Makalah ini membahas tentang antibiotika dengan menjelaskan sejarah penemuan antibiotika oleh Alexander Fleming, definisi antibiotika, prinsip penggunaan antibiotika secara rasional, cara pembuatan dan mekanisme kerja antibiotika, serta pengelompokan jenis antibiotika seperti penisilin dan golongan lainnya.
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
”ANTIBIOTIKA ’’
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua, dosen mata kuliah Farmakologi dan kawan-kawan
seperjuangan di UIM SI KEPERAWATAN yang telah memberikan dukungan,
kasih,dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun
pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Makassar , 23 oktober 2013
Penyusun
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA
2.1 Sejarah
2.2 Penegrtian
2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional
2.4 Pembuatan Antibiotika
2.5 Mekanisme Kerja
2.6 Penggolongan Obat Antibiotika
BAB III PENUTUP
3.1 Saran
3.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran . Begitu
banyak macamnya sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang
ingin menggunakannya. Apalagi dengan adanya ” tekanan promosi ” yang sangat
gencar, tidak jarang merangsang pemakaian antibiotik yang menjurus ke arah
ketidakrasionalan .
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian
kecil kasus penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian
antibiotik yang rasional kita harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita
menghadapi suatu penyakit infeksi dengan berbagai macam simtomnya harus
kita bayangkan kira-kira kuman apa yang menyebabkannya gram positif atau
gram negatif, ataukah anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman
tersebut diperkirakan masih sensitif .
Anggapan bahwa antibiotik yang lebih baru dan lebih mahal mujarab
dari antibiotika yang sudah lama digunakan merupakan anggapan yang salah .
Justru banyak antibiotika yang baru menpunyai spesifikasi tertentu sehingga
bila tidak dipergunakan sesuai dengan spesifikasinya maka khasiatnya tidak
seperti yang diharapkan .
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sejarah antibiotika?
Apa yang dimaksud dengan antibiotika?
Prinsip dasar penggunaan antibiotika rasional?
Bagaimana cara pembuatan antibiotika?
Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotika?
Pengelompokan jenis antibiotika?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
2. Untuk mengetahui farmakodinamik dan farmakokinetik dari masing-masing
jenis antibiotik
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
5. BAB II
PEMBAHASAN ANTIBIOTIKA
2.1 Sejarah
Alexander
Fleming adalah
penemu penisilin (antibiotik
orang
untuk
yang
dikenal
melawan
sebagai
bakteri).
Lahir di daerah pertanian Lochfield dekat Darvel, Skotlandia. Dia adalah anak
ketiga dari empat orang bersaudara dan mempunyai empat orang saudara tiri
lagi.
Fleming bersekolah di Loudoun Moor School dan Darvel School, kemudian
selama dua tahun dia bersekolah di Kilmarnock Academy. Setelah bekerja di
kantor jasa pengiriman selama empat tahun, Fleming yang berumur 20 tahun
saat itu mewarisi sebagian harta dari pamannya. Kakak Fleming yang waktu itu
adalah seorang dokter menyarankan agar adiknya mengikuti jejak karirnya,
sehingga pada tahun 1901 Alexander Fleming kemudian mendaftarkan diri di
Rumah Sakit St. Mary's, London. Dia kemudian mendapatkan kualifikasi khusus
untuk bersekolah di tahun 1906 dengan pilihan menjadi ahli bedah.
Alexander Fleming sendiri terkenal karena dia merupakan ahli peneliti yang
sangat pandai, tetapi ceroboh dan laboratoriumnya sendiri sering terlihat
berantakan. Tahun 1928, setelah pulang dari liburan panjang, Fleming baru
teringat akan bakteri-bakteri dipiringan laboratorium lupa di simpan baik-baik,
dan telah terkontaminasi dengan sejenis jamur. Beberapa piring laboratorium
yang berisikan bakteri di buang, tetapi kemudian Fleming memperhatikan bahwa
perkembangan bakteri pada daerah yang terkontaminasi oleh jamur tersebut
menjadi terhambat. Fleming kemudian mengambil sampel contoh dari jamur
tersebut dan menelitinya, dia menemukan bahwa jamur tersebut berasal dari
genus
Penicillium.
bernama penicillin atau
Inilah
sebabnya
penisilin
mengapa
obat
tersebut
(Indonesia).
Penemuan Fleming pada September 1928 menandai abad baru dalam dunia
antibiotik modern. Fleming juga menemukan bahwa bakteri sendiri dapat
mengembangkan resistansi dan daya tahan terhadap penisilin apabila penisilin
6. yang digunakan sebagai antibiotik terlalu sedikit dan digunakan dalam jangka
waktu
yang
pendek.
Karena penisilin waktu itu sangat sukar untuk dikembangkan, Fleming putus asa
untuk mengembangkan antibiotik tersebut. Segera setelah Fleming tidak lagi
mengembangkan penisilin, Howard Florey dan Ernst Chain mengambil alih
pengembangan tersebut dan melakukan produksi besar-besaran dengan bantuan
dana
dari
pemerintah
Amerika
dan
Inggris.
Norman Heatley menyarankan bahwa dengan mentransfer bahan aktif penisilin
kembali ke air dan mengubah tingkat asam-nya, akan cukup untuk memproduksi
obat-obatan yang dapat dipakai untuk percobaan pada binatang.
Timbul satu pendapat bahwa "Tanpa Fleming, tidak ada Chain, tanpa Chain,
tidak ada Florey, tanpa Florey, tidak ada Heatley, tanpa Heatley, tidak ada
Penisilin.
2.2 Pengertian
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik
khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap
mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau
memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
2.3 Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika Rasional
·
Tepat indikasi
·
Tepat penderita
·
Tepat pemilihan jenis antibiotika
·
Tepat dosis
·
Efek samping minima
·
Bila di perlukan : Kombinasi yang tepat
·
Ekonomik
7. Ada beberapa hal penting mengenai antibiotika yang perlu di ketahui sebelum
kita memilih dan menggunakannya yaitu:
1. Sifat aktifitasnya
2. Spektrum
3. Mekanisme kerja
4. Pola resistensi
5. Efek samping
Di samping itu perlu diperhatikan pengalaman-pengalaman klinik sebelumnya.
1.
Sifat aktifitasnya
Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan kuman dengan cara
menghambat metabolisme kuman
Bakteriosidik : Membunuh kuman misalnya dengan cara merusak
dinding sel
Untuk infeksi yang berat apalagi kalau keadaan pertahanan tubuh
penderita kurang
baik maka sebaiknya dipilih antibiotik yang
bersifat bakteriosidik.
Pengetahuan tentang sifat aktifitas ini juga penting kalau kita ingin
menggabung
antibiotika. Pemakaian gabungan antibiotika yang
bersifat bakteriostatik bersama antibiotika yang bakteriosidik akan
mengurangi khasiat antibiotika bakteriosidik . Hal ini disebabkan
karena antibiotika yang bersifat bakteriosidik umumnya khasiatnya
baik bila kuman tersebut membelah dengan cepat, sedangkan
antibiotik
yang
pembelahan
bersifat
bakteriostatik
kuman yang menurun
akan
sehingga akan
menyebabkan
menghambat
khasiat antibiotika yang bersifat bakteriosidik.
2. Spektrum antibiotika
Spektrum sempit : Hanya menghambat atau membunuh kelompok
kuman tertentu
8. Spektrum luas : Dapat menghambat baik kuman gram positif maupun
gram negatif
Pemakaian antibiotika spektrum sempit dilakukan bila jenis kuman yang
menyebabkan infeksi sudah diperkirakan atau dipastikan. Sedangkan
bila jenis kuman tidak dapat dipastikan maka dipakai antibiotika
spektrum luas.
3. Mekanisme kerja antibiotika
Antibiotika yang menghambat metabolisme sel kuman
Contoh : Sulfonamid ,Trimetophrim
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel kuman
Contoh : Penicillin,Sefalosporin
Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel kuman
Contoh : Polimiksin
Antibiotik yang menghambat sintesa protein sel kuman
Contoh : Aminoglikosid,Makrolid,Tetrasiklin,Kloramfenikol
Antibiotik yang menghambat sintesa asam nuleat kuman
Contoh : Rifampisin,Kuinolon
4. Pola Resistensi
Dalam pemakaian antibiotika perlu diperhatikan pola resistensi
kuman setempat, misalnya : Campylobacter jejuni di Indonesia masih sensitif
terhadap siprofloksasin
tetapi di Thailand banyak resisten terhadap
9. Siprofloksasin karena di sana Siprofloksasin banyak di pakai untuk terapi
STD.
5. Efek Samping
Ada 3 macam efek samping yaitu
- reaksi alergi
- reaksi idiosikratik
- dan reaksi toksik.
Contoh dari reaksi idiosinkratik adalah pemakaian Primaquin dapat
merangsang terjadinya anemia hemolitik berat pada individu-individu tertentu.
(Blackwater fever)
Contoh: reaksitoksik adalah gangguan pertumbuhan gigi akibat pemakaian
tetrasiklin.
2.4 Pembuatan Antibiotika
Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana
mikro organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus.
Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna
mempercepat pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi
setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan
aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini,
melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol
Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang
belum sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya
polimiksin B basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti,
nistatin.
2.5 Mekanisme Kerja
Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan
sefalosforin) atau membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja
yang terpenting adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga
10. sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat dan kuman
musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat
gizi tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi
penisilin, tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam
sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.
2.6 Penggolongan Obat Antibiotika
1.
Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacammacam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R )
benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid
dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Pensilin terdiri dari :
a.
Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1)
Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,
salmonelosis invasive, gonore.
Kontraindikasi
:
hipersensitivitas
(
alergi
)
terhadap
penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)
Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi
pneumokokus.
b.
Pensilin Tahan Penisilinase
1)
Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
11. Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)
Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
c.
Pensilin Spectrum Luas
1)
Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,
salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2)
Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,
salmonelosis invasive, gonore.
12. Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada
glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
d.
Penisilin Anti Pseudomona
1)
Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
2)
Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
3)
Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.
2.
Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
a.
Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti
mikroba
masing-masng
derrivat
bervariasi.
efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan
dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala,
Dll
Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
13. b.
Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
c.
Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
d.
Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N
gonorrhoeae.
e.
Sefamandol
Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
f.
Sefpodoksim
Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis,
hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
3.
Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya
semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
a.
Tetrasiklin.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas)
klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis,
akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi
ginjal
(lihat
Lampiran
3),
kadang-kadang
menimbulkan
fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.
b.
Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Perhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering
terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
c.
Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis ,
pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
14. d.
Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada
porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam
Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)
Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).
4.
Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan
gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap
pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis
dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
a.
Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
b.
Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP
lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str
viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi
tambahan
pad
meningitis
karena
listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi
fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari
penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek
samping
:
gangguna
vestibuler
dan
pendengaran,
netrotoksista,
hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari (
dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis
terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam
plasma.
c.
Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi
15. d.
Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.
5.
Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik.
Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus
influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat
lainnya. Karena toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi:
wanita
hamil,
penyusui
dan
pasien
porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia
anemia aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic,
eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria
nocturnal.
6.
Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin
mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena
kampilo bakteri.
a.
Eritromisin
Indikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan
enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non
gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
b.
Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa
kompliasi.
c.
Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan
lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum (
lihat bagian 1.1)
16. 7.
Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino
bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur,
antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif
terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin
terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active
agent) dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri,
sehingga permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak
tergantung pada keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi
dengan
antibiotika
bakteriostatik
seperti
kloramfenikol
dan
tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau
oral untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata,
ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar.
Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat berkurang
dengan munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
8.
Golongan Antimikobakterium
Golongan
antibiotika
dan
kemoterapetka
ini
aktif
te
rhadap
kuman
mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya
rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.
17. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam
jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R )
benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943).
2. Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
3. Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin
lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
4. Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan
gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap
pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis
dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik.
Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus
influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat
lainnya.
6. Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin
mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena
kampilo bakter.
7. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino
bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur,
antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif
terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin
terhadap kuman Gram-positif.
18. 8. Antibiotik harus dibatasi pada keadaan dimana antibiotik tersebut benar diperlukan.
9. Antibiotik jangan digunakan untuk infeksi ringan atau infeksi virus
10. Antibiotik spektrum luas tidak diindikasikan untuk infeksi dimana dapat
digunakan antibiotik lain yang lebih spesifik
4.2 Saran
Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinana masih terdapat banyak
kekurangan baik menyangkut isi maupun penulisan, oleh karena itu, kami harapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dan
makalah selanjutnya.
19. DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
2. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992,
Jakarta.
3. Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and
Practice Of Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996.
Churchill Livingstone, 1995.
4. Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current Medical
Diagnosis and Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996, Stamfod.
5. Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation
cephalosporin. Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
6. Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against
Nosocomial Gram-Negative Bacili Compared with β-Lactam Antibiotics
and Ciprofloxacin. Chemoteraphy 2005;51:80-85
7.
Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G.
Tom Shires dkk, EGC ; Jakarta
8. Schwartz.Shires.Specer “ Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu bedah Ed 6”Buku
kedokterean EGC 1995 Jakarta 47
9.
Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gayabaru
10. Arifin, Sjamsul. 1985. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka