan. 
Penelitian kesehatan yang dilaksanakan melalui Riskesdas 2013 akan menilai 
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. 
Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat lagi 
dengan sustainabilitas pemenuhan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan 
perorangan bagi seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin (PBI). 
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan swasta melalui 
Corporate Social Responsibility (CSR) perlu ditingkatkan. upaya kemitraan 
pemerintah dan swasta perlu diperkuat. 
upaya kesehatan masyarakat telah semakin mengarah kepada upaya 
pencegahan dan promosi untuk mengatasi masalah kesehatan yang utamanya 
dengan melibatkan peran masyarakat yang lebih tinggi dalam pembangunan 
kesehatan. 
Pemenuhan kebutuhan SDMK untuk daerah terpencil sebagian besar telah 
dipenuhi, termasuk kepulauan dan daerah perbatasan. Pemenuhan kuota 
tenaga kesehatan khususnya melalui pengadaan tenaga strategis yang 
ditempatkan didaerah terpencil 
3. RPJMD-K ke-3 (2017-2022) 
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai 
mantap. Penyelenggaraan upaya kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat
maupun upaya kesehatan perorangan tetap memberikan perhatian khusus 
pada golongan penduduk rentan, seperti bayi, anak, ibu, usia lanjut, masyarakat 
pekerja sektor informal, serta masyarakat miskin. Puskesmas telah dapat 
melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan 
perorangan secara serasi dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK 
kesehatan. Kualitas pelayanan di rumah sakit dan sistem rujukan telah 
meningkat. Penanggulangan penyakit menular telah meningkat dan mulai 
mantap. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular sudah mulai mantap. 
Sejalan dengan itu pelayanan kesehatan terhadap lansia mulai dikembangkan. 
Pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat telah optimal dengan intervensi 
yang komrehensife terhadap 1000 hari pertama bayi. Upaya penanggulangan 
pencemaran lingkungan telah berkembang. Penyediaan air minum dan 
sarana sanitasi dasar sudah memenuhi kebutuhan masyarakat. 
Pembangunan daerah berwawasan kesehatan sudah dilaksanakan secara 
konsisten oleh semua bidang-bidang pembangunan kesehatan daerah. 
Pengembangan kota sehat berkembang dan merupakan kebutuhan 
dari masyarakat, yang didukung dengan penyediaan air minum dan sarana 
sanitasi dasar yang lebih merata, serta pengendalian dampak risiko pencemaran 
lingkungan yang diselenggarakan bersama masyarakat. Penelitian dan 
pengembangan kesehatan yang menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi 
kesehatan terus meningkat dalam mendukung upaya pembangunan kesehatan. 
Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat lagi
dan mendekati besaran ideal proporsional terhadap anggaran pembangunan 
pemerintah dan terjaga kesinambungannya dengan pemenuhan pembiayaan 
untuk pelayanan kesehatan perorangan seluruh masyarakat rentan dan 
keluarga miskin dengan nilai per kapita yang memadai.Pembiayaan kesehatan 
yang bersumber dari masyarakat dan swasta telah semakin meningkat serta 
telah ada upaya pelembagaan kemitraan pemerintah dan swasta. 
Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah telah fokus pada pencapaian 
prioritas pembangunan kesehatan dengan sebagian besar pembiayaan 
Pemerintah untuk upaya kesehatan masyarakat. 
Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan sebagian besar 
penduduk telah dilakukan secara pra- upaya melalui jaminan kesehatan sosial 
yang telah melembaga dalam satu kesatuan prinsip penyelenggaraan dan 
berskala nasional. Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah sebagian besar 
digunakan untuk upaya kesehatan masyarakat disamping untuk pembiayaan 
pelayanan kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga 
miskin. 
Pembelanjaan kesehatan untuk pelayanan kesehatan perorangan bersumber 
dari pembiayaan Pemerintah, swasta dan masyarakat sebagian besar telah 
dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel dengan 
pelayanan terkendali secara berkesinambungan melalui jaminan kesehatan 
sosial yang telah melembaga dalam satu kesatuan prinsip penyelenggaraan 
dan berskala nasional. Pembelanjaan kesehatan untuk upaya kesehatan
masyarakat telah fokus kepada upaya pencegahan dan promosi untuk 
mengatasi masalah kesehatan yang utama 
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah mantap, 
sehingga peran dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah 
berkembang dan lebih nyata. Perilaku individu, kelompok dan masyarakat 
yang mendukung kesehatan telah terwujud dan dilaksanakan secara 
berkesinambungan, serta mulai memberikan dampak pada pengendalian 
masalah kesehatan yang dihadapinya. Kemampuan upaya kesehatan berbasis 
masyarakat (UKBM) dalam melakukan kegiatan dan fungsinya semakin 
bermutu. Peran aktif dan kontribusi organisasi kemasyarakatan dalam 
pembangunan kesehatan telah mantap. Kemandirian masyarakat dalam 
mengenal dan merespon permasalahan kesehatan termasuk masalah kesehatan 
akibat bencana secara lebih dini, semakin nyata. 
Dengan memperhatikan pentahapan upaya pokok pembangunan kesehatan 
tersebut di atas, maka dalam penyusunan RPJMD-K setiap tahapannya perlu 
pula ditetapkan pentahapan sumber daya pendukung dan hasil kegiatan sebagai 
berikut : 
1. Semua desa telah menjadi Desa Siaga aktif, yang mempunyai minimal 
sebuah Pos Kesehatan Desa. 
2. Semua kecamatan telah memiliki minimal sebuah Puskesmas yang melayani 
maksimal 30.000 penduduk dan dilengkapi dengan fasilitas sanitasi dasar 
yang memadai.
3. Semua kabupaten/kota telah memiliki minimal Rumah sakit setara Rumah Sakit 
Umum kelas C. 
4. Semua desa telah memiliki tenaga bidan yang berkualitas 
(competence). 
5. Semua Puskesmas telah memiliki minimal seorang tenaga dokter dan 
tenaga kesehatan lainnya sesuai standar. 
6. Semua rumah sakit kabupaten/kota telah memiliki minimal empat tenaga 
dokter spesialis dasar (dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, 
dokter spesialis anak, dokter spesialis bedah, dan dokter spesialis penyakit 
dalam), dan empat tenaga dokter spesialis penunjang (dokter spesialis 
anestesi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik). Rumah sakit tersebut 
telah terakreditasi minimal lima pelayanan spesialistik. 
7. Semua Pos Kesehatan Desa, Puskesmas, dan Rumah Sakit Kabupaten / kota 
didukung dengan biaya operasional yang memadai. 
8. Pembiayaan kesehatan dapat diupayakan minimal 10% dari total Belanja 
Langsung APBD 
9. Semua Rukun Warga/lingkungan telah memiliki minimal satu Posyandu 
aktif yang melaksanakan kegiatan minimum sebulan sekali. 
10. Semua desa mampu mengenali dan mengatasi masalah kesehatan setempat 
secara dini sesuai kompetensinya. 
11. Semua kejadian luar biasa (KLB)/wabah penyakit dan masalah kesehatan akibat 
bencana dapat ditangani kurang dari 24 jam.
12. Tingkat kesembuhan penyakit Tuberculosis dapat mencapai sebesar 
90%. 
13. Semua Puskesmas perawatan telah mampu melaksanakan pelayanan 
obstetri neonatal emergensi dasar (PONED). 
14. Semua Rumah Sakit Kabupaten/Kota telah mampu melaksanakan pelayanan 
obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK). 
15. Semua keluarga telah menggunakan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar. 
16. Semua keluarga telah menghuni rumah yang memenuhi syarat 
kesehatan. 
17. Semua desa telah mencapai universal coverage immunization 
(UCI). 
18. Semua persalinan telah ditolong oleh bidan atau tenaga kesehatan yang 
memiliki kompetensi kebidanan. 
19. Semua penduduk Sulawesi Barat telah dicakup oleh Sistem Jaminan Kesehatan 
Nasional. 
20. Sistem Informasi Kesehatan berbasis tekhnologi dan Web di semua 
Kabupaten/Kota
RENCANA PROGRAM 
1. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak 
2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat 
3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 
5. Program Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi 
6. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 
7. Program Upaya Kesehatan Masyarakat 
8. Program Pelayanan Kesehatan Perorangan 
9. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 
10. Program Pengawasan obat dan Makanan 
11. Program Kebijakan dan Management Pembangunan Kesehatan 
12. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan 
13. Program Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
INDIKATOR KINERJA JANGKA PENDEK (2011 – 2016) 
Tujuan Sasaran 
Indikator 
sasaran 
Indikator 
Kinerja 
Program 
Target Kinerja Program 
2012 2013 2014 2015 
201 
6 
Kondisi 
akhir 
periode 
Renstra 
SKPD 
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 
Menurunkan Angka 
kematian Ibu dari 
185/100.000 
kelahiran menjadi 
102/100.000 
kelahiran hidup 
pada tahun 2016 
Angka 
Kematian Ibu 
menurun 
hingga 50% 
pada tahun 
2016 
Menurunnya 
Angka 
Kematian Ibu 
Cakupan 
komplikasi 
kebidanan 
yang 
ditangani 
60 63 65 67 70 70 
Cakupan 
pertolongan 
persalinan 
oleh tenaga 
kesehatan 
yang memiliki 
komptensi 
kebidanan 
77,4 79,6 81,8 84 86,2 86,2 
Persentase 
ibu hamil 
yang 
mendapatkan 
67,15 65,83 69,91 74,09 78,3 78,3
pelayanan 
antenatal 
(Cakupan K4) 
Persentase 
RS yang 
terakreditasi 
35 50 60 60 60 60 
Persentase 
RS 
Provinsi/Kab 
yang 
menerapkan 
SPM-RS 
35 50 75 75 75 75 
Persentase 
Puskesmas 
Rawat Inap 
mampu 
PONED 
83 85 87 90 95 95 
Menurunkan Angka 
Kematian Bayi dari 
13,2 /1000 
kelahiran hidup 
pada tahun 2011 
menjadi 10/1000 
Kelahiran hidup 
pada tahun 2016 
Angka 
kematian 
Bayi 
menurun 
hingga 20% 
pada tahun 
2016 
Menurunnya 
Angka 
Kematian Bayi 
Cakupan 
Kunjungan 
Neonatal 
Pertama 
(KN1) 
70 75 80 85 90 90 
Cakupan 
Pelayanan 
Kesehatan 
Bayi 
89 89.5 89,5 90 90 90
Menurunkan Angka 
Kematian Balita 
dari 14,2 /1000 
kelahiran hidup 
pada tahun 2011 
menjadi 
10,3/1000 
Kelahiran hidup 
pada tahun 2016 
Angka 
kematian 
Balita 
menurun 
hingga 27% 
pada tahun 
2016 
Menurunnya 
Angka 
Kematian 
Balita 
Persentase 
Balita 
ditimbang 
berat 
badannya 
(D/S) 
72,24 76,08 79,92 83,76 87,6 91,44 
Menurunkan 
prevalensi Gizi 
buruk dari 20,5 
pada tahun 2011 
menjadi 15,4 pada 
tahun 2016 
Prevalensi 
gizi buruk 
menurun 
hingga 25% 
pada tahun 
2016 
Prevalensi Gizi 
buruk 
menurun 
Persentase 
Balita 
ditimbang 
berat 
badannya 
(D/S) 
72,24 76,08 79,92 83,76 87,6 87,6 
Persentase 
Balita Gizi 
Buruk 
mendapat 
Perawatan 
100 100 100 100 100 100 
Meningkatnya 
Pelaksanaan 
Pemberdayaan dan 
Promosi Kesehatan 
Kepada Masyarakat 
Meningkatny 
a Perilaku 
hidup bersih 
dan Sehat 
(PHBS) pada 
tingkatRuma 
h Tangga 
Perilaku Hidup 
Bersih dan 
Sehat 
meningkat 
menjadi 80 
pada tahun 
2016 
Persentase 
RT ber -PHBS 
62 67 71 75 80 80
70% 
Persentase 
Desa Siaga 
Aktif pada 
tahun 2016 
Persentase 
Desa Siaga 
Aktif 
48 60 65 68 70 70 
35% Sekolah 
Dasar 
mempromosika 
n Kesehatan 
pada tahun 
2016 
Persentase 
Sekolah 
Dasar yang 
mempromosi 
kan 
Kesehatan 
10 15 20 30 35 35 
Mencegah,menuru 
nkan dan 
mengendalikan 
penyakit menular 
dan tidak menular 
serta masalah 
kesehatan lainnya. 
Angka 
penemuan 
Kasus 
Malaria per 
1000 
penduduk 
sebesar 1 
pada tahun 
2016 
Angka 
penemuan 
kasus malaria 
berkurang 
Angka 
penemuan 
Kasus Malaria 
per 1000 
penduduk 
2,5 2 2 1,5 1,5 1,5 
Persentase 
kasus baru 
TB Paru (BTA 
Positif) yang 
ditemukan 
Kasus TB Paru 
(BTA +) 
ditemukan 
berkurang 
Persentase 
kasus baru 
TB Paru (BTA 
Positif) yang 
ditemukan 
72 73 75 75 75 75 
Persentase 
desa yang 
mencapai 
UCI 
Persentase 
Desa UCI 
mencapai 100 
persen pada 
tahun 2016 
Persentase 
desa UCI 
meningkat 
90 95 100 100 100 100
Persentase 
penduduk 
yang 
memiliki 
akses 
terhadap air 
minum 
berkualitas 
mencapai 
82% pada 
tahun 2016 
Persentase 
penduduk 
yang memiliki 
akses terhadap 
air minum 
berkualitas 
meningkat tiap 
tahunnya 
Persentase 
penduduk 
yang memiliki 
akses 
terhadap air 
minum 
berkualitas 
63 65 70 75 80 82 
Meningkatnya 
sediaan farmasi 
dan alat kesehatan 
yang memenuhi 
standar dan 
terjangkau oleh 
masyarakat. 
Persentase 
ketersediaan 
obat dan 
vaksin 
sebesar 
100% 
Tersedianya 
obat dan 
vaksin 
disarana 
kesehatan 
Persentase 
Ketersediaan 
Obat dan 
vaksin 
80 80 100 100 100 100 
Meningkatnya 
kualitas 
manajemen dan 
perencanaan 
bidang kesehatan 
100% 
dokumen 
perencanaan 
dan 
anggaran 
tersususn 
sesuai 
standar 
Dokumen 
perencanaan 
dan anggaran 
tersususn 
sesuai standar 
Meningkatnya 
manajemen 
kesehatan 
100 100 100 100 100 100 
Meningkatnya 
kualitas Sumber 
daya kesehatan 
100 % 
tenaga 
kesehatan 
yang lulus uji 
kompetensi 
berizin 
Tenaga 
kesehatan 
yang lulus uji 
komptetensi 
berisin 
Teregistrasiny 
a tenaga 
kesehatan 
50 55 60 65 70 75
Tersusunnya data 
dan Informasi 
Kesehatan yang 
akurat, akuntabel, 
lengkap dan tepat 
waktu 
100% 
Kabupaten 
dan provinsi 
menyusun 
Profil 
Kesehatan 
dan memiliki 
Sistem 
Informasi 
Kesehatan 
Kabupaten dan 
Provinsi 
meyusun Profil 
kesehatan tiap 
tahun dan 
memiliki bank 
data kesehatan 
100 % Kab 
memilki profil 
kesehatan 
menurut 
Jenis Kelamin 
100% 100% 100% 100% 
100 
% 
100%
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT 
2012

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011afshandewanti
 
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutritionKAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutritionSafira Sahida
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Kamu Aku
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansiaJerry Boer
 
Penurunan Balita Gizi Buruk di Indonesia
Penurunan Balita Gizi Buruk di Indonesia Penurunan Balita Gizi Buruk di Indonesia
Penurunan Balita Gizi Buruk di Indonesia HerdianRama
 
Report on the achievement of mdgs west sulawesi health sector - data 2012
Report on the achievement of mdgs west sulawesi health sector - data 2012Report on the achievement of mdgs west sulawesi health sector - data 2012
Report on the achievement of mdgs west sulawesi health sector - data 2012Muh Saleh
 
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANFIRSAOLIVIA2107
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solokPosdaya Solok
 
Bk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_finalBk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_finalIntan Nurani
 
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangPmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangRenie3
 
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahPokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahrahasst
 
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanAanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanSafira Sahida
 
Data RISKESDAS 2013
Data RISKESDAS 2013Data RISKESDAS 2013
Data RISKESDAS 2013nanda yudip
 
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Irma Damayanti
 

La actualidad más candente (16)

Prakarsa policy oktober rev3-1
Prakarsa policy oktober rev3-1Prakarsa policy oktober rev3-1
Prakarsa policy oktober rev3-1
 
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
 
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutritionKAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
KAJIAN STRATEGIS KESEHATAN MASYARAKAT GLOBAL_Current issues in undernutrition
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
 
Penurunan Balita Gizi Buruk di Indonesia
Penurunan Balita Gizi Buruk di Indonesia Penurunan Balita Gizi Buruk di Indonesia
Penurunan Balita Gizi Buruk di Indonesia
 
Report on the achievement of mdgs west sulawesi health sector - data 2012
Report on the achievement of mdgs west sulawesi health sector - data 2012Report on the achievement of mdgs west sulawesi health sector - data 2012
Report on the achievement of mdgs west sulawesi health sector - data 2012
 
Tugas sik alis
Tugas sik alisTugas sik alis
Tugas sik alis
 
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
 
Bk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_finalBk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_final
 
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangPmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
 
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahPokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
 
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanAanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
 
Data RISKESDAS 2013
Data RISKESDAS 2013Data RISKESDAS 2013
Data RISKESDAS 2013
 
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
 

Similar a Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025

BAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebBAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebIndra Suardi
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Dimaz LawLiedth
 
Bab I oleh indra S
Bab I oleh indra SBab I oleh indra S
Bab I oleh indra SIndra Suardi
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solokPosdaya Solok
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solokPosdaya Solok
 
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docxEPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docxDian631634
 
Executive Summary LAKIP BKKBN 2011
Executive Summary LAKIP BKKBN 2011Executive Summary LAKIP BKKBN 2011
Executive Summary LAKIP BKKBN 2011sopyanbkkbn
 
Di Indonesia indikator status kesehatan masih ketinggalan dari negara.docx
Di Indonesia indikator status kesehatan masih ketinggalan dari negara.docxDi Indonesia indikator status kesehatan masih ketinggalan dari negara.docx
Di Indonesia indikator status kesehatan masih ketinggalan dari negara.docxDian631634
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxDedySetiawan94
 
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANFIRSAOLIVIA2107
 
TUGAS KELOMPOK IV ppt.pptx
TUGAS KELOMPOK IV ppt.pptxTUGAS KELOMPOK IV ppt.pptx
TUGAS KELOMPOK IV ppt.pptxilyas152544
 
Bab6 peningkatan aksesibilitas dan
Bab6 peningkatan aksesibilitas danBab6 peningkatan aksesibilitas dan
Bab6 peningkatan aksesibilitas danahmadainulyakin
 
Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1
Bahan kleideskop dinas kesehatan   edisi 1  Bahan kleideskop dinas kesehatan   edisi 1
Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1 indrasutanmudo
 
Status Kesehatan Gizi
Status Kesehatan GiziStatus Kesehatan Gizi
Status Kesehatan GiziDewi MuLya
 

Similar a Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025 (20)

BAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebBAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
 
Bab I oleh indra S
Bab I oleh indra SBab I oleh indra S
Bab I oleh indra S
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
 
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docxEPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
 
stunting.pptx
stunting.pptxstunting.pptx
stunting.pptx
 
Executive Summary LAKIP BKKBN 2011
Executive Summary LAKIP BKKBN 2011Executive Summary LAKIP BKKBN 2011
Executive Summary LAKIP BKKBN 2011
 
Di Indonesia indikator status kesehatan masih ketinggalan dari negara.docx
Di Indonesia indikator status kesehatan masih ketinggalan dari negara.docxDi Indonesia indikator status kesehatan masih ketinggalan dari negara.docx
Di Indonesia indikator status kesehatan masih ketinggalan dari negara.docx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
 
Buletin lansia
Buletin lansiaBuletin lansia
Buletin lansia
 
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATANANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN
 
TUGAS KELOMPOK IV ppt.pptx
TUGAS KELOMPOK IV ppt.pptxTUGAS KELOMPOK IV ppt.pptx
TUGAS KELOMPOK IV ppt.pptx
 
KTI BBLR
KTI BBLRKTI BBLR
KTI BBLR
 
Bab6 peningkatan aksesibilitas dan
Bab6 peningkatan aksesibilitas danBab6 peningkatan aksesibilitas dan
Bab6 peningkatan aksesibilitas dan
 
Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1
Bahan kleideskop dinas kesehatan   edisi 1  Bahan kleideskop dinas kesehatan   edisi 1
Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1
 
Status Kesehatan Gizi
Status Kesehatan GiziStatus Kesehatan Gizi
Status Kesehatan Gizi
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUANBAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
 

Más de Muh Saleh

Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaMuh Saleh
 
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfRKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfMuh Saleh
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Muh Saleh
 
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxEvaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxMuh Saleh
 
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Muh Saleh
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Muh Saleh
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025Muh Saleh
 
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfLKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfMuh Saleh
 
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Muh Saleh
 
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfMuh Saleh
 
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfCetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfMuh Saleh
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfMuh Saleh
 
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfMuh Saleh
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...Muh Saleh
 
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...Muh Saleh
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Muh Saleh
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaMuh Saleh
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Muh Saleh
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarMuh Saleh
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahMuh Saleh
 

Más de Muh Saleh (20)

Buku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerjaBuku Panduan Aplikasi eKinerja
Buku Panduan Aplikasi eKinerja
 
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdfRKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
RKPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2024.pdf
 
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2023 - 2026
 
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptxEvaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
Evaluasi Capaian Program TBC Januari - Desember 2023.pptx
 
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
Update Revisi Permenkes SPM Kesehatan No 4 Tahun 2019
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023
 
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
RPJPD Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005 - 2025
 
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdfLKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
LKJIP Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2022.pdf
 
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...Keseragaman Data SIM Puskesmas  Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
Keseragaman Data SIM Puskesmas Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 01.07-m...
 
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfPermenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdf
 
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfCetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
 
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdfTransformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
Transformasi Sistem Kesehatan Indonesia V36.pdf
 
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdfPermenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
Permenkes Nomor 13 Tahun 2022.pdf
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah  dan   Launching  Permendagr...
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...
 
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten KotaHasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
Hasil Survey Status Gizi Indonesia Tahun 2021 tingkat Kabupaten Kota
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali MandarIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Polewali Mandar
 
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju TengahIndeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
Indeks Keluarga Sehat (IKS) Kabupaten Mamuju Tengah
 

Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025

  • 1.
  • 2. Grand Design Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT 2012
  • 3. Buku ini diterbitkan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Kurungan Bassi No 19 Mamuju 91511 Telepon 0426 – 21027 Fax Nomor 0426 – 22579 Email : dinkessulbar@depkes.go.id or dinkessulbar@gmail.com Website : www.dinkes.sulbarprov.go.id
  • 4. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan daerah, dapat di lihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dimana untuk mencapai IPM tersebut, salah satu komponen utama yang mempengaruhinya yaitu indikator status kesehatan selain pendidikan dan pendapatan per kapita. Dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya mendukung percepatan pembangunan daerah. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dimasa mendatang diperlukan Grand Design Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
  • 5. Dinas Kesehatan Sulawesi Barat sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Sulawesi Barat mempunyai tugas untuk membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang kesehatan dalam rangka mewujudkan visi Provinsi Sulawesi Barat yaitu “Terwujudnya Percepatan pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Sulawesi Barat” Grand Design Pembangunan Kesehatan merupakan dokumen yang berisi strategi dan program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat dengan mendorong peran aktif masyarakat guna terwujudnya Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 2025
  • 6. CAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 1. Umur Harapan Hidup (UHH) Peningkatan umur harapan hidup di Sulawesi Barat selama 5 tahun terakhir cenderung meningkat.). Berikut gambaran perkembangan Usia Harapan Hidup di Sulawesi Barat sampai dengan tahun 2010 66,40 67,00 70,20 69,90 70,60 70,80 72,00 70,00 68,00 66,00 64,00 62,00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun 2010, umur harapan hidup masyarakat Sulawesi Barat telah meningkat mencapai 70,80 tahun. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya yang baru mencapai 66,40 tahun (2005). Dengan perkembangan tersebut, perhitungan prediksi angka umur harapan hidup Sulawesi Barat pada tahun 2013 diharapkan akan mencapai 73,73 tahun (Estimasi Dinkes). Gambaran perkembangan tersebut memperlihatkan telah terjadinya transisi demografi di Sulawesi Barat yang sebenarnya telah dimulai pada masa 2000-an yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya usia lanjut.
  • 7. Peningkatan umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh multifaktor yang dalam hal ini kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya. Peran pengaruh kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian, perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat. 2. Angka Kematian Ibu Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, meskipun demikian angkanya masih cukup tinggi. Data kematian ibu dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Tahun 2006 angka kematian ibu di Sulawesi Barat berada pada angka 394/100.000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan menjadi 185/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011 Periode tahun 2006 – 2011 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu. Angka Kematian Ibu tahun 2010 masih berada pada angka 185 / 100.000 ribu kelahiran hidup. AKI tahun 2009-2011 tersebut telah lebih baik jika dibandingkan AKI nasional 228/100.000 Kelahiran hidup. Meskipun Angka Kematian Ibu di Sulawesi
  • 8. Barat lebih baik dibanding capaian Nasional namun angka ini adalah angka Kematian Ibu hamil yang hanya tercatat di sarana kesehatan. Angka Kematian Ibu Sulawesi Barat masih jauh dari Target MDG’s secara nasional di tahun 2015 untuk angka kematian Ibu adalah tiga perempat dari kondisi tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup 3. Angka Kematian Bayi Sebagaimana gambaran perkembangan angka kematian ibu, angka kematian bayi juga mengalami fluktuasi selama kurun 5 tahun terakhir. Namun demikian pola naik turun yang terjadi tersebut seringkali dipengaruhi oleh multi faktor seperti yang terlihat pada periode 2006 sampai dengan 2010 yang merupakan masa dimana Sulawesi Barat merupakan Provinsi yang masih baru. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan angka kematian bayi masih dimungkinkan terjadi kenaikan jika tidak menjadi perhatian yang utama dari para pelaku kebijakan di bidang kesehatan. Angka Kematian Bayi Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007– 2011)
  • 9. Tahun 2011, angka kematian bayi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010. Angka Kematian Bayi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan Angka Kematian Bayi tahun 2007 dan 2008 mencapai 10,8 / 1000 kelahiran hidup dan 10,3 kelahiran hidup. Angka kematian Bayi yang sangat fluktuatif selama kurun waktu 5 tahun terakhir tentunya menjadi sebuah masalah tersendiri dalam penanganan masalah kesehatan di Sulawesi Barat. Dengan pola yang ada tersebut maka diprediksikan pada tahun 2016 angka kematian bayi di Sulawesi Barat dipredeksi akan mencapai 9,93 / 1000 kelahiran hidup. Secara Nasional, target MDG’s untuk angka kematian bayi pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi 23/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Sulawesi Barat telah mencapai target dalam MDGs, namun Angka Kematian Bayi disini adalah yang hanya tercatat di sarana kesehatan 4. Angka Kematian Balita Angka kematian balita memiliki kecenderungan penurunan yang cukup baik. Tahun 1971 tercatat tingkat kematian balita yang sangat tinggi yaitu mencapai 148 / 1000 balita yang ada, angka tersebut secara berangsur turun dan 20 tahun kemudian menjadi 53/1000 balita, tahun 2002 sudah mencapai 28 / 1000 dan data tahun 2007 telah mencapai angka 19/1000 dan tetap bertahan hingga tahun 2009.
  • 10. Angka Kematian Balita Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007 - 2011 Pola penurunan terjadi dari tahun 2010 – 2011 dan sedikit berbeda pada kisaran tahun 2008 sampai dengan 2010 yang kemungkinan disebabkan oleh adanya pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak yang semakin baik dilapangan. Dengan pola AKABA yang fluktuatif selama kurun waktu 5 tahun terakhir maka diprediksikan di tahun 2016 angka kematian balita akan mencapai 10,3/1000. Secara Nasional target MDG’s untuk angka kematian balita pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi 32/1000 kelahiran hidup 5. Status Gizi Angka gizi buruk dan gizi kurang di Sulawesi Barat selama kurun waktu 4 tahu terakhir mengalami penurunan yang cukup baik. Berdasarkan Riset Dasar Kesehatan tahun 2010 prevalensi balita “gizi burkur” menurun sebanyak 4 persen yaitu dari 25,4persen pada tahun 2007 menjadi 20,5 persen pada tahun 2010. Capaian Sulawesi Barat pada tahun 2010 masih tinggi dibandingkan capaian Nasional 17,9%. Masih tingginya Prevalensi gizi buruk di Sulawesi Barat tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam mencapai target MDG’s.
  • 11. Gambaran Status Gizi Balita di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2007 dan 2010 (Sumber Riskesdas 2007 dan 2010) Penurunan kasus Gizi buruk dan gizi kurang merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2010 – 2014. Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat yang ditunjang berbagai upaya promotif, preventif dan kuratif serta meningkatnya peran serta masyarakat telah berhasil menurunkan kasus gizi buruk pada balita. Pencapaian ini belum mencapai Target Millennium Development Goals atau MDGs pada tahun 2015 yaitu 18,5%. 6. Penyakit Menular Penyakit–penyakit yang sudah menurun seperti tuberkulosa paru dan malaria, masih memiliki potensi untuk meningkat kembali (re-emerging) mengingat kondisi perilaku dan lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat yang kurang mendukung. Kualitas pengobatan TBC di Sulawesi Barat meskipun dari tahun ke tahun terus meningkat namun tetap masih rendah yaitu55% dari target Penemuan Kasus Baru BTA Positif (CDR) Program penanggulangan Tuberkulosis Nasional adalah minimal 70%).
  • 12. Angka Penemuan penderita baru BTA Positif (CDR) Sulawesi Barat tahun 2011 Permasalahan lain masih adanya ketimpangan pencapaian Kabupaten yang melampaui target (Majene 103%) dan disisi yang lain ada kabupaten yang pencapainnya jauh di bawah (mamasa 18%) adalah penemuan penderita meningkat (51,54% dari target 70%). Penderita TBC yang tidak sembuh atau penerita yang tidak memperoleh pengobatan karena belum ditemukan, merupakan sumber penular yang mengancam pencapaian derajat kesehatan. Sementara itu kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi saluran pernafasan, menjadi penyebab kematian terbesar dan memiliki kecenderungan peningkatan. Penyakit TBC memegang peran penting kasus kesakitan dan kematian penyakit saluran pernafasan tersebut dan bertanggungjawab terhadap kecenderungan peningkatannya mengingat sifat penularan dan perilaku masyarakat .Penyakit malaria telah menurun dengan sangat signifikan dalam lima tahun terakhir. Namun demikian masih ditemukan adanya kasus penularan indigenous malaria Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara merupakan Kabupaten dengan daerah endemis tinggi di Sulawesi Barat. Dengan demikian kemungkinan perkembangan penyakit ini masih tetap tinggi.
  • 13. ISU-ISU STRATEGIS 1. Kesetaraan Derajat Kesehatan Derajat kesehatan di Sulawesi Barat masih rendah namun telah mengalami kemajuan. MDG’s (Millenium Development Goal’s) merupakan target global dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dunia. MDG’s telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dan menjadi salah satu agenda penting dalam pembangunan kesehatan di seluruh Indonesia. Indikator pokok MDG’s merupakan komponen utama dalam derajad kesehatan, sehingga upaya pencapaian target MDG’s akan berarti pula sebagai upaya untuk menyetarakan derajad kesehatan dan kesejahteraan di tingkat global. 2. Permasalahan Kesehatan Ibu Kematian dan kesakitan penyakit berhubungan dg persalinan (anemia, perdarahan, hipertensi, eklamsi) meskipun juga telah menunjukkan penurunan namun masih cukup tinggi dan masih tetap mengancam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi. Dalam beberapa tahun terakhir angka penurunan menunjukkan stagnasi sedangkan target MDG’s pada tahun 2015 masih jauh dari kondisi yang ada pada saat ini 3. Perkembangan Status Gizi Balita Penderita gizi buruk masih dijumpai di Sulawesi Barat dan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan yang stagnan. Kondisi tersebut
  • 14. juga diperburuk dengan masih adanya potensi peningkatan penderita karena masih belum baiknya perilaku, pelayanan dan kondisi lingkungan sosial ekonomi. 4. Endemisitas Penyakit Menular Kasus DBD berkurang namun tiap tahun masih tetap ditemui, sementara malaria meskipun telah menurun tetapi kasus indigenous masih ditemukan. Penyakit TBC diduga menjadi pemicu tingginya kematian akibat gangguan pernafasan di Sulawesi Barat. Namun penemuan penderita masih belum sesuai harapan dan tingkat kesembuhan juga belum maksimal. 5. Mutu Upaya Pelayanan Kesehatan Meskipun jumlah fasilitas pelayanan di Sulawesi Barat terus meningkat namun distribusinya belum merata. Mutu pelayanan juga belum optimal ditunjukkan dari belum maksimalnya pencapaian upaya yang menyeluruh, terpadu dan sustainabel sementara Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat belum banyak berperan. Tuntutan kesetaraan mutu semakin mengemuka bahkan sampai ke tataran regional seperti tergambar dari fenomena berobat ke luar negeri. Di sisi lain disparitas masih pula dijumpai dimana hambatan ekonomi masih menjadi penyebab masalah aksesibilitas kelompok tidak mampu yang tergambar dari belum seluruh penduduk belum memiliki jaminan kesehatan.
  • 15. 6. Kemandirian dan Peran Serta Masyarakat Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang telah berjalan dengan baik. Provinsi Sulawesi Barat memiliki peluang dan keuntungan yang lebih baik dengan keberadaan akses sarana pelayanan kesehatan yang cukup baik meskipun belum sepenuhnya merata. Namun demikian konsep kemitraan UKBM dengan unit pelayanan kesehatan masih belum berjalan baik dan terkadang masih menempatkan masyarakat sebagai objek ketimbang subjek. Peran aktif masyarakat yang meliputi pengabdian, advokasi, dan pengawasan belum berjalan maksimal Visi sehat pada masa mendatang akan bertumpu kepada pencapaian Desa Sehat yang dimulai pada lingkup keluarga. Strategi khusus yang telah dikembangkan di Sulawesi Barat melalui Dusun / RW Siaga dengan lima tatarannya yang telah disepakati sebagai strategi integratif untuk mendukung upaya penanganan berbagai masalah kesehatan dengan basis UKBM. Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih dalam tataran konseptual dan belum memiliki kemandirian manajerial yang memadai untuk mendukung peningkatan aksesibilitas pelayanan. Hasil analisis perkembangan dan masalah kesehatan selanjutnya dipadukan dengan batasan tugas dan peran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat serta dengan memperhatikan tugas dan fungsi yang ada.
  • 16. 7. Manajemen Perencanaan Sistem perencanaan dan penganggaran Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat belum optimal. Salah satu sebabnya adalah orientasi perencanaan yang masih didominasi oleh pekerjaan administratif dan belum seimbang dengan kewajibannya untuk memfasilitasi pengembangan arah dan kebijakan pembangunan kesehatan. Kurangnya dukungan informasi kesehatan yang memadai di berbagai unit, menyebabkan perencanaan berbasis bukti masih hanya sebatas kepada wacana. Sementara permasalahan wacana juga masih terjadi dalam mengimplementasikan perencanaan berbasis kinerja. Kewajibannya penyusunan perencanaan kinerja masih terabaikan dan masih sangat didominasi pekerjaan penganggaran, yang berdampak antara lain kesulitan dalam menilai performa dan arah pembangunan kesehatan.
  • 17. VISI DAN MISI VISI Kesehatan adalah salah satu unsur dari masyarakat Indonesia yang sejahtera, yaitu tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari berbagai risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata. Kesehatan sebagai investasi akan menghasilkan penduduk yang sehat dan produktif sebagai SDM pembangunan yang berkelanjutan serta memiliki daya saing global. Keadaan masa depan masyarakat Indonesia yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Keadaan masyarakat Sulawesi Barat di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan adalah Terwujudnya Sulawesi Barat yang Sejahtera, Maju dan Malaqbi ” dan tujuan pembangunan kesehatan kesehatan dirumuskan dalam Visi “Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 2025” Lingkungan strategis pembangunan kesehatan daerah yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani
  • 18. maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community). Dalam Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 2025 diharapkan masyarakat Sulawesi Barat memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
  • 19. yang bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya. MISI Dengan berlandaskan pada dasar Pembangunan Kesehatan, dan untuk mewujudkan Visi Sulawesi Barat Sehat dan Malaqbi 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu: 1. Menggerakkan Pembangunan Daerah Berwawasan Kesehatan Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk dapat terlaksananya pembangunan daerah yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau subsistem dari Sistem Kesehatan Daerah berperan sebagai penggerak utama pembangunan daerah berwawasan kesehatan 2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat
  • 20. termasuk swasta, dan pemerintah. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan setiap individu, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya dilakukan tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat menentukan keberhasilan pembangunan kese-hatan. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi: a) penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan, b) organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin berfungsi dalam pembangunan kesehatan, c) advokasi; masyarakat memperjuangkan kepentingannya di bidang kesehatan, d) kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan, e) sumberdaya; diperlukan sumberdaya memadai spt SDM, sistem informasi dan dana. 3. Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan Terjangkau Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap masyarakat
  • 21. Sulawesi Barat, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta. Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang, penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh Puskesmas. 4. Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi yang makin penting peranannya. Tenaga kesehatan yang bermutu harus tersedia secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaat-kan secara berhasil-guna dan berdaya-guna. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat
  • 22. pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus tersedia secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan dan minuman yang aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen, pengembangan serta penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan
  • 23. ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KESEHATAN 2005-2025 1. Tujuan Tujuan pembangunan kesehatan menuju Sulawesi Barat Sehat dan malaqbi 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Sulawesi Barat 2. Sasaran Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu: a) meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 70,80 tahun pada tahun 2010 menjadi 73 tahun pada tahun 2025. b) Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 15,2 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 menjadi 8,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025. c) Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 185 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025. d) Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 20,5% pada tahun 2010 menjadi 10% pada tahun 2025.
  • 24. STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Sulawesi Barat yang sejahtera Mauju dan Malaqbi pada tahun 2025, maka strategi pembangunan kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah: 1. Pembangunan Daerah Berwawasan Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga sekaligus sebagai investasi pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dalam kaitan ini pembangunan nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap program pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan, dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar pembangunan kesehatan. Untuk terselenggaranya pembangunan nasional berwawasan kesehatan, perlu dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan, sehingga semua pelaku pembangunan nasional (stakeholders) memahami dan mampu melaksanakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Selain itu perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari pembangunan nasional berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan dan diukur tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan. Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, pengembangan hukum di masa mendatang menjadi sangat penting, untuk
  • 25. menjamin terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum, dan manfaat hukum. 2. Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan kesehatan Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya berada di luar sektor kesehatan. Untuk itu perlu adanya kemitraan antar berbagai pelaku pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah melibatkan masyarakat untuk aktif dalam pengabdian masyarakat (to serve), aktif dalam pelaksanaan advokasi kesehatan (to advocate), dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan (to watch). Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh karenanya dalam pembangunan kesehatan diperlukan adanya pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada daerah. Kesiapan daerah dalam menerima dan menjalankan kewenangannya dalam pembangunan kesehatan, sangat dipengaruhi oleh tingkat kapasitas daerah yang meliputi perangkat organisasi dan sumber daya manusianya, serta kemampuan fiskal. Untuk itu harus dilakukan penetapan yang jelas tentang peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang kesehatan, upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan pengembangan serta pemberdayaan sumber daya daerah.
  • 26. 3. Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan Pengembangan pelayanan atau upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (client oriented), dan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, profesional, dan bermutu. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin perlu mendapatkan pengutamaan. Penyelenggaraan upaya kesehatan diutamakan pada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan, tanpa mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan swasta. Puskesmas harus mampu melaksanakan fungsinya sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat, pusat penanggulangan masalah kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan primer. Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber, baik dari pemerintah, masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi penyelenggaraan upaya kesehatan, dan dikelola secara berhasil-guna dan berdaya-guna. Pembiayaan kesehatan untuk menjamin terpelihara dan terlindunginya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan secara nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Penting untuk dikembangkan sinergisme, terutama diantara upaya kesehatan
  • 27. dan pembiayaan kesehatan berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan dukungan pengembangan sumber daya manusia kesehatan berbasis kompetensi, yang dilandasi oleh peningkatan etika dan hukum. Berbagai organisasi profesi kesehatan dan pemerintah daerah sangat berperan dalam mengembangkan sinergi dimaksud. Peran swasta dalam upaya kesehatan perlu terus dikembangkan secara strategis dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Interaksi upaya publik dan sektor swasta penting untuk ditingkatkan secara bertahap. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dimaksud perlu didukung dengan penelitian dan kajian kesehatan yang bersifat mendasar, luas dan berjangkau ke depan. 4. Peningkatan kualits SDM dan Informasi bidang Kesehatan Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi jumlahnya, dan profesional, yaitu sumber daya manusia kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi sumpah dan kode etik profesi. Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan dan
  • 28. penentuan standar kompetensi tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan serta pembinaan dan pengawasan sumber daya manusia kesehatan, Upaya pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan di Indonesia dalam era desentralisasi dan globalisasi. Upaya pengadaan ini dilakukan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM Kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain meliputi: distribusi tenaga kesehatan secara merata dan peningkatan karier dari tenaga kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan legislasi yang meliputi antara lain sertifikasi, uji kompetensi, registrasi, dan perijinan (licensing) tenaga kesehatan. Disamping itu, penting dilakukan upaya untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan. Hal yang paling penting untuk dikembangkan kedepan adalah pengembangan informasi bidang kesehatan. Perkembangan tekhnologi yang semakin maju menuntut pengembangan kesehatan yang diharapkan semakin baik pula dengan penggunaan pelaporan dan diseminasi data berbasis web. 5. Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena bencana, baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan darurat kesehatan akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada kehidupan masyarakat di daerah bencana, namun juga pada
  • 29. kehidupan bangsa dan negara. Oleh karenanya penanggulangan keadaan darurat kesehatan yang mencakup upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan, dilakukan secara komprehensif, mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor dan peran aktif masyarakat.
  • 30. UPAYA POKOK PEMBANGUNAN KESEHATAN Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diutamakan bagi penduduk rentan, yakni ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga miskin yang dilaksanakan melalui peningkatan upaya pokok pembangunan kesehatan yang terdiri dari: Upaya Kesehatan; Pembiayaan Kesehatan; Sumber Daya Manusia Kesehatan; Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan Minuman, Manajemen dan informasi Kesehatan dan. Pemberdayaan Masyarakat Upaya pokok tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan IPTEK, globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, dan kerjasama lintas sektor. Pembangunan kesehatan diprioritaskan pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta upaya kesehatan, khususnya upaya promotif dan preventif, yang ditunjang oleh pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut diberikan perhatian khusus kepada pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, daerah tertinggal, daerah bencana, daerah perbatasan, daerah terpencil termasuk pulau-pulau (kepulauan Balla-Ballakang) dan intervensi secara khusus pada komuditas Adat Terpencil (KAT) , dengan memperhatikan kesetaraan gender. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan sampai dengan
  • 31. tahun 2025 dan dengan mempertimbangkan kemungkinan ketersediaan sumber daya kesehatan, maka peningkatan upaya pokok pembangunan kesehatan dalam rencana pembangunan jangka panjang Daerah bidang kesehatan (RPJPD-K) dilaksanakan sesuai dengan tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJMD-K) Provinsi Sulawesi Barat. Pentahapan RPJPD-K dimaksudkan untuk memberikan tuntunan bagi penyusunan RPJMD-K, yang harus disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan nasional bangsa Indonesia. Pentahapan yang diuraikan bersifat indikatif dan harus disesuaikan dengan kondisi nyata pada saat penyusunan RPJM-K, agar lebih bermanfaat dan memberikan respons yang tepat bagi perkembangan pembangunan kesehatan di Sulawesi Barat. 1. RPJMD-Kesehatan ke-1 (2006-2011) Pembangunan kesehatan diarahkan untuk peningkatan Pelayanan Publik Bidang Kesehatan. Dalam penyelenggaraan peningkatan Pelayanan Publik Bidamg Kesehatan yang dilakukan melalaui program upaya kesehatan, perhatian khusus diberikan pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan Anak, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, penanggulangan penyakit dan gizi buruk, , dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, daerah tertinggal, dan daerah perbatasan. Akses masyarakat terhadap upaya kesehatan perorangan yang bermutu, dilakukan dengan lebih mengoptimalkan kemampuan Puskesmas dan kualitas pelayanan di rumah sakit, serta peningkatan sistem rujukannya yang ditandai dengan pembangunan Rumah Sakit Daerah
  • 32. Provinsi Sulawesi Barat yang dipersiapkan sebagai Pusa rujukan Pelayanan Kesehatan di provinsi Sulawesi Barat. Penanggulangan penyakit menular diutamakan pada penyakit yang menimbulkan masalah kesehatan masyarakat dan menurunkan produktivitas penduduk. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular dikembangkan, dalam rangka antisipasi permasalahan kesehatan di masa depan. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan secara optimal sehingga tercapai kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah semakin meningkat dengan pemenuhan pembiayaan pada pelayanan kesehatan perorangan bagi seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin. Pemenuhan kebutuhan Sumberdaya Manusia kesehatan (SDMK), terutama untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, termasuk pengadaan bidan desa melalui program pengadan Rumah Sakit Kabupaten/Kota sebagian besar telah terpenuhi. RPJMD-K tahun 2006 yang tujuan utamanya untuk penurunan Angka kematian bayi;Angka kematian ibu melahirkan; Rata - rata kasus gizi buruk dan kurang; Angka kesakitan malaria klinis berkurang; Angka kesembuhan tb paru bta+; Rumah sehat dan tempat-tempat umum sehat; Rumah tangga phbs;Persentase posyandu purnama dan mandiri; Pemanfaatan puskesmas dan rumah sakit Persediaan obat sesuai kebutuhan; Upaya optimalisasi program Obat dan perbekalan Kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan pelayanan dan
  • 33. pemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan pengadaan obat dan alat kesehatan. Sistem informasi kesehatan dibangun kembali melalui pengembangan Data dan informasi. Pengembangan Bank Data melalui Software yang dikembangkan oleh Pusat Data dan informasi dan ke semua kabupaten di Sulawesi Barat menjadi penguat dalam pengembangan Sistem informasi kesehatan terintegrasi berbasis web. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus ditingkatkan, sehingga peran dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan meningkat. Edukasi kesehatan lebih ditingkatkan dalam upaya memberikan pengetahuan, kemauan dan kemampuan bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Revitalisasi berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) ditingkatkan. Penggerakkan kelompok- kelompok masyarakat yang tergabungdalam organisasi kemasyarakatan dilakukan guna mewujudkan peran aktifnya dalam penyelenggaraan pembangunan. Kemampuan masyarakat desa dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan, termasuk masalah kesehatan akibat bencana secara dini mulai dikembangkan. 2. RPJMD-K ke-2 (2011-2016) Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih berkembang dan meningkat. Dalam upaya mencapai target MDGs di bidang kesehatan penyelenggaraan upaya kesehatan ditingkatkan intensitasnya
  • 34. dengan tetap memberikan perhatian khusus pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, penanggulangan penyakit dan gizi buruk, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, daerah tertinggal, dan daerah perbatasan. Pada perioded RPJMD-2 ini dikembangkan program 1000 hari untuk bayi dengan mengintegrasikan gizi dan KIA. Penanggulangan masalah gizi yang dilakukan dengan cara mengupayakan agar setiap undividu mendapatkan akses informasi dan adanya penajaman terhadap program gizi dengan usaha peningkatan pemantauan kesehatan balita. Revitalisasi Puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi dan sinergis dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Penanggulangan penyakit menular terus ditingkatkan, terutama ditujukan pada penyakit-penyakit yang target penurunan angka kesakitannya disepakati dalam MDGs. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular telah lebih berkembang sejalan dengan meningkatnya penduduk usia lanjut dan perubahan pola hidup masyarakat. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan dengan lebih optimal. Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan lebih ditingkatkan dan dikembangkan lagi. Penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar sudah makin meningkat. Pembangunan berwawasan kesehatan sudah mulai dilaksanakan melalui program Penanggulangan Daerah
  • 35. bermasalah kesehatan (PDBK) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Perlu intervensi secara komrehensife dan konsisten terhadap daerah/kabupaten yang termasuk dalam kategori Daerah bermasalah kesehatan. Penelitian kesehatan yang dilaksanakan melalui Riskesdas 2013 akan menilai Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat lagi dengan sustainabilitas pemenuhan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan bagi seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin (PBI). Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR) perlu ditingkatkan. upaya kemitraan pemerintah dan swasta perlu diperkuat. upaya kesehatan masyarakat telah semakin mengarah kepada upaya pencegahan dan promosi untuk mengatasi masalah kesehatan yang utamanya dengan melibatkan peran masyarakat yang lebih tinggi dalam pembangunan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan SDMK untuk daerah terpencil sebagian besar telah dipenuhi, termasuk kepulauan dan daerah perbatasan. Pemenuhan kuota tenaga kesehatan khususnya melalui pengadaan tenaga strategis yang ditempatkan didaerah terpencil 3. RPJMD-K ke-3 (2017-2022) Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai mantap. Penyelenggaraan upaya kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat
  • 36. maupun upaya kesehatan perorangan tetap memberikan perhatian khusus pada golongan penduduk rentan, seperti bayi, anak, ibu, usia lanjut, masyarakat pekerja sektor informal, serta masyarakat miskin. Puskesmas telah dapat melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan secara serasi dan sinergis sesuai dengan perkembangan IPTEK kesehatan. Kualitas pelayanan di rumah sakit dan sistem rujukan telah meningkat. Penanggulangan penyakit menular telah meningkat dan mulai mantap. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular sudah mulai mantap. Sejalan dengan itu pelayanan kesehatan terhadap lansia mulai dikembangkan. Pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat telah optimal dengan intervensi yang komrehensife terhadap 1000 hari pertama bayi. Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan telah berkembang. Penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar sudah memenuhi kebutuhan masyarakat. Pembangunan daerah berwawasan kesehatan sudah dilaksanakan secara konsisten oleh semua bidang-bidang pembangunan kesehatan daerah. Pengembangan kota sehat berkembang dan merupakan kebutuhan dari masyarakat, yang didukung dengan penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar yang lebih merata, serta pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan yang diselenggarakan bersama masyarakat. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan terus meningkat dalam mendukung upaya pembangunan kesehatan. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat lagi
  • 37. dan mendekati besaran ideal proporsional terhadap anggaran pembangunan pemerintah dan terjaga kesinambungannya dengan pemenuhan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan seluruh masyarakat rentan dan keluarga miskin dengan nilai per kapita yang memadai.Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan swasta telah semakin meningkat serta telah ada upaya pelembagaan kemitraan pemerintah dan swasta. Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah telah fokus pada pencapaian prioritas pembangunan kesehatan dengan sebagian besar pembiayaan Pemerintah untuk upaya kesehatan masyarakat. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan sebagian besar penduduk telah dilakukan secara pra- upaya melalui jaminan kesehatan sosial yang telah melembaga dalam satu kesatuan prinsip penyelenggaraan dan berskala nasional. Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah sebagian besar digunakan untuk upaya kesehatan masyarakat disamping untuk pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin. Pembelanjaan kesehatan untuk pelayanan kesehatan perorangan bersumber dari pembiayaan Pemerintah, swasta dan masyarakat sebagian besar telah dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel dengan pelayanan terkendali secara berkesinambungan melalui jaminan kesehatan sosial yang telah melembaga dalam satu kesatuan prinsip penyelenggaraan dan berskala nasional. Pembelanjaan kesehatan untuk upaya kesehatan
  • 38. masyarakat telah fokus kepada upaya pencegahan dan promosi untuk mengatasi masalah kesehatan yang utama Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah mantap, sehingga peran dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah berkembang dan lebih nyata. Perilaku individu, kelompok dan masyarakat yang mendukung kesehatan telah terwujud dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta mulai memberikan dampak pada pengendalian masalah kesehatan yang dihadapinya. Kemampuan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dalam melakukan kegiatan dan fungsinya semakin bermutu. Peran aktif dan kontribusi organisasi kemasyarakatan dalam pembangunan kesehatan telah mantap. Kemandirian masyarakat dalam mengenal dan merespon permasalahan kesehatan termasuk masalah kesehatan akibat bencana secara lebih dini, semakin nyata. Dengan memperhatikan pentahapan upaya pokok pembangunan kesehatan tersebut di atas, maka dalam penyusunan RPJMD-K setiap tahapannya perlu pula ditetapkan pentahapan sumber daya pendukung dan hasil kegiatan sebagai berikut : 1. Semua desa telah menjadi Desa Siaga aktif, yang mempunyai minimal sebuah Pos Kesehatan Desa. 2. Semua kecamatan telah memiliki minimal sebuah Puskesmas yang melayani maksimal 30.000 penduduk dan dilengkapi dengan fasilitas sanitasi dasar yang memadai.
  • 39. 3. Semua kabupaten/kota telah memiliki minimal Rumah sakit setara Rumah Sakit Umum kelas C. 4. Semua desa telah memiliki tenaga bidan yang berkualitas (competence). 5. Semua Puskesmas telah memiliki minimal seorang tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya sesuai standar. 6. Semua rumah sakit kabupaten/kota telah memiliki minimal empat tenaga dokter spesialis dasar (dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, dokter spesialis anak, dokter spesialis bedah, dan dokter spesialis penyakit dalam), dan empat tenaga dokter spesialis penunjang (dokter spesialis anestesi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik). Rumah sakit tersebut telah terakreditasi minimal lima pelayanan spesialistik. 7. Semua Pos Kesehatan Desa, Puskesmas, dan Rumah Sakit Kabupaten / kota didukung dengan biaya operasional yang memadai. 8. Pembiayaan kesehatan dapat diupayakan minimal 10% dari total Belanja Langsung APBD 9. Semua Rukun Warga/lingkungan telah memiliki minimal satu Posyandu aktif yang melaksanakan kegiatan minimum sebulan sekali. 10. Semua desa mampu mengenali dan mengatasi masalah kesehatan setempat secara dini sesuai kompetensinya. 11. Semua kejadian luar biasa (KLB)/wabah penyakit dan masalah kesehatan akibat bencana dapat ditangani kurang dari 24 jam.
  • 40. 12. Tingkat kesembuhan penyakit Tuberculosis dapat mencapai sebesar 90%. 13. Semua Puskesmas perawatan telah mampu melaksanakan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (PONED). 14. Semua Rumah Sakit Kabupaten/Kota telah mampu melaksanakan pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK). 15. Semua keluarga telah menggunakan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar. 16. Semua keluarga telah menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan. 17. Semua desa telah mencapai universal coverage immunization (UCI). 18. Semua persalinan telah ditolong oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. 19. Semua penduduk Sulawesi Barat telah dicakup oleh Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 20. Sistem Informasi Kesehatan berbasis tekhnologi dan Web di semua Kabupaten/Kota
  • 41. RENCANA PROGRAM 1. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak 2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat 3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 5. Program Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi 6. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 7. Program Upaya Kesehatan Masyarakat 8. Program Pelayanan Kesehatan Perorangan 9. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 10. Program Pengawasan obat dan Makanan 11. Program Kebijakan dan Management Pembangunan Kesehatan 12. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan 13. Program Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
  • 42. INDIKATOR KINERJA JANGKA PENDEK (2011 – 2016) Tujuan Sasaran Indikator sasaran Indikator Kinerja Program Target Kinerja Program 2012 2013 2014 2015 201 6 Kondisi akhir periode Renstra SKPD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Menurunkan Angka kematian Ibu dari 185/100.000 kelahiran menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu menurun hingga 50% pada tahun 2016 Menurunnya Angka Kematian Ibu Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 60 63 65 67 70 70 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki komptensi kebidanan 77,4 79,6 81,8 84 86,2 86,2 Persentase ibu hamil yang mendapatkan 67,15 65,83 69,91 74,09 78,3 78,3
  • 43. pelayanan antenatal (Cakupan K4) Persentase RS yang terakreditasi 35 50 60 60 60 60 Persentase RS Provinsi/Kab yang menerapkan SPM-RS 35 50 75 75 75 75 Persentase Puskesmas Rawat Inap mampu PONED 83 85 87 90 95 95 Menurunkan Angka Kematian Bayi dari 13,2 /1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi 10/1000 Kelahiran hidup pada tahun 2016 Angka kematian Bayi menurun hingga 20% pada tahun 2016 Menurunnya Angka Kematian Bayi Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) 70 75 80 85 90 90 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 89 89.5 89,5 90 90 90
  • 44. Menurunkan Angka Kematian Balita dari 14,2 /1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi 10,3/1000 Kelahiran hidup pada tahun 2016 Angka kematian Balita menurun hingga 27% pada tahun 2016 Menurunnya Angka Kematian Balita Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) 72,24 76,08 79,92 83,76 87,6 91,44 Menurunkan prevalensi Gizi buruk dari 20,5 pada tahun 2011 menjadi 15,4 pada tahun 2016 Prevalensi gizi buruk menurun hingga 25% pada tahun 2016 Prevalensi Gizi buruk menurun Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) 72,24 76,08 79,92 83,76 87,6 87,6 Persentase Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan 100 100 100 100 100 100 Meningkatnya Pelaksanaan Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan Kepada Masyarakat Meningkatny a Perilaku hidup bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkatRuma h Tangga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat meningkat menjadi 80 pada tahun 2016 Persentase RT ber -PHBS 62 67 71 75 80 80
  • 45. 70% Persentase Desa Siaga Aktif pada tahun 2016 Persentase Desa Siaga Aktif 48 60 65 68 70 70 35% Sekolah Dasar mempromosika n Kesehatan pada tahun 2016 Persentase Sekolah Dasar yang mempromosi kan Kesehatan 10 15 20 30 35 35 Mencegah,menuru nkan dan mengendalikan penyakit menular dan tidak menular serta masalah kesehatan lainnya. Angka penemuan Kasus Malaria per 1000 penduduk sebesar 1 pada tahun 2016 Angka penemuan kasus malaria berkurang Angka penemuan Kasus Malaria per 1000 penduduk 2,5 2 2 1,5 1,5 1,5 Persentase kasus baru TB Paru (BTA Positif) yang ditemukan Kasus TB Paru (BTA +) ditemukan berkurang Persentase kasus baru TB Paru (BTA Positif) yang ditemukan 72 73 75 75 75 75 Persentase desa yang mencapai UCI Persentase Desa UCI mencapai 100 persen pada tahun 2016 Persentase desa UCI meningkat 90 95 100 100 100 100
  • 46. Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas mencapai 82% pada tahun 2016 Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas meningkat tiap tahunnya Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas 63 65 70 75 80 82 Meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100% Tersedianya obat dan vaksin disarana kesehatan Persentase Ketersediaan Obat dan vaksin 80 80 100 100 100 100 Meningkatnya kualitas manajemen dan perencanaan bidang kesehatan 100% dokumen perencanaan dan anggaran tersususn sesuai standar Dokumen perencanaan dan anggaran tersususn sesuai standar Meningkatnya manajemen kesehatan 100 100 100 100 100 100 Meningkatnya kualitas Sumber daya kesehatan 100 % tenaga kesehatan yang lulus uji kompetensi berizin Tenaga kesehatan yang lulus uji komptetensi berisin Teregistrasiny a tenaga kesehatan 50 55 60 65 70 75
  • 47. Tersusunnya data dan Informasi Kesehatan yang akurat, akuntabel, lengkap dan tepat waktu 100% Kabupaten dan provinsi menyusun Profil Kesehatan dan memiliki Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten dan Provinsi meyusun Profil kesehatan tiap tahun dan memiliki bank data kesehatan 100 % Kab memilki profil kesehatan menurut Jenis Kelamin 100% 100% 100% 100% 100 % 100%
  • 48. DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI BARAT 2012