SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 11
1
PENDEKATAN SLA (SUSTAINABLE LIVELIHOOD APPROACH) PADA MASYARAKAT
NELAYAN
Studi Literatur pada Nelayan di Jawa Timur
Tri Cahyono
Program Magister Ilmu Ekonomi
Universitas Brawijaya
Malang
Pendahuluan
Kemiskinan merupakan masalah pokok yang selalu menjadi topik menarik
dalam tiap-tiap kebijakan pemerintah di penjuru Indonesia. Tidak hanya
pemerintah pusat, pemerintah daerah sekalipun menjadikan kemiskinan sebagai
bahasan kebijakan yang mutlak untuk segera ditanggulangi dengan baik.
Tingginya angka kemiskinan semakin menunjukkan bahwasannya pembangunan
sosial di tingkat nasional maupun daerah belum berjalan dengan baik (optimal).
Padahal, potensi yang dimiliki Indonesia untuk lebih maju dan berkembang
sangatlah tinggi. Hal ini tercermin dari keunggulan daerah yang sangat beragam
dan ditunjang dengan besaran penduduk yang cukup tinggi. Data dari BPS (2011)
menunjukkan, bahwasannya besaran penduduk Indonesia sebesar 257.516.167
jiwa dengan luasan wilayah mencapai 1.904.569 km2
.
Tentu saja, besaran jumlah penduduk dan luasan daerah merupakan
sebuah potensi tersendiri yang perlu diberdayakan dengan baik. Pemberdayaan
tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan keunggulan daerah yang menjadi
cikal-bakal kemampuan daerah bersaing secara ekonomi baik di kancah nasional
maupun internasional. Hingga saat ini, potensi pengembangan derah melalui
Sumberdaya Manusia masih belum terlaksana dengan baik. Terbukti dari data
BPS (2012), jumlah pengangguran di Indonesia 2012 mencapai 760.000 jiwa
(data BPS kuartal I). Selain itu, kualitas sumberdaya manusia di Indonesia secara
pendidikan masih jauh dari apa yang diharapkan.
Data Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) menyebutkan, bahwasannya
hingga tahun 2011 lebih dari 50% penduduk Indonesia merupakan tamatan
sekolah dasar, dan hanya berkisar 8% yang tamatan diploma/sarjana. Fakta lain
2
menyebutkan, bahwasannya tiap-tiap lulusan diploma/sarjana di Indonesia
belum mampu terserap sepenuhnya oleh dunia kerja lantaran adanya prasyarat
yang cukup rumit (Hadiyanti, 2006).
Terbukti dari total pengangguran yang mencapai 760.000 jiwa, dimana
11,92% (90.592 Jiwa) diantaranya adalah lulusan Diploma dan 12,78% (97.128
Jiwa) adalah lulusan Sarjana (BPS, 2012). Boediono (2009) mengungkapkan,
perekonomian di Indonesia masih belum sepenuhnya pulih pasca krisis, terlihat
dari beberapa sektor yang masih bekerja di bawah kapasitas dan pertumbuhan
ekonomi yang cukup positif belum mampu menyerap pengangguran yang ada,
sehingga hal tersebut menyebabkan Indonesia rentan terhadap shock.
Hal ini mengindikasikan bahwasannya pengembangan SDM di Indonesia
masih memerlukan up grading secara menyeluruh agar kualitas SDM semakin
merata dan lebih mantab dalam menjalankan roda ekonomi (pengangguran
mampu diserap sepenuhnya dipasar input). Selain itu, penyediaan infrastruktur
(fisik maupun non fisik) dalam memfasilitasi SDM perlu ditingkatkan lebih jauh.
Sebenarnya, beberapa kebijakan telah digulirkan oleh pemerintah guna
mengurangi ketimpangan ekonomi dan besaran angka pengangguran serta
kemiskinan. Kebijakan yang digulirkan beraneka ragam mulai dari PNPM Mandiri,
PUAP, LKMA dan lain sebagainya. Namun, hingga saat ini masih belum
menunjukkan tanda-tanda yang cukup signifikan terhadap pemerataan
pembangunan. Penelitian yang dilakukan Syukri (Lembaga Penelitian Semeru
2010), membuktikan bahwasannya di Jawa Timur, Sumatera Barat dan Sulawesi
Tenggara, keterkaitan program PNPM terhadap kesesuaian kebutuhan warga
miskin belum nampak secara jelas. Hal ini teridentifikasi dari rendahnya
sustainability partisipasi masyarakat, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
PNPM di pedesaan.
Beberapa topik diatas akan sangat menarik lagi ketika di kerucutkan pada
permasalahan pembangunan yang terjadi pada nelayan di Indonesia saat ini,
khususnya di Jawa Timur. Di Jawa Timur sendiri, pada tahun 2011 besaran jumlah
penduduk mencapai 5.662.087 jiwa dengan angka kemiskinan mencapai 14,23
3
(BPS, 2012). Besaran angka kemiskinan tersebut, sebagian besar sebarannya
berada di pedesaan utamanya dipesisir. Hal ini dapat diidentifikasi dari data BPS
2010 yang tertuang dalam gambar 1 berikut :
Gambar 1 ; Sebaran Penduduk Miskin Berdasar Sektor Basis (Jawa Timur)
Dari gambar 1 dapat diterjemahkan bahwa daerah tapal kuda atau
daerah yang berada di pesisir pantai merupakan kantong kemiskinan yang
berbasis perikanan (subsektor dari Pertanian). Pada peta potret kemiskinan
nelayan diketahui terdapat 20 kabupaten yang berada di daerah pesisir pantai.
Dari keduapuluh kabupaten tersebut terdapat 4,1 juta jiwa penduduk miskin
pada tahun 2009, sedangkan jumlah penduduk miskin Jawa Timur sebesar 6,02
juta jiwa (tahun 2009). Dengan kata lain, 68 persen penduduk miskin di Jawa
Timur terdapat di daerah pesisir pantai, baik pantai utara maupun pantai selatan
Jawa Timur serta pulau Madura.
Tingkat kerentanan kemiskinan yang ada di Jawa Timur utamanya yang
menyelimuti kaum nelayan menjadi problematika yang menarik untuk
diidentifikasi lebih lanjut. Untuk itulah, tujuan utama dari tulisan ini yaitu untuk
mengidentifikasi tingkat kerentanan kemiskinan nelayan di jawa timur dengan
menggunakan pendekatan SLA. Sedangkan metode penelitian menggunakan
pendekatan studi literatur dengan mengandalkan data-data skunder hasil
peneliti terdahulu dan beberapa data terkait penulisan ini.
4
Konsep SLA
Konsep yang dikembangkan di Inggris pada akhir dekade 1990an ini
sangat relevan diterapkan untuk kawasan sedang berkembang. Pendekatan
pembangunan dengan konsep sustainable livelihood system adalah pendekatan
pembangunan kontemporer yang berusaha mengoreksi pendekatan
pembangunan yang berkonsep modernisasi dan dikenal sangat tidak akrab
terhadap lingkungan. Pendekatan sustainable livelihood system berusaha
mencapai derajat pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan ekologi secara adil
dan seimbang dengan mengkombinasikan aktivitas dan utilisasi modal-modal
yang ada dalam tata sistem-kehidupan. Berikut kerangka dari Konsep SLA
Gambar 2 ; Sustainable Livelihood Framework
Sumber: Farrington et. al. (1999) dalam Saragih dkk 2007.
Dari gambar 2, dapat dipahami bahwa prinsip penting yang harus
dipegang untuk memahami konsep pengembangan komunitas dengan
pendekatan sustainable livelihood mechanism adalah: (Dharmawan, 2006)
 Landasan etika pembangunan adalah ekosentrisme, yaitu menghargai
kesejajaran antara kepentingan manusia dan alam secara seimbang.
Artinya, manusia dan alam hidup seiring sejalan dan memiliki hak serta
kewajiban yang sama. Etika ini menghindari perilaku eksploitatif terhadap
alam yang berlebihan demi pencapaian derajat kesejahteraan manusia.
 Ideologi environmentalisme dan eco-modernisme melandasi gerakan
sosial masyarakat dalam berperilaku dan menyikapi pelestarian
5
lingkungan. Ideologi ini tetap menempatkan pencapaian kehidupan
manusia yang sejahtera, dalam waktu yang bersamaan tetap memandang
penting pula untuk mengupayakan penyelamatan dan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan demi kehidupan manusia dan alam itu
sendiri.
 Mengubah persepsi tentang pembangunan dari ciri eksploitatif ke ciri
kearifan terhadap alam.
 Konsep rural sustainable development selalu mengintegrasikan
kepentingan alam dan manusia dalam satu kesatuan paket-kepentingan
yang diperjuangkan secara bersama-sama.
 Pendekatan participatory sustainable community empowerment yang
menyertai proses-proses pengambilan keputusan, mengindikasikan
adanya komitmen yang kuat atas pencapaian cita-cita keadilan
lingkungan.
Terdapat lima modal yang yang membangun sistem kehidupan
masyarakat dan merupakan karakter konservatisme dan populisme yang
menjiwai pendekatan sustainable livelihood system. Kelima modal tersebut
adalah modal manusia (human capital), modal alam (natural capital), modal
social (social capital), modal fisik (physical capital), dan modal keuangan
(financial capital). Setiap modal berstatus sama dan sederajat posisinya.
Ciri konservatisme dalam pendekatan ini diketahui dari peletakkan
natural capital sebagai entitas modal yang terpisah. Dalam ekonomi
konvensional, modal alam diartikan sebagai tanah (land) yang menjadi
sumberdaya dan sekaligus tempat produksi semata-mata. Dengan memandang
alam sebagai modal, maka tidak hanya tanah yang diakui eksistensinya,
melainkan juga biodiversity, air, udara, hutan, sungai, tanah, jasad-renik, dan
sebagainya. Terdapat asumsi yang dipegang dalam hal ini, yaitu sistem
kehidupan akan terus berlanjut jika dan hanya jika modal alam dilestarikan
eksistensinya.
6
Sedangkan ciri populisme ditunjukkan oleh kehadiran social capital
(modal sosial) dalam sistem. Modal sosial dianggap sangat penting dalam
konsep pembangunan kontemporer, karena fungsinya sebagai pemersatu
elemen-elemen masyarakat. Tiga komponen utama yang penting dalam hal ini
adalah: (1) trust (2) social networking; dan (3) norms and institutions.
Ketiga bentuk modal lain yaitu human capital berupa kemampuan,
keterampilan dan kapasitas sumberdaya manusia; financial capital berupa uang
dan physical capital berupa infrastruktur fisik penopang pembangunan. Kelima
bentuk modal dimanfaatkan searif mungkin untuk menyongsong derajat
kesejahteraan masyarakat serta kelestarian alam.
Menurut Allison (2003), Sustainable Livelihood Approach (SLA) atau
Pendekatan Mata Pencaharian Berkelanjutan diterapkan untuk
menginformasikan desain intervensi kebijakan dan pengembangan yang
bertujuan mengurangi kemiskinan di negara-negara kurang berkembang. Dalam
penelitiannya, SLA yang digunakan sebagai kerangka kerja untuk berpikir tentang
manajemen dan kebijakan dapat membantu untuk membangun pemahaman
yang lebih baik tentang peran dan fungsi sektor perikanan perairan pantai dalam
ekonomi pesisir yang lebih luas. SLA merupakan pengalaman baru dengan
aplikasi terhadap isu-isu manajemen dalam perikanan berskala kecil di negara
berkembang, dan memeriksa potensinya sebagai kerangka kerja untuk memandu
kebijakan dan manajemen dalam perikanan perairan pantai.
Pendekatan mata pencaharian digunakan sesuai dengan tujuan penelitian
atau program. Dalam praktek pembangunan, sering digunakan sebagai alat
'proses' untuk mengaktifkan peserta dalam program-program pembangunan
yang datang dari berbagai sektor (misalnya pemerintah daerah, pengembangan
usaha, kesehatan, transportasi, sumber daya alam) untuk bekerja sama dalam
mengidentifikasi kendala utama dan peluang untuk pengembangan intervensi
(Ashley dan Carney, 1999). SLA juga banyak digunakan sebagai sebuah proyek
dan kerangka desain program. Manajemen program atau proyek-proyek
pembangunan dapat difokuskan untuk mempertahankan mata pencaharian
7
dengan definisi yang sesuai tujuan mereka, sarana verifikasi pencapaian tujuan
dan indikator untuk memantau kemajuan.
Pendekatan SLA ; Indentifikasi Kerentanan Kemiskinan Nelayan di Jawa Timur
Dalam pendekatan SLA, beberapa kerentanan kemiskinan sering kali di
tinjau dari lima faktor utama yaitu ; (1) modal manusia, (2) modal alam, (3)
modal keuangan, (4) modal fisik, dan (5) modal sosial. Dari kelima faktor
tersebut, tentu saja hanya di gambarkan dalam bentuk data-data kuantitatif
semata lantaran permasalahan yang dicakup dari kelima fator tersebut sangatlah
luas. Untuk itu, kelima faktor tersebut memerlukan beberapa modifikasi yang
tentu saja tidak menghilangkan makna dasar dari SLA itu sendiri. Adapun
identifikasinya yaitu dilihat dari ;
1. Tingkat pendidikan, aksesibilitas kesehatan dan penguasaan teknologi.
Ditinjau dari tingkat pendidikan, sebagian besar nelayan hanya
mengenyam bangku sekolah dasar. Dan bahkan tak jarang yang tidak lulus
sekolah dasar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlambang (2012)
menyebutkan, dari beberapa daerah di Jawa Timur (Tulungagung, Banyuwangi,
Malang, dan Probolinggo) berkisar 70% nelayan hanya berpendidikan sekolah
dasar, sisanya yang 30% berpendidikan SMP, SMA dan bahkan ada yang tidak
lulus sekolah dasar. Sedangkan untuk pendidikan informal, Herlambang (2012)
menyebutkan bahwa sekitar 90% nelayan tidak pernah mengikuti (tidak pernah
terlibat), dan hanya 10% yang pernah terlibat dalam pendidikan informal, itupun
lantaran ada program dari pemerintah yang notabene diikuti oleh nelayan besar
yang sebagian adalah juragan kapal.
Ditinjau dari akses kesehatan, sebagian besar nelayan telah memperoleh
akses yang layak lantaran tiap-tiap daerah di kampung nelayan setidak-tidaknya
terdapat paramedis ataupun puskesmas pembantu. Tercermin dari penelitian
yang dilakukan oleh Mintaroem dan Farisi (2000) bahwasannya untuk Jawa
Timur sendiri pembangunan akses kesehatan di kampung nelayan telah
8
menunjukkan perbaikan, hal ini dapat diidentifikasi dari adanya puskesmas-
puskesmas pembantu dan minimal telah tersedia paramedis (mantri desa).
Sedangkan jika ditinjau dari penguasaan teknologi, sebagian besar
nelayan masih mengandalkan tradisi-tradisi lama lantaran perubahan teknologi
yang terjadi dibidang perikanan (utamanya nelayang tradisional) sifatnya sangat
lambat. Tercermin dari beberapa perangkat-perangkat elektronik canggih (GPS)
masih sangat jarang dijumpai. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Herlambang (2012) dimana dalam penangkapan ikan, nelayan
masing mengandalkan kapal-kapal sederhana dengan perangkat teknologi
cenderung tidak ada yang mengalami perubahan, dan bahkan hasil tangkapan
masih dijual dalam produk primer tanpa ada sentuhan teknologi yang lebih
modern. Untuk itulah, sebagian nelayan yang digambarkan oleh Herlambang
selalu diombang-ambingkan dengan ketidakpastian baik dari segi pendapatan
maupun dari segi keselamatan selama berada di laut.
2. Aset-aset yang dimiliki.
Ditinjau dari segi kepemilikan aset, umumnya nelayan di Jawa Timur
hanya mengandalkan aset produksi yang terbatas. Kurangnya modal untuk
melaut menjadikan beberapa aset produksi tidak diperbaharui (dirawat dengan
baik) secara berkala. Suyanto (2011) mengemukakan, keterbatasan aset yang
dimiliki oleh nelayan Jawa Timur menjadikan proses penangkapan berlangsung
tidak optimal, hal ini dikarenakan beberapa tangkapan hanya dilakukan
dipinggiran pantai dan tidak mampu menjangkau ke lautan yang lebih jauh.
Minimnya aset tersebut menjadikan jeratan kemiskinan di sektor perikanan
(sebagai nelayan) semakin kuat. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh LPPM Unair (2009) yangmana jeratan kemiskinan di sektor
perikanan (nelayan tangkap) selain dipengaruhi oleh minimnya aset, tetapi juga
dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat nelayan yang cenderung berfoya-foya
ketika tangkapan melimpah tanpa memperhatikan pola menabung untuk
perbaikan aset-aset langsung dalam jangka panjang.
9
3. Keberlanjutan sumberdaya alam.
Sumberdaya alam (laut) yang merupakan tempat utama mencari
kepingan rupiah bagi nelayan untuk saat ini sangat tidak stabil kelangsungan
ekosistemnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari seringnya nelayan melakukan
perpindahan wilayah tangkapan dan semakin menurunnya jumlah tangkapan. Di
wilayah selatan Jawa Timur , kapal-kapal besar dari India, Cina dan beberapa
negara lain sengaja berdiam selama beberapa hari bahkan berminggu-minggu
untuk melakukan eksploitasi ikan-ikan laut dan notabene cenderung merusak
ekosistem laut, sehingga nelayan-nelayan tangkap dengan kapasitas produksi
kecil kian lama kian mengalami penurunan jumlah tangkapan (Putro, 2009).
Selain dilihat dari tingginya eksploitasi laut oleh kapal-kapal besar negara
asing, faktor lain yang sangat mengganggu adalah daya tawar nelayan yang
sebagian masih rendah lantaran adanya pasar oligopsoni yang umunya dibentuk
sendiri oleh para tengkulak-tengkulak (pembeli yang melakukan kerjasama). Hal
ini di ungkapkan oleh penelitian yang dilakukan BALITBANG Jawa Timur (2011),
dimana tengkulak memainkan peran cukup krusial (tengkulak dan pemodal
seringkali melakukan kerjasama) dikalangan nelayan sehingga nilai tawar nelayan
menjadi sangat rendah. Tak heran jika proses penangkapan ikan di kalangan
nelayan Jawa Timur untuk saat ini sebagian tidak memperhatikan kualitas ikan
tetapi mengarahkan pada kuantitas yang semakin banyak. Untuk itulah, wilayah
tangkapan seringkali berubah-ubah dan cenderung tidak seimbang dengan
kapasitas kapal yang digunakan. Misalnya kapan dengan kapasitas 10 GT (Gross
Ton) yang umumnya hanya digunakan untuk jarak 10 hingga 13 mil dari pantai,
maka dipaksa untuk menempuh jarak hingga 20 bahkan ada yang mencapi 50 mil
(LPPM Unair, 2009).
10
Daftar Pustaka
Allison, Edward H. 2003. Potential Applications Of A ‘Sustainable Livelihoods
Approach’ To Management And Policy Development For European Inshore
Fisheries.
BALITBANG. 2011. Kajian Potensi Sumberdaya Alam Berbasis Eksport.
BALITBANG Jawa Timur. Surabaya.
Boediono. 2009. Kebijakan Fiskal : Sekarang dan Selanjutnya. Kompas. Jakarta.
BPS Jawa Timur. 2010. Sebaran Penduduk Miskin Berdasarkan Sektor Basis.
_____________. 2012. Angka Kemiskinan Jawa Timur.
BPS. 2011. Jumlah Penduduk Indonesia.
Data Perpres No. 32. 2011. MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia).
Herlambang, Andhika P. 2012. Analisis Tingkar Masyarakat Nelayan Perikanan
Tangkap Jawa Timur. Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya. Malang.
LPPM Universitas Airlangga. 2009. Pemberdayaan Nelayan dalam Upaya
Mengurangi Kemiskinan di Kalangan Nelayan. LPPM Universitas Airlangga.
Surabaya.
Mintaroem, H. Karjadi dan Farisi, M. Imam. 2000. Nelayan Tradisional di
Madura ;Studi Sosial-Budaya terhadap Aktivitas Perekonomian Nelayan di
desa Bandara Kabupaten Pamekasan. Universitas Terbuka, Lembaga
Penelitian-Pusat Studi Indonesia.
Putro, R. Harjanto. 2009. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam
Mengelola Sumberdaya Perikanan Laut di Lamongan Jawa Timur.
Departemen Ilmu Administrasi, FISIP, Universitas Airlangga. Surabaya.
Saragih, dkk. 2007. Kerangka Kehidupan Berkelanjutan ; Sustainable Livelihood
Framwork.
Suyanto, Bagong. 2011. Mekanisme Survival, Identifikasi Kebutuhan dan
Pemberdayaan Nelayan Miskin dalam Masa Kritis Akibat Kenaikan Harga
BBM. Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga. Surabaya.
11
Syukri, Muhammad dkk. Studi Kualitatif Dampak PNPM-Perdesaan Tahun 2010 di
Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tenggara. Lembaga Penelitian
Semeru. Jakarta.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Evolusi makna pembangunan
Evolusi makna pembangunanEvolusi makna pembangunan
Evolusi makna pembangunanSalma Van Licht
 
Pkm difabel (revisi 251012) baru
Pkm  difabel (revisi 251012) baruPkm  difabel (revisi 251012) baru
Pkm difabel (revisi 251012) baruZakiyul Mu'min
 
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap ProdusenContoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap ProdusenYuca Siahaan
 
Bagian iv-teori-barang-publik
Bagian iv-teori-barang-publikBagian iv-teori-barang-publik
Bagian iv-teori-barang-publikAchmad Ridha
 
Bab ii gambaran umum lokasi
Bab ii gambaran umum lokasiBab ii gambaran umum lokasi
Bab ii gambaran umum lokasidiwa diwaefendi
 
Paradigma baru pembangunan perdesaan
Paradigma baru pembangunan perdesaanParadigma baru pembangunan perdesaan
Paradigma baru pembangunan perdesaanSugeng Budiharsono
 
Presentasi Sidang Kuliah Kerja Lapang (KKL)
Presentasi Sidang Kuliah Kerja Lapang (KKL)Presentasi Sidang Kuliah Kerja Lapang (KKL)
Presentasi Sidang Kuliah Kerja Lapang (KKL)Danz Wadezig
 
Sumber & evaluasi data
Sumber & evaluasi dataSumber & evaluasi data
Sumber & evaluasi dataVilla Pranata
 
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunanDistribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunanBazari Azhar Azizi
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Arthur Semseviera Rontini
 
Laporan Pertanggung Jawaban Departemen Dana dan Usaha, PPI - UKM Periode 2014...
Laporan Pertanggung Jawaban Departemen Dana dan Usaha, PPI - UKM Periode 2014...Laporan Pertanggung Jawaban Departemen Dana dan Usaha, PPI - UKM Periode 2014...
Laporan Pertanggung Jawaban Departemen Dana dan Usaha, PPI - UKM Periode 2014...Harry Ramza
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Dadang Solihin
 

La actualidad más candente (20)

Evolusi makna pembangunan
Evolusi makna pembangunanEvolusi makna pembangunan
Evolusi makna pembangunan
 
Pkm difabel (revisi 251012) baru
Pkm  difabel (revisi 251012) baruPkm  difabel (revisi 251012) baru
Pkm difabel (revisi 251012) baru
 
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap ProdusenContoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
Contoh Kasus Eksternalitas Konsumen terhadap Produsen
 
Bagian iv-teori-barang-publik
Bagian iv-teori-barang-publikBagian iv-teori-barang-publik
Bagian iv-teori-barang-publik
 
Bab ii gambaran umum lokasi
Bab ii gambaran umum lokasiBab ii gambaran umum lokasi
Bab ii gambaran umum lokasi
 
Paradigma baru pembangunan perdesaan
Paradigma baru pembangunan perdesaanParadigma baru pembangunan perdesaan
Paradigma baru pembangunan perdesaan
 
Kemitraan usaha
Kemitraan usahaKemitraan usaha
Kemitraan usaha
 
Bab VI pengangguran dan inflasi
Bab VI pengangguran dan inflasiBab VI pengangguran dan inflasi
Bab VI pengangguran dan inflasi
 
Presentasi Sidang Kuliah Kerja Lapang (KKL)
Presentasi Sidang Kuliah Kerja Lapang (KKL)Presentasi Sidang Kuliah Kerja Lapang (KKL)
Presentasi Sidang Kuliah Kerja Lapang (KKL)
 
Sumber & evaluasi data
Sumber & evaluasi dataSumber & evaluasi data
Sumber & evaluasi data
 
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunanDistribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
 
Pengembangan UMKM
Pengembangan UMKM  Pengembangan UMKM
Pengembangan UMKM
 
Metode Baru dalam Pengitungan IPM
Metode Baru dalam Pengitungan IPM Metode Baru dalam Pengitungan IPM
Metode Baru dalam Pengitungan IPM
 
Peranan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia (BAB 8)
Peranan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia (BAB 8)Peranan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia (BAB 8)
Peranan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia (BAB 8)
 
Berita acara fix
Berita acara fixBerita acara fix
Berita acara fix
 
Laporan Pertanggung Jawaban Departemen Dana dan Usaha, PPI - UKM Periode 2014...
Laporan Pertanggung Jawaban Departemen Dana dan Usaha, PPI - UKM Periode 2014...Laporan Pertanggung Jawaban Departemen Dana dan Usaha, PPI - UKM Periode 2014...
Laporan Pertanggung Jawaban Departemen Dana dan Usaha, PPI - UKM Periode 2014...
 
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
 

Destacado

Tentang livelihood
Tentang livelihood Tentang livelihood
Tentang livelihood Edwar Fitri
 
Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Program Pengembangan  Penghidupan Berkelanjutan (P2B)Program Pengembangan  Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)Muh Saleh
 
Analisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklim
Analisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklimAnalisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklim
Analisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklimweADAPT
 
Capaian Program KOTAKU DKI jakarta
Capaian Program KOTAKU DKI jakartaCapaian Program KOTAKU DKI jakarta
Capaian Program KOTAKU DKI jakartaDedi Alfaridi
 
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku revAdvisory Specialist for P2KP
 
Sustainable Livelihood Framework SR
Sustainable Livelihood Framework SRSustainable Livelihood Framework SR
Sustainable Livelihood Framework SRSrinivasan Rengasamy
 

Destacado (9)

Tentang livelihood
Tentang livelihood Tentang livelihood
Tentang livelihood
 
Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Program Pengembangan  Penghidupan Berkelanjutan (P2B)Program Pengembangan  Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
 
Analisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklim
Analisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklimAnalisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklim
Analisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklim
 
MADU DAN PRODUK PERLEBAHN
MADU DAN PRODUK PERLEBAHNMADU DAN PRODUK PERLEBAHN
MADU DAN PRODUK PERLEBAHN
 
Sustainable Livelihoods Framework
Sustainable Livelihoods FrameworkSustainable Livelihoods Framework
Sustainable Livelihoods Framework
 
Capaian Program KOTAKU DKI jakarta
Capaian Program KOTAKU DKI jakartaCapaian Program KOTAKU DKI jakarta
Capaian Program KOTAKU DKI jakarta
 
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku  rev
20160608 arah kebijakan dan gambaran umum program kotaku rev
 
Sustainable Livelihood Framework SR
Sustainable Livelihood Framework SRSustainable Livelihood Framework SR
Sustainable Livelihood Framework SR
 
Build Features, Not Apps
Build Features, Not AppsBuild Features, Not Apps
Build Features, Not Apps
 

Similar a Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa Timur

Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013Muhammad Harto
 
Efforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer Community
Efforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer CommunityEfforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer Community
Efforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer CommunityRizkiAminAlQadry
 
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya ManusiaIlmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusiarahmitaokt
 
Makalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaMakalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaSeptian Muna Barakati
 
804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdfMustani98
 
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...Nana Sartika
 
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxMakalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxByOneNet
 
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata   Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata Perpus Maya
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahunbramantiyo marjuki
 
KEPENDUDUKAN DAN ASPEK ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA PKLH
KEPENDUDUKAN DAN ASPEK ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA PKLHKEPENDUDUKAN DAN ASPEK ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA PKLH
KEPENDUDUKAN DAN ASPEK ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA PKLHNovi Cahyaningrum
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
KependudukanIrfano
 
Review materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhReview materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhluluk404
 
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptxRAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptxRamaDhoniWati
 
Makalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaMakalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaWarnet Raha
 

Similar a Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa Timur (20)

Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
 
PROCEEDINGS MIE 2013
PROCEEDINGS MIE 2013PROCEEDINGS MIE 2013
PROCEEDINGS MIE 2013
 
Efforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer Community
Efforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer CommunityEfforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer Community
Efforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer Community
 
Makalah kependudukan di indonesia
Makalah kependudukan di indonesiaMakalah kependudukan di indonesia
Makalah kependudukan di indonesia
 
Makalah kependudukan di indonesia
Makalah kependudukan di indonesiaMakalah kependudukan di indonesia
Makalah kependudukan di indonesia
 
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya ManusiaIlmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
 
Kemiskinan dan Kesenjangan (Perekonomian Indonesia BAB 3)
Kemiskinan dan Kesenjangan (Perekonomian Indonesia BAB 3)Kemiskinan dan Kesenjangan (Perekonomian Indonesia BAB 3)
Kemiskinan dan Kesenjangan (Perekonomian Indonesia BAB 3)
 
Makalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaMakalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten muna
 
Makalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaMakalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten muna
 
804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf
 
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
PEMBANGUNAN MANUSIA KALIMANTAN BARAT : PRIORITAS ARAH PEMBANGUNAN DAN KETENAG...
 
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxMakalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
 
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata   Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
 
KEPENDUDUKAN DAN ASPEK ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA PKLH
KEPENDUDUKAN DAN ASPEK ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA PKLHKEPENDUDUKAN DAN ASPEK ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA PKLH
KEPENDUDUKAN DAN ASPEK ASPEK KEHIDUPAN MANUSIA PKLH
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
Kependudukan
 
Review materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhReview materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklh
 
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptxRAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
 
Makalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaMakalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten muna
 

Más de Tri Cahyono

Studi Hubungan Mental Lokal
Studi Hubungan Mental LokalStudi Hubungan Mental Lokal
Studi Hubungan Mental LokalTri Cahyono
 
Paper asc tri cahyono
Paper asc tri cahyonoPaper asc tri cahyono
Paper asc tri cahyonoTri Cahyono
 
KTI PRAMUKA SMAN 1 GLENMORE
KTI PRAMUKA SMAN 1 GLENMOREKTI PRAMUKA SMAN 1 GLENMORE
KTI PRAMUKA SMAN 1 GLENMORETri Cahyono
 
Penanggulangan HIV/AIDS pada Kalangan Remaja
Penanggulangan HIV/AIDS pada Kalangan RemajaPenanggulangan HIV/AIDS pada Kalangan Remaja
Penanggulangan HIV/AIDS pada Kalangan RemajaTri Cahyono
 
Model Makroekonomi Indonesia
Model Makroekonomi IndonesiaModel Makroekonomi Indonesia
Model Makroekonomi IndonesiaTri Cahyono
 
Sustainability Ekologi
Sustainability EkologiSustainability Ekologi
Sustainability EkologiTri Cahyono
 
SME'S Competitiveness Analysis
SME'S Competitiveness AnalysisSME'S Competitiveness Analysis
SME'S Competitiveness AnalysisTri Cahyono
 
Strategi Pengembangan BUMDES dalam ACFTA
Strategi Pengembangan BUMDES dalam ACFTAStrategi Pengembangan BUMDES dalam ACFTA
Strategi Pengembangan BUMDES dalam ACFTATri Cahyono
 
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTAInterlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTATri Cahyono
 
Proposal Bisnis VCO
Proposal Bisnis VCOProposal Bisnis VCO
Proposal Bisnis VCOTri Cahyono
 
Dialog etika dalam pemersatu Bangsa
Dialog etika dalam pemersatu BangsaDialog etika dalam pemersatu Bangsa
Dialog etika dalam pemersatu BangsaTri Cahyono
 
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionSinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionTri Cahyono
 
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014Tri Cahyono
 
Bone Fish Burger
Bone Fish BurgerBone Fish Burger
Bone Fish BurgerTri Cahyono
 
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga SuryaPkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga SuryaTri Cahyono
 
Strategi pengembangan bumdes
Strategi pengembangan bumdesStrategi pengembangan bumdes
Strategi pengembangan bumdesTri Cahyono
 

Más de Tri Cahyono (17)

Studi Hubungan Mental Lokal
Studi Hubungan Mental LokalStudi Hubungan Mental Lokal
Studi Hubungan Mental Lokal
 
Paper asc tri cahyono
Paper asc tri cahyonoPaper asc tri cahyono
Paper asc tri cahyono
 
KTI PRAMUKA SMAN 1 GLENMORE
KTI PRAMUKA SMAN 1 GLENMOREKTI PRAMUKA SMAN 1 GLENMORE
KTI PRAMUKA SMAN 1 GLENMORE
 
Penanggulangan HIV/AIDS pada Kalangan Remaja
Penanggulangan HIV/AIDS pada Kalangan RemajaPenanggulangan HIV/AIDS pada Kalangan Remaja
Penanggulangan HIV/AIDS pada Kalangan Remaja
 
Model Makroekonomi Indonesia
Model Makroekonomi IndonesiaModel Makroekonomi Indonesia
Model Makroekonomi Indonesia
 
Sustainability Ekologi
Sustainability EkologiSustainability Ekologi
Sustainability Ekologi
 
SME'S Competitiveness Analysis
SME'S Competitiveness AnalysisSME'S Competitiveness Analysis
SME'S Competitiveness Analysis
 
Strategi Pengembangan BUMDES dalam ACFTA
Strategi Pengembangan BUMDES dalam ACFTAStrategi Pengembangan BUMDES dalam ACFTA
Strategi Pengembangan BUMDES dalam ACFTA
 
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTAInterlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
Interlinkage LPPM dengan Kelembagaan Desa dalam ACFTA
 
Proposal Bisnis VCO
Proposal Bisnis VCOProposal Bisnis VCO
Proposal Bisnis VCO
 
Dialog etika dalam pemersatu Bangsa
Dialog etika dalam pemersatu BangsaDialog etika dalam pemersatu Bangsa
Dialog etika dalam pemersatu Bangsa
 
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative DestructionSinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
Sinergi kebijakan MP3EI dengan Creative Destruction
 
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
Peran dan fungsi polri dalam pemilu 2014
 
Bone Fish Burger
Bone Fish BurgerBone Fish Burger
Bone Fish Burger
 
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga SuryaPkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
Pkm m-06-11-tri-pemanfaatan distilator tenaga Surya
 
Strategi pengembangan bumdes
Strategi pengembangan bumdesStrategi pengembangan bumdes
Strategi pengembangan bumdes
 
722
722722
722
 

Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa Timur

  • 1. 1 PENDEKATAN SLA (SUSTAINABLE LIVELIHOOD APPROACH) PADA MASYARAKAT NELAYAN Studi Literatur pada Nelayan di Jawa Timur Tri Cahyono Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya Malang Pendahuluan Kemiskinan merupakan masalah pokok yang selalu menjadi topik menarik dalam tiap-tiap kebijakan pemerintah di penjuru Indonesia. Tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah daerah sekalipun menjadikan kemiskinan sebagai bahasan kebijakan yang mutlak untuk segera ditanggulangi dengan baik. Tingginya angka kemiskinan semakin menunjukkan bahwasannya pembangunan sosial di tingkat nasional maupun daerah belum berjalan dengan baik (optimal). Padahal, potensi yang dimiliki Indonesia untuk lebih maju dan berkembang sangatlah tinggi. Hal ini tercermin dari keunggulan daerah yang sangat beragam dan ditunjang dengan besaran penduduk yang cukup tinggi. Data dari BPS (2011) menunjukkan, bahwasannya besaran penduduk Indonesia sebesar 257.516.167 jiwa dengan luasan wilayah mencapai 1.904.569 km2 . Tentu saja, besaran jumlah penduduk dan luasan daerah merupakan sebuah potensi tersendiri yang perlu diberdayakan dengan baik. Pemberdayaan tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan keunggulan daerah yang menjadi cikal-bakal kemampuan daerah bersaing secara ekonomi baik di kancah nasional maupun internasional. Hingga saat ini, potensi pengembangan derah melalui Sumberdaya Manusia masih belum terlaksana dengan baik. Terbukti dari data BPS (2012), jumlah pengangguran di Indonesia 2012 mencapai 760.000 jiwa (data BPS kuartal I). Selain itu, kualitas sumberdaya manusia di Indonesia secara pendidikan masih jauh dari apa yang diharapkan. Data Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) menyebutkan, bahwasannya hingga tahun 2011 lebih dari 50% penduduk Indonesia merupakan tamatan sekolah dasar, dan hanya berkisar 8% yang tamatan diploma/sarjana. Fakta lain
  • 2. 2 menyebutkan, bahwasannya tiap-tiap lulusan diploma/sarjana di Indonesia belum mampu terserap sepenuhnya oleh dunia kerja lantaran adanya prasyarat yang cukup rumit (Hadiyanti, 2006). Terbukti dari total pengangguran yang mencapai 760.000 jiwa, dimana 11,92% (90.592 Jiwa) diantaranya adalah lulusan Diploma dan 12,78% (97.128 Jiwa) adalah lulusan Sarjana (BPS, 2012). Boediono (2009) mengungkapkan, perekonomian di Indonesia masih belum sepenuhnya pulih pasca krisis, terlihat dari beberapa sektor yang masih bekerja di bawah kapasitas dan pertumbuhan ekonomi yang cukup positif belum mampu menyerap pengangguran yang ada, sehingga hal tersebut menyebabkan Indonesia rentan terhadap shock. Hal ini mengindikasikan bahwasannya pengembangan SDM di Indonesia masih memerlukan up grading secara menyeluruh agar kualitas SDM semakin merata dan lebih mantab dalam menjalankan roda ekonomi (pengangguran mampu diserap sepenuhnya dipasar input). Selain itu, penyediaan infrastruktur (fisik maupun non fisik) dalam memfasilitasi SDM perlu ditingkatkan lebih jauh. Sebenarnya, beberapa kebijakan telah digulirkan oleh pemerintah guna mengurangi ketimpangan ekonomi dan besaran angka pengangguran serta kemiskinan. Kebijakan yang digulirkan beraneka ragam mulai dari PNPM Mandiri, PUAP, LKMA dan lain sebagainya. Namun, hingga saat ini masih belum menunjukkan tanda-tanda yang cukup signifikan terhadap pemerataan pembangunan. Penelitian yang dilakukan Syukri (Lembaga Penelitian Semeru 2010), membuktikan bahwasannya di Jawa Timur, Sumatera Barat dan Sulawesi Tenggara, keterkaitan program PNPM terhadap kesesuaian kebutuhan warga miskin belum nampak secara jelas. Hal ini teridentifikasi dari rendahnya sustainability partisipasi masyarakat, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan PNPM di pedesaan. Beberapa topik diatas akan sangat menarik lagi ketika di kerucutkan pada permasalahan pembangunan yang terjadi pada nelayan di Indonesia saat ini, khususnya di Jawa Timur. Di Jawa Timur sendiri, pada tahun 2011 besaran jumlah penduduk mencapai 5.662.087 jiwa dengan angka kemiskinan mencapai 14,23
  • 3. 3 (BPS, 2012). Besaran angka kemiskinan tersebut, sebagian besar sebarannya berada di pedesaan utamanya dipesisir. Hal ini dapat diidentifikasi dari data BPS 2010 yang tertuang dalam gambar 1 berikut : Gambar 1 ; Sebaran Penduduk Miskin Berdasar Sektor Basis (Jawa Timur) Dari gambar 1 dapat diterjemahkan bahwa daerah tapal kuda atau daerah yang berada di pesisir pantai merupakan kantong kemiskinan yang berbasis perikanan (subsektor dari Pertanian). Pada peta potret kemiskinan nelayan diketahui terdapat 20 kabupaten yang berada di daerah pesisir pantai. Dari keduapuluh kabupaten tersebut terdapat 4,1 juta jiwa penduduk miskin pada tahun 2009, sedangkan jumlah penduduk miskin Jawa Timur sebesar 6,02 juta jiwa (tahun 2009). Dengan kata lain, 68 persen penduduk miskin di Jawa Timur terdapat di daerah pesisir pantai, baik pantai utara maupun pantai selatan Jawa Timur serta pulau Madura. Tingkat kerentanan kemiskinan yang ada di Jawa Timur utamanya yang menyelimuti kaum nelayan menjadi problematika yang menarik untuk diidentifikasi lebih lanjut. Untuk itulah, tujuan utama dari tulisan ini yaitu untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan kemiskinan nelayan di jawa timur dengan menggunakan pendekatan SLA. Sedangkan metode penelitian menggunakan pendekatan studi literatur dengan mengandalkan data-data skunder hasil peneliti terdahulu dan beberapa data terkait penulisan ini.
  • 4. 4 Konsep SLA Konsep yang dikembangkan di Inggris pada akhir dekade 1990an ini sangat relevan diterapkan untuk kawasan sedang berkembang. Pendekatan pembangunan dengan konsep sustainable livelihood system adalah pendekatan pembangunan kontemporer yang berusaha mengoreksi pendekatan pembangunan yang berkonsep modernisasi dan dikenal sangat tidak akrab terhadap lingkungan. Pendekatan sustainable livelihood system berusaha mencapai derajat pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan ekologi secara adil dan seimbang dengan mengkombinasikan aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam tata sistem-kehidupan. Berikut kerangka dari Konsep SLA Gambar 2 ; Sustainable Livelihood Framework Sumber: Farrington et. al. (1999) dalam Saragih dkk 2007. Dari gambar 2, dapat dipahami bahwa prinsip penting yang harus dipegang untuk memahami konsep pengembangan komunitas dengan pendekatan sustainable livelihood mechanism adalah: (Dharmawan, 2006)  Landasan etika pembangunan adalah ekosentrisme, yaitu menghargai kesejajaran antara kepentingan manusia dan alam secara seimbang. Artinya, manusia dan alam hidup seiring sejalan dan memiliki hak serta kewajiban yang sama. Etika ini menghindari perilaku eksploitatif terhadap alam yang berlebihan demi pencapaian derajat kesejahteraan manusia.  Ideologi environmentalisme dan eco-modernisme melandasi gerakan sosial masyarakat dalam berperilaku dan menyikapi pelestarian
  • 5. 5 lingkungan. Ideologi ini tetap menempatkan pencapaian kehidupan manusia yang sejahtera, dalam waktu yang bersamaan tetap memandang penting pula untuk mengupayakan penyelamatan dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan demi kehidupan manusia dan alam itu sendiri.  Mengubah persepsi tentang pembangunan dari ciri eksploitatif ke ciri kearifan terhadap alam.  Konsep rural sustainable development selalu mengintegrasikan kepentingan alam dan manusia dalam satu kesatuan paket-kepentingan yang diperjuangkan secara bersama-sama.  Pendekatan participatory sustainable community empowerment yang menyertai proses-proses pengambilan keputusan, mengindikasikan adanya komitmen yang kuat atas pencapaian cita-cita keadilan lingkungan. Terdapat lima modal yang yang membangun sistem kehidupan masyarakat dan merupakan karakter konservatisme dan populisme yang menjiwai pendekatan sustainable livelihood system. Kelima modal tersebut adalah modal manusia (human capital), modal alam (natural capital), modal social (social capital), modal fisik (physical capital), dan modal keuangan (financial capital). Setiap modal berstatus sama dan sederajat posisinya. Ciri konservatisme dalam pendekatan ini diketahui dari peletakkan natural capital sebagai entitas modal yang terpisah. Dalam ekonomi konvensional, modal alam diartikan sebagai tanah (land) yang menjadi sumberdaya dan sekaligus tempat produksi semata-mata. Dengan memandang alam sebagai modal, maka tidak hanya tanah yang diakui eksistensinya, melainkan juga biodiversity, air, udara, hutan, sungai, tanah, jasad-renik, dan sebagainya. Terdapat asumsi yang dipegang dalam hal ini, yaitu sistem kehidupan akan terus berlanjut jika dan hanya jika modal alam dilestarikan eksistensinya.
  • 6. 6 Sedangkan ciri populisme ditunjukkan oleh kehadiran social capital (modal sosial) dalam sistem. Modal sosial dianggap sangat penting dalam konsep pembangunan kontemporer, karena fungsinya sebagai pemersatu elemen-elemen masyarakat. Tiga komponen utama yang penting dalam hal ini adalah: (1) trust (2) social networking; dan (3) norms and institutions. Ketiga bentuk modal lain yaitu human capital berupa kemampuan, keterampilan dan kapasitas sumberdaya manusia; financial capital berupa uang dan physical capital berupa infrastruktur fisik penopang pembangunan. Kelima bentuk modal dimanfaatkan searif mungkin untuk menyongsong derajat kesejahteraan masyarakat serta kelestarian alam. Menurut Allison (2003), Sustainable Livelihood Approach (SLA) atau Pendekatan Mata Pencaharian Berkelanjutan diterapkan untuk menginformasikan desain intervensi kebijakan dan pengembangan yang bertujuan mengurangi kemiskinan di negara-negara kurang berkembang. Dalam penelitiannya, SLA yang digunakan sebagai kerangka kerja untuk berpikir tentang manajemen dan kebijakan dapat membantu untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang peran dan fungsi sektor perikanan perairan pantai dalam ekonomi pesisir yang lebih luas. SLA merupakan pengalaman baru dengan aplikasi terhadap isu-isu manajemen dalam perikanan berskala kecil di negara berkembang, dan memeriksa potensinya sebagai kerangka kerja untuk memandu kebijakan dan manajemen dalam perikanan perairan pantai. Pendekatan mata pencaharian digunakan sesuai dengan tujuan penelitian atau program. Dalam praktek pembangunan, sering digunakan sebagai alat 'proses' untuk mengaktifkan peserta dalam program-program pembangunan yang datang dari berbagai sektor (misalnya pemerintah daerah, pengembangan usaha, kesehatan, transportasi, sumber daya alam) untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi kendala utama dan peluang untuk pengembangan intervensi (Ashley dan Carney, 1999). SLA juga banyak digunakan sebagai sebuah proyek dan kerangka desain program. Manajemen program atau proyek-proyek pembangunan dapat difokuskan untuk mempertahankan mata pencaharian
  • 7. 7 dengan definisi yang sesuai tujuan mereka, sarana verifikasi pencapaian tujuan dan indikator untuk memantau kemajuan. Pendekatan SLA ; Indentifikasi Kerentanan Kemiskinan Nelayan di Jawa Timur Dalam pendekatan SLA, beberapa kerentanan kemiskinan sering kali di tinjau dari lima faktor utama yaitu ; (1) modal manusia, (2) modal alam, (3) modal keuangan, (4) modal fisik, dan (5) modal sosial. Dari kelima faktor tersebut, tentu saja hanya di gambarkan dalam bentuk data-data kuantitatif semata lantaran permasalahan yang dicakup dari kelima fator tersebut sangatlah luas. Untuk itu, kelima faktor tersebut memerlukan beberapa modifikasi yang tentu saja tidak menghilangkan makna dasar dari SLA itu sendiri. Adapun identifikasinya yaitu dilihat dari ; 1. Tingkat pendidikan, aksesibilitas kesehatan dan penguasaan teknologi. Ditinjau dari tingkat pendidikan, sebagian besar nelayan hanya mengenyam bangku sekolah dasar. Dan bahkan tak jarang yang tidak lulus sekolah dasar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlambang (2012) menyebutkan, dari beberapa daerah di Jawa Timur (Tulungagung, Banyuwangi, Malang, dan Probolinggo) berkisar 70% nelayan hanya berpendidikan sekolah dasar, sisanya yang 30% berpendidikan SMP, SMA dan bahkan ada yang tidak lulus sekolah dasar. Sedangkan untuk pendidikan informal, Herlambang (2012) menyebutkan bahwa sekitar 90% nelayan tidak pernah mengikuti (tidak pernah terlibat), dan hanya 10% yang pernah terlibat dalam pendidikan informal, itupun lantaran ada program dari pemerintah yang notabene diikuti oleh nelayan besar yang sebagian adalah juragan kapal. Ditinjau dari akses kesehatan, sebagian besar nelayan telah memperoleh akses yang layak lantaran tiap-tiap daerah di kampung nelayan setidak-tidaknya terdapat paramedis ataupun puskesmas pembantu. Tercermin dari penelitian yang dilakukan oleh Mintaroem dan Farisi (2000) bahwasannya untuk Jawa Timur sendiri pembangunan akses kesehatan di kampung nelayan telah
  • 8. 8 menunjukkan perbaikan, hal ini dapat diidentifikasi dari adanya puskesmas- puskesmas pembantu dan minimal telah tersedia paramedis (mantri desa). Sedangkan jika ditinjau dari penguasaan teknologi, sebagian besar nelayan masih mengandalkan tradisi-tradisi lama lantaran perubahan teknologi yang terjadi dibidang perikanan (utamanya nelayang tradisional) sifatnya sangat lambat. Tercermin dari beberapa perangkat-perangkat elektronik canggih (GPS) masih sangat jarang dijumpai. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Herlambang (2012) dimana dalam penangkapan ikan, nelayan masing mengandalkan kapal-kapal sederhana dengan perangkat teknologi cenderung tidak ada yang mengalami perubahan, dan bahkan hasil tangkapan masih dijual dalam produk primer tanpa ada sentuhan teknologi yang lebih modern. Untuk itulah, sebagian nelayan yang digambarkan oleh Herlambang selalu diombang-ambingkan dengan ketidakpastian baik dari segi pendapatan maupun dari segi keselamatan selama berada di laut. 2. Aset-aset yang dimiliki. Ditinjau dari segi kepemilikan aset, umumnya nelayan di Jawa Timur hanya mengandalkan aset produksi yang terbatas. Kurangnya modal untuk melaut menjadikan beberapa aset produksi tidak diperbaharui (dirawat dengan baik) secara berkala. Suyanto (2011) mengemukakan, keterbatasan aset yang dimiliki oleh nelayan Jawa Timur menjadikan proses penangkapan berlangsung tidak optimal, hal ini dikarenakan beberapa tangkapan hanya dilakukan dipinggiran pantai dan tidak mampu menjangkau ke lautan yang lebih jauh. Minimnya aset tersebut menjadikan jeratan kemiskinan di sektor perikanan (sebagai nelayan) semakin kuat. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh LPPM Unair (2009) yangmana jeratan kemiskinan di sektor perikanan (nelayan tangkap) selain dipengaruhi oleh minimnya aset, tetapi juga dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat nelayan yang cenderung berfoya-foya ketika tangkapan melimpah tanpa memperhatikan pola menabung untuk perbaikan aset-aset langsung dalam jangka panjang.
  • 9. 9 3. Keberlanjutan sumberdaya alam. Sumberdaya alam (laut) yang merupakan tempat utama mencari kepingan rupiah bagi nelayan untuk saat ini sangat tidak stabil kelangsungan ekosistemnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari seringnya nelayan melakukan perpindahan wilayah tangkapan dan semakin menurunnya jumlah tangkapan. Di wilayah selatan Jawa Timur , kapal-kapal besar dari India, Cina dan beberapa negara lain sengaja berdiam selama beberapa hari bahkan berminggu-minggu untuk melakukan eksploitasi ikan-ikan laut dan notabene cenderung merusak ekosistem laut, sehingga nelayan-nelayan tangkap dengan kapasitas produksi kecil kian lama kian mengalami penurunan jumlah tangkapan (Putro, 2009). Selain dilihat dari tingginya eksploitasi laut oleh kapal-kapal besar negara asing, faktor lain yang sangat mengganggu adalah daya tawar nelayan yang sebagian masih rendah lantaran adanya pasar oligopsoni yang umunya dibentuk sendiri oleh para tengkulak-tengkulak (pembeli yang melakukan kerjasama). Hal ini di ungkapkan oleh penelitian yang dilakukan BALITBANG Jawa Timur (2011), dimana tengkulak memainkan peran cukup krusial (tengkulak dan pemodal seringkali melakukan kerjasama) dikalangan nelayan sehingga nilai tawar nelayan menjadi sangat rendah. Tak heran jika proses penangkapan ikan di kalangan nelayan Jawa Timur untuk saat ini sebagian tidak memperhatikan kualitas ikan tetapi mengarahkan pada kuantitas yang semakin banyak. Untuk itulah, wilayah tangkapan seringkali berubah-ubah dan cenderung tidak seimbang dengan kapasitas kapal yang digunakan. Misalnya kapan dengan kapasitas 10 GT (Gross Ton) yang umumnya hanya digunakan untuk jarak 10 hingga 13 mil dari pantai, maka dipaksa untuk menempuh jarak hingga 20 bahkan ada yang mencapi 50 mil (LPPM Unair, 2009).
  • 10. 10 Daftar Pustaka Allison, Edward H. 2003. Potential Applications Of A ‘Sustainable Livelihoods Approach’ To Management And Policy Development For European Inshore Fisheries. BALITBANG. 2011. Kajian Potensi Sumberdaya Alam Berbasis Eksport. BALITBANG Jawa Timur. Surabaya. Boediono. 2009. Kebijakan Fiskal : Sekarang dan Selanjutnya. Kompas. Jakarta. BPS Jawa Timur. 2010. Sebaran Penduduk Miskin Berdasarkan Sektor Basis. _____________. 2012. Angka Kemiskinan Jawa Timur. BPS. 2011. Jumlah Penduduk Indonesia. Data Perpres No. 32. 2011. MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Herlambang, Andhika P. 2012. Analisis Tingkar Masyarakat Nelayan Perikanan Tangkap Jawa Timur. Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya. Malang. LPPM Universitas Airlangga. 2009. Pemberdayaan Nelayan dalam Upaya Mengurangi Kemiskinan di Kalangan Nelayan. LPPM Universitas Airlangga. Surabaya. Mintaroem, H. Karjadi dan Farisi, M. Imam. 2000. Nelayan Tradisional di Madura ;Studi Sosial-Budaya terhadap Aktivitas Perekonomian Nelayan di desa Bandara Kabupaten Pamekasan. Universitas Terbuka, Lembaga Penelitian-Pusat Studi Indonesia. Putro, R. Harjanto. 2009. Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Mengelola Sumberdaya Perikanan Laut di Lamongan Jawa Timur. Departemen Ilmu Administrasi, FISIP, Universitas Airlangga. Surabaya. Saragih, dkk. 2007. Kerangka Kehidupan Berkelanjutan ; Sustainable Livelihood Framwork. Suyanto, Bagong. 2011. Mekanisme Survival, Identifikasi Kebutuhan dan Pemberdayaan Nelayan Miskin dalam Masa Kritis Akibat Kenaikan Harga BBM. Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga. Surabaya.
  • 11. 11 Syukri, Muhammad dkk. Studi Kualitatif Dampak PNPM-Perdesaan Tahun 2010 di Jawa Timur, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tenggara. Lembaga Penelitian Semeru. Jakarta.