SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
BAB II
                                      PEMBAHASAN

STEP 1
(Mencari istilah – istilah serta artinya yang tidak diketahui)


   1. Purulen                  : cairan mirip nanah
   2.                          Kesadaran apatis         : keadaan kesadaran seseorang yang segan
                               untuk berhubungan        dengan lingkungan sekitarnya.
   3.                          Lumbal pungsi : pemeriksaan berupa pengambilan cairan
                               serebrospinal dengan memasukkan jarum ke dalam ruang
                               subaranoid di medulla spinalis.
   4. Kaku kuduk               : pemeriksaan fisik patologis yang menunjukkan adanya infeksi
        atau lesi
   5.                          Serebrospinal           : cairan ini mengalir dalam ruang
                               subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk
                               memberikan perlindungan serta nutrisi di otak.
   6. Selaput meningen otak : selaput yang membungkus otak dan medula spinalis
   7.                            Tirah baring : keadaan dimana pasien yang hanya bisa
                                 melakukan aktivitas di atas tempat tidur.
   8. Meningitis               : inflamasi meningen akibat infeksi oleh mikroorganisme




STEP 2
(Identifikasi masalah (mengajukan pertanyaan))
   1. Apa definisi meningitis ?
   2. Apa penyebabnya ?
   3. Bagaimana tanda dan gejalanya ?
   4. Bagaimana proses terjadinya ?
   5. Bagaimana cara penanganannya ?
   6. Bagaimana cara pencegahannya ?
   7. Bagaimana asuhan keperawatnnya ?
STEP 3
(Solusi sementara)


   1. Demam
       Jika klien demam, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu :
          •    Kompres hangat
          •    Beri obat penurun panas, paracetamol
          •    Minum air putih
          •    Gunakan pakaian tipis
          •    Atur suhu ruangan
          •    Personal higine


   2. Kejang
       Jika klien kejang, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu :
          •    Amankan klien ke ke daerah yang aman
          •    Jangan memberi makan atau minum saat kejang
          •    Longgarkan pakaian


   3. Influenza
       Jika klien influenza, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu:
          •    Minum vitamin C
          •    Minum air putih
          •    Istirahat secukupnya


   4. Radang tengorokan
       Jika klien radang tenggorokan, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu :
          •    Minum air putih
          •    Beri larutan pereda panas dalam
          •    Mandi
STEP 4
(Concept map)


                    MENINGITIS

                         definisi


                          etiologi


                        patofisiologi


                     manifestasi klinis
                                                pemeriksaan fisik
                        pengkajian
                                                pemeriksaan penunjang
                    diagnosa keperawatan


                rencana tindakan (intervensi)


                       implementasi


                          evaluasi




STEP 5
A. Defenisi
       Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.


B. Patofisiologi
       Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak
dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam
sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi
arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
       Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak
melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret
telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar) sehingga menembus
sawar darah otak, mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada
piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke
kranial maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya,
dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan
hydrocephalus.
       Faktor lingkungan (environtment) yang mempengaruhi terjadinya meningitis bakteri
yang disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe b adalah lingkungan dengan kebersihan yang
buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup serumah dengan penderita infeksisaluran
pernafasan. Risiko penularan meningitis Meningococcus juga meningkat pada lingkungan yang
padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji.
C. Etiologi
       Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu
disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
meningitis purulenta dan meningitis serosa.


D. Meningitis Bakteri
       Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza,
Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli,
Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan
eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan
terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi
tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan
menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.


E. Meningitis Virus
       Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez
zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus
dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks
cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung pada jenis sel yang terlibat.


F. Pencegahan
       Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor
presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat
menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi
sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.
       Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung dengan
penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti
barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan
personal hygine seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.
G. Pengkajian Pasien dengan meningitis
Riwayat penyakit dan pengobatan
       Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status
kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas,
atau fraktur tulang tengkorak, dll.
H. Manifestasi Klinik

• Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.
• Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
• Sakit kepala
• Sakit-sakit pada otot-otot
• Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
• Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
• Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa
 terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
• Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada
 virus meningitis.
• Nausea
• Vomiting
• Demam
• Takikardia
• Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
• Pasien merasa takut dan cemas.
• Komplikasi: terjadi hidrosefalus



I. Pemeriksaan Laboratorium
       Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal
punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai
normal.
       Serum     elektrolit    dan   serum   glukosa   dinilai untuk   mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa
cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan
otaknya menurun dari nilai normal.
J. Pemeriksaan Radiografi
       CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.


K. Pengobatan
Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :
Antibiotik               Organisme
Penicilin G              Pneumoccocci           Terapi TBC               Micobacterium
                         Meningoccocci          • Streptomicyn           Tuber culosis
                         Streptoccocci          • INH
                                                • PAS

Gentamicyn               Klebsiella
                         Pseudomonas
                         Proleus


Chlorampenikol           Haemofilus
                         Influenza



Cara mengatasi kejang:
1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat
saluran pernapasannya.
2. Letakkan pasien di tempat yang aman untuk menghindari cedera. Jika pasien berada di atas
kasur, beri pelindung disekeliling tempat tidur agar pasien tidak terjatuh. Selain itu, jauhkan
pasien dari benda-benda berbahaya.
3. Berikan balutan kain disela-sela gigi pasien, agar lidah dan bibir pasien tidak tergigit dan tidak
menutupi jalan nafas pasien.
4. Miringkan tubuh pasien karena umumnya pasien yang sedang kejang mengeluarkan cairan-
cairan dari mulutnya. Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar,
tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran nafas dan memperparah
keadaan. Selain itu bersihkan cairan tersebut agar tidak menyumbat saluran nafas.
5.Saat pasien sadar, jangan beri makanan atau minuman apapun untuk menghidari terjadinya
aspirasi.




L. Asuhan Keperawatan

Tanggal MRS                      : Selasa, 13 Maret 2012
Jam                              : Pukul 10.00 pagi
Tanggal Pengkajian               : 13 Maret 2012
Diagnosa Medis                   : Meningitis
    a. Pengkajian

    1. Pengkajian Umum

         Identitas pasien

            Nama                 : Maryadi

            Tempat tgl. lahir : Pontianak, 31 mei 1982

            Jenis kelamin        : Laki – laki

            Anak ke              : Ke 1

            Pendidikan           : -

            Alamat               : JL. Sui Raya Dalam


         Identitas Orangtua

            Nama Ayah/Ibu

            Ayah                 : Supriyadi,

            Ibu                  : Maryati

            Pekerjaan ayah/ibu

            Ayah                 : PNS

            Ibu                  : Guru
Alamat              : JL. Sui Raya Dalam


2. Riwayat penyakit sekarang
       a. Keluhan utama saat ini: 13 maret 2012 pukul 10.00 klien megalami demam
           tinggi dan kejang.

       b. Diagnosa medis saat masuk RS: Meningitis




3. Riwayat penyakit dahulu : influenza dan radang tenggorokan


4.   Riwayat penyakit keluarga

       a. Ayah klien mengalami ISPA



5. Pemeriksaan fisik
        Pemeriksaan fisik sistem pernafasan

           TTV : RR 35 x/menit, TD 150/80 mmHg, Nadi 75 x/menit, suhu 39 C

           a. Keluhan                   : sesak

           b. Inspeksi                  : bentuk dada simetris

           c. Sekresi batuk             : ada sputum

           d. Nyeri/tdk waktu bernafas : nyeri

           e. Frekuensi/Pola nafas      : 30 x/menit, ireguler

           f. Auskultasi                : abnormal, adanya ronchi

           g. Alat bantu pernafasan     :-

           Masalah keperawatan :        : bersihan jalan nafas tidak efektif


        Pemeriksaan fisik sistem persyarafan
a. Tingkat kesadaran           : apatis

   b. GCS

   Eye                            :4

   Verbal                         :4

   Motorik                        :3

   Total GCS Nilai                : 11

   c. Reflex fisiologis

      Bisep : ada

      Trisep : ada

         Patela : ada

   d. Rangsang meningel : kaku kuduk +

                            Tanda kernik +

                            Tanda brudzinki 1/2 +

   e. Reflex patologis    : babinski +

   d. Kejang              : ada




 Pemeriksaan fisik sistem perkemihan

   a. Masalah kandung kemih : normal

   b. Produksi urine              : 300 cc /hari

   c. Warna                       : putih kekuning - kuningan

   d. Bentuk alat kelamin         : normal

   e. Uretra                      : normal
 Pemeriksaan fisik sistem percernaan

          a. Mulut dan tenggorokan

             •   Bibir                        : normal

             •   Selaput lender mulut         : lembab

             •   Hipersalivasi                : ada

             •   Lidah                        : kotor

             •   Kebersihan rongga mulut      : berbau

             •   Tenggorokan                  : sulit menelan

             •   Mual                         : ya

             •   Muntah                       : ya

             •   Terpasang NGT                : tidak

             •   Hipersalivasi                : tidak

          b. BAB                              : 1 x/ 2 hari

          c. Pola makan                       : 3 x/hari

       Pola persepsi

             •   Tingkat pengetahuan          :

                 -    Lingkungan              :

                 -    Sakit                   :




6. Pemeriksaan laboratorium

   a. Lumbal fungsi      : purulen, keruh, glukosa menurun, protein meningkat
b. Leukosit 20 ribu/ml3

       (Normal : 4 ribu/ ml3 s/d 10 ribu/ ml3)




b. Diagnosa keperawatan

   N                       Data                           Etiologi     Masalah
   o

   1    Data subyektif :                         Adanya              Bersihan
                                                 penumpukan          jalan nafas
            -   Klien mengatakan
                                                 sputum pada jalan   tidak efektif
                sudah beberapa hari ini
                                                 nafas
                bersin-bersin
            -   Klien mengatakan
                tenggorokannya sakit
                Data objektif :

            -   Klien tampak lemah
            -   Batuk disertai sputum
            -   Ronki +/+
           - RR 35 x/menit
   2    Data subjektif :                         Mikroorganisme di   Resiko
                                                 selaput otak        penyebaran
            -   Klien mengatakan
                                                                     infeksi
                sakit di kepalanya
        Data objektif :

            -   kejang
            -   suhu 39 C
            -   TD 150/120
            -   ct scan : infeksi
                meningen
            -   lumbal fungsi +
            -   leukosit 20rb/ml3
   3            Data subjektif :                 Kejang              Resiko cidera
-   keluarga mengatakan
                 bahwa pasien telah
                 mengalami kejang
                 sebanyak 3 kali
                 Data objektif :

             -   kejang
             -   nadi 150 x/menit
             -   apatis
                 GCS

                 Eye : 4

                 Verbal : 4

                 Motorik : 3

   4             Data subjektif :           kurangnya informasi dan            Kurangnya
                                            pemahaman klien terhadap
                                                                               pengetahuan
             -   klien mengatakan           penyakitnya
                 tinggal di daerah yang
                 kumuh dan padat
                 penduduk
                 Data objektif :

             -   pendidikan terakhir
                 klien
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum pada jalan nafas

2. Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak

3. Resiko cidera b.d kejang

4. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi dan pemahaman klien terhadap
   penyakitnya
No.                                                                           Intervensi
         Tgl/Hari               Tujuan                   Kriteria Hasil                                                     Rasional
    Dx

1                   Meningkatkan kepatenan        •   Klien sudah tidak       a. Berikan posisi fowler atau       a. Agar klien dapat
                    bersihan jalan nafas dalam        terlihat lemah          semifowler                          bernafas dengan lebih
                                                  •   Klien nafasnya tidak
                    waktu 1x24 jam                    sesak                   b. Kaji bunyi paru;                 nyaman
                                                  •   Batuk disertai sputum     Frekuensi
                                                      hilang                                                      b. Untuk mengobservasi
                                                                                napas,kedalaman,
                                                  •   Ronci berkurang s/d                                         ada tidaknya sekret
                                                      hilang                  dan usaha; dan produksi
                                                  •   RR 2 normal1-30         sputum                              c. Untuk mempermudah
                                                      x/menit
                                                                              c. Lakukan fisioterapi              klien dalam pengeluaran
                                                                              dada/nafas                          sekret.
                                                                              d. Pertahankan kepatenan
                                                                                                                  d. Untuk mengeluarkan
                                                                              jalan napas dengan melakukan
                                                                                                                  secret yang ada di jalan
                                                                              pengisapan; mis sunction
                                                                                                                  nafas klien



2                   Mencegah penyebaran infeksi   •   Demam turun hingga      a. observasi suhu pasien, dan       a. Untuk memantau status
                    dan komplikasi                    normal dengan suhu      tekanan darah pasien                kondisi pasien.
                                                      36,5-37,5 C
                                                                              b. lakukan pemeriksaan ct scan      b. Untuk mengetahui
                                                                              dan lab                             keadaan dari dalam tubuh
                                                                                                                  pasien itu sendiri.
                                                  •   Tekanan darah normal    c. kolaborasi : beri obat penurun
berkisar 120/80 mmHg        panas yaitu paracetamol, beri   c.untuk menurunkan
                                                                  antibiotic/antiviral            panas dan menghindari
                                  •   Hasil ct scan tidak ada
                                                                                                  infeksi yang lebih parah.
                                      infeksi

                                  •   Cairan serebrospinal
                                      pada lumbal tidak ada
                                      kekeruhan

                                  •   Leukosit normal berkisar
                                      4000-1000 ribu/ml3

                                  •   Kejang tidak terjadi lagi

3   Mencegah cidera pada pasien   •   Kesadaran mulai normal      a. pantau kesadaran klien       a. untuk mengetahu
                                                                                                  tingkat kesadaran pasien
                                  •   Tidak terjadi cidera        b. beri pengaman di sekitar
                                                                  tempat tidur seperti bantal     b. untuk menghindari
                                  •   Tidak ada fraktur
                                                                                                  terjadinya cedera; mis
                                  •   Tidak ada luka                                              jatuh

4   Meningkatkan pengetahuan      •   Klien dan keluarga dapat    a. beri penyuluhan kesehatan    a. untuk meningkatkan
    untuk klien dan keluarga          menangani penyakitnya       tentang kejang, sanitasi        pengetahuan pasien dan
                                                                  lingkungan                      keluarga pasien mengenai
                                                                                                  penyakit tersebut
c.      Implementasi
     13 maret 2012, pukul: 09.00 WIB
     1. Bersihan jalan nafas b.d penumpukan sputum pada jalan nafas
        a. Memberikan posisi semifowler
        b. Mengkaji bunyi paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha; sesuai dengan
             indikator dari penggunaan alat penunjang yang efektif
        c. Mengauskultasi dada
        d. Melakukan fisioterapi dada
        e. Membersihkan secret
        f.   Memeriksa tanda-tanda vital
        g. Mengevaluasi status respirasi klien
     2. Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak
        a. Mengkaji suhu pasien
        b. Memeriksa tekanan darah
        c. Melakukan pemeriksaan ct scan
        d. Melakukan pemeriksaan laboratorium
        e. Melakukan kolaborasi : Memberikan obat penurun panas yaitu paracetamol 500
             mg P.O dan antibiotik 500 mg I.V
     3. Resiko cidera b.d kejang
        a. Memeriksa nadi klien
        b. Memantau kesadaran klien
        c. Memberikan pengaman di sekitar tempat tidur klien seperti bantal
        d. Memberikan obat kejang yaitu diazepam 0.5 mg per I.V
     4. Timbulnya penyakit lain b.d kurangnya pengetahuan orangtua
        a. Memberikan penyuluhan kesehatan


     d. Evaluasi
     15 maret 2012, pukul: 12.00 WIB
     1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Penumpukan sputum pada jalan nafas
        S:
             •   klien mengatakan bahwa klien tidak bersin-bersin lagi
             •   tenggorokannya sudah tidak terasa sakit
        O:
             •   RR 22 x/mnt
•   ronci berkurang hingga hilang
          •   klien tidak tampak lemah
          •   batuk berkurang hingga hilang
     A: Masalah teratasi sebagian
     P: pertahankan intervensi b


2.   Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak
     S:
          •   klien mengatakan tidak merasakan sakit kepala lagi.
     O:
          •   TD 120/80 mmHg,
          •   suhu 36 C,
          •   tidak terjadi kejang,
          •   hasil ct scan tidak ada infeksi,
          •   leukosit turun hingga 9500/ml3,
          •   tidak ada kekeruhan cairan serebrospinal pada lumbal fungsi
     A : masalah teratasi
     P: pertahankan intervensi


3. Resiko cidera b.d kejang
     S:
          •   Keluarga mengatakan klien tidak mengalami kejang lagi
     O:
          •   tidak terjadi kejang,
          •   compos mentis,
          •   Klien tidak mengalami cedera
     A : masalah teratasi
     P : pertahankan intervensi


4. Timbulnya penyakit lain b.d kurangnya pengetahuan orangtua
     S:
          •   klien mengatakan sudah mengerti bagaimana cara menangani peyakitnya
O:
     •   klien tampak sehat
A : masalah teratasi
P : keluarga mendapatkan lembar informasi berupa leaflet.

More Related Content

What's hot

134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasinanang aw aw
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Proses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiProses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiWarnet Raha
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttasaharwakumoro
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemiaandalizah
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoidEllyeUtami
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmateguhprayitnopro
 
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisAsuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisyayax911
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaNs.Heri Saputro
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienzulindarisma
 

What's hot (20)

134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Colic abdomen
Colic abdomenColic abdomen
Colic abdomen
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan GerontikAsuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan Gerontik
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Proses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiProses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksi
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
 
Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritisAsuhan keperawatan pasien dengan gastritis
Asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
 
Asuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbcAsuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbc
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 

Similar to Askep meningitis

Asparina_18162004_(Meningitis).pptx
Asparina_18162004_(Meningitis).pptxAsparina_18162004_(Meningitis).pptx
Asparina_18162004_(Meningitis).pptxRinahussein1
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Yulia mar'atuzzakiyah
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Yulia mar'atuzzakiyah
 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS Encepal Cere
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera KepalaAsuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepalapjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 Asuhan Keperawatan Cidera Kepala   Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala pjj_kemenkes
 
17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pblRyryy Part II
 
PPT Patofisiologi_Meningitis_Fatia_1A.pptx
PPT Patofisiologi_Meningitis_Fatia_1A.pptxPPT Patofisiologi_Meningitis_Fatia_1A.pptx
PPT Patofisiologi_Meningitis_Fatia_1A.pptxfatialuthfiyyah12
 
453149988-BAKTERIOLOGI-III-Isolasi-Dan-Identifikasi-Bakteri-Penyebab-Infeksi-...
453149988-BAKTERIOLOGI-III-Isolasi-Dan-Identifikasi-Bakteri-Penyebab-Infeksi-...453149988-BAKTERIOLOGI-III-Isolasi-Dan-Identifikasi-Bakteri-Penyebab-Infeksi-...
453149988-BAKTERIOLOGI-III-Isolasi-Dan-Identifikasi-Bakteri-Penyebab-Infeksi-...IsnandaKharisma
 

Similar to Askep meningitis (20)

Asparina_18162004_(Meningitis).pptx
Asparina_18162004_(Meningitis).pptxAsparina_18162004_(Meningitis).pptx
Asparina_18162004_(Meningitis).pptx
 
Makalah meningitis anti
Makalah meningitis antiMakalah meningitis anti
Makalah meningitis anti
 
Makalah meningitis anti
Makalah meningitis antiMakalah meningitis anti
Makalah meningitis anti
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
 
ppt-meningitis
ppt-meningitisppt-meningitis
ppt-meningitis
 
Meningitis
MeningitisMeningitis
Meningitis
 
Tetanus=
Tetanus=Tetanus=
Tetanus=
 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera KepalaAsuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 Asuhan Keperawatan Cidera Kepala   Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
Asuhan Keperawatan Cidera Kepala
 
Contoh powerpoint (slide persentasi)
Contoh powerpoint (slide persentasi)Contoh powerpoint (slide persentasi)
Contoh powerpoint (slide persentasi)
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl
 
Ililllllllmenserrrrrr
IlilllllllmenserrrrrrIlilllllllmenserrrrrr
Ililllllllmenserrrrrr
 
PPT Patofisiologi_Meningitis_Fatia_1A.pptx
PPT Patofisiologi_Meningitis_Fatia_1A.pptxPPT Patofisiologi_Meningitis_Fatia_1A.pptx
PPT Patofisiologi_Meningitis_Fatia_1A.pptx
 
453149988-BAKTERIOLOGI-III-Isolasi-Dan-Identifikasi-Bakteri-Penyebab-Infeksi-...
453149988-BAKTERIOLOGI-III-Isolasi-Dan-Identifikasi-Bakteri-Penyebab-Infeksi-...453149988-BAKTERIOLOGI-III-Isolasi-Dan-Identifikasi-Bakteri-Penyebab-Infeksi-...
453149988-BAKTERIOLOGI-III-Isolasi-Dan-Identifikasi-Bakteri-Penyebab-Infeksi-...
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 

More from Okta-Shi Sama

Kelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anteriorKelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anteriorOkta-Shi Sama
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Okta-Shi Sama
 
Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2Okta-Shi Sama
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralOkta-Shi Sama
 
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit pagetAsuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit pagetOkta-Shi Sama
 
Komunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanKomunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanOkta-Shi Sama
 
Role play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikRole play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikOkta-Shi Sama
 
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)Okta-Shi Sama
 
Bahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawatBahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawatOkta-Shi Sama
 
Tugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasiTugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasiOkta-Shi Sama
 
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhKonsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhOkta-Shi Sama
 
Nurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatologyNurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatologyOkta-Shi Sama
 

More from Okta-Shi Sama (20)

HIPERTENSI
HIPERTENSIHIPERTENSI
HIPERTENSI
 
Kelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anteriorKelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anterior
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
 
Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
 
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit pagetAsuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Komunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanKomunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatan
 
Role play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikRole play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi Terapeutik
 
Komunikasi
KomunikasiKomunikasi
Komunikasi
 
Ketahanan nasional
Ketahanan nasionalKetahanan nasional
Ketahanan nasional
 
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
 
Bahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawatBahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawat
 
Tugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasiTugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasi
 
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhKonsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
 
Sejarah keperawatan
Sejarah keperawatanSejarah keperawatan
Sejarah keperawatan
 
English healthy
English healthyEnglish healthy
English healthy
 
Kromomikosis
KromomikosisKromomikosis
Kromomikosis
 
Nurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatologyNurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatology
 

Askep meningitis

  • 1. BAB II PEMBAHASAN STEP 1 (Mencari istilah – istilah serta artinya yang tidak diketahui) 1. Purulen : cairan mirip nanah 2. Kesadaran apatis : keadaan kesadaran seseorang yang segan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. 3. Lumbal pungsi : pemeriksaan berupa pengambilan cairan serebrospinal dengan memasukkan jarum ke dalam ruang subaranoid di medulla spinalis. 4. Kaku kuduk : pemeriksaan fisik patologis yang menunjukkan adanya infeksi atau lesi 5. Serebrospinal : cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi di otak. 6. Selaput meningen otak : selaput yang membungkus otak dan medula spinalis 7. Tirah baring : keadaan dimana pasien yang hanya bisa melakukan aktivitas di atas tempat tidur. 8. Meningitis : inflamasi meningen akibat infeksi oleh mikroorganisme STEP 2 (Identifikasi masalah (mengajukan pertanyaan)) 1. Apa definisi meningitis ? 2. Apa penyebabnya ? 3. Bagaimana tanda dan gejalanya ? 4. Bagaimana proses terjadinya ? 5. Bagaimana cara penanganannya ? 6. Bagaimana cara pencegahannya ? 7. Bagaimana asuhan keperawatnnya ?
  • 2. STEP 3 (Solusi sementara) 1. Demam Jika klien demam, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu : • Kompres hangat • Beri obat penurun panas, paracetamol • Minum air putih • Gunakan pakaian tipis • Atur suhu ruangan • Personal higine 2. Kejang Jika klien kejang, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu : • Amankan klien ke ke daerah yang aman • Jangan memberi makan atau minum saat kejang • Longgarkan pakaian 3. Influenza Jika klien influenza, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu: • Minum vitamin C • Minum air putih • Istirahat secukupnya 4. Radang tengorokan Jika klien radang tenggorokan, bisa dilakukan penanganan sementara yaitu : • Minum air putih • Beri larutan pereda panas dalam • Mandi
  • 3. STEP 4 (Concept map) MENINGITIS definisi etiologi patofisiologi manifestasi klinis pemeriksaan fisik pengkajian pemeriksaan penunjang diagnosa keperawatan rencana tindakan (intervensi) implementasi evaluasi STEP 5
  • 4. A. Defenisi Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. B. Patofisiologi Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar) sehingga menembus sawar darah otak, mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus. Faktor lingkungan (environtment) yang mempengaruhi terjadinya meningitis bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe b adalah lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup serumah dengan penderita infeksisaluran pernafasan. Risiko penularan meningitis Meningococcus juga meningkat pada lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji. C. Etiologi Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa. D. Meningitis Bakteri Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli,
  • 5. Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark. E. Meningitis Virus Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat. F. Pencegahan Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang. Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygine seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet. G. Pengkajian Pasien dengan meningitis Riwayat penyakit dan pengobatan Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.
  • 6. H. Manifestasi Klinik • Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku. • Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor. • Sakit kepala • Sakit-sakit pada otot-otot • Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien • Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI • Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot. • Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis. • Nausea • Vomiting • Demam • Takikardia • Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia • Pasien merasa takut dan cemas. • Komplikasi: terjadi hidrosefalus I. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
  • 7. J. Pemeriksaan Radiografi CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. K. Pengobatan Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai. Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis : Antibiotik Organisme Penicilin G Pneumoccocci Terapi TBC Micobacterium Meningoccocci • Streptomicyn Tuber culosis Streptoccocci • INH • PAS Gentamicyn Klebsiella Pseudomonas Proleus Chlorampenikol Haemofilus Influenza Cara mengatasi kejang: 1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat saluran pernapasannya. 2. Letakkan pasien di tempat yang aman untuk menghindari cedera. Jika pasien berada di atas kasur, beri pelindung disekeliling tempat tidur agar pasien tidak terjatuh. Selain itu, jauhkan pasien dari benda-benda berbahaya. 3. Berikan balutan kain disela-sela gigi pasien, agar lidah dan bibir pasien tidak tergigit dan tidak menutupi jalan nafas pasien. 4. Miringkan tubuh pasien karena umumnya pasien yang sedang kejang mengeluarkan cairan- cairan dari mulutnya. Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran nafas dan memperparah keadaan. Selain itu bersihkan cairan tersebut agar tidak menyumbat saluran nafas.
  • 8. 5.Saat pasien sadar, jangan beri makanan atau minuman apapun untuk menghidari terjadinya aspirasi. L. Asuhan Keperawatan Tanggal MRS : Selasa, 13 Maret 2012 Jam : Pukul 10.00 pagi Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2012 Diagnosa Medis : Meningitis a. Pengkajian 1. Pengkajian Umum  Identitas pasien Nama : Maryadi Tempat tgl. lahir : Pontianak, 31 mei 1982 Jenis kelamin : Laki – laki Anak ke : Ke 1 Pendidikan : - Alamat : JL. Sui Raya Dalam  Identitas Orangtua Nama Ayah/Ibu Ayah : Supriyadi, Ibu : Maryati Pekerjaan ayah/ibu Ayah : PNS Ibu : Guru
  • 9. Alamat : JL. Sui Raya Dalam 2. Riwayat penyakit sekarang a. Keluhan utama saat ini: 13 maret 2012 pukul 10.00 klien megalami demam tinggi dan kejang. b. Diagnosa medis saat masuk RS: Meningitis 3. Riwayat penyakit dahulu : influenza dan radang tenggorokan 4. Riwayat penyakit keluarga a. Ayah klien mengalami ISPA 5. Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan fisik sistem pernafasan TTV : RR 35 x/menit, TD 150/80 mmHg, Nadi 75 x/menit, suhu 39 C a. Keluhan : sesak b. Inspeksi : bentuk dada simetris c. Sekresi batuk : ada sputum d. Nyeri/tdk waktu bernafas : nyeri e. Frekuensi/Pola nafas : 30 x/menit, ireguler f. Auskultasi : abnormal, adanya ronchi g. Alat bantu pernafasan :- Masalah keperawatan : : bersihan jalan nafas tidak efektif  Pemeriksaan fisik sistem persyarafan
  • 10. a. Tingkat kesadaran : apatis b. GCS Eye :4 Verbal :4 Motorik :3 Total GCS Nilai : 11 c. Reflex fisiologis Bisep : ada Trisep : ada Patela : ada d. Rangsang meningel : kaku kuduk + Tanda kernik + Tanda brudzinki 1/2 + e. Reflex patologis : babinski + d. Kejang : ada  Pemeriksaan fisik sistem perkemihan a. Masalah kandung kemih : normal b. Produksi urine : 300 cc /hari c. Warna : putih kekuning - kuningan d. Bentuk alat kelamin : normal e. Uretra : normal
  • 11.  Pemeriksaan fisik sistem percernaan a. Mulut dan tenggorokan • Bibir : normal • Selaput lender mulut : lembab • Hipersalivasi : ada • Lidah : kotor • Kebersihan rongga mulut : berbau • Tenggorokan : sulit menelan • Mual : ya • Muntah : ya • Terpasang NGT : tidak • Hipersalivasi : tidak b. BAB : 1 x/ 2 hari c. Pola makan : 3 x/hari  Pola persepsi • Tingkat pengetahuan : - Lingkungan : - Sakit : 6. Pemeriksaan laboratorium a. Lumbal fungsi : purulen, keruh, glukosa menurun, protein meningkat
  • 12. b. Leukosit 20 ribu/ml3 (Normal : 4 ribu/ ml3 s/d 10 ribu/ ml3) b. Diagnosa keperawatan N Data Etiologi Masalah o 1 Data subyektif : Adanya Bersihan penumpukan jalan nafas - Klien mengatakan sputum pada jalan tidak efektif sudah beberapa hari ini nafas bersin-bersin - Klien mengatakan tenggorokannya sakit Data objektif : - Klien tampak lemah - Batuk disertai sputum - Ronki +/+ - RR 35 x/menit 2 Data subjektif : Mikroorganisme di Resiko selaput otak penyebaran - Klien mengatakan infeksi sakit di kepalanya Data objektif : - kejang - suhu 39 C - TD 150/120 - ct scan : infeksi meningen - lumbal fungsi + - leukosit 20rb/ml3 3 Data subjektif : Kejang Resiko cidera
  • 13. - keluarga mengatakan bahwa pasien telah mengalami kejang sebanyak 3 kali Data objektif : - kejang - nadi 150 x/menit - apatis GCS Eye : 4 Verbal : 4 Motorik : 3 4 Data subjektif : kurangnya informasi dan Kurangnya pemahaman klien terhadap pengetahuan - klien mengatakan penyakitnya tinggal di daerah yang kumuh dan padat penduduk Data objektif : - pendidikan terakhir klien 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum pada jalan nafas 2. Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak 3. Resiko cidera b.d kejang 4. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi dan pemahaman klien terhadap penyakitnya
  • 14.
  • 15.
  • 16. No. Intervensi Tgl/Hari Tujuan Kriteria Hasil Rasional Dx 1 Meningkatkan kepatenan • Klien sudah tidak a. Berikan posisi fowler atau a. Agar klien dapat bersihan jalan nafas dalam terlihat lemah semifowler bernafas dengan lebih • Klien nafasnya tidak waktu 1x24 jam sesak b. Kaji bunyi paru; nyaman • Batuk disertai sputum Frekuensi hilang b. Untuk mengobservasi napas,kedalaman, • Ronci berkurang s/d ada tidaknya sekret hilang dan usaha; dan produksi • RR 2 normal1-30 sputum c. Untuk mempermudah x/menit c. Lakukan fisioterapi klien dalam pengeluaran dada/nafas sekret. d. Pertahankan kepatenan d. Untuk mengeluarkan jalan napas dengan melakukan secret yang ada di jalan pengisapan; mis sunction nafas klien 2 Mencegah penyebaran infeksi • Demam turun hingga a. observasi suhu pasien, dan a. Untuk memantau status dan komplikasi normal dengan suhu tekanan darah pasien kondisi pasien. 36,5-37,5 C b. lakukan pemeriksaan ct scan b. Untuk mengetahui dan lab keadaan dari dalam tubuh pasien itu sendiri. • Tekanan darah normal c. kolaborasi : beri obat penurun
  • 17. berkisar 120/80 mmHg panas yaitu paracetamol, beri c.untuk menurunkan antibiotic/antiviral panas dan menghindari • Hasil ct scan tidak ada infeksi yang lebih parah. infeksi • Cairan serebrospinal pada lumbal tidak ada kekeruhan • Leukosit normal berkisar 4000-1000 ribu/ml3 • Kejang tidak terjadi lagi 3 Mencegah cidera pada pasien • Kesadaran mulai normal a. pantau kesadaran klien a. untuk mengetahu tingkat kesadaran pasien • Tidak terjadi cidera b. beri pengaman di sekitar tempat tidur seperti bantal b. untuk menghindari • Tidak ada fraktur terjadinya cedera; mis • Tidak ada luka jatuh 4 Meningkatkan pengetahuan • Klien dan keluarga dapat a. beri penyuluhan kesehatan a. untuk meningkatkan untuk klien dan keluarga menangani penyakitnya tentang kejang, sanitasi pengetahuan pasien dan lingkungan keluarga pasien mengenai penyakit tersebut
  • 18. c. Implementasi 13 maret 2012, pukul: 09.00 WIB 1. Bersihan jalan nafas b.d penumpukan sputum pada jalan nafas a. Memberikan posisi semifowler b. Mengkaji bunyi paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha; sesuai dengan indikator dari penggunaan alat penunjang yang efektif c. Mengauskultasi dada d. Melakukan fisioterapi dada e. Membersihkan secret f. Memeriksa tanda-tanda vital g. Mengevaluasi status respirasi klien 2. Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak a. Mengkaji suhu pasien b. Memeriksa tekanan darah c. Melakukan pemeriksaan ct scan d. Melakukan pemeriksaan laboratorium e. Melakukan kolaborasi : Memberikan obat penurun panas yaitu paracetamol 500 mg P.O dan antibiotik 500 mg I.V 3. Resiko cidera b.d kejang a. Memeriksa nadi klien b. Memantau kesadaran klien c. Memberikan pengaman di sekitar tempat tidur klien seperti bantal d. Memberikan obat kejang yaitu diazepam 0.5 mg per I.V 4. Timbulnya penyakit lain b.d kurangnya pengetahuan orangtua a. Memberikan penyuluhan kesehatan d. Evaluasi 15 maret 2012, pukul: 12.00 WIB 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Penumpukan sputum pada jalan nafas S: • klien mengatakan bahwa klien tidak bersin-bersin lagi • tenggorokannya sudah tidak terasa sakit O: • RR 22 x/mnt
  • 19. ronci berkurang hingga hilang • klien tidak tampak lemah • batuk berkurang hingga hilang A: Masalah teratasi sebagian P: pertahankan intervensi b 2. Resiko penyebaran infeksi b.d adanya mikroorganisme di selaput otak S: • klien mengatakan tidak merasakan sakit kepala lagi. O: • TD 120/80 mmHg, • suhu 36 C, • tidak terjadi kejang, • hasil ct scan tidak ada infeksi, • leukosit turun hingga 9500/ml3, • tidak ada kekeruhan cairan serebrospinal pada lumbal fungsi A : masalah teratasi P: pertahankan intervensi 3. Resiko cidera b.d kejang S: • Keluarga mengatakan klien tidak mengalami kejang lagi O: • tidak terjadi kejang, • compos mentis, • Klien tidak mengalami cedera A : masalah teratasi P : pertahankan intervensi 4. Timbulnya penyakit lain b.d kurangnya pengetahuan orangtua S: • klien mengatakan sudah mengerti bagaimana cara menangani peyakitnya
  • 20. O: • klien tampak sehat A : masalah teratasi P : keluarga mendapatkan lembar informasi berupa leaflet.