Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan (litbang) untuk menciptakan keunggulan usaha. Dokumen ini juga menjelaskan strategi penguatan sistem inovasi untuk mendukung pembangunan berbasis pengetahuan, seperti pengembangan klaster industri dan jaringan inovasi.
TIKoMeter ~ Indikator Utama TIK oleh Tatang A Taufik
Pemanfaatan
1. PEMANFAATAN HASIL-HASIL LITBANGYASA
UNTUK MENCIPTAKAN KEUNGGULAN USAHA
Dr. Tatang A. Taufik
Deputi Kepala BPPT Bidang PKT
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Forum
“Sosialisasi Kebijakan dan Program Pengembangan Perniagaan dan Kewirausahaan”
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, 23 November 2013
2. BAHAN E-FILE DAN TAUTAN (LINKS)
• Portal BPPT http://www.bppt.go.id
• Portal GIN http://portal.gin.web.id
• Blog Pribadi http://tatang-taufik.blogspot.id
http://sistem-inovasi.blogspot.id
http://klaster-industri.blogspot.id
• Bahan di Scribd http://www.scribd.com/profiles/show/2109230tatang-taufik?from_badge_profile_btn=1
• Bahan di Slideshare http://www.slideshare.net/tatang.taufik
• Media Sosial :
– Halaman https://www.facebook.com/pages/Gerbang-IndahNusantara/130807376983575
– Group https://www.facebook.com/groups/268855611500/
• Video http://www.youtube.com/user/GINBPPT
5. PERAN DAN LAYANAN TEKNOLOGI BPPT
PERAN
1. Rekomendasi
Intermediasi
Technology
Clearing House
Pengkajian
2. Advokasi
3. Alih Teknologi
4. Konsultansi
Bidang Prioritas
BPPT :
Solusi Teknologi
1. Tekn. Pangan
2. Tekn. Kesehatan & Obat
3. Tekn. Energi
4. Tekn. Kebumian & Lngkungan
5. Tekn. Kebencanaan (Disaster Early Warning &
Mitigation Technology)
6. Tekn. Material Maju
7. TIK
8. Tekn. Transportasi
9. Tekn. Hankam
10.Tekn. Manufaktur
11.Sistem Inovasi
Tech State
of the Art
5. MSTQ
6. Jasa Operasi
Audit Teknologi
VALUE
PROPOSITIONS
Daya Saing
7. Percontohan (Pilot
Project)
8. Pilot Plant
9. Prototype
Kemandirian
Kesejahteraan, Kemandirian, Pe
radaban
Pengkajian
dan
Penerapan
Teknologi
PELAYANAN TEKNOLOGI
10. Survey
11. Rujukan Teknis
(Technical
Reference)
12. Audit Teknologi
13. PPBT
Catatan :
PPBT : Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi
6. UUD 1945 (Amandemen ke 4)
BAB VI (PEMERINTAH DAERAH)
• Pasal 18, Ayat (5) : “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undangundang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.”
BAB XA (HAK AZASI MANUSIA)
• Pasal 28C, Ayat (1) : “Setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia.”
BAB XIII (PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN)
• Pasal 31, Ayat (5) : “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.”
7. MENUJU PEMBANGUNAN INDONESIA BERBASIS PENGETAHUAN 2025
UU No. 17/2007 (RPJPN) & Perpres 32/2011 (MP3EI)
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR
“Negara Maju & Kekuatan 12 Besar Dunia”
MASYARAKAT BERBASIS
PENGETAHUAN
EKONOMI BERBASIS
PENGETAHUAN
PENGUATAN SISTEM INOVASI
Isu-isu Kontekstual
Kecenderungan dan Tantangan Universal
Globalisasi
Kemajuan Iptek,
Inovasi
Lingkungan Nasional
Lingkungan Regional
Lingkungan Global
Ekonomi
Pengetahuan
Ekonomi
Jaringan
Faktor-faktor
Lokalitas
8. PENGUATAN SISTEM INOVASI UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN
• Mewujudkan tujuan pembangunan semakin memerlukan
pembangunan (nasional & daerah) yang lebih cerdas &
bijaksana berbasis pengetahuan (knowledge-based
development ~ knowledge-based economy & knowledgebased society)
• Kelemahan “sistemis” (systemic failures) ~ ekosistem
• BPPT berpartisipasi dalam penguatan sistemis & sistematis
ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi (IPTEKIN) :
Penguatan Sistem Inovasi (PSI) perkembangan inovasi,
difusi & pembelajaran
• Tujuan PSI : mendukung pembangunan yang progresif
& berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan.
9. ARAH PROGRAM IPTEKIN
• Memperkuat basis IPTEKIN dan meningkatkan kontribusi
IPTEKIN hijau/bersih (green/clean technology &
innovation) untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan (green/sustainable development);
• Orientasi PSI : memperkuat daya dukung & jejaring
IPTEKIN untuk
1. peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar &
kepentingan publik;
2. peningkatan daya saing & penguatan kohesi sosial;
serta
3. penguatan kemandirian Bangsa & NKRI.
10. ORIENTASI PENGUATAN SISTEM INOVASI
DALAM PEMBANGUNAN (NASIONAL & DAERAH)
Kebutuhan Dasar &
Perlindungan
Masyarakat
(Basic Needs, Protection/
Security - Public Interests)
Penguatan Sistem
Inovasi
Daya Saing &
Kohesi Sosial
(Enabling &
Strengthening : Nilai
Tambah - Produktivitas)
Untuk percepatan
pembangunan (nasional &
daerah) yang lebih “berbasis
pengetahuan/ teknologi”
pertumbuhan tinggi &
berkualitas, inklusif, dan
berkelanjutan
Kepentingan
Kedaulatan Negara
(Sovereignity –
Kemandirian)
13. APA ITU “PENGUATAN SISTEM INOVASI”
• Sistem inovasi : suatu kesatuan (lembaga, SDM, infra &
suprastrukur, jejaring, proses/interaksi) yang
mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan
inovasi, difusi, dan proses pembelajaran
• Penguatan sistem inovasi : “membenahi” sistem
(holistik, serentak, isu-isu sistemik) secara bersistem :
a. Dari perspektif kebijakan, langkah perbaikan perlu
diarahkan untuk membenahi “isu-isu kelemahan atau
kegagalan sistemik” (systemic failures);
b. Strategi kebijakan perlu dikembangkan sebagai suatu
kesatuan kerangka kebijakan inovasi/KKI (innovation
policy framework).
14. FUNGSI UTAMA SISTEM INOVASI
1. Menguasai, mengembangkan dan meningkatkan
pendayagunaan IPTEKIN (termasuk aktivitas
penelitian, pengembangan dan perekayasaan/litbangyasa).
2. Memandu arah bagi para penyedia dan pengguna serta
pemangku kepentingan IPTEKIN lainnya, agar semakin mampu
mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya secara
sinergis.
3. Memperkuat/mengembangkan pasokan sumber daya, yaitu
modal/kapital, kompetensi dan sumber daya lainnya.
4. Memfasilitasi penciptaan/pengembangan eksternalitas yang
positif.
5. Memfasilitasi formasi dan pengembangan pasar.
15. ISU POKOK KEBIJAKAN INOVASI
Isu
Kebijakan
Kelembagaan & Daya Dukung Iptek
2 serta Absopsi oleh Industri
3
Interaksi &
Pelayanan
5
Fokus & Keterpaduan
Rantai Nilai
Permintaan (Demand)
Konsumen (permintaan akhir)
Produsen (permintaan antara)
Sistem Politik
Sistem Pendidikan dan
Litbangyasa
Pemerintahan
Pendidikan dan Pelatihan
Profesi
Penadbiran
(Governance)
Pendidikan Tinggi dan
Litbang
Kebijakan RPT
Litbang Pemerintah
Standar dan
Norma
Sistem Industri
Perusahaan Besar
Intermediaries
Lembaga Litbangyasa
Brokers
UKM “Matang/
Mapan”
PPBT
Supra- dan Infrastruktur Khusus
Dukungan Inovasi dan
Bisnis
HKI dan
Informasi
Perbankan
Modal Ventura
Framework Conditions
Kondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
•
•
•
•
•
•
Kebijakan Ekonomi
Kebijakan ekonomi makro
Kebijakan moneter
Kebijakan fiskal
Kebijakan pajak
Kebijakan perdagangan
Kebijakan persaingan
Isu
Kebijakan
1
Kebijakan Keuangan
Kebijakan Pendidikan
Kebijakan Promosi & Investasi
Infrastruktur Umum/ Dasar
Kebijakan Industri/ Sektoral
SDA dan Lingkungan
Lingkungan / Kerangka
Umum
4 Budaya Inovasi
Budaya
• Sikap dan nilai
• Keterbukaan terhadap
pembelajaran dan perubahan
• Kecenderungan terhadap Inovasi
dan kewirausahaan
• Mobilitas dan interaksi
6
Keselarasan dengan
Tantangan Global
Global
16. ISU SISTEMIK YANG PERLU DIBENAHI : KATA KUNCI
1
6
2
Kerangka Kebijakan Inovasi : Heksagon
5
3
4
1. IKLIM/LINGKUNGAN (bagi inovasi dan bisnis).
2. PENYEDIA (SUPPLY) & PENGGUNA (DEMAND).
3. KETERKAITAN/INTERAKSI, JARINGAN,
PELAYANAN.
4. BUDAYA KREATIF-INOVATIF.
5. FOKUS - KETERPADUAN, KOORDINASI KOHERENSI.
6. DINAMIKA GLOBAL.
17. STRATEGI MULTIDIMENSI PSI
1. LOKALITAS TERITORIAL ~ keragaman daerah, kewilayahan,
keruangan, geografis, sosio kultural, sistem pemerintahan
ekosistem daerah bagi perkembangan kreativitas-keinovasian
di daerah
2. INDUSTRIAL ~ keragaman & karakteristik industri daya
saing industrial & industri berpotensi unggul
3. PENGETAHUAN ~ jaringan inovasi (hubungan, kemitraan,
dinamika interaksi) dinamika perkembangan, aliran &
pemanfaatan pengetahuan
4. AKTOR INOVASI ~ teknoprener penguatan bisnis inovatif
& modernisasi/revitalisasi bisnis (ekonomi)
5. KONTEKS KHUSUS pilar-pilar tematik spesifik yang relevan
(kontekstual) & urgen.
18. INISIATIF (PRAKARSA) STRATEGIS PENGUATAN SISTEM INOVASI
1.
2.
3.
4.
5.
Penguatan Sistem Inovasi Daerah : sebagai wahana untuk memperkuat
pilar-pilar bagi penumbuhkembangan kreativitas-keinovasian di tingkat
daerah, di mana penguatan sistem inovasi daerah merupakan bagian
integral dari penguatan sistem inovasi nasional.
Pengembangan Klaster Industri : sebagai wahana untuk
mengembangkan potensi kolektif terbaik kewilayahan dan
meningkatkan daya saing industrial.
Pengembangan Jaringan Inovasi : sebagai wahana membangun
keterkaitan dan kemitraan antar aktor utama, serta mendinamisasikan
aliran pengetahuan, inovasi, difusi, dan pembelajaran.
Pengembangan Teknoprener : sebagai wahana modernisasi
bisnis/ekonomi & sosial, serta mengembangkan budaya inovasi.
Penguatan Pilai-pilar Tematik SI : sebagai wahana memperbaiki
elemen-elemen penguatan sistem yang bersifat tematik dan
kontekstual.
19. KERANGKA STRATEGIS PENGUATAN SISTEM INOVASI
Visi & Misi
Pembangunan –
“Tema Besar”
Tema Inisiatif
Strategis
Kerangka
Kebijakan Inovasi
SID
Klaster Jaringan
Teknoprener Pilar-pilar
Industri Inovasi
Tematik
Kerangka Umum
Kelembagaan, Daya Dukung, Kap. Absorpsi
Interaksi/Keterkaitan, Pelayanan
Budaya Inovasi
Fokus, Keterpaduan Rantai Nilai
Perkembangan Global
Elemen Penguatan Sistem
Flagship Programs
20. MEKANISME TRANSAKSI (PELAYANAN TEKNOLOGI & DIFUSI)
1. “Jual-beli konvensional” (termasuk misalnya jasa sewa penggunaan
fasilitas, jasa pengujian yang telah baku, dan sebagainya).
2. “Jual-beli dengan value added fee” (termasuk misalnya kombinasi
pemanfaatan fasilitas dan keahlian/expertise tertentu; penyediaan
faktor produksi yang memiliki keunggulan).
3. Lisensi.
4. Kontrak kerjasama :
Sharing pembiayaan (dan/atau sumber daya lain) untuk kolaborasi
litbangyasa
Waivers & Elections:
• Waivers: pemerintah (pemberi biaya) menyerahkan haknya atas aset
intelektual yang diperoleh kepada pihak pengguna secara luas.
• Elections: pemerintah (pemberi biaya) menyerahkan haknya atas aset
intelektual yang diperoleh kepada pihak pengguna tertentu yang dinilai
berhak menurut peraturan perundangan yang berlaku, seperti misalnya
organisasi pemerintah lain atau organisasi nirlaba.
Kontrak litbangyasa independen ataupun sponsored R&D agreement.
Turn-key project, BOT, dan sejenisnya.
Marketing and Distribution Agreement.
21. MEKANISME TRANSAKSI (PELAYANAN TEKNOLOGI & DIFUSI)
(lanjutan)
5. Pengembangan perusahaan baru (start-up company)
dengan:
Lisensi.
Joint venture atau equity transactions yang melibatkan lembaga
penyedia teknologi.
Spin-off “unit” atau “personil” lembaga penyedia teknologi.
Penyediaan fasilitas inkubator teknologi/bisnis.
6. Material Transfer Agreements (MTA).
7. Kombinasi sebagian atau seluruhnya.
23. KEUNGGULAN (DAYA SAING)
•
•
•
Beragam definisi ~ perbedaan keberterimaan (acceptability) oleh berbagai kalangan (misalnya
akademisi, praktisi, pembuat kebijakan).
PORTER (1990): “There is NO ACCEPTED DEFINITION OF COMPETITIVENESS. Whichever definition of
competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no generally accepted theory
to explain it”.
“Pembedaan” pada beragam tingkatan:
–
–
Negara / Daerah
–
Perusahaan (mikro) : definisi yang paling “jelas.”
Industri (meso) : walaupun beragam, umumnya dapat dipahami: pergeseran perspektif pendekatan “sektoral”
pendekatan “klaster industri.”
Ekonomi (makro) : dipandang sangat penting, walaupun masih sarat perdebatan dan kritik (latar belakang teori).
Mikro ~ Perusahaan
Memiliki
pengertian
yang
berbeda, tetapi
saling
berkaitan
Kemampuan suatu perusahaan mengatasi
perubahan dan persaingan pasar dalam
memperbesar dan mempertahankan
keuntungannya (profitabilitas), pangsa
pasar, dan/atau ukuran bisnisnya (skala
usahanya) suatu industri (agregasi
Kemampuan
perusahaan ~ “sektoral” “klaster industri”)
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari
industri pesaing asingnya
“Makro” ~ Ekonomi
“Konteks Telaahan”
(Perbandingan) /
Dimensi Teritorial /
Spasial
Meso ~ Industri
Kemampuan/daya tarik (attractiveness);
kemampuan membentuk/menawarkan
lingkungan paling produktif bagi bisnis, menarik
talented people, investasi, dan mobile factors
lain, dsb.; dan Kinerja berkelanjutan.
“Tingkatan Analisis” /
Dimensi “Sektoral”
Rujukan : a.l. Porter & McFetridge (1995)
24. MEMBANGUN (KEUNGGULAN) DAYA SAING
Produk
• SDM
• Kompetensi
• Spesialisasi
Organisasi/Perus. ~ Mikro
• Himpunan SDM & Entitas Organisasi
• Hubungan - Jaringan - Interaksi
• Kolaborasi - Sinergi
SISTEM INOVASI - KLASTER INDUSTRI ~ Meso
Faktor Lokalitas & Konteks Global
DAERAH ~ SISTEM INOVASI ~ Makro
25. ILUSTRASI KETERKAITAN PROGRAM
DALAM KONTEKS “PERCONTOHAN DI DAERAH”
Pengembangan Teknoprener
Pengembangan Jaringan Inovasi
Pengembangan Klaster Industri Unggulan Daerah
Penguatan Sistem Inovasi Daerah &
Pengembangan Tematik
26. KERANGKA GENERIK UNTUK MEMBANGUN KEMITRAAN
Penguatan Sistem Inovasi
Aktivitas pada
Tataran
Nasional
Roadmap PSID;
RINA – RIDA;
Sub-national RIS;
International RIS
Tekno-ekonomi;
Mamin;
Obat bahan alam;
TIK/Elektronika;
Barang modal;
Alat angkut
Teknometer;
Teknopolitan;
HR Mobility;
Knowledge
Management;
NCE
Kurikulum di
Pendidikan Tinggi;
Pusat Inovasi;
Insentif
pemerintah;
Pendanaan
inovasi;
NA & RUU Sistem
Pengkajian & Audit
Teknologi; Climate
Change;
Biosecurity;
Ren. Energy;
Oceans; Biotech
Contoh
Green/Clean
Tech.:
E-Dev
Air
Infrastruktural
(mis. Energi listrik)
Contoh
Pusat Inovasi
(mis., inkubator
bisnis)
Audit Teknologi &
Pengembangan
Tematik
Teknopolitan/
Technopark
Pengembangan
Teknoprener
Pilar-pilar
Penguatan
Sistem Inovasi
(Flagship
Programs)
Ekowisata;
Industri kreatif;
Sawit
Pengembangan
Jaringan Inovasi
Ekosistem Inovasi
daerah;
Region-to-region
partnerships
Pengembangan
Klaster Industri
Aktivitas
pada Tataran
Daerah
Penguatan Sistem
Inovasi Daerah
Kota/Daerah Cerdas --- Smart & Green Cities (Regions)
27. MITRA DAERAH KERJASAMA : Kabupaten/Kota
Kontinental
Kepulauan
Khusus: Perbatasan
Khusus: Tertinggal
2
9
1
3
11
4
KE SUMATERA :
1.Kab. Pelalawan
2.Kab. Kep. Anambas
3.Kota Pagaralam
6
5
7
8
KE JAWA :
4. Kota Tangsel
5. Kota Cimahi
6. Kota Pekalongan
7. Kab. Banyumas
8. Kab. Ngawi
10
KE KALIMANTAN :
9. Kab. Kapuas Hulu
KE BALI-NT :
10. Kab. Bangli
KE SULAWESI :
11. Kab. Bantaeng
Keseluruhan kerjasama dengan daerah otonom ± 90
28. CONTOH PENGUATAN SISTEM INOVASI DI DAERAH OTONOM :
Penguatan Sistem Inovasi Kota Pekalongan
Jaringan Inovasi
(Teknopolitan Batik)
Penguatan SID
Pengembangan Teknoprener
Klaster Industri Batik
Pusat Inovasi
(BICC)
30. CONTOH PRAKARSA AWAL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
Visi & Misi
Pembangunan Daerah –
“Tema Besar”
Tema Inisiatif
Strategis
Kerangka
Kebijakan Inovasi
Kerangka Umum
Kelembagaan, Daya Dukung, Kap. Absorpsi
Interaksi/Keterkaitan, Pelayanan
Budaya Inovasi
Fokus, Keterpaduan Rantai Nilai
Perkembangan Global
SID
Klaster Jaringan
Teknoprener Pilar-pilar
Industri Inovasi
Tematik
31. POLICY/TECHNICAL ASSISTANCE DALAM
PENGEMBANGAN UNGGULAN DAERAH: Klaster Industri Animasi & Film di Cimahi
Pendampingan pengembangan klaster industri di Cimahi dilakukan
pada Industri Animasi & Film.
• Pemetaan awal teridentifikasi sekitar 60an pelaku usaha animasi
dan film sebagai industri inti, tergabung dalam komunitas Cimahi
Creative Association.
Pemkot Cimahi menfasilitasi aktivitas bisnis komunitas ini di
gedung BITC Baros.
Agenda utama yang telah dirumuskan untuk pengembangan
klaster adalah : (1) penyediaan sarana produksi, (2)
peningkatan kemampuan SDM yang mampu bersaing di
pasar, (3) menumbuhkan jumlah pelaku usaha animasi &
film.
Lembaga-pendukung yang terlibat berkolaborasi dan bersinergi program dalam
kegiatan ini baik langsung maupun tidak langsung antara lain:
Kemenristek, Kemenperind, Kemenpora, Kemendiknas, Kemeninfo, ITB, Institut
Kesenian Jakarta.
Pendampingan telah mencapai tahap Inisiatif Awal/ Prakarsa Pengembangan dan
Penyusunan Agenda Pengembangan
32. POLICY/TECHNICAL ASSISTANCE DALAM
PENGEMBANGAN UNGGULAN DAERAH:
Klaster Industri Minyak Atsiri, Produk Kelapa & Pangan di Kab.Blitar
•
Klaster industri yang dikembangkan di Kab.Blitar: (1) Minyak Atsiri “Java Atsiri” menghasilkan produk minyak
atsiri dari bahan baku lokal, seperti: cengkeh, nilam dan kenanga, (2) Produk Berbasis Kelapa “Manggar Sari”
memproduksi produk-produk kreatif dari bahan baku pohon kelapa, (3) Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal “Sari
Raos” memproduksi pangan dari bahan baku tepung cassava premium/ Mocaf yang potensial sebagai
substitusi gandum dan beras.
Pengembangan klaster di Kabupaten Blitar telah diawali sejak tahun 2009 melalui program Putri Kencana dari
Pemkab Blitar. Saat ini pengembangan klaster telah mencapai tahap implementasi. Lembaga pendukung yang
terlibat berkolaborasi dan bersinergi program dalam pengembangan klaster industri di daerah ini antara lain:
Kementerian Ristek, Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang.
33. CONTOH KLASTER INDUSTRI “SARI RAOS” MAKANAN BAHAN BAKU LOKAL –
KABUPATEN BLITAR
Kelompok Tani memproduksi “chips” ubikayu
bahan baku tepung cassava premium/ MOCAF
Desain Logo dan Kemasan oleh Univ Negeri Malang
untuk produk-produk Klaster Industri Sari Raos
Penepungan “chips” ubikayu di pabrik
tepung cassava premium PT.CSS
Produk-produk Klaster Industri Sari Raos
34. CONTOH PENGEMBANGAN JARINGAN INOVASI :
TEKNOPOLITAN PELALAWAN - RIAU
Visi & Misi
Pembangunan Daerah –
“Tema Besar”
Tema Inisiatif
Strategis
Kerangka
Kebijakan Inovasi
Kerangka Umum
Kelembagaan, Daya Dukung, Kap. Absorpsi
Interaksi/Keterkaitan, Pelayanan
Budaya Inovasi
Fokus, Keterpaduan Rantai Nilai
Perkembangan Global
SID
Klaster Jaringan
Teknoprener Pilar-pilar
Industri Inovasi
Tematik
35. CONTOH JARINGAN INOVASI : TEKNOPOLITAN PELALAWAN
KABUPATEN PELALAWAN - PROVINSI RIAU
Area of 3,754 ha.
Industries
Offices
Sport Center
Research & Dev’t
University
Main Gate
Housing
Services & Commercials
Sekolah
Tinggi
Teknologi
Pelalawan
(STTP)
“New” smart & green city
36. KERANGKA STRATEGIS PENGUATAN SISTEM INOVASI
Visi & Misi
Pembangunan –
“Tema Besar”
Tema Inisiatif
Strategis
Kerangka
Kebijakan Inovasi
Kerangka Umum
Kelembagaan, Daya Dukung, Kap. Absorpsi
Interaksi/Keterkaitan, Pelayanan
Budaya Inovasi
Fokus, Keterpaduan Rantai Nilai
Perkembangan Global
SID
Klaster Jaringan
Teknoprener Pilar-pilar
Industri Inovasi
Tematik
37. PUSAT INOVASI DALAM PENGEMBANGAN TEKNOPRENER
(BISNIS INOVATIF)
•
•
PUSAT INOVASI (PI) adalah suatu organisasi atau unit
organisasi yang berfungsi sebagai simpul, hub atau
gateway dari jaringan kemitraan yang memberikan jasa
layanan terpadu untuk menumbuhkembangkan bisnisbisnis yang inovatif, khususnya UMKM inovatif.
PI diharapkan mampu berperan sebagai salah satu
“ujung tombak” aktivitas penelitian, pengembangan dan
perekayasaan (litbangyasa) atau aktivitas inovasi yang
bermuara pada dampak ekonomi, sosial & budaya
(inovasi & kewirausahaan, difusi & pembelajaran).
38. BENTUK DASAR (AWAL) PUSAT INOVASI
Bentuk PI “standar” sebagai awal pengembangan :
1. PI – PJP/BDSP (Penyedia Jasa Pengembangan Bisnis atau
Business Development Service Provider) “bisnis inti”nya adalah memberikan layanan terpadu pengembangan
inovasi bisnis kepada UMKM yang sudah ada agar
berkembang menjadi UMKM Inovatif
2. PI - Inkubator Bisnis “bisnis inti”-nya adalah
memberikan layanan terpadu menginkubasikan para
calon pewirausaha (tenant) agar menjadi Teknoprener
Baru/Pemula (UMKM Inovatif Baru/Pemula) atau PPBT
(Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi).
Catatan : Variasi pengembangan PI dapat dilakukan sesuai dengan keadaan/konteks
relevannya.
39. INOVASI & MODERNISASI SUMBER PERKEMBANGAN EKONOMI
Perbaikan
Bisnis yang Ada
(Existing)
Keterkaitan
Pengetahuan &
Kompetensi
Faktor keunggulan
lokalitas
Pembelajaran, termasuk
Litbangyasa
Rantai
Nilai Inovasi
& Difusi
Siklus yang Makin Menguat
(Dari vicious cycle menjadi
virtuous cycle)
PI UMKM
Penyediaan pengetahuan/
teknologi
Interaksi & Keterkaitan
Daya Saing yang
Lebih Tinggi
Investasi
Dari Luar
Rantai
Nilai
Produksi
ROI yang Lebih Tinggi
Investasi (&
perdagangan)
Ke Luar
Investasi untuk Inovasi
Pengembangan
Bisnis Baru
• PJPB (BDSP) : Penyedia Jasa Pengembangan Bisnis
(Business Development Service Provider)
• Inkubator : Inkubator bisnis berbasis teknologi
40. HUBUNGAN ANTARA BPPT DENGAN PUSAT INOVASI
UMKM (PI UMKM)
Pusat Inovasi memiliki suatu fungsi “antarmuka” yang bisa dibentuk dari:
• Peningkatan lembaga yang telah ada (mis. Litbangyasa, perguruan tinggi, dll.);
dan/atau
• Pembentukan organisasi yang baru.
Center of Excellence
(Competence)
Lembaga
Terkait
PI UMKM
PI
UMKM
PI UMKM
Entitas
Lain
Pemda
setempat
BPPT & Mitra
PI UMKM
PI UMKM
UMKM
PI UMKM
PI UMKM
Lembaga
Litbangyasa
PI UMKM
SI : Sistem Inovasi
KI : Klaster Industri
JI : Jaringan Inovasi
Stakeholders
Kunci
Lembaga
Pembiayaan
41. PELAYANAN “MINIMUM” SEBAGAI PI
PI (PI UMKM) wajib memberikan layanan terpadu di
bidang :
1. Jasa Layanan Berbasis Teknologi/Pengetahuan (mis. :
desain, prototyping, pengujian, inkubasi bisnis
berbasis teknologi, pengembangan bisnis, dsb.)
2. Pengembangan SDM UMKM.
3. Intermediasi/Jejaring Bisnis UMKM.
4. Fasilitasi Akses Pembiayaan.
Catatan :
1 & 2 : pelayanan teknis dari “kompetensi inti” PI UMKM
3 & 4 : peran intermediasi/fasilitasi PI UMKM
43. PENGEMBANGAN TEKNOPRENER DI PERGURUAN TINGGI:
PERGESERAN PERAN PERGURUAN TINGGI
Pengembangan
Iptek
KNOWLEDGE
POOL
Solusi
Pembangunan
Pengembangan
SDM
44. CONTOH PRAKARSA PUSAT INOVASI
Pengembangan 16 (2009) & 19 (2010) PI-UMKM yang
berfungsi sebagai simpul dari jaringan kemitraan yang
memberikan jasa layanan terpadu untuk menumbuhkembangkan UMKM inovatif.
Advisory /konsultansi, memberikan bantuan
& pendampingan daerah mitra.
Inkubasi Teknologi – 2 (2009) & 3 (2010) Tenant Graduate :
PT. Medixe Sekawan Utama (Alat alat Kesehatan rumah
sakit ), PT. Imsatech Engineering (Mesin pengolah air dan
limbah cair berbasis membran),
CV. Bukit Organik (Sayuran dan peternakan organik).
Advisory /konsultansi, memberikan
bantuan & pendampingan
(Balai Inkubator Teknologi)
45. ILUSTRASI LAYANAN PI UNTUK BISNIS YANG SUDAH ADA :
IDENTIFIKASI FOKUS PADA 10 JENIS INOVASI DALAM BISNIS
Keuangan
1. Model Bisnis
(Business Model)
Bagaimana
mendapatkan
imbalan
2. Jaringan
(Networking)
Bagaimana
membentuk
kepemilikan
.
Proses.
Penawaran
(Offering)
3. Proses Inti (Core
Process)
Bagaimana
memberikan nilai
tambah terhadap
yang ditawarkan
5. Kinerja Produk
(Product
Performance)
Bagaimana
merancang
penawaran inti
4. Enabling Process
Bagaimana
mendukung porses
inti
6. Sistem Porduk
(Product System)
Bagaimana
meningkatkan
penawaran inti
Sumber : Doblin Group (Larry Keeley)
7. Layanan (Service)
Bagaimana tetap
berhubungan
dengan pelanggan
setelah pemeblian
Delivery
8. Channel
Bagaimana
menyampaikan
penawaran ke pasar
9. Brand
Bagaimana
mengkomunikasikan
penawaran
10. Customer
Experience
Bagaimana
mengintegrasikan
hubungan pelanggan
keseluruhan
46. PERCONTOHAN BPPT 2012 - 2013
1. Balai Inkubator Teknologi (BIT) – BPPT
2. FAKULTAS TEKNIK – UNS ~ “Kurikulum Teknoprener” &
Pusat Inovasi
3. Beberapa PI berbentuk Inkubator Bisnis & BDSP di
Perguruan Tinggi dan Daerah Otonom:
–
–
–
–
Koridor Ekonomi (KE) Sumatera : Kab. Pelalawan – Riau;
KE Jawa : Kota Cimahi – Jabar; Kota Pekalongan – Jateng;
KE Kalimantan : Kab. Kapuas Hulu – Kalbar;
KE Bali-NT : Kab. Bangli – Bali.
4. Gerakan Nasional : GIN (GERBANG INDAH NUSANTARA)
– Jaringan GIN Daerah Otonom
– Relawan Indonesia Berinovasi
50. PENGEMBANGAN 1 : AMEDIC
Products :
• Neonatal Care
• Medical Fridge
• Hospital Furniture
• Disposal
• Medical Clinic in Container
• Engineering Design service in equipment
customization
52. KERANGKA STRATEGIS PENGUATAN SISTEM INOVASI
Visi & Misi
Pembangunan –
“Tema Besar”
Tema Inisiatif
Strategis
Kerangka
Kebijakan Inovasi
Kerangka Umum
Kelembagaan, Daya Dukung, Kap. Absorpsi
Interaksi/Keterkaitan, Pelayanan
Budaya Inovasi
Fokus, Keterpaduan Rantai Nilai
Perkembangan Global
SID
Klaster Jaringan
Teknoprener Pilar-pilar
Industri Inovasi
Tematik
55. CONTOH TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI
Pemanfaatan mikroorganisme untuk menyuburkan lahan serta pengendalian hama
dan penyakit
Akumulasi penggunaan pupuk kimia menyebabkan kerusakan lahan sehingga
penggunaan pupuk menjadi semakin boros. Pestisida kimia juga menimbulkan
cemaran lahan.
Mikroba penambat nitrogen, pengurai fosfat dan pengurai sampah organik dapat digunakan untuk
biofertilizer. Mikroba penghasil enzim yang toksin bagi hama dapat digunakan sebagai biopestisida.
Mikroba pengurai organochlorin dapat digunakan untuk meremediasi lahan tercemar pestisida kimia.
Mikroba dalam rumen dikembangkan untuk probiotik.
Biodecomposer, Organic fertilizer, Biofertilizer, Bioremediant,
Biopesticide, Biocontrol and Probiotics.
55
56. CONTOH TEKNOLOGI KESEHATAN
TEKNOLOGI PRODUKSI EKSTRAK TERSTANDAR
Kerjasama antara KEMENKES – BPPT – PT. INDOFARMA
•
•
BPPT telah melakukan kegiatan teknologi
produksi ekstrak terstandar untuk 5 jenis
tanaman obat pada skala pilot.
*Kemenkes – BPPT - PT. Indofarma dalam rangka
mendorong program nasional pengembangan
Bahan Baku Obat Tradisional (BBOT), Saintifikasi
Jamu dan berkembangnya industri ekstrak
nasional.
Merupakan pencapaian misi BPPT :
1. perekayasaan teknologi untuk peningkatan
daya saing industri
2. perekayasaan teknologi untuk peningkatan
pelayanan publik instansi pemerintah
Pegagan
Temu lawak
Kencur
Sambiloto
Jahe merah
* Implementasi triple helix ABG :
BPPT – Indofarma – Kementerian Kesehatan
57. CONTOH TEKNOLOGI ENERGI BERSIH
PLTP 3 MW KAMOJANG (PTKKE)
• Pilot Plant telah dibangun
(Fabrikasi, kontruksi & instalasi).
• Individual test seluruh komponen dan steam
flushing perpipaan & separator/demister
• Persiapan Pengujian dan Sistem
Instrumentasi/Kontrol dalam tahap akhir
penyelesaian.
DEMO PLANT SMART MICROGRID SI P. SUMBA
UNTUK INTEGRASI ENERGI TERBARUKAN
• Demo Plant telah
dibangun, dioperasikan, dan diresmikan oleh
Menristek RI pada 2 Mei 2012
• Diadopsi PT. PLN untuk peningkatan
kapasitas dan kehandalan pembangkit
Energi Terbarukan di dalam sistem
kelistrikan
SISTEM MICROGRID
PULAU SUMBA
SISTEM PV
SISTEM
KENDALI
(EMS)
57
58. CONTOH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PERISALAH (PTIK)
Transformasi Perisalah ke Cloud
Demo Perisalah oleh Meneg BUMN
59. AUDIT TEKNOLOGI
Diskusi dengan Manajer PG Gondang Baru
Stasion Gilingan di PD Kremboong
Stasion Pemurnian di PG Gondang Baru
Stasion Masakan di PG Kedawoeng
61. BEBERAPA ISU POTENSIAL KEBIJAKAN
1. Keterbatasan media yang mendukung formasi kemitraan IPTEKIN.
2. Perbedaan/kesenjangan karakteristik spesifik para pihak (aktor) kemitraan
IPTEKIN.
a. Perbedaan/kesenjangan budaya. Budaya peneliti/perekayasa di perguruan
tinggi (lembaga litbangyasa) yang umumnya lebih mengedepankan
pertimbangan akademis dan kepentingan umum biasanya menjadi
penghambat dalam berhubungan dengan pelaku dari kalangan bisnis yang
lebih mengutamakan segi kepraktisan dan kemanfaatan nyata bagi
bisnis, serta kerahasiaan bisnisnya untuk dapat bersaing.
b. Perbedaan/kesenjangan manajemen. Demikian halnya gaya manajemen
yang lebih mengikuti hirarki birokrasi sering tidak sejalan dengan
manajemen bisnis yang memerlukan pola pengambilan keputusan yang
serba cepat.
c. Perbedaan/kesenjangan orientasi dan prioritas tujuan organisasi. Perbedaan
orientasi dan prioritas tujuan masing-masing pihak yang bermitra juga
sering menjadi penghambat efektifitas dan kelancaran dalam praktik
kemitraan IPTEKIN.
3. Keterbatasan yang terkait dengan “cara pandang (mindset), sikap, perilaku, dan
kemampuan” pelaku.
4. Keterbatasan sumber daya.
62. BEBERAPA ISU POTENSIAL KEBIJAKAN (lanjutan)
5. Keterbatasan investasi bagi aktivitas inovatif dalam pasar.
6. Kelemahan insentif:
a. Lemahnya insentif dalam sistem inovasi nasional bagi para pihak, yang
berkaitan dengan banyak faktor seperti misalnya kultur dalam masyarakat
yang “kurang saling percaya,” kondisi pasar, regulasi (misalnya perpajakan)
dan lainnya, yang akhirnya turut mempengaruhi kurang/belum
berkembangnya perilaku sosial bagi kemajuan inovasi yang
diharapkan, termasuk kehendak berkolaborasi antara industri dan
perguruan tinggi atau lembaga litbangyasa.
b. Insentif organisasi/kelembagaan pelaku. Struktur pengakuan/penghargaan
di masing-masing (atau salah satu) pihak yang bermitra sering kurang/tidak
memberikan insentif yang efektif bagi pengakuan/penghargaan dan/atau
“imbalan” atas keberhasilan kemitraan IPTEKIN.
7. Hak kepemilikan (proprietary rights).
8. Eksternalitas positif dari kemitraan IPTEKIN yang berkembang.
63. INOVASI SEMAKIN PENTING DALAM
PENCIPTAAN/PENINGKATAN NILAI TAMBAH (VALUE ADDED)
Ukuran “Kesejahteraan” yang diciptakan oleh entitas bisnis (perusahaan)
Nilai lain
Keuntungan
Depresiasi
Nilai Tambah
(Value Added)
Nilai Output
(Produk Barang
dan/atau Jasa)
Pajak
Bunga
Penjualan
(Sales)
“Biaya” Tenaga
Kerja
“Biaya” Kemitraan
Biaya-biaya:
• Pembelian
• Biaya lain
Catatan : lihat model
BSC
Aset Tangible
(mis. Kapital Tetap)
Aset Intangible
(mis. Knowledge, Kapasitas
Inovasi)
Semakin
Penting
64. TETAPI . . . : TANTANGAN TERKAIT ASET INTELEKTUAL (HKI)
DI LEMBAGA PEMERINTAH DAN/ATAU SDM IPTEKIN BERSTATUS PNS
1. “Kepemilikan”
2. “Kelembagaan & Mekanisme Anggaran” - Model bisnis ~
termasuk pelinsesian & royalty fee
3. Apresiasi bagi inventor (aktor IPTEKIN) :
a. reward/insentif,
b. pengakuan (acknowledgement), dsb.
4. “Pembiayaan & pemeliharaan” HKI
5. Aksesibilitas, afordabilitas & outreach difusi hasil
litbangyasa, termasuk HKI kadaluarsa.
65. USULAN
a. Pemungkinan “pengalihan kepemilikan” (hibah atau
semi hibah) HKI hasil dari aktivitas litbangyasa yang
didanai oleh APBN/APBD dari Negara kepada
lembaga/organisasi pelaksana litbangyasa dan/atau
pihak tertentu nasional.
b. Perangkat-perangkat
aturan
penunjang
untuk
pemanfaatan royalty fee HKI yang didapat dari hasil
pemanfaatan HKI tersebut dengan mitra kerjasama
(dapat berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Menteri Keuangan dan lainnya).
c. Perangkat-perangkat peraturan untuk pembiayaan
pemeliharaan HKI yang bersumber dari penerimaan
PNBP atau BLU.
66. PSI : MEMBAWA PEMBANGUNAN DAERAH YANG PROGRESIF &
BERKUALITAS, INKLUSIF, DAN BERKELANJUTAN
. . . dalam
keselarasan
kita maju . . .
Penguatan
IPTEKIN
Sistem
Untuk
Inovasi
Semua
67. Gerakan Membangun Sistem Inovasi, Daya Saing
dan Kohesi Sosial di seluruh Wilayah Nusantara
Salam Inovasi Indonesia
Terima Kasih
DB PKT
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Gedung II BPPT, Lt 13
Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta 10340
Telp. (021)-316 9441
Fax. (021)-319 24127
Gedung Pusat Inovasi & Bisnis Teknologi BPPT – Kawasan
PUSPIPTEK
Tangerang Selatan
Telp. (021)-7579 1349
Fax. (021)-7579 1348
http://www.bppt.go.id
http://portal.gin.web.id
68. SID
SID
Klaster Industri 1
Sistem Inovasi Nasional
Klaster Industri 3
SUBSISTEM & KETERKAITAN MULTIDIMENSI SISTEM INOVASI
Sektor I
Daerah
A
Daerah
C
“industrial cluster-wise” Subnational Innovation System
“Region-wise” Sub-national
Innovation System
“Sector-wise” Sub-national
Innovation System
Klaster Industri:
Sektor II
Klaster Industri 1-Z
Klaster Industri 3-B
Klaster Industri 2-C
Sektor III
SID : Sistem Inovasi Daerah.
Klaster Industri 1-A
69. DINAMIKA INTERAKSI TRIPLE HELIX SISTEM INOVASI
Pemerintah
Akademia
Industri
• Pemerintah mendominasi
lingkaran/spiral lainnya
• Koordinasi birokratis top-down
• Mentalitas “proyek besar”
• Industri: national champion
• Perguruan tinggi: terutama
berperan sebagai lembaga
pengajaran
• Industri : perusahaan
terhubungkan oleh pasar
Pemerintah
• Pemerintah : dibatasi pada
penanggulangan kegagalan
pasar
Industri
Litbangyasa
& PT
• Mentalitas individualistik
•
2
Hubungan/interaksi antar
kelembagaan dalam “pusaran spiral”
sebagai “proses transisi tanpa akhir
dan dinamis”
• Perguruan tinggi :
melaksanakan riset dasar dan
penyediaan SDM
1
Akademia
Tri-literal network dan
Organisasi Hybrid
Unit-unit antarmuka (interface)
pada garis batas yang ketat.
Sumber : Disesuaikan seperlunya dari Etzkowitz dan Leydesdorff (2000).
Pemerintah
Bisnis
3
70. SIN, SID, KI, JI = PENDEKATAN SISTEM
Industri Terkait
Industri Pemasok
Industri Inti
Industri
Pendukung
Lembaga
pendukung
Pembeli
71. INDIKASI KONTRIBUSI PENGETAHUAN/TEKNOLOGI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI:
PERTUMBUHAN TFP PROVINSI (RATA-RATA 2001-2008) DI 6 KORIDOR EKONOMI
TFP : Total Factor Productivity
Sumber : Hasil Perhitungan BPPT, 2011
73. TANTANGAN : PEMBANGUNAN BERBASIS PENGETAHUAN
Kesejahteraan/Kemakmuran, Kemandirian &
Peradaban Bangsa
Knowledge Society
Knowledge Economy
Daya Saing dan Kohesi Sosial;
Kebutuhan Dasar; Kedaulatan
POTENSI
EKONOMI
1.
2.
3.
4.
SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil
Infrastruktur komunikasi yang dinamis
Sistem inovasi yang efektif
Pemerintahan, insentif ekonomi dan rejim
kelembagaan yang mendukung
MELALUI
KORIDOR
EKONOMI
KONEKTIVITAS
NASIONAL
MP3EI
KEMAMPUAN
SDM DAN
IPTEK
NASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
Sistem informasi dan komunikasi
Pembelajaran seumur hidup dan budaya inovasi
Sistem inovasi yang efektif
Modal sosial
Kepemimpinan/kepeloporan dalam pemajuan
sosial budaya masyarakat
6. Rejim kebijakan yang kondusif
Sistem Inovasi
Kecenderungan dan Tantangan Universal
Globalisasi
Kemajuan Iptek,
Inovasi
Isu-isu Kontekstual
Ekonomi
Pengetahuan
Ekonomi
Jaringan
Faktor-faktor
Lokalitas
74. AGENDA POKOK PENGUATAN SISTEM INOVASI DI INDONESIA
1
6
2
Kerangka Kebijakan Inovasi : Heksagon
5
3
4
1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis.
2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbangyasa dan
mengembangkan kemampuan absorpsi oleh industri, khususnya UKM.
3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi
inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbangyasa serta
meningkatkan pelayanan berbasis teknologi.
4. Mendorong budaya inovasi.
5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan
sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah.
6. Penyelarasan dengan perkembangan global.
76. CONTOH 10 JENIS INOVASI
1. Business model
how the enterprise makes money
5. Product performance
basic features, performance and functionality
6. Product system
extended system that surrounds an offering
2. Networking
enterprise’s structure/
value chain
7. Service
how you service your customers
Process.
Finance
Business
model
Networking
Offering
Enabling
process
Product
performance
Core
process
3. Enabling process
assembled capabilities
4. Core process
proprietary processes that add value
Delivery
Product
system
Service
Channel
Brand
8. Channel
how you connect your offerings to
your customers
9. Brand
how you express your offering’s
benefit to customers
10. Customer experience
how you create an overall
experience for customers
Sumber : Rotman (2006)
Customer
experience
78. CONTOH TEKNOLOGI MANUFAKTUR:
REVITALISASI INDUSTRI PUPUK NASIONAL
Program Pupuk SRF (Pupuk Berimbang)
Inovasi &
Pengembangan
teknologi produksi
Industrialisasi
dan Advokasi
Kerjasama
PT.Pupuk Kaltim
Pendampingan Teknis
Pendirian Pabrik PKT-V
Selesainya pilot project 10.000 tpy
Optimasi proses dan peralatan
Integrasi SRF dan pupuk mineral
Mitra : PT. Pupuk Kujang Cikampek
Forum Team Kerja Industrialisasi
(Dalam rangka mendapatkan SNI dan
rekomendasi pupuk SRF)
• Kemenperind
• Kementan
• Asosiasi Pupuk Nasional
• Industri pupuk
Sosialisasi Internasional :
Negara D8
Kerjasama dg Bantaeng
Pabrik SRF Skala 10.000 TPY
PENDAMPINGAN KUALITAS PERALATAN & DESAIN “CRITICAL
EQUIPMENT “ PADA UREA PLANT PABRIK PUPUK PKT -V
PERAN DESIGN INSTITUTE DALAM MEMBERI SOLUSI TERHADAP
PENINGKATAN TKDN
Pabrik Pupuk PKT-V
78
79. CONTOH TEKNOLOGI PERTAHANAN DAN KEAMANAN
PUNA WULUNG BPPT
AKAN MASUK JAJARAN SQUADRON TNI AU
Tahun 2012 merupakan sejarah bagi kegiatan
pengembangan teknologi PUNA BPPT dengan mulai
beralihnya proses pengembangan Puna dari teknologi
development ke pemanfaatan hasil teknologi.
Demo flight di Halim Perdana Kusumah pada tanggal 11
Oktober 2012 berhasil sukses diikuti dengan keputusan
Menhan agar PUNA-BPPT segera digunakan untuk
memperkuat skuadron PTTA TNI AU di Kalimantan.
Bapak Presiden RI mendengarkan penjelasan
tentang Puna Wulung
(Saat setelah demo flight )
79
80. CONTOH TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Penanganan Bencana
Kebakaran, Banjir, dan Kekeringandi
Riau, Sumsel, Kalteng, Jabar, Jakarta, Soroako
Mitra: BNPB, Pemda, TNI AU, TNI AD, PLN, Jasa Tirta
PNBP: Rp 15, 6 miliar
Pemasangan Tsunameter Kabel di Pameungpeuk, Jabar
80