Laporan pendahuluan ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi di Poli 158 Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Dokumen ini menjelaskan pengertian hipertensi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, pathways, diagnosa keperawatan, dan intervensi untuk menangani pasien hipertensi. Secara keseluruhan laporan ini memberikan gambaran menyeluruh tentang penatalaksanaan keperawatan pas
1. LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIPERTESI
DI POLI 158 DALAM RUMAH SAKIT Dr. KARIADI SEMARANG
DISUSUN OLEH :
HADI WINARSO
NIM 1.1.20360
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
2005
2. HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896)
B. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan
hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak
menyerang wanita dari pada pria Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-
obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat
dipengaruhi factor keturunan.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis
yang mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Bebagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluhdarah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dangan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
3. D. Manifestasi klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
samapai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit arteri
koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.
Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban
kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien
yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia)
atau gangguan ketajaman penglihatan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting.
Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung
yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri
dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin dapat dideteksi
dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin
dan peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan
penentuan kadar uruine dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien
dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji
dan dievaluasi.
4. F. Pathways
G. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan sakit kepala
Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas
HIPERTENSI
Resistensi pemb.
drh otak
Tek. pemblh drh
otak
Nyeri kepala
Ginjal
Vasokonstriksi
pemblh. darah
ginjal
Blood flow
Respon KAA
Vasokonstriksi
Rangsang
aldosteron
Retensi Na
Oedema
Pemblh darah
Sistemik
Vasokontriksi
afterload
COP
Retina
Spasmus
arteriole
Diplopia
Suplai O2 otak
Kesadaran
Gx. rasa
nyaman ;
nyeri
Resiko
injuri
CVA
Otak
Gx. Keseimbangan
cairan
Resiko
injuri
Intoleransi
aktivitas
Koroner jantung
invark miokard
Nyeri dada
5. 2. Resiko injuri berhubungan dengan kesadaran menurun
3. Gangguan kenyamanan diri berhubungan dengan gejala sulit tidur
4. Gangguan keseimbangan cairan berubungan dengan oedema dari
retensi Na
5. Gangguan intolerensi aktivitas berhubungan dengan Coping menurun
H. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan nyeri
berhubungan
dengan nyeri
kepala
Resiko injuri
berhubungan
dengan kesadaran
menurun
Gangguan
kenyamanan diri
berhubungan
Rasa nyeri berkurang
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 jam dengan
KH :
- pasien mengatakan
nyeri berkurang.
- Ekspresi wajah klien
rileks.
Resiko injuri berkurang
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 jam dengan
KH :
- Pasien merasa
tenang dan tidak
takut jatuh
Gangguan kenyamanan
diri berkurang setelah
dilakukan tindakan
- Teliti keluhan nyeri,
catat intensitasnya,
lokasinya dan lamanya.
- Lakukan pengawasan
pada pasien
- Atur posisi pasien agar
tidak merasa jatuh
- Anjurkan pasien untuk
istirahat minimal 8 jam
Mengidentifikasi
karakteristik nyeri
merupakan faktor yang
penting untuk
menentukan terapi yang
cocok serta mengevaluasi
keefektifan dari terapi.
Mengurangi resiko injuri
Agar pasien mengerti
bahwa istirahat sangat
penting untuk kesehatan
6. dengan gejala
sulit tidur
.
keperawatan selama 1
jam dengan KH :
- Pasien mengerti
tentang pentingnya
istirahat
- Pasien merasa
nyaman
sehari
- Berikan pendkes
tentang pentingnya
beristirahat
- Anjurkan pasien untuk
tidak melakukan
aktivitas yang
berlebihan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.
Jakarta.
7. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.
Guidelines for planing and documenting patient care. Alih
bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter
Anugrah EGC. Jakarta.
www. medicastore. com. (2003).