Makalah ini membahas mengenai upaya membangun budaya kejujuran mahasiswa sebagai paradigma baru pemberantasan korupsi. Makalah ini menjelaskan bahwa budaya ketidakjujuran masih menjadi masalah di kalangan mahasiswa. Pendidikan integritas dan karakter diperlukan untuk membangun budaya jujur. Upaya lainnya adalah membentuk kesadaran disiplin dan kode etik kelompok serta memberikan contoh teladan moral bagi
1. MAKALAH ETIKA PROFESI
MENUMBUHKAN BUDAYA KEJUJURAN
MAHASISWA SEBAGAI PARADIGMA BARU
MANAJEMEN INFORMATIKA
POLITEKNIK PERDANA MANDIRI
PURWAKARTA
Tahun ajaran 2013-2014
Penyusun : Victor Sitio Dosen pembimbing : Rahmat Apit,Skom
kelas sore
Semester 4
2. ETIKA PROFESI i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat
Allah SWT, karena atas ridho dan karunia-Nya lah saya dapat
menyelesaikan Makalah ETIKA ini dengan baik yang berjudul
“MENUMBUHKAN BUDAYA KEJUJURAN MAHASISWA
SEBAGAI PARADIGMA BARU PEMBERANTASAN
KORUPSI”. Dalam penyusunan makalah ini saya banyak
mengalami kesulitan dan kendala yang disebabkan oleh
keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan wawasan serta pola
pikir saya. Namun berkat keinginan, keyakinan dan usaha yang
sungguh-sungguh akhirnya semua hambatan itu dapat saya atasi.
Dan tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih
kepada Bpk. Rahmat apit.S,kom sebagai dosen pembimbing
yang sudah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan isi
makalah saya. Saya menyadari sedalam-dalamnya bahwa kami
tidaklah sempurna dalam pembuatan makalah ini. Dengan
demikian kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat
terpenuhi sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah ETIKA ini
dan dapat bermanfaat bagi saya serta para pembaca lainnya.
3. ETIKA PROFESI ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ ii
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH …………………………………………………… 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………………….. 2
1.3 TUJUAN PENULISAN …………………………………………………………………… 2
1.4 MANFAAT PENULISAN ……………………………………………………………… 2
1.5 BATASAN MASALAH …………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………… 3
2.1 DAMPAK MAHASISWA/I BERETIKA KETIDAKJUJURAN SAAT INI……………..…… 4
2.1 FUNGSI PENDIDIKAN INTEGRITAS TERHADAP MAHASISWA/ YANG
KETIDAKjujuran ………………………………………………………………………………………………... 4
2.3 FUNGSIPENDIDIKANKARAKTERTERHADAPMAHASISWA/IYANG
KETIDAKJUJURAN ……………………………………………………………………………………….. 5
2.4 UPAYA-UPAYA MEMBANGUN BUDAYA JUJUR MAHASISWA/I........… 6
BAB III PENUTUP ………………………………………………………. 7
3.1 KESIMPULAN ………………………………………………………………………. 7
3.2 SARAN ………………………………………………………………………………… 7
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………… 8
4. ETIKA PROFESI 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Mahasiswa yang pada dasarnya merupakan subjek atau pelaku di dalam
pergerakan pembaharuan atau subjek yang akan menjadi generasi-generasi penerus
bangsa dan membangun bangsa dan tanah air ke arah yang lebih baik dituntut
untuk memiliki etika. Etika bagi mahasiswa dapat menjadi alat kontrol di dalam
melakukan suatu tindakan. Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam
mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau yang
buruk. Namun permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena
dikalangan mahasiswa yaitu, budaya ketidakjujuran mahasiswa. Fakta
menunjukkan bahwa, budaya ketidakjujuran kian menggejala di kalangan
mahasiswa.
Saya masih mahasiswa, dan saya melihat bahkan merasakan itu semua,
bagaimana budaya ketidakjujuran mahasiswa sangat sistemik. Semangat inovasi
dan etos kerja para mahasiswa menunjukkan grafik yang menghawatirkan.
Indikatornya sederhana, terdapat beberapa contoh budaya ketidakjujuran
mahasiswa,
misalnya: 1). Mencontek
2). Berbohong dan merugikan orang lain
3). Titib Absen
Untuk itu saya akan mencoba membahas dari permasalahan tersebut.
5. ETIKA PROFESI 2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1).Bagaiamana peran dan dampak mahasiswa/i yang ketidakjujuran
2).Apa fungsi Pendidikan integritas terhadap mahasiswa/i yang ketidakjujuran
3).Apa fungsi Pendidikan karakter terhadap mahasiswa/i yang ketidakjujuran
4). Upaya-upaya yang harus diperhatikan membangun budaya jujur mahasiswa/i
1.3 TUJUAN PENULISAN
1).Adapun tujuan penulisan dilakukan memenuhi tugas Etika Profesi
2).Untuk mengetahui peran mahasiswa/i menyikapi ketidakjujuran
1.4 MANFAAT PENULISAN
1).Diharapkan mahasiswa/i memahami dan mengamalkan nilai-nilai
etika dikalangan aktifitas mahasiswa/i.
2).Menambah wawasan pembaca dalam sajian makalah yang dibuat.
1.5 BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah yang akan dibahas sesuai dengan judul
makalah yang saya buat yakni tentang “MENUMBUHKAN BUDAYA
KEJUJURAN MAHASISWA SEBAGAI PARADIGMA BARU
PEMBERANTASAN KORUPSI”.
6. ETIKA PROFESI 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DAMPAK MAHASISWA/I BERETIKA KETIDAKJUJURAN SAAT INI
Contoh pertama, budaya ketidakjujuran mahasiswa adalah perilaku mencontek,
maka teman yang di contek tentunya telah ´terampas´ keadilan dan kemampuannya.
Ketika mahasiswa yang di contek belajar siang malam, tetapi penyontek yang suka
hura-hura dengan gampangnya mencuri hasil kerja keras temannya. Mencontek
akan menghilangkan rasa percaya diri mahasiswa. Bila kebiasaan tersebut berlanjut
maka percaya diri akan kemampuan diri menjadi luntur, sehingga semangat belajar
jadi hilang, mahasiswa akan terkungkung oleh pendapatnya sendiri, yang merasuki
alam pikirnya bahwa untuk pintar tidak harus dengan belajar, tapi mencontek.
Contoh kedua, perilaku mahasiswa ketidakjujuran adalah berbohong dan
merugikan diri sendiri dengan cara meminta ijin pada saat jam perkuliahan dengan
alasan tertentu. Tetapi semuanya tidaklah benar dan hanya hura-hura sebagai
alasan dalam tujuan tertentu
Contoh ketiga, perilaku ketidakjujuran mahasiswa adalah titip absensi, absensi
yang ditandatangani mahasiswa sering disalahgunakan. Tandatangan fiktif pun
mewarnai absensi, padahal dalam satu pertemuan adakalanya jumlah kehadiran
mahasiswa tidak sebanding dengan tandatangan yang hadir. Mahasiswa yang hadir
terlihat tidak banyak tapi tandatangan di absensi penuh dan mahasiswa hadir semua.
Perilaku mencontek,berbohong,titip absen merupakan manifestasi ketidakjujuran,
yang pada akhirnya memunculkan perilaku korupsi. Kejujuran merupakan barang
langka di Indonesia. Banyak orang pintar yang lulus perguruan tinggi, tapi sangat
langka orang pintar yang jujur, sehingga berakibat sulitnya mengukur kadar
kesuksesan proses belajar-mengajar.
7. ETIKA PROFESI 4
2.2 FUNGSI PENDIDIKAN INTEGRITAS TERHADAP MAHASISWA/I
YANG KETIDAKJUJURAN
Pendidikan integritas adalah pendidikan yang mengedepankan pembangunan
karakter. Pendidikan seperti ini tidak hanya mengandalkan terori, tapi mahasiswa
juga harus bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu
Pendidikan Integritas muncul sebagai suatu kebutuhan terhadap tantangan yang
dihadapi mahasiswa, sebab tanpa prinsip dasar integritas tidaklah mungkin tercapai
tingkat efektifitas yang tinggi untuk menegakkan kejujuran mahasiswa.
Sistem pendidikan harus dibangun dengan menekankan pada prinsip-prinsip
pendidikan integritas, dapat ditegaskan bahwa yang terpenting dalam pendidikan
integritas adalah, bagaimana menciptakan faktor kondisional yang dapat
mengundang dan memfasilitasi mahasiswa untuk selalu berbuat secara jujur, moral
dan beretika.
Pendidikan integritas ini merupakan salah satu upaya mencetak mahasiswa
yang bermoral. Dalam proses pendidikan integritas ini, para mahasiswa akan
dikenalkan dengan berbagai praktek-praktek penyimpangan misalnya, korupsi
secara menyeluruh, maksudnya mahasiswa akan dikenalkan apa itu korupsi,
dampaknya, serta modus-modusnya, sehingga dengan demikian mereka akan
mengenal hinanya perbuatan korupsi pada akhirnya mahasiswa tidak mau
melakukannya.
8. ETIKA PROFESI 5
2.3 FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP MAHASISWA/I
YANG KETIDAKJUJURAN
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang
membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat,
dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Karakter yang menjadi acuan seperti yang terdapat dalam
The Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh Character Counts! Coalition (a
project of The Joseph Institute of Ethics). Enam jenis karakter yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi:
berintegritas, jujur, dan loyal.
2. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran
terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
3. Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan
perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
4. Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan
menghormati orang lain.
5. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan
peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
6. Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab,
disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.
Pendidikan karakter penting bagi pertumbuhan individu menjadi manusia yang
seutuhnya dan sebaiknya dilakukan sejak dini. Namun bukan berarti jika
pendidikan dasar belum mengakomodasi pendidikan karakter, perguruan tinggi
juga merasa tidak perlu untuk menyelenggarakannya. Penting bagi perguruan
tinggi untuk tidak hanya memperhatikan kebutuhan kompetensi akademis
mahasiswa, tapi juga pembinaan karakternya agar lulusan menjadi lulusan yang
siap secara akademis dan berkarakter baik.
9. ETIKA PROFESI 6
2.4 UPAYA-UPAYAMEMBANGUN BUDAYA JUJUR MAHASISWA/I
Pembinaan mahasiswa melalui pendidikan integritas dan pendidikan karakter
tersebut, diharapkan dapat menghasilkan sosok mahasiswa yang cerdas
komprehensif (cerdas spiritual, emosional/sosial, intelektual, dan kinestetik
memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkompetisi,memiliki kemampuan
untuk menuangkan daya kreasi,mampu untuk menangkap ide-ide dosen dan
perkembangan lingkungan,tanggap dan memiliki sensitivitas terhadap realita
kehidupan di masyarakat, dan mendapatkan kesempatan untuk menggunakan
fasilitas-fasilitas dan membangun jaringan baik di dalam dan di luar kampus.
Sehingga pada akhirya kajahatan korupsi bisa di berantas.
7. Pribadi : a) Membangkitkan rasa percaya diri mahasiswa
b) Arahkan self consept mahasiswa ke arah yang lebih proporsional
c) membiasakan mahasiswa berpikir lebih realistis dan tidak
ambisius.
2. Lingkungan dan Kelompok
Meniptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan
pertimbangan moral.
8. Dosen : a) Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
b) menunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
c) memberikan umpan balik atas setiap penugasan.
BAB III
10. ETIKA PROFESI 7
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Orientasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi adalah hanya untuk
mendapatkan nilai tinggi dan gelar, artinya lebih banyak kemampuan kognitif
daripada afektif dan psikomotorik, inilah yang membuat mahasiswa mengambil
jalan pintas atau melakukan praktek ketidakjujuran. Guna menciptakan strategi
untuk memberantas korupsi di indonesia, maka paradigma yang harus dibangun
terlebih dahulu adalah, dengan menumbuhkan budaya jujur dikalangan
mahasiswa. Namun yang menjadi kunci untuk menumbuhkan budaya jujur
mahasiswa yaitu dapat dilakukan melalui :
1. Pendidikan Integritas.
2. Pendidikan Karakter.
3.2 SARAN
1. perguruan tinggi harus memperhatikan kebutuhan kompetensi akademis
mahasiswa, tapi juga pembinaan karakternya agar lulusan menjadi lulusan
yang siap secara akademis dan berkarakter baik.
2. perguruan tinggi harus lebih gencar melancarkan kampanye budaya jujur di
kalangan mahasiswa dan dosen.
3 Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap
bisa meluruskannya.
11. ETIKA PROFESI 8
DAFTAR PUSTAKA
http://lutfichakim.blogspot.com/2012/05/menumbuhkan-budaya-jujur-
mahasiswa.html
Herminarto Sofyan, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan
Kemahasiswaan, Makalah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Wanda Chrisiana, Upaya Penerapan Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa (Studi
Kasus Di Jurusan Teknik Industri Uk Petra), Makalah pada Fakultas Teknologi
Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Petra Surabaya.
Sujinal Arifin, 2009, Menyontek: Penyebab dan Penanggulangannya,
http://sujinalarifin.wordpress.com/2009/06/09/menyontek-penyebab-dan-
penanggulangannya/, 23 Maret 2012.