SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 48
Public Expose



Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
         Perdagangan Elektronis (E-Commerce)




                       Presented by:

               Strategic Development Institute
                            (SDI)
PENDAHULUAN
Peningkatan daya saing regional dan global
   Kemunculan lembaga internasonal dan forum kerjasama seperti GATT, WTO,
    NAFTA, APEC, G-20, OPEC, ASEAN, dan ASEAN + 3 (China, Jepang, Korea)
    meningkatkan integrasi dan interaksi ekonomi dan perdagangan lintas negara.

   Berdasarkan data WTO (2011), volume perdagangan dunia mencapai US$ 27,6
    Trilyun (2010) dan populasi mencapai 6,9 miliar, dimana kekuatan ekonomi telah
    bergeser ke Asia, khususnya ASEAN + 3 menguasai 25% volume perdagangan
    (US$ 7,02 Trilyun) dengan populasi mencapai 2,1 Milyar jiwa (30%).

   Teknologi Informasi (TI) adalah pilar utama globalisasi (information era).
    Liberalisasi komunikasi dan transaksi menstimulasi tumbuhnya perdagangan
    secara elektronik (ecommerce) sebagai media baru meningkatkan potensi
    transaksi dalam jejaring (daring), menciptakan model bisnis yang akseleratif,
    efisien, serta menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.

   Interaksi regional melalui ME-ASEAN (2015) meningkatkan konektivitas ekonomi,
    volume perdagangan (pasar tunggal), dan moblilisasi manusia, barang, jasa, dan
    teknologi diantara negara ASEAN.
Peningkatan daya saing regional dan global
   Total nilai transaksi perdagangan elektronis (e-commerce) di dunia tahun
    2010 mencapai 572,5 Milyar USD dan diproyeksikan mengalami peningkatan
    konstan rata-rata per tahun sebesar 19%, sehingga tahun 2015 nilai
    transaksi e-commerce dunia diproyeksikan mencapai sebesar 1,4 Trilyun
    USD (worldstats.com)

   Di Indonesia, tren pertumbuhan internet yang sangat potensial dan mencapai
    lebih dari 45 juta pengguna di tahun 2010 atau setara dengan 15% jumlah
    penduduk memicu pertumbuhan transaksi melalui media elektronis. Menurut
    IDC, statistik perdagangan elektronis di Indonesia sudah mencapai Rp. 35
    Trilyun (2009) dan dipoyeksikan meningkat signifikan di tahun mendatang
    (IDC Reports)
Latar belakang –cont’d
 Indonesia saat 2011 diperkirakan memiliki kurang-lebih 10,000
  startup lokal berbasis elektronis.
 Beberapa contoh dapat dilihat di www.startuplokal.org
 Beberapa contoh startup lokal yang sukses: Koprol (telah diakuisisi
  Yahoo), Digli, dan Kulacak (layanan GPS).
 UMKM per 2010 telah menumbang devisa bagi negara sebesar
  183,8 triliun rupiah (Firmanzah, 2011). Semakin banyak UMKM
  yang naik kelas dan berpartisipasi dalam perdagangan melalui
  internet.
 Belum banyak yang menggunakan sarana elektronis, sehingga
  potensi penguatan daya saing pasar masih besar dan belum
  tergarap.
 Rata-rata masih enggan menggunakan media elektronis karena
  masih gagap dan khawatir terhadap perlindungan.
Urgensi RPP Perdagangan Elektronis
   Implementasi NSW tahun 2012, integrasi pasar modal (2013), integrasi perdagangan
    (2015), dan integrasi pasar perbankan (2020). Pasar tunggal ASEAN menuntut
    persiapan progresif.

   Kesepakatan peningkatan sektor jasa sebagai priority integration meliputi kesehatan, e-
    commerce, layanan transportasi udara, logistik, dan pariwisata. Target porsi sektor jasa
    sebesar 70% dari PDB total negara ASEAN.

   Tingginya peran internet, penetrasi perdagangan domestik dan internasional secara
    elektronik, namun pengembangan dan implementasi perdagangan dalam jejaring
    (daring) di Indonesia terkendala tiga faktor utama:

     1. Infrastruktur teknologi informasi seperti pembangunan dan perkembangan jaringan
        broadband terkendala pendanaan dan inovasi.

     2. Ketersediaan perangkat peraturan perundangan yang berlaku. Pengaturan transaksi
        elektronik hanya diatur dalam UU ITE dan belum adanya pengaturan di tingkat PP,
        terutama dari sisi ekonomi dan perdagangan.

     3. Ketersediaan perangkat keamanan sistem transaksi elektronik, khususnya perlindungan
        bagi konsumen dan produsen dari praktik perdagangan yang tidak wajar dan
        penyalahgunaan media elektronik untuk tindakan kriminal.
Maksud dan tujuan
Penulisan naskah akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
Perdagangan Elektronis (e-commerce) bertujuan untuk:

 1. Melakukan tinjauan, analisis kondisi, dan perkembangan perdagangan elektronis
    (e-commerce) di Indonesia dan dunia;

 2. Melakukan tinjauan kerangka peraturan perundang-undangan mengenai tata cara
    pelaksanaan dan penerapan transaksi elektronis;

 3. Mengembangkan tata cara pelaksanaan dan prosedur yang harus diatur dalam
    Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan perkembangannya sesuai dengan
    kondisi yang berlaku di Indonesia;

 4. Memberikan rekomendasi terstruktur (dalam pasal-pasal) bagi penyusunan RPP
    tentang Perdagangan Elektronis, serta amandeman UU dan PP yang dibutuhkan ,
    kepada Kementerian Perdagangan RI.
Ruang lingkup
Ruang lingkup kegiatan penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) tentang Perdagangan Elektronis ditujukan untuk:

1. Menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan dan teknis yang berlaku dan
   terkait bagi penerapan regulasi yang mengatur perkembangan perdagangan elektronis
   (e-commerce);

2. Mengembangkan prosedur dan tata cara pelaksanaan untuk meningkatkan keselarasan
   diantara stakeholders dari mekanisme e-commerce, meliputi:
  1.Praktik bisnis yang wajar (fair business practices); 8. Aplikasi prinsip kerahasiaan (privacy setting);

  2.Aksesabilitas dan disaksesabilitas;                  9. Mekanisme pembayaran (payment system);

  3.Periklanan dan pemasaran;                            10. Mekanisme keamanan dan autentifikasi;

  4.Pengungkapan identitas bisnis dan lokasi;            11. Resolusi konflik eksternal;

  5.Pengungkapan mekanisme kontraktual;                  12. Aplikasi kerangka hukum dan konsensus;

  6.Implementasi mekanisme kesepakatan kontrak;          13. Perubahan/modifikasi tata cara pelaksanaan.

3. Memberikan rekomendasi strategis terkait penyusunan Rancangan Peraturan
   Pemerintah (RPP) Perdagangan elektroniS yang akan menjadi dasar Peraturan
   Pemerintah (PP) di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Metodologi kegiatan
Penelitian naskah akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
Perdagangan    Elektronis   (e-commerce)   di   Kementerian   Perdagangan
Republik Indonesia dilakukan dengan kombinasi antara studi kepustakaan
(aspek teoritis dan tujuan komparatif penerapan RPP e-commerce di negara
lain) dan metode pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif melalui
objek penelitian secara langsung dengan menggunakan metode penyebaran
kuesioner, indepth interview, focus group discussion (FGD), tabulasi dan
analisis data secara statistik kepada stakeholders utama yaitu Kementerian
Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi dan
Informatika, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), Bank
Indonesia (BI), PPATK, YLKI, dan Penyedia web media jejaring sosial seperti
Toko Bagus dan Kaskus.
TINJAUAN REGULASI
Tinjauan urgensi legislasi E-commerce

Mengapa diperlukan upaya legislasi untuk e-commerce?
1. Aspek legal
        Mengintegrasikan berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada dan
        seharusnya ada;
        Mempromosikan persaingan usaha yang sehat di ranah dunia cyber.
2. Aspek kontrak online
        Standar verifikasi legalitas e-document dan tandantangan elektronik;
        Proteksi terhadap keamanan dan keandalan informasi;
        Pengembangan tugas dan tanggung jawab iklim usaha e-commerce.
3. Aspek pembayaran elektronik (e-Payment)
        Bagaimana melindungi konsumen dalam transaksi online dan pengaturan sistem
        pembayaran baru.
4. Aspek promosi e-commerce
        Mempromosikan keuntungan e-commerce, keterbukaan, dan pengurangan biaya dan
        national competitiveness.
Tinjauan transaksi E-commerce dalam ranah hukum internasional


E-Commerce mulai diperkenalkan oleh UNCITRAL (United Nation Commission on
International Trade Law) pada tahun 1996, dalam bentuk rekomendasi dan hanya
ditujukan murni untuk perdagangan komersial.


Pada tahun 2000, European Union (EU) mulai memperkenalkan Electronic Commerce
Legal Issues Platform (E-CLIP II) bersamaan dengan diperkenalkannya Electronic
Commerce Directive (ECD) oleh European Commission pada KTT Lisbon (Lisbon
Summit).


Secara umum ruang lingkup pengaturan regulasi e-commerce berada dalam ranah hukum
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI/IPR), Pajak, Perlindungan Konsumen, Hukum
Kontrak, Pembayaran Elektronik, Hukum Perdata Internasional dan Hukum Privasi.
Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Maju –Amerika Serikat
Amerika Serikat termasuk negara pertama yang mengatur masalah e-commerce ini, dimulai pada tahun
1997, dengan 5 (lima) prinsip dasar pelaksanaan e-commerce, yaitu:
      1.   Sektor swasta harus memimpin sektor e-commerce ini;

      2.   Pemerintah harus menghindari adanya pembatasan transaksi e-commerce;

      3.   Saat keterilbatan pemerintah diperlukan, haruslah dalam kerangka dukungan (support) dan penegakan hukum
           haruslah senantiasa minimalis, konsisten, dapat diperkirakan/diperhitungkan (predictable) dan dalam lingkungan
           hukum komersial yang sederhana;

      4.   Pemerintah harus mengakui keunikan kualitas dari internet;

      5.   E-Commerce haruslah difasilitasi dalam kerangka global.


Atas dasar prinsip pelaksanaan e-commerce tersebut, dikembangkanlah kerangka hukum e-commerce
yang kemudian menjadi standar regulasi e-commerce di dunia (selain UNCITRAL), yaitu:
1.   Uniform Commercial Code (UCC) untuk transaksi elektronik, dimana dinyatakan bahwa para pihak haruslah dapat
     melakukan hubungan bisnis di internet dengan syarat dan ketentuan apapun yang disepakati kedua pihak tersebut;

2.   Perlindungan HAKI (IPR Protection), harus terbentuk adanya kesepekatan internasional terhadap pengakuan dan
     perlindungan HAKI;

3.   Privasi, memastikan privasi individu dalam lingkungan berjaringan

4.   Keamanan (security), keberadaan jaringan telekomunikasi yang aman dan andal, adanya upaya efektif untuk melindungi
     sistem informasi yang merupakan bagian dari jaringan tersebut, dan adanya upata efektif untuk melakukan otorisasi dan
     memastikan kerahasiaan dari informasi elektronik.
Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Maju –Uni Eropa

Uni Eropa (EU) sendiri telah memperkenalkan E-CLIP II dan ECD sebagai basis infrastruktur kegiatan e-
commerce di EU. Keberadaan Electronic Commerce Directive (ECD) bertujuan untuk mempersiapkan EU
ke knowledge based-economy dan meningkatkan kemampuan berkompetisi. ECD ini merupakan
harmonisasi peraturan terkait pelaksanaan e-commerce di EU, yang meliputi area:

1.   Kedudukan hukum operator;

2.   Kewajiban keterbukaan bagi operator;

3.   Persyaratan keterbukaan bagi komunikasi komersial;

4.   Keberlakuan dan Validitas dari kontrak elektronik

5.   Tanggung jawab dari perantara internet (intermediary);

6.   Penyelesaian sengketa secara online; dan

7.   Peran dari negara (otoritas nasional)

Satu hal menarik adalah EU menetapkan domisili hukum dari operator adalah berdasarkan domisili hukum
fisik dari operator tersebut, terlepas dari letak server operator tersebut.
Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Berkembang -Korea




Korea (Selatan) telah mengatur e-commerce dengan komprehensif, dibuktikan dengan telah adanya 23
regulasi terkait e-commerce, diantaranya perlindungan konsumen pada transaksi elektronik; transaksi
finansial secara elektronik; promosi industri game, industri musik, industri perangkat lunak (software);
pengembangan industri e-learning; perlindungan privasi lokasi; tandatangan digital; dan e-government.

Satu hal menarik adalah adanya regulasi/kebijakan Pemerintah terhadap Electronic Commerce Reources
Centre (ECRC) yang memiliki tujuan untuk mendukung UKM (SME) demi meningkatkan volume
perdagangan.
Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Berkembang -ASEAN
ASEAN ternyata telah memiliki e-ASEAN Legal Framework yang ditetapkan pada KTT ASEAN tahun 1999 di Manila. Tujuan
dari e-ASEAN adalah mengembangkan rencana kerja komprehensif untuk pengembangan ICT (Information and
Communication Technology) di bidang bisnis, masyarakat dan pemerintah.

                                                                   Kewajiban anggota ASEAN adalah:

                                                                   1.    Segera   mengundangkan peraturan    dan
                                                                         kebijakan nasional terkait transaksi e-
                                                                         commerce;

                                                                   2.    Memfasilitasi terbentuknya   framework   dari
                                                                         tandatangan digital;

                                                                   3.    Memfasilitasi   penyelesaian,     pembayaran
                                                                         transaksi elektronik yang bersifat regional,
                                                                         melalui    mekanisme      seperti    gerbang
                                                                         pembayaran elektronik (electronic payment
                                                                         gateways)

                                                                   4.    Melakukan       adopsi/ratifikasi terhadap
                                                                         perlindungan   HAKI karena kegiatan e-
                                                                         commerce;

                                                                   5.    Melakukan tindakan mensosialisasikan proteksi
                                                                         data personal dan privasi konsumen; dan

                                                                   6.    Mendorong     digunakannya   penyelesaian
                                                                         sengketa alternatif (ADR) untuk transaksi
                                                                         online.

Tahun 2001, e-ASEAN telah menerbitkan Common Reference Framework for ASEAN e-Commerce Legal Infrastructure.
Framework ini akan berperan sebagai panduan bagi anggota ASEAN yang belum memiliki draft dari peraturan e-commerce.
MATERI MUATAN RPP PERDAGANGAN ELEKTRONIS DAN
    KETERKAITAN DENGAN HUKUM POSITIF LAIN
Peraturan Perundang-Undangan yang
            Menjadi Acuan
 UU Informasi dan Transaksi Elektronik
 RUU Perdagangan
 RPP Penyelenggara Informasi dan Transaksi
  Elektronik

RPP ini secara definitif sebetulnya merupakan
turunan dari UU ITE yang mengamanatkan adanya
pengaturan lebih lanjut terkait transaksi elektronis.
Peraturan Perundang-Undangan
        yang Menjadi Referensi
   UU Mata Uang
   UU Transfer Dana
   UU Pos
   UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha
    yang Sehat
   UU Perlindungan Konsumen
   UU Tindak Pidana Pencucian Uang
   RPP Penyelenggara Informasi dan Transaksi
    Elektronis
   Peraturan BI terkait Transaksi Elektronis
Beberapa hal yang penting tetapi
    tidak diatur dalam RPP ini
 Sistem Penyelenggaraan E-Commerce (dalam
  RPP PITE)
 Kontrak Elektronis (sebagian dalam RPP PITE)
 Sistem Pembayaran Elektronis (dalam PBI)
 National Payment Gateway (dalam PBI)
 Sertifikasi Perdagangan Elektronis (diatur
  sebagian dalam RPP PITE, teknis lebih detail
  dalam Permen)
 Perlindungan Konsumen (UU PK&ITE, tetapi perlu
  perluasan perlindungan dalam RPP ini)
Hal yang Diatur Khusus dalam
                RPP ini
   Subyek Hukum Perdagangan Elektronis
   Hak dan Kewajiban Merchant
   Hak dan Kewajiban Pelanggan
   Online Dispute Resolution
   Privacy Setting
   Data Retention
   Edukasi Konsumen
   Konfirmasi Transaksi dan Retain Payment
Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih
Memerlukan Koordinasi Antar Instansi

 Intermediary banking, terkait payment
  retention (in accordance with consumer
  protection) – dengan Bank Indonesia
 Transaksi Elektronis, terkait Payment
  Gateway – dengan Kemkominfo, Bank
  Indonesia dan Kemenkeu
 HAKI/IPR Protection, terkait perlindungan
  HAKI dalam perdagangan elektronis –
  dengan Ditjen HAKI
Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih
Memerlukan Koordinasi Antar Instansi

 Pajak atas transaksi elektronis – dengan
  Ditjen Pajak
 Online Dispute Resolution, terkait
  mekanisme ADR secara elektronis –
  dengan Kemkumham dan BANI
 Sertifikasi keandalan (teknis dan
  ekonomi), terkait keandalan merchant
  dalam melakukan perdagangan – dengan
  Kemkominfo
Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih
Memerlukan Koordinasi Antar Instansi
• Single Identity Number (KTP Elektronis),
  terkait validitas pelanggan untuk menghindari
  potensi fraud – dengan Kemendagri
• Mata Uang untuk transaksi pembayaran,
  terkait UU Mata Uang – dengan BI dan
  Kemenkeu
• Mekanisme cross-border settlement, terkait
  e-ASEAN – dengan Kemkominfo dan
  Kemenlu
Hal-Hal yang Masih Memerlukan
             Perhatian
• Mekanisme        State     Guarantee,     terkait
  sertifikasi merchant dan pelanggan
• Mekanisme Pembatasan Produk Penjualan,
  terkait limitasi sektoral seperti miras, senjata
  api, obat dengan resep dokter, dsb
• Mekanisme sanksi pelanggaran, terkait jenis
  sanksi yang tidak terkait pidana
• Mekanisme pemahaman law enforcement,
  untuk menghindari RPP ini beralih fungsi dari
  penguatan daya saing menjadi RPP represif
Materi muatan
              RPP Perdagangan Elektronis

 Menurut ketentuan umum naskah akademik RPP Perdagangan
  Elektronis, definisi Perdagangan Elektronis adalah:
  Perdagangan elektronis adalah pertukaran barang atau jasa melalui internet atau
  media elektronik lainnya meliputi komunikasi, transaksi, mekanisme pembayaran,
  dan penyelesaian transaksi sesuai prinsip dasar yang berlaku pada perdagangan
  tradisional, dimana pembeli dan penjual melakukan pertukaran barang atau jasa
  dengan media uang.

 Tingginya keterkaitan RPP Perdagangan Elektronis dengan hukum
  positif, seperti UU       ITE dan         RPP lainnya, membuat           RPP
  Perdagangan        Elektronis     lebih     berfokus      pada     substansi
  perdagangan, bukan pada medium elektronis/teknis yang sudah
  diatur oleh Kementerian Kominfo.
1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis

Pengaturan Badan Hukum:

 RPP ini menitikberatkan pada bentuk badan hukum yang dapat
  menyelenggarakan perdagangan elektronis.

 Bentuk    bukan    sebuah     mandatory,    melainkan   perlindungan
  pemerintah    (state   guarantee)   terhadap   pelaku   usaha   yang
  menundukkan dirinya pada pengaturan badan hukum RPP
  Perdagangan Elektronis ini.

 Keterkaitan sikap state guarantee dengan Lembaga Sertifikasi
  Keandalan, membuat RPP ini akan mengatur lebih luas kepada
  aspek ekonomi-perdagangan elektronis, bukan teknis seperti yang
  telah diatur detail dalam hukum positif lainnya.
1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis –cont’d

Pemasaran dan Periklanan:
Penyelenggara perdagangan secara                           elektronik       harus      memuat
data/informasi barang dan jasa, minimal:
   a.      Identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen dan lembaga usaha
           perdagangan;
   b.      Persyaratan teknis barang atau kualifikasi/standar teknis jasa yang ditawarkan;
   c.      Harga, cara pembayaran, dan penyerahan barang
   d.      Domisili produsen atau lembaga usaha perdagangan;


Selain itu, pelaku usaha perdagangan elektronis                                  juga     dapat
mencantumkan data/informasi penting mencakup:
       Perjanjian waktu dan metode pembayaran elektronis;
       Keberadaan informasi mengenai persyaratan dan prosedur kontrak elektronis;
       Keberadaan hak untuk membatalkan pemesanan barang bagi konsumen;
       Biaya komunikasi dalam melakukan permintaan informasi terkait perdagangan elektronis;
       Jangka waktu berlakunya penawaran harga;
       Penjelasan tentang durasi kontrak elektronis secara permanen atau berulang;
       Informasi tentang pemenuhan sertifikasi keandalan dan sertifikasi penyelenggaraan
        perdagangan elektronis
1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis –cont’d


Pengaturan Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual

RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur mengenai pelarangan
penjualan barang-barang imitasi atas produk yang telah memiliki
HAKI dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai HAKI.
2. Sertifikasi Perdagangan Elektronis

   RPP ini mengarahkan pentingnya sertifikasi atas perdagangan elektronis.
    Terdapat 2 (dua) sertifikasi yang harus/dapat diikuti oleh pelaku usaha
    perdagangan elektronis, yaitu:
       Sertifikasi Keandalan (diatur dalam RPP PITE);
       Sertifikasi Penyelenggara Pembayaran Elektronik (yang akan diatur oleh
        Bank Indonesia)
   Sertifikasi keandalan mencakup kelayakan teknis (infrastruktur) dan ekonomi
    (kemampuan ekonomi) seperti solvabilitas, rekomendasi perbankan, dan/atau
    laporan keuangan audited yang diaudit oleh auditor eksternal yang
    menunjukkan kemampuan pelaku usaha.
   Sertifikasi penyelenggara pembayaran elektronik menitikberatkan eksistensi
    sertifikasi bagi merchant untuk menyelenggarakan pembayaran elektronik
    sebagai langkah meningkatkan keamanan dan kenyamanan bertransaksi
    online.
3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis

   Perluasan tafsiran mengenai makna „perlindungan konsumen‟ mencakup
    seluruh aspek perlindungan konsumen yang melakukan perdagangan
    elektronis,   bukan    konvensional,    sehingga     diperlkukan    implementasi
    perlindungan konsumen dalam koridor hukum positif lainnya.
   Penguatan juga dilakukan dengan meningkatkan fungsi dan mekanisme
    kelembagaan yang kredibel untuk melindungi kepentingan konsumen dan
    pelaku usaha perdagangan elektronis dari praktik penipuan dan kejahatan
    elektronis.
   Bentuk penguatan kelembagaan dapat melalui penguatan fungsi lembaga
    keandalan sebagai pihak ketiga yang mengeluarkan sertifikat digital dan
    menciptakan keamanan sistem penyelenggaraan elektronis mencakup 4
    aspek    utama     yaitu   authentification,   integrity,   non-repudation,   dan
    confidentiality.
3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis

Praktik bisnis yang adil (fair business practice)
   RPP ini menekankan pentingnya membangun kepercayaan antara pelaku
    usaha dan konsumen dalam perdagangan secara elektronik melalui
    penerapan praktik bisnis yang adil dan tidak merugikan semua pihak.
   Penguatan sistem hukum yang mengatur perlindungan kedua belah pihak,
    kebijakan   praktis,   dan   keandalan   proteksi   dengan   tujuan   untuk
    meningkatkan kepercayaan konsumen dan menjaga keseimbangan hak
    dan kewajiban kedua pihak dalam perdagangan elektronik
   Pengembangan tujuan sesuai gagasan OECD yaitu untuk membangun pola
    relasi simetris antara pelaku usaha dan konsumen. Kerjasama yang efektif
    dari kalangan pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen sangat dibutuhkan.
3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis

Transparansi dan pengungkapan informasi:
   Pengungkapan informasi mengenai bisnis, meliputi legalitas dan
    identitas bisnis, domisili, alamat email atau kontak elektronik lain, nomor
    telepon, alamat registrasi, dan lisensi dan sertifikasi terkait yang dikeluarkan
    oleh otoritas berwenang (misal: dokumen izin ekspor bagi pelaku usaha
    yang memiliki cakupan perdagangan cross border).
   Informasi mengenai barang/jasa, meliputi aksesabilitas konsumen untuk
    mengunduh representasi barang sebagai rujukan melakukan transaksi dan
    alat bukti ketika barang yang dikirim tidak sesuai dengan representasi yang
    telah diunduh.
   Informasi mengenai transaksi, meliputi keharusan pelaku usaha
    perdagangan elektronik untuk merinci secara jelas dan detail terkait terms
    and conditions dari transaksi, termasuk seluruh biaya yang harus
    dikeluarkan oleh konsumen.
3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis

Aplikasi kerahasiaan atas hak-hak pribadi konsumen:
   Dalam dunia cyber, hak-hak pribadi berkaitan erat dengan permasalahan
    perlindungan data-data pribadi karena mungkin saja data perseorangan
    diakses oleh pihak yang tidak berhak.
   Konsep privacy rights meliputi hal:
     – Data perorangan yang diartikan sebagai informasi yang berkaitan erat dengan
       perorangan seperti data pribadi, data keadaan keuangan, rekam jejak pekerjaan,
       data kesehatan, dan rekam jejak kejahatan, dan
     – Hak perseorangan adalah hak individual untuk melakukan sesuatu sesuai
       kehendaknya. Terkait informasi elektronik, hak pribadi adalah hak seseorang
       untuk menentukan apakah informasi pribadi dapat disebarkan atau tidak kepada
       pihak lain.
   RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur penerapan konsep privasi
    yang memperhatikan aspek keamanan transaksi online secara holistik,
    khususnya dalam melindungi kepentingan semua pihak.
3. Perlindungan konsumen Perdagangan Elektronis
Informasi barang/jasa:
RPP Perdagangan Elektronis akan membagi persyaratan minimal informasi yang harus
diberikan terkait barang dan jasa, termasuk tetapi tidak terbatas kepada:
    Jenis Barang/Jasa
    Bentuk/Dimensi Barang
    Cara Penggunaan
    Pembatasan Penggunaan
    Harga total yang harus dibayar pelanggan

Chargebacks
RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur melalui ketentuan dari Bank Indonesia
mengenai mekanisme retain payment dari konsumen ke merchant yang harus ditahan oleh
penerima pembayaran elektronik sampai batas waktu tertentu (hingga produk diterima).

Edukasi Pelanggan
RPP Perdagangan Elektronis menekankan pentingnya pengaturan pasal secara lebih
spesifik mengenai kewajiban pelaku usaha dan pemerintah untuk melindungi konsumen
melalui peningkatan kesadaran konsumen terhadap penyelenggaraan perdagangan
elektronik, serta peningkatan peran aktif konsumen dalam melakukan praktik bisnis melalui
media elektronik.
4. Perlindungan bagi Penyelenggara Perdagangan
                        Elektronis

Verifikasi Identitas Pelanggan:
   Untuk memastikan bahwa perlindungan terhadap merchant juga memadai,
    perlu adanya sebuah mekanisme yang memastikan kebenaran identitas
    pelanggan. Hal ini sebenarnya dapat diselesaikan dengan adanya Single
    Identity Number (SIN) yang masih dalam taraf perencanaan tender oleh
    Kemeterian Dalam Negeri.

   Dapat   pula   diusulkan   penggunaan         tanda   tangan   elektronis   untuk
    mempermudah        integritas    verifikasi      pelanggan.     Hanya       patut
    dipertimbangkan mengenai populasi dari tanda tangan elektronis ini (digital
    signature/DS) dan penetrasi penggunaannya dalam komunitas pengguna
    media elektronis di Indonesia.
5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis

Kontrak Elektronis:
   Perjanjian Perdagangan Elektronis adalah bentuk perjanjian jual beli yang
    memiliki kekuatan hukum yang sama dengan perjanjian konvensional,
    dimana bukti transaksi elektronik diakui ekuivalen dengan bukti dokumen
    yang ditulis (Pedoman UNCITRAL)

   Diperlukan ketentuan-ketentuan baru terkait perdagangan elektronik dalam
    koridor hukum positif di Indonesia dengan penekanan pada:
        Hubungan sejajar antara pelaku usaha dan konsumen  Memberikan ruang tawar lebih luas
         bagi konsumen dalam format kontrak baku.

        Pemberlakuan sistem “3 klik” dalam kesepakatan kontrak transaksi perdagangan elektronik.

        Pengakuan tanda tangan elektronis dan data message.

        Akseptabilitas penggunaan media online lain sebagai alat pembuktian kesepakatan kontrak
         elektronik, seperti video conference.
5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis

Konfirmasi Jual-Beli
   RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur tentang detail konfirmasi
    perjanjian jual beli yang harus dipenuhi oleh konsumen, sehingga
    konsumen tidak melakukan kesepakatan sebelum seluruh persyaratan
    terpenuhi.

   Pengaturan mekanisme acceptance berkaitan tentang pernyataan telah
    diterimanya suatu penawaran oleh konsumen. Pihak yang memberikan
    penawaran harus menjelaskan secara terperinci metode penerimaan jika
    penawaran tersebut diakseptasi (dalam bentuk konfirmasi), serta harus
    dipastikan bahwa perjanjian online yang disepakati sudah memilki
    pengamanan khusus seperti tanda tangan digital (digital signature).
5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis

Metode pembayaran
   RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur tentang keamanan metode
    pembayaran yang dilakukan oleh konsumen, khususnya terkait keberadaan
    resiko pembayaran menggunakan digital, seperti penipuan menggunakan
    sarana perbankan (banking fraud), pembajakan kartu kredit (carding), akses
    ilegal ke sistem informasi, dan pencurian data.

   Dapat dikaji pendirian dan pengembangan sistem national payment
    gateway sebagai model pembayaran alternatif.

   Eksistensi dan pengaturan model bisnis national payment gateway
    diharapkan dapat meningkatkan aspek kenyamanan dan keamanan
    bertransaksi secara elektronik dalam lingkup B2B, B2C, dan C2C.
5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Perdagangan Elektronik:

   Penyelenggara    perdagangan      elektronis   yang    bekerjasama     dengan
    penyedia jasa keuangan (PJK) untuk penyelesaian pembayaran transaksi
    wajib memastikan PJK memiliki tingkat kesehatan yang baik sesuai
    penilaian berkala oleh otoritas pengawas terkait.

   Penyelenggara perdagangan elektronis wajib melakukan due diligence
    untuk menilai tingkat kepatuha PJK terhadap peraturan berlaku.

   Penyelenggara     perdagangan     elektronis   wajib   membuat       perjanjian
    kerjasama yang memenuhi arm’s length principle dengan PJK sebelum
    memulai kerjasama dalam penyelesaian transaksi pembayaran.
6. Penyelesaian sengketa Perdagangan Elektronis
Mekanisme penyelesaian sengketa:
RPP Perdagangan Elektronis akan menitikberatkan kepada mekanisme ADR
(Alternative Dispute Resolution), termasuk mediasi, negosiasi dan arbitrase
terhadap semua hubungan yang bersifat privat. Sementara hubungan publik
akan diarahkan langsung kepada mekanisme pengadilan.

Mekanisme Online Dispute Resolution (ODR):
   RPP Perdagangan Elektronis menekankan pentingnya kebebasan mengakses
    informasi yang jelas dan benar tentang prosedur ODR, peningkatan kemampuan
    teknikal konsumen, dan pemahaman terhadap keberadaan payung hukum tentang
    prosedur ODR terkait dengan perdagangan elektronik.
   ODR sendiri belum memiliki payung hukum positif di Indonesia dimana pengarahan
    pengaturan ODR sebaiknya ditempatkan di bawah koordinasi BANI (Badan Arbitrase
    Nasional Indonesia) sebagai pihak yang memiliki kewenangan melakukan ADR
    (Alternative Dispute Resolution) di Indonesia.
   ODR akan diatur sebagai berikut: 1) Pengaturan mengenai Metoda Konsensual, dan
    2) Pengaturan mengenai Metoda Ajudikatif.
6. Penyelesaian Sengketa Perdagangan Elektronis

Mekanisme ganti rugi lintas negara (ASEAN):
   Pentingnya pengaturan kesepakatan mekanisme ganti rugi lintas negara
    (cross border redress), khususnya mendukung kebijakan pasar tunggal dan
    penerapan jaringan komunikasi lintas regional melalui e-ASEAN

   Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kepercayaan konsumen
    dalam perdagangan elektronis, karena dimungkinkan adanya cross border
    complaint  meningkatkan posisi tawar konsumen terhadap pelaku usaha
    (vendor) yang berdomisili di negara lain.

   Penguatan regulasi dan aspek kelembagaan terutama sinkronisasi
    kebijakan perlindungan konsumen lintas negara ASEAN dibutuhkan untuk
    menciptakan iklim bisnis online yang efektif mendorong peningkatan
    volume perdagangan dan daya saing nasional dan regional.
SANKSI

 RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur mengenai sanksi
  administratif bagi pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan
  perdagangan elektronik, baik bagi penyelenggara (merchant)
  maupun bagi pelanggan (consumer).

 Sanksi yang akan dijatuhkan kepada merchant berupa denda
  administratif,   peringatan   di   web   merchant   sampai   kepada
  pembekuan kegiatan perdagangan elektronis.

 Sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelanggan berupa denda
  administratif, peringatan di web merchant (blacklist) sampai dengan
  pelarangan transaksi melalui perdagangan elektronis.
Terima Kasih
Consultant profile
BRIEF PROFILE:
Aji Jaya Bintara, MSM is a managing director of Strategic Development
Institute (SDI) and lecturer at Accounting program in Faculty of Economic and
Business, University of Indonesia, where He specializes in Banking,
Restructuring, and Strategic Management. He has advised clients and
involved in multidisciplines background and various areas, such as corporate
restructuring, strategic planning and execution, feasibility study, and capital
raising program. His clients comes from various industries such as mining and
coal, transportation, manufactures, media, automotive, and heath care
business. He also involves in publishing Strategic Development Institute (SDI)
articles, learning center and social relations programs, strategy handbook,
and corporate governance studies and research.
He obtained Master of Science Management degree and Bachelor degree on
Economics with Cumlaude Honors (best graduate), both from Faculty of
Economics University of Indonesia (FEUI). Previously, he worked for
multinational consultancy firms such as Ernst &Young and KPMG, and his last
professional positions as an expert staff of SME/Commercial Director of
Commonwealth Bank of Australia.
BRIEF PROFILE:
W.P Yudiantoro, Senior Consultant on Strategic
Development Institue, a Governance Consultant with
broad experience on Policy & Regulation Making,
Boards (BoD & BoC) Role and Responsibilities. Focus
on SoE (BUMN) Governance. Vast experiences in
energy, telecommunication and broadcasting industries
Strong background in corporate law and corporate
action, especially in Board engagement, Board role
and responsibilities, Decision Making Process,
Business Plan Development, Corporate Compliance,
Corporate Governance and Code of Conduct
Development. Currently act as Expert on Governance,
Regulation and Policy for Board of Governor TVRI and
Member of Compliance Committee PT Pembangkitan
Jawa-Bali. Also act as Strategic Supervisory Board for
PT Perusahaan Listrik Negara Projects on becoming
Non-Listed Public Company (NLPC)
BRIEF PROFILE:
Viktor Fanggidae, consultant at Strategic
Development Institute, with research interest
spanned from Information technology, business
systems to banking regulations and financial
systems.
Obtained his bachelor of computer science, he
furthered his study in business system analysis
and awarded a high distinction award in Masters
of Business Systems at Monash University,
Melbourne.
Combining his micro knowledge in IT and meso
skills in business process analysis, currently
Viktor moving into the more macro domain of
regulations and financial systems, particularly in
banking, and presently serving as the unit head of
policy review and regulatory compliance at the
Commonwealth Bank of Australia, Jakarta.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Review Master Plan e-gov
Review Master Plan e-govReview Master Plan e-gov
Review Master Plan e-govPutri Damlah
 
Urgensi PDP Dalam Membangun Ekonomi Digital Indonesia
Urgensi PDP Dalam Membangun Ekonomi Digital IndonesiaUrgensi PDP Dalam Membangun Ekonomi Digital Indonesia
Urgensi PDP Dalam Membangun Ekonomi Digital IndonesiaAlvidha Septianingrum
 
Presentasi komputer dalam pemerintahan
Presentasi komputer dalam pemerintahanPresentasi komputer dalam pemerintahan
Presentasi komputer dalam pemerintahankristi_12345
 
Tantangan dan Peluang Regional - Regional Challenges and Opportunities
Tantangan dan Peluang Regional - Regional  Challenges and OpportunitiesTantangan dan Peluang Regional - Regional  Challenges and Opportunities
Tantangan dan Peluang Regional - Regional Challenges and OpportunitiesMuhammadZidaneYustis
 
Indepth report membaca inisiatif e asean
Indepth report membaca inisiatif e asean Indepth report membaca inisiatif e asean
Indepth report membaca inisiatif e asean SatuDunia Foundation
 
Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Fintech_ Materi Training "Financial...
Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Fintech_ Materi Training "Financial...Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Fintech_ Materi Training "Financial...
Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Fintech_ Materi Training "Financial...Kanaidi ken
 
Tata kelola ti dan penerapan pada pemerintah kanada
Tata kelola ti dan penerapan pada pemerintah kanadaTata kelola ti dan penerapan pada pemerintah kanada
Tata kelola ti dan penerapan pada pemerintah kanadaBeta Lapian
 
Bank indonesia menavigasi sistem pembayaran nasional di era digital
Bank indonesia menavigasi sistem pembayaran nasional di era digitalBank indonesia menavigasi sistem pembayaran nasional di era digital
Bank indonesia menavigasi sistem pembayaran nasional di era digitalEra Wibowo
 
Pemahaman e government (materi pertemuan 1 dan 2 makul e-gov) edit
Pemahaman e government (materi pertemuan 1 dan 2 makul e-gov) editPemahaman e government (materi pertemuan 1 dan 2 makul e-gov) edit
Pemahaman e government (materi pertemuan 1 dan 2 makul e-gov) editIzul Mencari
 
Elektronik dan komersil
Elektronik dan komersilElektronik dan komersil
Elektronik dan komersilviqrialfi
 
E government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publikE government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publikMuslimin B. Putra
 
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...Mayangsari_22
 
SURVEI E-GOVERMENT
SURVEI E-GOVERMENTSURVEI E-GOVERMENT
SURVEI E-GOVERMENTOktaAlamsyah
 

La actualidad más candente (20)

Review Master Plan e-gov
Review Master Plan e-govReview Master Plan e-gov
Review Master Plan e-gov
 
Urgensi PDP Dalam Membangun Ekonomi Digital Indonesia
Urgensi PDP Dalam Membangun Ekonomi Digital IndonesiaUrgensi PDP Dalam Membangun Ekonomi Digital Indonesia
Urgensi PDP Dalam Membangun Ekonomi Digital Indonesia
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Presentasi komputer dalam pemerintahan
Presentasi komputer dalam pemerintahanPresentasi komputer dalam pemerintahan
Presentasi komputer dalam pemerintahan
 
Tantangan dan Peluang Regional - Regional Challenges and Opportunities
Tantangan dan Peluang Regional - Regional  Challenges and OpportunitiesTantangan dan Peluang Regional - Regional  Challenges and Opportunities
Tantangan dan Peluang Regional - Regional Challenges and Opportunities
 
Menuju Ekonomi Digital Indonesia
Menuju Ekonomi Digital IndonesiaMenuju Ekonomi Digital Indonesia
Menuju Ekonomi Digital Indonesia
 
Indepth report membaca inisiatif e asean
Indepth report membaca inisiatif e asean Indepth report membaca inisiatif e asean
Indepth report membaca inisiatif e asean
 
Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Fintech_ Materi Training "Financial...
Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Fintech_ Materi Training "Financial...Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Fintech_ Materi Training "Financial...
Regulasi dan Kebijakan Pemerintah tentang Fintech_ Materi Training "Financial...
 
E goverment
E govermentE goverment
E goverment
 
e-government
e-governmente-government
e-government
 
E government ppt
E government pptE government ppt
E government ppt
 
Tata kelola ti dan penerapan pada pemerintah kanada
Tata kelola ti dan penerapan pada pemerintah kanadaTata kelola ti dan penerapan pada pemerintah kanada
Tata kelola ti dan penerapan pada pemerintah kanada
 
Bank indonesia menavigasi sistem pembayaran nasional di era digital
Bank indonesia menavigasi sistem pembayaran nasional di era digitalBank indonesia menavigasi sistem pembayaran nasional di era digital
Bank indonesia menavigasi sistem pembayaran nasional di era digital
 
E-Government
E-GovernmentE-Government
E-Government
 
Pemahaman e government (materi pertemuan 1 dan 2 makul e-gov) edit
Pemahaman e government (materi pertemuan 1 dan 2 makul e-gov) editPemahaman e government (materi pertemuan 1 dan 2 makul e-gov) edit
Pemahaman e government (materi pertemuan 1 dan 2 makul e-gov) edit
 
Elektronik dan komersil
Elektronik dan komersilElektronik dan komersil
Elektronik dan komersil
 
E goverment
E govermentE goverment
E goverment
 
E government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publikE government dalam pelayanan publik
E government dalam pelayanan publik
 
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
Tugas sim, mayang sari, yananto mihadi putra, telekomunikasi, internet & ...
 
SURVEI E-GOVERMENT
SURVEI E-GOVERMENTSURVEI E-GOVERMENT
SURVEI E-GOVERMENT
 

Destacado

Samintrra and kamila presentain humanites education
Samintrra and kamila presentain humanites education Samintrra and kamila presentain humanites education
Samintrra and kamila presentain humanites education Kammi_bro
 
CG Needs To Improves Its Approach
CG Needs To Improves Its ApproachCG Needs To Improves Its Approach
CG Needs To Improves Its ApproachWahyu P. Yudiantoro
 
Bonding in yokohama
Bonding in yokohamaBonding in yokohama
Bonding in yokohamamcelroy23
 
Bonding in yokohama
Bonding in yokohamaBonding in yokohama
Bonding in yokohamamcelroy23
 
Menyikapi Pola Asuh Anak dalam Dunia Digital
Menyikapi Pola Asuh Anak dalam Dunia DigitalMenyikapi Pola Asuh Anak dalam Dunia Digital
Menyikapi Pola Asuh Anak dalam Dunia DigitalWahyu P. Yudiantoro
 
The Outcome Economy
The Outcome EconomyThe Outcome Economy
The Outcome EconomyHelge Tennø
 
The Six Highest Performing B2B Blog Post Formats
The Six Highest Performing B2B Blog Post FormatsThe Six Highest Performing B2B Blog Post Formats
The Six Highest Performing B2B Blog Post FormatsBarry Feldman
 

Destacado (9)

Samintrra and kamila presentain humanites education
Samintrra and kamila presentain humanites education Samintrra and kamila presentain humanites education
Samintrra and kamila presentain humanites education
 
CG Needs To Improves Its Approach
CG Needs To Improves Its ApproachCG Needs To Improves Its Approach
CG Needs To Improves Its Approach
 
Notes updates salts
Notes updates saltsNotes updates salts
Notes updates salts
 
Bonding in yokohama
Bonding in yokohamaBonding in yokohama
Bonding in yokohama
 
Bharti
BhartiBharti
Bharti
 
Bonding in yokohama
Bonding in yokohamaBonding in yokohama
Bonding in yokohama
 
Menyikapi Pola Asuh Anak dalam Dunia Digital
Menyikapi Pola Asuh Anak dalam Dunia DigitalMenyikapi Pola Asuh Anak dalam Dunia Digital
Menyikapi Pola Asuh Anak dalam Dunia Digital
 
The Outcome Economy
The Outcome EconomyThe Outcome Economy
The Outcome Economy
 
The Six Highest Performing B2B Blog Post Formats
The Six Highest Performing B2B Blog Post FormatsThe Six Highest Performing B2B Blog Post Formats
The Six Highest Performing B2B Blog Post Formats
 

Similar a E-COMMERCE REGULASI

ID-IGF 2017 Kominfo - Nyoman Adhiarna - final
ID-IGF 2017 Kominfo - Nyoman Adhiarna - finalID-IGF 2017 Kominfo - Nyoman Adhiarna - final
ID-IGF 2017 Kominfo - Nyoman Adhiarna - finalNyoman Adhiarna
 
Kajian_Dan_Strategi_Pendukung_Perkembang.docx
Kajian_Dan_Strategi_Pendukung_Perkembang.docxKajian_Dan_Strategi_Pendukung_Perkembang.docx
Kajian_Dan_Strategi_Pendukung_Perkembang.docxMelyndaSriWulandari
 
Tugas sim ahmad huzaini - yananto mihadi p - penggunaan teknologi informasi...
Tugas sim   ahmad huzaini - yananto mihadi p - penggunaan teknologi informasi...Tugas sim   ahmad huzaini - yananto mihadi p - penggunaan teknologi informasi...
Tugas sim ahmad huzaini - yananto mihadi p - penggunaan teknologi informasi...ucenlala
 
Tugas sim, rahmat nurdiyanto, yananto mihadi putra,se,m. si, pemanfaatan sist...
Tugas sim, rahmat nurdiyanto, yananto mihadi putra,se,m. si, pemanfaatan sist...Tugas sim, rahmat nurdiyanto, yananto mihadi putra,se,m. si, pemanfaatan sist...
Tugas sim, rahmat nurdiyanto, yananto mihadi putra,se,m. si, pemanfaatan sist...rahmatnurdiyanto11
 
Perpajakan Ekonomi Digital di Indonesia
Perpajakan Ekonomi Digital di IndonesiaPerpajakan Ekonomi Digital di Indonesia
Perpajakan Ekonomi Digital di Indonesiaahmadihbal
 
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdfAriIndah3
 
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdfMuminRizkyPratama27
 
Vita agustina telekomunikasi, internet dan teknologi nirkabel.
Vita agustina telekomunikasi, internet dan teknologi nirkabel.Vita agustina telekomunikasi, internet dan teknologi nirkabel.
Vita agustina telekomunikasi, internet dan teknologi nirkabel.klaravita
 
Kemitraan Perbankan & Fintech _ Materi Training "Financial Technology"
Kemitraan Perbankan & Fintech _ Materi Training "Financial Technology"Kemitraan Perbankan & Fintech _ Materi Training "Financial Technology"
Kemitraan Perbankan & Fintech _ Materi Training "Financial Technology"Kanaidi ken
 
CDCA2103 INFORMATION TECHNOLOGY AND APPLICATIONS.docx
CDCA2103 INFORMATION TECHNOLOGY AND APPLICATIONS.docxCDCA2103 INFORMATION TECHNOLOGY AND APPLICATIONS.docx
CDCA2103 INFORMATION TECHNOLOGY AND APPLICATIONS.docxOpen University Malaysia
 
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...Muhammad Iqbal Nursyaifullah Sadeli
 
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...AzhyqaRereanticaMart
 
Materi 2.2
Materi 2.2Materi 2.2
Materi 2.2Aby Zay
 
Seri buku literasi digital- strategi kewirausahaan digital
Seri buku literasi digital- strategi kewirausahaan digitalSeri buku literasi digital- strategi kewirausahaan digital
Seri buku literasi digital- strategi kewirausahaan digitalliterasi digital
 

Similar a E-COMMERCE REGULASI (20)

ID-IGF 2017 Kominfo - Nyoman Adhiarna - final
ID-IGF 2017 Kominfo - Nyoman Adhiarna - finalID-IGF 2017 Kominfo - Nyoman Adhiarna - final
ID-IGF 2017 Kominfo - Nyoman Adhiarna - final
 
Kajian_Dan_Strategi_Pendukung_Perkembang.docx
Kajian_Dan_Strategi_Pendukung_Perkembang.docxKajian_Dan_Strategi_Pendukung_Perkembang.docx
Kajian_Dan_Strategi_Pendukung_Perkembang.docx
 
Tugas sim ahmad huzaini - yananto mihadi p - penggunaan teknologi informasi...
Tugas sim   ahmad huzaini - yananto mihadi p - penggunaan teknologi informasi...Tugas sim   ahmad huzaini - yananto mihadi p - penggunaan teknologi informasi...
Tugas sim ahmad huzaini - yananto mihadi p - penggunaan teknologi informasi...
 
Tugas sim, rahmat nurdiyanto, yananto mihadi putra,se,m. si, pemanfaatan sist...
Tugas sim, rahmat nurdiyanto, yananto mihadi putra,se,m. si, pemanfaatan sist...Tugas sim, rahmat nurdiyanto, yananto mihadi putra,se,m. si, pemanfaatan sist...
Tugas sim, rahmat nurdiyanto, yananto mihadi putra,se,m. si, pemanfaatan sist...
 
Perpajakan Ekonomi Digital di Indonesia
Perpajakan Ekonomi Digital di IndonesiaPerpajakan Ekonomi Digital di Indonesia
Perpajakan Ekonomi Digital di Indonesia
 
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
 
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
170-Article Text-811-1-10-20191214.pdf
 
E Commerce
E CommerceE Commerce
E Commerce
 
Pertemuan 2.pptx
Pertemuan 2.pptxPertemuan 2.pptx
Pertemuan 2.pptx
 
Vita agustina telekomunikasi, internet dan teknologi nirkabel.
Vita agustina telekomunikasi, internet dan teknologi nirkabel.Vita agustina telekomunikasi, internet dan teknologi nirkabel.
Vita agustina telekomunikasi, internet dan teknologi nirkabel.
 
Kemitraan Perbankan & Fintech _ Materi Training "Financial Technology"
Kemitraan Perbankan & Fintech _ Materi Training "Financial Technology"Kemitraan Perbankan & Fintech _ Materi Training "Financial Technology"
Kemitraan Perbankan & Fintech _ Materi Training "Financial Technology"
 
Implementasi e
Implementasi eImplementasi e
Implementasi e
 
CDCA2103 INFORMATION TECHNOLOGY AND APPLICATIONS.docx
CDCA2103 INFORMATION TECHNOLOGY AND APPLICATIONS.docxCDCA2103 INFORMATION TECHNOLOGY AND APPLICATIONS.docx
CDCA2103 INFORMATION TECHNOLOGY AND APPLICATIONS.docx
 
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
Strategi Komunikasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakar...
 
Pajak PMSE.pdf
Pajak PMSE.pdfPajak PMSE.pdf
Pajak PMSE.pdf
 
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...
Daya Saing Bisnis Elektronik Global dan Kolaborasi Teknologi dengan E-Commerc...
 
Materi 2.2
Materi 2.2Materi 2.2
Materi 2.2
 
Fin tech corner
Fin tech corner   Fin tech corner
Fin tech corner
 
3. Tipologi Fintech.ppt
3. Tipologi Fintech.ppt3. Tipologi Fintech.ppt
3. Tipologi Fintech.ppt
 
Seri buku literasi digital- strategi kewirausahaan digital
Seri buku literasi digital- strategi kewirausahaan digitalSeri buku literasi digital- strategi kewirausahaan digital
Seri buku literasi digital- strategi kewirausahaan digital
 

Último

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Último (20)

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

E-COMMERCE REGULASI

  • 1. Public Expose Naskah Akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perdagangan Elektronis (E-Commerce) Presented by: Strategic Development Institute (SDI)
  • 3. Peningkatan daya saing regional dan global  Kemunculan lembaga internasonal dan forum kerjasama seperti GATT, WTO, NAFTA, APEC, G-20, OPEC, ASEAN, dan ASEAN + 3 (China, Jepang, Korea) meningkatkan integrasi dan interaksi ekonomi dan perdagangan lintas negara.  Berdasarkan data WTO (2011), volume perdagangan dunia mencapai US$ 27,6 Trilyun (2010) dan populasi mencapai 6,9 miliar, dimana kekuatan ekonomi telah bergeser ke Asia, khususnya ASEAN + 3 menguasai 25% volume perdagangan (US$ 7,02 Trilyun) dengan populasi mencapai 2,1 Milyar jiwa (30%).  Teknologi Informasi (TI) adalah pilar utama globalisasi (information era). Liberalisasi komunikasi dan transaksi menstimulasi tumbuhnya perdagangan secara elektronik (ecommerce) sebagai media baru meningkatkan potensi transaksi dalam jejaring (daring), menciptakan model bisnis yang akseleratif, efisien, serta menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.  Interaksi regional melalui ME-ASEAN (2015) meningkatkan konektivitas ekonomi, volume perdagangan (pasar tunggal), dan moblilisasi manusia, barang, jasa, dan teknologi diantara negara ASEAN.
  • 4. Peningkatan daya saing regional dan global  Total nilai transaksi perdagangan elektronis (e-commerce) di dunia tahun 2010 mencapai 572,5 Milyar USD dan diproyeksikan mengalami peningkatan konstan rata-rata per tahun sebesar 19%, sehingga tahun 2015 nilai transaksi e-commerce dunia diproyeksikan mencapai sebesar 1,4 Trilyun USD (worldstats.com)  Di Indonesia, tren pertumbuhan internet yang sangat potensial dan mencapai lebih dari 45 juta pengguna di tahun 2010 atau setara dengan 15% jumlah penduduk memicu pertumbuhan transaksi melalui media elektronis. Menurut IDC, statistik perdagangan elektronis di Indonesia sudah mencapai Rp. 35 Trilyun (2009) dan dipoyeksikan meningkat signifikan di tahun mendatang (IDC Reports)
  • 5. Latar belakang –cont’d  Indonesia saat 2011 diperkirakan memiliki kurang-lebih 10,000 startup lokal berbasis elektronis.  Beberapa contoh dapat dilihat di www.startuplokal.org  Beberapa contoh startup lokal yang sukses: Koprol (telah diakuisisi Yahoo), Digli, dan Kulacak (layanan GPS).  UMKM per 2010 telah menumbang devisa bagi negara sebesar 183,8 triliun rupiah (Firmanzah, 2011). Semakin banyak UMKM yang naik kelas dan berpartisipasi dalam perdagangan melalui internet.  Belum banyak yang menggunakan sarana elektronis, sehingga potensi penguatan daya saing pasar masih besar dan belum tergarap.  Rata-rata masih enggan menggunakan media elektronis karena masih gagap dan khawatir terhadap perlindungan.
  • 6. Urgensi RPP Perdagangan Elektronis  Implementasi NSW tahun 2012, integrasi pasar modal (2013), integrasi perdagangan (2015), dan integrasi pasar perbankan (2020). Pasar tunggal ASEAN menuntut persiapan progresif.  Kesepakatan peningkatan sektor jasa sebagai priority integration meliputi kesehatan, e- commerce, layanan transportasi udara, logistik, dan pariwisata. Target porsi sektor jasa sebesar 70% dari PDB total negara ASEAN.  Tingginya peran internet, penetrasi perdagangan domestik dan internasional secara elektronik, namun pengembangan dan implementasi perdagangan dalam jejaring (daring) di Indonesia terkendala tiga faktor utama: 1. Infrastruktur teknologi informasi seperti pembangunan dan perkembangan jaringan broadband terkendala pendanaan dan inovasi. 2. Ketersediaan perangkat peraturan perundangan yang berlaku. Pengaturan transaksi elektronik hanya diatur dalam UU ITE dan belum adanya pengaturan di tingkat PP, terutama dari sisi ekonomi dan perdagangan. 3. Ketersediaan perangkat keamanan sistem transaksi elektronik, khususnya perlindungan bagi konsumen dan produsen dari praktik perdagangan yang tidak wajar dan penyalahgunaan media elektronik untuk tindakan kriminal.
  • 7. Maksud dan tujuan Penulisan naskah akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perdagangan Elektronis (e-commerce) bertujuan untuk: 1. Melakukan tinjauan, analisis kondisi, dan perkembangan perdagangan elektronis (e-commerce) di Indonesia dan dunia; 2. Melakukan tinjauan kerangka peraturan perundang-undangan mengenai tata cara pelaksanaan dan penerapan transaksi elektronis; 3. Mengembangkan tata cara pelaksanaan dan prosedur yang harus diatur dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan perkembangannya sesuai dengan kondisi yang berlaku di Indonesia; 4. Memberikan rekomendasi terstruktur (dalam pasal-pasal) bagi penyusunan RPP tentang Perdagangan Elektronis, serta amandeman UU dan PP yang dibutuhkan , kepada Kementerian Perdagangan RI.
  • 8. Ruang lingkup Ruang lingkup kegiatan penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perdagangan Elektronis ditujukan untuk: 1. Menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan dan teknis yang berlaku dan terkait bagi penerapan regulasi yang mengatur perkembangan perdagangan elektronis (e-commerce); 2. Mengembangkan prosedur dan tata cara pelaksanaan untuk meningkatkan keselarasan diantara stakeholders dari mekanisme e-commerce, meliputi: 1.Praktik bisnis yang wajar (fair business practices); 8. Aplikasi prinsip kerahasiaan (privacy setting); 2.Aksesabilitas dan disaksesabilitas; 9. Mekanisme pembayaran (payment system); 3.Periklanan dan pemasaran; 10. Mekanisme keamanan dan autentifikasi; 4.Pengungkapan identitas bisnis dan lokasi; 11. Resolusi konflik eksternal; 5.Pengungkapan mekanisme kontraktual; 12. Aplikasi kerangka hukum dan konsensus; 6.Implementasi mekanisme kesepakatan kontrak; 13. Perubahan/modifikasi tata cara pelaksanaan. 3. Memberikan rekomendasi strategis terkait penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perdagangan elektroniS yang akan menjadi dasar Peraturan Pemerintah (PP) di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
  • 9. Metodologi kegiatan Penelitian naskah akademik Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perdagangan Elektronis (e-commerce) di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dilakukan dengan kombinasi antara studi kepustakaan (aspek teoritis dan tujuan komparatif penerapan RPP e-commerce di negara lain) dan metode pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif melalui objek penelitian secara langsung dengan menggunakan metode penyebaran kuesioner, indepth interview, focus group discussion (FGD), tabulasi dan analisis data secara statistik kepada stakeholders utama yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), Bank Indonesia (BI), PPATK, YLKI, dan Penyedia web media jejaring sosial seperti Toko Bagus dan Kaskus.
  • 11. Tinjauan urgensi legislasi E-commerce Mengapa diperlukan upaya legislasi untuk e-commerce? 1. Aspek legal Mengintegrasikan berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada dan seharusnya ada; Mempromosikan persaingan usaha yang sehat di ranah dunia cyber. 2. Aspek kontrak online Standar verifikasi legalitas e-document dan tandantangan elektronik; Proteksi terhadap keamanan dan keandalan informasi; Pengembangan tugas dan tanggung jawab iklim usaha e-commerce. 3. Aspek pembayaran elektronik (e-Payment) Bagaimana melindungi konsumen dalam transaksi online dan pengaturan sistem pembayaran baru. 4. Aspek promosi e-commerce Mempromosikan keuntungan e-commerce, keterbukaan, dan pengurangan biaya dan national competitiveness.
  • 12. Tinjauan transaksi E-commerce dalam ranah hukum internasional E-Commerce mulai diperkenalkan oleh UNCITRAL (United Nation Commission on International Trade Law) pada tahun 1996, dalam bentuk rekomendasi dan hanya ditujukan murni untuk perdagangan komersial. Pada tahun 2000, European Union (EU) mulai memperkenalkan Electronic Commerce Legal Issues Platform (E-CLIP II) bersamaan dengan diperkenalkannya Electronic Commerce Directive (ECD) oleh European Commission pada KTT Lisbon (Lisbon Summit). Secara umum ruang lingkup pengaturan regulasi e-commerce berada dalam ranah hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI/IPR), Pajak, Perlindungan Konsumen, Hukum Kontrak, Pembayaran Elektronik, Hukum Perdata Internasional dan Hukum Privasi.
  • 13. Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Maju –Amerika Serikat Amerika Serikat termasuk negara pertama yang mengatur masalah e-commerce ini, dimulai pada tahun 1997, dengan 5 (lima) prinsip dasar pelaksanaan e-commerce, yaitu: 1. Sektor swasta harus memimpin sektor e-commerce ini; 2. Pemerintah harus menghindari adanya pembatasan transaksi e-commerce; 3. Saat keterilbatan pemerintah diperlukan, haruslah dalam kerangka dukungan (support) dan penegakan hukum haruslah senantiasa minimalis, konsisten, dapat diperkirakan/diperhitungkan (predictable) dan dalam lingkungan hukum komersial yang sederhana; 4. Pemerintah harus mengakui keunikan kualitas dari internet; 5. E-Commerce haruslah difasilitasi dalam kerangka global. Atas dasar prinsip pelaksanaan e-commerce tersebut, dikembangkanlah kerangka hukum e-commerce yang kemudian menjadi standar regulasi e-commerce di dunia (selain UNCITRAL), yaitu: 1. Uniform Commercial Code (UCC) untuk transaksi elektronik, dimana dinyatakan bahwa para pihak haruslah dapat melakukan hubungan bisnis di internet dengan syarat dan ketentuan apapun yang disepakati kedua pihak tersebut; 2. Perlindungan HAKI (IPR Protection), harus terbentuk adanya kesepekatan internasional terhadap pengakuan dan perlindungan HAKI; 3. Privasi, memastikan privasi individu dalam lingkungan berjaringan 4. Keamanan (security), keberadaan jaringan telekomunikasi yang aman dan andal, adanya upaya efektif untuk melindungi sistem informasi yang merupakan bagian dari jaringan tersebut, dan adanya upata efektif untuk melakukan otorisasi dan memastikan kerahasiaan dari informasi elektronik.
  • 14. Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Maju –Uni Eropa Uni Eropa (EU) sendiri telah memperkenalkan E-CLIP II dan ECD sebagai basis infrastruktur kegiatan e- commerce di EU. Keberadaan Electronic Commerce Directive (ECD) bertujuan untuk mempersiapkan EU ke knowledge based-economy dan meningkatkan kemampuan berkompetisi. ECD ini merupakan harmonisasi peraturan terkait pelaksanaan e-commerce di EU, yang meliputi area: 1. Kedudukan hukum operator; 2. Kewajiban keterbukaan bagi operator; 3. Persyaratan keterbukaan bagi komunikasi komersial; 4. Keberlakuan dan Validitas dari kontrak elektronik 5. Tanggung jawab dari perantara internet (intermediary); 6. Penyelesaian sengketa secara online; dan 7. Peran dari negara (otoritas nasional) Satu hal menarik adalah EU menetapkan domisili hukum dari operator adalah berdasarkan domisili hukum fisik dari operator tersebut, terlepas dari letak server operator tersebut.
  • 15. Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Berkembang -Korea Korea (Selatan) telah mengatur e-commerce dengan komprehensif, dibuktikan dengan telah adanya 23 regulasi terkait e-commerce, diantaranya perlindungan konsumen pada transaksi elektronik; transaksi finansial secara elektronik; promosi industri game, industri musik, industri perangkat lunak (software); pengembangan industri e-learning; perlindungan privasi lokasi; tandatangan digital; dan e-government. Satu hal menarik adalah adanya regulasi/kebijakan Pemerintah terhadap Electronic Commerce Reources Centre (ECRC) yang memiliki tujuan untuk mendukung UKM (SME) demi meningkatkan volume perdagangan.
  • 16. Tinjauan transaksi E-commerce di Negara Berkembang -ASEAN ASEAN ternyata telah memiliki e-ASEAN Legal Framework yang ditetapkan pada KTT ASEAN tahun 1999 di Manila. Tujuan dari e-ASEAN adalah mengembangkan rencana kerja komprehensif untuk pengembangan ICT (Information and Communication Technology) di bidang bisnis, masyarakat dan pemerintah. Kewajiban anggota ASEAN adalah: 1. Segera mengundangkan peraturan dan kebijakan nasional terkait transaksi e- commerce; 2. Memfasilitasi terbentuknya framework dari tandatangan digital; 3. Memfasilitasi penyelesaian, pembayaran transaksi elektronik yang bersifat regional, melalui mekanisme seperti gerbang pembayaran elektronik (electronic payment gateways) 4. Melakukan adopsi/ratifikasi terhadap perlindungan HAKI karena kegiatan e- commerce; 5. Melakukan tindakan mensosialisasikan proteksi data personal dan privasi konsumen; dan 6. Mendorong digunakannya penyelesaian sengketa alternatif (ADR) untuk transaksi online. Tahun 2001, e-ASEAN telah menerbitkan Common Reference Framework for ASEAN e-Commerce Legal Infrastructure. Framework ini akan berperan sebagai panduan bagi anggota ASEAN yang belum memiliki draft dari peraturan e-commerce.
  • 17. MATERI MUATAN RPP PERDAGANGAN ELEKTRONIS DAN KETERKAITAN DENGAN HUKUM POSITIF LAIN
  • 18. Peraturan Perundang-Undangan yang Menjadi Acuan  UU Informasi dan Transaksi Elektronik  RUU Perdagangan  RPP Penyelenggara Informasi dan Transaksi Elektronik RPP ini secara definitif sebetulnya merupakan turunan dari UU ITE yang mengamanatkan adanya pengaturan lebih lanjut terkait transaksi elektronis.
  • 19. Peraturan Perundang-Undangan yang Menjadi Referensi  UU Mata Uang  UU Transfer Dana  UU Pos  UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha yang Sehat  UU Perlindungan Konsumen  UU Tindak Pidana Pencucian Uang  RPP Penyelenggara Informasi dan Transaksi Elektronis  Peraturan BI terkait Transaksi Elektronis
  • 20. Beberapa hal yang penting tetapi tidak diatur dalam RPP ini  Sistem Penyelenggaraan E-Commerce (dalam RPP PITE)  Kontrak Elektronis (sebagian dalam RPP PITE)  Sistem Pembayaran Elektronis (dalam PBI)  National Payment Gateway (dalam PBI)  Sertifikasi Perdagangan Elektronis (diatur sebagian dalam RPP PITE, teknis lebih detail dalam Permen)  Perlindungan Konsumen (UU PK&ITE, tetapi perlu perluasan perlindungan dalam RPP ini)
  • 21. Hal yang Diatur Khusus dalam RPP ini  Subyek Hukum Perdagangan Elektronis  Hak dan Kewajiban Merchant  Hak dan Kewajiban Pelanggan  Online Dispute Resolution  Privacy Setting  Data Retention  Edukasi Konsumen  Konfirmasi Transaksi dan Retain Payment
  • 22. Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih Memerlukan Koordinasi Antar Instansi  Intermediary banking, terkait payment retention (in accordance with consumer protection) – dengan Bank Indonesia  Transaksi Elektronis, terkait Payment Gateway – dengan Kemkominfo, Bank Indonesia dan Kemenkeu  HAKI/IPR Protection, terkait perlindungan HAKI dalam perdagangan elektronis – dengan Ditjen HAKI
  • 23. Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih Memerlukan Koordinasi Antar Instansi  Pajak atas transaksi elektronis – dengan Ditjen Pajak  Online Dispute Resolution, terkait mekanisme ADR secara elektronis – dengan Kemkumham dan BANI  Sertifikasi keandalan (teknis dan ekonomi), terkait keandalan merchant dalam melakukan perdagangan – dengan Kemkominfo
  • 24. Hal-Hal yang Belum Diatur dan Masih Memerlukan Koordinasi Antar Instansi • Single Identity Number (KTP Elektronis), terkait validitas pelanggan untuk menghindari potensi fraud – dengan Kemendagri • Mata Uang untuk transaksi pembayaran, terkait UU Mata Uang – dengan BI dan Kemenkeu • Mekanisme cross-border settlement, terkait e-ASEAN – dengan Kemkominfo dan Kemenlu
  • 25. Hal-Hal yang Masih Memerlukan Perhatian • Mekanisme State Guarantee, terkait sertifikasi merchant dan pelanggan • Mekanisme Pembatasan Produk Penjualan, terkait limitasi sektoral seperti miras, senjata api, obat dengan resep dokter, dsb • Mekanisme sanksi pelanggaran, terkait jenis sanksi yang tidak terkait pidana • Mekanisme pemahaman law enforcement, untuk menghindari RPP ini beralih fungsi dari penguatan daya saing menjadi RPP represif
  • 26. Materi muatan RPP Perdagangan Elektronis  Menurut ketentuan umum naskah akademik RPP Perdagangan Elektronis, definisi Perdagangan Elektronis adalah: Perdagangan elektronis adalah pertukaran barang atau jasa melalui internet atau media elektronik lainnya meliputi komunikasi, transaksi, mekanisme pembayaran, dan penyelesaian transaksi sesuai prinsip dasar yang berlaku pada perdagangan tradisional, dimana pembeli dan penjual melakukan pertukaran barang atau jasa dengan media uang.  Tingginya keterkaitan RPP Perdagangan Elektronis dengan hukum positif, seperti UU ITE dan RPP lainnya, membuat RPP Perdagangan Elektronis lebih berfokus pada substansi perdagangan, bukan pada medium elektronis/teknis yang sudah diatur oleh Kementerian Kominfo.
  • 27. 1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis Pengaturan Badan Hukum:  RPP ini menitikberatkan pada bentuk badan hukum yang dapat menyelenggarakan perdagangan elektronis.  Bentuk bukan sebuah mandatory, melainkan perlindungan pemerintah (state guarantee) terhadap pelaku usaha yang menundukkan dirinya pada pengaturan badan hukum RPP Perdagangan Elektronis ini.  Keterkaitan sikap state guarantee dengan Lembaga Sertifikasi Keandalan, membuat RPP ini akan mengatur lebih luas kepada aspek ekonomi-perdagangan elektronis, bukan teknis seperti yang telah diatur detail dalam hukum positif lainnya.
  • 28. 1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis –cont’d Pemasaran dan Periklanan: Penyelenggara perdagangan secara elektronik harus memuat data/informasi barang dan jasa, minimal: a. Identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen dan lembaga usaha perdagangan; b. Persyaratan teknis barang atau kualifikasi/standar teknis jasa yang ditawarkan; c. Harga, cara pembayaran, dan penyerahan barang d. Domisili produsen atau lembaga usaha perdagangan; Selain itu, pelaku usaha perdagangan elektronis juga dapat mencantumkan data/informasi penting mencakup:  Perjanjian waktu dan metode pembayaran elektronis;  Keberadaan informasi mengenai persyaratan dan prosedur kontrak elektronis;  Keberadaan hak untuk membatalkan pemesanan barang bagi konsumen;  Biaya komunikasi dalam melakukan permintaan informasi terkait perdagangan elektronis;  Jangka waktu berlakunya penawaran harga;  Penjelasan tentang durasi kontrak elektronis secara permanen atau berulang;  Informasi tentang pemenuhan sertifikasi keandalan dan sertifikasi penyelenggaraan perdagangan elektronis
  • 29. 1. Penyelenggaraan Perdagangan Elektronis –cont’d Pengaturan Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur mengenai pelarangan penjualan barang-barang imitasi atas produk yang telah memiliki HAKI dengan mengacu kepada ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai HAKI.
  • 30. 2. Sertifikasi Perdagangan Elektronis  RPP ini mengarahkan pentingnya sertifikasi atas perdagangan elektronis. Terdapat 2 (dua) sertifikasi yang harus/dapat diikuti oleh pelaku usaha perdagangan elektronis, yaitu:  Sertifikasi Keandalan (diatur dalam RPP PITE);  Sertifikasi Penyelenggara Pembayaran Elektronik (yang akan diatur oleh Bank Indonesia)  Sertifikasi keandalan mencakup kelayakan teknis (infrastruktur) dan ekonomi (kemampuan ekonomi) seperti solvabilitas, rekomendasi perbankan, dan/atau laporan keuangan audited yang diaudit oleh auditor eksternal yang menunjukkan kemampuan pelaku usaha.  Sertifikasi penyelenggara pembayaran elektronik menitikberatkan eksistensi sertifikasi bagi merchant untuk menyelenggarakan pembayaran elektronik sebagai langkah meningkatkan keamanan dan kenyamanan bertransaksi online.
  • 31. 3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis  Perluasan tafsiran mengenai makna „perlindungan konsumen‟ mencakup seluruh aspek perlindungan konsumen yang melakukan perdagangan elektronis, bukan konvensional, sehingga diperlkukan implementasi perlindungan konsumen dalam koridor hukum positif lainnya.  Penguatan juga dilakukan dengan meningkatkan fungsi dan mekanisme kelembagaan yang kredibel untuk melindungi kepentingan konsumen dan pelaku usaha perdagangan elektronis dari praktik penipuan dan kejahatan elektronis.  Bentuk penguatan kelembagaan dapat melalui penguatan fungsi lembaga keandalan sebagai pihak ketiga yang mengeluarkan sertifikat digital dan menciptakan keamanan sistem penyelenggaraan elektronis mencakup 4 aspek utama yaitu authentification, integrity, non-repudation, dan confidentiality.
  • 32. 3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis Praktik bisnis yang adil (fair business practice)  RPP ini menekankan pentingnya membangun kepercayaan antara pelaku usaha dan konsumen dalam perdagangan secara elektronik melalui penerapan praktik bisnis yang adil dan tidak merugikan semua pihak.  Penguatan sistem hukum yang mengatur perlindungan kedua belah pihak, kebijakan praktis, dan keandalan proteksi dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan menjaga keseimbangan hak dan kewajiban kedua pihak dalam perdagangan elektronik  Pengembangan tujuan sesuai gagasan OECD yaitu untuk membangun pola relasi simetris antara pelaku usaha dan konsumen. Kerjasama yang efektif dari kalangan pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen sangat dibutuhkan.
  • 33. 3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis Transparansi dan pengungkapan informasi:  Pengungkapan informasi mengenai bisnis, meliputi legalitas dan identitas bisnis, domisili, alamat email atau kontak elektronik lain, nomor telepon, alamat registrasi, dan lisensi dan sertifikasi terkait yang dikeluarkan oleh otoritas berwenang (misal: dokumen izin ekspor bagi pelaku usaha yang memiliki cakupan perdagangan cross border).  Informasi mengenai barang/jasa, meliputi aksesabilitas konsumen untuk mengunduh representasi barang sebagai rujukan melakukan transaksi dan alat bukti ketika barang yang dikirim tidak sesuai dengan representasi yang telah diunduh.  Informasi mengenai transaksi, meliputi keharusan pelaku usaha perdagangan elektronik untuk merinci secara jelas dan detail terkait terms and conditions dari transaksi, termasuk seluruh biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen.
  • 34. 3. Perlindungan Konsumen Perdagangan Elektronis Aplikasi kerahasiaan atas hak-hak pribadi konsumen:  Dalam dunia cyber, hak-hak pribadi berkaitan erat dengan permasalahan perlindungan data-data pribadi karena mungkin saja data perseorangan diakses oleh pihak yang tidak berhak.  Konsep privacy rights meliputi hal: – Data perorangan yang diartikan sebagai informasi yang berkaitan erat dengan perorangan seperti data pribadi, data keadaan keuangan, rekam jejak pekerjaan, data kesehatan, dan rekam jejak kejahatan, dan – Hak perseorangan adalah hak individual untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya. Terkait informasi elektronik, hak pribadi adalah hak seseorang untuk menentukan apakah informasi pribadi dapat disebarkan atau tidak kepada pihak lain.  RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur penerapan konsep privasi yang memperhatikan aspek keamanan transaksi online secara holistik, khususnya dalam melindungi kepentingan semua pihak.
  • 35. 3. Perlindungan konsumen Perdagangan Elektronis Informasi barang/jasa: RPP Perdagangan Elektronis akan membagi persyaratan minimal informasi yang harus diberikan terkait barang dan jasa, termasuk tetapi tidak terbatas kepada:  Jenis Barang/Jasa  Bentuk/Dimensi Barang  Cara Penggunaan  Pembatasan Penggunaan  Harga total yang harus dibayar pelanggan Chargebacks RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur melalui ketentuan dari Bank Indonesia mengenai mekanisme retain payment dari konsumen ke merchant yang harus ditahan oleh penerima pembayaran elektronik sampai batas waktu tertentu (hingga produk diterima). Edukasi Pelanggan RPP Perdagangan Elektronis menekankan pentingnya pengaturan pasal secara lebih spesifik mengenai kewajiban pelaku usaha dan pemerintah untuk melindungi konsumen melalui peningkatan kesadaran konsumen terhadap penyelenggaraan perdagangan elektronik, serta peningkatan peran aktif konsumen dalam melakukan praktik bisnis melalui media elektronik.
  • 36. 4. Perlindungan bagi Penyelenggara Perdagangan Elektronis Verifikasi Identitas Pelanggan:  Untuk memastikan bahwa perlindungan terhadap merchant juga memadai, perlu adanya sebuah mekanisme yang memastikan kebenaran identitas pelanggan. Hal ini sebenarnya dapat diselesaikan dengan adanya Single Identity Number (SIN) yang masih dalam taraf perencanaan tender oleh Kemeterian Dalam Negeri.  Dapat pula diusulkan penggunaan tanda tangan elektronis untuk mempermudah integritas verifikasi pelanggan. Hanya patut dipertimbangkan mengenai populasi dari tanda tangan elektronis ini (digital signature/DS) dan penetrasi penggunaannya dalam komunitas pengguna media elektronis di Indonesia.
  • 37. 5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis Kontrak Elektronis:  Perjanjian Perdagangan Elektronis adalah bentuk perjanjian jual beli yang memiliki kekuatan hukum yang sama dengan perjanjian konvensional, dimana bukti transaksi elektronik diakui ekuivalen dengan bukti dokumen yang ditulis (Pedoman UNCITRAL)  Diperlukan ketentuan-ketentuan baru terkait perdagangan elektronik dalam koridor hukum positif di Indonesia dengan penekanan pada:  Hubungan sejajar antara pelaku usaha dan konsumen  Memberikan ruang tawar lebih luas bagi konsumen dalam format kontrak baku.  Pemberlakuan sistem “3 klik” dalam kesepakatan kontrak transaksi perdagangan elektronik.  Pengakuan tanda tangan elektronis dan data message.  Akseptabilitas penggunaan media online lain sebagai alat pembuktian kesepakatan kontrak elektronik, seperti video conference.
  • 38. 5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis Konfirmasi Jual-Beli  RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur tentang detail konfirmasi perjanjian jual beli yang harus dipenuhi oleh konsumen, sehingga konsumen tidak melakukan kesepakatan sebelum seluruh persyaratan terpenuhi.  Pengaturan mekanisme acceptance berkaitan tentang pernyataan telah diterimanya suatu penawaran oleh konsumen. Pihak yang memberikan penawaran harus menjelaskan secara terperinci metode penerimaan jika penawaran tersebut diakseptasi (dalam bentuk konfirmasi), serta harus dipastikan bahwa perjanjian online yang disepakati sudah memilki pengamanan khusus seperti tanda tangan digital (digital signature).
  • 39. 5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis Metode pembayaran  RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur tentang keamanan metode pembayaran yang dilakukan oleh konsumen, khususnya terkait keberadaan resiko pembayaran menggunakan digital, seperti penipuan menggunakan sarana perbankan (banking fraud), pembajakan kartu kredit (carding), akses ilegal ke sistem informasi, dan pencurian data.  Dapat dikaji pendirian dan pengembangan sistem national payment gateway sebagai model pembayaran alternatif.  Eksistensi dan pengaturan model bisnis national payment gateway diharapkan dapat meningkatkan aspek kenyamanan dan keamanan bertransaksi secara elektronik dalam lingkup B2B, B2C, dan C2C.
  • 40. 5. Transaksi pada Perdagangan Elektronis Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Perdagangan Elektronik:  Penyelenggara perdagangan elektronis yang bekerjasama dengan penyedia jasa keuangan (PJK) untuk penyelesaian pembayaran transaksi wajib memastikan PJK memiliki tingkat kesehatan yang baik sesuai penilaian berkala oleh otoritas pengawas terkait.  Penyelenggara perdagangan elektronis wajib melakukan due diligence untuk menilai tingkat kepatuha PJK terhadap peraturan berlaku.  Penyelenggara perdagangan elektronis wajib membuat perjanjian kerjasama yang memenuhi arm’s length principle dengan PJK sebelum memulai kerjasama dalam penyelesaian transaksi pembayaran.
  • 41. 6. Penyelesaian sengketa Perdagangan Elektronis Mekanisme penyelesaian sengketa: RPP Perdagangan Elektronis akan menitikberatkan kepada mekanisme ADR (Alternative Dispute Resolution), termasuk mediasi, negosiasi dan arbitrase terhadap semua hubungan yang bersifat privat. Sementara hubungan publik akan diarahkan langsung kepada mekanisme pengadilan. Mekanisme Online Dispute Resolution (ODR):  RPP Perdagangan Elektronis menekankan pentingnya kebebasan mengakses informasi yang jelas dan benar tentang prosedur ODR, peningkatan kemampuan teknikal konsumen, dan pemahaman terhadap keberadaan payung hukum tentang prosedur ODR terkait dengan perdagangan elektronik.  ODR sendiri belum memiliki payung hukum positif di Indonesia dimana pengarahan pengaturan ODR sebaiknya ditempatkan di bawah koordinasi BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) sebagai pihak yang memiliki kewenangan melakukan ADR (Alternative Dispute Resolution) di Indonesia.  ODR akan diatur sebagai berikut: 1) Pengaturan mengenai Metoda Konsensual, dan 2) Pengaturan mengenai Metoda Ajudikatif.
  • 42. 6. Penyelesaian Sengketa Perdagangan Elektronis Mekanisme ganti rugi lintas negara (ASEAN):  Pentingnya pengaturan kesepakatan mekanisme ganti rugi lintas negara (cross border redress), khususnya mendukung kebijakan pasar tunggal dan penerapan jaringan komunikasi lintas regional melalui e-ASEAN  Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dalam perdagangan elektronis, karena dimungkinkan adanya cross border complaint  meningkatkan posisi tawar konsumen terhadap pelaku usaha (vendor) yang berdomisili di negara lain.  Penguatan regulasi dan aspek kelembagaan terutama sinkronisasi kebijakan perlindungan konsumen lintas negara ASEAN dibutuhkan untuk menciptakan iklim bisnis online yang efektif mendorong peningkatan volume perdagangan dan daya saing nasional dan regional.
  • 43. SANKSI  RPP Perdagangan Elektronis akan mengatur mengenai sanksi administratif bagi pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan perdagangan elektronik, baik bagi penyelenggara (merchant) maupun bagi pelanggan (consumer).  Sanksi yang akan dijatuhkan kepada merchant berupa denda administratif, peringatan di web merchant sampai kepada pembekuan kegiatan perdagangan elektronis.  Sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelanggan berupa denda administratif, peringatan di web merchant (blacklist) sampai dengan pelarangan transaksi melalui perdagangan elektronis.
  • 46. BRIEF PROFILE: Aji Jaya Bintara, MSM is a managing director of Strategic Development Institute (SDI) and lecturer at Accounting program in Faculty of Economic and Business, University of Indonesia, where He specializes in Banking, Restructuring, and Strategic Management. He has advised clients and involved in multidisciplines background and various areas, such as corporate restructuring, strategic planning and execution, feasibility study, and capital raising program. His clients comes from various industries such as mining and coal, transportation, manufactures, media, automotive, and heath care business. He also involves in publishing Strategic Development Institute (SDI) articles, learning center and social relations programs, strategy handbook, and corporate governance studies and research. He obtained Master of Science Management degree and Bachelor degree on Economics with Cumlaude Honors (best graduate), both from Faculty of Economics University of Indonesia (FEUI). Previously, he worked for multinational consultancy firms such as Ernst &Young and KPMG, and his last professional positions as an expert staff of SME/Commercial Director of Commonwealth Bank of Australia.
  • 47. BRIEF PROFILE: W.P Yudiantoro, Senior Consultant on Strategic Development Institue, a Governance Consultant with broad experience on Policy & Regulation Making, Boards (BoD & BoC) Role and Responsibilities. Focus on SoE (BUMN) Governance. Vast experiences in energy, telecommunication and broadcasting industries Strong background in corporate law and corporate action, especially in Board engagement, Board role and responsibilities, Decision Making Process, Business Plan Development, Corporate Compliance, Corporate Governance and Code of Conduct Development. Currently act as Expert on Governance, Regulation and Policy for Board of Governor TVRI and Member of Compliance Committee PT Pembangkitan Jawa-Bali. Also act as Strategic Supervisory Board for PT Perusahaan Listrik Negara Projects on becoming Non-Listed Public Company (NLPC)
  • 48. BRIEF PROFILE: Viktor Fanggidae, consultant at Strategic Development Institute, with research interest spanned from Information technology, business systems to banking regulations and financial systems. Obtained his bachelor of computer science, he furthered his study in business system analysis and awarded a high distinction award in Masters of Business Systems at Monash University, Melbourne. Combining his micro knowledge in IT and meso skills in business process analysis, currently Viktor moving into the more macro domain of regulations and financial systems, particularly in banking, and presently serving as the unit head of policy review and regulatory compliance at the Commonwealth Bank of Australia, Jakarta.

Notas del editor

  1. Saatini, progress penciptaan Single Identity Number (SIN) diKementerianDalamNegerimasihberjalandengan target:2011: Penyebarandi 157 kabupaten/kota2012: Penyebarandi 300 kabupaten/kotaSesuaidengan PP tahun 2011 tentangNomorIndukKependudukan