SlideShare a Scribd company logo
1 of 64
ABSTRAK
Harsidi Side, 2009. Penggunaan Media Animasi dalam Model Pembelajaran
Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan media animasi dalam
pembelajaran langsung. Subjek penelitian ini adalah 32 orang siswa Kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar Semester II tahun ajaran 2008/2009. Pelaksanaan penelitian ini
terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Data yang terkumpul
berupa hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif,
sedangkan data berupa aktivitas siswa yang dikumpulkan menggunakan lembar
observasi dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis data tersebut adalah sebagai
berikut: (1) Persentase hasil belajar biologi setelah dikelompokkan menjadi 5 kategori
pada siklus I yaitu baik sekali 29,03%, baik 32,26%, cukup 29,03% dan kurang
9,68%, dengan nilai rata-rata 70,32, skor tertinggi 85,71, nilai terendah 51,43, standar
deviasi 10,32, dan ketuntasan kelas 70,96%. (2) Persentase hasil belajar biologi
setelah dikelompokkan menjadi 5 kategori pada siklus II yaitu baik sekali 53,125%,
baik , cukup 25,00%, dengan nilai rata-rata 76,34, skor tertinggi 94,29, skor terendah
60,00, standar deviasi 8,746, dan ketuntasan kelas 90,625%. (3) Aktivitas siswa yang
bersifat positif seperti mendengarkan penjelasan guru, bertanya, menjawab atau
menanggapi pertanyaan, menulis materi penting, bekerjasama dalam kelompok,
membaca buku paket atau materi, mengalami peningkatan persentase dari setiap
siklus. Aktivitas yang bersifat negatif seperti belajar pelajaran lain, mengganggu
teman, dan keluar masuk kelas, mengalami penurunan persentase dari setiap siklus.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi dalam
model pembelajaran langsung meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3
SMP Negeri 13 Makassar, dari nilai rata-rata 70,32 menjadi 76,34.
Kata Kunci: Media Animasi, Pembelajaran Langsung, Hasil Belajar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di
hampir semua aspek kehidupan manusia, yang membawa kita ke dalam era
persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan
global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah,
intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini
kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi sekarang.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang
peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi
dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Berdasarkan
tujuan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Maka
pemerintah terus berupaya membangun pendidikan yang lebih berkualitas antara lain
melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan
sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta bagi guru dan
tenaga kependidikan lainnya.
Pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam bentuk belajar mengajar yang
melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa dengan tujuan yang sama dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana
proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik yang dalam hal
ini menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik.
Guru memiliki berbagai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran. Guru
sebagai fasilitator memberikan kemudahan kepada siswa dalam menanamkan konsep
yang menjadi tuntutan kurikulum. Sebagai dinamisator guru perlu menciptakan
situasi dan kondisi hidup dan tidak monoton supaya semangat belajar siswa dapat
meningkat. Sebagai mediator guru perlu bertindak sebagai media terhadap siswa
dalam mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Sebagai evaluator, guru perlu
menilai kemajuan siswa supaya mereka dapat melakukan perbaikan–perbaikan
supaya hasil belajarnya dapat meningkat. Sebagai instuktur, guru perlu memberikan
perintah yang baik dan tepat dalam bentuk tugas–tugas kepada siswa supaya mereka
lebih aktif belajar. Sebagai manajer, guru perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang
tinggi sehingga nampak berwibawa di mata siswa (Sanjaya, 2008).
Guru sebagai seorang pendidik dan sebagai orang yang memberi ilmu
pengetahuan kepada anak didik harus betul-betul memahami kebijakan-kebijakan
pendidikan. Dengan pemahaman itu guru memiliki landasan-landasan berpijak dalam
melaksanakan tugas di bidang pendidikan. Namun, perlu dipahami bahwa guru
memang bukanlah satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan, dan
fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Prestasi yang dicapai anak
didik tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan guru terhadap materi
pelajaran yang akan diajarkan, tetapi yang juga ikut menentukan adalah model
mengajar dan media pembelajaran yang digunakan.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA Biologi belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan
dengan masih rendahnya perolehan nilai siswa pada ujian akhir nasional. Berdasarkan
data yang diperoleh dari SMP Negeri 13 Makassar, persentase kelulusan siswa pada
tahun ajaran 2007/2008 adalah 40,96% dari 271 siswa yang mengikuti ujian nasional.
Masih rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan berbagai faktor yang terlibat
langsung dalam proses pembelajaran diantaranya faktor guru, siswa, metode
mengajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan
maupun materi pelajaran.
Pembelajaran IPA, khususnya mata pelajaran biologi diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tubuh manusia sendiri
banyak sistem-sistem kerja yang saling berhubungan sehingga menopang
keberlangsungan hidup manusia, seperti sistem pernapasan dan sistem peredaran
darah. Dalam proses pembelajaran kadang-kadang siswa tidak mengerti apa yang
dijelaskan oleh guru dan ingin lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam
tubuhnya. Misalnya bagaimana proses inspirasi dan ekspirasi berlangsung?
Bagaimana peredaran darah dalam jantung? Atau bagaimana lintasan peredaran darah
di dalam tubuh?, mereka tidak pernah melihatnya. Sehingga dibutuhkan media
pembelajaran untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan menarik perhatian
siswa untuk belajar. Pemilihan media disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak
dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang
diajarkan dan tidak menimbulkan kebosanan.
SMP Negeri 13 Makassar sudah termasuk Sekolah Standar Nasional (SSN),
dengan demikian maka proses pembelajaran yang dilakukan harus lebih ditingkatkan.
Dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi, model pembelajaran
langsung yang sering digunakan, yaitu suatu model pengajaran yang sebenarnya
bersifat teacher centered. Pembelajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut Depdiknas (2005), dalam menerapkan
model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa. Karena dalam pembelajaran, peran
guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang
menarik bagi siswa. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,
mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Tidak berarti bahwa
pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan
berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar
yang baik.
Keadaan kelas VIII3 yang umumnya selalu diajar dengan model pembelajaran
langsung khususnya metode ceramah menunjukkan bahwa siswa kurang bersemangat
dalam menerima pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Ketika belajar di
dalam kelas, siswa mengetahui apa yang dijelaskan oleh guru namun apabila keluar
dari proses belajar mengajar, kurang sekali pengetahuan yang diberikan oleh guru
yang membekas di benak mereka. Disamping hal tersebut, gangguan dalam kelas
ketika pembelajaran berlangsung besar, perhatian siswa juga rendah karena dalam
proses belajar-mengajar siswa terkadang mengantuk, disamping dipaksa menerima
materi dari penjelasan guru juga disebabkan karena pelajaran biologi berada di akhir
jam pelajaran. Hal-hal tersebut di ataslah yang menyebabkan bila diberikan tes hasil
balajar oleh guru, hasilnya rendah. Dari ujian blok yang dilakukan pada semester I
tahun ajaran 2008/2009, sebanyak 54,29% dari 35 siswa yang memperoleh nilai
ketuntasan belajar di atas nilai standar 65.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka perlu dilakukan perbaikan
dalam kegiatan pembelajaran agar nilai siswa meningkat. Masalah-masalah dalam
proses pembelajaran seperti kejenuhan dan kurangnya semangat siswa, gangguan
dalam kelas, serta perhatian siswa yang rendah karena mengantuk perlu segera
diatasi. Untuk masalah pelajaran biologi berada di akhir jam pelajaran yang
kebanyakan siswa merasa mengantuk, tidak mungkin memindahkan jam pelajaran
biologi ke jam pelajaran lain karena akan mengganggu jadwal pelajaran lain. Oleh
karena itu harus diberikan solusi terhadap masalah-masalah di atas. Salah satu solusi
pemecahannya adalah dengan penggunaan media dalam pembelajaran. Media yang
digunakan dapat menarik siswa untuk semangat belajar. Media banyak macamnya,
salah satunya adalah media animasi, yang merupakan salah satu contoh pemanfaatan
teknologi dalam menunjang proses pendidikan. Media ini dapat meningkatkan
semangat dan perhatian siswa untuk belajar, sehingga gangguan dalam kelas dapat
diminimalisir, demikian juga bagi siswa yang mengantuk, akan membuat mereka
tergerak untuk memperhatikan pelajaran. Serta penggunaan animasi ini dapat
menanamkan konsep dan pemaknaan yang sama dalam otak siswa dibandingkan
dengan media lain seperti gambar.
Menurut Utami (2007), animasi menjadi pilihan untuk menujang proses
belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa dan juga memperkuat motivasi,
dan juga untuk menanamkan pemahaman pada siswa tentang materi yang diajarkan.
Animasi yang pada dasarnya adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah
gerakan memiliki keunggulan dibanding media lain seperti gambar statis atau teks.
Animasi untuk menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi, biasanya berupa
tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya
akan menarik perhatian siswa. Keunggulan animasi dalam hal ini gambar yang
bergerak adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis
dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur
dan urutan kejadian. Animasi gambar dibuat dengan bantuan program macromedia
flash, tetapi dalam penelitian ini penulis mengambilnya dari internet. Sedangkan
animasi yang berupa kata atau tulisan yang bergerak dapat dibuat dengan bantuan
microsoft power point.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penulis ingin meneliti tentang
penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan
hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada peningkatan hasil belajar
biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan
media animasi dalam model pembelajaran langsung?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam model
pembelajaran langsung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang penggunaan media animasi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi guru dalam memilih media animasi dalam proses
pembelajaran langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan
hasil belajar yang optimal.
2. Sebagai bahan informasi untuk para peneliti berikutnya yang ingin mengkaji
tentang media pembelajaran dan model pembelajaran.
3. Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media dan model
pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Media Animasi
Suatu medium (jamak: media) adalah perantara/pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Dalam kaitannya dengan pengajaran-pembelajaran,
media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Contoh-contohnya termasuk video,
televisi, computer, diagram, bahan-bahan tercetak, itu semua dapat dipandang
media jika medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran
(Depdiknas, 2005). Istilah media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar
sering disinonimkan dengan istilah media pendidikan. Media pendidikan adalah
media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan
dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar. Pemakaian media
pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan
bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Pendapat lain dikemukan oleh Nurhayati dan Lukman (2004) bahwa
fungsi media pembelajaran diantaranya: 1. Memperjelas dan memperkaya/
melengkapi informasi yang diberikan secara verbal. 2. Meningkatkan motivasi
dan efisiensi penyampaian informasi. 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penyampaian informasi. 4. Menambah variasi penyajian materi. 5. Pemilihan
media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah, dan mencegah kebosanan
siswa untuk belajar. 6. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas,
sehingga tidak mudah dilupakan siswa. 7. Memberikan pengalaman yang lebih
kongkrit bagi hal yang mungkin abstrak. 8. Meningkatkan keingintahuan
(curiousity) siswa. 9. Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa.
Animasi merupakan gerakan objek maupun teks yang diatur sedemikian
rupa sehingga kelihatan menarik dan kelihatan lebih hidup. Menurut Utami
(2007), animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Salah
satu keunggulan animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu
kejadian secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu
dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian.
Prinsip dari animasi adalah mewujudkan ilusi bagi pergerakan dengan
memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi
sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan
objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak sehingga kelihatan hidup.
Animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer yang
bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi
berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat.
Utami (2007) menyatakan ada tiga jenis format animasi: pertama, Animasi
tanpa sistem kontrol, animasi ini hanya memberikan gambaran kejadian
sebenarnya (behavioural realism), tanpa ada kontrol sistem, bisa jadi animasi
terlalu cepat, pengguna tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan
detil tertentu karena tidak ada fasilitas untuk pause dan zoom in. Kedua, Animasi
dengan sistem kontrol, animasi ini dilengkapi dengan tombol kontrol, untuk
menyesuaikan animasi dengan kapasitas pemrosesan informasi mereka. Namun
kekurangannya, terletak pada pengetahuan awal atas materi yang dipelajari
menyebabkan murid tidak tahu mana bagian yang penting dan harus diperhatikan
guna memahami materi dan yang tidak. Ketiga, Animasi manipulasi langsung
(Direct-manipulation Animation (DMA)). DMA menyediakan fasilitas untuk
pengguna berinteraksi langsung dengan control navigasi (misal tombol dan
slider). Pengguna bebas untuk menentukan arah perhatian dan dapat diulang.
Sebagai media ilmu pengetahuan animasi memiliki kemampuan untuk
dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan
hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat
digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat
oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat
tergambarkan.
Animasi yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contoh-
contoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga
bisa berupa animasi interaktif dimana pengguna (siswa) diberi kemungkinan
berperan aktif dengan merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi
tersebut. Urutan kegiatan belajaranya dapat meliputi : melihat contoh,
mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan
mengerjakan soal/evaluasi (Suwarna, 2007).
Menurut Harun dan Zaidatun (2004) animasi mempunyai peranan yang
tersendiri dalam bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas
pengajaran dan pembelajaran. Berikut merupakan beberapa kepentingan atau
kelebihan animasi apabila digunakan dalam bidang pendidikan: 1. Animasi
mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik.
2. Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi
mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan
media yang lain. 3. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu
menyediakan pembelajaran secara maya. 4. Animasi mampu menawarkan satu
media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik
perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih
berkesan. 5. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh
teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun
demonstrasi.
Adapun kelemahan dari media animasi ialah membutuhkan peralatan yang
khusus. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika
sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di dalamnya sulit
untuk ditambahkan. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika
digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan
perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru
tidak penting.
Selama ini animasi digunakan dalam media pembelajaran untuk dua
alasan. Pertama, menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi. Animasi
jenis ini biasanya berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang
lucu, aneh yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Animasi ini biasanya
tidak ada hubungan dengan materi yang akan diberikan kepada murid. Fungsi
yang kedua adalah sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada murid
atas materi yang akan diberikan (Utami, 2007). Animasi teks (tulisan) merupakan
salah satu bagian animasi yang dapat diimplementasikan untuk menambahkan
efek animasi dan mempercantik tampilan paket bahan ajar multimedia yang akan
dikembangkan (Adri, 2008). Untuk menjalankan animasi diperlukan program
khusus (Softwore) salah satunya adalah program macromedia flash.
Penelitian tentang media animasi pernah dilakukan oleh Rusdianto (2008),
dengan judul pengaruh penggunaan media animasi pada model pembelajaran
langsung terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri Model
Makassar pada konsep sistem pencernaan makanan. Dan menggunakan kelas
control dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen digunakan media animasi
sedangkan kelas kontrol menggunakan media transparansi, yang masing-masing
dilaksanakan empat kali pertemuan. Pada pertemuan terakhir diberikan evaluasi
berupa tes tertulis untuk melihat pengaruh penggunaan media terhadap hasil
belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif,
nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen adalah 83,0 sedangkan
pada kelas kontrol sebesar 66,4. Jadi ada pengaruh penggunaan media animasi
dalam pembelajaran langsung terhadaphasil belajar biologi siswa kelas XI MA
Negeri Model Makassar, dimana hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan media animasi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas
kontrol.
2. Model Pembelajaran Langsung
Joyce dalam Trianto (2007), menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam turitorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer dan kurikulum. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke
dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Model pengajaran langsung adalah salah satu pengajaran yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap (Trianto, 2007). Menghafal hukum
atau rumus tertentu dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan contoh
pengetahuan deklaratif sederhana (informasi faktual). Sedangkan, bagaimana cara
mengoperasikan alat-alat ukur dalam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan contoh
pengetahuan prosedural (Depdiknas, 2005).
Tidak ada model dan strategi pembelajaran yang paling baik dan paling
jelek, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya
tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga
dengan model pembelajaran langsung. Dalam pembelajaran langsung dibutuhkan
keaktifan, kelihaian, keterampilan dan kreatifitas guru tanpa menghilangkan peran
siswa sebagai subyek didik. Memang dalam model ini peran guru lebih menonjol
daripada peran siswa (Bandono, 2003).
Pengajaran langsung, menurut Kardi dalam Trianto (2000) dapat
berbentuk ceramah, demostrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok.
Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang
ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin,
sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Model pembelajaran langsung merupakan proses pembelajaran yang lebih
berpusat pada guru (teacher centered), guru menjadi sumber dan pemberi
informasi utama. Meskipun dalam pembelajaran langsung digunakan metode
selain ceramah dan dilengkapi atau didukung dengan penggunaan media,
penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran)
bukan pada proses pencarian dan konstruksi pengetahuan, dan cenderung
menekankan penyampaian informasi yang bersumber dari buku teks, referensi
atau pengalaman pribadi (Nasution, 2006).
Menurut Kardi dalam Trianto (2000), meskipun tujuan pembelajaran
dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa. Sistem pengolahan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan siswa,
terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang
terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa
humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar yang efektif. Pada pengajaran
langsung terdapat lima fase yang sangat penting, seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Sintaks model pembelajaran langsung (Trianto, 2007)
FASE-FASE PERAN GURU
Fase 1
Menyampaikan tujuan
dan mempersiapkan
siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi latar balakang
pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan
siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan
keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman
dan memberikan umpan
balik
Mencek apakah siswa telah berhasil malakukan
tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan
untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari
3. Hasil Belajar
Tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan
menghasilkan hasil belajar (Sardiman, 2007). Menurut Jenkins dan Unwin dalam
Uno (2007), hasil akhir dari belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang
apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai akhir dari kegiatan belajarnya.
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia hasil disinonimkan dengan
prestasi, hasil diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai dari yang telah
dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. Selain itu hasil dapat pula diartikan
sebagai sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan prestasi belajar
adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka, nilai yang diberikan oleh guru
(Tim penyusun, 2003).
Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai murid dalam bidang studi
tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukuran keberhasilan
belajar seseorang. Menurut Djamarah (1996), hasil belajar merupakan prestasi
dan kesan-kesan yang diperoleh dan mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai aktivitas hasil belajar.
Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar, di mana hasil tersebut merupakan gambaran
penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang berwujud skor dari
hasil tes yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan. Hasil belajar juga
merupakan indikator tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran
yang telah diberikan sebelumnya oleh guru.
Pengukuran dan penilaian dilakukan untuk mengetahui hasil kegiatan
pembelajaran. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
perubahan tingkah laku si pebelajar setelah selesai mengikuti suatu kegiatan
belajar. Hasil pengukuran tersebut berbentuk angka yang dapat memberikan
gambaran tentang tingkat penguasaan pebelajar terhadap materi pelajaran.
Sedangkan penilaian adalah usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
belajar dalam penguasaan kompetensi, dimana penilaian menentukan kualitas atau
nilai sesuatu (Haling, 2004).
Hasil belajar seringkali diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu
sekolah. Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah
metode serta media yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar
siswa memperoleh angka jelek pada penelitian yang diadakan, mungkin hal ini
disebabkan oleh pendekatan/metode dan media yang digunakan kurang tepat.
Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari
metode dan media lain dalam mengajar. (Arikunto, 2005).
Menurut Slameto (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah
(kesehatan), faktor psikologis (intelegensi) dan faktor kelelahan, sedangkan faktor
ekstern, meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah (metode, kurikulum,
sarana dan prasarana) dan lingkungan masyarakat (teman bergaul).
Sedangkan menurut Keller dalam Abdurrahman (1999), faktor yang
mempengaruhi hasil belajar ada 2, yaitu: 1. faktor yang berasal dari dalam diri
siswa yang meliputi motivasi dan harapan untuk berhasil, intelegensi dan
penguasaan awal siswa. 2. faktor yang berasal dari lingkungan, meliputi:
rancangan pengelolaan motivasi dan rancangan pengelolaan kegiatan
pembelajaran. Motivasi dan harapan untuk berhasil serta rancangan pengelolaan
motivasi tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar tetapi berpengaruh
pada usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh hasil belajar. Usaha adalah
indikator adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya
usaha yang dilakukan siswa. Jadi, semakin besar motivasi dan keinginan siswa
untuk berhasil dalam belajar maka semakin besar pula usaha yang dilakukan
siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
B. Kerangka Berpikir
Salah satu cita-cita Bangsa Indonesia yang terkandung dalan pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan perhatian semua komponen
bangsa, dimana guru memegang peranan penting di dalam upaya pencapaian cita-
cita itu. Oleh karena itu, sangat diharapkan usaha dan kerja keras dari guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan maka
mutu pembelajaran harus ditingkatkan dengan menggunakan model-model
pembelajaran serta media yang digunakan dalam pembelajaran.
Tidak ada model pembelajaran yang jelek, masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi
atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model pembelajaran langsung.
Pembelajaran langsung dirancang agar siswa memperoleh pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Berhasilnya pencapaian indikator dan tujuan
pembelajaran biologi tidak lepas dari usaha guru dalam meningkatkan aktivitas,
minat dan perhatian siswa dalam belajar. OIeh karena itu selain metode mengajar
juga diperlukan adanya media pembelajaran yang tepat agar materi yang
disampaikan mudah dipahami dan tidak membosankan.
Media pembelajaran banyak jenisnya diantaranya, media visual, media
audio, media audio-visual maupun media cetak. Contoh yang termasuk media
visual yaitu, transpransi, animasi, film bisu, charta, grafik maupun foto. Dalam
penelitian ini digunakan media animasi. Animasi merupakan media yang dapat
meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Media animasi memiliki
keunggulan dapat menjelaskan alur atau proses yang rumit serta memiliki
tampilan yang menarik namun salah satu kelemahannya adalah materi yang ada di
dalam animasi sulit untuk dapat dirubah atau ditambah jika sewaktu-waktu
terdapat kesalahan atau kekurangan. Animasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah gambar yang bergerak dan kata (tulisan) bergerak yang ada hubungannya
dengan materi yang diberikan ditayangkan dalam bentuk slide Microsoft power
point. Animasi memerlukan program khusus yang disebut macromedia flash
untuk membuatnya, tetapi dalam penelitian ini penulis mengumpulkan animasi
dari internet. Animasi memerlukan perangkat-perangkat untuk menayangkannya
yaitu komputer dan LCD.
Penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung mampu
memberikan stimulus kepada siswa untuk lebih bersemangat belajar dan
perhatiannya terfokus pada materi. Dengan demikian, maka dapat siswa lebih
banyak mengingat materi yang diberikan yang akhirnya berpengaruh pada
peningkatan hasil belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan dalam siklus berulang, dimana setiap siklus terdiri atas
rangkaian empat kegiatan yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi (evaluasi) dan refleksi.
B. Faktor yang Diselidiki
Faktor-faktor yang menjadi perhatian untuk diselidiki dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Faktor hasil, yaitu akan diselidiki hasil belajar pada setiap akhir siklus. Hasil
belajar adalah nilai yang didapatkan oleh siswa melalui tes hasil belajar biologi
dalam bantuk pilihan ganda berjumlah 35 soal yang diberikan setelah mengikuti
proses belajar mengajar menggunakan media animasi dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada konsep
sistem pernapasan manusia pada siklus I dan sistem peredaran darah manusia
pada siklus II.
2. Media Animasi, yaitu suatu media yang mengarah kepada suatu proses yang
menjadikan suatu objek baik berupa gambar maupun tulisan atau informasi yang
ada hubungannya dengan materi sistem pernapasan manusia pada siklus I dan
materi sistem peredaran darah manusia pada siklus II, agar kelihatan hidup atau
bergerak yang memerlukan program khusus (software) dalam bentuk program
macromedia flah (untuk gambar yang bergerak) dan microsoft power point (untuk
tulisan yang bergerak), yang ditayangkan dengan bantuan LCD dan dioperasikan
dengan menggunakan komputer (laptop). Penggunaan media animasi ini di dalam
proses pembelajaran langsung yang terdiri atas 5 langkah-langkah (sintaks)
pembelajaran yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,
mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, membimbing pelatihan,
mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Makassar, yang berlokasi di
jalan Tamalate VI NO. 2 Perumnas, Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian yang
terdiri atas 2 siklus ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008, semester ganjil
tahun ajaran 2008/2009 hingga Februari 2009, semester genap tahun ajaran
2008/2009.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13
Makassar yang terdaftar pada tahun ajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa 32 orang
yang terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan, dan usia rata-rata 14
tahun.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 2 siklus berulang dan setiap siklus terdiri
atas empat langkah yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Gambaran tentang pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 2 siklus, dapat
dilihat pada diagram berikut.
Gambar 1. Skema penelitian tindakan kelas
Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan
penelitian, dapat diuraikan sebagai berikut.
I. SIKLUS I
Siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, setiap pertemuan 2 jam
pelajaran (2 x 40 menit). Secara rinci prosedur pelaksanaan penelitian pada siklus ini
dapat dijabarkan sebagai berikut.
a) Perencanaan Tindakan
1. Melakukan observasi ke sekolah dan wawancara dengan guru mata pelajaran
biologi kelas VIII.
2. Mengikuti proses belajar mengajar di kelas VIII3.
3. Melakukan diskusi dengan guru mengenai masalah-masalah dalam kelas yang
ditemukan pada saat mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Masalah-
masalah dalam kelas tersebut adalah kurang semangatnya siswa dalam
menerima pelajaran, siswa jenuh dengan pembelajaran tanpa media, perhatian
siswa rendah karena mengantuk, serta dalam mengurangi kejenuhan, banyak
yang mengganggu temannya.
4. Memilih media animasi sebagai alternatif untuk mengatasi masalah-masalah
yang ditemukan.
5. Memilih materi dengan konsep sistem pernapasan manusia sebagai bahan
yang akan diajarkan.
6. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat
dengan materi sistem pernapasan manusia. Dan menyiapkan buku referensi.
7. Mempersiapkan lembar kegiatan siswa (LKS) berdasarkan materi Sistem
Pernapasan Manusia yang diajarkan pada tiap pertemuan.
8. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat kegiatan siswa pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
9. Mencari di internet dan menyiapkan media animasi untuk pembelajaran yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, baik dalam bentuk
macromedia flash (dari internet) dan dalam bentuk slide Microsoft power
point.
10. Menyusun kelompok kerja siswa yang terdiri atas 4 sampai 5 orang dalam
satu kelompok.
11. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini laptop
dan LCD.
12. Membuat tabel analisis penyusunan soal untuk untuk menyusun soal evaluasi
pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia dalam bentuk pilihan ganda.
13. Melakukan uji validitas terhadapa soal-soal yang telah disusun.
14. Membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar beserta dengan kunci jawaban,
dengan mengambil soal-soal yang dinyatakan valid setelah dilakukan uji
validitas sebanyak 35 nomor.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan
untuk tiap pertemuan, yaitu.
1. Kegiatan Awal
1) Memberikan semangat dan menggugah siswa untuk belajar
2) Menampilkan judul pelajaran yang akan disajikan.
3) Memberikan motivasi kepada siswa
4) Memberi hubungan antara pelajaran yang lalu dengan materi yang akan
dipelajari
5) Menampilkan tujuan pembelajaran yang akan di capai di layar dengan
bantuan LCD
2. Kegiatan Inti
1) Menyajikan informasi (pelajaran) tahap demi tahap kepada siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran melalui layar.
2) Meminta siswa untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah dibentuk
3) Memotivasi siswa agar bekerja sama dengan baik, lalu membagikan LKS
pada tiap kelompok
4) Membimbing tiap kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan
dalam LKS.
5) Membahas LKS sambil memperlihatkan animasi.
6) Guru memberikan penguatan pada hasil pembahasan LKS
7) Memberi umpan balik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.
3. Kegiatan Akhir
1) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan terhadap apa yang telah
dipelajari.
2) Guru memberikan tugas rumah.
c) Observasi dan Evaluasi
Tahap observasi dilakukan selama penelitian berlangsung, dalam arti
kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Yang
dilakukan pada tahap ini adalah mengamati aktivitas siswa melalui lembar
observasi. Untuk mengamati aktivitas siswa maka dilibatkan observer yang
berjumlah 3 orang. Pada akhir siklus I, yaitu akhir pembelajaran pertemuan ke
empat diberikan evaluasi berupa tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa pada materi sistem pernapasan manusia. Data hasil observasi
dan data hasil belajar dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis.
d) Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan, demikian pula hasil tes belajar siswa. Hasil refleksi
merupakan gabungan dari hasil tes, lembar observasi, tanggapan dari guru, dan
pandangan siswa terhadap pembelajaran selama empat kali pertemuan. Beberapa
hasil refleksi dari siklus I adalah sebagai berikut.
a. Interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam mengerjakan LKS.
Hal ini disebabkan, karena tidak bisa menerima siswa yang menjadi anggota
kelompoknya sebab biasanya siswa membentuk kelompok belajar cenderung
memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam satu
kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan LKS, karena ia
mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan.
b. Gambar tentang materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan
LKS sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I,
dimana beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan
kebanyakan siswa menjawab salah.
c. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah
siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan
pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya
siswa yang berjalan-jalan di dalam kelas.
d. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih kurang
karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun
pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain.
e. Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di
dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini
disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal
yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk
perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa tidak bersungguh-
sungguh dalam menjawab soal tersebut.
f. Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang
dinyatakan tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan
penelitian yaitu 75%.
Hasil refleksi siklus pertama inilah yang dijadikan acuan penulis untuk
merencanakan siklus kedua, sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya
sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya.
II. SIKLUS II
Siklus II juga dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, setiap pertemuan 2
jam pelajaran (2 x 40 menit). Tahapan dalam siklus ini, pada prinsipnya sama dengan
siklus I.
a) Perencanaan Tindakan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan untuk memasuki
siklus II adalah sebagai berikut.
1. Memilih materi selanjutnya yaitu konsep sistem peredaran darah manusia
sebagai bahan yang akan diajarkan.
2. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat
dengan materi sistem peredaran darah manusia. Dalam RPP dari yang semula
hanya memberikan tugas rumah pada kegiatan akhir pembelajaran diubah
menjadi pemberian tes atau kuis.
3. Mempersiapakan lembar kegiatan siswa (LKS) berdasarkan materi sistem
peredaran darah manusia yang diajarkan pada tiap pertemuan. Pada LKS ini,
untuk menarik minat siswa maka gambar-gambar yang berhubungan dengan
soal ditambah.
4. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat kegiatan siswa pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
5. Mencari di internet dan menyiapkan media animasi untuk pembelajaran yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, baik dalam bentuk
macromedia flash (dari internet) dan dalam bentuk slide Microsoft power
point.
6. Membentuk ulang kelompok yaitu berdasarkan pilihan siswa sendiri, karena
dari hasil pengamatan siswa kurang bisa bekerja sama karena tidak cocok
dengan anggota kelompoknya serta siswa sendiri yang meminta untuk
membentuk kelompok sesuai dengan pilihannya.
7. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini laptop
dan LCD.
8. Membuat tabel analisis penyusunan soal untuk untuk menyusun soal evaluasi
pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia dalam bentuk pilihan
ganda.
9. Melakukan uji validitas terhadap soal-soal yang telah disusun.
10. Membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar beserta dengan kunci jawaban,
dengan mengambil soal-soal yang dinyatakan valid setelah dilakukan uji
validitas sebanyak 35 nomor.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan
untuk tiap pertemuan, yaitu.
1. Kegiatan Awal
1) Memberikan semangat dan menggugah siswa untuk belajar.
2) Menampilkan judul pelajaran yang akan disajikan
3) Memberikan motivasi kepada siswa
4) Memberi hubungan antara pelajaran yang dengan materi yang akan
dipelajari
5) Menampilkan tujuan pembelajaran yang akan di capai di layar
2. Kegiatan Inti
1) Menyajikan informasi (pelajaran) tahap demi tahap kepada siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran melalui layar.
2) Meminta siswa untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah dibentuk
3) Memotivasi siswa agar bekerja sama dengan baik, lalu membagikan LKS
pada tiap kelompok
4) Membimbing tiap kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan
dalam LKS.
5) Membahas LKS sambil memperlihatkan animasi.
6) Guru memberikan penguatan pada hasil pembahasan LKS
7) Memberi umpan balik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.
3. Kegiatan Akhir
1) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan terhadap apa yang telah
dipelajari.
2) Memberikan tes atau kuis.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas yang dilakukan pada proses
pembelajaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan siklus I
agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat
pembelajaran berlangsung maka pintu kelas ditutup untuk mencegah siswa keluar
masuk dan agar perhatian siswa tidak terpecah ke arah luar kelas, memberi motivasi
kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS, untuk
siswa yang mengerjakan pelajaran lain maka langsung ditegur ataupun menjawab
pertanyaan, begitupula untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur
dan dikeluarkan dari kelas selama 5 menit untuk menyadari bahwa yang
dilakukannya itu salah. Senantiasa mengingatkan siswa untuk lebih berani dan tidak
perlu merasa malu bila ditertawakan oleh temannya dalam mengungkapkan
pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian juga halnya dalam
menjawab pertanyaan agar siswa lebih berani dalam mengemukakan argumennya.
Dan dalam pembelajaran pada saat pembahasan LKS, seorang siswa diminta untuk
menjawab pertanyaan dalam LKS dan menjelaskannya dengan bantuan media
animasi, dimana siswa sendiri yang memainkan animasi sambil menjelaskan.
c) Observasi dan Evaluasi
Pada prinsipnya tahap observasi pada siklus II ini sama dengan observasi
yang telah dilaksanakan sebelumnya. Observer mencatat semua temuan dengan
perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada akhir
siklus II, yaitu akhir pembelajaran pertemuan ke empat diberikan evaluasi berupa tes
hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada materi sistem
peredaran darah manusia. Data hasil observasi dan data hasil belajar dikumpulkan
untuk selanjutnya dianalisis.
d) Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi yang dikumpulkan
kemudian dianalisis begitu pula hasil evaluasinya dari siklus II. Ini sebagai perbaikan
dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus I.
Pelaksanaan tindakan sebagai perbaikan dari pelakasanaan Siklus I
memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum hasilnya
semakin sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok yang terbentuk berdasarkan
pilihan siswa sendiri telah menunjukkan bahwa kerja sama anggotanya semakin
meningkat, mereka saling membagi tugas untuk mencari jawaban pertanyaan LKS
dan juga kelihatan bahwa sudah mulai mucul rasa ingin tahu pada diri siswa
mengenai materi yang dibahas. Pada saat pembahasan LKS, siswa berlomba
mengacungkan tangan untuk menjawab. Selain itu perhatian dan motivasi siswa
semakin meningkat, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar.
Jumlah siswa yang bertanya maupun yang menjawab atau memberikan tanggapan
meningkat. Gangguan dalam kelas, dalam hal ini mengganggu teman (ribut), belajar
pelajaran lain dan keluar masuk kelas menunjukkan penurunan persentase bahkan ada
yang mencapai 0%. Dalam tes akhir siklus II, siswa bersemangat mengerjakan soal,
tidak lagi mengharap dari teman ataupun mengharap akan ada remedial karena
mereka sudah terlatih mengerjakan soal-soal pada akhir setiap pertemuan. Dan untuk
hasil tes siswa, persentase siswa yang dinyatakan tuntas adalah 90,625%, yang sudah
memenuhi standar ketercapaian (indikator keberhasilan).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut’
1. Tes hasil belajar yang diberikan disetiap akhir siklus, berupa tes berbentuk pilihan
ganda yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan tujuan pembelajaran
2. Lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yang terdiri
ata 10 komponen yaitu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru, bertanya,
menjawab atau menanggapi pertanyaan, menulis materi penting, meminta
bimbingan dalam menyelesaikan LKS, kerjasama dalam kelompok, membaca
buku paket atau materi, belajar pelajaran lain, mengganggu teman (ribut), dan
keluar masuk kelas.
G. Tekhnik Pengumpulan Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif.
1. Pengumpulan data kuantitatif yaitu pengumpulan data mengenai hasil belajar
siswa yang diperoleh dari pemberian tes hasil belajar pada akhir setiap siklus.
Nilai hasil belajar diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung jumlah skor
jawaban yang benar dari keseluruhan item soal yang diujikan. Setiap item soal
yang dijawab benar diberi skor 1, sedangkan yang salah atau tidak menjawab,
maka diberi skor 0.
2. Pengumpulan data kualitatif yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
pedoman observasi. Penulis memperoleh data hasil observasi dengan melibatkan
observer yang mengamati perubahan aktivitas siswa.
H. Teknik Analisis Data
Data kualitatif dari hasil pengamatan (observasi) dengan menggunakan
lembar pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dianalisis
secara kualitatif. Kemudian dikelompokkan berdasarkan tabel pengkategorian
aktivitas siswa sebagai berikut.
Tabel 2. Pedoman pengkategorian aktivitas belajar siswa
Interval Kualifikasi
75 - 100 Baik Sekali
65 - 74 Baik
55 - 64 Cukup
0 - 54 Kurang
Sedangkan data kuantitatif yang berupa hasil belajar siswa, dari jumlah skor
yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data selanjutnya dianalisis untuk
menentukan nilai hasil belajar yang diperoleh dengan mengubahnya menjadi nilai
berstandar 100, yang menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai = x 100
Total skor
Selanjutnya dilakukan analisis statistik deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan
hasil belajar biologi yang dioperoleh siswa. Hasil belajar kemudian dibandingkan
menggunakan pengkategorian menurut Arikunto (2005), sebagai berikut.
Tabel 3. Pedoman pengkategorian hasil belajar siswa (Arikunto, 2005)
Interval Nilai Kualifikasi
80-100 Sangat Baik
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
≤ 39 Gagal
I. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil belajar
biologi, diadakan penelitian tindakan yang berorientasi penggunaan media animasi
dalam model pembelajaran langsung. Untuk mengetahui keberhasilan tersebut
digunakan nilai ketercapaian yaitu 75% dari jumlah siswa mencapai batas nilai
ketuntasan belajar yaitu 65. Digunakan nilai ketuntasan belajar 65 karena disesuaikan
dengan standar umum yang digunakan di sekolah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
I. Siklus I
a. Hasil Belajar
Data nilai hasil tes siklus I yang menggambarkan hasil belajar biologi siswa
kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada konsep sistem pernapasan manusia dengan
menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat dilihat pada
lampiran 7. Apabila nilai hasil belajar biologi tersebut dikelompokkan ke dalam 5
kategori sesuai pedoman pengkategorian dari Arikunto (2005), maka diperoleh
distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Distribusi dan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori hasil belajar
biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada materi sistem
pernapasan manusia
Kategori Interval Nilai Jumlah Siswa
Persentase
(%)
Baik Sekali 80 - 100 9 29,03
Baik 66 – 79 10 32,26
Cukup 56 – 65 9 29,03
Kurang 40 – 55 3 9,68
Gagal ≤ 39 0 0
Jumlah 31 100
Tabel 4 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika
dikelompokan ke dalam lima kategori (Arikunto, 2005). Maka distribusi, dan
persentase serta kategori hasil belajar IPA Biologi pada materi sistem pernapasan
manusia, menunjukan bahwa dari 31 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar
yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung pada
siklus I terlihat bahwa 29,03% atau sebanyak 9 orang siswa yang memperoleh nilai
sangat baik yakni pada interval 80 sampai 100; 32,26% atau sebanyak 10 orang
siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik yakni pada interval 66 sampai 79;
29,03% atau sebanyak 9 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori cukup
yakni pada interval 56 sampai 65 dan 9,68% atau sebanyak 3 orang siswa yang
memperoleh nilai pada kategori kurang yakni pada interval 40 sampai 55.
Tabel 5. Jumlah Siswa, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Rata-Rata Nilai Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII3 SMP negeri 13 Makassar
Uraian Skor
Jumlah Siswa 31
Nilai Tertinggi 85,71
Nilai Terendah 51,43
Rata-rata 70,32
Standar Deviasi 10,32
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa
kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang mengikuti pembelajaran IPA Biologi pada
materi sistem pernapasan manusia yang diajar dengan menggunakan media animasi
dalam pembelajaran langsung adalah 85,71; nilai terendah 51,40; nilai rata-rata siswa
yaitu sebesar 70,32 dan standar deviasi sebesar 10,32.
Untuk ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa.
Apabila daya serap siswa terhadap materi sistem pernapasan dikelompokkan ke
dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi, frekuensi dan
persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Deskriptif ketuntasan belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13
Makassar pada siklus I
Kategori Skor Jumlah
Siswa
Persentase (%)
Tidak tuntas
Tuntas
0 - 64
65 - 100
9
22
29,04
70,96
J u m l a h 31 100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 31 siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar, setelah pemberian tes siklus I, sebanyak 9 siswa dengan
persentase 29,04% masuk dalam kategori tidak tuntas dan 22 siswa dengan persentase
70,96% masuk dalam kategori tuntas.
b. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses
pembelajaran berlangsung setiap pertemuan yang dilakukan oleh observer. Aktivitas
siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak 10 komponen. Aktivitas siswa
tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil observasi aktifitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada
siklus I
N
O
Aktivitas yang
Diamati
I II III IV
Ju
ml
ah
P
(%)
Ju
ml
ah
P
(%)
Ju
ml
ah
P
(%)
Ju
ml
ah
P (%)
1
Mendengarkan
penjelasan Guru
21 65,63 24 75,00 24 75,00 27 84,38
2 Bertanya 1 3,13 0 0 3 9,38 1 3,13
3
Menjawab/menanggapi
pertanyaan
5 15,63 4 12,50 3 9,38 0 0
4 Menulis materi penting 18 56,25 16 50,00 19 59,38 23 71,88
5
Meminta bimbingan
dalam menyelesaikan
LKS
15 46,88 14 43,75 8 25,00 7 21,88
6
Bekerjasama dalam
Kelompok
18 56,25 21 65,63 23 71,88 22 68,75
7
Membaca buku
paket/materi
14 43,75 13 40,63 12 37,50 13 40,63
8 Belajar pelajaran lain 4 12,50 5 15,63 0 0 0 0
9 Mengganggu teman 5 15,63 5 15,63 3 9,38 2 6,25
10 Keluar masuk kelas 5 15,63 5 15,63 1 3,13 1 3,13
c. Refleksi Siklus I
Siklus I yang dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan diperoleh beberapa hal
yang menjadi bahan refleksi untuk dapat melanjutkan penelitian ke siklus II. Hasil
refleksi tersebut adalah interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam
mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena siswa yang tidak bisa menerima siswa
yang menjadi anggota kelompoknya karena biasanya siswa membentuk kelompok
belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam
satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan LKS, karena ia
mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan. Gambar tentang
materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS sebagai sarana
belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana beberapa item soal
yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa menjawab salah.
Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa
pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan pelajaran lain,
keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang berjalan-jalan
di dalam kelas. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih
kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun
pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain. Kebanyakan siswa
selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada
saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya
diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu
mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa
tidak bersungguh-sungguh dalam menjawab soal tersebut. Dari tes hasil belajar yang
diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 70,96%,
masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu 75%.
II. Siklus II
a. Hasil Belajar
Data nilai hasil tes siklus II yang menggambarkan hasil belajar biologi siswa
kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada konsep sistem peredaran darah manusia
dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat dilihat pada
lampiran 14. Apabila nilai hasil belajar biologi tersebut dikelompokkan ke dalam 5
kategori sesuai pedoman pengkategorian dari Arikunto (2005), maka diperoleh
distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar pada siklus I dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8. Distribusi dan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori hasil belajar
biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada materi sistem
peredaran darah manusia (siklus II)
Kategori Interval Nilai Jumlah Siswa
Persentase
(%)
Baik Sekali 80 - 100 17 53,125
Baik 66 – 79 7 21,875
Cukup 56 – 65 8 25,00
Kurang 40 – 55 0 0
Gagal 30 – 39 0 0
Jumlah 32 100
Tabel 8 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika
dikelompokan ke dalam lima kategori (Arikunto, 2005). Maka distribusi, dan
persentase serta kategori hasil belajar IPA Biologi pada materi sistem peredaran darah
manusia, menunjukan bahwa dari 35 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar
yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung pada
siklus II terlihat bahwa 53,125% atau sebanyak 17 orang siswa yang memperoleh
nilai sangat baik yakni pada interval 80 sampai 100; 21,875% atau sebanyak 7 orang
siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik yakni pada interval 66 sampai 79;
25% atau sebanyak 8 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori cukup yakni
pada interval 56 sampai 65.
Tabel 9. Jumlah siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, dan rata-rata nilai hasil belajar
siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus II
Uraian Skor
Jumlah Siswa 32
Nilai Tertinggi 94,29
Nilai Terendah 60,00
Rata-rata 76,34
Standar Deviasi 8,746
Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa
kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang mengikuti pembelajaran IPA Biologi pada
materi sistem peredaran darah manusia yang diajar dengan menggunakan media
animasi dalam pembelajaran langsung adalah 94,29; nilai terendah 60,00; nilai rata-
rata siswa yaitu sebesar 76,34, dan standar deviasi sebesar 8,746.
Untuk ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa.
Apabila daya serap siswa terhadap materi sistem peredaran darah manusia
dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi,
frekuensi dan persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 10 berikut.
Tabel 10. Deskriptif ketuntasan belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13
Makassar pada siklus II
Kategori Skor Jumlah
Siswa
Persentase (%)
Tidak tuntas
Tuntas
0 - 64
65 - 100
3
29
9,375
90,625
J u m l a h 32 100
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 32 siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar, setelah pemberian tes siklus II, sebanyak 3 siswa dengan
persentase 9,375% masuk dalam kategori tidak tuntas dan 29 siswa dengan persentase
90,625% masuk dalam kategori tuntas.
b. Aktifitas Belajar
Data aktivitas siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses
pembelajaran berlangsung setiap pertemuan yang dilakukan oleh observer. Aktivitas
siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak 10 komponen. Aktivitas siswa
tersebut dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
Tabel 11. Hasil observasi aktivitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada
siklus II
N
O
Aktivitas yang
Diamati
I II III IV
Ju
ml
ah
P
(%)
Ju
ml
ah
P
(%)
Ju
ml
ah
P
(%)
Ju
ml
ah
P (%)
1
Mendengarkan
penjelasan Guru
28 87,50 28 87,50 27 84,38 32 100
2 Bertanya 5 15,63 6 18,75 6 18,75 4 12,50
3
Menjawab/menanggapi
pertanyaan
3 9,38 6 18,75 5 15,63 7 18,75
4 Menulis materi penting 26 81,25 25 78,13 26 81,25 32 100
5
Meminta bimbingan
dalam menyelesaikan
LKS
7 18,75 2 6,25 4 12,50 1 3,13
6
Bekerjasama dalam
Kelompok
28 87,50 27 84,38 26 81,25 32 100
7
Membaca buku
paket/materi
24 75,00 25 78,13 25 78,13 32 100
8 Belajar pelajaran lain 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Mengganggu teman 2 6,25 0 0 1 3,13 0 0
10 Keluar masuk kelas 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Hasil Refleksi Siklus II
Pelaksanaan tindakan sebagai perbaikan dari pelakasanaan Siklus I
memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum hasilnya
semakin sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok yang terbentuk berdasarkan
pilihan siswa sendiri telah menunjukkan bahwa kerja sama anggotanya semakin
meningkat, mereka saling membagi tugas untuk mencari jawaban pertanyaan LKS
dan juga kelihatan bahwa sudah mulai mucul rasa ingin tahu pada diri siswa
mengenai materi yang dibahas. Pada saat pembahasan LKS, siswa berlomba
mengacungkan tangan untuk menjawab. Selain itu perhatian dan motivasi siswa
semakin meningkat, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar.
Jumlah siswa yang bertanya maupun yang menjawab atau memberikan tanggapan
meningkat. Gangguan dalam kelas, dalam hal ini mengganggu teman (ribut), belajar
pelajaran lain dan keluar masuk kelas menunjukkan penurunan persentase bahkan ada
yang mencapai 0%. Dalam tes akhir siklus II, siswa bersemangat mengerjakan soal,
tidak lagi mengharap dari teman ataupun mengharap akan ada remedial karena
mereka sudah terlatih mengerjakan soal-soal pada akhir setiap pertemuan dan
penelitian ini tidak menekankan remedial. Dan untuk hasil tes siswa, persentase siswa
yang dinyatakan lulus adalah 90,625%, yang sudah memenuhi standar ketercapaian
(indikator keberhasilan).
III. Perbandingan Ketuntasan Belajar dan Aktifitas Siswa Siklus I dan
Siklus II
a. Hasil Belajar
Perbandingan ketuntasan belajar siswa antara siklus I dan siklus II dapat
dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 12. Perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tundas antara siklus I
dan siklus II
Kategori Skor
Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah %
Tidak tuntas
Tuntas
0 - 64
65 – 100
9
22
29,04
70,96
3
29
9,375
90,625
J u m l a h 31 100 32 100
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas pada siklus I
adalah 22 orang atau 70,96% dan pada Siklus II menjadi 29 orang atau 90,625%.
Siswa yang tuntas meningkat 19,667%. Sedangkan untuk siswa yang tidak tuntas dari
9 orang atau 29,04% pada siklus I menjadi 3 orang atau 9,375%. Perbedaan jumlah
siswa pada siklus I dan siklus II disebabkan siswa sakit saat pemberian tes siklus I.
Gambar 2. Kurva perbandingan jumlah siswa pada setiap kategori hasil belajar siswa
siklus I dan siklus II
b. Aktivitas Belajar Siswa
Perbandingan rata-rata aktivitas siswa yang diamati pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13. Perbandingan aktivitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar siklus I
dan siklus II.
NO Aktivitas yang Diamati
Siklus I Siklus II
P (%) Kategori P (%) Kategori
1 Mendengarkan penjelasan Guru 75,00
Baik
Sekali
89,84
Baik
Sekali
2 Bertanya 3,91 Kurang 16,40 Kurang
3
Menjawab/menanggapi
pertanyaan
9,38 Kurang 16,40 Kurang
4 Menulis materi penting 59,38 Cukup 85,16
Baik
Sekali
5
Meminta bimbingan dalam
menyelesaikan LKS
34,375 Kurang 10,94 Kurang
6 Bekerjasama dalam kelompok 65,63 Baik 88,28
Baik
Sekali
7 Membaca buku paket/materi 40,63 Kurang 82,81
Baik
Sekali
8 Belajar pelajaran lain 7,03 Kurang 0 Kurang
9 Mengganggu teman 11,72 Kurang 2,34 Kurang
10 Keluar masuk kelas 9,38 Kurang 0 Kurang
Berdasarkan tabel 13 menggambarkan bahwa terjadi perbedaan aktivitas
siswa yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Aktivitas siswa rata-rata mengalami
peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa yang diamati pada
siklus II pada umumnya mengalami peningkatan, dari 10 komponen aktivitas ada 4
komponen yang mengalami penurunan. Antara lain, siswa yang meminta bimbingan
dalam menyelesaikan LKS yaitu dengan persentase dari 34,375% di siklus I menjadi
10,94% di siklus II; siswa yang belajar pelajaran lain yaitu dengan persentase dari
7,03% di siklus I menjadi 0% di siklus II; siswa yang mengganggu teman dari
11,72% pada siklus I menjadi 2,34% pada siklus II; dan siswa yang keluar masuk
kelas dari 9,38% pada siklus I menjadi 0% pada siklus II. Sedangkan komponen
aktivitas yang mengalami peningkatan yaitu, siswa yang mendengarkan penjelasan
guru pada saat memberikan materi maupun arahan-arahan dari 75,00% pada siklus I
meningkat menjadi 89,84%; komponen berikutnya adalah siswa yang bertanya pada
siklus I 3,91% menjadi 16,40%; siswa yang menjawab pertanyaan atau memberi
tanggapan adalah 9,28% di siklus I menjadi 16,40% di siklus II; kerjasama dalam
kelompok untuk menyelesaikan LKS dengan persentase dari 65,63% di siklus I
menjadi 88,28% di siklus II; dan siswa yang membaca buku/materi pada saat
pembelajaran maupun dalam kegiatan kerja kelompok untuk mencari jawaban LKS
adalah 40,63% pada siklus I meningkat menjadi 82,81% pada siklus II; siswa yang
menulis materi pelajaran yang diberikan dari 59,38% pada siklus I menjadi 85,16%
pada siklus II.
Gambar 3. Perbandingan persentase aktivitas siswa siklus I dan siklus II
Selama kegiatan pembelajaran dari tiap siklus, siswa yang memperhatikan
penjelasan guru meningkat. Siswa menjadi semangat memperhatikan penjelasan
karena proses penyampaiannya tidak lagi melalui pembelajaran langsung dalam
bentuk ceramah tanpa media, siswa tertarik memperhatikan gerakan animasi dalam
pembelajaran. Kemampuan bertanya dan menjawab siswa juga meningkat, karena
keingintahuannya, dan pengetahuan yang diperoleh dari penyajian materi yang
ditayangkan melalui animasi mudah diterima dibandingkan hanya diberikan melalui
ceramah saja. Selain itu, komponen aktivitas siswa yangbersifat negatif menurun.
Siswa menjadi tertarik dengan animasi yang diberikan sehingga perhatiannya hanya
terfokus pada penjelasan serta animasi yang ditayangkan.
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar siswa kelas VIII3 yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam
model pembelajaran langsung. Pernyataan ini didukung oleh hasil analisis data secara
deskriptif yang dapat dilihat pada tabel 3, hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP
Negeri 13 Makassar unruk siklus I berada pada kategori baik, dengan melihat bahwa
jumlah siswa tertinggi setelah pengelompokan hasil belajar berada pada interval 66 –
79 (baik) sebanyak 10 orang atau 32,26%. Sedangkan pada siklus II jumlah siswa
terbanyak berada pada kategori baik sekali dengan jumlah siswa 17 orang atau
53,125%.
Hasil belajar siklus I menunjukkan nilai tertinggi 85,71, nilai terendah 51,43,
rata-rata 70,32, serta standar deviasinya 10,32. Sedangkan untuk siklus II, nilai
tertinggi 94,29, nilai terendah 60,00, rata-rata 76,34 dan standar deviasi 8,764.
Apabila nilai rata-rata dibandingkan dengan tabel pedoman pengkategorian hasil
belajar, maka baik untuk siklus I maupun siklus II berada pada kategori baik. Bisa
dikatakan tidak meningkat, tetapi bila dilihat lagi terjadi peningkatan nilai rata-rata
sebesar 6,02 dari siklus I ke siklus II, jadi dapat dikatakan meningkat. Tiro (2004)
mengatakan bahwa, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari (1) peningkatan nilai
rata-rata, (2) perubahan bentuk distribusi dari miring positif menjadi miring negati,
dan (3) koefisien variansi semakin kecil.
Pengkategorian berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, maka dari 31 siswa
yang mengikuti tes siklus I, sebanyak 9 siswa atau 29,04% yang termasuk kategori
tidak tuntas dengan rentang skor 0 hingga 64,00. Siswa yang termasuk dalam kategori
tuntas dengan rentang skor 65,00 hingga 100 sebanyak 22 siswa atau 70,96 %.
Sedangkan pada siklus II dari 32 siswa yang mengikuti tes evaluasi, sebanyak 3 siswa
yang termasuk kategori tidak tuntas atau sebesar 9,375%. Siswa yang termasuk dalam
kategori tuntas sebanyak 29 siswa atau sebesar 90,625%. Meningkatnya hasil belajar
siswa disebabkan karena penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung,
sehingga siswa lebih bersemangat dan bergairah dalam menerima pelajaran. Dimana
animasi mampu mengarahkan kepada sesuatu proses yang yang menjadikan suatu
objek agar kelihatan hidup atau memberi gambaran bergerak kepada sesuatu yang
pada dasarnya statik, sehingga mampu mengantar imajinasi siswa kepada suatu
proses yang sesungguhnya terjadi.
Hasil Belajar yang optimal pada siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar
tidak luput dari aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Menurut Hamalik (2003),
aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru
berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju kea rah
tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator belajar bagi
siswa yang potensial itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Aktivitas dan semangat siswa dalam belajar mengalami peningkatan dari tiap
siklus, serta perilaku negatif yang sering diperlihatkan siswa dalam proses
pembelajaran juga mengalami penurunan dari tiap siklus. Hal ini dapat dilihat dengan
membandingkan rata-rata hasil observasi antara siklus I dan siklus II. Aktivitas yang
mengalami peningkatan yaitu siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada saat
memberikan materi maupun arahan-arahan dari 75,00% dengan ketegori baik sekali
pada siklus I meningkat menjadi 89,84% dan kategori baik sekali; komponen
berikutnya adalah siswa yang bertanya pada siklus I 3,91% dengan kategori kurang
menjadi 16,40% (kurang); siswa yang menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan
adalah 9,28% (kurang) di siklus I menjadi 16,40% (kurang) di siklus II; kerjasama
dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS dengan persentase dari 65,63% dengan
kategori baik di siklus I menjadi kategori baik sekali dengan persentase 88,28% di
siklus II; dan siswa yang membaca buku/materi pada saat pembelajaran maupun
dalam kegiatan kerja kelompok untuk mencari jawaban LKS adalah 40,63% (cukup)
pada siklus I meningkat menjadi 82,81% dengan kategori baik sekali pada siklus II;
siswa yang menulis materi pelajaran yang diberikan dari ketegori cukup dengan
persentase 59,38% pada siklus I menjadi 85,16% pada kategori baik sekali pada
siklus II. Terjadi peningkatan kategori untuk 3 aktivitas, yaitu menulis materi penting
dari cukup menjadi baik sekali, bekerjasama dalam kelompok dari kategori baik
menjadi baik sekali, dan membaca buku paket/materi dari kategori kurang menjadi
baik sekali. Sedangkan untuk aktivitas lain yang mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II, kategorinya tetap sama. Tetapi terlihat persentasenya meningkat.
Secara umum peningkatan ini terjadi karena adanya media pendidikan yang
berupa media animasi sehingga siswa mulai termotivasi untuk belajar, muncul rasa
ingin tahu mengenai materi yang dibahas oleh guru dan timbulnya rasa percaya diri
pada siswa. Sesuai dengan pernyataan Sardiman (2008) bahwa penggunaan media
pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik. Dalam
hal ini media pendidikan berguna untuk (a) menimbulkan kegairahan belajar, (b)
memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan
dan kenyataan, dan (c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
Aktivitas belajar yang mengalami penurunan dari siklus I ke siklus II adalah
siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS yaitu dengan persentase
dari 34,375% (kurang) di siklus I menjadi 10,94% (kurang) di siklus II; siswa yang
belajar pelajaran lain yaitu dengan persentase dari 7,03% dengan kategori kurang di
siklus I menjadi 0% di siklus II dengan kategori kurang; siswa yang mengganggu
teman dari 11,72% (kurang) pada siklus I menjadi 2,34% (kurang) pada siklus II; dan
siswa yang keluar masuk kelas dari 9,38% (kurang) pada siklus I menjadi 0% pada
siklus II dengan kategori kurang. Terlihat bahwa semua aktivitas yang mengalami
penurunan berada dalam ketegori yang sama baik pada siklus I maupun siklus II yaitu
kurang, tetapi bila dilihat persentasenya maka terlihat menurun dari semula. Jumlah
siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKSnya berkurang karena
sebelum siswa mengerjakan, terlebih dahulu guru memberi penjelasan atau petunjuk
untuk mengerjakannya, serta siswa yang tidak mengerti bertanya pada temannya yang
telah mengerti.
Menurut Gagne dalam Djiwandono (2004) mengatakan bahwa beberapa
prosedur untuk mengurangi tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dalam
pembelajaran adalah (a) memperkuat tingkah laku bersaing, (b) penghapusan
(extinction), (c) pemuasan yang sempurna terhadap suatu keinginan, (d) mengubah
stimuli lingkungan, dan (e) hukuman (punishment). Terjadinya penurunan aktivitas
yang bersifat negatif karena siswa semakin sadar akan pentingnya belajar. Siswa akan
merasa malu di dalam kelas apabila pada saat ribut, langsung ditegur oleh guru,
diminta untuk menjawab pertanyaan tetapi tidak bisa dijawabnya, bahkan di minta
untuk keluar kelas. Atau bila berjalan dalam kelas kemudian guru mengabaikan
tingkah laku siswa yang mengacau, memberi hukuman padanya, sementara siswa
yang memperhatikan dan tidak membuat keributan dalam kelas diberikan pujian.
Sehingga siswa yang membuat keributan merasa malu atas pujian pada siswa yang
memperhatikan penjelasan guru, sedangkan ia diabaikan bahkan dihukum.
Meningkat atau menurunnya aktivitas siswa itu tidak lain dari hasil refleksi
yang dilakukan pada akhir siklus I dimana dari beberapa catatan yang dijadikan
sebagai bahan refleksi dari siklus I itu kemudian diambil sebagai bentuk
penanggulangan masalah yang terjadi yang kemudian diterapkan pada siklus II.
Adapun hasil refleksi dari siklus I ini adalah interaksi diantara siswa dalam kelompok
kurang dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena siswa yang tidak bisa
menerima siswa yang menjadi anggota kelompoknya karena biasanya siswa
membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada
beberapa siswa di dalam satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan
LKS, karena ia mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan.
Gambar tentang materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS
sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana
beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa
menjawab salah. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari
sejumlah siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan
pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang
berjalan-jalan di dalam kelas. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya,
jumlahnya masih kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan
komentar maupun pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain.
Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan
bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa
tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu,
siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat
pelaksanaan tes, siswa tidak bersungguh-sungguh dalam menjawab soal tersebut.
Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan
tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu
75%.
Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana
kegiatan siklus II. Perencanaan dan tindakan yang dilakukan pada siklus II sebagai
berikut, agar dalam kelompok tidak hanya didominasi oleh satu orang bekerja saja
maka dibentuk ulang kelompok kerja, dimana siswa sendiri memilih anggota
kelompoknya. Sehingga interaksi dalam kelompok suasana dalam kelompok menjadi
lebih bersahabat. Dan pada saat akan mengerjakan LKS, siswa diberi motivasi untuk
bekerjasama dalam kelompok. Untuk menarik perhatian siswa pada LKS atau
bekerjasama menyelesaikan LKS, maka gambar tentang materi pada LKS
diperbanyak sehingga tertarik untuk melihat, mengerjakan dan mempelajarinya. Pada
siklus II siswa sudah mulai berkonsentrasi dengan materi pelajaran sehingga hal ini
akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas yang dilakukan pada proses
pembelajaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan siklus I
agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat
pembelajaran berlangsung maka pintu kelas ditutup untuk mencegah siswa keluar
masuk dan agar perhatian siswa tidak terpecah ke arah luar kelas, memberi motivasi
kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS, untuk
siswa yang mengerjakan pelajaran lain maka langsung ditegur ataupun menjawab
pertanyaan, begitupula untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur
dan dikeluarkan dari kelas selama 5 menit untuk menyadari bahwa yang
dilakukannya itu salah. Senantiasa mengingatkan siswa untuk lebih berani dan tidak
perlu merasa malu bila ditertawakan oleh temannya dalam mengungkapkan
pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian juga halnya dalam
menjawab pertanyaan agar siswa lebih berani dalam mengemukakan argumennya.
Media animasi untuk siklus II bukan hanya dijalankan dan dijelaskan oleh
pengajar, tetapi juga melibatkan siswa. Dalam pembelajaran pada saat pembahasan
LKS, seorang siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dan
menjelaskannya dengan bantuan media animasi, dimana siswa sendiri yang
memainkan animasi sambil menjelaskan. Sehingga menimbulkan kegairahan dalam
belajar, dan pada saat pembahasan LKS banyak siswa yang mengacungkan tangannya
untuk menjawab, ataupun pada saat guru meminta seorang siswa menjelaskan materi
dengan bantuan animasi. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini juga terjadi,
karena peneliti menginformasikan bahwa akan selalu diadakan kuis pada setiap akhir
pertemuan berikutnya, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Hasil belajar yang meningkat, karena aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar juga meningkat. Dalam arti bahwa adanya peningkatan aktivitas yang
bersifat positif serta berkurangnya aktivitas negatif menunjukkan bahwa adanya
keseriusan siswa untuk berubah atau belajar. Menurut Hamalik (2003), tujuan belajar
adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-
sikap baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Dan belajar adalah suatu
perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan.
Kemauan siswa untuk belajar karena adanya motivasi. Motivasi dianggap
penting dalam upaya belajar dan pembelajaran. Motivasi berfungsi sebagai
penggerak, pengarah, dan mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan.
Menurut Haling (2004), motivasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa yang
memberikan semangat atau dorongan dalam melakukan suatu kegiatan. Cara untuk
menggerakkan motivasi belajar siswa adalah memberi angka, pujian, hadiah, kerja
kelompok, persaingan, penilaian, karyawisata, film pendidikan, dan belajar melalui
radio. Penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat menimbulkan
motivasi dengan mengurangi kebosanan siswa.
Animasi dalam pembelajaran didesain untuk mengembangkan materi dari
LKS yang mereka kerjakan. Penggunaan media animasi dalam pembelajaran
langsung memperlihatkan aktivitas belajar yang tinggi. Pernyataan ini dipertegas oleh
Harun dan Zaidatun (2004), bahwa kelebihan media animasi apabila digunakan dalam
pendidikan yaitu, 1) Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks
secara visual dan dinamik. 2) Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar
dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik
dibanding penggunaan media yang lain. Pelajar juga mampu memberi ingatan yang
lebih lama kepada media yang bersifat dinamik dibanding media yang bersifat statik.
3) Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran
secara maya. Ini utamanya untuk keadaan dimana perkiraan sebenarnya sukar atau
tidak dapat disediakan, membahayakan ataupun mungkin melibatkan biaya yang
tinggi. 4) Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih
menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta
merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 5) Persembahan secara visual dan
dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses
penerapan konsep atau pun demonstrasi. Maka media animasi sangatlah efektif untuk
menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Penelitian yang dilakukan hanya sampai siklus II dan tidak dilanjutkan lagi
karena sesuai dengan standar ketuntasan peneliti bahwa penelitian dikatakan berhasil
apabila 75% dari siswa dalam kelas sudah mencapai nilai standar yaitu 65. Disamping
itu ada juga namanya ketuntasan kelas, suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila
80% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas. Mengenai kapan penelitian dihentikan
untuk siklus berikutnya, Wiriaatmadja (2006) mengatakan bahwa apabila perubahan
yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apapun
diteliti telah menunjukkan keberhasilan siklus, yaitu apabila apa yang direncanakan
sudah berjalan sebagaimana diharapkan, dan data yang ditampilkan dalam kelas
sudah jenuh, dalam arti tidak ada data baru yang ditampilkan dan dapat diamati, serta
kondisi kelas dalam pembelajaran sudah mampu dikuasai, maka penelitian
dihentikan. Jadi banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung pada
kondisi yang stabil dan data yang sudah jenuh.
Berdasarkan hasil penelitian dan uaraian pembahasan di atas diperoleh
informasi bahwa penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP negeri 13 Makassar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, dari
nilai rata-rata 70,32 menjadi 76,34.
B. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang
dapat dikemukakan oleh peneliti adalah:
1. Mata pelajaran biologi sebaiknya disampaikan dengan dukungan penggunaan
media animasi pada pembelajaran langsung. Hal ini akan meningkatkan motivasi
dan keingintahuan siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal.
2. Media animasi dan lembar kerja siswa yang telah dibuat perlu terus
dikembangkan dan direvisi agar benar-benar dapat membantu siswa dalam
memahami materi pelajaran biologi.
3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan
memperkuat hasil penelitian ini dengan mengadakan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Adri, M. 2008. Flash – Case on Teks Animation. http:ilmucomputer.com. Diakses
pada tanggal 25 Agustus 2008.
Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bandono. A. 2003. Model Pembelajaran Langsung. http://beta.tnial.mil.id/
cakrad.php3?id=150. Diakses tanggal 25 Agustus 2008.
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Depdiknas.
Djamarah, BS dan A. Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djiwandono, S. E. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Haling, A. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Harun dan Zaidatun. 2004. Teknologi Multimedia dalam Pendidikan. http:
//www.ctl.utm.my/publications/manuals/mm/elemenMM.pdf. Diakses pada
tanggal 25 Agustus 2008.
Nasution. W. N.. 2006. Efektivitas Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Langsung
terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. http://ligatama.org.
Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008
Nurhayati dan Lukman W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Makassar: Jurusan
Biologi FMIPA UNM.
Rusdianto. 2008. Pengaruh Penggunaan Media Animasi pada Model Pembelajaran
Langsung terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI MA Negeri Model
Makassar pada Konsep Sistem Pencernaan. Skripsi. Makassar: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Saktiyono. 2008. IPA Biologi SMP dan MTS Kelas VIII. Jakarta: ESIS.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Suwarna, I. P. 2007. Model Pembelajaran Fisiska Interaktif melalui Program
Macromedia Flash (Computer Based Instruction).
http://iwanpermana.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008.
Syamsuri, I. 2004. Sains Biologi SMP 2. Jakarta: Erlangga.
Tim penyusun. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tiro, M. A. 2004. Pengenalan Biostatistika. Makassar: Andira Publisher.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, H. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya “Analisis di Bidang
Pendidikan”. Jakarta: Bumi Aksara.
Utami, D. 2007. Animasi dalam Pembelajaran. www.uny.ac.id/akademik/
default.php. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008.
Wiriaatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

More Related Content

What's hot

Presentasi best prastice
Presentasi best prasticePresentasi best prastice
Presentasi best prasticekasmadi4
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKHaristian Sahroni Putra
 
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016Heri Triyono
 
03. menyusun proposal ptk yusro
03. menyusun proposal ptk yusro03. menyusun proposal ptk yusro
03. menyusun proposal ptk yusroWijaya Kusumah
 
Siklus penelitian tindakan kelas
Siklus penelitian tindakan kelasSiklus penelitian tindakan kelas
Siklus penelitian tindakan kelasMAFIA '11
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTKHaristian Sahroni Putra
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKAida Dwi Astuti
 
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )makciak
 
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan KelasPenelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan KelasFURQON
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKAida Dwi Astuti
 
TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN TINDAKAN KELAS"TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN TINDAKAN KELAS"Nursa Fatri Nofriati
 
Konsep penelitian tindakan kelas
Konsep penelitian tindakan  kelasKonsep penelitian tindakan  kelas
Konsep penelitian tindakan kelasauliyadewii
 
Penelitian tindakan kelas upi
Penelitian tindakan kelas upiPenelitian tindakan kelas upi
Penelitian tindakan kelas upiRisou Kun
 
Penelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptPenelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptSang Ucup
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaM Wahyudi Haidar
 
Modul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAModul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAEKO SUPRIYADI
 
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasContoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasWanakisu Wanahugu
 

What's hot (20)

Presentasi best prastice
Presentasi best prasticePresentasi best prastice
Presentasi best prastice
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
 
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
 
03. menyusun proposal ptk yusro
03. menyusun proposal ptk yusro03. menyusun proposal ptk yusro
03. menyusun proposal ptk yusro
 
JURNAL
JURNALJURNAL
JURNAL
 
Siklus penelitian tindakan kelas
Siklus penelitian tindakan kelasSiklus penelitian tindakan kelas
Siklus penelitian tindakan kelas
 
Petunjuk tulis ptk
Petunjuk tulis ptkPetunjuk tulis ptk
Petunjuk tulis ptk
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
 
Silabus evaluasi pai
Silabus evaluasi paiSilabus evaluasi pai
Silabus evaluasi pai
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTK
 
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
 
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan KelasPenelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTK
 
TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN TINDAKAN KELAS"TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
TEKNIK ANALISIS DATA "PENELITIAN TINDAKAN KELAS"
 
Konsep penelitian tindakan kelas
Konsep penelitian tindakan  kelasKonsep penelitian tindakan  kelas
Konsep penelitian tindakan kelas
 
Penelitian tindakan kelas upi
Penelitian tindakan kelas upiPenelitian tindakan kelas upi
Penelitian tindakan kelas upi
 
Penelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptPenelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas ppt
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
 
Modul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAModul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIA
 
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasContoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
 

Viewers also liked

Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptkQbarrizky
 
Contoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VContoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VEman Syukur
 
Lembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswaLembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswayohanesagus
 
Media pembelajaran biologi
Media pembelajaran biologiMedia pembelajaran biologi
Media pembelajaran biologideniindriani
 

Viewers also liked (6)

Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Contoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VContoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - V
 
Lembar observasi
Lembar observasiLembar observasi
Lembar observasi
 
Lembar observasi guru
Lembar observasi guruLembar observasi guru
Lembar observasi guru
 
Lembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswaLembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswa
 
Media pembelajaran biologi
Media pembelajaran biologiMedia pembelajaran biologi
Media pembelajaran biologi
 

Similar to Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbelajarbiologisiswakelasviii3smpnegeri13makassar 100527044224-phpapp01

Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Harsidi Side
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
 
B nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedB nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedIlham Muhit
 
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa  materi hubungan a...Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa  materi hubungan a...
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...Operator Warnet Vast Raha
 
MEDIA PEMBELAJARAN TIK "ASYURE"
MEDIA PEMBELAJARAN TIK "ASYURE"MEDIA PEMBELAJARAN TIK "ASYURE"
MEDIA PEMBELAJARAN TIK "ASYURE"suciherna
 
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN "MEDIA ASSURE"
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN "MEDIA ASSURE"TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN "MEDIA ASSURE"
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN "MEDIA ASSURE"yuniasih331
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beliMelly PMI
 
10676-22070-1-SM.pdf
10676-22070-1-SM.pdf10676-22070-1-SM.pdf
10676-22070-1-SM.pdfAmiruddinSPd
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Andri Tampani
 

Similar to Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbelajarbiologisiswakelasviii3smpnegeri13makassar 100527044224-phpapp01 (20)

Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
 
Jon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptkJon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptk
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
 
B nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedB nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repaired
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa  materi hubungan a...Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa  materi hubungan a...
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...
 
Karya tulids
Karya tulidsKarya tulids
Karya tulids
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Karya tulids
Karya tulidsKarya tulids
Karya tulids
 
Pbl
PblPbl
Pbl
 
MEDIA PEMBELAJARAN TIK "ASYURE"
MEDIA PEMBELAJARAN TIK "ASYURE"MEDIA PEMBELAJARAN TIK "ASYURE"
MEDIA PEMBELAJARAN TIK "ASYURE"
 
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN "MEDIA ASSURE"
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN "MEDIA ASSURE"TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN "MEDIA ASSURE"
TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN "MEDIA ASSURE"
 
widyaa.pdf
widyaa.pdfwidyaa.pdf
widyaa.pdf
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
10676-22070-1-SM.pdf
10676-22070-1-SM.pdf10676-22070-1-SM.pdf
10676-22070-1-SM.pdf
 
704 1290-1-sm
704 1290-1-sm704 1290-1-sm
704 1290-1-sm
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 

Penggunaanmediaanimasidalammodelpembelajaranlangsunguntukmeningkatkanhasilbelajarbiologisiswakelasviii3smpnegeri13makassar 100527044224-phpapp01

  • 1. ABSTRAK Harsidi Side, 2009. Penggunaan Media Animasi dalam Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung. Subjek penelitian ini adalah 32 orang siswa Kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar Semester II tahun ajaran 2008/2009. Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Data yang terkumpul berupa hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, sedangkan data berupa aktivitas siswa yang dikumpulkan menggunakan lembar observasi dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis data tersebut adalah sebagai berikut: (1) Persentase hasil belajar biologi setelah dikelompokkan menjadi 5 kategori pada siklus I yaitu baik sekali 29,03%, baik 32,26%, cukup 29,03% dan kurang 9,68%, dengan nilai rata-rata 70,32, skor tertinggi 85,71, nilai terendah 51,43, standar deviasi 10,32, dan ketuntasan kelas 70,96%. (2) Persentase hasil belajar biologi setelah dikelompokkan menjadi 5 kategori pada siklus II yaitu baik sekali 53,125%, baik , cukup 25,00%, dengan nilai rata-rata 76,34, skor tertinggi 94,29, skor terendah 60,00, standar deviasi 8,746, dan ketuntasan kelas 90,625%. (3) Aktivitas siswa yang bersifat positif seperti mendengarkan penjelasan guru, bertanya, menjawab atau menanggapi pertanyaan, menulis materi penting, bekerjasama dalam kelompok, membaca buku paket atau materi, mengalami peningkatan persentase dari setiap siklus. Aktivitas yang bersifat negatif seperti belajar pelajaran lain, mengganggu teman, dan keluar masuk kelas, mengalami penurunan persentase dari setiap siklus. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, dari nilai rata-rata 70,32 menjadi 76,34. Kata Kunci: Media Animasi, Pembelajaran Langsung, Hasil Belajar.
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, yang membawa kita ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi sekarang. Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Maka pemerintah terus berupaya membangun pendidikan yang lebih berkualitas antara lain
  • 3. melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam bentuk belajar mengajar yang melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa dengan tujuan yang sama dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik yang dalam hal ini menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik. Guru memiliki berbagai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan kemudahan kepada siswa dalam menanamkan konsep yang menjadi tuntutan kurikulum. Sebagai dinamisator guru perlu menciptakan situasi dan kondisi hidup dan tidak monoton supaya semangat belajar siswa dapat meningkat. Sebagai mediator guru perlu bertindak sebagai media terhadap siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Sebagai evaluator, guru perlu menilai kemajuan siswa supaya mereka dapat melakukan perbaikan–perbaikan supaya hasil belajarnya dapat meningkat. Sebagai instuktur, guru perlu memberikan perintah yang baik dan tepat dalam bentuk tugas–tugas kepada siswa supaya mereka lebih aktif belajar. Sebagai manajer, guru perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi sehingga nampak berwibawa di mata siswa (Sanjaya, 2008).
  • 4. Guru sebagai seorang pendidik dan sebagai orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik harus betul-betul memahami kebijakan-kebijakan pendidikan. Dengan pemahaman itu guru memiliki landasan-landasan berpijak dalam melaksanakan tugas di bidang pendidikan. Namun, perlu dipahami bahwa guru memang bukanlah satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan, dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Prestasi yang dicapai anak didik tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan guru terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan, tetapi yang juga ikut menentukan adalah model mengajar dan media pembelajaran yang digunakan. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA Biologi belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya perolehan nilai siswa pada ujian akhir nasional. Berdasarkan data yang diperoleh dari SMP Negeri 13 Makassar, persentase kelulusan siswa pada tahun ajaran 2007/2008 adalah 40,96% dari 271 siswa yang mengikuti ujian nasional. Masih rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan berbagai faktor yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran diantaranya faktor guru, siswa, metode mengajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan maupun materi pelajaran. Pembelajaran IPA, khususnya mata pelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tubuh manusia sendiri banyak sistem-sistem kerja yang saling berhubungan sehingga menopang
  • 5. keberlangsungan hidup manusia, seperti sistem pernapasan dan sistem peredaran darah. Dalam proses pembelajaran kadang-kadang siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh guru dan ingin lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuhnya. Misalnya bagaimana proses inspirasi dan ekspirasi berlangsung? Bagaimana peredaran darah dalam jantung? Atau bagaimana lintasan peredaran darah di dalam tubuh?, mereka tidak pernah melihatnya. Sehingga dibutuhkan media pembelajaran untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan menarik perhatian siswa untuk belajar. Pemilihan media disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak menimbulkan kebosanan. SMP Negeri 13 Makassar sudah termasuk Sekolah Standar Nasional (SSN), dengan demikian maka proses pembelajaran yang dilakukan harus lebih ditingkatkan. Dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi, model pembelajaran langsung yang sering digunakan, yaitu suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered. Pembelajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut Depdiknas (2005), dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa. Karena dalam pembelajaran, peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
  • 6. harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar yang baik. Keadaan kelas VIII3 yang umumnya selalu diajar dengan model pembelajaran langsung khususnya metode ceramah menunjukkan bahwa siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Ketika belajar di dalam kelas, siswa mengetahui apa yang dijelaskan oleh guru namun apabila keluar dari proses belajar mengajar, kurang sekali pengetahuan yang diberikan oleh guru yang membekas di benak mereka. Disamping hal tersebut, gangguan dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung besar, perhatian siswa juga rendah karena dalam proses belajar-mengajar siswa terkadang mengantuk, disamping dipaksa menerima materi dari penjelasan guru juga disebabkan karena pelajaran biologi berada di akhir jam pelajaran. Hal-hal tersebut di ataslah yang menyebabkan bila diberikan tes hasil balajar oleh guru, hasilnya rendah. Dari ujian blok yang dilakukan pada semester I tahun ajaran 2008/2009, sebanyak 54,29% dari 35 siswa yang memperoleh nilai ketuntasan belajar di atas nilai standar 65. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran agar nilai siswa meningkat. Masalah-masalah dalam proses pembelajaran seperti kejenuhan dan kurangnya semangat siswa, gangguan dalam kelas, serta perhatian siswa yang rendah karena mengantuk perlu segera
  • 7. diatasi. Untuk masalah pelajaran biologi berada di akhir jam pelajaran yang kebanyakan siswa merasa mengantuk, tidak mungkin memindahkan jam pelajaran biologi ke jam pelajaran lain karena akan mengganggu jadwal pelajaran lain. Oleh karena itu harus diberikan solusi terhadap masalah-masalah di atas. Salah satu solusi pemecahannya adalah dengan penggunaan media dalam pembelajaran. Media yang digunakan dapat menarik siswa untuk semangat belajar. Media banyak macamnya, salah satunya adalah media animasi, yang merupakan salah satu contoh pemanfaatan teknologi dalam menunjang proses pendidikan. Media ini dapat meningkatkan semangat dan perhatian siswa untuk belajar, sehingga gangguan dalam kelas dapat diminimalisir, demikian juga bagi siswa yang mengantuk, akan membuat mereka tergerak untuk memperhatikan pelajaran. Serta penggunaan animasi ini dapat menanamkan konsep dan pemaknaan yang sama dalam otak siswa dibandingkan dengan media lain seperti gambar. Menurut Utami (2007), animasi menjadi pilihan untuk menujang proses belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa dan juga memperkuat motivasi, dan juga untuk menanamkan pemahaman pada siswa tentang materi yang diajarkan. Animasi yang pada dasarnya adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan memiliki keunggulan dibanding media lain seperti gambar statis atau teks. Animasi untuk menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi, biasanya berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Keunggulan animasi dalam hal ini gambar yang bergerak adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis
  • 8. dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Animasi gambar dibuat dengan bantuan program macromedia flash, tetapi dalam penelitian ini penulis mengambilnya dari internet. Sedangkan animasi yang berupa kata atau tulisan yang bergerak dapat dibuat dengan bantuan microsoft power point. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penulis ingin meneliti tentang penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam model pembelajaran langsung?” C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam model pembelajaran langsung. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang penggunaan media animasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
  • 9. 1. Sebagai bahan informasi bagi guru dalam memilih media animasi dalam proses pembelajaran langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan hasil belajar yang optimal. 2. Sebagai bahan informasi untuk para peneliti berikutnya yang ingin mengkaji tentang media pembelajaran dan model pembelajaran. 3. Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media dan model pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran.
  • 10. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Media Animasi Suatu medium (jamak: media) adalah perantara/pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam kaitannya dengan pengajaran-pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Contoh-contohnya termasuk video, televisi, computer, diagram, bahan-bahan tercetak, itu semua dapat dipandang media jika medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran (Depdiknas, 2005). Istilah media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar sering disinonimkan dengan istilah media pendidikan. Media pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar. Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Pendapat lain dikemukan oleh Nurhayati dan Lukman (2004) bahwa fungsi media pembelajaran diantaranya: 1. Memperjelas dan memperkaya/ melengkapi informasi yang diberikan secara verbal. 2. Meningkatkan motivasi
  • 11. dan efisiensi penyampaian informasi. 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi. 4. Menambah variasi penyajian materi. 5. Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah, dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar. 6. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas, sehingga tidak mudah dilupakan siswa. 7. Memberikan pengalaman yang lebih kongkrit bagi hal yang mungkin abstrak. 8. Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa. 9. Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa. Animasi merupakan gerakan objek maupun teks yang diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan menarik dan kelihatan lebih hidup. Menurut Utami (2007), animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Salah satu keunggulan animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Prinsip dari animasi adalah mewujudkan ilusi bagi pergerakan dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak sehingga kelihatan hidup. Animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat. Utami (2007) menyatakan ada tiga jenis format animasi: pertama, Animasi tanpa sistem kontrol, animasi ini hanya memberikan gambaran kejadian
  • 12. sebenarnya (behavioural realism), tanpa ada kontrol sistem, bisa jadi animasi terlalu cepat, pengguna tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan detil tertentu karena tidak ada fasilitas untuk pause dan zoom in. Kedua, Animasi dengan sistem kontrol, animasi ini dilengkapi dengan tombol kontrol, untuk menyesuaikan animasi dengan kapasitas pemrosesan informasi mereka. Namun kekurangannya, terletak pada pengetahuan awal atas materi yang dipelajari menyebabkan murid tidak tahu mana bagian yang penting dan harus diperhatikan guna memahami materi dan yang tidak. Ketiga, Animasi manipulasi langsung (Direct-manipulation Animation (DMA)). DMA menyediakan fasilitas untuk pengguna berinteraksi langsung dengan control navigasi (misal tombol dan slider). Pengguna bebas untuk menentukan arah perhatian dan dapat diulang. Sebagai media ilmu pengetahuan animasi memiliki kemampuan untuk dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat tergambarkan. Animasi yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contoh- contoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga bisa berupa animasi interaktif dimana pengguna (siswa) diberi kemungkinan berperan aktif dengan merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi tersebut. Urutan kegiatan belajaranya dapat meliputi : melihat contoh,
  • 13. mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan mengerjakan soal/evaluasi (Suwarna, 2007). Menurut Harun dan Zaidatun (2004) animasi mempunyai peranan yang tersendiri dalam bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Berikut merupakan beberapa kepentingan atau kelebihan animasi apabila digunakan dalam bidang pendidikan: 1. Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. 2. Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. 3. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. 4. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 5. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi. Adapun kelemahan dari media animasi ialah membutuhkan peralatan yang khusus. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di dalamnya sulit untuk ditambahkan. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan
  • 14. perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Selama ini animasi digunakan dalam media pembelajaran untuk dua alasan. Pertama, menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi. Animasi jenis ini biasanya berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Animasi ini biasanya tidak ada hubungan dengan materi yang akan diberikan kepada murid. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada murid atas materi yang akan diberikan (Utami, 2007). Animasi teks (tulisan) merupakan salah satu bagian animasi yang dapat diimplementasikan untuk menambahkan efek animasi dan mempercantik tampilan paket bahan ajar multimedia yang akan dikembangkan (Adri, 2008). Untuk menjalankan animasi diperlukan program khusus (Softwore) salah satunya adalah program macromedia flash. Penelitian tentang media animasi pernah dilakukan oleh Rusdianto (2008), dengan judul pengaruh penggunaan media animasi pada model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri Model Makassar pada konsep sistem pencernaan makanan. Dan menggunakan kelas control dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen digunakan media animasi sedangkan kelas kontrol menggunakan media transparansi, yang masing-masing dilaksanakan empat kali pertemuan. Pada pertemuan terakhir diberikan evaluasi berupa tes tertulis untuk melihat pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif,
  • 15. nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen adalah 83,0 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66,4. Jadi ada pengaruh penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung terhadaphasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri Model Makassar, dimana hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan media animasi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas kontrol. 2. Model Pembelajaran Langsung Joyce dalam Trianto (2007), menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam turitorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer dan kurikulum. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pengajaran langsung adalah salah satu pengajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap (Trianto, 2007). Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana (informasi faktual). Sedangkan, bagaimana cara mengoperasikan alat-alat ukur dalam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan contoh pengetahuan prosedural (Depdiknas, 2005).
  • 16. Tidak ada model dan strategi pembelajaran yang paling baik dan paling jelek, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model pembelajaran langsung. Dalam pembelajaran langsung dibutuhkan keaktifan, kelihaian, keterampilan dan kreatifitas guru tanpa menghilangkan peran siswa sebagai subyek didik. Memang dalam model ini peran guru lebih menonjol daripada peran siswa (Bandono, 2003). Pengajaran langsung, menurut Kardi dalam Trianto (2000) dapat berbentuk ceramah, demostrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Model pembelajaran langsung merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru (teacher centered), guru menjadi sumber dan pemberi informasi utama. Meskipun dalam pembelajaran langsung digunakan metode selain ceramah dan dilengkapi atau didukung dengan penggunaan media, penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran) bukan pada proses pencarian dan konstruksi pengetahuan, dan cenderung menekankan penyampaian informasi yang bersumber dari buku teks, referensi atau pengalaman pribadi (Nasution, 2006).
  • 17. Menurut Kardi dalam Trianto (2000), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa. Sistem pengolahan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar yang efektif. Pada pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting, seperti ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Sintaks model pembelajaran langsung (Trianto, 2007) FASE-FASE PERAN GURU Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan TPK, informasi latar balakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Fase 3 Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mencek apakah siswa telah berhasil malakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari
  • 18. 3. Hasil Belajar Tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar (Sardiman, 2007). Menurut Jenkins dan Unwin dalam Uno (2007), hasil akhir dari belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai akhir dari kegiatan belajarnya. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia hasil disinonimkan dengan prestasi, hasil diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. Selain itu hasil dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka, nilai yang diberikan oleh guru (Tim penyusun, 2003). Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai murid dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukuran keberhasilan belajar seseorang. Menurut Djamarah (1996), hasil belajar merupakan prestasi dan kesan-kesan yang diperoleh dan mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas hasil belajar. Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar, di mana hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang berwujud skor dari
  • 19. hasil tes yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan. Hasil belajar juga merupakan indikator tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya oleh guru. Pengukuran dan penilaian dilakukan untuk mengetahui hasil kegiatan pembelajaran. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku si pebelajar setelah selesai mengikuti suatu kegiatan belajar. Hasil pengukuran tersebut berbentuk angka yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat penguasaan pebelajar terhadap materi pelajaran. Sedangkan penilaian adalah usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi, dimana penilaian menentukan kualitas atau nilai sesuatu (Haling, 2004). Hasil belajar seringkali diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu sekolah. Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode serta media yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh angka jelek pada penelitian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan/metode dan media yang digunakan kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan media lain dalam mengajar. (Arikunto, 2005). Menurut Slameto (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah (kesehatan), faktor psikologis (intelegensi) dan faktor kelelahan, sedangkan faktor
  • 20. ekstern, meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah (metode, kurikulum, sarana dan prasarana) dan lingkungan masyarakat (teman bergaul). Sedangkan menurut Keller dalam Abdurrahman (1999), faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 2, yaitu: 1. faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi motivasi dan harapan untuk berhasil, intelegensi dan penguasaan awal siswa. 2. faktor yang berasal dari lingkungan, meliputi: rancangan pengelolaan motivasi dan rancangan pengelolaan kegiatan pembelajaran. Motivasi dan harapan untuk berhasil serta rancangan pengelolaan motivasi tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar tetapi berpengaruh pada usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh hasil belajar. Usaha adalah indikator adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan siswa. Jadi, semakin besar motivasi dan keinginan siswa untuk berhasil dalam belajar maka semakin besar pula usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. B. Kerangka Berpikir Salah satu cita-cita Bangsa Indonesia yang terkandung dalan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan perhatian semua komponen bangsa, dimana guru memegang peranan penting di dalam upaya pencapaian cita- cita itu. Oleh karena itu, sangat diharapkan usaha dan kerja keras dari guru untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan maka
  • 21. mutu pembelajaran harus ditingkatkan dengan menggunakan model-model pembelajaran serta media yang digunakan dalam pembelajaran. Tidak ada model pembelajaran yang jelek, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung dirancang agar siswa memperoleh pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Berhasilnya pencapaian indikator dan tujuan pembelajaran biologi tidak lepas dari usaha guru dalam meningkatkan aktivitas, minat dan perhatian siswa dalam belajar. OIeh karena itu selain metode mengajar juga diperlukan adanya media pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan tidak membosankan. Media pembelajaran banyak jenisnya diantaranya, media visual, media audio, media audio-visual maupun media cetak. Contoh yang termasuk media visual yaitu, transpransi, animasi, film bisu, charta, grafik maupun foto. Dalam penelitian ini digunakan media animasi. Animasi merupakan media yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Media animasi memiliki keunggulan dapat menjelaskan alur atau proses yang rumit serta memiliki tampilan yang menarik namun salah satu kelemahannya adalah materi yang ada di dalam animasi sulit untuk dapat dirubah atau ditambah jika sewaktu-waktu terdapat kesalahan atau kekurangan. Animasi yang digunakan pada penelitian ini
  • 22. adalah gambar yang bergerak dan kata (tulisan) bergerak yang ada hubungannya dengan materi yang diberikan ditayangkan dalam bentuk slide Microsoft power point. Animasi memerlukan program khusus yang disebut macromedia flash untuk membuatnya, tetapi dalam penelitian ini penulis mengumpulkan animasi dari internet. Animasi memerlukan perangkat-perangkat untuk menayangkannya yaitu komputer dan LCD. Penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung mampu memberikan stimulus kepada siswa untuk lebih bersemangat belajar dan perhatiannya terfokus pada materi. Dengan demikian, maka dapat siswa lebih banyak mengingat materi yang diberikan yang akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.
  • 23. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam siklus berulang, dimana setiap siklus terdiri atas rangkaian empat kegiatan yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi (evaluasi) dan refleksi. B. Faktor yang Diselidiki Faktor-faktor yang menjadi perhatian untuk diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Faktor hasil, yaitu akan diselidiki hasil belajar pada setiap akhir siklus. Hasil belajar adalah nilai yang didapatkan oleh siswa melalui tes hasil belajar biologi dalam bantuk pilihan ganda berjumlah 35 soal yang diberikan setelah mengikuti proses belajar mengajar menggunakan media animasi dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada konsep sistem pernapasan manusia pada siklus I dan sistem peredaran darah manusia pada siklus II. 2. Media Animasi, yaitu suatu media yang mengarah kepada suatu proses yang menjadikan suatu objek baik berupa gambar maupun tulisan atau informasi yang ada hubungannya dengan materi sistem pernapasan manusia pada siklus I dan materi sistem peredaran darah manusia pada siklus II, agar kelihatan hidup atau
  • 24. bergerak yang memerlukan program khusus (software) dalam bentuk program macromedia flah (untuk gambar yang bergerak) dan microsoft power point (untuk tulisan yang bergerak), yang ditayangkan dengan bantuan LCD dan dioperasikan dengan menggunakan komputer (laptop). Penggunaan media animasi ini di dalam proses pembelajaran langsung yang terdiri atas 5 langkah-langkah (sintaks) pembelajaran yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Makassar, yang berlokasi di jalan Tamalate VI NO. 2 Perumnas, Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008, semester ganjil tahun ajaran 2008/2009 hingga Februari 2009, semester genap tahun ajaran 2008/2009. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang terdaftar pada tahun ajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan, dan usia rata-rata 14 tahun.
  • 25. E. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui 2 siklus berulang dan setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Gambaran tentang pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 2 siklus, dapat dilihat pada diagram berikut. Gambar 1. Skema penelitian tindakan kelas Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian, dapat diuraikan sebagai berikut. I. SIKLUS I Siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Secara rinci prosedur pelaksanaan penelitian pada siklus ini dapat dijabarkan sebagai berikut. a) Perencanaan Tindakan
  • 26. 1. Melakukan observasi ke sekolah dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas VIII. 2. Mengikuti proses belajar mengajar di kelas VIII3. 3. Melakukan diskusi dengan guru mengenai masalah-masalah dalam kelas yang ditemukan pada saat mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Masalah- masalah dalam kelas tersebut adalah kurang semangatnya siswa dalam menerima pelajaran, siswa jenuh dengan pembelajaran tanpa media, perhatian siswa rendah karena mengantuk, serta dalam mengurangi kejenuhan, banyak yang mengganggu temannya. 4. Memilih media animasi sebagai alternatif untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan. 5. Memilih materi dengan konsep sistem pernapasan manusia sebagai bahan yang akan diajarkan. 6. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat dengan materi sistem pernapasan manusia. Dan menyiapkan buku referensi. 7. Mempersiapkan lembar kegiatan siswa (LKS) berdasarkan materi Sistem Pernapasan Manusia yang diajarkan pada tiap pertemuan. 8. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 9. Mencari di internet dan menyiapkan media animasi untuk pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, baik dalam bentuk
  • 27. macromedia flash (dari internet) dan dalam bentuk slide Microsoft power point. 10. Menyusun kelompok kerja siswa yang terdiri atas 4 sampai 5 orang dalam satu kelompok. 11. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini laptop dan LCD. 12. Membuat tabel analisis penyusunan soal untuk untuk menyusun soal evaluasi pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia dalam bentuk pilihan ganda. 13. Melakukan uji validitas terhadapa soal-soal yang telah disusun. 14. Membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar beserta dengan kunci jawaban, dengan mengambil soal-soal yang dinyatakan valid setelah dilakukan uji validitas sebanyak 35 nomor. b) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan untuk tiap pertemuan, yaitu. 1. Kegiatan Awal 1) Memberikan semangat dan menggugah siswa untuk belajar 2) Menampilkan judul pelajaran yang akan disajikan. 3) Memberikan motivasi kepada siswa 4) Memberi hubungan antara pelajaran yang lalu dengan materi yang akan dipelajari
  • 28. 5) Menampilkan tujuan pembelajaran yang akan di capai di layar dengan bantuan LCD 2. Kegiatan Inti 1) Menyajikan informasi (pelajaran) tahap demi tahap kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran melalui layar. 2) Meminta siswa untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah dibentuk 3) Memotivasi siswa agar bekerja sama dengan baik, lalu membagikan LKS pada tiap kelompok 4) Membimbing tiap kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS. 5) Membahas LKS sambil memperlihatkan animasi. 6) Guru memberikan penguatan pada hasil pembahasan LKS 7) Memberi umpan balik terhadap apa yang telah dipelajari siswa. 3. Kegiatan Akhir 1) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan terhadap apa yang telah dipelajari. 2) Guru memberikan tugas rumah. c) Observasi dan Evaluasi Tahap observasi dilakukan selama penelitian berlangsung, dalam arti kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati aktivitas siswa melalui lembar observasi. Untuk mengamati aktivitas siswa maka dilibatkan observer yang
  • 29. berjumlah 3 orang. Pada akhir siklus I, yaitu akhir pembelajaran pertemuan ke empat diberikan evaluasi berupa tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada materi sistem pernapasan manusia. Data hasil observasi dan data hasil belajar dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis. d) Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, demikian pula hasil tes belajar siswa. Hasil refleksi merupakan gabungan dari hasil tes, lembar observasi, tanggapan dari guru, dan pandangan siswa terhadap pembelajaran selama empat kali pertemuan. Beberapa hasil refleksi dari siklus I adalah sebagai berikut. a. Interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena tidak bisa menerima siswa yang menjadi anggota kelompoknya sebab biasanya siswa membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan LKS, karena ia mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan. b. Gambar tentang materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa menjawab salah. c. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan
  • 30. pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang berjalan-jalan di dalam kelas. d. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain. e. Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa tidak bersungguh- sungguh dalam menjawab soal tersebut. f. Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu 75%. Hasil refleksi siklus pertama inilah yang dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus kedua, sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya. II. SIKLUS II Siklus II juga dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Tahapan dalam siklus ini, pada prinsipnya sama dengan siklus I. a) Perencanaan Tindakan
  • 31. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan untuk memasuki siklus II adalah sebagai berikut. 1. Memilih materi selanjutnya yaitu konsep sistem peredaran darah manusia sebagai bahan yang akan diajarkan. 2. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat dengan materi sistem peredaran darah manusia. Dalam RPP dari yang semula hanya memberikan tugas rumah pada kegiatan akhir pembelajaran diubah menjadi pemberian tes atau kuis. 3. Mempersiapakan lembar kegiatan siswa (LKS) berdasarkan materi sistem peredaran darah manusia yang diajarkan pada tiap pertemuan. Pada LKS ini, untuk menarik minat siswa maka gambar-gambar yang berhubungan dengan soal ditambah. 4. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 5. Mencari di internet dan menyiapkan media animasi untuk pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, baik dalam bentuk macromedia flash (dari internet) dan dalam bentuk slide Microsoft power point. 6. Membentuk ulang kelompok yaitu berdasarkan pilihan siswa sendiri, karena dari hasil pengamatan siswa kurang bisa bekerja sama karena tidak cocok
  • 32. dengan anggota kelompoknya serta siswa sendiri yang meminta untuk membentuk kelompok sesuai dengan pilihannya. 7. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini laptop dan LCD. 8. Membuat tabel analisis penyusunan soal untuk untuk menyusun soal evaluasi pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia dalam bentuk pilihan ganda. 9. Melakukan uji validitas terhadap soal-soal yang telah disusun. 10. Membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar beserta dengan kunci jawaban, dengan mengambil soal-soal yang dinyatakan valid setelah dilakukan uji validitas sebanyak 35 nomor. b) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan untuk tiap pertemuan, yaitu. 1. Kegiatan Awal 1) Memberikan semangat dan menggugah siswa untuk belajar. 2) Menampilkan judul pelajaran yang akan disajikan 3) Memberikan motivasi kepada siswa 4) Memberi hubungan antara pelajaran yang dengan materi yang akan dipelajari 5) Menampilkan tujuan pembelajaran yang akan di capai di layar 2. Kegiatan Inti
  • 33. 1) Menyajikan informasi (pelajaran) tahap demi tahap kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran melalui layar. 2) Meminta siswa untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah dibentuk 3) Memotivasi siswa agar bekerja sama dengan baik, lalu membagikan LKS pada tiap kelompok 4) Membimbing tiap kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS. 5) Membahas LKS sambil memperlihatkan animasi. 6) Guru memberikan penguatan pada hasil pembahasan LKS 7) Memberi umpan balik terhadap apa yang telah dipelajari siswa. 3. Kegiatan Akhir 1) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan terhadap apa yang telah dipelajari. 2) Memberikan tes atau kuis. Selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas yang dilakukan pada proses pembelajaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan siklus I agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat pembelajaran berlangsung maka pintu kelas ditutup untuk mencegah siswa keluar masuk dan agar perhatian siswa tidak terpecah ke arah luar kelas, memberi motivasi kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS, untuk siswa yang mengerjakan pelajaran lain maka langsung ditegur ataupun menjawab pertanyaan, begitupula untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur
  • 34. dan dikeluarkan dari kelas selama 5 menit untuk menyadari bahwa yang dilakukannya itu salah. Senantiasa mengingatkan siswa untuk lebih berani dan tidak perlu merasa malu bila ditertawakan oleh temannya dalam mengungkapkan pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian juga halnya dalam menjawab pertanyaan agar siswa lebih berani dalam mengemukakan argumennya. Dan dalam pembelajaran pada saat pembahasan LKS, seorang siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dan menjelaskannya dengan bantuan media animasi, dimana siswa sendiri yang memainkan animasi sambil menjelaskan. c) Observasi dan Evaluasi Pada prinsipnya tahap observasi pada siklus II ini sama dengan observasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Observer mencatat semua temuan dengan perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada akhir siklus II, yaitu akhir pembelajaran pertemuan ke empat diberikan evaluasi berupa tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada materi sistem peredaran darah manusia. Data hasil observasi dan data hasil belajar dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis. d) Refleksi Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis begitu pula hasil evaluasinya dari siklus II. Ini sebagai perbaikan dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan sebagai perbaikan dari pelakasanaan Siklus I memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum hasilnya
  • 35. semakin sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok yang terbentuk berdasarkan pilihan siswa sendiri telah menunjukkan bahwa kerja sama anggotanya semakin meningkat, mereka saling membagi tugas untuk mencari jawaban pertanyaan LKS dan juga kelihatan bahwa sudah mulai mucul rasa ingin tahu pada diri siswa mengenai materi yang dibahas. Pada saat pembahasan LKS, siswa berlomba mengacungkan tangan untuk menjawab. Selain itu perhatian dan motivasi siswa semakin meningkat, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar. Jumlah siswa yang bertanya maupun yang menjawab atau memberikan tanggapan meningkat. Gangguan dalam kelas, dalam hal ini mengganggu teman (ribut), belajar pelajaran lain dan keluar masuk kelas menunjukkan penurunan persentase bahkan ada yang mencapai 0%. Dalam tes akhir siklus II, siswa bersemangat mengerjakan soal, tidak lagi mengharap dari teman ataupun mengharap akan ada remedial karena mereka sudah terlatih mengerjakan soal-soal pada akhir setiap pertemuan. Dan untuk hasil tes siswa, persentase siswa yang dinyatakan tuntas adalah 90,625%, yang sudah memenuhi standar ketercapaian (indikator keberhasilan). F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut’ 1. Tes hasil belajar yang diberikan disetiap akhir siklus, berupa tes berbentuk pilihan ganda yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan tujuan pembelajaran 2. Lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yang terdiri ata 10 komponen yaitu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru, bertanya, menjawab atau menanggapi pertanyaan, menulis materi penting, meminta
  • 36. bimbingan dalam menyelesaikan LKS, kerjasama dalam kelompok, membaca buku paket atau materi, belajar pelajaran lain, mengganggu teman (ribut), dan keluar masuk kelas. G. Tekhnik Pengumpulan Data Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. 1. Pengumpulan data kuantitatif yaitu pengumpulan data mengenai hasil belajar siswa yang diperoleh dari pemberian tes hasil belajar pada akhir setiap siklus. Nilai hasil belajar diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung jumlah skor jawaban yang benar dari keseluruhan item soal yang diujikan. Setiap item soal yang dijawab benar diberi skor 1, sedangkan yang salah atau tidak menjawab, maka diberi skor 0. 2. Pengumpulan data kualitatif yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pedoman observasi. Penulis memperoleh data hasil observasi dengan melibatkan observer yang mengamati perubahan aktivitas siswa. H. Teknik Analisis Data Data kualitatif dari hasil pengamatan (observasi) dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dianalisis secara kualitatif. Kemudian dikelompokkan berdasarkan tabel pengkategorian aktivitas siswa sebagai berikut.
  • 37. Tabel 2. Pedoman pengkategorian aktivitas belajar siswa Interval Kualifikasi 75 - 100 Baik Sekali 65 - 74 Baik 55 - 64 Cukup 0 - 54 Kurang Sedangkan data kuantitatif yang berupa hasil belajar siswa, dari jumlah skor yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data selanjutnya dianalisis untuk menentukan nilai hasil belajar yang diperoleh dengan mengubahnya menjadi nilai berstandar 100, yang menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah skor yang diperoleh Nilai = x 100 Total skor Selanjutnya dilakukan analisis statistik deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar biologi yang dioperoleh siswa. Hasil belajar kemudian dibandingkan menggunakan pengkategorian menurut Arikunto (2005), sebagai berikut. Tabel 3. Pedoman pengkategorian hasil belajar siswa (Arikunto, 2005) Interval Nilai Kualifikasi 80-100 Sangat Baik 66-79 Baik 56-65 Cukup 40-55 Kurang ≤ 39 Gagal
  • 38. I. Indikator Keberhasilan Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil belajar biologi, diadakan penelitian tindakan yang berorientasi penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung. Untuk mengetahui keberhasilan tersebut digunakan nilai ketercapaian yaitu 75% dari jumlah siswa mencapai batas nilai ketuntasan belajar yaitu 65. Digunakan nilai ketuntasan belajar 65 karena disesuaikan dengan standar umum yang digunakan di sekolah.
  • 39. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Siklus I a. Hasil Belajar Data nilai hasil tes siklus I yang menggambarkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada konsep sistem pernapasan manusia dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat dilihat pada lampiran 7. Apabila nilai hasil belajar biologi tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori sesuai pedoman pengkategorian dari Arikunto (2005), maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Distribusi dan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada materi sistem pernapasan manusia Kategori Interval Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Baik Sekali 80 - 100 9 29,03 Baik 66 – 79 10 32,26 Cukup 56 – 65 9 29,03 Kurang 40 – 55 3 9,68 Gagal ≤ 39 0 0 Jumlah 31 100 Tabel 4 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika dikelompokan ke dalam lima kategori (Arikunto, 2005). Maka distribusi, dan
  • 40. persentase serta kategori hasil belajar IPA Biologi pada materi sistem pernapasan manusia, menunjukan bahwa dari 31 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung pada siklus I terlihat bahwa 29,03% atau sebanyak 9 orang siswa yang memperoleh nilai sangat baik yakni pada interval 80 sampai 100; 32,26% atau sebanyak 10 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik yakni pada interval 66 sampai 79; 29,03% atau sebanyak 9 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori cukup yakni pada interval 56 sampai 65 dan 9,68% atau sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori kurang yakni pada interval 40 sampai 55. Tabel 5. Jumlah Siswa, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas VIII3 SMP negeri 13 Makassar Uraian Skor Jumlah Siswa 31 Nilai Tertinggi 85,71 Nilai Terendah 51,43 Rata-rata 70,32 Standar Deviasi 10,32 Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang mengikuti pembelajaran IPA Biologi pada materi sistem pernapasan manusia yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung adalah 85,71; nilai terendah 51,40; nilai rata-rata siswa yaitu sebesar 70,32 dan standar deviasi sebesar 10,32. Untuk ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa. Apabila daya serap siswa terhadap materi sistem pernapasan dikelompokkan ke
  • 41. dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi, frekuensi dan persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Deskriptif ketuntasan belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus I Kategori Skor Jumlah Siswa Persentase (%) Tidak tuntas Tuntas 0 - 64 65 - 100 9 22 29,04 70,96 J u m l a h 31 100 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 31 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, setelah pemberian tes siklus I, sebanyak 9 siswa dengan persentase 29,04% masuk dalam kategori tidak tuntas dan 22 siswa dengan persentase 70,96% masuk dalam kategori tuntas. b. Aktivitas Siswa Data aktivitas siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung setiap pertemuan yang dilakukan oleh observer. Aktivitas siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak 10 komponen. Aktivitas siswa tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
  • 42. Tabel 7. Hasil observasi aktifitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus I N O Aktivitas yang Diamati I II III IV Ju ml ah P (%) Ju ml ah P (%) Ju ml ah P (%) Ju ml ah P (%) 1 Mendengarkan penjelasan Guru 21 65,63 24 75,00 24 75,00 27 84,38 2 Bertanya 1 3,13 0 0 3 9,38 1 3,13 3 Menjawab/menanggapi pertanyaan 5 15,63 4 12,50 3 9,38 0 0 4 Menulis materi penting 18 56,25 16 50,00 19 59,38 23 71,88 5 Meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS 15 46,88 14 43,75 8 25,00 7 21,88 6 Bekerjasama dalam Kelompok 18 56,25 21 65,63 23 71,88 22 68,75 7 Membaca buku paket/materi 14 43,75 13 40,63 12 37,50 13 40,63 8 Belajar pelajaran lain 4 12,50 5 15,63 0 0 0 0 9 Mengganggu teman 5 15,63 5 15,63 3 9,38 2 6,25 10 Keluar masuk kelas 5 15,63 5 15,63 1 3,13 1 3,13 c. Refleksi Siklus I Siklus I yang dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan diperoleh beberapa hal yang menjadi bahan refleksi untuk dapat melanjutkan penelitian ke siklus II. Hasil refleksi tersebut adalah interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena siswa yang tidak bisa menerima siswa yang menjadi anggota kelompoknya karena biasanya siswa membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan LKS, karena ia mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan. Gambar tentang
  • 43. materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa menjawab salah. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang berjalan-jalan di dalam kelas. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain. Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa tidak bersungguh-sungguh dalam menjawab soal tersebut. Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu 75%. II. Siklus II a. Hasil Belajar Data nilai hasil tes siklus II yang menggambarkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada konsep sistem peredaran darah manusia dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat dilihat pada lampiran 14. Apabila nilai hasil belajar biologi tersebut dikelompokkan ke dalam 5
  • 44. kategori sesuai pedoman pengkategorian dari Arikunto (2005), maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus I dapat dilihat pada tabel 8 berikut. Tabel 8. Distribusi dan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada materi sistem peredaran darah manusia (siklus II) Kategori Interval Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Baik Sekali 80 - 100 17 53,125 Baik 66 – 79 7 21,875 Cukup 56 – 65 8 25,00 Kurang 40 – 55 0 0 Gagal 30 – 39 0 0 Jumlah 32 100 Tabel 8 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika dikelompokan ke dalam lima kategori (Arikunto, 2005). Maka distribusi, dan persentase serta kategori hasil belajar IPA Biologi pada materi sistem peredaran darah manusia, menunjukan bahwa dari 35 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung pada siklus II terlihat bahwa 53,125% atau sebanyak 17 orang siswa yang memperoleh nilai sangat baik yakni pada interval 80 sampai 100; 21,875% atau sebanyak 7 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik yakni pada interval 66 sampai 79; 25% atau sebanyak 8 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori cukup yakni pada interval 56 sampai 65.
  • 45. Tabel 9. Jumlah siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, dan rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus II Uraian Skor Jumlah Siswa 32 Nilai Tertinggi 94,29 Nilai Terendah 60,00 Rata-rata 76,34 Standar Deviasi 8,746 Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang mengikuti pembelajaran IPA Biologi pada materi sistem peredaran darah manusia yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung adalah 94,29; nilai terendah 60,00; nilai rata- rata siswa yaitu sebesar 76,34, dan standar deviasi sebesar 8,746. Untuk ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa. Apabila daya serap siswa terhadap materi sistem peredaran darah manusia dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi, frekuensi dan persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 10 berikut. Tabel 10. Deskriptif ketuntasan belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus II Kategori Skor Jumlah Siswa Persentase (%) Tidak tuntas Tuntas 0 - 64 65 - 100 3 29 9,375 90,625 J u m l a h 32 100 Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 32 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, setelah pemberian tes siklus II, sebanyak 3 siswa dengan persentase 9,375% masuk dalam kategori tidak tuntas dan 29 siswa dengan persentase 90,625% masuk dalam kategori tuntas.
  • 46. b. Aktifitas Belajar Data aktivitas siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung setiap pertemuan yang dilakukan oleh observer. Aktivitas siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak 10 komponen. Aktivitas siswa tersebut dapat dilihat pada tabel 11 berikut. Tabel 11. Hasil observasi aktivitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus II N O Aktivitas yang Diamati I II III IV Ju ml ah P (%) Ju ml ah P (%) Ju ml ah P (%) Ju ml ah P (%) 1 Mendengarkan penjelasan Guru 28 87,50 28 87,50 27 84,38 32 100 2 Bertanya 5 15,63 6 18,75 6 18,75 4 12,50 3 Menjawab/menanggapi pertanyaan 3 9,38 6 18,75 5 15,63 7 18,75 4 Menulis materi penting 26 81,25 25 78,13 26 81,25 32 100 5 Meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS 7 18,75 2 6,25 4 12,50 1 3,13 6 Bekerjasama dalam Kelompok 28 87,50 27 84,38 26 81,25 32 100 7 Membaca buku paket/materi 24 75,00 25 78,13 25 78,13 32 100 8 Belajar pelajaran lain 0 0 0 0 0 0 0 0 9 Mengganggu teman 2 6,25 0 0 1 3,13 0 0 10 Keluar masuk kelas 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Hasil Refleksi Siklus II Pelaksanaan tindakan sebagai perbaikan dari pelakasanaan Siklus I memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum hasilnya semakin sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok yang terbentuk berdasarkan
  • 47. pilihan siswa sendiri telah menunjukkan bahwa kerja sama anggotanya semakin meningkat, mereka saling membagi tugas untuk mencari jawaban pertanyaan LKS dan juga kelihatan bahwa sudah mulai mucul rasa ingin tahu pada diri siswa mengenai materi yang dibahas. Pada saat pembahasan LKS, siswa berlomba mengacungkan tangan untuk menjawab. Selain itu perhatian dan motivasi siswa semakin meningkat, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar. Jumlah siswa yang bertanya maupun yang menjawab atau memberikan tanggapan meningkat. Gangguan dalam kelas, dalam hal ini mengganggu teman (ribut), belajar pelajaran lain dan keluar masuk kelas menunjukkan penurunan persentase bahkan ada yang mencapai 0%. Dalam tes akhir siklus II, siswa bersemangat mengerjakan soal, tidak lagi mengharap dari teman ataupun mengharap akan ada remedial karena mereka sudah terlatih mengerjakan soal-soal pada akhir setiap pertemuan dan penelitian ini tidak menekankan remedial. Dan untuk hasil tes siswa, persentase siswa yang dinyatakan lulus adalah 90,625%, yang sudah memenuhi standar ketercapaian (indikator keberhasilan). III. Perbandingan Ketuntasan Belajar dan Aktifitas Siswa Siklus I dan Siklus II a. Hasil Belajar Perbandingan ketuntasan belajar siswa antara siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
  • 48. Tabel 12. Perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tundas antara siklus I dan siklus II Kategori Skor Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Tidak tuntas Tuntas 0 - 64 65 – 100 9 22 29,04 70,96 3 29 9,375 90,625 J u m l a h 31 100 32 100 Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas pada siklus I adalah 22 orang atau 70,96% dan pada Siklus II menjadi 29 orang atau 90,625%. Siswa yang tuntas meningkat 19,667%. Sedangkan untuk siswa yang tidak tuntas dari 9 orang atau 29,04% pada siklus I menjadi 3 orang atau 9,375%. Perbedaan jumlah siswa pada siklus I dan siklus II disebabkan siswa sakit saat pemberian tes siklus I. Gambar 2. Kurva perbandingan jumlah siswa pada setiap kategori hasil belajar siswa siklus I dan siklus II b. Aktivitas Belajar Siswa Perbandingan rata-rata aktivitas siswa yang diamati pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
  • 49. Tabel 13. Perbandingan aktivitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar siklus I dan siklus II. NO Aktivitas yang Diamati Siklus I Siklus II P (%) Kategori P (%) Kategori 1 Mendengarkan penjelasan Guru 75,00 Baik Sekali 89,84 Baik Sekali 2 Bertanya 3,91 Kurang 16,40 Kurang 3 Menjawab/menanggapi pertanyaan 9,38 Kurang 16,40 Kurang 4 Menulis materi penting 59,38 Cukup 85,16 Baik Sekali 5 Meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS 34,375 Kurang 10,94 Kurang 6 Bekerjasama dalam kelompok 65,63 Baik 88,28 Baik Sekali 7 Membaca buku paket/materi 40,63 Kurang 82,81 Baik Sekali 8 Belajar pelajaran lain 7,03 Kurang 0 Kurang 9 Mengganggu teman 11,72 Kurang 2,34 Kurang 10 Keluar masuk kelas 9,38 Kurang 0 Kurang Berdasarkan tabel 13 menggambarkan bahwa terjadi perbedaan aktivitas siswa yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Aktivitas siswa rata-rata mengalami peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa yang diamati pada siklus II pada umumnya mengalami peningkatan, dari 10 komponen aktivitas ada 4 komponen yang mengalami penurunan. Antara lain, siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS yaitu dengan persentase dari 34,375% di siklus I menjadi 10,94% di siklus II; siswa yang belajar pelajaran lain yaitu dengan persentase dari 7,03% di siklus I menjadi 0% di siklus II; siswa yang mengganggu teman dari 11,72% pada siklus I menjadi 2,34% pada siklus II; dan siswa yang keluar masuk kelas dari 9,38% pada siklus I menjadi 0% pada siklus II. Sedangkan komponen
  • 50. aktivitas yang mengalami peningkatan yaitu, siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada saat memberikan materi maupun arahan-arahan dari 75,00% pada siklus I meningkat menjadi 89,84%; komponen berikutnya adalah siswa yang bertanya pada siklus I 3,91% menjadi 16,40%; siswa yang menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan adalah 9,28% di siklus I menjadi 16,40% di siklus II; kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS dengan persentase dari 65,63% di siklus I menjadi 88,28% di siklus II; dan siswa yang membaca buku/materi pada saat pembelajaran maupun dalam kegiatan kerja kelompok untuk mencari jawaban LKS adalah 40,63% pada siklus I meningkat menjadi 82,81% pada siklus II; siswa yang menulis materi pelajaran yang diberikan dari 59,38% pada siklus I menjadi 85,16% pada siklus II. Gambar 3. Perbandingan persentase aktivitas siswa siklus I dan siklus II
  • 51. Selama kegiatan pembelajaran dari tiap siklus, siswa yang memperhatikan penjelasan guru meningkat. Siswa menjadi semangat memperhatikan penjelasan karena proses penyampaiannya tidak lagi melalui pembelajaran langsung dalam bentuk ceramah tanpa media, siswa tertarik memperhatikan gerakan animasi dalam pembelajaran. Kemampuan bertanya dan menjawab siswa juga meningkat, karena keingintahuannya, dan pengetahuan yang diperoleh dari penyajian materi yang ditayangkan melalui animasi mudah diterima dibandingkan hanya diberikan melalui ceramah saja. Selain itu, komponen aktivitas siswa yangbersifat negatif menurun. Siswa menjadi tertarik dengan animasi yang diberikan sehingga perhatiannya hanya terfokus pada penjelasan serta animasi yang ditayangkan. B. Pembahasan Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII3 yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam model pembelajaran langsung. Pernyataan ini didukung oleh hasil analisis data secara deskriptif yang dapat dilihat pada tabel 3, hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar unruk siklus I berada pada kategori baik, dengan melihat bahwa jumlah siswa tertinggi setelah pengelompokan hasil belajar berada pada interval 66 – 79 (baik) sebanyak 10 orang atau 32,26%. Sedangkan pada siklus II jumlah siswa terbanyak berada pada kategori baik sekali dengan jumlah siswa 17 orang atau 53,125%. Hasil belajar siklus I menunjukkan nilai tertinggi 85,71, nilai terendah 51,43, rata-rata 70,32, serta standar deviasinya 10,32. Sedangkan untuk siklus II, nilai
  • 52. tertinggi 94,29, nilai terendah 60,00, rata-rata 76,34 dan standar deviasi 8,764. Apabila nilai rata-rata dibandingkan dengan tabel pedoman pengkategorian hasil belajar, maka baik untuk siklus I maupun siklus II berada pada kategori baik. Bisa dikatakan tidak meningkat, tetapi bila dilihat lagi terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 6,02 dari siklus I ke siklus II, jadi dapat dikatakan meningkat. Tiro (2004) mengatakan bahwa, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari (1) peningkatan nilai rata-rata, (2) perubahan bentuk distribusi dari miring positif menjadi miring negati, dan (3) koefisien variansi semakin kecil. Pengkategorian berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, maka dari 31 siswa yang mengikuti tes siklus I, sebanyak 9 siswa atau 29,04% yang termasuk kategori tidak tuntas dengan rentang skor 0 hingga 64,00. Siswa yang termasuk dalam kategori tuntas dengan rentang skor 65,00 hingga 100 sebanyak 22 siswa atau 70,96 %. Sedangkan pada siklus II dari 32 siswa yang mengikuti tes evaluasi, sebanyak 3 siswa yang termasuk kategori tidak tuntas atau sebesar 9,375%. Siswa yang termasuk dalam kategori tuntas sebanyak 29 siswa atau sebesar 90,625%. Meningkatnya hasil belajar siswa disebabkan karena penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung, sehingga siswa lebih bersemangat dan bergairah dalam menerima pelajaran. Dimana animasi mampu mengarahkan kepada sesuatu proses yang yang menjadikan suatu objek agar kelihatan hidup atau memberi gambaran bergerak kepada sesuatu yang pada dasarnya statik, sehingga mampu mengantar imajinasi siswa kepada suatu proses yang sesungguhnya terjadi.
  • 53. Hasil Belajar yang optimal pada siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar tidak luput dari aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Menurut Hamalik (2003), aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju kea rah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator belajar bagi siswa yang potensial itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal. Aktivitas dan semangat siswa dalam belajar mengalami peningkatan dari tiap siklus, serta perilaku negatif yang sering diperlihatkan siswa dalam proses pembelajaran juga mengalami penurunan dari tiap siklus. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan rata-rata hasil observasi antara siklus I dan siklus II. Aktivitas yang mengalami peningkatan yaitu siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada saat memberikan materi maupun arahan-arahan dari 75,00% dengan ketegori baik sekali pada siklus I meningkat menjadi 89,84% dan kategori baik sekali; komponen berikutnya adalah siswa yang bertanya pada siklus I 3,91% dengan kategori kurang menjadi 16,40% (kurang); siswa yang menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan adalah 9,28% (kurang) di siklus I menjadi 16,40% (kurang) di siklus II; kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS dengan persentase dari 65,63% dengan kategori baik di siklus I menjadi kategori baik sekali dengan persentase 88,28% di siklus II; dan siswa yang membaca buku/materi pada saat pembelajaran maupun dalam kegiatan kerja kelompok untuk mencari jawaban LKS adalah 40,63% (cukup) pada siklus I meningkat menjadi 82,81% dengan kategori baik sekali pada siklus II; siswa yang menulis materi pelajaran yang diberikan dari ketegori cukup dengan
  • 54. persentase 59,38% pada siklus I menjadi 85,16% pada kategori baik sekali pada siklus II. Terjadi peningkatan kategori untuk 3 aktivitas, yaitu menulis materi penting dari cukup menjadi baik sekali, bekerjasama dalam kelompok dari kategori baik menjadi baik sekali, dan membaca buku paket/materi dari kategori kurang menjadi baik sekali. Sedangkan untuk aktivitas lain yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, kategorinya tetap sama. Tetapi terlihat persentasenya meningkat. Secara umum peningkatan ini terjadi karena adanya media pendidikan yang berupa media animasi sehingga siswa mulai termotivasi untuk belajar, muncul rasa ingin tahu mengenai materi yang dibahas oleh guru dan timbulnya rasa percaya diri pada siswa. Sesuai dengan pernyataan Sardiman (2008) bahwa penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk (a) menimbulkan kegairahan belajar, (b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, dan (c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Aktivitas belajar yang mengalami penurunan dari siklus I ke siklus II adalah siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS yaitu dengan persentase dari 34,375% (kurang) di siklus I menjadi 10,94% (kurang) di siklus II; siswa yang belajar pelajaran lain yaitu dengan persentase dari 7,03% dengan kategori kurang di siklus I menjadi 0% di siklus II dengan kategori kurang; siswa yang mengganggu teman dari 11,72% (kurang) pada siklus I menjadi 2,34% (kurang) pada siklus II; dan siswa yang keluar masuk kelas dari 9,38% (kurang) pada siklus I menjadi 0% pada
  • 55. siklus II dengan kategori kurang. Terlihat bahwa semua aktivitas yang mengalami penurunan berada dalam ketegori yang sama baik pada siklus I maupun siklus II yaitu kurang, tetapi bila dilihat persentasenya maka terlihat menurun dari semula. Jumlah siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKSnya berkurang karena sebelum siswa mengerjakan, terlebih dahulu guru memberi penjelasan atau petunjuk untuk mengerjakannya, serta siswa yang tidak mengerti bertanya pada temannya yang telah mengerti. Menurut Gagne dalam Djiwandono (2004) mengatakan bahwa beberapa prosedur untuk mengurangi tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dalam pembelajaran adalah (a) memperkuat tingkah laku bersaing, (b) penghapusan (extinction), (c) pemuasan yang sempurna terhadap suatu keinginan, (d) mengubah stimuli lingkungan, dan (e) hukuman (punishment). Terjadinya penurunan aktivitas yang bersifat negatif karena siswa semakin sadar akan pentingnya belajar. Siswa akan merasa malu di dalam kelas apabila pada saat ribut, langsung ditegur oleh guru, diminta untuk menjawab pertanyaan tetapi tidak bisa dijawabnya, bahkan di minta untuk keluar kelas. Atau bila berjalan dalam kelas kemudian guru mengabaikan tingkah laku siswa yang mengacau, memberi hukuman padanya, sementara siswa yang memperhatikan dan tidak membuat keributan dalam kelas diberikan pujian. Sehingga siswa yang membuat keributan merasa malu atas pujian pada siswa yang memperhatikan penjelasan guru, sedangkan ia diabaikan bahkan dihukum. Meningkat atau menurunnya aktivitas siswa itu tidak lain dari hasil refleksi yang dilakukan pada akhir siklus I dimana dari beberapa catatan yang dijadikan
  • 56. sebagai bahan refleksi dari siklus I itu kemudian diambil sebagai bentuk penanggulangan masalah yang terjadi yang kemudian diterapkan pada siklus II. Adapun hasil refleksi dari siklus I ini adalah interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena siswa yang tidak bisa menerima siswa yang menjadi anggota kelompoknya karena biasanya siswa membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan LKS, karena ia mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan. Gambar tentang materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa menjawab salah. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang berjalan-jalan di dalam kelas. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain. Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa tidak bersungguh-sungguh dalam menjawab soal tersebut.
  • 57. Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu 75%. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana kegiatan siklus II. Perencanaan dan tindakan yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut, agar dalam kelompok tidak hanya didominasi oleh satu orang bekerja saja maka dibentuk ulang kelompok kerja, dimana siswa sendiri memilih anggota kelompoknya. Sehingga interaksi dalam kelompok suasana dalam kelompok menjadi lebih bersahabat. Dan pada saat akan mengerjakan LKS, siswa diberi motivasi untuk bekerjasama dalam kelompok. Untuk menarik perhatian siswa pada LKS atau bekerjasama menyelesaikan LKS, maka gambar tentang materi pada LKS diperbanyak sehingga tertarik untuk melihat, mengerjakan dan mempelajarinya. Pada siklus II siswa sudah mulai berkonsentrasi dengan materi pelajaran sehingga hal ini akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas yang dilakukan pada proses pembelajaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan siklus I agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat pembelajaran berlangsung maka pintu kelas ditutup untuk mencegah siswa keluar masuk dan agar perhatian siswa tidak terpecah ke arah luar kelas, memberi motivasi kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS, untuk siswa yang mengerjakan pelajaran lain maka langsung ditegur ataupun menjawab pertanyaan, begitupula untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur
  • 58. dan dikeluarkan dari kelas selama 5 menit untuk menyadari bahwa yang dilakukannya itu salah. Senantiasa mengingatkan siswa untuk lebih berani dan tidak perlu merasa malu bila ditertawakan oleh temannya dalam mengungkapkan pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian juga halnya dalam menjawab pertanyaan agar siswa lebih berani dalam mengemukakan argumennya. Media animasi untuk siklus II bukan hanya dijalankan dan dijelaskan oleh pengajar, tetapi juga melibatkan siswa. Dalam pembelajaran pada saat pembahasan LKS, seorang siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dan menjelaskannya dengan bantuan media animasi, dimana siswa sendiri yang memainkan animasi sambil menjelaskan. Sehingga menimbulkan kegairahan dalam belajar, dan pada saat pembahasan LKS banyak siswa yang mengacungkan tangannya untuk menjawab, ataupun pada saat guru meminta seorang siswa menjelaskan materi dengan bantuan animasi. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini juga terjadi, karena peneliti menginformasikan bahwa akan selalu diadakan kuis pada setiap akhir pertemuan berikutnya, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Hasil belajar yang meningkat, karena aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar juga meningkat. Dalam arti bahwa adanya peningkatan aktivitas yang bersifat positif serta berkurangnya aktivitas negatif menunjukkan bahwa adanya keseriusan siswa untuk berubah atau belajar. Menurut Hamalik (2003), tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap- sikap baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Dan belajar adalah suatu
  • 59. perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Kemauan siswa untuk belajar karena adanya motivasi. Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, pengarah, dan mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Menurut Haling (2004), motivasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa yang memberikan semangat atau dorongan dalam melakukan suatu kegiatan. Cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa adalah memberi angka, pujian, hadiah, kerja kelompok, persaingan, penilaian, karyawisata, film pendidikan, dan belajar melalui radio. Penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat menimbulkan motivasi dengan mengurangi kebosanan siswa. Animasi dalam pembelajaran didesain untuk mengembangkan materi dari LKS yang mereka kerjakan. Penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung memperlihatkan aktivitas belajar yang tinggi. Pernyataan ini dipertegas oleh Harun dan Zaidatun (2004), bahwa kelebihan media animasi apabila digunakan dalam pendidikan yaitu, 1) Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. 2) Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. Pelajar juga mampu memberi ingatan yang lebih lama kepada media yang bersifat dinamik dibanding media yang bersifat statik. 3) Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. Ini utamanya untuk keadaan dimana perkiraan sebenarnya sukar atau
  • 60. tidak dapat disediakan, membahayakan ataupun mungkin melibatkan biaya yang tinggi. 4) Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 5) Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi. Maka media animasi sangatlah efektif untuk menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Penelitian yang dilakukan hanya sampai siklus II dan tidak dilanjutkan lagi karena sesuai dengan standar ketuntasan peneliti bahwa penelitian dikatakan berhasil apabila 75% dari siswa dalam kelas sudah mencapai nilai standar yaitu 65. Disamping itu ada juga namanya ketuntasan kelas, suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas. Mengenai kapan penelitian dihentikan untuk siklus berikutnya, Wiriaatmadja (2006) mengatakan bahwa apabila perubahan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apapun diteliti telah menunjukkan keberhasilan siklus, yaitu apabila apa yang direncanakan sudah berjalan sebagaimana diharapkan, dan data yang ditampilkan dalam kelas sudah jenuh, dalam arti tidak ada data baru yang ditampilkan dan dapat diamati, serta kondisi kelas dalam pembelajaran sudah mampu dikuasai, maka penelitian dihentikan. Jadi banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung pada kondisi yang stabil dan data yang sudah jenuh.
  • 61. Berdasarkan hasil penelitian dan uaraian pembahasan di atas diperoleh informasi bahwa penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP negeri 13 Makassar.
  • 62. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, dari nilai rata-rata 70,32 menjadi 76,34. B. Saran Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti adalah: 1. Mata pelajaran biologi sebaiknya disampaikan dengan dukungan penggunaan media animasi pada pembelajaran langsung. Hal ini akan meningkatkan motivasi dan keingintahuan siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal. 2. Media animasi dan lembar kerja siswa yang telah dibuat perlu terus dikembangkan dan direvisi agar benar-benar dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran biologi. 3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan memperkuat hasil penelitian ini dengan mengadakan penelitian lebih lanjut.
  • 63. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Adri, M. 2008. Flash – Case on Teks Animation. http:ilmucomputer.com. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008. Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bandono. A. 2003. Model Pembelajaran Langsung. http://beta.tnial.mil.id/ cakrad.php3?id=150. Diakses tanggal 25 Agustus 2008. Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, BS dan A. Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono, S. E. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Haling, A. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM. Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Harun dan Zaidatun. 2004. Teknologi Multimedia dalam Pendidikan. http: //www.ctl.utm.my/publications/manuals/mm/elemenMM.pdf. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008. Nasution. W. N.. 2006. Efektivitas Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Langsung terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. http://ligatama.org. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008 Nurhayati dan Lukman W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
  • 64. Rusdianto. 2008. Pengaruh Penggunaan Media Animasi pada Model Pembelajaran Langsung terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI MA Negeri Model Makassar pada Konsep Sistem Pencernaan. Skripsi. Makassar: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Saktiyono. 2008. IPA Biologi SMP dan MTS Kelas VIII. Jakarta: ESIS. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Suwarna, I. P. 2007. Model Pembelajaran Fisiska Interaktif melalui Program Macromedia Flash (Computer Based Instruction). http://iwanpermana.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008. Syamsuri, I. 2004. Sains Biologi SMP 2. Jakarta: Erlangga. Tim penyusun. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tiro, M. A. 2004. Pengenalan Biostatistika. Makassar: Andira Publisher. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Uno, H. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya “Analisis di Bidang Pendidikan”. Jakarta: Bumi Aksara. Utami, D. 2007. Animasi dalam Pembelajaran. www.uny.ac.id/akademik/ default.php. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008. Wiriaatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.