SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Sri Hardaningsih : Pengendalian Penyakit Embun Tepung Yang Disebabkan Oleh Erysiphe Polygoni Dan Penyakit Layu Yang Disebabkan
Oleh Rhizoctonia Solani Dan Sclerotium Rolfsii Pada Tanaman Kacang Hijau



    PENGENDALIAN PENYAKIT EMBUN TEPUNG YANG DISEBABKAN OLEH
Erysiphe Polygoni DAN PENYAKIT LAYU YANG DISEBABKAN OLEH Rhizoctonia
       Solani DAN Sclerotium Rolfsii PADA TANAMAN KACANG HIJAU



                                                   Sri Hardaningsih
                                 Balai Penelitian Tanaman Kacang Dan Ubi Malang


                                                         ABSTRAK

       Penyakit embun tepung yang disebabkan oleh Erysiphe polygoni dan penyakit layu yang disebabkan R.
       solani dan Sclerotium rolfsii merupakan penyakit penting pada tanaman kacang hijau dengan
       kehilangan hasil 30 – 100% pada varietas rentan dan tanpa tindakan pengendalian. Ampelomyces
       quisqualis dan Phoma sp. merupakan mikoparasit yang mampu menghambat perkembangan jamur
       embun tepung pada kacang hijau. Pada penelitian pengendalian penyakit utama kacang hijau kedua
       mikoparasit tersebut di atas digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur embun tepung,
       sedangkan Trichoderma terpilih dari uji koloni ganda dan 2 isolat yang sudah ada diuji efektivitasnya
       terhadap patogen penyebab layu, R. solani dan S. rolfsii di rumah kasa Balitkabi Malang pada musim
       penghujan 2003. Ternyata Trichoderma sp. tidak cukup kuat menekan serangan layu di lapangan baik
       melalui perawatan benih maupun tabur di sekeliling tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam
       dengan kondisi sering hujan. A. quisqualis dan Phoma sp. mampu menghambat pertumbuhan E. polygoni
       terbukti kedua mikoparasit terbentuk normal dalam lingkungan tumbuh dalam rumah kasa. Ternyata
       perlakuan fungisida hexaconale menekan pertumbuhan jamur parasit Ampelomyces dan Phoma sampai
       100%.

       Kata kunci : Jamur parasit /antagonis, pengendalian hayati, embun tepung/layu



                                                        ABSTRACT

       The experiment was to find effective parasitic fungi to suppress powdery mildew development and
       effectively application of antagonistic fungi for suppress wilt incidence of R. solani dan S. rolfsii.
       The parasitic fungi, A. quisqualis and Phoma sp. as spray application on powdery mildew infected
       leaves and hexaconazole used in screenhouse test for controlling powdery mildew fungus (Erysiphe
       polygoni). The selected Trichoderma harzianum was tested in screen house and field for managing
       wilt pathogens. The result of the experiment was the picnidia of the two mycoparasites formed
       normally and not significant in number in the screenhouse scale, but spraying hexaconazole for
       controlling powdery mildew, suppressed 100% both Ampelomyces and Phoma. T. harzianum as
       antagonistic fungi was not effective controlling wilt incidence in the field in rainy condition.

       Keywords Parasitic/antagonistic fungi, biological control, powdery mildew/wilt diseases



                                                    PENDAHULUAN
        Penyakit embun tepung (Erysiphe polygoni) dan penyakit tular tanah (Sclerotium rolfsii,
Rhizoctonia solani, Fusarium, Pythium) merupakan gangguan utama pada tanaman kacang hijau di
Indonesia (Semangun, 2008; Sri Hardaningsih dan Yusmani, 2001). Pengendalian penyakit daun dan tular
tanah yang umum dilakukan adalah menanam varietas tahan penyakit, pengendalian secara kultur teknik
                                                             15
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011



dan menggunakan fungisida. Di samping itu sekarang dikembangkan cara pengendalian lain yaitu
pengendalian penyakit secara hayati menggunakan musuh alaminya yang menurut Cook dan Baker (1983)
dianggap paling baik sebab mudah, dapat berkembang sendiri dan aman bagi lingkungan.
         Penggunaan jamur parasit Ampelomyces quisqualis dan Phoma sp. dilaporkan efektif terhadap
jamur embun tepung (Barnet dan Hunter, 1972), sehingga untuk menekan perkembangan jamur embun
tepung diperlukan uji efektivitas kedua jamur parasit yang telah ditemukan dan diperoleh isolatnya (Sri
Hardaningsih, 2001; Sri Hardaningsih dan Yusnawan, 2002). Beberapa isolat jamur Trichoderma spp.,
ternyata cukup efektif menekan perkembangan jamur R. solani dan S. rolfsii di laboratorium (Sri
Hardaningsih dan Yusmani, 2001; Sri Hardaningsih dan Yusnawan, 2002), sehingga diperlukan penelitian
lapangan untuk menguji efektivitas jamur antagonis terhadap jamur-jamur patogen kacang hijau (R.
solani, dan S. rolfsii),

                                                METODOLOGI PENELITIAN
1. Penggunaan jamur parasit A. quisqualis dan Phoma sp. untuk pengendalian         penyakit embun
    tepung
        Percobaan dilaksanakan di rumah kasa Balitkabi pada musim penghujan 2003 menggunakan
tanaman dalam pot (5 kg tanah tanpa disterilkan) dengan 5 tanaman / pot menggunakan kacang hijau
varietas Walet. Rancangan percobaan acak lengkap dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas: 1.
Ampelomyces disemprotkan pada daun terserang, 2. Phoma sp. disemprotkan pada daun terserang, 3.
Fungisida hexaconazole disemprotkan pada daun terserang, 4. Tanpa jamur parasit/fungisida.
Penyemprotan mikoparasit dan fungisida pada waktu 50% daun-daun terserang embun tepung dan daun
masih segar, yaitu kira-kira umur 45 hari. Konsentrasi spora A. quisqualis dan Phoma sp. sebanyak
104/ml dan konsentrasi hexaconazole sebanyak 0,1 ml/l. Sebagai tolok ukur tingkat parasitisasi
mikoparasit terhadap jamur embun tepung diamati jumlah badan buah mikoparasit yang terbentuk pada
daun tanpa harus mengamati intensitas atau prosentase serangan embun tepung yang sulit diamati.
Dengan banyaknya badan buah mikoparasit yang terbentuk maka cukup tinggi tingkat parasitisasinya.
2. Pengendalian penyakit tular tanah S. rolfsii dan R. solani menggunakan jamur antagonis
    a.Percobaan rumah kasa
         Isolat Trichoderma terpilih dari uji laboratorium dan 2 isolat yang sudah ada diuji
efektivitasnya terhadap patogen R. solani dan S. rolfsii.. Rancangan percobaan acak kelompok, empat
ulangan. Perlakuan terdiri atas: 1. Perawatan benih dengan konidia Trichoderma sp. 1 dalam media
jagung; 2. Perawatan benih dengan konidia Trichoderma sp 2 dalam media jagung; 3. Perawatan benih
dengan konidia Trichoderma sp 3 dalam media jagung; 4. Konidia Trichoderma sp. 1 dalam media jagung
ditabur di pangkal batang tanaman umur 2 mst ; 5. Konidia Trichoderma sp. 2 dalam media jagung
ditabur di pangkal batang tanaman pada umur 2 mst ; 6. Konidia Trichoderma sp. 3 dalam media jagung
ditabur di pangkal batang tanaman umur 2 mst; 7. Kontrol tanpa perlakuan benih/tabur. Kerapatan
konidia yang digunakan adalah 106 konidia/ml. Benih kacang hijau varietas Walet ditanam dalam pot
(berisi 5 kg tanah steril) dengan jumlah tanaman per pot adalah lima tanaman. Dilakukan pengamatan:
tingkat serangan layu dan daya hambat Trichoderma terhadap R. solani dan S. rolfsii. Inokulasi jamur
patogen R. solani, dan S. rolfsii pada waktu tanaman berumur satu minggu dengan konidia berasal dari
biakan agar umur satu minggu dengan cara menabur biakan pada pangkal batang tanaman. Pengamatan
dilakukan setiap minggu sampai empat minggu yang dimulai satu minggu setelah penaburan.
    b. Percobaan lapangan
        Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Kendalpayak dengan rancangan percobaan acak
kelompok, tiga ulangan menggunakan varietas Kenari. Perlakuan adalah isolat Trichoderma sp. terpilih
(isolat 4) dengan perlakuan perawatan benih (300 gram/kg benih) dan ditabur di sekeliling tanaman
(300 gram/20 m2). Perlakuan terdiri atas: 1. Perawatan benih dengan konidia Trichoderma sp. dalam

                                                           16
Sri Hardaningsih : Pengendalian Penyakit Embun Tepung Yang Disebabkan Oleh Erysiphe Polygoni Dan Penyakit Layu Yang Disebabkan
Oleh Rhizoctonia Solani Dan Sclerotium Rolfsii Pada Tanaman Kacang Hijau



media jagung; 2. Konidia Trichoderma sp. dalam media jagung ditabur di pangkal batang tanaman umur
dua minggu; 3. Kontrol tanpa perlakuan benih/tabur. Luas petak 4 m x 5 m, jarak tanam 40 cm x 10 cm
(2 tanaman/lubang). Tidak dilakukan inokulasi jamur patogen karena diperkirakan serangan layu mulai
muncul setelah tanaman umur 14 hari (lokasi percobaan adalah daerah endemis penyakit layu). Tingkat
serangan layu dan daya hambat jamur antagonis terhadap patogen diamati setiap minggu, dimulai sejak
dua minggu setelah perlakuan. Setelah diamati tanaman layu dicabut untuk diidentifikasi penyebab
penyakitnya.

                                             HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penggunaan jamur parasit A. quisqualis dan Phoma sp. untuk pengendalian jamur embun tepung
       Pengamatan pada daun terserang embun tepung dan terparasit jamur dengan menggunakan
mikroskop pembesaran 400 X per 0,04 cm2 menunjukkan bahwa antara perlakuan yang disemprot
dengan Ampelomyces dan Phoma jumlah mikoparasitnya sama tidak menunjukkan perbedaan nyata, yaitu
dengan penyemprotan Ampelomyces 277,12 dan dengan penyemprotan Phoma sp. 279,5 dibandingkan
dengan daun yang disemprot hexaconazole dan tanpa perlakuan 0, samasekali tidak terbentuk
mikoparasit (Tabel 1).

                Tabel 1. Jumlah A. quisqualis dan Phoma sp. per 0,04 cm2 pada var Walet

                              Perlakuan                                  Jumlah mikroplast/0.04 cm2
          Ampelomyces quisqualis                                                    277.12a
          Phoma sp                                                                  279.50a
          Hexaconazole                                                                    0b
          Tanpa perlakuan                                                                 0b
          BNT 5%                                                                     18,75
          K.K. (%)                                                                   10,95

2. Pengendalian penyakit tular tanah Sclerotium rolfsiii dan Rhizoctonia solani menggunakan jamur
    antagonis
    a. Percobaan rumah kasa
        Daya hambat jamur Trichoderma isolat 1, 4 dan 11 terhadap R. solani berkisar antara 96,43 –
100% (dengan perawatan benih) dan 92,86 – 96,83% (dengan ditabur). Sedangkan untuk S. rolfsii
antara 85,71 – 89,29% (dengan perawatan benih) dan antara
         78,57 – 100% untuk perlakuan ditabur (Tabel 2).
        Hasil pengamatan jumlah tanaman layu per pot ditunjukkan pada Tabel 2. Tingkat penyakit layu
adalah persentase tanaman layu (jumlah tanaman layu/ jumlah tanaman total). Daya hambat antagonis
adalah persentase tanaman sehat (jumlah tanaman sehat/jumlah tanaman total). Dengan jumlah
tanaman diteliti 5 tanaman/pot, jumlah layu S. rolfsii tertinggi hanya mencapai satu tanaman per pot.
Diantara perlakuan pengendalian tidak terdapat perbedaan nyata dengan kontrol tanpa pengendalian.
Jumlah tanaman layu yang rendah diduga karena propagul sklerosia S. rolfsii yang diinokulasikan pada
media tanam tidak berkembang dengan baik. Rendahnya inokulum sesuatu penyebab penyakit layu di
dalam tanah dibanding tanah yang lain disekitarnya disebabkan oleh adanya faktor penekanan dari
dalam tanah itu sendiri (suppressive soils) yang diduga disebabkan tingginya kandungan kombinasi
antara kalsium dengan tingginya populasi mikroorganisme ( Kao dan Ko, 1986; Chuang dan Ko, 1988).




                                                             17
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011



        Tabel 2. Tingkat serangan layu dan daya hambat Trichoderma terhadap R. solani dan
                 S. rolfii pada kacang hijau di rumah kasa Balitkabi 2003.
        Perlakuan                                Tingkat penyakit layu (%)   Daya hambat antagonis(%)
        1. Tanpa Trich tanpa patg *                           0       c               100    a
        2. T1 + R.s. perwt benih                              3,57 bc                  96,43 ab
        3. T4 + R.s. perwt benih                              0       c               100     a
        4. T11 + R.s. perwt benih                             0       c               100     a
        5. T1 + R.s. tabur                                    7,14 bc                  92,86 ab
        6. T4 + R.s. tabur                                    7,14 bc                  92,86 ab
        7. T11 + R.s. tabur                                  3,57 bc                   96,83 ab
        8. T1 + S.r. perwt benih                             7,14 bc                   92,86 ab
        9. T4 + S.r. perwt benih                            10,71 bc                   89,29 abc
        10.T11+ S.r. perwt benih                            10,72 bc                   89,28 abc

        11.T1 + S.r. tabur                                   14,29 ab                  85,71 bc
        12.T4 + S.r. tabur                                    0       c               100    a
        13.T11+ S.r. tabur                                   21,43 a                   78,57   c
        14. Tanpa Trich / patg *                              0       c               100    a
        BNT 5%
        K.K. (%)

      Keterangan : * patg = patogen

    b. Percobaan lapangan
        Tingkat serangan layu pada awal pertumbuhan kacang hijau sangat rendah, tetapi setelah
tanaman umur satu bulan tingkat serangan layu sangat tinggi disebabkan inokulum patogen berkembang
karena dipacu oleh kelembaban tinggi akibat hujan. Dari hasil identifikasi tanaman layu tersebut
mayoritas disebabkan oleh S. rolfsii dan sebagian kecil disebabkan R. solani dan Fusarium sp.
Perlakuan jamur antagonis pada tanaman kacang hijau terserang layu di KP Kendalpayak, baik dengan
cara perawatan benih maupun tabur setelah umur dua minggu ternyata tidak dapat menekan serangan
layu akibat S. rolfsii atau R. solani. Diduga hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah inokulum jamur
layu akibat sering turun hujan yang berakibat sangat kondusif untuk perkembangan. Dan hilangnya sifat
antagonis dari jamur terserang pada lahan akibat tercuci air hujan, sehingga daya hambat jamur
antagonis menjadi menurun pada umur 50 hari sangat rendah (Tabel 3).

              Tabel 3 Tingkat serangan layu, daya hambat Trichoderma terhadap jamur layu
                      dan berat biji/plot kacang hijau varietas Kenari. KP Kendalpayak 2003

               Perlakuan                                   Tk ser layu (%)          Dya hambat (%)
    Trichoderma dg perwt benih                                 87,63                   12,37 a
    Trichoderma ditabur                                        90,83                     9,17 a
    Tanpa perlakuan                                            84,06                    15,94 a
    BNT 5%                                                                              11,62
    K.K. (%)                                                                            41,02

        Ketidak berhasilan jamur antagonis dalam menghambat atau mematikan jamur patogen
disebabkan jamur tersebut tidak mampu membentuk antibiotik dalam jumlah cukup karena kurangnya
suplai nutrisi dalam tanah dan kompetisi dengan mikroorganisme lain (Brian, 1957; Lockwood dan
Filonow, 1981) selain itu keberadaan jamur antagonis tersebut juga tergantung keadaan iklim (air, suhu,
radiasi), vegetasi dan tindakan kultur teknik (Ko, 1992).

                                                                18
Sri Hardaningsih : Pengendalian Penyakit Embun Tepung Yang Disebabkan Oleh Erysiphe Polygoni Dan Penyakit Layu Yang Disebabkan
Oleh Rhizoctonia Solani Dan Sclerotium Rolfsii Pada Tanaman Kacang Hijau



                                               KESIMPULAN
        Mikoparasit A. quisqualis dan Phoma sp. mampu menghambat pertumbuhan E. polygoni karena
terbukti piknidia dari kedua mikoparasit tersebut terbentuk cukup banyak (A. quisqualis : 277.12 dan
Phoma sp. : 279.50) sehingga mampu mengendalikan serangan embun tepung. Perlakuan fungisida
hexaconale menekan pertumbuhan E. polygoni maupun jamur parasit Ampelomyces dan Phoma sampai
100%. Jamur antagonis Trichoderma harzianum tidak efektif menekan serangan layu di lapangan baik
melalui perawatan benih maupun tabur di sekeliling tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam dengan
kondisi sering hujan.

                                                  DAFTAR PUSTAKA
Barnet, H.L. and B.B. Hunter, 1972, Illustrated Genera of Imperfect Fungi.Third
      Edt. Burgess Publishing Company. 241 p.
Brian, P.W. 1957. The Ecological Significance of Antibiotic Production. In Microbiology, (eds, R.E.O.
        Williams and C.C. Spicer) pp. 168-188. Symposium of the Society for General Microbiology,
        Cambridge University Press. London.
Chuang, T.Y. and Ko, W.H. (1988). Rhizoctonia solani-suppressive soils : Detection by Chlamydospore
       Germination. Annals of the Phytopathological Society of Japan 54 : 158-183.
Cook, R.J. and K.F. Baker. 1983. The Nature of Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The
       APS Press, St. Paul, Minnesota. 53 p.
Kao, C.W. and Ko, W.H. 1986. Suppression of Pythium splendens in Hawaian Soils by Calcium and
       Microorganisms. Phytopathology 76 : 215-220.
Ko, W.H.. 1992. Biological Control of Plant Pathogens in the Tropics. In Peters A.C.Ooi, Guan-Soon Lim
       and Paul S. Teng (eds.) Biological Control : Issues in the Tropics. Proceeings of the Biological
       Control Session 3rd Int. Conf. Prot. In the Tropics : 31-35. Malaysian Plant Protection Society
       (MAPPS).
Lockwood, J.L. and Filonow, A.B. 1981. Responses of Fungi to Nutrient-limiting Conditions and to
      Inhibitory Substances in Natural Habitats. Advances in Microbial Ecology 5 :1-6.
.Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press.
       449 hlm.
Sri Hardaningsih dan Yusmani, 2001. Identifikasi Jamur Antagonis untuk Pengendalian Jamur Tular
       Tanah pada Tanaman Kedelai. Laporan Teknik Tahun 2000. Balitkabi.
Sri Hardaningsih, 2001. Jamur parasit Ampelomyces pada beberapa tanaman gulma (Laporan Hasil
       Pengamatan survey 2002)..
---------------------- dan Yusnawan, 2002. Identifikasi Penyakit Layu pada Tanaman Kacang Hijau di
         Instalasi Penelitian Balitkabi Malang. Malakah disampaikan pada Seminar Nasional PEI dan PFI
         di UNSOED, Purwokerto 7 September 2002. 7 hlm.
.




                                                             19
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011




       Gambar 1. Serangan Phytophthora sp.                 Gambar 2. Serangan Erysiphe polygoni




                           Gambar 3. Daun Andrographis sp. terserang E. polygoni dan
                                     terparasit oleh A. quisqualis




                                                           20

More Related Content

What's hot

Teknik penanaman melon
Teknik penanaman melonTeknik penanaman melon
Teknik penanaman melonsucielshi
 
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Yogi Nugraha
 
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisPengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisTidar University
 
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit TrepaduTeknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit TrepaduPuan Habibah
 
Dipt 01 penyakit - arti penting
Dipt 01 penyakit - arti pentingDipt 01 penyakit - arti penting
Dipt 01 penyakit - arti pentingAndrew Hutabarat
 
9.pengendalian mikroorganisme
9.pengendalian mikroorganisme9.pengendalian mikroorganisme
9.pengendalian mikroorganismeLutfii Kmuhh
 
bioteknologi HPT cabai
bioteknologi HPT cabaibioteknologi HPT cabai
bioteknologi HPT cabaiFarid Habibi
 
Dipt 04 diagnosis penyakit
Dipt 04 diagnosis penyakitDipt 04 diagnosis penyakit
Dipt 04 diagnosis penyakitAndrew Hutabarat
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANdyahpuspita73
 
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...UNESA
 
Budidaya cabai
Budidaya cabaiBudidaya cabai
Budidaya cabaiMasngad
 

What's hot (20)

Jurnal agrobacterium
Jurnal agrobacteriumJurnal agrobacterium
Jurnal agrobacterium
 
Teknik penanaman melon
Teknik penanaman melonTeknik penanaman melon
Teknik penanaman melon
 
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
 
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisPengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
 
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit TrepaduTeknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
Teknologi Budidaya Tanaman Dengan Pengendalian Hama dan Penyakit Trepadu
 
Trichokompos power point
Trichokompos power pointTrichokompos power point
Trichokompos power point
 
Uji biokimiawi
Uji biokimiawiUji biokimiawi
Uji biokimiawi
 
Trichoderma
TrichodermaTrichoderma
Trichoderma
 
Dipt 01 penyakit - arti penting
Dipt 01 penyakit - arti pentingDipt 01 penyakit - arti penting
Dipt 01 penyakit - arti penting
 
9.pengendalian mikroorganisme
9.pengendalian mikroorganisme9.pengendalian mikroorganisme
9.pengendalian mikroorganisme
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
bioteknologi HPT cabai
bioteknologi HPT cabaibioteknologi HPT cabai
bioteknologi HPT cabai
 
Dipt 04 diagnosis penyakit
Dipt 04 diagnosis penyakitDipt 04 diagnosis penyakit
Dipt 04 diagnosis penyakit
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
Artikel Ilmiah: Uji Resistensi Bakteri Pada Bubur Kacang Hijau Terhadap Antib...
 
Insektisida alami
Insektisida alamiInsektisida alami
Insektisida alami
 
MATERI UKK
MATERI UKKMATERI UKK
MATERI UKK
 
155 budi daya kacang tanah
155 budi daya kacang tanah155 budi daya kacang tanah
155 budi daya kacang tanah
 
mikrobiologi
mikrobiologimikrobiologi
mikrobiologi
 
Budidaya cabai
Budidaya cabaiBudidaya cabai
Budidaya cabai
 

Similar to Pengendalian Penyakit Embun Tepung dan Layu pada Tanaman Kacang Hijau

5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera lituraxie_yeuw_jack
 
Jurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanJurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanAbd Wahid
 
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Operator Warnet Vast Raha
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelaixie_yeuw_jack
 
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelaixie_yeuw_jack
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigeraxie_yeuw_jack
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanAli Babang
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Uji Antagonisme Trichoderma harzianum Dan Azotobacter chroococcum.pptx
Uji Antagonisme Trichoderma harzianum Dan Azotobacter chroococcum.pptxUji Antagonisme Trichoderma harzianum Dan Azotobacter chroococcum.pptx
Uji Antagonisme Trichoderma harzianum Dan Azotobacter chroococcum.pptxMuhammadJasir4
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-noneAndrew Hidayat
 
Teknis budidaya kentang
Teknis budidaya kentangTeknis budidaya kentang
Teknis budidaya kentangsujononasa
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011xie_yeuw_jack
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxkaekae27
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacanganxie_yeuw_jack
 

Similar to Pengendalian Penyakit Embun Tepung dan Layu pada Tanaman Kacang Hijau (20)

5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura
 
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
 
Pekerti gitam adura
Pekerti gitam aduraPekerti gitam adura
Pekerti gitam adura
 
Jurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanJurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawan
 
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai
 
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai6 suharsono-kepakaan galur kedelai
6 suharsono-kepakaan galur kedelai
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
 
Folicur 250 EC-Bams
Folicur 250 EC-BamsFolicur 250 EC-Bams
Folicur 250 EC-Bams
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanaman
 
14bookcabe
14bookcabe14bookcabe
14bookcabe
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Uji Antagonisme Trichoderma harzianum Dan Azotobacter chroococcum.pptx
Uji Antagonisme Trichoderma harzianum Dan Azotobacter chroococcum.pptxUji Antagonisme Trichoderma harzianum Dan Azotobacter chroococcum.pptx
Uji Antagonisme Trichoderma harzianum Dan Azotobacter chroococcum.pptx
 
Makalah hortikultura
Makalah hortikulturaMakalah hortikultura
Makalah hortikultura
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-none
 
Teknis budidaya kentang
Teknis budidaya kentangTeknis budidaya kentang
Teknis budidaya kentang
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
jamur Trichoderma 2
jamur Trichoderma 2jamur Trichoderma 2
jamur Trichoderma 2
 

More from xie_yeuw_jack

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwxie_yeuw_jack
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagarxie_yeuw_jack
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puruxie_yeuw_jack
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccanixie_yeuw_jack
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabatixie_yeuw_jack
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang baranganxie_yeuw_jack
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning tehxie_yeuw_jack
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2xie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---okxie_yeuw_jack
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabacixie_yeuw_jack
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanahxie_yeuw_jack
 

More from xie_yeuw_jack (20)

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
12 sampul belakang
12 sampul belakang12 sampul belakang
12 sampul belakang
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 

Pengendalian Penyakit Embun Tepung dan Layu pada Tanaman Kacang Hijau

  • 1. Sri Hardaningsih : Pengendalian Penyakit Embun Tepung Yang Disebabkan Oleh Erysiphe Polygoni Dan Penyakit Layu Yang Disebabkan Oleh Rhizoctonia Solani Dan Sclerotium Rolfsii Pada Tanaman Kacang Hijau PENGENDALIAN PENYAKIT EMBUN TEPUNG YANG DISEBABKAN OLEH Erysiphe Polygoni DAN PENYAKIT LAYU YANG DISEBABKAN OLEH Rhizoctonia Solani DAN Sclerotium Rolfsii PADA TANAMAN KACANG HIJAU Sri Hardaningsih Balai Penelitian Tanaman Kacang Dan Ubi Malang ABSTRAK Penyakit embun tepung yang disebabkan oleh Erysiphe polygoni dan penyakit layu yang disebabkan R. solani dan Sclerotium rolfsii merupakan penyakit penting pada tanaman kacang hijau dengan kehilangan hasil 30 – 100% pada varietas rentan dan tanpa tindakan pengendalian. Ampelomyces quisqualis dan Phoma sp. merupakan mikoparasit yang mampu menghambat perkembangan jamur embun tepung pada kacang hijau. Pada penelitian pengendalian penyakit utama kacang hijau kedua mikoparasit tersebut di atas digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur embun tepung, sedangkan Trichoderma terpilih dari uji koloni ganda dan 2 isolat yang sudah ada diuji efektivitasnya terhadap patogen penyebab layu, R. solani dan S. rolfsii di rumah kasa Balitkabi Malang pada musim penghujan 2003. Ternyata Trichoderma sp. tidak cukup kuat menekan serangan layu di lapangan baik melalui perawatan benih maupun tabur di sekeliling tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam dengan kondisi sering hujan. A. quisqualis dan Phoma sp. mampu menghambat pertumbuhan E. polygoni terbukti kedua mikoparasit terbentuk normal dalam lingkungan tumbuh dalam rumah kasa. Ternyata perlakuan fungisida hexaconale menekan pertumbuhan jamur parasit Ampelomyces dan Phoma sampai 100%. Kata kunci : Jamur parasit /antagonis, pengendalian hayati, embun tepung/layu ABSTRACT The experiment was to find effective parasitic fungi to suppress powdery mildew development and effectively application of antagonistic fungi for suppress wilt incidence of R. solani dan S. rolfsii. The parasitic fungi, A. quisqualis and Phoma sp. as spray application on powdery mildew infected leaves and hexaconazole used in screenhouse test for controlling powdery mildew fungus (Erysiphe polygoni). The selected Trichoderma harzianum was tested in screen house and field for managing wilt pathogens. The result of the experiment was the picnidia of the two mycoparasites formed normally and not significant in number in the screenhouse scale, but spraying hexaconazole for controlling powdery mildew, suppressed 100% both Ampelomyces and Phoma. T. harzianum as antagonistic fungi was not effective controlling wilt incidence in the field in rainy condition. Keywords Parasitic/antagonistic fungi, biological control, powdery mildew/wilt diseases PENDAHULUAN Penyakit embun tepung (Erysiphe polygoni) dan penyakit tular tanah (Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia solani, Fusarium, Pythium) merupakan gangguan utama pada tanaman kacang hijau di Indonesia (Semangun, 2008; Sri Hardaningsih dan Yusmani, 2001). Pengendalian penyakit daun dan tular tanah yang umum dilakukan adalah menanam varietas tahan penyakit, pengendalian secara kultur teknik 15
  • 2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 dan menggunakan fungisida. Di samping itu sekarang dikembangkan cara pengendalian lain yaitu pengendalian penyakit secara hayati menggunakan musuh alaminya yang menurut Cook dan Baker (1983) dianggap paling baik sebab mudah, dapat berkembang sendiri dan aman bagi lingkungan. Penggunaan jamur parasit Ampelomyces quisqualis dan Phoma sp. dilaporkan efektif terhadap jamur embun tepung (Barnet dan Hunter, 1972), sehingga untuk menekan perkembangan jamur embun tepung diperlukan uji efektivitas kedua jamur parasit yang telah ditemukan dan diperoleh isolatnya (Sri Hardaningsih, 2001; Sri Hardaningsih dan Yusnawan, 2002). Beberapa isolat jamur Trichoderma spp., ternyata cukup efektif menekan perkembangan jamur R. solani dan S. rolfsii di laboratorium (Sri Hardaningsih dan Yusmani, 2001; Sri Hardaningsih dan Yusnawan, 2002), sehingga diperlukan penelitian lapangan untuk menguji efektivitas jamur antagonis terhadap jamur-jamur patogen kacang hijau (R. solani, dan S. rolfsii), METODOLOGI PENELITIAN 1. Penggunaan jamur parasit A. quisqualis dan Phoma sp. untuk pengendalian penyakit embun tepung Percobaan dilaksanakan di rumah kasa Balitkabi pada musim penghujan 2003 menggunakan tanaman dalam pot (5 kg tanah tanpa disterilkan) dengan 5 tanaman / pot menggunakan kacang hijau varietas Walet. Rancangan percobaan acak lengkap dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas: 1. Ampelomyces disemprotkan pada daun terserang, 2. Phoma sp. disemprotkan pada daun terserang, 3. Fungisida hexaconazole disemprotkan pada daun terserang, 4. Tanpa jamur parasit/fungisida. Penyemprotan mikoparasit dan fungisida pada waktu 50% daun-daun terserang embun tepung dan daun masih segar, yaitu kira-kira umur 45 hari. Konsentrasi spora A. quisqualis dan Phoma sp. sebanyak 104/ml dan konsentrasi hexaconazole sebanyak 0,1 ml/l. Sebagai tolok ukur tingkat parasitisasi mikoparasit terhadap jamur embun tepung diamati jumlah badan buah mikoparasit yang terbentuk pada daun tanpa harus mengamati intensitas atau prosentase serangan embun tepung yang sulit diamati. Dengan banyaknya badan buah mikoparasit yang terbentuk maka cukup tinggi tingkat parasitisasinya. 2. Pengendalian penyakit tular tanah S. rolfsii dan R. solani menggunakan jamur antagonis a.Percobaan rumah kasa Isolat Trichoderma terpilih dari uji laboratorium dan 2 isolat yang sudah ada diuji efektivitasnya terhadap patogen R. solani dan S. rolfsii.. Rancangan percobaan acak kelompok, empat ulangan. Perlakuan terdiri atas: 1. Perawatan benih dengan konidia Trichoderma sp. 1 dalam media jagung; 2. Perawatan benih dengan konidia Trichoderma sp 2 dalam media jagung; 3. Perawatan benih dengan konidia Trichoderma sp 3 dalam media jagung; 4. Konidia Trichoderma sp. 1 dalam media jagung ditabur di pangkal batang tanaman umur 2 mst ; 5. Konidia Trichoderma sp. 2 dalam media jagung ditabur di pangkal batang tanaman pada umur 2 mst ; 6. Konidia Trichoderma sp. 3 dalam media jagung ditabur di pangkal batang tanaman umur 2 mst; 7. Kontrol tanpa perlakuan benih/tabur. Kerapatan konidia yang digunakan adalah 106 konidia/ml. Benih kacang hijau varietas Walet ditanam dalam pot (berisi 5 kg tanah steril) dengan jumlah tanaman per pot adalah lima tanaman. Dilakukan pengamatan: tingkat serangan layu dan daya hambat Trichoderma terhadap R. solani dan S. rolfsii. Inokulasi jamur patogen R. solani, dan S. rolfsii pada waktu tanaman berumur satu minggu dengan konidia berasal dari biakan agar umur satu minggu dengan cara menabur biakan pada pangkal batang tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai empat minggu yang dimulai satu minggu setelah penaburan. b. Percobaan lapangan Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Kendalpayak dengan rancangan percobaan acak kelompok, tiga ulangan menggunakan varietas Kenari. Perlakuan adalah isolat Trichoderma sp. terpilih (isolat 4) dengan perlakuan perawatan benih (300 gram/kg benih) dan ditabur di sekeliling tanaman (300 gram/20 m2). Perlakuan terdiri atas: 1. Perawatan benih dengan konidia Trichoderma sp. dalam 16
  • 3. Sri Hardaningsih : Pengendalian Penyakit Embun Tepung Yang Disebabkan Oleh Erysiphe Polygoni Dan Penyakit Layu Yang Disebabkan Oleh Rhizoctonia Solani Dan Sclerotium Rolfsii Pada Tanaman Kacang Hijau media jagung; 2. Konidia Trichoderma sp. dalam media jagung ditabur di pangkal batang tanaman umur dua minggu; 3. Kontrol tanpa perlakuan benih/tabur. Luas petak 4 m x 5 m, jarak tanam 40 cm x 10 cm (2 tanaman/lubang). Tidak dilakukan inokulasi jamur patogen karena diperkirakan serangan layu mulai muncul setelah tanaman umur 14 hari (lokasi percobaan adalah daerah endemis penyakit layu). Tingkat serangan layu dan daya hambat jamur antagonis terhadap patogen diamati setiap minggu, dimulai sejak dua minggu setelah perlakuan. Setelah diamati tanaman layu dicabut untuk diidentifikasi penyebab penyakitnya. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penggunaan jamur parasit A. quisqualis dan Phoma sp. untuk pengendalian jamur embun tepung Pengamatan pada daun terserang embun tepung dan terparasit jamur dengan menggunakan mikroskop pembesaran 400 X per 0,04 cm2 menunjukkan bahwa antara perlakuan yang disemprot dengan Ampelomyces dan Phoma jumlah mikoparasitnya sama tidak menunjukkan perbedaan nyata, yaitu dengan penyemprotan Ampelomyces 277,12 dan dengan penyemprotan Phoma sp. 279,5 dibandingkan dengan daun yang disemprot hexaconazole dan tanpa perlakuan 0, samasekali tidak terbentuk mikoparasit (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah A. quisqualis dan Phoma sp. per 0,04 cm2 pada var Walet Perlakuan Jumlah mikroplast/0.04 cm2 Ampelomyces quisqualis 277.12a Phoma sp 279.50a Hexaconazole 0b Tanpa perlakuan 0b BNT 5% 18,75 K.K. (%) 10,95 2. Pengendalian penyakit tular tanah Sclerotium rolfsiii dan Rhizoctonia solani menggunakan jamur antagonis a. Percobaan rumah kasa Daya hambat jamur Trichoderma isolat 1, 4 dan 11 terhadap R. solani berkisar antara 96,43 – 100% (dengan perawatan benih) dan 92,86 – 96,83% (dengan ditabur). Sedangkan untuk S. rolfsii antara 85,71 – 89,29% (dengan perawatan benih) dan antara 78,57 – 100% untuk perlakuan ditabur (Tabel 2). Hasil pengamatan jumlah tanaman layu per pot ditunjukkan pada Tabel 2. Tingkat penyakit layu adalah persentase tanaman layu (jumlah tanaman layu/ jumlah tanaman total). Daya hambat antagonis adalah persentase tanaman sehat (jumlah tanaman sehat/jumlah tanaman total). Dengan jumlah tanaman diteliti 5 tanaman/pot, jumlah layu S. rolfsii tertinggi hanya mencapai satu tanaman per pot. Diantara perlakuan pengendalian tidak terdapat perbedaan nyata dengan kontrol tanpa pengendalian. Jumlah tanaman layu yang rendah diduga karena propagul sklerosia S. rolfsii yang diinokulasikan pada media tanam tidak berkembang dengan baik. Rendahnya inokulum sesuatu penyebab penyakit layu di dalam tanah dibanding tanah yang lain disekitarnya disebabkan oleh adanya faktor penekanan dari dalam tanah itu sendiri (suppressive soils) yang diduga disebabkan tingginya kandungan kombinasi antara kalsium dengan tingginya populasi mikroorganisme ( Kao dan Ko, 1986; Chuang dan Ko, 1988). 17
  • 4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 Tabel 2. Tingkat serangan layu dan daya hambat Trichoderma terhadap R. solani dan S. rolfii pada kacang hijau di rumah kasa Balitkabi 2003. Perlakuan Tingkat penyakit layu (%) Daya hambat antagonis(%) 1. Tanpa Trich tanpa patg * 0 c 100 a 2. T1 + R.s. perwt benih 3,57 bc 96,43 ab 3. T4 + R.s. perwt benih 0 c 100 a 4. T11 + R.s. perwt benih 0 c 100 a 5. T1 + R.s. tabur 7,14 bc 92,86 ab 6. T4 + R.s. tabur 7,14 bc 92,86 ab 7. T11 + R.s. tabur 3,57 bc 96,83 ab 8. T1 + S.r. perwt benih 7,14 bc 92,86 ab 9. T4 + S.r. perwt benih 10,71 bc 89,29 abc 10.T11+ S.r. perwt benih 10,72 bc 89,28 abc 11.T1 + S.r. tabur 14,29 ab 85,71 bc 12.T4 + S.r. tabur 0 c 100 a 13.T11+ S.r. tabur 21,43 a 78,57 c 14. Tanpa Trich / patg * 0 c 100 a BNT 5% K.K. (%) Keterangan : * patg = patogen b. Percobaan lapangan Tingkat serangan layu pada awal pertumbuhan kacang hijau sangat rendah, tetapi setelah tanaman umur satu bulan tingkat serangan layu sangat tinggi disebabkan inokulum patogen berkembang karena dipacu oleh kelembaban tinggi akibat hujan. Dari hasil identifikasi tanaman layu tersebut mayoritas disebabkan oleh S. rolfsii dan sebagian kecil disebabkan R. solani dan Fusarium sp. Perlakuan jamur antagonis pada tanaman kacang hijau terserang layu di KP Kendalpayak, baik dengan cara perawatan benih maupun tabur setelah umur dua minggu ternyata tidak dapat menekan serangan layu akibat S. rolfsii atau R. solani. Diduga hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah inokulum jamur layu akibat sering turun hujan yang berakibat sangat kondusif untuk perkembangan. Dan hilangnya sifat antagonis dari jamur terserang pada lahan akibat tercuci air hujan, sehingga daya hambat jamur antagonis menjadi menurun pada umur 50 hari sangat rendah (Tabel 3). Tabel 3 Tingkat serangan layu, daya hambat Trichoderma terhadap jamur layu dan berat biji/plot kacang hijau varietas Kenari. KP Kendalpayak 2003 Perlakuan Tk ser layu (%) Dya hambat (%) Trichoderma dg perwt benih 87,63 12,37 a Trichoderma ditabur 90,83 9,17 a Tanpa perlakuan 84,06 15,94 a BNT 5% 11,62 K.K. (%) 41,02 Ketidak berhasilan jamur antagonis dalam menghambat atau mematikan jamur patogen disebabkan jamur tersebut tidak mampu membentuk antibiotik dalam jumlah cukup karena kurangnya suplai nutrisi dalam tanah dan kompetisi dengan mikroorganisme lain (Brian, 1957; Lockwood dan Filonow, 1981) selain itu keberadaan jamur antagonis tersebut juga tergantung keadaan iklim (air, suhu, radiasi), vegetasi dan tindakan kultur teknik (Ko, 1992). 18
  • 5. Sri Hardaningsih : Pengendalian Penyakit Embun Tepung Yang Disebabkan Oleh Erysiphe Polygoni Dan Penyakit Layu Yang Disebabkan Oleh Rhizoctonia Solani Dan Sclerotium Rolfsii Pada Tanaman Kacang Hijau KESIMPULAN Mikoparasit A. quisqualis dan Phoma sp. mampu menghambat pertumbuhan E. polygoni karena terbukti piknidia dari kedua mikoparasit tersebut terbentuk cukup banyak (A. quisqualis : 277.12 dan Phoma sp. : 279.50) sehingga mampu mengendalikan serangan embun tepung. Perlakuan fungisida hexaconale menekan pertumbuhan E. polygoni maupun jamur parasit Ampelomyces dan Phoma sampai 100%. Jamur antagonis Trichoderma harzianum tidak efektif menekan serangan layu di lapangan baik melalui perawatan benih maupun tabur di sekeliling tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam dengan kondisi sering hujan. DAFTAR PUSTAKA Barnet, H.L. and B.B. Hunter, 1972, Illustrated Genera of Imperfect Fungi.Third Edt. Burgess Publishing Company. 241 p. Brian, P.W. 1957. The Ecological Significance of Antibiotic Production. In Microbiology, (eds, R.E.O. Williams and C.C. Spicer) pp. 168-188. Symposium of the Society for General Microbiology, Cambridge University Press. London. Chuang, T.Y. and Ko, W.H. (1988). Rhizoctonia solani-suppressive soils : Detection by Chlamydospore Germination. Annals of the Phytopathological Society of Japan 54 : 158-183. Cook, R.J. and K.F. Baker. 1983. The Nature of Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The APS Press, St. Paul, Minnesota. 53 p. Kao, C.W. and Ko, W.H. 1986. Suppression of Pythium splendens in Hawaian Soils by Calcium and Microorganisms. Phytopathology 76 : 215-220. Ko, W.H.. 1992. Biological Control of Plant Pathogens in the Tropics. In Peters A.C.Ooi, Guan-Soon Lim and Paul S. Teng (eds.) Biological Control : Issues in the Tropics. Proceeings of the Biological Control Session 3rd Int. Conf. Prot. In the Tropics : 31-35. Malaysian Plant Protection Society (MAPPS). Lockwood, J.L. and Filonow, A.B. 1981. Responses of Fungi to Nutrient-limiting Conditions and to Inhibitory Substances in Natural Habitats. Advances in Microbial Ecology 5 :1-6. .Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. 449 hlm. Sri Hardaningsih dan Yusmani, 2001. Identifikasi Jamur Antagonis untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah pada Tanaman Kedelai. Laporan Teknik Tahun 2000. Balitkabi. Sri Hardaningsih, 2001. Jamur parasit Ampelomyces pada beberapa tanaman gulma (Laporan Hasil Pengamatan survey 2002).. ---------------------- dan Yusnawan, 2002. Identifikasi Penyakit Layu pada Tanaman Kacang Hijau di Instalasi Penelitian Balitkabi Malang. Malakah disampaikan pada Seminar Nasional PEI dan PFI di UNSOED, Purwokerto 7 September 2002. 7 hlm. . 19
  • 6. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 Gambar 1. Serangan Phytophthora sp. Gambar 2. Serangan Erysiphe polygoni Gambar 3. Daun Andrographis sp. terserang E. polygoni dan terparasit oleh A. quisqualis 20