SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 5
TEORI KEBUDAYAAN
TUGAS LAPORAN BACAAN
Dosen: Prof. Dr. Okke K.S. Zaimar
Ideologi Dalam Pariwara Televisi
Okke Kusuma Sumantri-Zaimar
OKTARI ANELIYA
1206335685
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
Ideologi Dalam Pariwara Televisi
Okke Kusuma Sumantri-Zaimar
Berbicara mengenai ideologi berarti berbicara mengenai suatu ide, norma,
kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang (KBBI).
Ideologi ini menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap suatu permasalahan.
Van Zoest mengatakan ideologi merupakan bagian dari kebudayaan karena setiap
ideologi terikat pada suatu budaya. Jika mempelajari suatu budaya, maka harus
mengetahui atau mempelajari juga ideologi yang mempengaruhi budaya tersebut
karena ideologi lah yang mengarahkan budaya.
Karena ideologi bersifat abstrak yang berarti berbentuk gagasan di dalam
fikiran, maka apabila seseorang atau suatu kelompok ingin menanamkan atau
menyebarkan suatu ideologi ia akan menampilkan ideologi tersebut dalam bentuk
ungkapan budaya yang dapat berupa bahasa verbal maupun dalam cara komunikasi
lain (lukisan, iklan, komik, film, dan lain-lain). Hal tersebut berarti ia akan
menciptakan mitos. Mitos merupakan suatu jenis tuturan dalam sistem komunikasi
yang berisi pesan. Para pembuat mitos biasanya sekaligus menanamkan ideologi
terlebih jika hal tersebut disampaikan secara berulang-ulang. Mitos dapat berbentuk
verbal dan nonverbal. Misalnya dalam bentuk film, lukisan, fotografi, iklan, dan
komik.
Roland Barthes mengemukakan teori signifikasi untuk memahami mitos.
Teori dikotomisnya mengenai tanda yakni (1) penanda dan (2) petanda merupakan
dasar bagi pemaknaan suatu tanda.
Denotasi
(makna primer )
konotasi
(makna sekunder)
1. Penanda 2. Petanda
3. Tanda
I. PENANDA II. PETANDA
III. TANDA
Penanda merupakan citra akustik suatu tanda yang memiliki konsep (penanda) dari
petanda. Konsep pertama dari suatu penanda ini disebut sebagai denotasi contohnya
penanda /volvo/ mempunyai konsep ’merek mobil’. Namun penanda tersebut dapat
juga memiliki makna lain yang berarti ’kemewahan’. Hal tersebut merupakan konsep
kedua atau perluasan makna yang disebut dengan konotasi. Konotasi dipengaruhi
juga dengan keinginan, latar belakang pengetahuan, dan konvensi baru dalam
masyarakat si pemberi konotasi 2011 (Hoed, dalam bukunya Semiotik dan
Dinamika Sosial Budaya). Lalu bagaimana hubungannya dengan mitos dan ideologi
yang berusaha dihadirkan dalam pariwara?
Mitos memiliki keterkaitan dengan cara kerja teori signifikasi yang
dikemukakan oleh Barthes. Ia menjelaskan bahwa mitos hadir sebagai makna
petanda baru yang bersumber pada petanda pada tahap pertama. Mitos tidak
memerlukan kebenaran karena tidak ada yang tetap dalam konsep mitos dan konsep
tersebut tidak statis (dapat berubah). Hal tersebut dapat saya simpulkan dengan
mengacu pada konsep konotasi yang maknanya dipengaruhi oleh keinginan dan latar
belakang pengetahuan si pembuat mitos sehingga belum pasti kebenarannya. Barthes
mengemukakan tiga cara dalam membaca mitos yaitu (1) pembaca membiasakan diri
dengan penanda yang kosong, makna pertama yang tidak mengandung makna
konotasi (2) pembaca sudah mulai melakukan deformasi atau pembelokan makna (3)
pembaca sudah menyesuaikan diri dengan makna baru tersebut. Namun yang perlu
diingat, mitos tidak menyembunyikan makna dan juga tidak menonjolkan makna
melainkan suatu pembelokan makna. Dengan sistem semiologis pemaknaan dua
makna ini (1 dan 2), mitos akan mengubah pengalaman menjadi sesuatu yang
alamiah. Oleh karena itu para konsumen mitos dapat memahami maksud konsep
tanpa tampak maksud konsep tersebut memiliki maksud tertentu. Namun seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sang pembuat mitos adalah orang yang
ingin menyebarkan ideologi.
Dalam artikel ini, dijelaskan bagaimana ideologi yang berasal dari mitos
tersebut dapat ditanamkan melalui pariwara televisi. Dalam contohnya, yaitu
pariwara televisi sabun cuci surf, si pembuat iklan berusaha menanamkan
ideologinya yaitu Surf adalah sabun murah namun berkualitas tinggi dengan
berbagai strategi. Dalam pembuatan pariwara tersebut, ideologi tersebut tidak
ditampilkan secara eksplisit kepada para konsumen melainkan dengan menggunakan
gambaran-gambaran yang menunjukkan bahwa yang sederhana atau yang murah
tidak berarti berkualitas rendah namun dapat berkualitas tinggi seperti sabun cuci
Surf. Dalam strategi tersebut, si pembuat iklan juga menampilkan suatu kebudayaan
yang memang sudah diterima oleh masyarakat agar pesan atau ideologi dari produk
tersebut lebih dekat dengan kehidupan konsumen.
Lalu bagaimana dengan pariwara rokok yang sama sekali tidak boleh
memaparkan suatu pesan atau ideologinya secara gamblang? Dalam artikel ini
dicontohkan bagaimana rokok Sampoerna dikemas dalam bentuk pariwara yang
tidak menonjolkan suatu kelebihan atau keistimewaan dari produk tersebut secara
eksplisit. Berbeda dengan jenis produk pariwara lain yang biasa menampilkan bentuk
visual dari produknya, produk rokok ditampilkan dengan sangat tersamar. Dalam
pariwara rokok ini, pembuat iklan sangat membelokkan makna yang ingin
disampaikan tentang produk tersebut melalui tanda-tanda visual maupun verbal yang
dianggap dapat merepresentasikan pesan tersebut. Namun juga seringkali para
penonton tidak memahami maksud dari tanda-tanda visual tersebut oleh sebab itu
pesan dari produk tersebut biasanya diikuti oleh tanda-tanda verbal atau slogan yang
juga secara samar dapat merepresentasikan pesan produk tersebut.
Pendapat pribadi
Artikel ini sangat cerdas dalam menjelaskan bagaimana pariwara televisi
merupakan salah satu media yang cukup efektif dalam mensosialisasikan dan
menanamkan ideologi. Dalam suatu pariwara, pesan ideologi tersebut dikemas secara
apik dan menarik guna menarik para konsumen. Penampilan suatu pesan dalam
pariwara televisi pun tidak lepas dari unsur-unsur masyarkat dan kebudayaannya
yang dalam hal ini sebagai target. Kebudayaan dalam suatu penampilan pariwara
televisi membuat para target lebih dekat dan lebih merasa terlibat dalam tampilan
pariwara tersebut sehingga menjadi familiar dan sesuai bagi dirinya.
Jika suatu konotasi menjadi mantap makan hal tersebut akan menjadi mitos
dan jika mitos menjadi mantap maka akan menjadi ideologi. Hal tersebut digunakan
dalam pembuatan pariwara yang memberikan konotasi pada produk tertentu
kemudian makna tersebut menjadi mitos dan kemudian dimantapkan dengan cara
menampilkan mitos tersebut berulang-ulang maka akan menjadi ideologi kepada para
penonton ataupun pendengar oleh sebab itu suatu produk yang sosialisasinya melalui
pariwara televisi ditampilkan berulang-ulang Maka tidaklah heran jika seringkali
kita secara tidak sadar atau langsung mengasosiasikan suatu konsep dengan suatu
produk tertentu bahkan jika pembuat iklan itu berhasil menyampaikan pesannya
maka konsumen akan segera memilih produk tersebut.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya dalam artikel ini, bahwa masyarakat
memahami suatu makna tidak lagi dirasakan bahwa hal tersebut sebagai hasil
konotasi dan seringkali realitas dibentuk oleh wacana yang dalam hal ini dibuat oleh
para pembuat iklan dan industri produk yang memiliki kuasa untuk dapat mengubah
perspektif masyarakat. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pariwara televisi
yang memasarkan produknya, para konsumen harus pandai dalam menyaring suatu
pesan dan memilih produk yang memang sesuai dengan kebutuhan. Karena seperti
yang telah dijelaskan, makna yang disampaikan oleh pembuat produk tidak lagi
dirasakan sebagai suatu konotasi yang memang sengaja diciptakan dengan maksud
tertentu.

Más contenido relacionado

Destacado

Submitting a writing assignment in Blackboard
Submitting a writing assignment in BlackboardSubmitting a writing assignment in Blackboard
Submitting a writing assignment in Blackboardcbswaim
 
August mnth mpr ed
August mnth mpr edAugust mnth mpr ed
August mnth mpr edvelmondain
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasOktari Aneliya
 
Pay info original
Pay info originalPay info original
Pay info originalvelmondain
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Oktari Aneliya
 
teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingOktari Aneliya
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finassOktari Aneliya
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Oktari Aneliya
 

Destacado (11)

Submitting a writing assignment in Blackboard
Submitting a writing assignment in BlackboardSubmitting a writing assignment in Blackboard
Submitting a writing assignment in Blackboard
 
August mnth mpr ed
August mnth mpr edAugust mnth mpr ed
August mnth mpr ed
 
Standardisasi bahasa
Standardisasi bahasaStandardisasi bahasa
Standardisasi bahasa
 
Analisis empresa gandhi
Analisis empresa gandhiAnalisis empresa gandhi
Analisis empresa gandhi
 
Semiotik uas
Semiotik uasSemiotik uas
Semiotik uas
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
 
Pay info original
Pay info originalPay info original
Pay info original
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
 
teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finass
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
 

Similar a Ideologi Televisi

Citra Diri dan Persuasi (IlKom)
Citra Diri dan Persuasi (IlKom)Citra Diri dan Persuasi (IlKom)
Citra Diri dan Persuasi (IlKom)lidyasrprb
 
Semiotika
SemiotikaSemiotika
Semiotikapycnat
 
Perilaku konsumen dan konsep diri
Perilaku konsumen dan konsep diriPerilaku konsumen dan konsep diri
Perilaku konsumen dan konsep dirinielgogie
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianLSP3I
 
Kecerdasan komunikasi dan retorika dakwah
Kecerdasan komunikasi dan retorika dakwahKecerdasan komunikasi dan retorika dakwah
Kecerdasan komunikasi dan retorika dakwahSTAIN Datokarama Palu
 
Media ideologi dan perdagangan
Media ideologi dan perdaganganMedia ideologi dan perdagangan
Media ideologi dan perdaganganAgus Salim
 
Ppt 10 representasi budaya dan media massa
Ppt 10 representasi budaya dan media massaPpt 10 representasi budaya dan media massa
Ppt 10 representasi budaya dan media massaPrasetiyo Eko Laksono
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianLSP3I
 
Komunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanKomunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanOkta-Shi Sama
 
Psikologi persepsi susila hendri
Psikologi persepsi susila hendriPsikologi persepsi susila hendri
Psikologi persepsi susila hendriSusila Hendri
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Oktari Aneliya
 
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku KonsumenMakalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku KonsumenPangeran Kristian
 
Seminar Riset & Kajin Media
Seminar Riset & Kajin MediaSeminar Riset & Kajin Media
Seminar Riset & Kajin MediaWidya Hasan
 
Pancasila nasional
Pancasila nasional Pancasila nasional
Pancasila nasional susianti4
 
Tugas soft skill ke 6
Tugas soft skill ke 6Tugas soft skill ke 6
Tugas soft skill ke 6Mira Erviana
 
Tugas soft skill ke 6
Tugas soft skill ke 6Tugas soft skill ke 6
Tugas soft skill ke 6Mira Erviana
 

Similar a Ideologi Televisi (20)

Jurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantikJurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantik
 
Citra Diri dan Persuasi (IlKom)
Citra Diri dan Persuasi (IlKom)Citra Diri dan Persuasi (IlKom)
Citra Diri dan Persuasi (IlKom)
 
Semiotika
SemiotikaSemiotika
Semiotika
 
Sifat-sifat IKLAN antara lain.pptx
Sifat-sifat IKLAN antara lain.pptxSifat-sifat IKLAN antara lain.pptx
Sifat-sifat IKLAN antara lain.pptx
 
Perilaku konsumen dan konsep diri
Perilaku konsumen dan konsep diriPerilaku konsumen dan konsep diri
Perilaku konsumen dan konsep diri
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kecerdasan komunikasi dan retorika dakwah
Kecerdasan komunikasi dan retorika dakwahKecerdasan komunikasi dan retorika dakwah
Kecerdasan komunikasi dan retorika dakwah
 
Media ideologi dan perdagangan
Media ideologi dan perdaganganMedia ideologi dan perdagangan
Media ideologi dan perdagangan
 
Ppt 10 representasi budaya dan media massa
Ppt 10 representasi budaya dan media massaPpt 10 representasi budaya dan media massa
Ppt 10 representasi budaya dan media massa
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
 
Konsep audience
Konsep audienceKonsep audience
Konsep audience
 
Komunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanKomunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatan
 
Psikologi persepsi susila hendri
Psikologi persepsi susila hendriPsikologi persepsi susila hendri
Psikologi persepsi susila hendri
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
 
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku KonsumenMakalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
Makalah Perilaku Konsumen: Pengaruh Kebudayaan Dalam Perilaku Konsumen
 
Seminar Riset & Kajin Media
Seminar Riset & Kajin MediaSeminar Riset & Kajin Media
Seminar Riset & Kajin Media
 
Pancasila nasional
Pancasila nasional Pancasila nasional
Pancasila nasional
 
Tugas soft skill ke 6
Tugas soft skill ke 6Tugas soft skill ke 6
Tugas soft skill ke 6
 
Tugas soft skill ke 6
Tugas soft skill ke 6Tugas soft skill ke 6
Tugas soft skill ke 6
 

Más de Oktari Aneliya

Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessOktari Aneliya
 
Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourseOktari Aneliya
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasOktari Aneliya
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasOktari Aneliya
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahOktari Aneliya
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropologyOktari Aneliya
 
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaSemiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaOktari Aneliya
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material finalOktari Aneliya
 

Más de Oktari Aneliya (8)

Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politeness
 
Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourse
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uas
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropology
 
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaSemiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budaya
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material final
 

Ideologi Televisi

  • 1. TEORI KEBUDAYAAN TUGAS LAPORAN BACAAN Dosen: Prof. Dr. Okke K.S. Zaimar Ideologi Dalam Pariwara Televisi Okke Kusuma Sumantri-Zaimar OKTARI ANELIYA 1206335685 PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2013
  • 2. Ideologi Dalam Pariwara Televisi Okke Kusuma Sumantri-Zaimar Berbicara mengenai ideologi berarti berbicara mengenai suatu ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang (KBBI). Ideologi ini menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap suatu permasalahan. Van Zoest mengatakan ideologi merupakan bagian dari kebudayaan karena setiap ideologi terikat pada suatu budaya. Jika mempelajari suatu budaya, maka harus mengetahui atau mempelajari juga ideologi yang mempengaruhi budaya tersebut karena ideologi lah yang mengarahkan budaya. Karena ideologi bersifat abstrak yang berarti berbentuk gagasan di dalam fikiran, maka apabila seseorang atau suatu kelompok ingin menanamkan atau menyebarkan suatu ideologi ia akan menampilkan ideologi tersebut dalam bentuk ungkapan budaya yang dapat berupa bahasa verbal maupun dalam cara komunikasi lain (lukisan, iklan, komik, film, dan lain-lain). Hal tersebut berarti ia akan menciptakan mitos. Mitos merupakan suatu jenis tuturan dalam sistem komunikasi yang berisi pesan. Para pembuat mitos biasanya sekaligus menanamkan ideologi terlebih jika hal tersebut disampaikan secara berulang-ulang. Mitos dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Misalnya dalam bentuk film, lukisan, fotografi, iklan, dan komik. Roland Barthes mengemukakan teori signifikasi untuk memahami mitos. Teori dikotomisnya mengenai tanda yakni (1) penanda dan (2) petanda merupakan dasar bagi pemaknaan suatu tanda. Denotasi (makna primer ) konotasi (makna sekunder) 1. Penanda 2. Petanda 3. Tanda I. PENANDA II. PETANDA III. TANDA
  • 3. Penanda merupakan citra akustik suatu tanda yang memiliki konsep (penanda) dari petanda. Konsep pertama dari suatu penanda ini disebut sebagai denotasi contohnya penanda /volvo/ mempunyai konsep ’merek mobil’. Namun penanda tersebut dapat juga memiliki makna lain yang berarti ’kemewahan’. Hal tersebut merupakan konsep kedua atau perluasan makna yang disebut dengan konotasi. Konotasi dipengaruhi juga dengan keinginan, latar belakang pengetahuan, dan konvensi baru dalam masyarakat si pemberi konotasi 2011 (Hoed, dalam bukunya Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya). Lalu bagaimana hubungannya dengan mitos dan ideologi yang berusaha dihadirkan dalam pariwara? Mitos memiliki keterkaitan dengan cara kerja teori signifikasi yang dikemukakan oleh Barthes. Ia menjelaskan bahwa mitos hadir sebagai makna petanda baru yang bersumber pada petanda pada tahap pertama. Mitos tidak memerlukan kebenaran karena tidak ada yang tetap dalam konsep mitos dan konsep tersebut tidak statis (dapat berubah). Hal tersebut dapat saya simpulkan dengan mengacu pada konsep konotasi yang maknanya dipengaruhi oleh keinginan dan latar belakang pengetahuan si pembuat mitos sehingga belum pasti kebenarannya. Barthes mengemukakan tiga cara dalam membaca mitos yaitu (1) pembaca membiasakan diri dengan penanda yang kosong, makna pertama yang tidak mengandung makna konotasi (2) pembaca sudah mulai melakukan deformasi atau pembelokan makna (3) pembaca sudah menyesuaikan diri dengan makna baru tersebut. Namun yang perlu diingat, mitos tidak menyembunyikan makna dan juga tidak menonjolkan makna melainkan suatu pembelokan makna. Dengan sistem semiologis pemaknaan dua makna ini (1 dan 2), mitos akan mengubah pengalaman menjadi sesuatu yang alamiah. Oleh karena itu para konsumen mitos dapat memahami maksud konsep tanpa tampak maksud konsep tersebut memiliki maksud tertentu. Namun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sang pembuat mitos adalah orang yang ingin menyebarkan ideologi. Dalam artikel ini, dijelaskan bagaimana ideologi yang berasal dari mitos tersebut dapat ditanamkan melalui pariwara televisi. Dalam contohnya, yaitu pariwara televisi sabun cuci surf, si pembuat iklan berusaha menanamkan ideologinya yaitu Surf adalah sabun murah namun berkualitas tinggi dengan
  • 4. berbagai strategi. Dalam pembuatan pariwara tersebut, ideologi tersebut tidak ditampilkan secara eksplisit kepada para konsumen melainkan dengan menggunakan gambaran-gambaran yang menunjukkan bahwa yang sederhana atau yang murah tidak berarti berkualitas rendah namun dapat berkualitas tinggi seperti sabun cuci Surf. Dalam strategi tersebut, si pembuat iklan juga menampilkan suatu kebudayaan yang memang sudah diterima oleh masyarakat agar pesan atau ideologi dari produk tersebut lebih dekat dengan kehidupan konsumen. Lalu bagaimana dengan pariwara rokok yang sama sekali tidak boleh memaparkan suatu pesan atau ideologinya secara gamblang? Dalam artikel ini dicontohkan bagaimana rokok Sampoerna dikemas dalam bentuk pariwara yang tidak menonjolkan suatu kelebihan atau keistimewaan dari produk tersebut secara eksplisit. Berbeda dengan jenis produk pariwara lain yang biasa menampilkan bentuk visual dari produknya, produk rokok ditampilkan dengan sangat tersamar. Dalam pariwara rokok ini, pembuat iklan sangat membelokkan makna yang ingin disampaikan tentang produk tersebut melalui tanda-tanda visual maupun verbal yang dianggap dapat merepresentasikan pesan tersebut. Namun juga seringkali para penonton tidak memahami maksud dari tanda-tanda visual tersebut oleh sebab itu pesan dari produk tersebut biasanya diikuti oleh tanda-tanda verbal atau slogan yang juga secara samar dapat merepresentasikan pesan produk tersebut.
  • 5. Pendapat pribadi Artikel ini sangat cerdas dalam menjelaskan bagaimana pariwara televisi merupakan salah satu media yang cukup efektif dalam mensosialisasikan dan menanamkan ideologi. Dalam suatu pariwara, pesan ideologi tersebut dikemas secara apik dan menarik guna menarik para konsumen. Penampilan suatu pesan dalam pariwara televisi pun tidak lepas dari unsur-unsur masyarkat dan kebudayaannya yang dalam hal ini sebagai target. Kebudayaan dalam suatu penampilan pariwara televisi membuat para target lebih dekat dan lebih merasa terlibat dalam tampilan pariwara tersebut sehingga menjadi familiar dan sesuai bagi dirinya. Jika suatu konotasi menjadi mantap makan hal tersebut akan menjadi mitos dan jika mitos menjadi mantap maka akan menjadi ideologi. Hal tersebut digunakan dalam pembuatan pariwara yang memberikan konotasi pada produk tertentu kemudian makna tersebut menjadi mitos dan kemudian dimantapkan dengan cara menampilkan mitos tersebut berulang-ulang maka akan menjadi ideologi kepada para penonton ataupun pendengar oleh sebab itu suatu produk yang sosialisasinya melalui pariwara televisi ditampilkan berulang-ulang Maka tidaklah heran jika seringkali kita secara tidak sadar atau langsung mengasosiasikan suatu konsep dengan suatu produk tertentu bahkan jika pembuat iklan itu berhasil menyampaikan pesannya maka konsumen akan segera memilih produk tersebut. Seperti yang telah dibahas sebelumnya dalam artikel ini, bahwa masyarakat memahami suatu makna tidak lagi dirasakan bahwa hal tersebut sebagai hasil konotasi dan seringkali realitas dibentuk oleh wacana yang dalam hal ini dibuat oleh para pembuat iklan dan industri produk yang memiliki kuasa untuk dapat mengubah perspektif masyarakat. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pariwara televisi yang memasarkan produknya, para konsumen harus pandai dalam menyaring suatu pesan dan memilih produk yang memang sesuai dengan kebutuhan. Karena seperti yang telah dijelaskan, makna yang disampaikan oleh pembuat produk tidak lagi dirasakan sebagai suatu konotasi yang memang sengaja diciptakan dengan maksud tertentu.