Teknologi pengendalian hama kumbang bubuk pada tanaman jagung meliputi penciptaan varietas tahan dengan seleksi silang diri dan saudara kandung, penyaringan galur terhadap serangan serangga, serta pengukuran heritabilitas untuk menentukan kontribusi genetik terhadap ketahanan. Beberapa galur menunjukkan ketahanan dengan kerusakan biji di bawah 10%.
1. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011
RESENSI HASIL TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA KUMBANG BUBUK
PADA TANAMAN JAGUNG
Ayyub Arrahman
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
ABSTRAK
Selama periode penyimpanan bahan, kerusakan akibat infestasi Kumbang Bubuk dapat mencapai angka
21%. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap bobot biji atau rusaknya kualitas biji selama
proses penyimpanan yang dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga lebih dari 30%. Upaya
penyelamatan produk simpanan telah banyak dilakukan seperti sanitasi tempat-tempat penyimpanan
bahan (gudang), penurunan kualitas kadar air bahan sebelum disimpan, fumigasi dan penggunaan
beberapa bahan nabati yang dicampur dengan bahan simpan. Hasilnya setelah dievaluasi cara ini belum
memberikan hasil yang memuaskan karena kualitas serangan masih cukup tinggi. Oleh sebab itu
penggunaan varietas tahan adalah cara yang terbaik bila dipilih sebagai salah satu komponen tehnologi
alternatif dalam menekan serangan hama kumbang bubuk pada periode penyimpanan bahan. Beberapa
hasil teknologi pembentukan varietas/galur yang tahan yang dilanjutkan dengan upaya penyaringan
galur terhadap tekanan serangga, dan kajian heritabilitas ketahanan genotip yang digunakan untuk
mengukur ratio ragan genotip terhadap ragam total dalam pendugaan kemajuan suatu seleksi galur,
dinamika serangga dalam mengakses sumber makanan oleh pengaruh varietas dan bentuk biji juga
disajikan dalam makalah ini.
Kata Kunci : Hasil Teknologi, Hama Kumbang Bubuk, Jagung
ABSTRACT
In the period of grain storage, the damages of maize grain due to the infestation of maize weevil
could reach up to 2%. These grain damages would affected either the weight of grain or reduced
grain quality coincide with the storage period that could caused grain losses more than 30%. Efforts
to maintain grain quality in storage room have been done, i.e., sanitation of ware house, lowering the
moisture content of the grain before strong, fumigation and the use of several botanical pesticides
that could be mixed with the grain prior to be stored. After being evaluated, the result showed that
all these efforts still not effective yet, and the maize weevil population remean high. Therefore, the
used of resistant variety is the best solution as one of component of technology of producing
resistant varieties/lines could be done using variety the ratio of variance genetic to the total
variance to predict selection progress of the each line/variety, insect dynamic on accessing the
source of feeds due to varieties and seed size.
Key word : Technology, maize weevil, pest weevil, pest control, maize.
1. PENDAHULUAN
1.1. Peranan Jagung Sebagai Sumber Makanan
Sumber kalori utama bagai sebahagian masyarakat kita setelah beras adala jagung. Sebagai
bahan makanan, sumbangan jagung bagi nutrisi masyarakat pada umumnya sangat besar peranannya,
dengan porsi kira-kira mencapai 10% dari total masukan protein dan kalori yang dibutuhkan. Data survei
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi perkapita antara 15-20 kg/tahun (Anonim,1988). Data ini
34
2. Ayyub Arrachman : Resensi Hasil Teknologi Pengendalian Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung
menunjukkan bahwa jagung berperanan dalam menyumbang kebutuhan nasional akan pangan dan pakan.
Pada tahun 1996 saja, kebutuhan jagung untuk bahan baku industri mencapai jumlah permintaan senilai
3.510.000 ton (Badan Pengendalai Bimas,1996).
1.2. Kendala Utama Usahatani Jagung
Masalah yang paling mendasar dan yang merupakan kendala bagi usahatani jagung adalah adanya
kehilangan hasil yang cukup besar oleh infestasi hama gudang, khususnya dari spesies hama kumbang
bubuk jagung, Sitophilus zeamais Motsch. Angka kehilangan hasil secara nasional mencapai 20 % terjadi
sewaktu panen, penjemuran, pemipilan, pengangkutan dan penyimpa-nan (Rajesus,1981; ICRISAT,1988;
FAO,1977). Kehilangan hasil dari tiap-tiap tahap tersebut berlainan menurut daerah dan sistim
produksinya. Akan tetapi, tahap penyimpanan merupakan tahap yang paling kritis, dan hama gudang
merupakan faktor utama yang menimbulkan masalah pada tahap ini yang biasanya terjadi sangat drastis
sekali (Morallo dan Javier,1980; Bedjo,1992).
1.3. Upaya-Upaya Pengelolaan Hama Jagung
Usaha-usaha pemerintah dalam rangka penyelamatan produksi telah banyak diupayakan dengan
dana dan waktu yang cukup banyak, akan tetapi hasilnya belum terlalu memuaskan mengingat sampai
saat ini varietas atau galur jagung yang tahan serangan hama kumbang bubuk belum ada. Oleh sebab itu
pembentukan galur/famili yang tahan terhadap serangan hama ini perlu segera diupayakan.
Perakitan varietas jagung untuk ketahanan terhadap hama kumbang bubuk di Indonesia belum
dilakukan kecuali untuk aspek penutupan kelobot. Menurut Painter (1968), kelobot yang tertutup dan
lebih panjang dari tongkolnya dapat mengurangi infeksi kumbang bubuk sejak biji masih berada di
lapangan. Informasi ketahanan jagung terhadap infestasi hama kumbang bubuk juga masih kurang. Kim
et. al (1988), menyatakan bahwa lapisan luar biji jagung yang sama sekali tersusun dari jaringan
maternal adalah faktor utama ketahanan dalam mencegah peletakan telur hama kumbang bubuk. Peneliti
lain seperti Widstrom et. al (1975) menemukan 6 galur murni jagung tropis yang tahan terhadap hama
kumbang bubuk dengan karakter utama terletak pada struktur kotiledon biji, sedangkan Tipping et. al
(1989) dan Tadesse et. al (1994) menemukan bahwa ketahanan jagung terhadap hama kumbang bubuk
lebih ditentukan oleh faktor genetik. Faktor genetik yang berperanan dapat bersifat nonpreferen
(dalam peletakan telur, makanan dan berlindung) dan antibiosis (beracun bagi serangga hama).
2.TEKNOLOGI PENCIPTAAN VARIETAS TAHAN
Sumber-sumber ketahanan dari faktor genetik berpeluang untuk dapat dipindahkan kepada
varietas unggul, yakni dengan cara seleksi saudara kandung yang selanjutnya dilakukan dengan seleksi
berulang S1. Diperlukan tiga periode pertanaman untuk menghasilkan satu siklus. Seleksi dinilai sudah
mantap apabila telah menampilkan keseragaman yang maksimum antara lain minimal telah dicapai empat
siklus seleksi(Dahlan dan Slamet,1992).
2.1. Pembentukan Populasi Sumber Gen Tahan
Materi seleksi untuk perakitan varietas jagung unggul baru berasal dari populasi dasar yang
bersumber dari Malang komposit A, Malang komposit F dan P31, yakni MCA(FS)C5, MCA(FS)C6,
MCF(FS)C5, MCF(FS)C6, AC(FS)C5, AC(FS)C6, P31(FS)C5 dan P31(FS)C6 masing-masing disilang
diri(selfing) sehingga dihasilkan 749 galur. Galur-galur tersebut selanjutnya dievaluasi ketahanannya
terhadap hama kumbang bubuk di laboratorium. Ratio ragam genotipe terhadap ragam total dan
pendugaan kemajuan seleksi juga diamati. Satuan heritabilitas tercatat berkisar antara 0,83-0,99
dengan nilai rata-rata 0,97 menunjukkan bahwa keragaman disebabkan oleh faktor genetik, yang
berarti peluang untuk mendapatkan jagung yang tahan hama kumbang bubuk cukup besar. Malang
komposit A (MCA) memiliki tingkat serangan yang lebih rendah dibanding populasi lain. Dari kedua
populasi tersebut apabila dipilih galur yang intensitas serangannya kurang dari 10% kemudian dilakukan
seleksi S1, maka akan diperoleh populasi baru yang tahan, yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai
35
3. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011
sumber ketahanan (Tabel 1) (Oman Suherman et. al, 1996).
Tabel 1. Populasi awal dan jumlah galur yang diuji serta nilai pendugaan
kemajuan seleksi ketahanan jagung terhadap hama kumbang bubuk.
Populasi Jumlah Galur Keterangan
MCA(FS)C5 94 25 varietas lokal x Bromo
MCA(FS)C6 75
MCF(FS)C5 127 Komposit varietas lokal
MCF(FS)C6 141
AC(FS)C5 59 Arjuna x Cettar
AC(FS)C6 59
P31(FS)C5 105 Amarillo Critalino
P31(FS)C6 89 (Populasi 31 dari CIMMYT)
Total galur 749
Biji rusak Biji rusak
Heritabilitas Nilai harapan
Populasi rata-rata unit populasi E (GS)
(plot) populasi baru
(%) (%)
MCA(FS)C5 3,58 25,68 0,979 -21,66 4,02
MCA(FS)C6 2,10 32,53 0,989 -30,12 2,40
MCF(FS)C5 4,50 52,37 0,967 -46,43 5,94
MCF(FS)C6 6,20 46,45 0,983 -39,44 7,00
AC(FS)C5 18,60 73,55 0,935 -54,40 19,15
AC(FS)C6 63,10 91,67 0,979 -26,57 65,10
P31(FS)C5 68,10 87,91 0,838 -16,83 71,05
P31(FS)C6 28,92 74,79 0,980 -44,95 29,84
Keterangan :
E (GS) : Pendugaan kemajuan seleksi, nilai negatif berarti serangan
Kumbang bubuk berkurang
Sumber : Oman Suherman et. al (1996)
2.2. Perbaikan Genotipe Melalui Pembentukan galur/famili
Menurut Dahlan (1988), pembentukan galur/famili dalam rangka perbaikan genotip jagung tahan
terhadap hama kumbang bubuk dipilih metode seleksi selfing (silang diri) agar terjadi segregasi pada
lokus homozygot, sehingga karakter yang tidak diinginkan akan muncul dan mudah dibuang.
Seleksi tersebut cocok bila dikombinasikan dengan kegiatan seleksi daya hasil dan penyaringan
terhadap ketahanan hama atau penyakit. Sedangkan seleksi full-sib(seleksi saudara kandung) dilakukan
dengan cara menyilangkan di antara tanaman superior (kekar, sehat, penampilan baik, tidak rebah) ke
dalam famili baru yang membawa sifat tahan terhadap hama kumbang bubuk (Tabel 2).
Untuk full-sibb (seleksi saudara kandung), galur antar famili yang berpenampilan baik disilang.
Galur-galur tersebut berasal dari individu tanaman yang memiliki karakter tinggi, umur tongkol keluar
rambut dan umur panen yang bervariasi. Makin tinggi seleksi, makin seragam keragaman dalam
populasinya (Tabel 3).
2.3. Penyaringan Galur Terhadap Infestasi Serangga
Galur-galur hasil persilangan motode seleksi selfing dan full-sibb yang telah dipilih (seleksi 5
generasi dan 6 generasi) kemudian diuji ketahanannya terhadap tekanan serangga imago hama kumbang
bubuk di laboratorium. Dari 750 galur yang diuji, ternyata ada 62 galur yang mempunyai nilai kerusakan
lebih kecil dari 10% yaitu 10 galur dari populasi MCF(FS)C5, 8 galur dari MCF(FS)C6, 24 galur dari
MCA(FS)C5, 17 galur dari MCA(FS)C6, 2 galur dari AC(FS)C6 dan 1 galur asal P31(FS)C6. Selanjutnya
36
4. Ayyub Arrachman : Resensi Hasil Teknologi Pengendalian Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung
galur yang mempunyai kerusakan biji 11-20% sebanyak 82 galur, yaitu 17 galur asal MCF(FS)C5, 25
galur asal MCS(FS)C6, 24 galur asal MCA(FS)C5, 9 galur asal MCA(FS)C6, 1 galur AC(FS)C6 dan 6 galur
asal P31(FS)C5 (Tabel 4) (Masmawati et. al.,1996).
Tabel 2. Jumlah galur dari populasi bahan seleksi selfing, ketegapan, umur
keluar rambut, umur panen, tinggi tanaman, tipe biji dan jumlah
biji untuk pengamatan ketahanan kumbang bubuk.
Populasi Half-sibb Selfing(silang diri) Total galur
MCF(FS)C5 43 48 91
MCF(FS)C6 60 62 122
MCA(FS)C5 31 5 36
MCA(FS)C6 7 5 12
P31(FS)C6 4 21 25
Populasi Tinggi tanaman(cm) Tipe biji Jumlah biji per
tongkol
MCF(FS)C5 124-156 Semiflint-flint 52-102
MCF(FS)C6 110-148 Semiflint-flint 62-114
MCA(FS)C5 115-165 Semiflint-flint 12-98
MCA(FS)C6 110-153 Semiflint-flint 14-84
P31(FS)C6 124-169 Flint 15-73
Populasi Nilai Kisaran
Ketegapan Silking(hari) Panen(hari)
MCF(FS)C5 3-5 53-62 93-100
MCF(FS)C6 3-5 54-60 94-100
MCA(FS)C5 3-5 54-64 94-105
MCA(FS)C6 3-5 55-62 95-100
P31(FS)C6 1-3 56-62 95-105
Sumber : Oman Suherman dan Muslimah Hamdani (1996)
Tabel 3. Karakter agronomi persilangan full-sibb(seleksi saudara kandung)
dari dua famili
Famili
Karakter tanaman
AC(FS)C5 AC(FS)C6
Tinggi tanaman (cm) 99,0-152,8 115,4-149,8
Letak tongkol (cm) 45,1-110,6 45,6-85,7
Umur tongkol berambut (hari) 53,0-59,0 52,0-57,0
Umur tanaman (hari) 88,0-98,0 85,0-92,0
Skor ketegapan 3-7 3-5
Tipe biji Semiflint Flint
Warna biji Kuning muda Kuning kecoklatan
jumlah biji/tongkol 50 150
Berat (g/1000 biji) 200 220
Sumber : Oman Suherman dan Muslimah Hamdani (1996)
37
5. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011
2.4. Pemahanan Tingkah Laku Serangga Terhadap Varietas Uji
Hasil penelitian Metchor (1981) menemukan bahwa varietas Kretek dan DMR Composite#1
dengan biji yang kecil dan kandungan amylase tinggi lebih disenangi untuk oviposisi, perkembangan larva
dan survival dibanding varietas Metro dan Harapan. Pada pengkajian populasi galur/varietas Malang
Komposit A dan F disimpulkan bahwa galur MCF(FS)C6-61 dan MCA(FS)C5-14 tergolong tahan karena
mengalami tingkat kerusakan yang rendah (<10%) (Surtikanti et. al.,1996). Hal yang sama ditemukan
Masmawati et. al.,(1997) bahwa dari pengujian 445 galur/varietas, ada 21 galur yang tidak mengalami
kerusakan yang terdiri dari 5 galur persilangan dalam, 5 galur persilangan antar tanaman, 1 galur
persilangan bebas dan 10 galur persilangan antar galur. Fenomena tersebut memberi arti bahwa faktor
jenis makanan termasuk kualitas, tekstur, jenis varietas maupun galur berpengaruh terhadap
kecenderungamn serangga hama kumbang bubuk dalam mengakses sumber makanan.
Pada pengujian akses makan oleh perbedaan varietas, preferensi tercatat pada varietas Arjuna
(16,13%) dan Bisma (14,01%), terendah GM30 (0,20%), sedangkan mortalitas tertinggi GM30 (45,50%
dan 51,75%) dan Rama masing-masing (27,50% dan 25,25%) terendah Semar2 dan GM27 (0,00%).
Kerusakan biji tertinggi Semar2 (61,75%), terendah Wisanggeni (2,00%). Ini artinya bahwa serangga
lebih memilih Arjuna, Semar2 dan Bisma pada waktu makan dan tidak menyenangi GM30 dan Rama. Pada
pengamatan progeni, nampak bahwa dari semua interval pengamatan, Semar2, Bisma, GM27 dan GM30,
pemunculan serangga progeninya lebih tinggi dibanding yang lain dengan nilai rata-rata masing-masing
8,28 ekor, 6,78 ekor dan 6,16 ekor, yang terendah tercatat pada varietas Wisanggeni (Tabel 5).
3. PENUTUP
Upaya pencarian varietas tahan sebagai salah satu teknologi alternatif ditempuh dengan diawali
dari pembentukan populasi sumber ketahanan, selanjutnya melakukan persilangan-persilangan baik
halfship maupun fullship untuk memperoleh keragaman sumber genetika dalam pembentukan varietas
tahan.
4. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1988. Kordinasi Program Penelitian Nasional Jagung. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Badan
Penelitian Pengembangan Pertanian.
Bedjo.1992. Pengaruh kadar air awal biji jagung terhadap laju infestasi kumbang bubuk dalam Astanto
et. al (ed). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang Tahun 1991. Balai Penelitisan
Tanaman Pangan Malang.p.294-298.
Bedjo.1993. Pengaruh pengasapan kayu Albizzia terhadap infestasi hama gudang Sitophilus sp pada
penyimpanan jagung. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan.Balittan Malang.
Badan Pengendali Bimas.1996. Iktiar Mempertahankan Swasembada Beras dan Mewujudkan
Swasembada Jagung dan Kedele. Jakarta.p.6.1-6.14
Dobie,P.1974. The Laboratory Assesment of the Inherent Susceptibility of Maize varieties to Post
Harvest Infection by Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera:Curculionidae). Journal Stored
Product Research. Vol.10:183-197.Pergamon Press.
Erliana,1991. Pengaruh bahan nabati, arang dan abu dapur terhadap kerusakan biji jagung dalam
penyimpanan. Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang.Balittan Malang
FAO. 1977. Analysis of an FAO survey of postharvest crop losses in developing countries
(AGPP:MISC/227). Food and Agricultrure Organization of the United Nation, Rome.
ICRISAT. 1988. Annual Report.
38
6. Ayyub Arrachman : Resensi Hasil Teknologi Pengendalian Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung
Kalshoven,L.E.1981. The pest of crops in Indonesia. Rivised and trnaslated by P.A.Vander Laan with the
assistance of G.L.H.Rothsild.PT.Ikhtiar Baru-Van Hoeve.Jakarta.
Morallo-Rejesus,B., P.A. Javier. 1980. Laboratory assessment of damage caused by Sitophilus spp and
Rhizoperta dominica in stored grain. In sorghum and milletrs abstract C.A.B. April 1982.
Vol.7,no.1.Abstract.1-2
Masmawati, Suherman O., D.Baco.1996. Penyaringan Galur jagung terhadap hama bubuik Sitophilus
zeamais. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman tahun 1995/1996. Badan Litabng
Pertanian, Balitjas Maros p.15-20.
Mas’ud.S.,M.Yasin.,D.Baco.,S.Saenong.1996. Pengaruh kadar air awal biji sorgum terhadap
perkembangan kumbang bubuk Sitophilus zeamais. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit
Tanaman tahun 1995/1996. Badan Litbang Pertabnian, Balitjas Maros.p.35-44.
Oman Suherman, Masmawati., D.Baco. 1996a. Heritabilitas ketahanan genotipe jagung terhadap hama
bubuk Sitophilus zeamais. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman tahun 1995/1996.
Badan Litbang Pertanian, Balitjas Maros.p.21-27.
Oman Suherman, dan M.Hamdani. 1996b. Pembentukan galur/famili untuk penyaringan ketahanan jagung
terhadap hama kumbang Sitophilus zeamais. Hasil-Haisl Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman
tahun 1995/1996. Badan Litbang Pertanian, Balitjas Maros.p.7-14.
Rejesus, B.M. 1981. Stored product pest problems and Research needs in the Philippines. Proceeding of
Biotrop Symposium on Pest of Stored Product. Bogor,pp.47-63.
Ryoo.M.I and H.W.Cho.1992. Feeding and Oviposition Preference and Demography of Rice Weevil
(Coleoptera : Curculionidae) Reared on Mixtures of brown, polished and rough rice.
Environ.Entomol.21:549-555.
Sudjak Saenong.1977. Pengaruh perbedaan padat populasi terhadap tingkat kerusakan benih jagung di
laboratorium. Kumpulan Seminar Mingguan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia lain.
Tandiabang.J., S. Mas’ud dan M.S. Pabbage.1996. Kehilangan hasil jagung oleh kumbang bubuk Sitophilus
zeamais dengan penundaan panen. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman tahun
1995/1996. Badan Litbang Pertanian, Balitjas Maros.p.28-34.
39