Penyakit Paget adalah gangguan metabolisme tulang yang ditandai dengan proses remodelling tulang yang abnormal. Tulang menjadi lebih besar dari normal namun struktur dalamnya kacau, menyebabkan nyeri, deformitas, dan kerapuhan tulang. Pemeriksaan radiologis menunjukkan gambaran khas seperti api memanjang di tulang. Pengobatan utamanya adalah menggunakan biphosphonate untuk mengurangi resorpsi tulang.
1. ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL (PENYAKIT PAGET)
DISUSUN OLEH:
AYU SELVYA (I3111131)
DEVI OKTAVIA UTAMI (I3111141)
DEVY PERMATA SARI (I3111128)
EDWIN SAFRIANDA (I3111104)
RIZKI NURHAFIZAH (I3111143)
SRI ENDANG K. (I3111129)
TRY MARDHANI (I3111139)
YESIKA AGUSTIN (I3111118)
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2012
1
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paget merupakan penyakit gangguan pada osteoklas dimana
osteoklas lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang
berlebihan dan diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan oleh
osteoblas. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun struktur dalam tulangnya
sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang, deformitas, dan kerapuhan
tulang.
Sampai saat ini penyebab penyakit paget masih belum diketahui secara pasti.
Selain itu, penyakit paget juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat susah untuk
diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala awal yang muncul sangat susah
dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian besar penderita
penyakit ini mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit paget secara pasti setelah
adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung untuk penyakit ini. Oleh sebab
itu, diperlukan pembelajaran yang lebih lanjut dalam memahami penyakit paget ini.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit
paget
b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit
paget
c. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan
khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Sistem Skeletal (penyakit
paget).
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode studi
kepustakaan yaitu mempelajari buku – buku dan sumber – sumber lainya untuk
mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berikutnya dengan permasalahan dalam
makalah ini.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit Paget (Osteitis Deformans)merupakan salah satu gangguan
metabolisme tulang yang ditandai dengan proses remodelling tulang yang abnormal.
Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, namun umumnya abnormalitas
fungsi osteoklast atau osteoblast pada penderita penyakit paget menjadi sangat aktif
sehingga mengubah homoestasis normal dari remodelling tulang.
Laju pertumbuhan tulang lebih cepat dari seharusnya, sehingga tulang bisa
berubah bentuk, lunak dan rentan terhadap patah tulang. Kelainan ini dapat mengenai
tulang manapun, tetapi yang paling sering terkena adalah tulang panggul, tulang paha,
tulang tengkorak, tulang kering, tulang belakang, tulang selangka dan tulang lengan
atas.
Gambar 1: Kaki penderita Gambar 2: Bagian tulang yang sering terkena
penyakit paget penyakit paget
Penyakit paget lebih sering menyerang tulang secara multifokal. Penyakit
paget tidak menyebar dari satu tulang ke tulang lainnya, melainkan secara progressif
memperburuk tulang yang telah terkena penyakit ini.
3
4. Penyakit Paget dibagi menjadi tiga fase yaitu:
1. Fase Osteolitik, ditandai dengan resorpsi tulang oleh sejumlah osteoklast yang
abnormal. Kemudian adanya reaksi dari osteoblast dalam memproduksi tulang
baru secara berlebihan namun sangat tidak terkontrol.
2. Fase Menengah
Pada tahap ini aktivitas osteoblast mendominasi. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan struktur tulang atau deformitas.
3. Fase Quiescent
Pada fase ini aktivitas osteoblastik berkurang. Tulang menjadi diam dan
proses remodelling tulang tidak mengalami peningkatan. Tulang membesar
dan melebar dari ukuran normal. Jaringan vaskular fibrosa menggantikan
sumsum.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab penyakit paget ini adalah:
1. Autoimun
2. Kelainan Endokrin yang berhubungan dengan penyakit hiperparatiroid
3. Kelainan kongenital pada jaringan ikat
4. Kelainan vaskular
5. Kelainan sistem saraf otonom
6. Infeksi virusparamyxoviruses
7. Kelainan genetik (teori ini masih sangat lemah)
8. Faktor lingkungan
C. Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kelainan biasanya didapat ketika
melakukan pemeriksaan radiologis ataupun pemeriksaan penunjang lainnya.
Jika yang terkenaadalahtulangtengkorak,
makakepalatampakmembesardankeningterlihatlebihmenonjol.Pembesarantulangtengk
orakdapatmenyebabkan:
- Ketulian karena rusaknya telinga sebelah dalam ( koklea )
4
5. - Sakitkepalakarenapenekanansaraf
- Penonjolan vena di kuitkepalakarenaadanyapeningkatanalirandarahkekepala
- Gigi mulaigoyahdantanggal.
- saraf yang menujukematamungkinakanterpengaruh,
menyebabkanbeberapakehilangan visual
Jika yang terkenaadalahtulangbelakang,
makakeluhanutamanyaadalahnyeripunggungbagianbawah.Kanalisspinalismenjadisempi
t (keadaaninidisebutsebagaistenosis spinalis) danbisamenyebabkanmati rasa
ataulumpuh.
Patahtulangkompresipadatulangbelakangbisamenyebabkantulangbelakangmelengkung.
Tulangbelakangbisamembesar, menjadilemahdanmelengkung,
sehinggatinggibadanberkurang.
Padaanggotagerak (terutamatungkai yang menyanggaberatbadan),
tulangmudahmengalamipatah, denganmasapenyembuhan yang lebih lama
danmulaimelengkungataumengalamikelainanbentuk.Kaki
menjadibengkokdanlangkahmenjadipendekdansedikitgoyah.Kerusakanpadatulangrawa
nsendibisamenyebabkanterjadinyaartritis.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tanda dan gejala yang timbul pada penderita
penyakit paget adalah:
1. Nyeri dan kaku didaerah yang terkena penyakit
2. Osteoarthritis sekunder (ketika penyakit paget terjadi disekitar sendi)
3. Deformitas tulang
4. Panas tinggi ( karena adanya hipervaskularity)
5. Komplikasi neurologis (adanya kompresi jaringan saraf)
5
6. D. Patofisiologi
Infeksi Virus Genetik Lingkungan Faktor pencetus
lainnya
Abnormalitas
Osteoklast
Resopsi tulang
meningkat
Mekanisme
kompensasi fisiologis
oleh osteoblast
Peningkatan kinerja
Osteoblast
Proses remodelling
tulang meningkat
Tulang baru abnormal
(lunak, membesar dan
rentan)
Gangguan citra Resiko tinggi cedera
Deformitas Nyeri
tubuh maupun fraktur
Resiko HDR Intoleransi
Aktivitas
Kurang Pengetahuan
6
7. Koping tidak efektif
Ansietas
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologis
Tampilan dari radiologis sangatlah karakteristik untuk penyakit paget,
sehingga diagnosis jarang meragukan. Saat fase resorpsi tampak daerah osteolisis
yang terlokalisasi; gambaran yang paling khas adalah gambaran seperti api yang
memanjang sepanjang diafisis dari tulang (flame shaped lesion atau blade of
grass), atau bercak osteoporosis berbatas tegas di tulang tengkorak (osteoporosis
circumscripta). Kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik dengan gambaran
trabekula yang kasar.
2. CT-Scan dan MRI
CT-Scan dan MRI tidak diperlukan dalam penegakan diagnosis penyakit
paget, namun keduanya sangat berguna untuk mengevaluasi komplikasi penyakit
paget, seperti degenerasi ganas, kelainan artikular, dan keterlibatan tulang
belakang dengan gangguan neurologis.
Kelainan pada sendi membutuhkan CT-Scan atau MRI untuk
menggambarkan sejauh mana komplikasi sendi yang terjadi. CT-Scan dan MRI
juga berguna untukmendiagnosa dan mengevaluasi komplikasi neurologis seperti
invaginasi basilar,kompresi medulla spinalis, atau hydrocephalus. Stenosis spinal
dan keterlibatan vertebra paling baik di evaluasi menggunakan CT-Scan atau MRI
CT-Scan memberikan visualisasi yang lebih baik untuk tulang dan fossa posterior,
sedangkan MRI memberikan gambaran yang lebih detil untuki otak, medulla
spinalis, cauda equina, dan jaringan lunak. Oleh karena itu, perubahan neoplastik
seperti sarcoma paget dan penyebarannya lebih baik dievaluasi menggunakan
MRI
3. Investigasi Biokimia
Kadar serum kalsium dan fosfat biasanya normal, namun pasien yang
imobilisasi dapat mengalami hiperkalsemia. Test rutin yang paling berguna untuk
mendiagnosa penyakit paget adalah penilaian konsentrasi serum alkaline
phospatase (merefleksikan aktifitas osteoblas dan menunjukkan tingkat keparahan
7
8. penyakit), dan kadar hydroxyproline di urine selama 24 jam (berkorelasi dengan
proses resoprsi tulang).
4. Bone Scan
Pemindaian tulang adalah alat bantu diagnostik yang sangat sensitif untuk
mengevaluasi sejauh mana lesi tulang yang terkena penyakit paget. Namun
pemindaian tulang kurang spesifik daripada foto radiologis polos, sehingga
perubahan yang dideteksi pada skintigrafi harus dikonfirmasi oleh adanya
perubahan pada minimal satu tempat pada tulang dengan foto radiologis polos.
F. Penatalaksanaan
Biasanya, tak ada tindakan yang dianjurkan bagi pasien tanpa gejala. Nyeri
biasanya berespon dengan pemberian NSAID.
Biphosphonate adalah obat antiresorptive yang paling banyak digunakan dan
saat ini dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi penyakit paget. Banyak klinis
yang merasa aminobiphosphonates seperti pamidronate, risedronate, dan zoledronic
acid lebih baik daripada jenis biphosphonate yang lama seperti etidronate dan
tiludronate karena aminobiphosphonates lebih efektif dalam mengurangi bone
turnover. Biphosphonate dapat diberikan secara oral maupun secara intravena.
Kalsitonin, suatu hormon polipeptid dapat memeperlambat resorbsi
tulangdengan menurunkan jumlah dan ketersediaan osteoklas. Terapi kalsitonin
memungkinkan remodelling tulang pagetik abnormal menjadi tulang lamelar normal,
mengurangi nyeri tulang dan membantu mengurangi komplikasi neurologis dan
biokimia. Kalsitonin diberikan secara subkutan. Efek samping berupa aliran panas
pada wajah dan mual dapat diatasi dengan memakai obat sebelum tidur atau bersama
dengan antihistamin. Efek ini cenderung kurang bersama dengan waktu. Terapi
kalsitonin dilanjutkan untuk 3 bulan.
Disodium Etidronat (EHDP), suatu senyawa difosfat, menghasilkan
pengurangan pergantian tulangcepat dan mengurangi nyeri. Juga menurunkan
peningkatan fosfatase alkali serum dan kadar hidroksiprolin urine. Makanan dapat
menghambat penyerapannya. Efek samping mual, kram perut dan diare dapat terjadi
dan dapat dikurangi dengan menurunkan dosis. Dosis tinggi dapat mencegah
penyembuhan fraktur dan dapat berperan terjadinya osteomalasia. Kalsitonin dan
EHDP dapat dikombinasikan dan diberikan kepada pasien dengan penyakit yang
sangat aktif.
8
9. Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, dicadangkan bagi pasien
berat dengan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten terhadap terapi
yang lain. Obat ini memiliki efek dramatik pada pengurangan nyeri dan pada kalsium
serum, alkali fosfatase dan kadar hidroksiprolin urine. Diberikan secara infus intra
vena dan perlu pemantauan fungsi hepar, ginjal dan sumsum tulang selama terapi.
Fraktur ditangani sesuai lokasinya. Penyembuhan dapat terjadi bila reduksi,
imobilisai dan stabilitasnya memadai. Tidak adanya penyatuan fraktur leher femur
perlu ditangani dengan pemasangan dengan endoprostesis.
Kehilangan pendengaran ditangani dengan alat bantu dengar dan teknik
komunikasi dilakukan pada orang yang menderita gangguan pendengaran (mis.
Membaca bibir, bahasa tubuh).
Operasi Orthopaedi
Biasanya operasi dilakukan jika ada salah satu komplikasi berikut :
- Osteoarthritis yang menyebabkan nyeri
- Fraktur pada tulang panjang
- Deformitas berat
- Nerve entrapment
- Spinal stenosis
- Osteosarcoma yang dapat didiagnosis dini
G. Komplikasi
1. Fraktur
2. Gagal jantung dapat terjadi karena tingginya kebutuhan aliran darah pada
tulang yang mengalami remodelling (gagal jantung high-output)
3. Gagal napas dapat terjadi apabila tulang toraks terkena dan mengalami
deformitas
4. Penyakit paget merupakan salah satu faktor resiko terjadinya sarkoma (kanker
tulang), mungkin hal ini berkaitan dengan tingginya kecepatan siklus sel yang
terjadi pada penyakit ini.
5. Komplikasi neurologis:kompresi saraf kranial, tuli konduktif (karena osifikasi
tendon stapedius/kompresi N.VIII) dan stenosis spinal.
H. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas klien
9
10. Identitas klien meliputi biodata umum klien (nama, alamat, umur, jenis kelamin,
dan lain-lain), ras/suku bangsa, berat badan, dan faktor lingkunagan ( pekerja
berat )
b. Keluhan Utama
Adanya nyeri yang timbul pada daerah yang terkena. Nyeri bertambah jika
melakukan aktivitas atau bergerak. Terjadi penurunan tinggi badan dan adanya
deformitas pada daerah yang terkena. Rasa sakit tulang punggung (bagian
bawah), leher, dan pinggang, berat badan menurun.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
e. Riwayat Psikososial
f. Pola Nutrisi
Kurangnya asupan kalsium, pola makan yang tiadak teratur, adanya riwayat
perokok dan riwayat mengkonsumsi alkohol serta riwayat minum – minuman
yang juga bersoda.
g. Pola Aktivitas
Keterbatasan/kehilanganfungsipadabagian yang terkena, nyeri
(mungkinsegeraatauterjadisecarasekunderdaripembengkakanjaringan)
h. Neurosensori
Kesemutan, kelemahanatauhilangfungsi, penurunan visual, auditori,
hilanggerakan/sensasi, spasmeotot, terjadipenekanansaraf cranial
dankanalisspinalis
i. Pernapasan
Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada
fungsional paru.
j. Skeletal
Inspeksi dan palpasi seluruh tubuh pasien, penderita dengan penyakit paget berat
sering menunjukkan adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, nyeri
pada daerah tulang yang terkena.
2) Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Kriteria hasil:
- Menunjukkan nyeri berkurang sampai dengan hilang
10
11. - Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
Intervensi:
- Selidiki keluhan nyeri. Catat lokasi, kualitas, pencetus, skala (0-10) dan
waktu datangnya nyeri. Catat dan kaji faktor-faktor yang mempercepat
dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal.
Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program.
- Ajarkan dan bantu pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu
tidur atau duduk dikursi. Pantau posisi yang aman.
Rasional: mengurasngi rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi
- Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
Rasional: matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada
daerah yang sakit.
- Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi, sentuhan
terapeutik, hipnosis diri, dan pengendalian napas.
Rasional: meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol, dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.
- Libatkan kilen dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu
Rasional: memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
- Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan. Mis. Aspirin, ibuprofen,
sulindak
Rasional: mempercepat proses penyembuhan klien dengan mengurangi
tingkat nyeri
2. Resiko tinggi cedera (fraktur) b.d penurunan masa tulang, penurunan fungsi
tubuh, dampak sekunder perubahan skeletal.
Tujuan : Resiko cedera tidak menjadi aktual
Kriteria hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi, klien dapat
menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur.
Intervensi Keperawatan :
11
12. - Observasi aktivitas klien selama dirumah sakit. Hindari membungkuk
tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat.
Rasional: mencegah resiko terjadinya kecelakaan dan mencegah
terjadinya nyeri yang lebih berat.
- Ajarkan penggunaan mekanik tubuh yang baik dan postur tubuh yang
benar saat duduk maupun berdiri.
Rasional: mempertahankan atau mengembalikan postur tubuh yang benar.
- Berikan support ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Rasional: mengurangi resiko kecelakaan dan skala nyeri bertambah
- Beri lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.
Rasional: mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.
- Kolaborasi dalam pemberian terapi obat – obatan misalnya pemberian
terapi hormonal dan terapi non hormonal.
Rasional: memperbaiki kepadatan tulang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan kemampuan otot.
Tujuan: memperbaiki gangguan mobilisasi fisik
Kriteria hasil:
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
dan/atau kompensasi bagian tubuh.
- Menunjukan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi:
- Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat rasa sakit/inflamasi pada daerah
yang terkena penyakit
Rasional: tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi
dari proses inflamasi
- Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tisur malam
hari yang tidak terganggu.
Rasional: istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan,
mempertahankan kekuatan.
- Bantu dan ajarkan rentang gerak pasif/aktif
12
13. Rasional: mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum.
- Ubah posisi klien dengan sering.
Rasional:menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien.
- Demonstrasikan/bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas.
Rasional: Teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan/abrasi
kulit.
- Bantu klien menggunakan alat bantu walker atau tongkat.
Rasional: Alat bantu walker atau tongkat berfungsi dalam membantu
mobilitas fisik klien.
- Berikan dan atur lingkungan yang aman dan nyaman
Rasional: menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh
- Kolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional
Rasional: berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas
yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengdentifikasikan alat/bantuan mobilitas.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas skeletal,
ketidakseimbangan mobilitas fisik.
Tujuan: meningkatkan tingkat pemahaman klien mengenai proses penyakit
Kriteria hasil: mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
Intervensi:
- Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
Rasional: dapat menunjukan emosional ataupun metode koping yang
maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis.
- Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
Rasional: berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung.
- Bantu dengan kebutuhan keperawatan yang diperlukan
13
14. Rasional: mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra
diri.
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu koping.
Rasional: membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri., yang
dapat meningkatkan perasaan harga diri.
- Ikutsertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas.
Rasional: meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong
kemandirian, dan mendorong partisipasi dalam terapi.
- Kolaborasi kepada ahli psikiatri. Mis. Perawat spesialis psikiatri.
Rasional: klien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan.
5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh,
penyakit fisik.
Tujuan: meningkatkan tingkat percaya diri klien mengenai kondisi
kesehatannya
Kriteria hasil: klien mulai menerima keadaan dirinya dengan pola pikir baru,
klien mulai mengerti dengan kondisi situasionalnya.
- Kaji interkasi antara klien dan orang terdekat klien.
Rasional: penyimpangan mungkin secara tidak sadar disebabkan oleh
keluarga
- Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan-tanggapannya mengenai
keadaan yang dialami
Rasional: memberikan petunjuk bagi klien dalam memandang dirinya,
adanya perubahan peran dan kebutuhan dan berguna untuk memberikan
informasi pada saat tahap penerimaan.
- Kaji dinamika klien dan juga orang terdekat klien
Rasional: peran klien dalam keluarga dimasa lampau yang terganggu
menambah kesulitan dalam mengintegrasikan konsep diri.
- Berikan informasi yang akurat. Diskusikan tentang pengobatan dan
prognosa dengan jujur jika pasien sudah berada di fase menerima.
Rasional: fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan-kebutuhan
sekarang dan segera lebih dulu dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi
14
15. jangka panjang. Informasi harus diulang sampai klien dapat mencari/
mengintegrasikan informasi.
- Aturlah kunjungan dengan orang-orang yang mengalami hal serupa jika
pasien menginginkannyadan/atau karena keadaanya.
Rasional: dapat menolong pasien dalam memberikan harapan untuk masa
depan/sebagai panutan.
- Kolaborasikan dengan psikoterapi sesuai indikasi
Rasional: mungkin diperlukan dalam memberikan harapan untuk
menyesuaikan pada perubahan gambaran diri/kehidupan.
6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan, ancaman kematian, stres.
Tujuan: ansietas berkurang sampai dengan hilang
Kriteria hasil : Penilaian diri terhadap penghargaan diri meningkat
Intervensi:
- Bantu klien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh
perhatian.
Rasional: perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan klien bahwa
perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya sehingga timbul
hubungan saling percaya.
- Klarifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan
pengobatan yang telah diberikan.
Rasional: dapat meningkatkan koordinasi klien dalam proses keperawatan
- Identifikasi bersama klien mengenai alternatif pemecahan masalah yang
positif.
Rasional: Hal ini akan dapat mengembalikan rasa percaya diri klien.
- Dorong keluarga untuk meningkatkan komunikasi kepada klien
Rasional: dengan batuan keluarga ataupun orang terdekat klien,
diharapkan mampu memberi efek positif bagi kesembuhan klien.
- Kolaborasi dengan ahli psikologi dalam mengurangi ansietas klien
Rasional: Mempercepat dalam mengurangi ansietas klien
15
16. BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit Paget adalah kelainan metabolik tulang kronik yang secara khas
mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan tulang
dan irregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh peningkatan remodelling
tulang akibat kinerja osteoklas yang berlebihan dan diikuti oleh peningkatan aktivitas
osteoblas sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan
tulang. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Osteitis Deformans.
B. Saran
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.Penyakit paget biasanya dapat
didiagnosa setelah melakukan pemeriksaan diagnostik terhadap klien atau setelah
klien mengalami kelainan bentuk tulang atau rasa nyeri hebat pada tulang. Oleh sebab
itu diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pemahaman dari penyakit paget
ini.
16
17. DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.
Davey, Patrick. At a Glance Medicine. 2003. Jakarta. Erlangga.
Davies, Kim. Buku pintar Nyeri Tulang dan Otot. 2007. Jakarta. Erlangga.
Doenges, Marilynn dkk. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. 2000. Jakarta. EGC.
Robbins & Cotran. Buku Saku Dasar Patologis Edisi 7. 2006. Jakarta. EGC.
Sudiono, Janti. 2007. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Yatim, Faisal. Penyakit Tulang dan Persendian. 2006. Jakarta. Pustaka Poupuler Obor.
http://joesmariantika.blogspot.com/2009/12/paget-disease.html
http://emedicine.medscape.com/article/334607-overview#a0104
http://www.scribd.com/doc/88815460/BAB-II
http://www.wheelessonline.com/ortho/pagets_disease_etiology_and_pathogenesis
17