SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 8
Madrasah Diniyyah Al-Islamiyah Lil-Banat
Ishlahul Ummah Surakarta
Busana
Muslimah
Pengertian pakaian taqwa
Dalil-dalil & syarat-syarat
Busana Muslimah
Konsekuensi seorang muslimah
Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 1
Busana Muslimah
Segala hal di dunia ini ada sebab dan akibatnya. Kehidupan sudah diatur oleh-
Nya, Yang Maha Kuasa. Begitu pula sebagai seorang muslimah tentunya ada
konsekuensi tersendiri. Ada ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi jika ingin menjadi
seorang muslimah sejati. Salah satu ketentuan yang akan di bahas yaitu mengenai busana
muslimah. Dalam berbusana seorang muslimah tidak boleh hanya berpegang pada prinsip
“yang penting menutup aurat”, tetapi perlu diketahui lebih lanjut mengenai busana yang
sesuai dengan syari‟at.
Pengertian Pakaian Taqwa (Hijab Syar’i)
Pakaian taqwa adalah pakaian yang menutup aurat, seperti memakai jilbab.
Namun pebgertian mengenai jilbab di sini, tidak seperti jilbab-jilbab yang sekarang
beredar seperti kebanyakan.
Berikut ini penjelasan Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam tafsirnya tentang
surat Al Ahzab ayat 59:
Jilbab adalah ridaa‟ di atas khimaar . Ini dikatakan oleh Ibnu Mas‟ud, „Ubaidah,
Qatadah, Al Hasan Al Bashri, Sa‟id bin Jubeir, Ibrahim An Nakha‟i, „Atha Al Khurasani,
dan lebih dari satu. Hari ini (zaman Ibnu Katsir), dia kedudukannya sama dengan izaar
(kain sarung). (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 6/481)
Ridaa‟ adalah ats tsaub (pakaian), juga bermakna baju luar (mantel), jubah,
gamis, dan selendang (wusyaah).
Khimaar –jamaknya adalah khumur- yaitu tudung atau penutup kepala wanita.
Dipakainya mesti sampai menutupi bagian dada, sebagaimana ayat:
dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung (khumur) kedadanya. (QS. An
Nuur (24): 31)
Maka, dalam konteks ini, Jilbab adalah pakaian atau kain bagian luar yang
menutup kain bagian dalam yang menutupi kepala wanita. Jadi, dalamannya adalah
khimaar lalu ditutup lagi dengan kain, kain itulah jibab, dan jilbab itu hendaknya lebar.
Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 2
Berkata Imam Al Alusi Rahimahullah:
Jilbab –sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas- adalah yang menutupi
tubuh dari atas sampai ke bawah. Berkata Ibnu Jarir: kain penutup kepala. Dikatakan:
kain selimut. Disebutkan: semua pakaian yang dipakai wanita di atas bajunya.
Disebutkan: semua yang dipakai wanita untuk menutupi dirinya baik dengan pakaian atau
selainnya. (Ruh Al Ma’ani, 16/223. Mawqi’ At Tafasir)
Dalil dan Syarat-syarat Pakaian Taqwa
1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan
Ini adalah pendapat jumhur ulama, tentunya kita tetap menghargai para
ulama yang memasukkan wajah dan telapak tangan wanita juga termasuk aurat
yang wajib ditutup.
Berikut ini nash-nash yang mendasari kriteria ini:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya. (QS. An Nuur (24): 31)
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah tentang surat An Nuur ayat
31 di atas:
“Seluruh tubuh wanita adalah aurat, wajib atasnya untuk menutupnya
kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, Allah Ta‟ala berfirman: “Janganlah
para wanita menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya.”,
yaitu jangan menampakkan tempat-tempat perhiasannya kecuali wajah dan kedua
telapak tangan, sebagaimana yang diriwayatkan hal itu secara shahih dari Ibnu
Abbas, Ibnu Umar, dan Aisyah.” [1]
Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 3
Mayoritas para ulama mengatakan wajah dan kedua telapak tangan bukan
aurat. Sebagaimana tertera dalam tafsir Imam Ibnu katsir berikut, ketika
menafsirkan makna “Kecuali yang biasa nampak darinya”:
“Ibnu Abbas dan orang-orang yang mengikutinya memaknai maksud
“Maa zhahara minha (apa-apa yang biasa nampak darinya)” adalah wajah dan
kedua telapak tangan, inilah yang masyhur menurut mayoritas ulama. “ [2] Ini
juga pendapat Ibnu Umar, Atha‟, Ikrimah, Adh Dhahak, Abu Sya‟tsa‟, Said bin
Jubeir, dan lain-lain. Sementara Az Zuhri mengatakan: cincin dan gelang kaki.[3]
Sementara Abdullah bin Mas’ud, Ibrahim An Nakha’i, Hasan Al
Bashri, Ibnu Sirrin, Abu Al Jauzaa, dan lain-lain, mereka menafsirkan makna
“Kecuali yang biasa nampak darinya” adalah pakaian dan selendang.[4] Dengan
kata lain menurut mereka, wajah wanita adalah aurat. Namun, dalam riwayat lain
dari Hasan Al Bashri, beliau menafsirkan: wajah dan pakaian.
Abdullah bin Abbas mengatakan maksud kalimat itu adalah celak,
pewarna tangan, dan cincin. Sementara Said bin Jubeir dan Atha’ mengatakan:
wajah dan kedua telapak tangan. Qatadah mengatakan: celak, gelang, dan cincin.
Al Miswar bin Mukhramah mengatakan: cincin, celak, dan gelang. Mujahid
berkata: cincin, pewarna tangan, dan celak mata. Ibnu Zaid mengatakan: celak
mata, pewarna tangan, dan cincin, mereka mengatakan demikianlah yang dilihat
oleh manusia. Al Auza’i mengatakan: wajah dan dua telapak tangan. Adh
Dhahak berkata: wajah dan dua telapak tangan. Sementara Hasan Al Bashri
mengatakan: wajah dan pakaian.
Sedangkan Imam Ibnu Jarir, setelah dia memaparkan berbagai tafsir ini,
beliau mengatakan:
“Pendapat yang paling unggul dan benar adalah pendapat yang
mengartikannya dengan wajah dan dua telapak tangan, dan jika demikian maka
celak, cincin, gelang, dan pewarna tangan termasuk di dalamnya.”[5]
Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 4
Imam Al Muzani Rahimahullah juga mengatakan makna “Kecuali yang
biasa nampak darinya” adalah wajah dan dua telapak tangan.[6]
Demikianlah pendapat pilihan mayoritas ulama salaf (terdahulu) dan
khalaf (belakangan).
2. Tidak sempit dan transparan
Hendaknya pakaian wanita itu longgar secara keseluruhannya, agar tidak
nampak lekukan tubuhnya. Begitu pula hendaknya tebal dan berlapis agar tidak
tembus pandangan.
Kriteria ini bisa dilakukan dengan jenis pakaian gamis atau atasan –
bawahan, selama memang longgar. Memakai gamis memang lebih utama, tetapi
jika ada muslimah memakai gamis yang sempit sehingga kriteria ini tidak
terpenuhi, maka memakai blus dan rok yang jauh lebih longgar dan tebal tentu
lebih utama dan sesuai dengan maqashid (tujuan) dan ruh syariat dibanding
gamis yang seperti itu. Apalagi jika blus dan rok tersebut dilapisi lagi oleh jubah
yang panjang, sehingga semakin jauh dari penampakan lekukan tubuh dan
transparan. Hendaknya hal ini diperhatikan benar, bahwa yang menjadi prinsip
adalah pakaian tersebut mampu menjauhkan seorang wanita dari nampaknya
lekukan tubuh dan tembus pandang. Hal ini bisa dicapai baik dengan gamis atau
selain gamis.
Kriteria ini didasarkan pada hadits Abu Hurairah Radhiallahu „Anhu,
Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda:
“Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum saya lihat sekarang,
yaitu kaum yang membawa cemeti (cambuk) seperti ekor sapi yang digunakan
untuk memukul manusia. Dan para wanita yang berpakaian tetapi telanjang,
menggoyang-goyangkan tubuhnya, memiringkan kepalanya, seperti punuk unta
yang miring. Para wanita itu tidak akan masuk surga, bahkan tidak mendapatkan
wanginya surga, padahal wanginya surga itu sudah bisa tercium dari perjalanan
sekian dan sekian.” (HR. Muslim No. 2128. Ahmad No. 8665. Ibnu Hibban No.
7461, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No.5357, Al Baghawi No. 2578, Abu
Ya’la No. 6690)
Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 5
3. Tidak menyerupai pakaian dan perhiasan wanita kafir dan ahli maksiat
Yaitu tidak menyerupai pakaian dan perhiasan yang memang identik
dipakai oleh wanita kafir dan pelaku maksiat, terutama dari sisi modelnya, yang
jika dipakai maka manusia akan terbawa pikiran bahwa itu bukan pakaian wanita
muslimah yang syar‟i, dan bukan pula pakaian wanita baik-baik. Mereka langsung
mengira itu adalah busana wanita kafir.
Dasar dari kriteria ini adalah. Dari Ibnu Umar Radhiallahu „Anhuma,
bahwa Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum
tersebut.”[7]
Imam As Sakhawi mengatakan ada kelemahan dalam hadits ini, tetapi
hadits ini memiliki penguat (syawahid), yakni hadits riwayat Al Bazzar dari
Hudzaifah dan Abu Hurairah, riwayat Al Ashbahan dari Anas bin Malik, dan
riwayat Al Qudha‟i dari Thawus secara mursal.[8] Sementara, Imam Al „Ajluni
mengatakan, sanad hadits ini shahih menurut Imam Al „Iraqi dan Imam Ibnu
Hibban, karena memiliki penguat yang disebutkan oleh Imam As Sakhawi di
atas.[9] Imam Ibnu Taimiyah mengatakan hadits ini jayyid (baik). Al Hafizh Ibnu
Hajar mengatakan sanadnya hasan.[10] Demikian status hadits ini.
Imam Al Munawi dan Imam Al „Alqami menegaskan hal-hal yang
termasuk penyerupaan dengan orang kafir: “Yakni berhias seperti perhiasan
zhahir mereka, berjalan seperti mereka, berpakaian seperti mereka, dan perbuatan
lainnya.” [11]
4. Tidak menyerupai laki-laki
Janganlah seorang muslimah memakai pakaian yang menjadi ciri khas
kaum laki-laki, dan pakaian yang menurut kebiasaan yang ada merupakan pakaian
yang biasa digunakan kaum laki-laki. Saat ini sudah teramat banyak wanita
muslimah yang tidak mengindahkan hal ini. Sehingga banyak wanita yang begitu
“maskulin” dengan pakaian tersebut. Ini sudah berlangsung begitu lama, sehingga
ada yang mengira hal itu tidak apa-apa karena sudah menjadi „adat (kebiasaan)
dan „urf (tradisi) baru, sedangkan Al „Adat muhkamat – adat itu menjadi ketentuan
Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 6
hukum. Ini keliru, sebab adat dan tradisi yang fasad (rusak) –yakni yang
bertentangan dengan syariat- tidak akan pernah menjadi ketentuan hukum. Adat
yang bisa menjadi ketentuan hukum adalah „urf shahih (tradisi yang benar)
sebagaimana dikatakan para ahli ushul.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu „Anhu, katanya:
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam melaknat wanita
yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita. (HR. Ibnu
Majah No. 1903. Imam Ahmad Al Kinani berkata: isnadnya hasan. Lihat
Mishbah Az Zujaajah, 2/108. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih.
Lihat Adabuz Zifaf, Hal. 121)
Dalam riwayat lain, lebih tegas lagi Abu Hurairah Radhiallahu „Anhu,
berkata:
Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang
memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. (HR. Abu
Daud No. 4098, Ibnu Hibban No. 5751, 5752, An Nasa’i dalam As Sunan Al
Kubra No. 9253. Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat Shahihul Jami’
No. 5095)
5. Tidak Tabarruj
Yakni tidak bersolek (berhias) seperti wanita jahiliyah, sebab
sesungguhnya make up terbaik bagi muslimah adalah air wudhu dan akhlaknya
yang mulia.
Allah Ta‟ala berfirman:
Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu (QS. Al Ahzab (33): 33)
Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar:
Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 7
Janganlah kalian menampakkan keindahan-keindahan kalian,
sebagaimana dilakukan para wanita jahiliyah dahulu pada masa sebelum Islam,
dan ayat ini berbicara kepada kaum wanita beriman pada setiap zaman. (Tafsir Al
Muyassar, 7/343)
6. Tidak memakai warna yang mencolok
Yaitu tidak memakai busana yang berwarna ngejrenk dan terkesan norak,
sehingga menjadi pusat perhatian, dan hendaknya memakai yang kalem dan
bersahaja. Allah Ta‟ala melarang kaum wanita menyengaja menjadikan dirinya
menjadi pusat perhatian kaum laki-laki disebabkan apa yang dipakainya, baik
pakaian, perhiasan, atau dandanan.
Allah Ta‟ala berfirman:
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan (QS. An Nuur (24): 31)
Lalu, setelah kriteria ini sudah terpenuhi hendaknya disempurnakan
dengan akhlak yang mulia, tutur kata yang sopan, menjaga pandangan, supel
(gampang bergaul) tanpa harus mengorbankan nilai dan akhlak Islam dalam
bergaul.
Catatan kaki :
[1] Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz. 1, Hal. 127. Darul Kutub al Araby, Beirut Libanon.
[2] Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur‟an Al „Azhim, Juz. 6, Hal. 45 Daru Thayyibah Lin Nasyr wat Tauzi‟,
1999M/1420H.
[3] Ibid
[4] Imam Ibnu Katsir, Ibid. Imam Abu Ja‟far bin Jarir Ath Thabari, Jami‟ul Bayan fi Ta‟wilil Quran, Juz. 19,
Hal. 156.
[5] Imam Abu Ja‟far bin Jarir Ath Thabari, Ibid, Juz. 19, Hal. 156-158.
[6] Imam Al Muzani, Mukhtashar, Hal. 163. Darul Ma‟rifah.
[7] HR. Abu Daud No. 4031
[8] Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 215
[9] Imam Ismail bin Muhamamd Al „Ajluni, Kasyful Khafa‟, Juz. 2, Hal. 240. Darul Kutub Al „Ilmiah
[10] Imam Abu Thayyib Syamsul Haq Al „Azhim Abadi, „Aunul Ma‟bud, Juz. 11, Hal. 52. Cet. 2, 1415H.
Darul Kutub Al „Ilmiah
[11] Ibid
Sumber : http://www.ustadzfarid.com/2012/02/akhwat-memakai-blus-dan-rok-tidak-
syari.html

Más contenido relacionado

La actualidad más candente (14)

Perintah untuk haji
Perintah untuk hajiPerintah untuk haji
Perintah untuk haji
 
B’gaul nyar’i
B’gaul nyar’iB’gaul nyar’i
B’gaul nyar’i
 
Sehari bersama nabi
Sehari bersama nabiSehari bersama nabi
Sehari bersama nabi
 
Isbal
IsbalIsbal
Isbal
 
Perintah tentang shalat
Perintah tentang  shalatPerintah tentang  shalat
Perintah tentang shalat
 
Fadhilah Yasin
Fadhilah YasinFadhilah Yasin
Fadhilah Yasin
 
HUKUM BERCADAR
HUKUM BERCADARHUKUM BERCADAR
HUKUM BERCADAR
 
Hijab tanpa nanti
Hijab tanpa nantiHijab tanpa nanti
Hijab tanpa nanti
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
Wanita muslimah
Wanita muslimahWanita muslimah
Wanita muslimah
 
Isbal - (Melabuhkan pakaian ke bawah buku lali)
Isbal - (Melabuhkan pakaian ke bawah buku lali)Isbal - (Melabuhkan pakaian ke bawah buku lali)
Isbal - (Melabuhkan pakaian ke bawah buku lali)
 
Jilbab Syar'i
Jilbab Syar'iJilbab Syar'i
Jilbab Syar'i
 
Tanya jawab kitab haji
Tanya jawab kitab hajiTanya jawab kitab haji
Tanya jawab kitab haji
 
Perintah shalat jumat
Perintah shalat jumatPerintah shalat jumat
Perintah shalat jumat
 

Destacado (20)

Trabajo Linux
Trabajo LinuxTrabajo Linux
Trabajo Linux
 
53989084 genesis-49-commentary
53989084 genesis-49-commentary53989084 genesis-49-commentary
53989084 genesis-49-commentary
 
Case07 appleinc (1)
Case07 appleinc (1)Case07 appleinc (1)
Case07 appleinc (1)
 
MINNESOTA
MINNESOTAMINNESOTA
MINNESOTA
 
Tak pp 2
Tak pp 2Tak pp 2
Tak pp 2
 
Cgap technical-guide-multi-country-data-sources-for-access-to-finance-feb-2009
Cgap technical-guide-multi-country-data-sources-for-access-to-finance-feb-2009Cgap technical-guide-multi-country-data-sources-for-access-to-finance-feb-2009
Cgap technical-guide-multi-country-data-sources-for-access-to-finance-feb-2009
 
Lq#3 idul adha
Lq#3 idul adhaLq#3 idul adha
Lq#3 idul adha
 
Water strainers
Water strainersWater strainers
Water strainers
 
Reviewing
ReviewingReviewing
Reviewing
 
Afi maya quick_guide_withoutannex_i_and_ii
Afi maya quick_guide_withoutannex_i_and_iiAfi maya quick_guide_withoutannex_i_and_ii
Afi maya quick_guide_withoutannex_i_and_ii
 
Temporary strainers
Temporary strainersTemporary strainers
Temporary strainers
 
Reporte CRIVER
Reporte CRIVERReporte CRIVER
Reporte CRIVER
 
Educ tech1
Educ tech1Educ tech1
Educ tech1
 
Sejarah tingkatan 5 bab 9
Sejarah tingkatan 5 bab 9Sejarah tingkatan 5 bab 9
Sejarah tingkatan 5 bab 9
 
B2B Seller Media Kit
B2B Seller Media KitB2B Seller Media Kit
B2B Seller Media Kit
 
Como SeráA Vidaem2070
Como SeráA Vidaem2070Como SeráA Vidaem2070
Como SeráA Vidaem2070
 
Case07 appleinc (2)
Case07 appleinc (2)Case07 appleinc (2)
Case07 appleinc (2)
 
EBSE + ES3 Commercial Presentation
EBSE + ES3 Commercial PresentationEBSE + ES3 Commercial Presentation
EBSE + ES3 Commercial Presentation
 
Hydraulic filters
Hydraulic filtersHydraulic filters
Hydraulic filters
 
Case07 appleinc
Case07 appleincCase07 appleinc
Case07 appleinc
 

Similar a Busana muslimah ( hijab )

Jilbab wanita muslima1
Jilbab wanita muslima1Jilbab wanita muslima1
Jilbab wanita muslima1zalviani
 
Ahlak berpakaian
Ahlak berpakaianAhlak berpakaian
Ahlak berpakaianjuniftha
 
Adab berpakaian dan berhias
Adab berpakaian dan berhiasAdab berpakaian dan berhias
Adab berpakaian dan berhiasLinkin Park News
 
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan DiriBerbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan DiriAulia Dina Wulandani
 
Perempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkahPerempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkahMuhsin Hariyanto
 
Pai hijab dan busana muslim
Pai hijab dan busana muslimPai hijab dan busana muslim
Pai hijab dan busana muslimNormaya_
 
Tugas ke 4
Tugas ke 4Tugas ke 4
Tugas ke 4ligardk
 
Wahai muslimah, tutuplah auratmu, kenakan
Wahai muslimah, tutuplah auratmu, kenakanWahai muslimah, tutuplah auratmu, kenakan
Wahai muslimah, tutuplah auratmu, kenakanel-hafiy
 
Pendidikan Agama Islam kelas X : Keutamaan Tata Cara Berpakaian Sesuai Syaria...
Pendidikan Agama Islam kelas X : Keutamaan Tata Cara Berpakaian Sesuai Syaria...Pendidikan Agama Islam kelas X : Keutamaan Tata Cara Berpakaian Sesuai Syaria...
Pendidikan Agama Islam kelas X : Keutamaan Tata Cara Berpakaian Sesuai Syaria...RiriCesar RiriCesar
 
Akidah akhlaq - adab berpakaian
Akidah akhlaq - adab berpakaianAkidah akhlaq - adab berpakaian
Akidah akhlaq - adab berpakaianAzzahra Azzahra
 
Berbusana sesuai syariat islam
Berbusana sesuai syariat islamBerbusana sesuai syariat islam
Berbusana sesuai syariat islamaisha_emira
 
Adab Berpakaian Ketika Sholat.doc
Adab Berpakaian Ketika Sholat.docAdab Berpakaian Ketika Sholat.doc
Adab Berpakaian Ketika Sholat.docMisrilYadi
 

Similar a Busana muslimah ( hijab ) (20)

Kriteria kerudung dan jilbab
Kriteria kerudung dan jilbabKriteria kerudung dan jilbab
Kriteria kerudung dan jilbab
 
Kriteria kerudung dan jilbab
Kriteria kerudung dan jilbabKriteria kerudung dan jilbab
Kriteria kerudung dan jilbab
 
Jilbab wanita muslima1
Jilbab wanita muslima1Jilbab wanita muslima1
Jilbab wanita muslima1
 
Ahlak berpakaian
Ahlak berpakaianAhlak berpakaian
Ahlak berpakaian
 
Aurat wanita
Aurat wanitaAurat wanita
Aurat wanita
 
Adab berpakaian dan berhias
Adab berpakaian dan berhiasAdab berpakaian dan berhias
Adab berpakaian dan berhias
 
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan DiriBerbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
Berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan Keindahan Diri
 
Tugas agama islam
Tugas agama islamTugas agama islam
Tugas agama islam
 
Perempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkahPerempuan dikhitan, wajibkah
Perempuan dikhitan, wajibkah
 
Pai hijab dan busana muslim
Pai hijab dan busana muslimPai hijab dan busana muslim
Pai hijab dan busana muslim
 
Tugas ke 4
Tugas ke 4Tugas ke 4
Tugas ke 4
 
Wahai muslimah, tutuplah auratmu, kenakan
Wahai muslimah, tutuplah auratmu, kenakanWahai muslimah, tutuplah auratmu, kenakan
Wahai muslimah, tutuplah auratmu, kenakan
 
Pendidikan Agama Islam kelas X : Keutamaan Tata Cara Berpakaian Sesuai Syaria...
Pendidikan Agama Islam kelas X : Keutamaan Tata Cara Berpakaian Sesuai Syaria...Pendidikan Agama Islam kelas X : Keutamaan Tata Cara Berpakaian Sesuai Syaria...
Pendidikan Agama Islam kelas X : Keutamaan Tata Cara Berpakaian Sesuai Syaria...
 
Beautiful Akhwat with Hijab
Beautiful Akhwat with HijabBeautiful Akhwat with Hijab
Beautiful Akhwat with Hijab
 
Akidah akhlaq - adab berpakaian
Akidah akhlaq - adab berpakaianAkidah akhlaq - adab berpakaian
Akidah akhlaq - adab berpakaian
 
Berbusana sesuai syariat islam
Berbusana sesuai syariat islamBerbusana sesuai syariat islam
Berbusana sesuai syariat islam
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Jilbab dan kesucian diri
Jilbab dan kesucian diriJilbab dan kesucian diri
Jilbab dan kesucian diri
 
Jilbab dan kesucian diri
Jilbab dan kesucian diriJilbab dan kesucian diri
Jilbab dan kesucian diri
 
Adab Berpakaian Ketika Sholat.doc
Adab Berpakaian Ketika Sholat.docAdab Berpakaian Ketika Sholat.doc
Adab Berpakaian Ketika Sholat.doc
 

Más de Suryanee Djati

Tugas bahan ajar ipa terpadu model webbed
Tugas bahan ajar ipa terpadu model webbedTugas bahan ajar ipa terpadu model webbed
Tugas bahan ajar ipa terpadu model webbedSuryanee Djati
 
Busana muslimah ( hijab )
Busana muslimah ( hijab )Busana muslimah ( hijab )
Busana muslimah ( hijab )Suryanee Djati
 
Fismat teorema green k2311073 & k2311075
Fismat teorema green k2311073 & k2311075Fismat teorema green k2311073 & k2311075
Fismat teorema green k2311073 & k2311075Suryanee Djati
 

Más de Suryanee Djati (6)

Tugas bahan ajar ipa terpadu model webbed
Tugas bahan ajar ipa terpadu model webbedTugas bahan ajar ipa terpadu model webbed
Tugas bahan ajar ipa terpadu model webbed
 
Unes
Unes Unes
Unes
 
Dauroh rekrutmen
Dauroh rekrutmenDauroh rekrutmen
Dauroh rekrutmen
 
Busana muslimah ( hijab )
Busana muslimah ( hijab )Busana muslimah ( hijab )
Busana muslimah ( hijab )
 
Fismat teorema green k2311073 & k2311075
Fismat teorema green k2311073 & k2311075Fismat teorema green k2311073 & k2311075
Fismat teorema green k2311073 & k2311075
 
Telaah ilmu fisika
Telaah ilmu fisikaTelaah ilmu fisika
Telaah ilmu fisika
 

Busana muslimah ( hijab )

  • 1. Madrasah Diniyyah Al-Islamiyah Lil-Banat Ishlahul Ummah Surakarta Busana Muslimah Pengertian pakaian taqwa Dalil-dalil & syarat-syarat Busana Muslimah Konsekuensi seorang muslimah
  • 2. Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 1 Busana Muslimah Segala hal di dunia ini ada sebab dan akibatnya. Kehidupan sudah diatur oleh- Nya, Yang Maha Kuasa. Begitu pula sebagai seorang muslimah tentunya ada konsekuensi tersendiri. Ada ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi jika ingin menjadi seorang muslimah sejati. Salah satu ketentuan yang akan di bahas yaitu mengenai busana muslimah. Dalam berbusana seorang muslimah tidak boleh hanya berpegang pada prinsip “yang penting menutup aurat”, tetapi perlu diketahui lebih lanjut mengenai busana yang sesuai dengan syari‟at. Pengertian Pakaian Taqwa (Hijab Syar’i) Pakaian taqwa adalah pakaian yang menutup aurat, seperti memakai jilbab. Namun pebgertian mengenai jilbab di sini, tidak seperti jilbab-jilbab yang sekarang beredar seperti kebanyakan. Berikut ini penjelasan Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam tafsirnya tentang surat Al Ahzab ayat 59: Jilbab adalah ridaa‟ di atas khimaar . Ini dikatakan oleh Ibnu Mas‟ud, „Ubaidah, Qatadah, Al Hasan Al Bashri, Sa‟id bin Jubeir, Ibrahim An Nakha‟i, „Atha Al Khurasani, dan lebih dari satu. Hari ini (zaman Ibnu Katsir), dia kedudukannya sama dengan izaar (kain sarung). (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 6/481) Ridaa‟ adalah ats tsaub (pakaian), juga bermakna baju luar (mantel), jubah, gamis, dan selendang (wusyaah). Khimaar –jamaknya adalah khumur- yaitu tudung atau penutup kepala wanita. Dipakainya mesti sampai menutupi bagian dada, sebagaimana ayat: dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung (khumur) kedadanya. (QS. An Nuur (24): 31) Maka, dalam konteks ini, Jilbab adalah pakaian atau kain bagian luar yang menutup kain bagian dalam yang menutupi kepala wanita. Jadi, dalamannya adalah khimaar lalu ditutup lagi dengan kain, kain itulah jibab, dan jilbab itu hendaknya lebar.
  • 3. Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 2 Berkata Imam Al Alusi Rahimahullah: Jilbab –sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas- adalah yang menutupi tubuh dari atas sampai ke bawah. Berkata Ibnu Jarir: kain penutup kepala. Dikatakan: kain selimut. Disebutkan: semua pakaian yang dipakai wanita di atas bajunya. Disebutkan: semua yang dipakai wanita untuk menutupi dirinya baik dengan pakaian atau selainnya. (Ruh Al Ma’ani, 16/223. Mawqi’ At Tafasir) Dalil dan Syarat-syarat Pakaian Taqwa 1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan Ini adalah pendapat jumhur ulama, tentunya kita tetap menghargai para ulama yang memasukkan wajah dan telapak tangan wanita juga termasuk aurat yang wajib ditutup. Berikut ini nash-nash yang mendasari kriteria ini: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya. (QS. An Nuur (24): 31) Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah tentang surat An Nuur ayat 31 di atas: “Seluruh tubuh wanita adalah aurat, wajib atasnya untuk menutupnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, Allah Ta‟ala berfirman: “Janganlah para wanita menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya.”, yaitu jangan menampakkan tempat-tempat perhiasannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan, sebagaimana yang diriwayatkan hal itu secara shahih dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Aisyah.” [1]
  • 4. Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 3 Mayoritas para ulama mengatakan wajah dan kedua telapak tangan bukan aurat. Sebagaimana tertera dalam tafsir Imam Ibnu katsir berikut, ketika menafsirkan makna “Kecuali yang biasa nampak darinya”: “Ibnu Abbas dan orang-orang yang mengikutinya memaknai maksud “Maa zhahara minha (apa-apa yang biasa nampak darinya)” adalah wajah dan kedua telapak tangan, inilah yang masyhur menurut mayoritas ulama. “ [2] Ini juga pendapat Ibnu Umar, Atha‟, Ikrimah, Adh Dhahak, Abu Sya‟tsa‟, Said bin Jubeir, dan lain-lain. Sementara Az Zuhri mengatakan: cincin dan gelang kaki.[3] Sementara Abdullah bin Mas’ud, Ibrahim An Nakha’i, Hasan Al Bashri, Ibnu Sirrin, Abu Al Jauzaa, dan lain-lain, mereka menafsirkan makna “Kecuali yang biasa nampak darinya” adalah pakaian dan selendang.[4] Dengan kata lain menurut mereka, wajah wanita adalah aurat. Namun, dalam riwayat lain dari Hasan Al Bashri, beliau menafsirkan: wajah dan pakaian. Abdullah bin Abbas mengatakan maksud kalimat itu adalah celak, pewarna tangan, dan cincin. Sementara Said bin Jubeir dan Atha’ mengatakan: wajah dan kedua telapak tangan. Qatadah mengatakan: celak, gelang, dan cincin. Al Miswar bin Mukhramah mengatakan: cincin, celak, dan gelang. Mujahid berkata: cincin, pewarna tangan, dan celak mata. Ibnu Zaid mengatakan: celak mata, pewarna tangan, dan cincin, mereka mengatakan demikianlah yang dilihat oleh manusia. Al Auza’i mengatakan: wajah dan dua telapak tangan. Adh Dhahak berkata: wajah dan dua telapak tangan. Sementara Hasan Al Bashri mengatakan: wajah dan pakaian. Sedangkan Imam Ibnu Jarir, setelah dia memaparkan berbagai tafsir ini, beliau mengatakan: “Pendapat yang paling unggul dan benar adalah pendapat yang mengartikannya dengan wajah dan dua telapak tangan, dan jika demikian maka celak, cincin, gelang, dan pewarna tangan termasuk di dalamnya.”[5]
  • 5. Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 4 Imam Al Muzani Rahimahullah juga mengatakan makna “Kecuali yang biasa nampak darinya” adalah wajah dan dua telapak tangan.[6] Demikianlah pendapat pilihan mayoritas ulama salaf (terdahulu) dan khalaf (belakangan). 2. Tidak sempit dan transparan Hendaknya pakaian wanita itu longgar secara keseluruhannya, agar tidak nampak lekukan tubuhnya. Begitu pula hendaknya tebal dan berlapis agar tidak tembus pandangan. Kriteria ini bisa dilakukan dengan jenis pakaian gamis atau atasan – bawahan, selama memang longgar. Memakai gamis memang lebih utama, tetapi jika ada muslimah memakai gamis yang sempit sehingga kriteria ini tidak terpenuhi, maka memakai blus dan rok yang jauh lebih longgar dan tebal tentu lebih utama dan sesuai dengan maqashid (tujuan) dan ruh syariat dibanding gamis yang seperti itu. Apalagi jika blus dan rok tersebut dilapisi lagi oleh jubah yang panjang, sehingga semakin jauh dari penampakan lekukan tubuh dan transparan. Hendaknya hal ini diperhatikan benar, bahwa yang menjadi prinsip adalah pakaian tersebut mampu menjauhkan seorang wanita dari nampaknya lekukan tubuh dan tembus pandang. Hal ini bisa dicapai baik dengan gamis atau selain gamis. Kriteria ini didasarkan pada hadits Abu Hurairah Radhiallahu „Anhu, Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda: “Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum saya lihat sekarang, yaitu kaum yang membawa cemeti (cambuk) seperti ekor sapi yang digunakan untuk memukul manusia. Dan para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, menggoyang-goyangkan tubuhnya, memiringkan kepalanya, seperti punuk unta yang miring. Para wanita itu tidak akan masuk surga, bahkan tidak mendapatkan wanginya surga, padahal wanginya surga itu sudah bisa tercium dari perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim No. 2128. Ahmad No. 8665. Ibnu Hibban No. 7461, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No.5357, Al Baghawi No. 2578, Abu Ya’la No. 6690)
  • 6. Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 5 3. Tidak menyerupai pakaian dan perhiasan wanita kafir dan ahli maksiat Yaitu tidak menyerupai pakaian dan perhiasan yang memang identik dipakai oleh wanita kafir dan pelaku maksiat, terutama dari sisi modelnya, yang jika dipakai maka manusia akan terbawa pikiran bahwa itu bukan pakaian wanita muslimah yang syar‟i, dan bukan pula pakaian wanita baik-baik. Mereka langsung mengira itu adalah busana wanita kafir. Dasar dari kriteria ini adalah. Dari Ibnu Umar Radhiallahu „Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut.”[7] Imam As Sakhawi mengatakan ada kelemahan dalam hadits ini, tetapi hadits ini memiliki penguat (syawahid), yakni hadits riwayat Al Bazzar dari Hudzaifah dan Abu Hurairah, riwayat Al Ashbahan dari Anas bin Malik, dan riwayat Al Qudha‟i dari Thawus secara mursal.[8] Sementara, Imam Al „Ajluni mengatakan, sanad hadits ini shahih menurut Imam Al „Iraqi dan Imam Ibnu Hibban, karena memiliki penguat yang disebutkan oleh Imam As Sakhawi di atas.[9] Imam Ibnu Taimiyah mengatakan hadits ini jayyid (baik). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan sanadnya hasan.[10] Demikian status hadits ini. Imam Al Munawi dan Imam Al „Alqami menegaskan hal-hal yang termasuk penyerupaan dengan orang kafir: “Yakni berhias seperti perhiasan zhahir mereka, berjalan seperti mereka, berpakaian seperti mereka, dan perbuatan lainnya.” [11] 4. Tidak menyerupai laki-laki Janganlah seorang muslimah memakai pakaian yang menjadi ciri khas kaum laki-laki, dan pakaian yang menurut kebiasaan yang ada merupakan pakaian yang biasa digunakan kaum laki-laki. Saat ini sudah teramat banyak wanita muslimah yang tidak mengindahkan hal ini. Sehingga banyak wanita yang begitu “maskulin” dengan pakaian tersebut. Ini sudah berlangsung begitu lama, sehingga ada yang mengira hal itu tidak apa-apa karena sudah menjadi „adat (kebiasaan) dan „urf (tradisi) baru, sedangkan Al „Adat muhkamat – adat itu menjadi ketentuan
  • 7. Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 6 hukum. Ini keliru, sebab adat dan tradisi yang fasad (rusak) –yakni yang bertentangan dengan syariat- tidak akan pernah menjadi ketentuan hukum. Adat yang bisa menjadi ketentuan hukum adalah „urf shahih (tradisi yang benar) sebagaimana dikatakan para ahli ushul. Dari Abu Hurairah Radhiallahu „Anhu, katanya: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita. (HR. Ibnu Majah No. 1903. Imam Ahmad Al Kinani berkata: isnadnya hasan. Lihat Mishbah Az Zujaajah, 2/108. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih. Lihat Adabuz Zifaf, Hal. 121) Dalam riwayat lain, lebih tegas lagi Abu Hurairah Radhiallahu „Anhu, berkata: Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. (HR. Abu Daud No. 4098, Ibnu Hibban No. 5751, 5752, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 9253. Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat Shahihul Jami’ No. 5095) 5. Tidak Tabarruj Yakni tidak bersolek (berhias) seperti wanita jahiliyah, sebab sesungguhnya make up terbaik bagi muslimah adalah air wudhu dan akhlaknya yang mulia. Allah Ta‟ala berfirman: Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (QS. Al Ahzab (33): 33) Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar:
  • 8. Suryani Jati R./1B/2013/Tarbiyah 7 Janganlah kalian menampakkan keindahan-keindahan kalian, sebagaimana dilakukan para wanita jahiliyah dahulu pada masa sebelum Islam, dan ayat ini berbicara kepada kaum wanita beriman pada setiap zaman. (Tafsir Al Muyassar, 7/343) 6. Tidak memakai warna yang mencolok Yaitu tidak memakai busana yang berwarna ngejrenk dan terkesan norak, sehingga menjadi pusat perhatian, dan hendaknya memakai yang kalem dan bersahaja. Allah Ta‟ala melarang kaum wanita menyengaja menjadikan dirinya menjadi pusat perhatian kaum laki-laki disebabkan apa yang dipakainya, baik pakaian, perhiasan, atau dandanan. Allah Ta‟ala berfirman: Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan (QS. An Nuur (24): 31) Lalu, setelah kriteria ini sudah terpenuhi hendaknya disempurnakan dengan akhlak yang mulia, tutur kata yang sopan, menjaga pandangan, supel (gampang bergaul) tanpa harus mengorbankan nilai dan akhlak Islam dalam bergaul. Catatan kaki : [1] Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz. 1, Hal. 127. Darul Kutub al Araby, Beirut Libanon. [2] Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur‟an Al „Azhim, Juz. 6, Hal. 45 Daru Thayyibah Lin Nasyr wat Tauzi‟, 1999M/1420H. [3] Ibid [4] Imam Ibnu Katsir, Ibid. Imam Abu Ja‟far bin Jarir Ath Thabari, Jami‟ul Bayan fi Ta‟wilil Quran, Juz. 19, Hal. 156. [5] Imam Abu Ja‟far bin Jarir Ath Thabari, Ibid, Juz. 19, Hal. 156-158. [6] Imam Al Muzani, Mukhtashar, Hal. 163. Darul Ma‟rifah. [7] HR. Abu Daud No. 4031 [8] Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 215 [9] Imam Ismail bin Muhamamd Al „Ajluni, Kasyful Khafa‟, Juz. 2, Hal. 240. Darul Kutub Al „Ilmiah [10] Imam Abu Thayyib Syamsul Haq Al „Azhim Abadi, „Aunul Ma‟bud, Juz. 11, Hal. 52. Cet. 2, 1415H. Darul Kutub Al „Ilmiah [11] Ibid Sumber : http://www.ustadzfarid.com/2012/02/akhwat-memakai-blus-dan-rok-tidak- syari.html