SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 5
Descargar para leer sin conexión
RACIKAN
61SemijurnalFarmasi&KedokteranETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015
S
ecara etimologi, peradangan di saraf mata dalam dunia
kedokteran disebut optic neuritis, sedangkan peradangan
di saraf tulang belakang (spinal cord) dalam dunia medis
dinamakan myelitis. NMO menyerang persarafan di mata
dan tulang belakang (hampir) bersamaan. Itulah mengapa pe-
nyakit ini disebut neuromyelitis optica (NMO), atau lengkapnya
neuromyelitis optica spectrum disorder.
Kasus neuromyelitis optica (NMO) telah diketahui Allbutt
dan Erb sejak pertengahan hingga akhir abad ke-19.Tahun 1894,
EugèneDevicdanmahasiswanyaFernandGault,memperkenalkan
istilah “neuromyelite optique aigue”
(acute optic neuromyelitis). Tahun 1907
Acchioté, dokter Turki, mengusulkan
istilah“sindromDevic”.Tahun1927,Beck
mendeskripsikan kasus NMO bercirikan
atipikal, seperti: perjalanan relaps. Tahun
1999,Wingerchuk dkk memerluas kriteria
klinis untuk mendiagnosis NMO.
Epidemiologi
Mayoritas kasus NMO bersifat spora-
dis, dapat terjadi di semua negara, namun
lebih sering terjadi di populasi Negro,Asia
dan India. Prevalensi NMO diperkirakan
1-4,4 per 100 ribu di dunia barat. Beragam
studi di Jepang, Kuba, Denmark, Meksiko,
Perancis, Hindia Barat menunjukkan
insidens 0,053-0,4 per 100 ribu penderita /
tahun dan prevalensi 0,52-4,4 per 100 ribu. Di USA, prevalensi
NMO diprediksi 1-2% dari penderita multiple sclerosis (MS). Di
masa lalu, banyak (>20%) penderita NMO salah didiagnosis
dengan MS, terutama karena belum tersedia tes NMO-IgG.
Perempuan lebih banyak menderita NMO dibanding pria,
dengan rasio 9:1. Onset usia berkisar 35-45 tahun pada dewasa,
dengan rerata 39 tahun. Pada anak-anak, onset sekitar 4,4 tahun.
Jadi, semua (usia, jenis kelamin) berpotensi NMO.
Pada 20-30% kasus, serangan NMO didahului infeksi/
vaksinasi. Adanya riwayat penyakit terkait virus dilaporkan pada
30%penderitaNMOmonofasikdan23%penderitaNMOberulang.
Kekambuhan dapat terjadi dalam 3-6 bulan pertama, setelah
sembuh. Untuk NMO berulang, wanita 3-9 kali lebih sering dari-
The Art of
Neuromyelitis
Optica Management
Dito Anurogo, MD1
, Taruna Ikrar, MD, M.Pharm, Ph.D.2,3
pada pria, sedangkan pada bentuk monofasik rasio wanita:pria
1:1. Kebutaan (minimal satu mata) dapat terjadi setelah penyakit
berlangsung selama 7-8 tahun. Rerata 5-tahun survival
dilaporkan68%diAmerikaUtaraselamatahun1977hingga1997;
ini jauh berbeda dengan riset terkini yang menyatakan rerata 5-
tahun survival lebih dari 90%. Hanya sebagian penderita
mengalami disabilitas minor dalam kurun waktu 10 tahun.
Etioimunopatogenesis
Kelainan otak diduga sebagai penyebab NMO. Misalnya
lesi di otak bagian hipotalamus inferior
dan hipofisis. Dengan pemeriksaan mag-
netic resonance imaging (MRI), tampak
nyata keterlibatan tulang belakang bagi-
an bawah dalam kaitannya dengan keti-
daknormalan cervical cord, lesi substan-
si putih yang dalam dan multipel (teruta-
ma di otak bagian supratentorial), lesi di
ganglia basal dan perubahan terkait usia.
Nekrosis spinal cord yang meman-
jang melewati bagian multipel dengan
keterlibatan substansi putih dan abu-abu
adalah patognomonis NMO. Nekrosis
dapat menghasilkan kavitasi di spinal
cord atau saraf optik. Sebagai tambahan,
untuk demielinasi dan nekrosis dengan
kavitasi, eosinofil dan neutrofil umum-
nya dijumpai di infiltrat inflamasi dari lesi
aktif dengan penebalan vaskuler dan hialinisasi. Dijumpai pula
deposisi imunoglobulin dan komponen komplemen di vasculo-
centric rim dan pola rosette pada lesi aktif NMO. Berdasar
penemuan ini, jelas bahwa NMO adalah gangguan humoral yang
mengenai daerah perivaskular.
Otoantibodi sering terdeteksi di serum penderita NMO relaps
atau MT berulang. Diperlukan riset tentang antibodi spesifik
terhadap jaringan SSP. Tahun 2004, Lennon dkk berhasil mela-
porkan otoantibodi serum, NMO-IgG, yang memiliki sensitivitas
73% dan spesifisitas 91% untuk membedakan NMO dari MS.
NMO-Igberasaldarisel-selBperifer,mengaktivasikomplemen,
terlibat dalam proses induksi inflammatory demyelination dan
nekrosis di sel-sel endotel spinal cord.Antibodi diproduksi oleh
Neuromyelitis optica (Devic’s disease) adalah penyakit inflamasi kronis dari
sistem saraf pusat, yang memengaruhi persarafan optik dan spinal cord
mengakibatkan gangguan visual dan mielopati.
61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM61
RACIKAN
62 SemijurnalFarmasi&Kedokteran ETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015
sel-sel B di sirkulasi perifer dan melintasi sawar darah-otak. Tar-
getantigenuntukantibodiadalahaquaporin-4(AQP4).Pengikatan
antibodi ke AQP4, menghasilkan internalisasi dan degenerasi
subsequent, yang memicu kelebihan glutamate keluar sel. Hal ini
merusak neuron-neuron dan oligodendrosit. Sel-sel inflamasi
ditarik ke jaringan dan menyebabkan cedera lanjutan.
Lesi di batang otak, yang ditemukan melalui pemeriksaan
MRI, sulit dibedakan dengan multiple sclerosis. Pada NMO,
lesi otak cenderung berlokasi di area dengan ekspresi aquaporin-
4 tinggi, seperti: diensefalon, hipotalamus, aquaduktus, serta
tampak luas dan udem di korpus kalosum.
Beragam mediator inflamasi nyeri nosiseptif NMO, yaitu:
peningkatan kadar ekspresi IL 1-beta di makrofag atau sel-sel
mikroglia teraktivasi yang ada di lesi inflamasi aktif stadium dini,
peningkatan IL-6 di CSF, aktivasi aksis IL 17–IL 8 di CSF,
peningkatan HMGB1 (high mobility group proteinB1)diplasma.
Pembukaan glutamatergic Ca2+-permeable N methyl d-
aspartate (NMDA) receptors memicu long-term potentiation
(LTP) di sinaps serabut-C, yang dipertimbangkan sebagai
mekanisme seluler kunci terjadinya amplifikasi nyeri jangka
panjang (hiperalgesia).
Predisposisi genetik juga berperan penting dalam NMO. Nilai
positif NMO IgG terkait erat dengan HLA-DRB1*03 (DR3) pada
populasi penduduk Perancis dan Brazil, dan HLA-DPB1*0501
pada populasi penduduk Jepang. Haplotipe HLA ini terkait erat
dengan beragam penyakit /gangguan otoimun dilaporkan dialami
30% pasien NMO, seperti systemic lupus erythematosus (SLE),
penyakit Graves, sindrom Sjögren, dsb.
Potret Klinis dan Komorbiditas
Neuritis optik (NO) dan mielitis transverse (MT) adalah
patognomonis NMO. NO biasanya disertai nyeri okuler unilat-
eral atau bilateral (jarang). Potret klinis lain terkait saraf optik
adalah penglihatan kabur, skotoma, atrofi atau edema optic disc,
deficit / hilang lapang pandang, hilangnya penglihatan yang
permanen (satu / dua mata).
Lesi spinal cord ada di bagian servikal dan umumnya
bermanifes sebagai longitudinally extensive transverse myeli-
tis (LETM), sepanjang minimal 3 segmen vertebra. Gejala terkait
spinal cord termasuk gangguan motoris dan sensoris, gangguan
sfingter / seksual.
Mielitis yang disebabkan NMO, sering disertai MT
menyeluruh dengan problematika berjalan (berupa tetraplegia /
paraplegia), disfungsi sfingter tingkat sensoris, nyeri dan spasme
tonik paroksismal di tubuh dan ekstremitas.
Bukti terbaru menunjukkan, NMO bukan hanya melibatkan
persarafan optik dan spinal cord. Gejala-gejala otak juga tampak
sebagai manifestasi pertamanya. Keterlibatan sistem saraf pusat
(SSP) di luar sistem optik dan spinal cord, dilaporkan pada 59%
penderita NMO.
Pada 35% kasus serangan mielitis berat akut terkait NMO
relaps, sering dijumpai dysesthetic yang nyata, nyeri radikuler,
mungkin terkait dengan gejala-gejala Lhermitte. Lesi dapat
meluas ke batang otak dan menyebabkan cegukan, mual yang
hebat, atau gagal napas.
Dijumpai juga gejala-gejala batang otak dan nyeri neuropatik.
Penderita NMO menunjukkan gejala-gejala batang otak yang
khas, yaitu: cegukan dan muntah yang membandel. Keterlibatan
meduler di area postrema dan nucleus tractus solitaries, area di
mana ekspresi AQP4 nyata meninggi, dapat menyebabkan
muntah hebat atau cegukan yang membandel. Gejala-gejala
batang otak lain, yakni: mual, vertigo dan gangguan vestibuler,
nistagmus, hilang pendengaran, kelemahan (otot) wajah atau
paralisis fasial, nyeri wajah atau dysestesia, neuralgia trigemi-
nal, diplopia, miosis, ptosis, dan ataksia.
Lebih dari 80% penderita NMO merasakan nyeri. Nyeri
bangkitan (evoked pain) paling sering disebabkan spasme otot
tonik yang amat nyeri, dan nyeri neuropatik yang terus-menerus.
Di Korea, dari 40 penderita NMO, dijumpai 25% dengan spasme
tonik yang amat nyeri. Nyeri neuropatik yang berkelanjutan dan
membandel berlokasi di sekitar dada dan pinggang, di seluruh
bagian kaki, atau di punggung. Nyeri hebat dapat terjadi di sta-
dium awal penyakit, bahkan bisa menjadi gejala klinis pertama
NMO. Pada tahapan diagnosis, area nyeri biasanya sesuai
dengan lokasi lesi spinal cord yang dijumpai pada MRI.
Gejala-gejala umum penderita NMO berupa: sakit kepala,
nyeri, gejala Lhermitte, gejala Uhthoff, lelah, gangguan memori,
gangguan kognitif lainnya, cemas, depresi. Gejala-gejala lainnya:
nyeri paroksismal spastik, tremor, mioklonus, khorea, diskinesia.
Mekanisme patogenesis NMO
Serum AQP4-IgG dan sel-sel plasma yang memroduksi AQP4-IgG
memasuki sistem saraf pusat, menyebabkan pengikatan
channels AQP4-IgG ke AQP4 pada astrosit. Kerusakan astrosit
tergantung-antibodi melibatkan sitotoksisitas tergantung-
komplemen. Mekanisme CDCC dan ADCC memicu inflamasi,
injuri oligodendrosit, demielinasi dan kehilangan neuron.
Glikoprotein CD59 menghambat sel lisis dengan menghambat
pembentukan MAC. Singkatan: ADCC, antibody-dependent
cellular cytotoxicity; AQP4, aquaporin 4; CDC, complement-
dependent cytotoxicity; CDCC, complement-dependent
cellular cytotoxicity; MAC, membrane attack complex; NMO,
neuromyelitis optica. (Sumber: Papadopoulos, dkk 2014:494)
61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM62
RACIKAN
63SemijurnalFarmasi&KedokteranETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015
Uniknya, ada 3 wanita AQP4-IgG–seropositive dengan as-
ymptomatic myelitis pada kasus NMO. Manifestasi extraop-
ticospinal NMO berupa: ensefalopati mirip acute disseminated
encephalomyelitis atau posterior reversible encephalopathy
syndrome (PRES). Gejala terkait PRES berupa gangguan
kesadaran, agitasi, konvulsi, gangguan visual, diplopia,
nistagmus.Gejala-gejala NMO terkait hipotalamus berupa
demam, hipotermia, hipotensi ortostatik, takikardi, gangguan
tidur, hiperfagi, gangguan endokrin.
Pada kasus endokrinopati terkait NMO, manifestasi klinisnya:
adenoma hipofisis, amenore, diabetes insipidus, diabetes mel-
litus, galactorrhea, gangguan haid, gangguan hormon
pertumbuhan, hiperfagi, hipertiroidisme, hiponatremia (sekresi
ADH terganggu), hipotiroidisme, obesitas, peningkatan serum
prolaktin, penurunan serum FSH, penurunan serum LH.
Gangguan otoimun terkait NMO berupa alergi, anemia
hemolitik, artritis rematoid, Behçet’s disease, Crohn’s disease,
Graves’ disease, hepatitis (otoimun), hipo / hipertiroidisme, my-
asthenia gravis, poliarteritis nodosa, polimiositis, psoriasis,
purpura trombositopeni, sclerosing cholangitis, sindrom
antifosfolipid, sindrom Sjögren, SLE, uveitis dan vitiligo.
Perjalanan penderita NMO berupa monofasik atau relaps.
Saatmonofasik,kejadianNOdanLETM(<30hari)simultanterjadi
tanpa relaps apa pun, namun 80-90% penderita NMO mengalami
relaps. NO dan mielitis dapat terpisah beberapa bulan / tahun,
namun 55% penderita mengalami relaps saraf optik atau spinal
cord pertama mereka dalam 1 tahun, setelah kejadian klinis awal;
hal ini mencapai 78% setelah 3 tahun, 90% dalam 5 tahun.
Mayoritas kematian terkait NMO terjadi akibat dari mielitis
servikal yang ascending dan parah, keterlibatan batang otak,
yang memicu kegagalan respirasi.
Mutiara Diagnosis
Diagnosis NMO ditegakkan sesuai kriteria Wingerchuk
(2006). Kriteria ini menyatukan status antibodi aquaporin-4
(AQP-4). Lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Dari kriteria Wingerchuk (2006), jelas bahwa biomarker
spesifik untuk menegakkan diagnosis NMO adalah immuno-
globulin G1 autoantibodies, berupa aquaporin-4 (AQP4-IgG).
NMO IgG memiliki tingkat spesifisitas yang tinggi (99%) dan
tingkat sensitivitas sedang (56-73%). NMO IgG tidak dapat
melewati sawar darah otak (blood brain barrier; BBB), namun
dapat melewati plasenta. Hindari biopsi tulang belakang untuk
menegakkan diagnosis.
Selain kriteriaWingerchuk (2006), diagnosis serta tatalaksana
NMO telah dirumuskan European Federation of Neurological
Societies (EFNS) tahun 2010, dan Neuromyelitis Optica Study
Group (NEMOS) tahun 2014.
Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium dasar yang direkomendasikan untuk
konfirmasi diagnosis NMO antara lain: pemeriksaan darah,
koagulasi, serum kimiawi, sedimentasi darah, glukosa darah, vi-
tamin B12, asam folat, antibodi terkait dengan gangguan jaringan
konektif (ANA/ENA, antibodi anti-ds-DNA, antikoagulan lu-
pus, antibodi antifosfolipid, ANCA, sedimen dan analisis urin,
Treponema pallidum hemagglutination assay dan antibodi
paraneoplastik (terutama anti-CV2/CRMP5 dan anti-Hu).
UjiserologisserumAQP4-Abyangdiperolehdarijaringan,sel,
atau protein, adalah baku emas diagnosis NMO. Spesifisitas as-
says ini berkisar 90-100%. AQP4-Ab terdeteksi pada 60–90%
penderitayangsecaraklinisdanradiologis,memenuhikriteriaNMO.
Uji serologis disertai riwayat dan cutaneous stigmata,
berhasil mengungkap kekacauan humoral tambahan, juga
sindrom yang tumpang-tindih dengan amyopathic dermatomyo-
sitis, rheumatoid arthritis, dan SLE.
Riset terkini menunjukkan, bila hasil pemeriksaanAQP4-Ab-
negatif, maka penderita NMO dewasa dan anak masih dapat
diperiksa antibodi terhadap myelin oligodendrocyte glycopro-
tein (MOG).
Pada MRI otak, dijumpai contrast enhancement dengan
bentuk mirip awan (a cloudlike shape) dan pencil-thin ependy-
mal enhancement adalah ciri khas NMO. Studi ultrahigh-field
imaging melaporkan, lesi NMO tidak secara tipikal menunjukkan
Kriteria Wingerchuk (2006)
A. Terdapat neuritis optik (berat)
B. Terdapat transverse myelitis
C. Sekurangnya dua dari tiga kriteria suportif berikut ini:
1. Lesi spinal cord yang berdekatan, tampak dengan
pemeriksaan MRI, meluas hingga lebih dari 3 segmen verte-
bra.
2. Hasil imaging MRI otak tidak memenuhi kriteria diagnostik
Paty untuk onset multiple sclerosis (MS).
3. Hasil pemeriksaan serum positif untuk antibodi AQP-4 atau
NMO-IgG/AQP4 antibody seropositivity.
Lesi otak atipikal pada penderita NMO tampak dengan MRI.
(Pittock SJ, dkk 2006:394)
61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM63
RACIKAN
64 SemijurnalFarmasi&Kedokteran ETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015
pembuluh darah sentral, hypointense rim, dan kurang tampaknya
lesi kortikal. Hiperintensitas serebral T2-/FLAIR tampak pada
60% penderita NMO, meski seringkali tidak menunjukkan
manifestasi klinis, dan secara tipikal tidak tampak pada gambaran
T1-weighted.
Diagnostik / pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) untuk
menegakkan diagnosis NMO, antara lain: sitologi, hitung sel, pro-
tein,laktat,rasioserum/albumincairanserebrospinal,rasioserum/
IgG,IgA,danIgMcairanserebrospinal,oligoclonalbands(OCB),
dan reaksi virus MRZ (measles, rubella, dan varicella zoster).
Pada penderita NMO, selama serangan akut dijumpai pleo-
cytosis (>50 sel/mm3) dengan neutrofil di CSF. Biomarker
destruksi astrosit pada NMO adalah kadar glial fibrillary acidic
protein (GFAP) di CSF.
Elektrofisiologi dan/atau optical coherence tomography
(OCT), dilakukan bila tersedia fasilitas. OCT menunjukkan
penurunan ketebalan retinal nerve fiber layer (RNFL) dan volu-
me makular, hal ini penting untuk membedakan NMO dengan
MS. OCT mengidentifikasi edema makular mikrosistik pada 25%
penderita NMO dan 4,7% penderita MS.
Pemeriksaan pencitraan MRI adalah teknik terpenting, untuk
mengetahui diagnosis banding NMO. Pada kasus tertentu yang
mengarah ke diagnosis NMO, dilakukan pemeriksaan MRI
seluruh sistem saraf pusat (cranial-spinal cord MRI), tanpa
menghiraukan ada tidaknya tanda-gejala utama.
Tatalaksana
Terapi harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan,
mengingat parah / beratnya serangan NMO, risiko tinggi
terjadinya disabilitas, dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Serangan NMO akut diterapi dengan kortikosteroid (misalnya:
methylprednisolone) intravena dosis tinggi dan plasmapheresis.
Pemberian methylprednisolone intravena dosis tinggi,
mampu memberi respon klinis yang cepat, segera setelah
pemberian infus. Berdasar riset non-genomik, efek ini dimediasi
oleh efek langsung pada membran seluler dan fungsi mitokon-
dria, menginduksi reduksi produksi adenosine-5’-triphosphate
dan mempromosikan apoptosis seluler.
Sebenarnya, methylprednisolone telah digunakan sejak 1970
sebagai antiradang kuat atau agen imunosupresan dalam
tatalaksana beragam penyakit/gangguan, seperti hematologi,
alergi, neoplastik, dan otoimun.
Plasmapheresis diberikan bila methylprednisolone tidak
efektif. Plasmapheresis adalah teknik pemurnian darah, yang
didesain untuk menghilangkan antibodi, komplemen, sitokin, dan
kemokin dari plasma.Agar menjadi amat efektif, plasmapheresis
harusdikaitkandenganterapiimunosupresan,mencegahproduksi
imunoglobulin yang baru. Jika produksi antibodi tidak dihambat,
diperlukan sesi plasmapheresis tambahan.
Riset berbasis genomik dan non-genomik mampu menjelas-
kan efek positif kortikosteroid bagi penderita NMO, berupa me-
micu reduksi inflamasi, apoptosis leukosit, supresi migrasi leu-
kosit polimorfonuklear dan reversal dari peningkatan permea-
bilitas pembuluh darah kapiler.
Untuk mencegah serangan lebih lanjut, diperlukan terapi
maintenance, berupa: kortikosteroid oral dosis rendah dan obat
imunosupresan nonspesifik, yakni: azathioprine dan mycophe-
nolate mofetil.
MenurutrekomendasiNeuromyelitisOpticaStudyGroup(NE-
MOS) tahun 2014, terapi lini pertama NMO adalah azathioprine
dan rituximab. Terapi lini kedua adalah methotrexate, mycophe-
nolate mofetil, dan mitoxantrone (golongan imunosupresif).
Regimen AHSCT (autologous non-ablative hematopoietic
stem cell transplantation) ditoleransi baik, ditandai dengan
adanya perbaikan klinis. Tatalaksana yang berpotensi efektif
mengatasi NMO seperti: eculizumab (inhibitor komplemen),
tocilizumab (IL 6 receptor inhibitor), sivelestat dan cetirizine
(inhibitor granulosit), imunoglobulin intravena, CD19-deplet-
ing agents, dan terapi anti-TNF.
Pemetaan resolusi tinggi extracellular loop amino acids
Tabel Tatalaksana Neuromyelitis Optica (NMO)
Fase serangan akut
Methylprednisolone intravena dosis tinggi 1 gram/hari selama 3 - 5 hari
Plasmapheresis 2 ~ 4 liter per sesi, 2 hingga 3 sesi per minggu, sampai 7 sesi.
Untuk mencegah kekambuhan (relapse rate reduction)
Prednisone oral 5 ~ 20 mg/hari
Prednisolone 2–20 mg/hari
Azathioprine 2,5 – 3 mg/kg berat badan/hari
Mycophenolate mofetil 2 gram/hari atau 750–3000 mg/hari
Rituximab 375 mg/m2
/minggu selama 4 minggu atau 1g diulang dalam 2 minggu; monitor sel-
sel B CD19+ atau CD27+ bila terapi akan diberikan kembali.Atau: 1 g pada hari 1
dan hari 14, ulangi setiap 6 bulan (optional: monitor kadar CD19)
Imunoglobulin intravena (IVIG) 400 mg/kg berat badan selama 5 hari tiap-tiap bulan
Mitoxantrone 12 mg/m2
/bulan, dosis kumulatif maksimum 140 mg/m2.
Cyclophosphamide 1 g/hari tiap-tiap bulan atau imunoablasi dengan 2 g/hari selama 4 hari.
Methotrexate 7,5–25 mg sekali dalam seminggu
Cyclosporine A 2–5 mg/kg berat badan per hari
Keterangan: Pemberian obat harus dengan rekomendasi dokter, mengingat efek sampingnya.(Sumber: Sato D, dkk 2012:61,
Papadopoulos MC, dkk 2014:495)
61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM64
RACIKAN
65SemijurnalFarmasi&KedokteranETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015
Rujukan
1. Banker P, et al. Mult Scler 2012;18:1050–3.
2. Bienia B, Balabanov R. Autoimmune Diseases 2013 (2013).
3. Bradl M, et al. Nat Rev Neurol 2014;10:529–536.
4. Burton J, et al. Neurology 84.14 Supplement (2015): P5-259.
5. Cree BAC, et al. Semin Neurol 2002;22(2):105-122.
6. Dalakas MC. Nat Clin Pract Neurol 2008;4(10):557-567.
7. Flanagan EP, et al. Neurol Clin Pract 2015;5(2):175-7.
8. Ito S, et al. Ann Neurol 2009;66:425–8.
9. Iyer A, et al. Autoimmunity 2014;47:154–161.
10. Jarius S, et al. Nat Clin Pract Neurol 2008;4:202–214.
11. Jarius S, et al. J Neuroinflammation 2010;7:52.
12. Jarius S, et al. J Neuroinflammation 2012;9:14.
13. Jarius S, Wildemann B. J Neuroinflammation 2013;10:8.
14. Jarius S, et al. Clin Exp Immunol 2014;176:149–164.
15. Lana-Peixoto MA, Callegaro D. Arq Neuropsiquiatr 2012;70
(10):807-813.
16. Lana-Peixoto MA, et al. Arq Neuropsiquiatr 2011;69(4):687-692.
17. Lennon VA, et al. Lancet 2004;364(9451):2106–12.
18. Martin C, et al. Dermatology 2015;230:289-292.
19. O'Riordan JI, et al. J Neurol Neurosurg Psych 1996;60(4):382-7.
20. Owens GP, et al. J Biol Chem 2015;290.19:12123-34.
21. Papadopoulos MC, et al. Nat Rev Neurol 2014;10:493–506.
22. Pittock SJ, et al. Arch Neurol.2006;63:390-6.
23. Ramanathan RS, et al. BMC Neurology 2014;14:51.
24. Sahraian MA, et al. Neurol Clin 2013;31:139–152.
25. Sandkühler J. Physiol Rev 2009;89:707–758.
26. Sato D, et al. Arq Neuropsiquiatr 2012;70(1):59-66.
27. Sato D, Fujihara K. Arq Neuropsiquiatr 2011;69(5):824-28.
28. Sato DK, et al. Brain Pathology 2013;23:647–660.
29. Trebst C, et al. J Neurol 2014;261:1–16.
30. Weinshenker BG. Neurol Clin Neurosci 2014;2:23–27.
31. Weinshenker BG, Wingerchuk DM. Neurology 2014;82:466–467.
32. Wingerchuk DM, et al. Neurology 1999;53:1107–14.
33. Wingerchuk DM, et al. Neurology 2006;66:1485–9.
34. Wingerchuk DM, et al. Neurology 84.14 Supplement (2015):P5-265.
yang penting untuk ikatan NMO-IgG dan epitop otoantibodi
AQP4, mengidentifikasi target primer yang berpotensi terapi.
Di masa mendatang, terapi berbasis antibodi monoklonal
(seperti: rituximab), reseptor anti-IL6, antikomplemen atau anti-
AQP4-Ab biologis, non-pathogenic AQP4-specific antibodies
(seperti: aquaporumab), inhibitor neutrophil elastase,
antihistamin dengan aksi penstabil eosinofil, dan AQP4-IgG
deglycosylation atau cleavageAQP4-IgG enzimatik, diharapkan
mampu mengatasi NMO.
Ucapan Terimakasih: Yow-Pin Lim, MD., Ph.D., (President-
Chief Scientific Officer ProThera Biologics, Inc, Providence, Rhode
Island, Adjunct Asst. Professor Alpert Medical School of Brown
University) atas bantuan akses jurnal ilmiah.
1
Indonesian Young Health Professionals’Society (IYHPS),
korespondensi : ditoanurogo@gmail.com
2
Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII), Indonesia
3
Department of Anatomy and Neurobiology, University of
California, Irvine, California 92697, USA
Jalur aktivasi komplemen dan target obat komplemen
Komponen-komponen utama jalur aktivasi komplemen lectin dan alternatif, klasik tampak jelas, terkait dengan C1mAb dan
eculizumab—antibodi-antibodi monoklonal yang menarget komponen komplemen C1 dan C5, berturut-turut; C1inh, yang menarget C1;
dan cyclic oligopeptide compstatin, yang menarget C5. Anafilatoksin C3a dan C5a menyebabkan aktivasi granulosit dengan
pengikatan ke reseptor spesifik. Singkatan: AQP4, aquaporin 4; C1inh, complement protein 1 inhibitor; MAC, membrane attack
complex; MASP, mannan-binding lectin serine protease; MBL, mannose-binding protein. (Sumber: Papadopoulos, dkk 2014:501)
61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM65

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (18)

Neuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetikNeuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetik
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2
 
praktis-diagnosis nyeri neuropatik dalam praktik sehari-hari
praktis-diagnosis nyeri neuropatik dalam praktik sehari-haripraktis-diagnosis nyeri neuropatik dalam praktik sehari-hari
praktis-diagnosis nyeri neuropatik dalam praktik sehari-hari
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
Tumor otak
Tumor otakTumor otak
Tumor otak
 
kanker otak
kanker otakkanker otak
kanker otak
 
241124484 209414970-case-vertigo
241124484 209414970-case-vertigo241124484 209414970-case-vertigo
241124484 209414970-case-vertigo
 
Fakomatosis Presentation
Fakomatosis PresentationFakomatosis Presentation
Fakomatosis Presentation
 
Hemiparesis
HemiparesisHemiparesis
Hemiparesis
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Mkla trauma in
Mkla trauma inMkla trauma in
Mkla trauma in
 
Refrat vogt
Refrat vogt Refrat vogt
Refrat vogt
 
Neuropir yuni
Neuropir yuniNeuropir yuni
Neuropir yuni
 
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinEpilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
 
Smbungan tth AKPER PEMKAB MUNA
Smbungan tth AKPER PEMKAB MUNA Smbungan tth AKPER PEMKAB MUNA
Smbungan tth AKPER PEMKAB MUNA
 
A skep tumor otak yani AKPER PEMDA MUN
A skep tumor otak yani AKPER PEMDA MUNA skep tumor otak yani AKPER PEMDA MUN
A skep tumor otak yani AKPER PEMDA MUN
 
Diagnosis tumor otak
Diagnosis tumor otakDiagnosis tumor otak
Diagnosis tumor otak
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 

Destacado

Certifications, Licenses, Credentials, Professional Development, and Affiliat...
Certifications, Licenses, Credentials, Professional Development, and Affiliat...Certifications, Licenses, Credentials, Professional Development, and Affiliat...
Certifications, Licenses, Credentials, Professional Development, and Affiliat...Jordan L Greene, MPS, PHR, SHRM-CP
 
CV - Ajit Bhide
CV - Ajit BhideCV - Ajit Bhide
CV - Ajit BhideAjit Bhide
 
Pemilihan Benzodiazepin dalam Tata laksana Insomnia
Pemilihan Benzodiazepin dalam Tata laksana InsomniaPemilihan Benzodiazepin dalam Tata laksana Insomnia
Pemilihan Benzodiazepin dalam Tata laksana InsomniaSuharti Wairagya
 
Ppt#1 chapters 0+1
Ppt#1 chapters 0+1Ppt#1 chapters 0+1
Ppt#1 chapters 0+1laubin2000
 
Spring Web Views
Spring Web ViewsSpring Web Views
Spring Web ViewsEmprovise
 
Spatial conservation prioritization on different scales : What was the question?
Spatial conservation prioritization on different scales: What was the question?Spatial conservation prioritization on different scales: What was the question?
Spatial conservation prioritization on different scales : What was the question?jlehtoma
 
Resume - Shrikrishan - SOFTWARE TESTING
Resume - Shrikrishan - SOFTWARE TESTINGResume - Shrikrishan - SOFTWARE TESTING
Resume - Shrikrishan - SOFTWARE TESTINGshrikrishan upadhyay
 
Surviving as an Entrepreneur
Surviving as an EntrepreneurSurviving as an Entrepreneur
Surviving as an EntrepreneurRaghuveer Kovuru
 

Destacado (11)

BrochureIngles_NEOIL_CV
BrochureIngles_NEOIL_CVBrochureIngles_NEOIL_CV
BrochureIngles_NEOIL_CV
 
Certifications, Licenses, Credentials, Professional Development, and Affiliat...
Certifications, Licenses, Credentials, Professional Development, and Affiliat...Certifications, Licenses, Credentials, Professional Development, and Affiliat...
Certifications, Licenses, Credentials, Professional Development, and Affiliat...
 
CV - Ajit Bhide
CV - Ajit BhideCV - Ajit Bhide
CV - Ajit Bhide
 
Wireshark tcp
Wireshark tcpWireshark tcp
Wireshark tcp
 
Pemilihan Benzodiazepin dalam Tata laksana Insomnia
Pemilihan Benzodiazepin dalam Tata laksana InsomniaPemilihan Benzodiazepin dalam Tata laksana Insomnia
Pemilihan Benzodiazepin dalam Tata laksana Insomnia
 
Ppt#1 chapters 0+1
Ppt#1 chapters 0+1Ppt#1 chapters 0+1
Ppt#1 chapters 0+1
 
Spring Web Views
Spring Web ViewsSpring Web Views
Spring Web Views
 
Spatial conservation prioritization on different scales : What was the question?
Spatial conservation prioritization on different scales: What was the question?Spatial conservation prioritization on different scales: What was the question?
Spatial conservation prioritization on different scales : What was the question?
 
Resume - Shrikrishan - SOFTWARE TESTING
Resume - Shrikrishan - SOFTWARE TESTINGResume - Shrikrishan - SOFTWARE TESTING
Resume - Shrikrishan - SOFTWARE TESTING
 
Surviving as an Entrepreneur
Surviving as an EntrepreneurSurviving as an Entrepreneur
Surviving as an Entrepreneur
 
Business Plan_Final Plan
Business Plan_Final PlanBusiness Plan_Final Plan
Business Plan_Final Plan
 

Similar a Neuromyelitis Optica (Devic's Disease) Management

Similar a Neuromyelitis Optica (Devic's Disease) Management (20)

Papilitis.pptx
Papilitis.pptxPapilitis.pptx
Papilitis.pptx
 
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITISLAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
 
Diagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaranDiagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaran
 
Penyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem sarafPenyakit pada sistem saraf
Penyakit pada sistem saraf
 
Neurosifilis.pdf
Neurosifilis.pdfNeurosifilis.pdf
Neurosifilis.pdf
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
 
Makalah meningitis anti
Makalah meningitis antiMakalah meningitis anti
Makalah meningitis anti
 
PPT TUGAS 1 KEL 5.pptx
PPT TUGAS 1 KEL 5.pptxPPT TUGAS 1 KEL 5.pptx
PPT TUGAS 1 KEL 5.pptx
 
Meningitis pwr poin AKPER PEMDA MUNA
Meningitis pwr poin AKPER PEMDA MUNA Meningitis pwr poin AKPER PEMDA MUNA
Meningitis pwr poin AKPER PEMDA MUNA
 
Neural tube defect
Neural tube defectNeural tube defect
Neural tube defect
 
SGB
SGBSGB
SGB
 
Meningitis_Rezal.pptx
Meningitis_Rezal.pptxMeningitis_Rezal.pptx
Meningitis_Rezal.pptx
 
Bell's Palsy
Bell's Palsy Bell's Palsy
Bell's Palsy
 
Lp ckr
Lp ckrLp ckr
Lp ckr
 
Bickerstaff brainstem encephalitis
Bickerstaff brainstem encephalitisBickerstaff brainstem encephalitis
Bickerstaff brainstem encephalitis
 
cepalgia
cepalgiacepalgia
cepalgia
 
k
kk
k
 
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptx
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptxPPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptx
PPT Peran Interleukin 6 Terhadap Nyeri Neuropati.pptx
 
Migrain
MigrainMigrain
Migrain
 

Más de Taruna Ikrar

neurophenomenology of savant syndrome
neurophenomenology of savant syndrome neurophenomenology of savant syndrome
neurophenomenology of savant syndrome Taruna Ikrar
 
Obsesi nobel fisiologi ikon majalah-gatra-tarunaikrar
Obsesi nobel fisiologi ikon majalah-gatra-tarunaikrarObsesi nobel fisiologi ikon majalah-gatra-tarunaikrar
Obsesi nobel fisiologi ikon majalah-gatra-tarunaikrarTaruna Ikrar
 
Ikon majalah-gatra obsesi nobel fisiologi kedokteran-tarunaikrar
Ikon majalah-gatra obsesi nobel fisiologi kedokteran-tarunaikrarIkon majalah-gatra obsesi nobel fisiologi kedokteran-tarunaikrar
Ikon majalah-gatra obsesi nobel fisiologi kedokteran-tarunaikrarTaruna Ikrar
 
Mengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan (Koran Sindo 21 Juni 2015 hal8
Mengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan (Koran Sindo 21 Juni 2015 hal8Mengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan (Koran Sindo 21 Juni 2015 hal8
Mengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan (Koran Sindo 21 Juni 2015 hal8Taruna Ikrar
 
Penemuan terbaru ikar dkk-dalam menelusuri kunci utama tidur dan perasaan bah...
Penemuan terbaru ikar dkk-dalam menelusuri kunci utama tidur dan perasaan bah...Penemuan terbaru ikar dkk-dalam menelusuri kunci utama tidur dan perasaan bah...
Penemuan terbaru ikar dkk-dalam menelusuri kunci utama tidur dan perasaan bah...Taruna Ikrar
 
Pleistocene cave art from sulawesi indonesia (nature 13422) with cover (by Dr...
Pleistocene cave art from sulawesi indonesia (nature 13422) with cover (by Dr...Pleistocene cave art from sulawesi indonesia (nature 13422) with cover (by Dr...
Pleistocene cave art from sulawesi indonesia (nature 13422) with cover (by Dr...Taruna Ikrar
 
MIGRASI INTELEKTUAL (Interview dr Taruna Ikrar KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014
MIGRASI INTELEKTUAL (Interview dr Taruna Ikrar KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014MIGRASI INTELEKTUAL (Interview dr Taruna Ikrar KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014
MIGRASI INTELEKTUAL (Interview dr Taruna Ikrar KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014Taruna Ikrar
 
MIGRASI INTELEKTUAL KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014 (Dr Taruna Ikrar, Interview)
MIGRASI INTELEKTUAL KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014 (Dr Taruna Ikrar, Interview)MIGRASI INTELEKTUAL KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014 (Dr Taruna Ikrar, Interview)
MIGRASI INTELEKTUAL KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014 (Dr Taruna Ikrar, Interview)Taruna Ikrar
 
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...Taruna Ikrar
 
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...Taruna Ikrar
 
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...Taruna Ikrar
 
Pabrik baru sel saraf (liputan iptek majalah tempo 8 juni 2014) dr taruna ikrar
Pabrik baru sel saraf (liputan iptek majalah tempo 8 juni 2014) dr taruna ikrarPabrik baru sel saraf (liputan iptek majalah tempo 8 juni 2014) dr taruna ikrar
Pabrik baru sel saraf (liputan iptek majalah tempo 8 juni 2014) dr taruna ikrarTaruna Ikrar
 
Menguak misteri saraf penghambat terbitan TEMPO mengulas penemuan dr taruna i...
Menguak misteri saraf penghambat terbitan TEMPO mengulas penemuan dr taruna i...Menguak misteri saraf penghambat terbitan TEMPO mengulas penemuan dr taruna i...
Menguak misteri saraf penghambat terbitan TEMPO mengulas penemuan dr taruna i...Taruna Ikrar
 
Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo ...
Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo ...Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo ...
Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo ...Taruna Ikrar
 
(The neurosciences of glutamte) 55 61-- racikan neuro glutamate dito taruna
(The neurosciences of glutamte) 55 61-- racikan neuro glutamate dito taruna(The neurosciences of glutamte) 55 61-- racikan neuro glutamate dito taruna
(The neurosciences of glutamte) 55 61-- racikan neuro glutamate dito tarunaTaruna Ikrar
 
Solidaritas Dokter Indonesia Tribun timor 3 desember 2013 halaman 20
Solidaritas Dokter Indonesia Tribun timor 3 desember 2013 halaman 20Solidaritas Dokter Indonesia Tribun timor 3 desember 2013 halaman 20
Solidaritas Dokter Indonesia Tribun timor 3 desember 2013 halaman 20Taruna Ikrar
 
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...Taruna Ikrar
 
Menguak misteri saraf penghambat (termuan dr ikrar bersama timnnya yang dipub...
Menguak misteri saraf penghambat (termuan dr ikrar bersama timnnya yang dipub...Menguak misteri saraf penghambat (termuan dr ikrar bersama timnnya yang dipub...
Menguak misteri saraf penghambat (termuan dr ikrar bersama timnnya yang dipub...Taruna Ikrar
 
Kebobrokan pejabat publik dan korupsi
Kebobrokan pejabat publik dan korupsiKebobrokan pejabat publik dan korupsi
Kebobrokan pejabat publik dan korupsiTaruna Ikrar
 
Kemujaraban dan pemanfaatan stem cell harian pelita 2013 09 19 hal 1 (taruna ...
Kemujaraban dan pemanfaatan stem cell harian pelita 2013 09 19 hal 1 (taruna ...Kemujaraban dan pemanfaatan stem cell harian pelita 2013 09 19 hal 1 (taruna ...
Kemujaraban dan pemanfaatan stem cell harian pelita 2013 09 19 hal 1 (taruna ...Taruna Ikrar
 

Más de Taruna Ikrar (20)

neurophenomenology of savant syndrome
neurophenomenology of savant syndrome neurophenomenology of savant syndrome
neurophenomenology of savant syndrome
 
Obsesi nobel fisiologi ikon majalah-gatra-tarunaikrar
Obsesi nobel fisiologi ikon majalah-gatra-tarunaikrarObsesi nobel fisiologi ikon majalah-gatra-tarunaikrar
Obsesi nobel fisiologi ikon majalah-gatra-tarunaikrar
 
Ikon majalah-gatra obsesi nobel fisiologi kedokteran-tarunaikrar
Ikon majalah-gatra obsesi nobel fisiologi kedokteran-tarunaikrarIkon majalah-gatra obsesi nobel fisiologi kedokteran-tarunaikrar
Ikon majalah-gatra obsesi nobel fisiologi kedokteran-tarunaikrar
 
Mengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan (Koran Sindo 21 Juni 2015 hal8
Mengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan (Koran Sindo 21 Juni 2015 hal8Mengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan (Koran Sindo 21 Juni 2015 hal8
Mengawal Kewibawaan Ilmu Pengetahuan (Koran Sindo 21 Juni 2015 hal8
 
Penemuan terbaru ikar dkk-dalam menelusuri kunci utama tidur dan perasaan bah...
Penemuan terbaru ikar dkk-dalam menelusuri kunci utama tidur dan perasaan bah...Penemuan terbaru ikar dkk-dalam menelusuri kunci utama tidur dan perasaan bah...
Penemuan terbaru ikar dkk-dalam menelusuri kunci utama tidur dan perasaan bah...
 
Pleistocene cave art from sulawesi indonesia (nature 13422) with cover (by Dr...
Pleistocene cave art from sulawesi indonesia (nature 13422) with cover (by Dr...Pleistocene cave art from sulawesi indonesia (nature 13422) with cover (by Dr...
Pleistocene cave art from sulawesi indonesia (nature 13422) with cover (by Dr...
 
MIGRASI INTELEKTUAL (Interview dr Taruna Ikrar KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014
MIGRASI INTELEKTUAL (Interview dr Taruna Ikrar KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014MIGRASI INTELEKTUAL (Interview dr Taruna Ikrar KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014
MIGRASI INTELEKTUAL (Interview dr Taruna Ikrar KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014
 
MIGRASI INTELEKTUAL KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014 (Dr Taruna Ikrar, Interview)
MIGRASI INTELEKTUAL KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014 (Dr Taruna Ikrar, Interview)MIGRASI INTELEKTUAL KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014 (Dr Taruna Ikrar, Interview)
MIGRASI INTELEKTUAL KOMPAS, Rabu 2 Juli 2014 (Dr Taruna Ikrar, Interview)
 
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
 
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
 
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia  harian pelita halama...
Pemilihan presiden indonesia & arus demokratisasi dunia harian pelita halama...
 
Pabrik baru sel saraf (liputan iptek majalah tempo 8 juni 2014) dr taruna ikrar
Pabrik baru sel saraf (liputan iptek majalah tempo 8 juni 2014) dr taruna ikrarPabrik baru sel saraf (liputan iptek majalah tempo 8 juni 2014) dr taruna ikrar
Pabrik baru sel saraf (liputan iptek majalah tempo 8 juni 2014) dr taruna ikrar
 
Menguak misteri saraf penghambat terbitan TEMPO mengulas penemuan dr taruna i...
Menguak misteri saraf penghambat terbitan TEMPO mengulas penemuan dr taruna i...Menguak misteri saraf penghambat terbitan TEMPO mengulas penemuan dr taruna i...
Menguak misteri saraf penghambat terbitan TEMPO mengulas penemuan dr taruna i...
 
Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo ...
Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo ...Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo ...
Inspiring person (ilmu untuk manfaat bersama) koran seputar indonesia (sindo ...
 
(The neurosciences of glutamte) 55 61-- racikan neuro glutamate dito taruna
(The neurosciences of glutamte) 55 61-- racikan neuro glutamate dito taruna(The neurosciences of glutamte) 55 61-- racikan neuro glutamate dito taruna
(The neurosciences of glutamte) 55 61-- racikan neuro glutamate dito taruna
 
Solidaritas Dokter Indonesia Tribun timor 3 desember 2013 halaman 20
Solidaritas Dokter Indonesia Tribun timor 3 desember 2013 halaman 20Solidaritas Dokter Indonesia Tribun timor 3 desember 2013 halaman 20
Solidaritas Dokter Indonesia Tribun timor 3 desember 2013 halaman 20
 
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar di...
 
Menguak misteri saraf penghambat (termuan dr ikrar bersama timnnya yang dipub...
Menguak misteri saraf penghambat (termuan dr ikrar bersama timnnya yang dipub...Menguak misteri saraf penghambat (termuan dr ikrar bersama timnnya yang dipub...
Menguak misteri saraf penghambat (termuan dr ikrar bersama timnnya yang dipub...
 
Kebobrokan pejabat publik dan korupsi
Kebobrokan pejabat publik dan korupsiKebobrokan pejabat publik dan korupsi
Kebobrokan pejabat publik dan korupsi
 
Kemujaraban dan pemanfaatan stem cell harian pelita 2013 09 19 hal 1 (taruna ...
Kemujaraban dan pemanfaatan stem cell harian pelita 2013 09 19 hal 1 (taruna ...Kemujaraban dan pemanfaatan stem cell harian pelita 2013 09 19 hal 1 (taruna ...
Kemujaraban dan pemanfaatan stem cell harian pelita 2013 09 19 hal 1 (taruna ...
 

Último

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 

Último (20)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 

Neuromyelitis Optica (Devic's Disease) Management

  • 1. RACIKAN 61SemijurnalFarmasi&KedokteranETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015 S ecara etimologi, peradangan di saraf mata dalam dunia kedokteran disebut optic neuritis, sedangkan peradangan di saraf tulang belakang (spinal cord) dalam dunia medis dinamakan myelitis. NMO menyerang persarafan di mata dan tulang belakang (hampir) bersamaan. Itulah mengapa pe- nyakit ini disebut neuromyelitis optica (NMO), atau lengkapnya neuromyelitis optica spectrum disorder. Kasus neuromyelitis optica (NMO) telah diketahui Allbutt dan Erb sejak pertengahan hingga akhir abad ke-19.Tahun 1894, EugèneDevicdanmahasiswanyaFernandGault,memperkenalkan istilah “neuromyelite optique aigue” (acute optic neuromyelitis). Tahun 1907 Acchioté, dokter Turki, mengusulkan istilah“sindromDevic”.Tahun1927,Beck mendeskripsikan kasus NMO bercirikan atipikal, seperti: perjalanan relaps. Tahun 1999,Wingerchuk dkk memerluas kriteria klinis untuk mendiagnosis NMO. Epidemiologi Mayoritas kasus NMO bersifat spora- dis, dapat terjadi di semua negara, namun lebih sering terjadi di populasi Negro,Asia dan India. Prevalensi NMO diperkirakan 1-4,4 per 100 ribu di dunia barat. Beragam studi di Jepang, Kuba, Denmark, Meksiko, Perancis, Hindia Barat menunjukkan insidens 0,053-0,4 per 100 ribu penderita / tahun dan prevalensi 0,52-4,4 per 100 ribu. Di USA, prevalensi NMO diprediksi 1-2% dari penderita multiple sclerosis (MS). Di masa lalu, banyak (>20%) penderita NMO salah didiagnosis dengan MS, terutama karena belum tersedia tes NMO-IgG. Perempuan lebih banyak menderita NMO dibanding pria, dengan rasio 9:1. Onset usia berkisar 35-45 tahun pada dewasa, dengan rerata 39 tahun. Pada anak-anak, onset sekitar 4,4 tahun. Jadi, semua (usia, jenis kelamin) berpotensi NMO. Pada 20-30% kasus, serangan NMO didahului infeksi/ vaksinasi. Adanya riwayat penyakit terkait virus dilaporkan pada 30%penderitaNMOmonofasikdan23%penderitaNMOberulang. Kekambuhan dapat terjadi dalam 3-6 bulan pertama, setelah sembuh. Untuk NMO berulang, wanita 3-9 kali lebih sering dari- The Art of Neuromyelitis Optica Management Dito Anurogo, MD1 , Taruna Ikrar, MD, M.Pharm, Ph.D.2,3 pada pria, sedangkan pada bentuk monofasik rasio wanita:pria 1:1. Kebutaan (minimal satu mata) dapat terjadi setelah penyakit berlangsung selama 7-8 tahun. Rerata 5-tahun survival dilaporkan68%diAmerikaUtaraselamatahun1977hingga1997; ini jauh berbeda dengan riset terkini yang menyatakan rerata 5- tahun survival lebih dari 90%. Hanya sebagian penderita mengalami disabilitas minor dalam kurun waktu 10 tahun. Etioimunopatogenesis Kelainan otak diduga sebagai penyebab NMO. Misalnya lesi di otak bagian hipotalamus inferior dan hipofisis. Dengan pemeriksaan mag- netic resonance imaging (MRI), tampak nyata keterlibatan tulang belakang bagi- an bawah dalam kaitannya dengan keti- daknormalan cervical cord, lesi substan- si putih yang dalam dan multipel (teruta- ma di otak bagian supratentorial), lesi di ganglia basal dan perubahan terkait usia. Nekrosis spinal cord yang meman- jang melewati bagian multipel dengan keterlibatan substansi putih dan abu-abu adalah patognomonis NMO. Nekrosis dapat menghasilkan kavitasi di spinal cord atau saraf optik. Sebagai tambahan, untuk demielinasi dan nekrosis dengan kavitasi, eosinofil dan neutrofil umum- nya dijumpai di infiltrat inflamasi dari lesi aktif dengan penebalan vaskuler dan hialinisasi. Dijumpai pula deposisi imunoglobulin dan komponen komplemen di vasculo- centric rim dan pola rosette pada lesi aktif NMO. Berdasar penemuan ini, jelas bahwa NMO adalah gangguan humoral yang mengenai daerah perivaskular. Otoantibodi sering terdeteksi di serum penderita NMO relaps atau MT berulang. Diperlukan riset tentang antibodi spesifik terhadap jaringan SSP. Tahun 2004, Lennon dkk berhasil mela- porkan otoantibodi serum, NMO-IgG, yang memiliki sensitivitas 73% dan spesifisitas 91% untuk membedakan NMO dari MS. NMO-Igberasaldarisel-selBperifer,mengaktivasikomplemen, terlibat dalam proses induksi inflammatory demyelination dan nekrosis di sel-sel endotel spinal cord.Antibodi diproduksi oleh Neuromyelitis optica (Devic’s disease) adalah penyakit inflamasi kronis dari sistem saraf pusat, yang memengaruhi persarafan optik dan spinal cord mengakibatkan gangguan visual dan mielopati. 61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM61
  • 2. RACIKAN 62 SemijurnalFarmasi&Kedokteran ETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015 sel-sel B di sirkulasi perifer dan melintasi sawar darah-otak. Tar- getantigenuntukantibodiadalahaquaporin-4(AQP4).Pengikatan antibodi ke AQP4, menghasilkan internalisasi dan degenerasi subsequent, yang memicu kelebihan glutamate keluar sel. Hal ini merusak neuron-neuron dan oligodendrosit. Sel-sel inflamasi ditarik ke jaringan dan menyebabkan cedera lanjutan. Lesi di batang otak, yang ditemukan melalui pemeriksaan MRI, sulit dibedakan dengan multiple sclerosis. Pada NMO, lesi otak cenderung berlokasi di area dengan ekspresi aquaporin- 4 tinggi, seperti: diensefalon, hipotalamus, aquaduktus, serta tampak luas dan udem di korpus kalosum. Beragam mediator inflamasi nyeri nosiseptif NMO, yaitu: peningkatan kadar ekspresi IL 1-beta di makrofag atau sel-sel mikroglia teraktivasi yang ada di lesi inflamasi aktif stadium dini, peningkatan IL-6 di CSF, aktivasi aksis IL 17–IL 8 di CSF, peningkatan HMGB1 (high mobility group proteinB1)diplasma. Pembukaan glutamatergic Ca2+-permeable N methyl d- aspartate (NMDA) receptors memicu long-term potentiation (LTP) di sinaps serabut-C, yang dipertimbangkan sebagai mekanisme seluler kunci terjadinya amplifikasi nyeri jangka panjang (hiperalgesia). Predisposisi genetik juga berperan penting dalam NMO. Nilai positif NMO IgG terkait erat dengan HLA-DRB1*03 (DR3) pada populasi penduduk Perancis dan Brazil, dan HLA-DPB1*0501 pada populasi penduduk Jepang. Haplotipe HLA ini terkait erat dengan beragam penyakit /gangguan otoimun dilaporkan dialami 30% pasien NMO, seperti systemic lupus erythematosus (SLE), penyakit Graves, sindrom Sjögren, dsb. Potret Klinis dan Komorbiditas Neuritis optik (NO) dan mielitis transverse (MT) adalah patognomonis NMO. NO biasanya disertai nyeri okuler unilat- eral atau bilateral (jarang). Potret klinis lain terkait saraf optik adalah penglihatan kabur, skotoma, atrofi atau edema optic disc, deficit / hilang lapang pandang, hilangnya penglihatan yang permanen (satu / dua mata). Lesi spinal cord ada di bagian servikal dan umumnya bermanifes sebagai longitudinally extensive transverse myeli- tis (LETM), sepanjang minimal 3 segmen vertebra. Gejala terkait spinal cord termasuk gangguan motoris dan sensoris, gangguan sfingter / seksual. Mielitis yang disebabkan NMO, sering disertai MT menyeluruh dengan problematika berjalan (berupa tetraplegia / paraplegia), disfungsi sfingter tingkat sensoris, nyeri dan spasme tonik paroksismal di tubuh dan ekstremitas. Bukti terbaru menunjukkan, NMO bukan hanya melibatkan persarafan optik dan spinal cord. Gejala-gejala otak juga tampak sebagai manifestasi pertamanya. Keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) di luar sistem optik dan spinal cord, dilaporkan pada 59% penderita NMO. Pada 35% kasus serangan mielitis berat akut terkait NMO relaps, sering dijumpai dysesthetic yang nyata, nyeri radikuler, mungkin terkait dengan gejala-gejala Lhermitte. Lesi dapat meluas ke batang otak dan menyebabkan cegukan, mual yang hebat, atau gagal napas. Dijumpai juga gejala-gejala batang otak dan nyeri neuropatik. Penderita NMO menunjukkan gejala-gejala batang otak yang khas, yaitu: cegukan dan muntah yang membandel. Keterlibatan meduler di area postrema dan nucleus tractus solitaries, area di mana ekspresi AQP4 nyata meninggi, dapat menyebabkan muntah hebat atau cegukan yang membandel. Gejala-gejala batang otak lain, yakni: mual, vertigo dan gangguan vestibuler, nistagmus, hilang pendengaran, kelemahan (otot) wajah atau paralisis fasial, nyeri wajah atau dysestesia, neuralgia trigemi- nal, diplopia, miosis, ptosis, dan ataksia. Lebih dari 80% penderita NMO merasakan nyeri. Nyeri bangkitan (evoked pain) paling sering disebabkan spasme otot tonik yang amat nyeri, dan nyeri neuropatik yang terus-menerus. Di Korea, dari 40 penderita NMO, dijumpai 25% dengan spasme tonik yang amat nyeri. Nyeri neuropatik yang berkelanjutan dan membandel berlokasi di sekitar dada dan pinggang, di seluruh bagian kaki, atau di punggung. Nyeri hebat dapat terjadi di sta- dium awal penyakit, bahkan bisa menjadi gejala klinis pertama NMO. Pada tahapan diagnosis, area nyeri biasanya sesuai dengan lokasi lesi spinal cord yang dijumpai pada MRI. Gejala-gejala umum penderita NMO berupa: sakit kepala, nyeri, gejala Lhermitte, gejala Uhthoff, lelah, gangguan memori, gangguan kognitif lainnya, cemas, depresi. Gejala-gejala lainnya: nyeri paroksismal spastik, tremor, mioklonus, khorea, diskinesia. Mekanisme patogenesis NMO Serum AQP4-IgG dan sel-sel plasma yang memroduksi AQP4-IgG memasuki sistem saraf pusat, menyebabkan pengikatan channels AQP4-IgG ke AQP4 pada astrosit. Kerusakan astrosit tergantung-antibodi melibatkan sitotoksisitas tergantung- komplemen. Mekanisme CDCC dan ADCC memicu inflamasi, injuri oligodendrosit, demielinasi dan kehilangan neuron. Glikoprotein CD59 menghambat sel lisis dengan menghambat pembentukan MAC. Singkatan: ADCC, antibody-dependent cellular cytotoxicity; AQP4, aquaporin 4; CDC, complement- dependent cytotoxicity; CDCC, complement-dependent cellular cytotoxicity; MAC, membrane attack complex; NMO, neuromyelitis optica. (Sumber: Papadopoulos, dkk 2014:494) 61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM62
  • 3. RACIKAN 63SemijurnalFarmasi&KedokteranETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015 Uniknya, ada 3 wanita AQP4-IgG–seropositive dengan as- ymptomatic myelitis pada kasus NMO. Manifestasi extraop- ticospinal NMO berupa: ensefalopati mirip acute disseminated encephalomyelitis atau posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES). Gejala terkait PRES berupa gangguan kesadaran, agitasi, konvulsi, gangguan visual, diplopia, nistagmus.Gejala-gejala NMO terkait hipotalamus berupa demam, hipotermia, hipotensi ortostatik, takikardi, gangguan tidur, hiperfagi, gangguan endokrin. Pada kasus endokrinopati terkait NMO, manifestasi klinisnya: adenoma hipofisis, amenore, diabetes insipidus, diabetes mel- litus, galactorrhea, gangguan haid, gangguan hormon pertumbuhan, hiperfagi, hipertiroidisme, hiponatremia (sekresi ADH terganggu), hipotiroidisme, obesitas, peningkatan serum prolaktin, penurunan serum FSH, penurunan serum LH. Gangguan otoimun terkait NMO berupa alergi, anemia hemolitik, artritis rematoid, Behçet’s disease, Crohn’s disease, Graves’ disease, hepatitis (otoimun), hipo / hipertiroidisme, my- asthenia gravis, poliarteritis nodosa, polimiositis, psoriasis, purpura trombositopeni, sclerosing cholangitis, sindrom antifosfolipid, sindrom Sjögren, SLE, uveitis dan vitiligo. Perjalanan penderita NMO berupa monofasik atau relaps. Saatmonofasik,kejadianNOdanLETM(<30hari)simultanterjadi tanpa relaps apa pun, namun 80-90% penderita NMO mengalami relaps. NO dan mielitis dapat terpisah beberapa bulan / tahun, namun 55% penderita mengalami relaps saraf optik atau spinal cord pertama mereka dalam 1 tahun, setelah kejadian klinis awal; hal ini mencapai 78% setelah 3 tahun, 90% dalam 5 tahun. Mayoritas kematian terkait NMO terjadi akibat dari mielitis servikal yang ascending dan parah, keterlibatan batang otak, yang memicu kegagalan respirasi. Mutiara Diagnosis Diagnosis NMO ditegakkan sesuai kriteria Wingerchuk (2006). Kriteria ini menyatukan status antibodi aquaporin-4 (AQP-4). Lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Dari kriteria Wingerchuk (2006), jelas bahwa biomarker spesifik untuk menegakkan diagnosis NMO adalah immuno- globulin G1 autoantibodies, berupa aquaporin-4 (AQP4-IgG). NMO IgG memiliki tingkat spesifisitas yang tinggi (99%) dan tingkat sensitivitas sedang (56-73%). NMO IgG tidak dapat melewati sawar darah otak (blood brain barrier; BBB), namun dapat melewati plasenta. Hindari biopsi tulang belakang untuk menegakkan diagnosis. Selain kriteriaWingerchuk (2006), diagnosis serta tatalaksana NMO telah dirumuskan European Federation of Neurological Societies (EFNS) tahun 2010, dan Neuromyelitis Optica Study Group (NEMOS) tahun 2014. Pemeriksaan Penunjang Tes laboratorium dasar yang direkomendasikan untuk konfirmasi diagnosis NMO antara lain: pemeriksaan darah, koagulasi, serum kimiawi, sedimentasi darah, glukosa darah, vi- tamin B12, asam folat, antibodi terkait dengan gangguan jaringan konektif (ANA/ENA, antibodi anti-ds-DNA, antikoagulan lu- pus, antibodi antifosfolipid, ANCA, sedimen dan analisis urin, Treponema pallidum hemagglutination assay dan antibodi paraneoplastik (terutama anti-CV2/CRMP5 dan anti-Hu). UjiserologisserumAQP4-Abyangdiperolehdarijaringan,sel, atau protein, adalah baku emas diagnosis NMO. Spesifisitas as- says ini berkisar 90-100%. AQP4-Ab terdeteksi pada 60–90% penderitayangsecaraklinisdanradiologis,memenuhikriteriaNMO. Uji serologis disertai riwayat dan cutaneous stigmata, berhasil mengungkap kekacauan humoral tambahan, juga sindrom yang tumpang-tindih dengan amyopathic dermatomyo- sitis, rheumatoid arthritis, dan SLE. Riset terkini menunjukkan, bila hasil pemeriksaanAQP4-Ab- negatif, maka penderita NMO dewasa dan anak masih dapat diperiksa antibodi terhadap myelin oligodendrocyte glycopro- tein (MOG). Pada MRI otak, dijumpai contrast enhancement dengan bentuk mirip awan (a cloudlike shape) dan pencil-thin ependy- mal enhancement adalah ciri khas NMO. Studi ultrahigh-field imaging melaporkan, lesi NMO tidak secara tipikal menunjukkan Kriteria Wingerchuk (2006) A. Terdapat neuritis optik (berat) B. Terdapat transverse myelitis C. Sekurangnya dua dari tiga kriteria suportif berikut ini: 1. Lesi spinal cord yang berdekatan, tampak dengan pemeriksaan MRI, meluas hingga lebih dari 3 segmen verte- bra. 2. Hasil imaging MRI otak tidak memenuhi kriteria diagnostik Paty untuk onset multiple sclerosis (MS). 3. Hasil pemeriksaan serum positif untuk antibodi AQP-4 atau NMO-IgG/AQP4 antibody seropositivity. Lesi otak atipikal pada penderita NMO tampak dengan MRI. (Pittock SJ, dkk 2006:394) 61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM63
  • 4. RACIKAN 64 SemijurnalFarmasi&Kedokteran ETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015 pembuluh darah sentral, hypointense rim, dan kurang tampaknya lesi kortikal. Hiperintensitas serebral T2-/FLAIR tampak pada 60% penderita NMO, meski seringkali tidak menunjukkan manifestasi klinis, dan secara tipikal tidak tampak pada gambaran T1-weighted. Diagnostik / pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) untuk menegakkan diagnosis NMO, antara lain: sitologi, hitung sel, pro- tein,laktat,rasioserum/albumincairanserebrospinal,rasioserum/ IgG,IgA,danIgMcairanserebrospinal,oligoclonalbands(OCB), dan reaksi virus MRZ (measles, rubella, dan varicella zoster). Pada penderita NMO, selama serangan akut dijumpai pleo- cytosis (>50 sel/mm3) dengan neutrofil di CSF. Biomarker destruksi astrosit pada NMO adalah kadar glial fibrillary acidic protein (GFAP) di CSF. Elektrofisiologi dan/atau optical coherence tomography (OCT), dilakukan bila tersedia fasilitas. OCT menunjukkan penurunan ketebalan retinal nerve fiber layer (RNFL) dan volu- me makular, hal ini penting untuk membedakan NMO dengan MS. OCT mengidentifikasi edema makular mikrosistik pada 25% penderita NMO dan 4,7% penderita MS. Pemeriksaan pencitraan MRI adalah teknik terpenting, untuk mengetahui diagnosis banding NMO. Pada kasus tertentu yang mengarah ke diagnosis NMO, dilakukan pemeriksaan MRI seluruh sistem saraf pusat (cranial-spinal cord MRI), tanpa menghiraukan ada tidaknya tanda-gejala utama. Tatalaksana Terapi harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan, mengingat parah / beratnya serangan NMO, risiko tinggi terjadinya disabilitas, dan mencegah terjadinya kekambuhan. Serangan NMO akut diterapi dengan kortikosteroid (misalnya: methylprednisolone) intravena dosis tinggi dan plasmapheresis. Pemberian methylprednisolone intravena dosis tinggi, mampu memberi respon klinis yang cepat, segera setelah pemberian infus. Berdasar riset non-genomik, efek ini dimediasi oleh efek langsung pada membran seluler dan fungsi mitokon- dria, menginduksi reduksi produksi adenosine-5’-triphosphate dan mempromosikan apoptosis seluler. Sebenarnya, methylprednisolone telah digunakan sejak 1970 sebagai antiradang kuat atau agen imunosupresan dalam tatalaksana beragam penyakit/gangguan, seperti hematologi, alergi, neoplastik, dan otoimun. Plasmapheresis diberikan bila methylprednisolone tidak efektif. Plasmapheresis adalah teknik pemurnian darah, yang didesain untuk menghilangkan antibodi, komplemen, sitokin, dan kemokin dari plasma.Agar menjadi amat efektif, plasmapheresis harusdikaitkandenganterapiimunosupresan,mencegahproduksi imunoglobulin yang baru. Jika produksi antibodi tidak dihambat, diperlukan sesi plasmapheresis tambahan. Riset berbasis genomik dan non-genomik mampu menjelas- kan efek positif kortikosteroid bagi penderita NMO, berupa me- micu reduksi inflamasi, apoptosis leukosit, supresi migrasi leu- kosit polimorfonuklear dan reversal dari peningkatan permea- bilitas pembuluh darah kapiler. Untuk mencegah serangan lebih lanjut, diperlukan terapi maintenance, berupa: kortikosteroid oral dosis rendah dan obat imunosupresan nonspesifik, yakni: azathioprine dan mycophe- nolate mofetil. MenurutrekomendasiNeuromyelitisOpticaStudyGroup(NE- MOS) tahun 2014, terapi lini pertama NMO adalah azathioprine dan rituximab. Terapi lini kedua adalah methotrexate, mycophe- nolate mofetil, dan mitoxantrone (golongan imunosupresif). Regimen AHSCT (autologous non-ablative hematopoietic stem cell transplantation) ditoleransi baik, ditandai dengan adanya perbaikan klinis. Tatalaksana yang berpotensi efektif mengatasi NMO seperti: eculizumab (inhibitor komplemen), tocilizumab (IL 6 receptor inhibitor), sivelestat dan cetirizine (inhibitor granulosit), imunoglobulin intravena, CD19-deplet- ing agents, dan terapi anti-TNF. Pemetaan resolusi tinggi extracellular loop amino acids Tabel Tatalaksana Neuromyelitis Optica (NMO) Fase serangan akut Methylprednisolone intravena dosis tinggi 1 gram/hari selama 3 - 5 hari Plasmapheresis 2 ~ 4 liter per sesi, 2 hingga 3 sesi per minggu, sampai 7 sesi. Untuk mencegah kekambuhan (relapse rate reduction) Prednisone oral 5 ~ 20 mg/hari Prednisolone 2–20 mg/hari Azathioprine 2,5 – 3 mg/kg berat badan/hari Mycophenolate mofetil 2 gram/hari atau 750–3000 mg/hari Rituximab 375 mg/m2 /minggu selama 4 minggu atau 1g diulang dalam 2 minggu; monitor sel- sel B CD19+ atau CD27+ bila terapi akan diberikan kembali.Atau: 1 g pada hari 1 dan hari 14, ulangi setiap 6 bulan (optional: monitor kadar CD19) Imunoglobulin intravena (IVIG) 400 mg/kg berat badan selama 5 hari tiap-tiap bulan Mitoxantrone 12 mg/m2 /bulan, dosis kumulatif maksimum 140 mg/m2. Cyclophosphamide 1 g/hari tiap-tiap bulan atau imunoablasi dengan 2 g/hari selama 4 hari. Methotrexate 7,5–25 mg sekali dalam seminggu Cyclosporine A 2–5 mg/kg berat badan per hari Keterangan: Pemberian obat harus dengan rekomendasi dokter, mengingat efek sampingnya.(Sumber: Sato D, dkk 2012:61, Papadopoulos MC, dkk 2014:495) 61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM64
  • 5. RACIKAN 65SemijurnalFarmasi&KedokteranETHICALDIGEST  NO. 139  Thn. XII  September 2015 Rujukan 1. Banker P, et al. Mult Scler 2012;18:1050–3. 2. Bienia B, Balabanov R. Autoimmune Diseases 2013 (2013). 3. Bradl M, et al. Nat Rev Neurol 2014;10:529–536. 4. Burton J, et al. Neurology 84.14 Supplement (2015): P5-259. 5. Cree BAC, et al. Semin Neurol 2002;22(2):105-122. 6. Dalakas MC. Nat Clin Pract Neurol 2008;4(10):557-567. 7. Flanagan EP, et al. Neurol Clin Pract 2015;5(2):175-7. 8. Ito S, et al. Ann Neurol 2009;66:425–8. 9. Iyer A, et al. Autoimmunity 2014;47:154–161. 10. Jarius S, et al. Nat Clin Pract Neurol 2008;4:202–214. 11. Jarius S, et al. J Neuroinflammation 2010;7:52. 12. Jarius S, et al. J Neuroinflammation 2012;9:14. 13. Jarius S, Wildemann B. J Neuroinflammation 2013;10:8. 14. Jarius S, et al. Clin Exp Immunol 2014;176:149–164. 15. Lana-Peixoto MA, Callegaro D. Arq Neuropsiquiatr 2012;70 (10):807-813. 16. Lana-Peixoto MA, et al. Arq Neuropsiquiatr 2011;69(4):687-692. 17. Lennon VA, et al. Lancet 2004;364(9451):2106–12. 18. Martin C, et al. Dermatology 2015;230:289-292. 19. O'Riordan JI, et al. J Neurol Neurosurg Psych 1996;60(4):382-7. 20. Owens GP, et al. J Biol Chem 2015;290.19:12123-34. 21. Papadopoulos MC, et al. Nat Rev Neurol 2014;10:493–506. 22. Pittock SJ, et al. Arch Neurol.2006;63:390-6. 23. Ramanathan RS, et al. BMC Neurology 2014;14:51. 24. Sahraian MA, et al. Neurol Clin 2013;31:139–152. 25. Sandkühler J. Physiol Rev 2009;89:707–758. 26. Sato D, et al. Arq Neuropsiquiatr 2012;70(1):59-66. 27. Sato D, Fujihara K. Arq Neuropsiquiatr 2011;69(5):824-28. 28. Sato DK, et al. Brain Pathology 2013;23:647–660. 29. Trebst C, et al. J Neurol 2014;261:1–16. 30. Weinshenker BG. Neurol Clin Neurosci 2014;2:23–27. 31. Weinshenker BG, Wingerchuk DM. Neurology 2014;82:466–467. 32. Wingerchuk DM, et al. Neurology 1999;53:1107–14. 33. Wingerchuk DM, et al. Neurology 2006;66:1485–9. 34. Wingerchuk DM, et al. Neurology 84.14 Supplement (2015):P5-265. yang penting untuk ikatan NMO-IgG dan epitop otoantibodi AQP4, mengidentifikasi target primer yang berpotensi terapi. Di masa mendatang, terapi berbasis antibodi monoklonal (seperti: rituximab), reseptor anti-IL6, antikomplemen atau anti- AQP4-Ab biologis, non-pathogenic AQP4-specific antibodies (seperti: aquaporumab), inhibitor neutrophil elastase, antihistamin dengan aksi penstabil eosinofil, dan AQP4-IgG deglycosylation atau cleavageAQP4-IgG enzimatik, diharapkan mampu mengatasi NMO. Ucapan Terimakasih: Yow-Pin Lim, MD., Ph.D., (President- Chief Scientific Officer ProThera Biologics, Inc, Providence, Rhode Island, Adjunct Asst. Professor Alpert Medical School of Brown University) atas bantuan akses jurnal ilmiah. 1 Indonesian Young Health Professionals’Society (IYHPS), korespondensi : ditoanurogo@gmail.com 2 Brain and Circulation Institute of Indonesia (BCII), Indonesia 3 Department of Anatomy and Neurobiology, University of California, Irvine, California 92697, USA Jalur aktivasi komplemen dan target obat komplemen Komponen-komponen utama jalur aktivasi komplemen lectin dan alternatif, klasik tampak jelas, terkait dengan C1mAb dan eculizumab—antibodi-antibodi monoklonal yang menarget komponen komplemen C1 dan C5, berturut-turut; C1inh, yang menarget C1; dan cyclic oligopeptide compstatin, yang menarget C5. Anafilatoksin C3a dan C5a menyebabkan aktivasi granulosit dengan pengikatan ke reseptor spesifik. Singkatan: AQP4, aquaporin 4; C1inh, complement protein 1 inhibitor; MAC, membrane attack complex; MASP, mannan-binding lectin serine protease; MBL, mannose-binding protein. (Sumber: Papadopoulos, dkk 2014:501) 61-65 -- Racikan Dito AnurogoTaruna Ikrar neuromyelitis.pmd 8/20/2015, 8:55 PM65