Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi terapeutik dan non-terapeutik dalam keperawatan, termasuk karakteristik komunikasi terapeutik, teknik-tekniknya, serta sikap perawat dalam melakukan komunikasi tersebut."
2.
Komunikasi nontherapeutic merupakan
komunikasi yang dapat merintangi atau
merusak profesionalisme hubungan.
Komunikasi ini dapat menyebabkan klien
enggan atau bahkan menghindari terjadinya
interaksidengan perawat agar terhindar dari
pengaruh komunikasi nonterapeutik ini.
4. Komunikasi Non Terapeutik
Tingkah laku perawat
Punishment
Pemberi hukuman
Satiasi
Tindakan menyuruh seseorang melakukan perubahan berulang-ulang
sehingga menjadi jera
Coercion
Menakut-nakuti seseorang
Perawat berorientasi rumah sakit
Fokus penyakit, psikososial tidak diperhatikan
Bio: kebutuhan dasar manusia
Psiko: jiwa
Sosial: kebiasaan, adat istiadat
Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan
5. Karateristik Diri Perawat Sebelum
Melakukan Komunikasi Terapeutik
Berhadapan langsung dengan orang yang diajak komunikasi
mempunyai arti bahwakomunikator siap untuk komunikasi.
Mempertahankan kontak mata merupakan kegiatan menghargai
klien danmengatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
Membungkuk kearah klien merupakan sikap/posisi yang
menunjukkan keeeinginanuntuk mendengar sesuatu.
Mempertahankan sikap terbuka merupakan sikap yang ditunjukkan
dddengan posisikaki tidak melipat tangan,menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi.
Tetap rileks merupakan sikap yang menunjukkan adanya
keseimbangan antaraketegangan dengan relaksasi dalam memberi
respon pada klien.
Menurut Tamsuri2005 sikap rileks menciptakan iklim yang kondusif
bagi klien untuk tetap melakukankomunikasi dan memungkinkan
pengembangan komunikasi.
6. DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto,1994). Teknik komunikasi terapeutik
merupakan cara untuk membina hubungan yang
terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan
pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk
mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
7.
8.
Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik.
Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri
mempunyai tujuan terapeutik.
Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
Kerahasiaan klien harus dijaga.
Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
Implementasi intervensi berdasarkan teori.
Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat
penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat.
Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali
pengalamannya secara rasional.
Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari
perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan
sesuatu yang sangat menarik klien.
9. Tahap-Tahap Komunikasi
Terapeutik
A.Fase pra-interaksi
Fase pra-interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan
berkomunikasi dengan klien
Strategi yang dapat dilakukan perawat dalam tahapan ini adalah:
Membina rasa saling percaya
Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan)
bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali
kontrak yang telah disepakati bersama
Mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan serta mengidentifikasi
masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik
komunikasi pertanyaan terbuka
10. B. Fase orientasi
Fase orientasi atau perkenalan merupakan fase yang
dilakukan perawat pada saat pertama kali bertemu
atau kontak dengan klien.
Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai
dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil
tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).
11. Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik
C. Fase kerja
Fase kerja merupakan inti dari hubungan perawat dan klien
yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang dicapai.
Strategi yang dapat dilakukan perawat dengan cara:
• Berhadapan dengan lawan bicara.Dengan posisi ini perawat
menyatakan kesiapannya (”saya siap untuk anda”).
• Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural. Dengan posisi
mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan komunikasi.
• Bersikap tenang. Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru
saat berbicara dan menggunakan gerakan/bahasa tubuh yang
natural.
12. Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik
D. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap
terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir
(Stuart,G.W,1998).
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien,
setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali
pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati bersama.
Terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh
proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
a)
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan
(evaluasi objektif).
b)
Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien
setelah berinteraksi dengan perawat
c)
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
erikutnya.
13. Sikap Perawat Dalam Komunikasi
Terapeutik
Kehadiran fisik, menurut Evans (1975, dikutip
dalam Kozier dan E.B, 1993 : 372)
mengidentifikasi 4 sikap dan cara utnuk
menghadirkan diri secara fisik, yaitu :
1) Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap
utnuk anda“
2) Mempertahankan kontak mata : berarti
mengahargai klien dan menyatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi.
3) Membungkuk ke arah klien : posisi ini
menunjukkan keinginan atau mendengar
sesuatu
4) Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan
antara ketegangan dan relaksasi dalam
merespon klien.
14. Sikap Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik
Kehadiran psikologis dapat dibagi dalam dua dimensi
yaitu dimensi tindakan dan dimensi respon (Truax,
Carkhfoff dan Benerson, dikutip dalam Stuart dan
Sundeen, 1987 : 126)
1. Dimensi Respon. Dimensi respon terdiri dari respon
perawat yang ikhlas, menghargai, simpati dan konkrit.
Dimensi respon sangat penting pada awal hubungan
klien untuk membina hubungan saling percaya dan
komunikasi terbuka. Respon ini terus dipertahankan
sampai pada akhir hubungan.
2. Dimensi Tindakan. Dimensi tindakan terdiri dari
konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional
katarsis, dan bermain peran (Stuart da Sundeen, 1987 :
131)
15. Menurut Stuart dan Sundeen tahun 1995, tehnik komunikasi terdiri dari:
Mendengar aktif
Mendengar pasif
Penerimaan
Klarifikasi
Fokusing
Observasi
Menawarkan informasi
Diam (memelihara ketenangan)
Assertive
MenyimpulkanGiving recognition (memberiakn pengakkuan/penghargaan)
Offering Sel (menawarakan diri)
Offering general leads (memberikan petunjuk umum)
Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka)
Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu)
Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari persepsi)