Laporan ini memberikan ringkasan perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi utama dan realisasi investasi di 34 Kawasan Perhatian Investasi (KPI) di Koridor Ekonomi Jawa pada kuartal ketiga tahun 2012. Beberapa KPI telah mencapai pencapaian 100% untuk pelaksanaan kegiatan dan realisasi investasi, sementara KPI lainnya masih berada di bawah 50%. Laporan ini juga menganalisis perkembangan kinerja beberapa kegiatan industri makanan
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Jawa
1. Sekretariat
Komite Percepatan dan
Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia
(KP3EI)
Laporan Serial Pemantauan
Kuartal III Tahun 2012
Pemantauan Perkembangan
Pelaksanaan Kegiatan MP3EI di
Kawasan Perhatian Investasi
Koridor Ekonomi Jawa
Divisi Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan
Sekretariat KP3EI
Oktober 2012
1
2. Bab
Pendahuluan 1
Pendorong Industri dan Jasa Nasional merupakan tema utama dari Koridor Ekononi Jawa.
Untuk mewujudkan hal itu, strategi khusus yang mendukung pelestarian daya dukung air
dan lingkungan adalah pengembangan sektor industri. Pembangunan ekonomi sendiri
berfokus pada kegiatan ekonomi utama diantaranya: makanan minuman, tekstil, dan
peralatan transportasi. Lebih lanjut, pada koridor ekonomi ini juga terdapat rencana untuk
pengembangan kegiatan utama pada sektor perkapalan, telematika, dan alat utama sistem
senjata (alutsista).
Melalui pengembangan prioritas pada sejumlah kegiatan ekonomi utama dan
pengembangan konektivitas di koridor ini, diharapkan masalah utama mampu teratasi.
Sejauh ini, masalah kesenjangan PDRB antar daerah masih merupakan persoalan utama.
Dengan mengembangkan sektor industri dan jasa nasional diharapkan percepatan dan
perluasan perekonomian semakin kuat, sehingga posisi Koridor Ekonomi Jawa mampu
memberikan efek positif bagi berkembangnya koridor ekonomi lain.
Dari beberapa prioritas tersebut, secara umum dapat dilihat kinerja kegiatan ekonomi
utama menurut Kawasan Perhatian Investasi yang merupakan domain dari sentra produksi
(lihat Tabel 1).
Laporan Pemantauan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan MP3EI Kuartal III Tahun 2012
ini disusun ketika pelaksanaan MP3EI pada tahun 2012 telah memasuki bulan ke-9 di tahun
2012. Laporan ini berisikan perkembangan pencapaian fisik dan realisasi investasi sampai
September 2012. Dalam laporan ini disampaikan pula ulasan tentang kinerja kegiatan
ekonomi utama pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) serta perkembangan kegiatan
pendukungnya. Kinerja kegiatan dinilai berdasarkan faktor-faktor pendukung di tiap
pelaksanaan kegiatan.
2
3. Bab
Perkembangan Pelaksanaan dan Kinerja
Menurut KPI 2
Pada Koridor Ekonomi Jawa telah dikembangkan 34 KPI, dimana dalam setiap KPI
dikembangkan satu atau lebih kegiatan ekonomi utama. Beberapa kegiatan ekonomi utama
yang dapat diidentifikasi diantaranya: migas, makanan dan minuman, tekstil, peralatan
transportasi, besi baja, alutsista, telematika, dan tembaga. Selain itu, dalam KPI-KPI
tersebut dilaksanakan pula beberapa kegiatan pendukung meliputi proyek-proyek
infrastruktur seperti infrastruktur bandara, pelabuhan, kereta api, jalan, energi, air,
telekomunikasi dan logistik.
Sampai dengan bulan September 2012, laporan ini telah mengidentifikasi perkembangan
pelaksanaan kegiatan dan kinerja di tiap KPI. Adapun kegiatan ekonomi strategis di tiap
kawasan yang dapat diinformasikan perkembangan pelaksanaan kegiatan dan kinerja KPI
yang sudah berjalan sampai bulan September 2012.
Terdapat 12 KPI yang perkembangan pencapaian pelaksanaan kegiatan ekonomi
utamanya telah mencapai 100 persen dan telah merealisasikan investasinya 100
persen juga. Dengan perkembangan kinerja demikian, maka KPI-KPI tersebut dapat
diharapkan memberikan kontribusi yang cukup pada pertumbuhan ekonomi wilayah.
Kemudian, terdapat 15 KPI yang perkembangan pencapaian pelaksanaan kegiatan
ekonomi utamanya telah mencapai antara lebih kurang dari 50 persen dan realisasi
investasinya lebih kurang dari 50 persen pula.
Sisanya terdapat 7 KPI yang perkembangan pencapaian pelaksanaan kegiatan
ekonomi utamanya dan realisasi investasinya belum nampak atau 0 persen. KPI
dengan kinerja demikian diduga cenderung bermasalah. Untuk lebih jelas
perhatikan tabel 1.
3
5. Sementara itu, apabila kinerja pencapaian dan realisasi investasi pada tiap KPI dilihat
secara rangking dan dibandingkan dengan perkembangan pada Kuartal sebelumnya, maka
laporan ini menyimpulkan bahwa secara kinerja KPI sejauh ini belum menunjukan
perkembangan status kinerja pencapaian dan realisasi investasi selama Kuartal III Tahun
2012. Informasi lebih lanjut dari rangking kinerja pencapaian dan realisasi investasi pada
tiap KPI menurut pencapaian dan penyerapan dapat dilihat pada Grafik 1 di bawah.
Grafik 1.
Ranking Kinerja Kegiatan Ekonomi Seluruh KPI Per Kuartal II Tahun 2012 di banding
dengan Ranking Kinerja Kegiatan Ekonomi Seluruh KPI Per Kuartal III Tahun 2012 Menurut
Pelaksanaan Kegiatan dan Realisasi Investasi
di Koridor Ekonomi Jawa.
KPI Lamongan
KPI Kulonprogo
KPI Karanganyar
KPI Sukoharjo
KPI Brebes
KPI Cirebon
KPI Subang
KPI Majalengka
KPI Cimahi
KPI Purwakarta
KPI Cikampek
KPI Sukabumi
KPI Bogor
KPI Cilacap
KPI Rancaekek
KPI Cilegon
KPI Karawang
KPI Bandung
KPI DKI-Jakarta
KPI Pati
KPI Surabaya
KPI Bekasi
KPI Pasuruan
KPI Tangerang
KPI Gresik
KPI Balongan
KPI Banten
KPI Malang
KPI Mojokerto
KPI Kediri
KPI Sidoarjo
KPI Semarang
KPI Depok
KPI Serang
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
5
6. Bab
Perkembangan Pelaksanaan dan Kinerja
Menurut Kegiatan-Kegiatan 3
3.1. KPI Serang – KPI Cilegon
KPI Serang memiliki kegiatan ekonomi utama industri makanan-minuman. Dari kegiatan
ekonomi utama industri makanan-minuman terdapat indikasi investasi sebesar Rp. 3.119
miliar. Kemudian tidak jauh dari KPI tersebut terdapat KPI Cilegon yang mempunyai
kegiatan ekonomi utama industri migas dan makanan-minuman. Nilai investasi dari
kegiatan industri migas dan makanan-minuman mencapai Rp. 8.626 miliar. KPI Serang,
dan KPI Cilegon berpotensi besar untuk mengembangkan investasi, karena mendatang di
sekitar KPI tersebut akan dibangun Jembatan Selat Sunda dan fasilitas pendukung lain,
sehingga industri-industri yang berada di KPI tersebut dapat lebih mudah memasarkan
produknya ke Pulau Sumatera.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Serang yang
berfokus pada industri makanan-minuman meliputi dua proyek utama, dan adapun
perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat dilihat dalam grafik 2 di
bawah ini.
Grafik 2 a
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Serang, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pengembangan industri
pengolahan coklat
PT. Uniflora Prima
Pengembangan industri
pembuatan tepung
udang
PT. Cerestar Flour Mills
0% 20% 40% 60% 80% 100%
6
7. Grafik 2 b
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Cilegon, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan Pabrik
SAP (Superabsorben
Polymers) dan perluasan
Pabrik AA (Acrylic Acid)…
Peningkatan kapasitas
pabrik Olefins dari dari
600.000 ton per tahun
menjadi 1.000.000 ton…
Pembangunan terminal
LPG Banten
PT. Chandra Asri
Petrochemical Tbk
Pengembangan industri
pembuatan tepung terigu
PT. Pundi Kencana
Pengembangan industri
tepung terigu
PT. Golden Grand Mills
Pengembangan industri
pembuatan tepung terigu
PT. Bungasari Flour Mills
Indonesia
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI Serang, Proyek
pengembangan industri pengolahan coklat PT. Uniflora Prima dan Pengembangan industri
pembuatan tepung udang PT. Cerestar Flour Mills, kedua proyek ini secara resmi masih
berstatus terdaftar. Kemudian, di KPI Cilegon, Proyek pengembangan industri tepung terigu
PT. Golden Grand Mills, Pengembangan industri pembuatan tepung terigu PT. Bungasari
Flour Mills Indonesia, Pembangunan Pabrik SAP (Superabsorben Polymers) dan
perluasan Pabrik AA (Acrylic Acid) PT. Nippon Shokubai, dan Pembangunan terminal LPG
Banten dengan kapasitas 1.000.000 ton /tahun PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk,
mempunyai kontribusi dalam investasi, yaitu sebesar 61 persen dari total nilai investasi di
KPI Cilegon atau senilai Rp 5.244 milliar. Keempat proyek ini secara resmi telah dibangun
dan berstatus operasi. Sementara itu terdapat 2 proyek yang nilai investasinya mencapai
39 persen dari total nilai investasi di KPI Cilegon. Kedua proyek tersebut berstatus terdaftar.
3.2. Ulasan Kinerja Fokus dalam KPI Tangerang
Industri peralatan transportasi, makanan-minuman, dan tekstil merupakan kegiatan
ekonomi utama di KPI Tangerang. Nilai investasi dari total kegiatan ekonomi utama yang
ada di KPI tersebut mencapai Rp. 3.198 miliar. Adapun untuk mendukung perkembangan
industri peralatan transportasi, makanan-minuman, dan tekstil di KPI Tangerang, diperlukan
pengembangan infrastruktur jalan, kereta api, dan SPAM. Nilai investasi untuk
pengembangan pendukungnya mencapai Rp 5.953 miliar.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Tangerang yang
berfokus pada industri peralatan transportasi, makanan-minuman, dan tekstil meliputi enam
proyek utama, dan adapun perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012
dapat dilihat dalam grafik 3 di bawah ini.
7
8. Grafik 3
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Tangerang, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pengembangan industri
pembuatan ban luar dan
ban dalam
PT. Gajah Tunggal, Tbk
Perluasan pabrik
pengolahan dan
pembuatan olahan Kakao
PT. Bumi Tangerang…
Pembangunan Pabrik Mie
Instan
PT. Indofood CBP
Sukses Makmur
Perluasan pabrik
pengolahan dan
pembuatan makanan
yang berbasiskan…
Pengembangan industri
pencelupan kain
PT. Chun Cherng
Indonesia
Pengembangan industri
pembuatan bumbu masak
PT. TPM Flavour
Indonesia
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI Tangerang,
Proyek Perluasan pabrik pengolahan dan pembuatan olahan Kakao PT. Bumi Tangerang
Mesindotama, dan Pengembangan industri pembuatan bumbu masak PT. TPM Flavour
Indonesia, mempunyai kontribusi dalam investasi di KPI Tangerang, yaitu mencapai 14
persen dari total nilai investasi di KPI Tangerang atau senilai Rp 461 milliar. Proyek ini
secara resmi telah dibangun dan telah beroperasi. Sementara itu terdapat 4 proyek yang
nilai investasinya mencapai 86 persen dari total nilai investasi di KPI Tangerang. Keempat
proyek tersebut telah berstatus groundbreaking dan terdaftar.
8
9. 3.3. KPI DKI Jakarta
Kegiatan ekonomi utama di KPI DKI Jakarta adalah peralatan transportasi, makanan-
minuman, migas dan besi baja. Nilai investasi dari total kegiatan ekonomi utama tersebut
mencapai Rp. 7.763 miliar. Adapun untuk mendukung perkembangan industri peralatan
transportasi, makanan-minuman, migas dan besi baja di KPI DKI Jakarta, diperlukan
pengembangan infrastruktur pelabuhan, kereta api, jalan, energi, SPAM, dan telematika.
Nilai investasi untuk pengembangan pendukungnya mencapai Rp 244.512 miliar. Rencana
pembangunan dilakukan Pemerintah DKI Jakarta, selain bertujuan untuk menciptakan iklim
industri yang bersahabat, pembangunan juga ditujukan untuk memecahkan persoalan
seperti kemacetan dan banjir.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI DKI Jakarta yang
berfokus pada industri peralatan transportasi, makanan-minuman, migas dan besi baja
meliputi delapan proyek utama, dan adapun perkembangan status sampai dengan Kuartal
III Tahun 2012 dapat dilihat dalam grafik 4 di bawah ini.
Grafik 4
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI DKI Jakarta, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Penambahan pabrik R-2 di
DKI Jakarta
AISI
Pengembangan Kendaraan
Low Cost dan Green Car
Gaikindo (Daihatsu, Toyota,…
Penambahan Kapasitas
Produksi R-2 di DKI Jakarta
AISI
Pengembangan industri
minyak kasar
PT. Salim Ivomas Pratama
Perluasan pabrik untuk
industri perlengkapan dan
komponen kendaraan…
Perluasan pabrik untuk
Industri kendaraan bermotor
R-2 dan R-3 serta…
Pengembangan industri besi
dan baja dasar
PT. Indo Baja Dayatama
Perluasan pabrik untuk
Industri karoseri kendaraan
bermotor R-4 atau lebih…
Relokasi Depot LPG Tanjung
Priok
PT. Pertamina
Perluasan Fasilitas Produksi
Boiler (8.000m2)
PT. ZUG
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI DKI Jakarta,
Proyek Perluasan pabrik untuk Industri kendaraan bermotor R-2 dan R-3 serta
perdagangan besar (distributor utama dan impor) PT. Bajaj Auto Indonesia, Relokasi Depot
LPG Tanjung Priok PT. Pertamina, Pengembangan industri minyak kasar (minyak makan)
dan lemak dari nabati, industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian PT.
Salim Ivomas Pratama, Pengembangan industri besi dan baja dasar PT. Indo Baja
Dayatama, dan Perluasan pabrik untuk industri perlengkapan dan komponen kendaraan
bermotor R-4 atau lebih di Jakarta Utara PT. Denso Indonesia mempunyai kontribusi dalam
investasi di KPI DKI Jakarta, yaitu sebesar 34 persen dari total nilai investasi di KPI DKI
Jakarta atau senilai Rp 2.601 milliar. Proyek ini secara resmi telah dibangun dan dalam
9
10. status groundbreaking dan beroperasi. Sementara itu terdapat 5 proyek yang nilai
investasinya hanya 66 persen dari total nilai investasi di KPI DKI Jakarta. Kelima proyek
tersebut baru terdaftar dan belum tervalidasi.
3.4. KPI Karawang – KPI Bekasi
KPI Karawang memiliki kegiatan ekonomi utama industri peralatan transportasi, makanan-
minuman, dan besi baja. Nilai investasi dari total kegiatan ekonomi utama mencapai Rp.
5.033 miliar. Kemudian KPI Bekasi dengan kegiatan ekonomi utama yang didominasi pada
industri peralatan transportasi, makanan-minuman, migas, dan besi baja memiliki nilai
investasi mencapai Rp. 29.358 miliar. Adapun untuk mendukung perkembangan industri
peralatan transportasi, makanan-minuman, migas, dan besi baja di kedua KPI yang secara
geografis memiliki kedekatan wilayah, diperlukan pengembangan infrastruktur pelabuhan,
kereta api, jalan, energi, dan SPAM. Nilai investasi untuk pengembangan pendukungnya
mencapai Rp 40.034 miliar.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Karawang dan
Bekasi yang berfokus pada industri peralatan transportasi, makanan-minuman, migas dan
besi baja status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat dilihat dalam grafik 5 di
bawah ini.
Grafik 5 a
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Karawang, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan pabrik baru
PT. Astra Daihatsu Motor
Perluasan pabrik untuk
meningkatkan jumlah dan
ragam produksi dari produk
susu, bubur sereal bayi dan…
Pengembangan industri besi
dan baja dasar
PT. TT Metals Indonesia
Pengembangan industri
perlengkapan dan komponen
sepeda motor dan sejenisnya
PT. Musashi Auto Parts…
Pengembangan industri besi
dan baja dasar
PT. Saranacentral Bajatama
Pembangunan Pabrik untuk
Meningkatkan Jumlah dan
Ragam Produksi dari Produk
Bumbu (PT. Nestle…
Pengembangan industri susu.
(PT. Etika Marketing)
Pengembangan industri
perakitan dan koroseri
kendaraan bermotor R-4 atau
lebih…
Pengembangan industri
pembuatan minuman ringan
(PT. Pepsi-Cola
Indobeverages)
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
10
11. Grafik 5 b
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Bekasi, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan Pabrik Ban
R-4 Tahap 2
Pengembangan/Perluasan
pembuatan kendaraan
bermotor
Pembangunan Pabrik Ban
R-4 Tahap 1
Pengembangan Industri
Pembuatan Produk
Turunan CPO dan…
Pendirian pabrik untuk
Industri perlengkapan dan
komponen kendaraan…
Pengembangan Industri
Pengolahan dan
Pengawetan Makanan…
Pembangunan Floating
Storage Regasification Unit
(FSRU)
Pendirian pabrik untuk
Industri kendaraan
bermotor R-2 dan R-3…
Pengembangan industri
baja
Pendirian pabrik Industri
perlengkapan dan
komponen kendaraan…
Perluasan pabrik
pengolahan dan
pembuatan makanan…
Pendirian pabrik untuk
industri perlengkapan dan
komponen kendaraan…
Pengembangan industri
pengolahan roti
Pengembangan pabrik
untuk meningkatkan
kapasitas produksi dan…
Pengembangan industri
perakitan dan koroseri
kendaraan bermotor R-4
Pengembangan industri
perakitan dan koroseri
kendaraan bermotor R-4
Pembangunan Gudang
Finished Goods
Perluasan pabrik untuk
Industri komponen
kendaraan bermotor-…
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada kedua KPI tersebut,
Proyek Perluasan pabrik untuk meningkatkan jumlah dan ragam produksi dari produk susu,
bubur sereal bayi dan minuman MILO chocolate malt drink. (PT. Nestle' Indonesia),
Pembangunan Pabrik untuk Meningkatkan Jumlah dan Ragam Produksi dari Produk
Bumbu (PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia), Pembangunan pabrik baru PT. Astra
Daihatsu Motor, dan Pengembangan industri perlengkapan dan komponen sepeda motor
dan sejenisnya PT. Musashi Auto Parts Indonesia mempunyai kontribusi terbesar dalam
investasi di KPI Karawang, yaitu mencapai 80 persen dari total nilai investasi di KPI
Karawang atau senilai Rp 4.017 milliar. Proyek ini secara resmi dibangun dan saat ini telah
11
12. berstatus groundbreaking dan operasi. Kemudian, terdapat 5 proyek yang nilai investasinya
hanya 20 persen dari total nilai investasi di KPI Karawang. Kelima proyek tersebut semua
baru berstatus terdaftar (lihat Grafik 5a). Selanjutnya, Proyek Perluasan pabrik pengolahan
dan pembuatan makanan dan minuman dan sentra pendukungnya (PT. Niramas Utama),
Pengembangan pabrik untuk meningkatkan kapasitas produksi dan warehousing untuk
kegiatan logistik (PT. Ajinomoto Calpis Beverage Indonesia), Pembangunan Gudang
Finished Goods (PT. Indofood CBP Sukses Makmur), Pendirian pabrik untuk Industri
perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor R-2, R-3, dan R-4 atau lebih PT.
Chemco Harapan Nusantara, Pendirian pabrik untuk Industri kendaraan bermotor R-2 dan
R-3 serta perdagangan besar (distributor utama dan impor)PT. Bajaj Auto Indonesia,
Pendirian pabrik Industri perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor R-4 atau lebih
serta sepeda motor dan sejenisnya PT. Piston Ring Indonesia, Pendirian pabrik untuk
industri perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor R-4 atau lebih PT. Denso
Indonesia, Pembangunan Pabrik Ban R-4 Tahap 1 PT. Hancook Tyre Indonesia,
Pengembangan industri baja, perdagangan PT. Hanwa Steel Service Indonesia, dan
Pembangunan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Jawa Barat PT. PGN dan PT.
Pertamina mempunyai kontribusi dalam investasi di KPI Bekasi, yaitu sebesar 23 persen
dari total nilai investasi di KPI Bekasi. Proyek ini secara resmi dibangun dan saat ini telah
berstatus groundbreaking dan operasi. Kemudian, terdapat 8 proyek yang nilai investasinya
mencapai 77 persen dari total nilai investasi di KPI Bekasi. Kedelapan proyek tersebut
semua baru berstatus terdaftar (lihat Grafik 5b).
3.5. KPI Purwakarta
Industri makanan-minuman dan tekstil merupakan kegiatan ekonomi utama di KPI
Purwakarta. Nilai investasi dari total kegiatan ekonomi tersebut mencapai Rp. 10.270 miliar.
Adapun untuk mendukung perkembangan industri makanan-minuman dan tekstil di KPI
Purwakarta, diperlukan pengembangan infrastruktur jalan dan SDA (Sumber Daya Air).
Nilai investasi untuk pengembangan pendukungnya mencapai Rp 1.953 miliar.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Purwakarta yang
berfokus pada industri makanan-minuman dan tekstil meliputi empat proyek utama, dan
adapun perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat dilihat dalam
grafik 6 di bawah ini.
12
13. Grafik 6
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Purwakarta, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Investasi Line
4,5+Support Service
L5 Expansion - To
become Largest
Viscose Staple Fiber
Manufacture in the
World (PT. South
Pacific Viscose)
Pengembangan
Industri Serat sintetis
untuk tekstil (polyester)
di Purwakarta (PT.
Indorama Synthetic)
Pembangunan Pabrik
Bumbu (PT. Indofood
CBP Sukses Makmur)
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI tersebut seluruh
proyek utama yaitu: (1) Pembangunan Pabrik Bumbu (PT. Indofood CBP Sukses Makmur),
(2) Pengembangan Industri Serat sintetis untuk tekstil (polyester) di Purwakarta (PT.
Indorama Synthetic), (3) Investasi Line 4,5+Support Service, dan (4) L5 Expansion - To
become Largest Viscose Staple Fiber Manufacture in the World (PT. South Pacific Viscose)
yang mempunyai kontribusi dalam investasi di KPI Purwakarta, sebesar 100 persen dari
total nilai investasi di KPI Purwakarta. Proyek ini secara resmi dibangun dan telah
beroperasi.
3.6. KPI Subang
Industri alutsista dan tekstil merupakan kegiatan ekonomi utama di KPI Subang. Nilai
investasi dari total kegiatan ekonomi utama tersebut mencapai Rp. 1.739 miliar. Adapun
untuk mendukung perkembangan industri alutsista dan tekstil di KPI Subang, diperlukan
pengembangan infrastruktur pelabuhan (Pemanukan) dan pelebaran jalan (akses dari
Subang ke jalan Tol Cikampek-Palimanan). Nilai investasi untuk pengembangan
pendukungnya mencapai Rp 154 miliar.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Subang yang
berfokus pada industri alutsista dan tekstil meliputi enam proyek utama, dan adapun
perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat dilihat dalam grafik 7 di
bawah ini.
13
14. Grafik 7
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Subang, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan pabrik
propellant
PT. Dahana
Continues
Polymerization Plant
dan Polyfibre (PT.
Mutu Gading)
Pengembangan
Energetic Material
Centre
PT. Dahana
Pengembangan
Industri pakaian jadi
dan tekstil (PT.
Daenong Global)
Pembangunan Pabrik
Pentolite Buster
PT. Dahana
Pembangunan Pabrik
Shock Tube
PT. Dahana
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI tersebut, Proyek
Pengembangan Energetic Material Centre PT. Dahana, Pembangunan pabrik propellant
PT. Dahana, Pembangunan Pabrik Shock Tube PT. Dahana, dan Pembangunan Pabrik
Pentolite Buster PT. Dahana mempunyai kontribusi terbesar dalam investasi di KPI
Subang, yaitu mencapai 63 persen dari total nilai investasi di KPI Subang atau senilai Rp
1.099 milliar. Proyek ini secara resmi dibangun dan telah beroperasi. Kemudian, 2 proyek
yang nilai investasinya hanya 37 persen dari total nilai investasi di KPI Subang. Kedua
proyek tersebut semua telah groundbreaking.
3.7. KPI Semarang
KPI Semarang mempunyai kegiatan ekonomi utama industri makanan-minuman dan migas.
Nilai investasi dari kegiatan industri makanan-minuman dan migas tersebut mencapai Rp
1.824 miliar. Adapun untuk mendukung perkembangan industri makanan-minuman dan
migas di KPI Semarang, diperlukan pengembangan infrastruktur. Ada beberapa tipe
infrastruktur yang mendukung kegiatan industri di KPI Semarang seperti: (1) Modernisasi
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang; 2012-2-13; PT. Pelindo III yang senilai Rp. 400 M, (2)
Pembangunan doubletrack Kereta Api dan fasilitas penunjang prasarana Lintas
Pekalongan-Semarang (89 Km); 2011-2013; Kementerian Perhubungan yang senilai Rp.
2.200 M, (3) Pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo 75,64 km (Investasi 2011-2014:
6.026; Investasi 2011-2025: 7.964 M); 2011-2025; Bina Marga & BPJT (A1) yang senilai
Rp. 7.964 M, (4) Pembangunan PLTP Ungaran 55 MW; 2012-2014; IPP yang senilai Rp.
1.320 M, (5) Penyediaan SPAM Kota Semarang Barat (1.050 l/s); 2011-2014; Badan
Pendukung Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Minum, Kementerian PU yang senilai
Rp. 824 M.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Semarang yang
berfokus pada industri makanan-minuman dan migas meliputi tiga proyek utama, dan
14
15. adapun perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat dilihat dalam
grafik 8 di bawah ini.
Grafik 8
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Semarang, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan fasilitas
penyimpanan dan
regasifikasi unit di
Tambak Lorok-
Semarang (PT.
Pertamina)
Perluasan pabrik
pengolahan dan
pembuatan minuman
(Saat ini memproduksi
hard jelly candy); PT.
Yupi Indo Jelly Gum
Pembangunan Pabrik
Saus dan Sambal (PT.
Indofood CBP Sukses
Makmur)
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI tersebut, Proyek
Pembangunan Pabrik Saus dan Sambal (PT. Indofood CBP Sukses Makmur) dan
Pembangunan fasilitas penyimpanan dan regasifikasi unit di Tambak Lorok-Semarang (PT.
Pertamina) mempunyai kontribusi terbesar dalam investasi di KPI Semarang, yaitu
mencapai 83 persen dari total nilai investasi di KPI Semarang atau senilai Rp 1.524 milliar.
Namun proyek ini belum secara resmi dibangun (belum groundbreaking) berstatus
terdaftar. Sementara itu proyek Perluasan pabrik pengolahan dan pembuatan minuman
(Saat ini memproduksi hard jelly candy); PT. Yupi Indo Jelly Gum yang nilai investasinya
hanya 17 persen dari total nilai investasi di KPI Semarang. Proyek tersebut saat ini belum
tervaidasi.
3.8. KPI Cilacap
Industri migas dan makanan-minuman adalah kegiatan ekonomi utama di KPI Cilacap. Nilai
investasi dari kegiatan ekonomi utama tersebut mencapai Rp. 20.510 miliar. Adapun untuk
mendukung perkembangan industri migas dan makanan-minuman di KPI Cilacap,
diperlukan pengembangan infrastruktur pembangunan PLTGU Tuban/Cepu 1500 MW. Nilai
investasi untuk pengembangan pendukungnya mencapai Rp 12.000 miliar.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Cilacap yang
berfokus pada industri migas dan makanan-minuman meliputi empat proyek utama, dan
adapun perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat dilihat dalam
grafik 9 di bawah ini.
15
16. Grafik 9
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Cilacap, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan RFCC
(Residual Fluidized
Catalitic Cracking) di
Refinery Unit 4 Cilacap.
PT. Pertamina
Revitalisasi Pabrik PT.
Pupuk Kujang IC di Cepu
PT. Kujang
Pembangunan proyek
Langit Biru Cilacap
(PLBC)
PT. Pertamina
Pembangunan Industri
rokok kretek (PT. Gudang
Garam)
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI tersebut, Proyek
Pembangunan Industri rokok kretek (PT. Gudang Garam), Pembangunan RFCC (Residual
Fluidized Catalitic Cracking) di Refinery Unit 4 Cilacap PT. Pertamina, Pembangunan
proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) PT. Pertamina mempunyai kontribusi terbesar dalam
investasi di KPI Cilacap, yaitu mencapai 69 persen dari total nilai investasi di KPI Cilacap
atau senilai Rp 14.210 milliar. Proyek ini secara resmi dibangun dan telah groundbreaking
serta operasi. Sementara itu proyek Revitalisasi Pabrik PT. Pupuk Kujang IC di Cepu PT.
Kujang yang nilai investasinya 31 persen dari total nilai investasi di KPI Cilacap. Proyek
tersebut baru berstatus terdaftar.
3.9. KPI Surabaya
KPI Surabaya memiliki kegiatan ekonomi utama industri makanan dan minuman, besi baja,
dan perkapalan. Nilai investasi dari kegiatan ekonomi tersebut mencapai Rp 3.556 miliar.
Adapun untuk mendukung perkembangan industri makanan dan minuman, besi baja, dan
perkapalan di KPI Surabaya, diperlukan pengembangan infrastruktur. Ada beberapa
infrastruktur yang mendukung proyek di KPI Surabaya diantaranya: (1) Pengembangan
terminal penumpang Bandara Djuanda, Surabaya; Angkasa Pura I (A2) (B) yang senilai Rp.
558 M, (2) Pengerukan kolam pelabuhan dan pembangunan terminal peti kemas di Teluk
Lamongan (Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak); 2011-2015; PT. Pelindo III yang
senilai Rp. 8.000 M, (3) Pembangunan double track Semarang-Bojonegoro-Surabaya 280
km; 2011-2013; Kementerian Perhubungan yang senilai Rp. 6.350 M, (4) Pembangunan
Jalan Tol Waru-Wonokromo-Tj.Perak-18,6 km; 2011-2025; BPJT (A6) yang senilai Rp.
11.111 M, (5) Pipanisasi Tanjung Perak Juanda; 2011-2013; PT. Pertamina yang senilai
Rp. 103 M, (6) Penyelenggaran jaringan telepon Surabaya; 2011; PT. Smart Telecom yang
senilai Rp. 7.630 M. Dengan dibangunnya beberapa infrastruktur pendukung tersebut,
diharapkan nantinya akan ada banyak industri dari berbagai sektor produksi yang mau
menginvestasikan usahanya di KPI Surabaya.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Surabaya yang
berfokus pada industri makanan-minuman, besi baja dan perkapalan meliputi empat proyek
utama, dan adapun perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat
dilihat dalam grafik 10 di bawah ini.
16
17. Grafik 10
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Surabaya, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pengembangan industri
pembuatan rokok kretek
dan rokok putih (PT.
Karyadibya Mahardhika)
Pembangunan galangan
kapal (PT. Dok
Perkapalan Surabaya)
Pengembangan
(ekspansi) industri besi
dan baja dasar
PT. Pangeran Karang
Murni
Pengembangan industri
baja dasar
PT. AJ Mayr Engineering
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI tersebut, Proyek
Pengembangan (ekspansi) industri besi dan baja dasar PT. Pangeran Karang Murni,
Pengembangan industri baja dasar PT. AJ Mayr Engineering, dan Pembangunan galangan
kapal (PT. Dok Perkapalan Surabaya) mempunyai kontribusi dalam investasi di KPI
Surabaya, yaitu sebesar 20 persen dari total nilai investasi di KPI Surabaya atau senilai Rp
716 milliar. Proyek ini secara resmi dibangun dan telah groundbreaking dan beroperasi.
Sementara itu terdapat proyek Pengembangan industri pembuatan rokok kretek dan rokok
putih (PT. Karyadibya Mahardhika) yang nilai investasinya mencapai 80 persen dari total
nilai investasi di KPI Surabaya. Proyek tersebut belum groundbreaking dan masih berstatus
terdaftar.
3.14. KPI Gresik
KPI Gresik mempunyai kegiatan ekonomi utama industri makanan-minuman, migas dan
tembaga. Nilai investasi dari kegiatan ekonomi tersebut mencapai Rp 11.296 miliar. Adapun
untuk mendukung perkembangan industri makanan-minuman, migas dan tembaga di KPI
Gresik, sementara belum teridentifikasi kebutuhan infrastruktur pendukungnya.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Gresik yang
berfokus pada industri makanan-minuman, migas dan tembaga meliputi enam proyek
utama, dan adapun perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat
dilihat dalam grafik 11 di bawah ini.
17
18. Grafik 11
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Gresik, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan pabrik
amoniak urea II (PT. Petro
Kimia Gresik)
Proyek EPC Pabrik Asam
Fosfat (PT Petro Kimia
Gresik dan JPMC Jordan)
Pembangunan industri
atau pabrik kuningan
berbahan dasar tembaga
(brown mill) tahap awal;…
Pengembangan industri
atau pabrik kuningan
berbahan dasar tembaga
(brown mill) tahap II…
Pengembangan industri
pembuatan tepung terigu
(PT. Fugui Flour & Grain)
Pembangunan Industri
Bleaching Earth (PT.
Madu Lingga Raharja)
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI tersebut, Proyek
Proyek EPC Pabrik Asam Fosfat (PT Petro Kimia Gresik dan JPMC Jordan) mempunyai
kontribusi dalam investasi di KPI Gresik, yaitu mencapai 16 persen dari total nilai investasi
di KPI Gresik atau senilai Rp 1.800 milliar. Proyek ini secara resmi baru dibangun dan telah
groundbreaking. Sementara itu terdapat 3 proyek yang nilai investasinya mencapai 84
persen dari total nilai investasi di KPI Gresik. Ketiga proyek tersebut semua baru berstatus
terdaftar dan belum tervalidasi.
3.16. KPI Pasuruan
Industri makanan dan minuman merupakan kegiatan ekonomi utama di KPI Pasuruan. Nilai
investasi dari total kegiatan ekonomi utama tersebut mencapai Rp. 2.174 miliar. Adapun
untuk mendukung perkembangan industri makanan dan minuman di KPI Pasuruan,
diperlukan pengembangan infrastruktur. Terdapat dua infrastruktur pendukung kegiatan
perusahaan antara lain: Pengembangan Adpel Probolinggo (2011-2014), Kementerian
Perhubungan yang senilai Rp. 415 M dan pembangunan Jalan Tol Probolinggo -
Banyuwangi (215 Km 2011-2019 BPJT), Kemen PU yang senilai Rp. 13.960 M.
Perkembangan pelaksanaan dan kinerja kegiatan ekonomi utama di KPI Pasuruan yang
berfokus pada industri makanan-minuman meliputi empat proyek utama, dan adapun
perkembangan status sampai dengan Kuartal III Tahun 2012 dapat dilihat dalam grafik 12
di bawah ini.
18
19. Grafik 12
Kinerja Kegiatan Ekonomi Utama KPI Pasuruan, Menurut Proyek,
Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan Pabrik
Untuk Meningkatkan
Jumlah Produksi Susu
Kental manis dan Susu
Cair
Perluasan pabrik untuk
peningkatan jumlah dan
ragam produksi dari
produk makanan dan
minuman yang berbasis
susu…
Pengembangan industri
minuman ringan tidak
beralkohol (soft drink)
PT. Coca Cola Bottling
Indonesia
Pengembangan industri
minuman ringan (soft
drink)
PT. Amerta Indah Otsuka
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
Berdasarkan informasi data yang ada, dapat dilaporkan bahwa pada KPI tersebut, Proyek
Pembangunan Pabrik Untuk Meningkatkan Jumlah Produksi Susu Kental manis dan Susu
Cair PT. Indolakto mempunyai kontribusi dalam investasi di KPI Pasuruan, yaitu sebesar 41
persen dari total nilai investasi di KPI Pasuruan atau senilai Rp 882 milliar. Proyek ini
secara resmi telah dibangun dan telah beroperasi. Sementara itu terdapat 3 proyek yang
nilai investasinya mencapai 59 persen dari total nilai investasi di KPI Pasuruan. Ketiga
proyek tersebut semua baru berstatus terdaftar.
19
20. Bab
Perkembangan Pelaksanaan dan Kinerja
Menurut Kegiatan Pendukung 4
Bandara merupakan salah satu infrastruktur untuk mendukung kegiatan ekonomi utama di
Koridor Ekonomi Jawa. Berdasarkan informasi dari data yang diperoleh, sampai dengan
Kuartal III Tahun 2012 dapat dilaporkan bahwa untuk kebutuhan infrastruktur di Koridor
Ekonomi Jawa terdapat tujuh kebutuhan infrastruktur bandara yang teridentifikasi. Untuk
kebutuhan infrastruktur terbesar adalah Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta dengan
nilai investasi sebesar Rp. 11.750 miliar. Untuk lebih jelasnya, perhatikan grafik 13 berikut
ini.
Grafik 13
Rasio Total Kebutuhan Infastruktur Pendukung Bandara terhadap Nilai Investasi, Menurut
Proyek, Kuartal III Tahun 2012.
Pengembangan
Bandara Soekarno-
Hatta
Pembangunan
Bandara Kertajati
Pembangunan
Bandara
Internasional di…
Bandara Ahmad
Yani
Pengembangan
terminal penumpang
Bandara Djuanda
Pengembangan
Terminal di Bandara
Husein Sastranegara
Peningkatan
Kekuatan Konstruksi
Runway di…
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Infrastruktur berikutnya adalah Pelabuhan. Pada Koridor Ekonomi Jawa, kebutuhan akan
infrastruktur pendukung khususnya pelabuhan dapat diidentifikasi 15 kegiatan pendukung.
Apabila dilihat dari hasil identifikasi informasi yang diperoleh, kebutuhan investasi untuk
infrastruktur pelabuhan yang paling besar adalah Pembangunan dermaga Kali Baru Utara
(Tahap 1). Proyek tersebut akan berkontribusi sekitar 35 persen dari total kebutuhan
investasi untuk infrastruktur pelabuhan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan grafik 14 di bawah
ini.
20
21. Grafik 14
Rasio Total Kebutuhan Infastruktur Pendukung Pelabuhan terhadap Nilai Investasi,
Menurut Proyek, Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan
dermaga Kali…
Pembangunan
konstruksi…
Proyek
pengembang…
Pengerukan
kolam…
Penambahan
Armada…
Pengembanga
n Pelabuhan…
Pengembanga
n Pelabuhan…
Pengembanga
n Adpel…
Modernisasi
Pelabuhan…
Pengembanga
n Pelabuhan…
Perluasan
Pelabuhan…
Pengembanga
n Dry Port di…
Peninggian
lapangan…
0% 10% 20% 30% 40%
Selanjutnya adalah infrastruktur Kereta Api. Pada Koridor Ekonomi Jawa, kebutuhan akan
infrastruktur pendukung untuk Kereta Api dapat diidentifikasi 19 kegiatan pendukung. Dari
ke 19 kegiatan pendukung tersebut, kebutuhan investasi yang paling besar adalah
Pembangunan Kereta api cepat Jakarta- Surabaya, hasil studi Jetro 2009. Proyek tersebut
akan berkontribusi sekitar 62 persen dari total kebutuhan investasi untuk infrastruktur
Kereta Api. Untuk lebih jelasnya, perhatikan grafik 15 di bawah.
21
22. Grafik 15
Rasio Total Kebutuhan Infastruktur Pendukung Kereta Api terhadap Nilai Investasi, Menurut
Proyek, Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan Kereta api
cepat Jakarta- Surabaya,…
Pembangunan MRT North-
South Tahap I dan II
Pembangunan MRT East-
West
Pembangunan monorail:
Green Line (14,7 km)…
Pembangunan rel
Manggarai-Bekasi double…
Pembangunan double track
Semarang- Bojonegoro-…
Pembangunan Kereta api
layang
Pengembangan Kereta Api
Bandara Soekarno Hatta
Pembangunan doubletrack
Kereta Api dan fasilitas…
Pembangunan elektrifikasi
Padalarang- Bandung-…
Pembangunan jalur ganda
dan elektrifikasi Serpong -…
Pembangunan doubletrack
Kereta Api dan fasilitas…
Pembangunan Rel KA
pengganti dampak…
Pembangunan Rel dalam
Surabaya (Surabaya -…
Pembangunan jalur ganda
dan elektrifiaksi lintas Duri-…
Pembangunan elektrifikasi
Citayam- Nambo 20 km…
Pembangunan rel Pasoso-
Tanjung Priok 2,3 km track
Pembangunan Sepur
Simpang stasiun Lemah…
Pengembangan Stasiun
Prapat Kurung
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Kebutuhan infrastruktur selanjutnya adalah infrastruktur Jalan. Pada Koridor Ekonomi Jawa,
kebutuhan akan infrastruktur pendukung untuk jalan dapat diidentifikasi 35 kegiatan
pendukung. Kemudian dari 35 kegiatan pendukung tersebut, kebutuhan investasi yang
paling besar adalah Pembangunan Jalan Tol Trans Java. Proyek tersebut akan
berkontribusi sekitar 19 persen dari total kebutuhan investasi untuk infrastruktur Jalan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan grafik 16 di bawah.
22
23. Grafik 16
Rasio Total Kebutuhan Infastruktur Pendukung Jalan terhadap Nilai Investasi, Menurut
Proyek, Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan Jalan Tol Trans Java
Pembangunan enam ruas Jalan Tol…
Pembangunan Jalan Tol Probolinggo…
Pembangunan Jalan Tol Terusan…
Pembangunan Jalan Tol Cikampek-…
Pembangunan Jalan Tol Waru-…
Pembangunan Jalan Bebas…
Pembangunan Jalan Tol Terusan…
Pembangunan Jalan Tol Semarang -…
Pembangunan Jalan Tol Ciawi-…
Pembangunan Jalan Tol Bekasi-…
Pembangunan Jalan Tol Batang –…
Pembangunan Jalan Tol Pejagan –…
Pembangunan Jalan Tol Depok-…
Pembangunan Jalan Cimanggis-…
Pembangunan Jalan Tol akses…
Percepatan penyelesaian…
Pembangunan Jalan Bebas…
Pembangunan Fisik Jalan Bebas…
Penanganan Jalan Pantura…
Pembangunan Jalan Tol Surabaya-…
Pembangunan Jalan Tol Pandaan-…
Percepatan penyelesaian…
Penanganan Jalan Pejagan-…
Pembangunan Jalan Tol JORR W2 -…
Pembangunan Jalan Tol Bandung…
Penanganan Jalan Semarang –…
Pembangunan Jalan Pati-Rembang-…
Pembangunan Jalan Tol Gempol-…
Pembangunan dan pemeliharaan Fly…
Pembangunan jalan menuju…
0% 5% 10% 15% 20% 25%
Kebutuhan infrastruktur selanjutnya adalah infrastruktur Energi. Pada Koridor Ekonomi
Jawa, kebutuhan akan infrastruktur pendukung untuk energi dapat diidentifikasi 96 kegiatan
pendukung. Kegiatan pendukung untuk infrastruktur energi dapat dikatakan paling besar
diantara infrastruktur lain. Dari keseluruhan kebutuhan akan infrastruktur energi, kebutuhan
investasi yang paling besar adalah Pembangunan PLTU Jawa Tengah Baru 2000 MW.
Proyek tersebut akan berkontribusi sekitar 7 persen dari total kebutuhan investasi untuk
infrastruktur energi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan grafik 17 di bawah ini.
23
24. Grafik 17
Rasio Total Kebutuhan Infastruktur Pendukung Energi terhadap Nilai Investasi, Menurut
Proyek, Kuartal III Tahun 2012.
Pembangunan PLTU Jawa Tengah…
Pembangunan PLTU Pelabuhan…
Pembangunan PLTU Jawa Tengah…
Pembangunan PLTU Jawa Tengah…
Pembangunan PLTU Indramayu…
Pembangunan PLTU Indramayu…
Pembangunan PLTU Indramayu…
Pembangunan PLTU Indramayu 990…
Pembangunan PLTU Teluk…
Pembangunan PLTU Bojanegara…
Pembangunan PLTGU Tuban/Cepu…
Pembangunan PLTU Paiton 3-4 Exp…
Pembangunan PLTU Tj. Awar-awar…
PLTU Panas Bumi
Pembangunan PLTU Paiton 660 MW
Pembangunan PLTU Cirebon 660 MW
Pembangunan PLTU Cilacap…
Pembangunan PLTU Banten 660 MW
Pembangunan PLTU Pacitan 630 MW
Pembangunan PLTU Suralaya 625 MW
Pembangunan PLTS Upper Cisokan…
Pembangunan PLTU Bojanegera 750…
Pengembangan PLTP Wayang…
Pembangunan PLTGU Muara Tawar…
Pembangunan PLTP Baturaden 220…
Pembangunan transmisi di Jawa…
Pembangunan PLTU Madura (2x200…
Pembangunan PLTGU Priok…
Pembangunan PLTG Grati 800 MW
Pembangunan transmisi di Jawa…
Pembangunan PS Grindulu PS 500…
Pembangunan PS Grindulu PS 500…
Pembangunan proyek Langit Biru…
Pembangunan PLTG Sunyaragi 600…
Pembangunan PLTP 'Patuha 120 MW
Pembangunan Matenggeng PS 443…
Pembangunan Matenggeng PS 443…
Pengembangan PLTP 1x110 MW di…
Pembangunan PLTGU Muara Tawar…
Pembangunan transmisi di Jakarta…
Pembangunan PLTP Wilis/Ngebel…
Pembangunan PLTP Tangkuban…
Pembangunan PLTP Rawa Dano…
Pembangunan PLTP 'Karaha Bodas…
Pembangunan PLTP 'Iyang Argopuro…
Pembangunan PLTP Iyang Argopuro…
Pembangunan PLTP Ijen 110 MW
Pembangunan PLTP Endut 110 MW
Pembangunan transmisi di Jawa…
Pembangunan PLTG Muara Karang…
Pembangunan PLTGU Priok…
Pembangunan PLTGU Muara Tawar…
Pembangunan PLTA Jatigede 110 MW
Pembangunan transmisi di Banten…
Pembangunan Jaringan Pipa…
Pembangunan Jaringan Pipa…
Pembangunan PLTGU Muara…
Pengembangan PLTP Kamojang Unit…
Pembangunan PLTP Ungaran 55 MW
Pembangunan PLTP Ungaran 55 MW
Pembangunan PLTP 'Patuha 60 MW
Pembangunan PLTP Papandayan55…
Pembangunan PLTP Papandayan 55…
Pembangunan PLTP Guci 55 MW
Pembangunan PLTP Guci 55 MW
Pembangunan PLTP Dieng 60 MW
Pembangunan PLTP Dieng 55 MW
Pembangunan PLTP Dieng 55 MW
Pembangunan PLTP Darajat 55 MW
Pembangunan PLTP Cisolok-…
Pembangunan PLTP Batukuwung 55…
Pembangunan Arjuno PLTP 55
Pembangunan PLTP Wilis/Ngebel 55…
Pembangunan PLTP Arjuno 55 MW
Pembangunan PLTP Wayang Windu…
Pembangunan PLTGU Muara Tawar…
Pembangunan PLTP Tampomas 45…
Pembangunan PLTGU Bekasi Power…
Pengembangan PLTP Kamojang Unit…
Pembangunan PLTP 'Salak 40 MW
Pembangunan PLTA Kalikonto 62 MW
Pembangunan PLTGU Cikarang…
Pengembangan WKP Karaha 30 MW…
Pembangunan PLTP Ungaran 30 MW
Pembangunan PLTP Tangkuban…
Pembangunan PLTP Mangunan 30…
Pembangunan PLTA Rajamandala…
Pembangunan PLTA Kesamben 37…
Pembangunan jaringan pipa…
Pembangunan PLTGU Cikarang…
Pembangunan transmisi di Jawa…
Pembangunan PLTP Citaman-…
Pembangunan PLTP 'Cibuni 10 MW
Pembangunan transmisi di Jawa…
Pembangunan transmisi di Jawa…
Pembangunan transmisi di DI…
0% 2% 4% 6% 8%
24
25. Kebutuhan infrastruktur berikutnya adalah infrastruktur air. Pada Koridor Ekonomi Jawa,
kebutuhan akan infrastruktur pendukung untuk infrastruktur air dapat diidentifikasi 18
kegiatan pendukung. Dari keseluruhan kebutuhan akan infrastruktur air, kebutuhan
investasi yang paling besar adalah Penyediaan SPAM Jakarta, Bekasi, dan Karawang
(Kanal Tarung Barat) 5.000l/s - BOT;2011-2014, Badan Pendukung Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Minum. Proyek tersebut akan berkontribusi sekitar 19 persen dari total
kebutuhan investasi untuk infrastruktur air. Untuk lebih jelasnya, perhatikan grafik 18 di
bawah ini.
Grafik 18
Rasio Total Kebutuhan Infastruktur Pendukung Air terhadap Nilai Investasi, Menurut
Proyek, Kuartal III Tahun 2012.
Penyediaan SPAM Jakarta, Bekasi,
dan Karawang (Kanal Tarung…
Kanal Banjir Timur (23,5 km), Nilai
Investasi Rp. 4,9 T (Rp. 2,4 T…
Penyediaan SPAM Regional
Jatigede (6.000 l/s)-BOT
Pembangunan Bendungan Jatigede
(Air baku 3.900 l/s; irigasi 90.000…
Pembangunan Umbulan Water
Supply (4000 l/s)
Pembangunan IPA Jatiluhur (5.000
l/s)
Penanganan Banjir Sungai Citarum
Pembangunan Bendungan Karian
(10.000l/s)
Penyediaan SPAM Kota Semarang
Barat (1.050 l/s)
Pembangunan bendungan Jati
Barang (1.050 l/s)
Penyediaan SPAM Kabupaten
Tangerang (900 l/s)- Konsensi
Rehabilitasi Saluran Tarum Kanal
Barat (10.000 l/s)
Pembangunan Waduk Sentosa
(1.400 l/s)
Penyediaan SPAM Kabupaten
Bekasi (450 l/s)-Konsesi
Penyediaan SPAM Kota Bekasi
(300 l/s)-Konsesi
Transfer air baku Cibatarua, Cilaki,
dan Cisangkuy (800 l/s)
Pembangunan KPS Air Minum
Kabupaten Kebumen
Pembangunan KPS Air Minum
Kabupaten Lebak
0% 5% 10% 15% 20%
Kebutuhan infrastruktur terakhir adalah infrastruktur telekomunikasi. Pada Koridor Ekonomi
Jawa, kebutuhan akan infrastruktur pendukung untuk infrastruktur telekomunikasi dapat
diidentifikasi delapan kegiatan pendukung. Dari keseluruhan kebutuhan akan infrastruktur
telekomunikasi, kebutuhan investasi yang paling besar adalah Peningkatan kapasitas
backbone Jawa menjadi 810 Gbps di tahun 2015; Penetrasi BB wireline 28% dengan
pelanggan 6.3juta. Proyek tersebut akan berkontribusi sekitar 32 persen dari total
kebutuhan investasi untuk infrastruktur telekomunikasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
grafik 19 di bawah ini.
25
26. Grafik 19
Rasio Total Kebutuhan Infastruktur Pendukung Telekomunikasi terhadap Nilai Investasi,
Menurut Proyek, Kuartal III Tahun 2012.
Peningkatan kapasitas
backbone Jawa menjadi
810 Gbps di tahun 2015;
Penetrasi BB wireline…
Penyelenggaran jaringan
telepon
Penyelenggaran jaringan
telepon
Penyelenggaran jaringan
telepon
Penyelenggaran jaringan
telepon
Penyelenggaran jaringan
telepon
Pengembangan Program
Sabak (tablet) Nasional
dan konten
Pengembangan Sabak
Nasional
0% 10% 20% 30% 40%
26
27. Bab
Penutup 5
Koridor Ekonomi Jawa meliputi 34 KPI/Sentra Produksi yang tersebar di seluruh Jawa. Dari
total KPI/Sentra Produksi ada 18 KPI/Sentra Produksi yang menjadi prioritas perhatian dari
Sekretariat KP3EI. Selain kegiatan ekonomi utama yang terdapat di tiap KPI/Sentra
Produksi juga telah teridentifikasi kebutuhan akan infrastruktur pendukung untuk kegiatan
ekonomi utama. Dari keseluruhan kebutuhan infrastruktur pendukung dapat dikelompokan
menjadi delapan kategori yaitu: energi, air, bandara, telekomunikasi, jalan, kereta api,
logistik dan pelabuhan.
Dari seluruh kegiatan ekonomi utama dan kegiatan pendukung yang ada pada Koridor
Ekonomi Jawa dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, bahwa sampai dengan Kuartal III 2012, dari 27 KPI yang telah
merealisasikan investasi dan melaksanakan kegiatannya belum ada satupun
KPI yang menunjukan peningkatan status perkembangan dan pelaksanaan kinerja
kegiatan ekonomi utamanya.
Kedua, masih tercatat sekitar 7 KPI YANG TIDAK ADA PERKEMBANGANNYA
SAMA SEKALI, yaitu: KPI Serang, KPI Depok, KPI Semarang, KPI Sidoarjo, KPI
Kediri, KPI Mojokerto, dan KPI Malang. Dari 7 KPI tersebut memerlukan perhatian
khusus diantaranya terkait dengan persoalan infrastruktur pendukung
dan regulasi.
--ooOOoo—
27