Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai kemampuan sosialisasi anak prasekolah, proses sosialisasi, tahap-tahap sosialisasi, faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi, ciri-ciri anak prasekolah, dan pola asuh orang tua.
1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah
1. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah
keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang dilahirkan dengan
perilaku aktual yang jauh lebih sempit jangkauan - jangkauan mengenai
yang biasa dan yang diterima menurut norma kelompoknya. Sosialisasi
adalah “proses yang digunakan anak untuk mempelajari standar, nilai,
perilaku yang diharapkan kebudayaan atau lingkungan masyarakat
mereka” (Mussen, dkk, 1994). Chaplin (2002), mengemukakan bahwa
sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan, cara hidup dan adat
istiadat masyarakat tertentu.
Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman
bermain dan sekolah. Lingkungan pertama serta utama dikenal sejak lahir
yaitu keluarga. Ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan
lingkungan sosial yang berasal dari keluarga, besar perannya bagi
perkembangan dan pembentukan kepribadian individu. Kebiasaan yang
ditanamkan keluarga baik itu positif maupun negatif secara tidak langsung
akan terbentuk dalam kepribadian anak.
Kemampuan sosialisasi menjadi suatu aspek penting dalam
perkembangan anak, karena masa anak Taman Kanak - kanak (prasekolah)
6
2. merupakan masa peralihan dari lingkungan keluarga kedalam lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Didalam lingkungan sekolah, anak
tidak hanya memasuki dunia sosialisasi yang lebih luas melainkan anak
juga akan menemukan suasana kehidupan yang berbeda, teman, guru atau
aturan-aturan yang berbeda dengan lingkungan keluarga (Chaplin, 2002).
Melihat dari definisi - definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud sosialisasi adalah proses dimana anak-anak belajar
mengenai standar, nilai dan sikap yang diharapkan kebudayaan atau
lingkungan masyarakat mereka.
2. Proses Sosialisasi
Proses sosial pada hakekatnya adalah proses belajar sosial
mengenai tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakatnya. Proses
sosialisasi berawal dari keluarga, melalui keluargalah anak belajar
beradaptasi ditengah kehidupan masyarakat (Satiadarma, 2001).
Hurlock (1997), proses sosialisasi diperoleh dari kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosialisasi ini memerlukan
beberapa proses, yaitu :
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi anggotanya untuk
dapat diterima, dan harus mampu menyesuaikan perilaku dengan
patokan yang dapat diterima pula.
7
3. b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima
Setiap kelompok mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan
oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipenuhi.
c. Perkembangan sikap sosial
Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik diperlukan adanya
minat untuk melihat anak yang lain dan berusaha mengadakan kontak
sosial dengan mereka, mencoba untuk bergabung dan bekerja sama
dalam bermain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosialisasi
adalah proses belajar sosial untuk mempelajari tingkah laku yang
diharapkan oleh masyarakatnya, selain itu perlu juga diperhatikan
tentang tahap - tahap sosialisasi.
3. Tahap-tahap Sosialisasi
Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar
bersosialisasi. “Melalui keluargalah anak belajar merespon terhadap
masyarakat dan beradaptasi ditengah kehidupan masyarakatnya yang lebih
luas nantinya. Melalui proses sosialisasi didalam keluarga, seorang anak
secara bertahap belajar mengembangkan kemampuan nalar serta
imajinasinya” (Satiadarma, 2001). Perhatian terhadap hal - hal
disekelilingnya banyak dipengaruhi oleh nilai - nilai yang mereka anut,
keluargalah yang menanamkan nilai - nilai tersebut.
8
4. Setelah anak belajar bersosialisasi didalam keluarga, kemudian
anak belajar bersosialisasi diluar rumah yang diperoleh dari teman sebaya,
sekolah, guru dan lingkungan diluar yang lebih luas (Mussen, dkk, 1994).
Yusuf, (2008), mengemukakan bahwa tahap perkembangan sosial
pada usia prasekolah yaitu, anak mulai mengetahui aturan – aturan baik
dilingkungan keluarga maupun lingkungan bermain, sedikit demi sedikit
anak mulai tunduk pada peraturan, anak mulai menyadari hak dan
kewajiban orang lain, anak mulai dapat bermain bersama anak - anak lain
atau teman sebaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap - tahap
sosialisasi berawal dari lingkungan di dalam keluarga dan selanjutnya anak
akan belajar bersosialisasi diluar lingkungan keluarga, yaitu di sekolah
maupun di masyarakat.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi
Hurlock (1997), mengemukakan bahwa faktor - faktor yang
mempengaruhi sosialisasi, terutama anak yaitu adanya sikap anak - anak
terhadap orang lain dan pengalaman sosial dan seberapa baik mereka dapat
bergaul dengan orang lain. Anak - anak akan tergantung pada pengalaman
belajar selama bertahun-tahun awal kehidupan yang merupakan masa
pembentukan kepribadian, tetapi kelompok sosial juga berpengaruh
terhadap perkembangan sosial anak. Namun pada akhirnya, kemampuan
anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntunan sosial dan menjadi pribadi
yang dapat bermasyarakat, tergantung pada empat faktor menurut Sujiono,
9
5. (2005) yaitu, kesempatan yang penuh untuk belajar sosialisasi /
bermasyarakat, mampu berkomunikasi pembicaraan yang bersifat sosial
merupakan penunjang yang penting bagi sosialisasi, anak hanya akan
belajar bersosialisasi apabila mereka memiliki motivasi untuk
melakukannya, metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah
penting. Empat faktor tersebut akan menjadi daya dorong tersendiri bagi
anak untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi.
Jadi dapat disimpulkan faktor - faktor yang mempengaruhi
sosialisasi yaitu adanya sikap anak - anak terhadap orang lain dan
pengalaman sosial dan seberapa baik mereka dapat bergaul dengan orang
lain.
B. Anak Prasekolah
Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah. Anak
prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun
(Riyanto, dkk, 2004). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai
berbagai macam potensi. Potensi - potensi itu dirangsang dan dikembangkan
agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal, anak dapat
berkembang kepribadiannya lewat sosialisasi di sekolah. Taman kanak - kanak
(TK) adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan
program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai 6 tahun atau
memasuki pendidikan dasar, hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003
tentang pendidikan prasekolah. Patmonodewo (2003), mengemukakan bahwa
10
6. program prasekolah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa kelompok,
diantaranya program tempat penitipan anak (3 bulan - 5 tahun), kelompok
bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4 - 6 tahun biasanya mengikuti
program Taman Kanak - Kanak (TK).
Usia prasekolah diantara 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun bertujuan
membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,
ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya.
Langeveld dalam Riyanto (2004), mengemukakan tentang
kemampuan - kemampuan yang seharusnya dicapai anak prasekolah antara
lain, berbahasa lisan dan bercerita, mengenal pola kehidupan sosial (aku,
keluarga, dan sekolah), mengerti dan menguasai ketrampilan untuk
kepentingan kebutuhan sehari – hari, mulai berkhayal, dan belum dapat
membedakan secara tegas antara kenyataan dan imajinasi belaka. Anak
Taman kanak - kanak termasuk dalam kelompok umur prasekolah. Pada umur
2 - 4 tahun, anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan
penjelajahan, bertanya, menirukan dan mencipta sesuatu. Masa ini anak
mengalami kemajuan pesat dalam ketrampilan menolong dirinya sendiri dan
dalam ketrampilan bermain.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial (sosialisasi) anak
prasekolah :
11
7. 1. Kondisi kesehatan anak
Kesehatan anak mempengaruhi kemampuan anak mengenal lingkungan
diluar lingkungan keluarga. Anak dengan kondisi sehat akan cepat bisa
menyesuaikan dengan lingkungan diluar lingkungan keluarga. (Effendy,
1998)
2. Umur anak
Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah
umur akan semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta bertambah
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar lingkungan
keluarga (Notoatmodjo, 2003)
3. Memiliki motivasi untuk sosialisasi
Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka karena mendapat
pengalaman baru ketika bergabung dengan kelompok dibandingkan jika
mereka bermain sendiri (Sujiyono, 2005)
4. Adanya kesempatan untuk bersosialisasi
Sikap orang tua yang demokratis memberikan kesempatan anak untuk
bergabung dengan teman seusianya (Sujiyono, 2005)
Riyanto (2004), menemukan ciri - ciri anak prasekolah atau TK,
diantaranya :
1. Ciri-ciri fisik
Anak prasekolah mempergunakan ketrampilan gerak dasar (berlari,
berjalan, memanjat, melompat) sebagai bagian dari permainan mereka.
12
8. Mereka aktif, tetapi lebih bertujuan dan tidak terlalu mementingkan untuk
bisa beraktivitas sendiri.
2. Ciri Sosial
Pada umumnya anak dalam tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,
tetapi dua sahabat ini cepat berganti. Perasaan empati dan simpati terhadap
teman juga berkembang, mampu berbagi dengan inisiatif mereka sendiri,
anak menjadi sosialis.
3. Ciri Emosional
Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas. Sikap marah
sering diperlihatkan dan iri hati pada anak prasekolah sering terjadi.
Mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
4. Ciri Kognitif
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa, sebagian besar
mereka senang berbicara dan sebagian lagi menjadi pendengar yang baik.
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat,
kesempatan mengagumi dan kasih sayang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak prasekolah
adalah anak-anak yang berusia antara 3 - 6 tahun serta pada masa prasekolah
anak mengalami kemajuan pesat dalam ketrampilan menolong dirinya sendiri
dan dalam ketrampilan bermain.
13
9. C. Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian Pola Asuh
Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam berinteraksi
dengan anak - anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain
mendidik, membimbing, serta mengajarkan nilai - nilai yang sesuai
dengan norma - norma yang dilakukan di masyarakat (Suwono, 2008).
Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan
orang tua yang diterapkan pada anak. Pengasuhan anak adalah bagian
penting dan mendasar, menyiapkan anak menjadi masyarakat yang baik.
Pengasuhan terhadap anak berupa proses interaksi antara orang tua dengan
anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi
kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun
sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh
masyarakat.
Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai pola pengasuhan,
di dalam interaksinya dengan anak orang tua cenderung menggunakan cara
- cara tertentu yang dianggapnya paling baik bagi si anak.
Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, mutlak didahului oleh
tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak seperti :
a. Perilaku yang patut dicontoh
Artinya setiap perilakunya yang dilakukan harus didasarkan pada
kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan
identifikasi bagi anak - anaknya.
14
10. b. Kesadaran diri
Ini juga harus ditularkan pada anak - anak dengan mendorong mereka
agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai - nilai moral, oleh sebab
itu orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan
observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun
nonverbal tentang perilaku.
c. Komunikasi
Komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak - anaknya
terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk
memecahkan permasalahannya.
Para orang tua berusaha menyampaikan perasaan-perasaannya
melalui berbagai cara. Pola asuh orang tua dapat digolongkan dalam tiga
kelompok (Amaliya, 2006), yaitu:
a. Otoriter
Pola asuh dimana orang tua membatasi dan menghukum, yang
menuntut anak mengikuti perintah - perintah orang tua, orang tua
menggunakan kekuasaan penuh yang menuntut ketaatan mutlak,
biasanya menggunakan ancaman - ancaman. Orang tua cenderung
memaksa, memerintah, apabila anak tidak mau melakukan apa yang
dikatakan orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum anaknya.
Hasil gaya pengasuhan otoriter anak seringkali cemas dalam interaksi
sosial, penakut, tertutup, pemalu, suka melanggar norma, gemar
menentang, memiliki ketrampilan komunikasi yang rendah.
15
11. b. Demokratis
Pola asuh dimana orang tua mendorong anak – anak agar mandiri
tetapi orang tua masih menetapkan batas - batas dan pengendalian atas
tindakan - tindakan mereka, orang tua menyeimbangkan antara kontrol
dan dorongan, dimana dalam waktu yang bersamaan mereka
mengawasi perilaku anak dan mendorong untuk mematuhi peraturan
yang ada dengan mengikuti standar yang diterapkan, orang tua
memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Hasil
gaya demokratis anak - anak berkompeten secara sosial, bertanggung
jawab secara sosial.
c. Permisif
Pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan
anak, orang tua lebih mementingkan kehidupan mereka sendiri
daripada anak mereka. Hasil gaya pengasuhan permisif anak - anak
tidak dapat berkompeten secara sosial, memperlihatkan kendali diri
yang buruk serta tidak membangun kemandirian dengan baik.
2. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh
a. Budaya
Orang tua mengikuti cara - cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mengasuh anak, kebiasaan - kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam
mengasuh anak. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat
diterima di masyarakat dengan baik, karena itu kebudayaan atau
kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi
16
12. setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.
(Anwar, 2000).
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua sangat berpengaruh
dalam mengasuh anak.
c. Lingkungan
Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, lingkungan
juga ikut mewarnai pola - pola pengasuhan yang diberikan orang tua
terhadap anak.
d. Umur
Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah
umur semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta perilaku
yang sesuai untuk mendidik anak (Notoatmodjo, 2003).
e. Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang
dilakukan oleh suatu masyarakat, rata - rata keluarga dengan sosial
ekonomi yang cukup baik akan memilih pola asuh yang sesuai dengan
perkembangan anak (Effendy, 1998).
17
13. D. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial
(sosialisasi) anak prasekolah :
a. Adanya kesempatan untuk
bersosialisasi
b.Umur anak
c. Kondisi kesehatan anak
d. Memiliki motivasi untuk
bersosialisasi
Pola asuh orang tua :
a. Demokratis
b. Tidak demokratis
Kemampuan Sosialisasi
Faktor yang mempengaruhi Anak Prasekolah
pola asuh :
a. Tingkat pendidikan
b. Lingkungan
c. Budaya Kemampuan sosialisasi anak
d. Umur prasekolah menurut Langeveld
e. Tingkat sosial ekonomi (dalam Riyanto, 2004) :
a Berbahasa lisan dan bercerita
b Mengenal pola kehidupan sosial
c Mengerti dan menguasai
ketrampilan untuk kepentingan
kebutuhan sehari-hari
d Mulai berkhayal
Gambar 2.1 Kerangka Teori
(Amaliya, 2006); Riyanto, dkk (2004); Anwar, (2000)
Effendy, (1998); Notoatmodjo, (2003); Sujiyono, (2005)
18
14. E. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Pola Asuh Orang Tua
a. Demokratis Kemampuan Sosialisasi
b. Tidak demokratis Anak Prasekolah
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah pola asuh orang
tua. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
yang lain (Arikunto, 2006).
2. Variabel Dependen
Penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah kemampuan
sosialisasi anak prasekolah. Variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas
(Nursalam, 2003).
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Ada hubungan antara pola
asuh orang tua dengan kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah di TK Pertiwi
Mliwis I, Cepogo, Boyolali”.
19