1. PSIKOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KUNINGAN 2010 DISUSUN OLEH : UCUP SUPRIYATNA, KELAS I C (LANJUTAN)
2.
3.
4.
5. B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 1. Pendidikan Informal “ Proses belajar yang relatif tak disadari yang kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup sehari-hari” Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah, lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi, dsb.
6. B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 2. Pendidikan Formal “ Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”. Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT)
7. B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 3. Pendidikan Non Formal “ Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk dalam jenjang pendidikan formal”. Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa, musik, dsb.
8.
9. C. DEFINISI PENDIDIKAN 1. Definisi Awam “ Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”. “ Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1. Instrospeksi Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/ self observation yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.
18. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN 2. Observasi Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh merupakan data overt behavior (perilaku yang tampak).
19.
20. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN 4. Metode Diferensial Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.
21. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN 5. Metode Ilmiah Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
22. F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN 6. Metode Eksperimen Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil penelitian.
23.
24.
25.
26.
27. B. INTELEGENSI 2. Pengertian Intelegensi TERMAN Suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak. BINET Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan. STREN Kapasitas umum dari individu yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan kondisi hidup baru. THORNDIKE Daya kekuatan respon yang baik dari sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.
28. B. INTELEGENSI 3. Teori-teori Intelegensi CHARLES SPEARMAN Dua faktor intelegensi, yaitu: Faktor G: mencakup semua kegiatan intelektual dan dimiliki oleh semua orang. Faktor S: mencakup semua faktor khsusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.
29. B. INTELEGENSI 3. Teori-teori Intelegensi THURSTONE Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu : Perilaku nyata (trial & error) Perseptual (trial & error) Ideational Konseptual dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi
30.
31.
32. B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi ALFRED BINET TES STANFORD BINET IQ = MA CA X 100 IQ = Intelligence Quotient MA = Mental Age CA = Chronological Age
33. B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet
34. B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi DAVID WECHSLER Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939) Wechsler Intellegence Scale for Children (1949) Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)
35. B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Wechsler
38. C. Bakat 1. Sejarah Bakat Pendidikan = Bakat Ideal Aplikasi Bakat pendidikan & lapangan kerja Thorndike Tiga jenis intelegensi : Abstrak Mekanis Sosial Spearman Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi
39. C. Bakat 2. Pengertian Bakat Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance /kinerja) setelah individu mendapat latihan .
40. C. Bakat 2. Pengertian Bakat Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu: 1. Achievement Kemampuan aktual 2. Capacity Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas
41.
42.
43. C. Bakat 4. Pengukuran Bakat Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) : a. Analisis jabatan/lapangan b. Deskripsi jabatan/lapangan studi c. Menemukan persyaratan yang diperlukan d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya berbentuk tes
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61. B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model Identifikasi Renzulli IQ > Rata-rata Task comitment Kreativitas THREE-RINGS INTERACTION
62. B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model Identifikasi Triandis Sekolah Teman Sebaya Keluarga Intelegensi Kreativitas Keuletan Anak cerdas tinggi
63.
64.
65.
66. C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR 1). Ditinjau dari skala IQ a. Mild MR - Stanford Binet : 52 - 67 - Wechsler : 55 - 69 b. Moderate MR - Stanford Binet : 36 - 51 - Wechsler : 40 - 54
67. C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR c. Severe MR - Stanford Binet : 20 - 35 - Wechsler : 25 - 39 d. Profound MR - Stanford Binet : <= 19 - Wechsler : <= 24
68. C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR 2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan kesehatan: a. Debil : IQ 50 - 75 b. Imbicil : IQ 25 - 49 c. Idiot : IQ < 25 3). Ditinjau dari istilah dalam pendidikan: a. Dull : IQ 75 - 85 b. Educable : IQ 50 - 74 c. Trainable : IQ 25 - 49 d. Hanya mampu rawat : IQ < 25
69.
70.
71.
72.
73. D. EXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori Exceptional People Kategori Indonesia: a. Tuna Netra (SLB A) b. Tuna Wicara & Tuna Rungu (SLB B) c. Tuna Grahita (SLB C) d. Tuna Daksa (SLB D) e. Tuna Laras (SLB E) f. Berbakat/gifted (SLB F)
74.
75.
76.
77. C. MODEL INSTRUKSIONAL Penentuan tujuan-tujuan spesifik Penilaian Pendahuluan Pengajaran Evaluasi Model Instruksional yang Beracuan Tujuan
78. C. MODEL INSTRUKSIONAL Penentuan tujuan-tujuan spesifik Penilaian Pendahuluan Pengajaran Evaluasi Jika tujuan tidak tercapai, perbaiki Jika tujuan tercapai, kembangkan Langkah-langkah yang ditentukan oleh evaluasi hasil
79.
80. D. KURIKULUM 1. Definisi Kurikulum Kurikulum ialah keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah.
81.
82.
83.
84. A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi Berasal dari bahasa Latin “ communicere ” = “memberitahukan”, “berpartisipasi”, “menjadi milik bersama” Susanto (1973): komunikasi berarti memberitahukan (dan menyebarkan) untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama ( commoness ). Hovland, Janis, Kelly: komunikasi merupakan suatu proses dimana individu (komuniaktor)mentransmisikan stimulus (yang biasanya verbal) untuk mengubah perilaku individu lainnya.
85.
86.
87. A. KOMUNIKASI 3. Model Proses Persuasi Pesan-pesan Persuasi Alternatif proses psikologis laten Pembahasan yang terjadi dalam wujud tindakan Model Psikodinamika
88. A. KOMUNIKASI 3. Model Proses Persuasi Pesan yang persuasif Batasan(Batasan kembali proses sosbud kelompok) Membentuk batasan(definisi untuk perilaku sos.bagi anggota kelompok Menghasilkan perubahan perilaku Model Sosial Budaya
89.
90.
91.
92.
93. B. PEMBELAJARAN AKTIF 1. Latar Belakang & Pengertian Upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan : Secara Kuantitatif Secara Kualitatif Pendidikan yang semakin merata. Peningkatan mutu proses belajar mengajar
94.
95. B. PEMBELAJARAN AKTIF 2. Untuk Apa Tuntutan masa depan kreatif ekspresif memiliki prakasa tanggung jawab
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105. B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar Psikologis Evaluasi pendidikan berguna sebagai bahan orientasi untuk menghadapi usaha-usaha yang lebih jauh a . Di pandang dari segi anak didik b. Di pandang dari segi pendidik
106.
107. B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar Psikologis b. Di pandang dari segi pendidik Orang membutuhkan untuk mengetahui sejaumana usahanya telah mencapai tujuan sebagai pedoman dan dasar untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut Guru butuh untuk mengetahui hasil usahanya sebagai pedoman dalam menjalankan usaha-usaha lebih lanjut.
108. B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar Didaktis a. Ditinjau dari segi anak didik Pengetahuan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapai umumnya berpengaruh baik terhadap pekerjaan-pekerjaan selanjutnya
109.
110. B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar Administratif Memberikan data untuk menentukan status anak didik dalam kelasnya Memberikan ihtisar hasil usaha yang telah dilakukan oleh suatu lembaga Merupakan inti laporan tentang kemajuan murid-murid kepada orangtua, atau pejabat pemerintah , guru-guru dan murid.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119. D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
120. D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif Matching Test
121. D. TEKNIK PENILAIAN 2. Tes Objektif Tes Isian