Bab II membahas tentang pembahasan mengenai meningitis, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, dan asuhan keperawatan untuk menangani meningitis."
1. BAB II
PEMBAHASAN
STEP 1
(Mencari istilah – istilah serta artinya yang tidak diketahui)
1. Purulen : cairan mirip nanah
2. Kesadaran apatis : keadaan kesadaran seseorang yang segan
untuk berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
3. Lumbal pungsi : pemeriksaan berupa pengambilan cairan
serebrospinal dengan memasukkan jarum ke dalam ruang
subaranoid di medulla spinalis.
4. Kaku kuduk : pemeriksaan fisik patologis yang menunjukkan adanya infeksi
atau lesi
5. Serebrospinal : cairan ini mengalir dalam ruang
subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk
memberikan perlindungan serta nutrisi di otak.
6. Selaput meningen otak : selaput yang membungkus otak dan medula spinalis
7. Tirah baring : keadaan dimana pasien yang hanya bisa
melakukan aktivitas di atas tempat tidur.
8. Meningitis : inflamasi meningen akibat infeksi oleh mikroorganisme
STEP 2
(Identifikasi masalah (mengajukan pertanyaan))
1. Apa definisi meningitis ?
2. Apa penyebabnya ?
3. Bagaimana tanda dan gejalanya ?
4. Bagaimana proses terjadinya ?
5. Bagaimana cara penanganannya ?
6. Bagaimana cara pencegahannya ?
7. Bagaimana asuhan keperawatnnya ?
2. STEP 3
(Solusi sementara)
1. Demam
Jika klien demam, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu :
• Kompres hangat
• Beri obat penurun panas, paracetamol
• Minum air putih
• Gunakan pakaian tipis
• Atur suhu ruangan
• Personal higine
2. Kejang
Jika klien kejang, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu :
• Amankan klien ke ke daerah yang aman
• Jangan memberi makan atau minum saat kejang
• Longgarkan pakaian
3. Influenza
Jika klien influenza, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu:
• Minum vitamin C
• Minum air putih
• Istirahat secukupnya
4. Radang tengorokan
Jika klien radang tenggorokan, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu :
• Minum air putih
• Beri larutan pereda panas dalam
• Mandi
4. A. Defenisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.
B. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak
dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam
sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi
arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak
melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret
telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar) sehingga menembus
sawar darah otak, mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada
piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke
kranial maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya,
dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan
hydrocephalus.
Faktor lingkungan (environtment) yang mempengaruhi terjadinya meningitis bakteri
yang disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe b adalah lingkungan dengan kebersihan yang
buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup serumah dengan penderita infeksisaluran
pernafasan. Risiko penularan meningitis Meningococcus juga meningkat pada lingkungan yang
padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji.
C. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu
disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
meningitis purulenta dan meningitis serosa.
D. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza,
Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli,
5. Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan
eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan
terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi
tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan
menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
E. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez
zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus
dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks
cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung pada jenis sel yang terlibat.
F. Pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor
presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat
menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi
sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung dengan
penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti
barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan
personal hygine seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.
G. Pengkajian Pasien dengan meningitis
Riwayat penyakit dan pengobatan
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status
kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas,
atau fraktur tulang tengkorak, dll.
6. H. Manifestasi Klinik
• Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.
• Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
• Sakit kepala
• Sakit-sakit pada otot-otot
• Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
• Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
• Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa
terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
• Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada
virus meningitis.
• Nausea
• Vomiting
• Demam
• Takikardia
• Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
• Pasien merasa takut dan cemas.
• Komplikasi: terjadi hidrosefalus
I. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal
punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai
normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa
cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan
otaknya menurun dari nilai normal.
7. J. Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
K. Pengobatan
Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
Antibiotik Organisme
Penicilin G Pneumoccocci Terapi TBC Micobacterium
Meningoccocci • Streptomicyn Tuber culosis
Streptoccocci • INH
• PAS
Gentamicyn Klebsiella
Pseudomonas
Proleus
Chlorampenikol Haemofilus
Influenza
Cara mengatasi kejang:
1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat
saluran pernapasannya.
2. Letakkan pasien di tempat yang aman untuk menghindari cedera. Jika pasien berada di atas
kasur, beri pelindung disekeliling tempat tidur agar pasien tidak terjatuh. Selain itu, jauhkan
pasien dari benda-benda berbahaya.
3. Berikan balutan kain disela-sela gigi pasien, agar lidah dan bibir pasien tidak tergigit dan tidak
menutupi jalan nafas pasien.
4. Miringkan tubuh pasien karena umumnya pasien yang sedang kejang mengeluarkan cairan-
cairan dari mulutnya. Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar,
tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran nafas dan memperparah
keadaan. Selain itu bersihkan cairan tersebut agar tidak menyumbat saluran nafas.
8. 5.Saat pasien sadar, jangan beri makanan atau minuman apapun untuk menghidari terjadinya
aspirasi.
L. Asuhan Keperawatan
Tanggal MRS : Selasa, 13 Maret 2012
Jam : Pukul 10.00 pagi
Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2012
Diagnosa Medis : Meningitis
a. Pengkajian
1. Pengkajian Umum
Identitas pasien
Nama : Maryadi
Tempat tgl. lahir : Pontianak, 31 mei 1982
Jenis kelamin : Laki – laki
Anak ke : Ke 1
Pendidikan : -
Alamat : JL. Sui Raya Dalam
Identitas Orangtua
Nama Ayah/Ibu
Ayah : Supriyadi,
Ibu : Maryati
Pekerjaan ayah/ibu
Ayah : PNS
Ibu : Guru
9. Alamat : JL. Sui Raya Dalam
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Keluhan utama saat ini: 13 maret 2012 pukul 10.00 klien megalami demam
tinggi dan kejang.
b. Diagnosa medis saat masuk RS: Meningitis
3. Riwayat penyakit dahulu : influenza dan radang tenggorokan
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Ayah klien mengalami ISPA
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sistem pernafasan
TTV : RR 35 x/menit, TD 150/80 mmHg, Nadi 75 x/menit, suhu 39 C
a. Keluhan : sesak
b. Inspeksi : bentuk dada simetris
c. Sekresi batuk : ada sputum
d. Nyeri/tdk waktu bernafas : nyeri
e. Frekuensi/Pola nafas : 30 x/menit, ireguler
f. Auskultasi : abnormal, adanya ronchi
g. Alat bantu pernafasan :-
Masalah keperawatan : : bersihan jalan nafas tidak efektif
Pemeriksaan fisik sistem persyarafan
10. a. Tingkat kesadaran : apatis
b. GCS
Eye :4
Verbal :4
Motorik :3
Total GCS Nilai : 11
c. Reflex fisiologis
Bisep : ada
Trisep : ada
Patela : ada
d. Rangsang meningel : kaku kuduk +
Tanda kernik +
Tanda brudzinki 1/2 +
e. Reflex patologis : babinski +
d. Kejang : ada
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
a. Masalah kandung kemih : normal
b. Produksi urine : 300 cc /hari
c. Warna : putih kekuning - kuningan
d. Bentuk alat kelamin : normal
e. Uretra : normal
11. Pemeriksaan fisik sistem percernaan
a. Mulut dan tenggorokan
• Bibir : normal
• Selaput lender mulut : lembab
• Hipersalivasi : ada
• Lidah : kotor
• Kebersihan rongga mulut : berbau
• Tenggorokan : sulit menelan
• Mual : ya
• Muntah : ya
• Terpasang NGT : tidak
• Hipersalivasi : tidak
b. BAB : 1 x/ 2 hari
c. Pola makan : 3 x/hari
Pola persepsi
• Tingkat pengetahuan :
- Lingkungan :
- Sakit :
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal fungsi : purulen, keruh, glukosa menurun, protein meningkat
12. b. Leukosit 20 ribu/ml3
(Normal : 4 ribu/ ml3 s/d 10 ribu/ ml3)
b. Diagnosa keperawatan
N Data Etiologi Masalah
o
1 Data subyektif : Adanya Bersihan
penumpukan jalan nafas
- Klien mengatakan
sputum pada jalan tidak efektif
sudah beberapa hari ini
nafas
bersin-bersin
- Klien mengatakan
tenggorokannya sakit
Data objektif :
- Klien tampak lemah
- Batuk disertai sputum
- Ronki +/+
- RR 35 x/menit
2 Data subjektif : Mikroorganisme di Resiko
selaput otak penyebaran
- Klien mengatakan
infeksi
sakit di kepalanya
Data objektif :
- kejang
- suhu 39 C
- TD 150/120
- ct scan : infeksi
meningen
- lumbal fungsi +
- leukosit 20rb/ml3
3 Data subjektif : Kejang Resiko cidera
13. - keluarga mengatakan
bahwa pasien telah
mengalami kejang
sebanyak 3 kali
Data objektif :
- kejang
- nadi 150 x/menit
- apatis
GCS
Eye : 4
Verbal : 4
Motorik : 3
4 Data subjektif : kurangnya informasi dan Kurangnya
pemahaman klien terhadap
pengetahuan
- klien mengatakan penyakitnya
tinggal di daerah yang
kumuh dan padat
penduduk
Data objektif :
- pendidikan terakhir
klien
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum pada jalan nafas
2. Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak
3. Resiko cidera b.d kejang
4. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi dan pemahaman klien terhadap
penyakitnya
14.
15.
16. No. Intervensi
Tgl/Hari Tujuan Kriteria Hasil Rasional
Dx
1 Meningkatkan kepatenan • Klien sudah tidak a. Berikan posisi fowler atau a. Agar klien dapat
bersihan jalan nafas dalam terlihat lemah semifowler bernafas dengan lebih
• Klien nafasnya tidak
waktu 1x24 jam sesak b. Kaji bunyi paru; nyaman
• Batuk disertai sputum Frekuensi
hilang b. Untuk mengobservasi
napas,kedalaman,
• Ronci berkurang s/d ada tidaknya sekret
hilang dan usaha; dan produksi
• RR 2 normal1-30 sputum c. Untuk mempermudah
x/menit
c. Lakukan fisioterapi klien dalam pengeluaran
dada/nafas sekret.
d. Pertahankan kepatenan
d. Untuk mengeluarkan
jalan napas dengan melakukan
secret yang ada di jalan
pengisapan; mis sunction
nafas klien
2 Mencegah penyebaran infeksi • Demam turun hingga a. observasi suhu pasien, dan a. Untuk memantau status
dan komplikasi normal dengan suhu tekanan darah pasien kondisi pasien.
36,5-37,5 C
b. lakukan pemeriksaan ct scan b. Untuk mengetahui
dan lab keadaan dari dalam tubuh
pasien itu sendiri.
• Tekanan darah normal c. kolaborasi : beri obat penurun
17. berkisar 120/80 mmHg panas yaitu paracetamol, beri c.untuk menurunkan
antibiotic/antiviral panas dan menghindari
• Hasil ct scan tidak ada
infeksi yang lebih parah.
infeksi
• Cairan serebrospinal
pada lumbal tidak ada
kekeruhan
• Leukosit normal berkisar
4000-1000 ribu/ml3
• Kejang tidak terjadi lagi
3 Mencegah cidera pada pasien • Kesadaran mulai normal a. pantau kesadaran klien a. untuk mengetahu
tingkat kesadaran pasien
• Tidak terjadi cidera b. beri pengaman di sekitar
tempat tidur seperti bantal b. untuk menghindari
• Tidak ada fraktur
terjadinya cedera; mis
• Tidak ada luka jatuh
4 Meningkatkan pengetahuan • Klien dan keluarga dapat a. beri penyuluhan kesehatan a. untuk meningkatkan
untuk klien dan keluarga menangani penyakitnya tentang kejang, sanitasi pengetahuan pasien dan
lingkungan keluarga pasien mengenai
penyakit tersebut
18. c. Implementasi
13 maret 2012, pukul: 09.00 WIB
1. Bersihan jalan nafas b.d penumpukan sputum pada jalan nafas
a. Memberikan posisi semifowler
b. Mengkaji bunyi paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha; sesuai dengan
indikator dari penggunaan alat penunjang yang efektif
c. Mengauskultasi dada
d. Melakukan fisioterapi dada
e. Membersihkan secret
f. Memeriksa tanda-tanda vital
g. Mengevaluasi status respirasi klien
2. Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak
a. Mengkaji suhu pasien
b. Memeriksa tekanan darah
c. Melakukan pemeriksaan ct scan
d. Melakukan pemeriksaan laboratorium
e. Melakukan kolaborasi : Memberikan obat penurun panas yaitu paracetamol 500
mg P.O dan antibiotik 500 mg I.V
3. Resiko cidera b.d kejang
a. Memeriksa nadi klien
b. Memantau kesadaran klien
c. Memberikan pengaman di sekitar tempat tidur klien seperti bantal
d. Memberikan obat kejang yaitu diazepam 0.5 mg per I.V
4. Timbulnya penyakit lain b.d kurangnya pengetahuan orangtua
a. Memberikan penyuluhan kesehatan
d. Evaluasi
15 maret 2012, pukul: 12.00 WIB
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Penumpukan sputum pada jalan nafas
S:
• klien mengatakan bahwa klien tidak bersin-bersin lagi
• tenggorokannya sudah tidak terasa sakit
O:
• RR 22 x/mnt
19. • ronci berkurang hingga hilang
• klien tidak tampak lemah
• batuk berkurang hingga hilang
A: Masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi b
2. Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak
S:
• klien mengatakan tidak merasakan sakit kepala lagi.
O:
• TD 120/80 mmHg,
• suhu 36 C,
• tidak terjadi kejang,
• hasil ct scan tidak ada infeksi,
• leukosit turun hingga 9500/ml3,
• tidak ada kekeruhan cairan serebrospinal pada lumbal fungsi
A : masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
3. Resiko cidera b.d kejang
S:
• Keluarga mengatakan klien tidak mengalami kejang lagi
O:
• tidak terjadi kejang,
• compos mentis,
• Klien tidak mengalami cedera
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
4. Timbulnya penyakit lain b.d kurangnya pengetahuan orangtua
S:
• klien mengatakan sudah mengerti bagaimana cara menangani peyakitnya
20. O:
• klien tampak sehat
A : masalah teratasi
P : keluarga mendapatkan lembar informasi berupa leaflet.