SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 6
Descargar para leer sin conexión
Pemikiran dan Aturan Fuzzy

Pada bab ini dibahas tentang definisi dari variable linguistic dan nilai linguistic dan
menjelaskan bagaimana menggunakannya dalam aturan fuzzy, yang mana adalah sebuah
peralatan yang efisien untuk pemodelan kuantitatif dari kata atau kalimat dalam sebuah
bahasa alami atau cerdas.
Aturan fuzzy dan pemikiran fuzzy adalah tulang punggung dari system inferensi fuzzy, yang
mana adalah peralatan pemodelan yang sangat penting yang berdasar pada teori fuzzy.
Aturan dan penjelasan fuzzy tersebut telah berhasil diterapkan pada area yang luas, seperti
pada control otomatik, system pakar, pengenalan pola, prediksi time series dan klasifikasi
data.

1. Aturan fuzzy if – then.
1.1.  Variabel linguistik.
      Sebuah variabel linguistik dikarakterisasi oleh sebuah quintuple (x, T(x), X, G, M) yang
      mana :
      x adalah nama variabel.
      T(x) adalah term set dari x; yaitu himpunan dari nilai linguistik atau linguistic term-nya.
      X adalah universe pembicaraan.
      G adalah sebuah aturan sintaktis yang mana meng-generate term dalam T(x).
      M adalah sebuah aturan semantik yang berhubungan dengan tiap nilai linguistik A
      yang berarti M(A), dimana M(A) melambangkan sebuah himpunan fuzzy dalam X.
      Sebuah contoh yang membantu untuk menjelaskan masalah ini. Jika usia diartikan
      sebagai variabel linguistik, maka istilah himpunan T(usia) akan menjadi :
                   muda, tidak _ muda, sangat _ muda, tidak _ sangat _ muda, K ,                          
                   setengah _ baya, tidak _ setengah _ baya, K ,                                          
                                                                                                          
       T (usia ) =                                                                                        
                   tua, tidak _ tua, sangat _ tua, lebih _ atau _ sedikit _ tua, tidak _ sangat _ tua, K ,
                   tidak _ sangat _ muda _ dan _ tidak _ sangat _ tua, K
                                                                                                          
                                                                                                           
       dimana tiap istilah dalam T(usia) dikarakterisasi oleh suatu himpunan fuzzy dari
       semesta pembicaraan X = [0, 100]. Biasanya digunakan “usia muda” untuk
       menandakan perjanjian dari nilai linguistik “muda” pada variabel linguistik usia.
       Dengan kontras, ketika usia diartikan sebagai variabel numerik, digunakan ekspresi
       “usia = 20” sebagai ganti memasukkan nilai numerik pada variabel usia. Aturan
       sintaktik yang mengacu pada cara nilai-nilai linguistik dihasilkan dalam hal himpunan
       T(usia). Aturan semantik mendefinisikan fungsi keanggotaan dari tiap nilai linguistik
       dari himpunan. Gambar 1. menunjukkan beberapa fungsi keanggotaan tipikal.




                               Gambar 1. MF tipikal dari himpunan T(usia)

       Dari contoh sebelumnya, himpunan terdiri dari istilah-istilah utama (muda, setengah
       baya, tua) dimodifikasi dengan negasi dan/atau batas (sangat, lebih atau sedikit,
       benar-benar, sangat ... sekali, dan seterusnya), dan dihubungkan dengan
       penghubung seperti and, or, either dan neither. Dalam akibatnya, penghubung,
       batas dan negasi dapat digunakan sebagi operator yang mengubah arti dari
       operatornya yang telah ditentukan.
                                          1
Diketahui A adalah nilai linguistik yang dikarakterisasi oleh suatu himpunan fuzzy
dengan fungsi keanggotaan µ A (⋅) . Maka Ak diartikan sebagai versi yang dimodifikasi
dari nilai linguistik asli diekspresikan sebagai :

        ∫ [µ (x )]
                     k
Ak =             A       /x                                                                       1
        X
Sehingga operasi konsentrasi didefinisikan sebagai :
CON ( A) = A 2                                                                                    2
sementara pembesaran diekspresikan dengan :
DIL( A) = A 0.5                                                                                   3
secara konvensional, CON(A) dan DIL(A) menjadi hasil dari penerapan batas
“sangat” dan “lebih atau sedikit” pada istilah linguistik A. Walaupun demikian, definisi
konsisten yang lain untuk batas-batas linguistik ini dimungkinkan dan dapat
dibenarkan untuk berbagai aplikasi.
Berikut ini definisi berbagai operator :
NOT ( A) = ¬A =              ∫ [1 − µ (x )]/ x
                             X
                                             A


A AND B = A ∩ B =                    ∫ [µ (x ) ∧ µ (x )]/ x
                                     X
                                                 A        B                                       4


A OR B = A ∪ B =                 ∫ [µ (x ) ∨ µ (x )]/ x
                                 X
                                             A        B


dimana A dan B adalah dua nilai linguistik yang didefinisikan oleh          µ A (⋅)   dan   µ B (⋅) .
Contoh membangun MF untuk istilah linguistik komposit.
Diketahui istilah linguistik “muda” dan “tua” didefinisikan oleh fungsi keanggotaan
sebagai berikut :
                                                      1
µ muda (x ) = bell ( x,20,2,0 ) =                             4
                                                                                                  5
                                      x 
                                  1+  
                                      20 
                                           1
µt tua (x ) = bell (x,30,3,100 ) =                 6
                                                                                                  6
                                        x − 100 
                                   1+           
                                        30 
Dimana x adalah usia dari orang yang diketahui, dengan interval [0, 100] sebagai
semesta pembahasan. Maka dapat membangun MF untuk istilah linguistik komposit
berikut :
    Lebih atau sedikit tua = DIL(tua ) = tua
                                                                      0.5


                         1
    =   ∫
        X           x − 100 
                                         6
                                                 /x
                1+          
                    30 
    Tidak muda dan tidak tua = ¬muda ∩ ¬tua
                                                
                                                
                1 −  1       ∧ 1 −     1        /x
    =∫
            X        x   
                           4
                                       x − 100  
                                                 6

                 1+     1+                 
                     20           30  



                                                                  2
Muda tetapi tidak terlalu muda = muda ∩ ¬muda
                                                                        2


                                                           
                                                          2
                                                     
                                                         
    =∫  1 −  1       ∧ 1 −     1                         
      X                                                   /x
              x      x 
                   4                  4

         1+                                              
                              1+                   
        
             20      20 
                                                           
                                                              
                                                                    (        ))
                                                                                2
                            CON (CON (CON (tua ))) = (tua )
                                                                            2 2
    Sangat tua sekali =
                              8
                           
                           
               1           
    = ∫                6    /x
      X     x − 100      
        1+               
         30              




                                  Gambar 2. Nilai linguistik.

Di sini diasumsikan bahwa batas “terlalu” sama dengan “sangat” dan arti “sangat …
sekali” sama dengan “sangat sangat sangat”. Gambar 2. menunjukkan MF untuk
istilah linguistik utama muda dan tua, dan juga menunjukkan MF untuk istilah linguistik
komposit “lebih atau sedikit tua”, “tidak muda dan tidak tua”, “muda tetapi tidak
terlalu muda” dan “sangat tua sekali”.

Operasi intensifikasi kontras pada nilai linguistik didefinisikan oleh :
               2 A2         0 ≤ µ A ( x ) ≤ 0.5
INT ( A) =                                                                           7
             ¬2(¬A)         0.5 ≤ µ A ( x ) ≤ 1
                    2



Peng-intensif kontras (contrast intensifier) INT meningkatkan nilai dari µA(x) di atas 0.5
dan mengecilkan yang di bawah nilai ini. Demikian intensifikasi kontras berpengaruh
mengurangi ke-fuzzy-an dari nilai linguistik A. Invers operator dari peng-intensif kontras
adalah pen-deminish kontras DIM.
Sebagai contoh, diketahui himpunan A didefinisikan oleh :

                                                  3
µ A ( x ) = segitiga (x,1,3,9 )
           Gambar 3. menunjukkan hasil dari menerapkan peng-intensif kontras INT pada A
           beberapa kali.




                                          Gambar 3. Pengaruh contrast intensifier.

1.2.       Aturan fuzzy if – then.
           Aturan fuzzy if – then mengasumsikan bentuk :
           Jika x adalah A maka y adalah B.                                               8
           Dimana A dan B adalah nilai linguistik yang didefinisikan oleh himpunan fuzzy pada
           semesta pembahasan X dan Y. Seringkali “x adalah A” disebut antecedent atau
           premise, sementara “y adalah B” disebut sebagai consequence atau conclusion.

2. Pemikiran Fuzzy.
   Pemikiran fuzzy, juga dikenal sebagai pemikiran pendekatan, adalah sebuah prosedur
   inferensi yang mengarahkan kesimpulan dari satu himpunan aturan fuzzy if – then dan
   fakta yang diketahui. Sebelum memperkenalkan pemikiran fuzzy, akan dibahas dulu
   aturan komposisional dari inferensi yang memainkan peranan kunci dalam pemikiran
   fuzzy.
   Dasar dari aturan inferensi dalam logika tradisional adalah modus ponens, menurut
   kebenaran yang dapat diinferensikan proposisi B dari kebenaran A dan implikasi A → B.
   Konsepnya adalah sebagai berikut :

       Premise 1 (kenyataan)                       : x adalah A,
       Premise 2 (aturan)                          : jika x adalah A maka y adalah B,
       Consequence (kesimpulan)                    : y adalah B

       Walaupun dalam banyak pemikiran manusia, modus ponnens digunakan dalam suatu
       pendekatan.

       Premise 1 (kenyataan)                       : x adalah A’,
       Premise 2 (aturan)                          : jika x adalah A maka y adalah B,
       Consequence (kesimpulan)                    : y adalah B’

       Dimana A’ mendekati A dan B’ mendekati B. Ketika A, B, A’ dan B’ adalah himpunan
       fuzzy dari universe yang sesuai, prosedur inferensi tadi disebut pemikiran pendekatan
       atau pemikiran fuzzy, yang juga disebut generalized modus ponnens (GMP).
       Diketahui A, A’, dan B adalah himpunan fuzzy dari X, X dan Y. Angap bahwa implikasi
       fuzzy diekspresikan sebagai relasi fuzzy R pada X × Y. Maka himpunan B dipengaruhi oleh
       “x adalah A” dan aturan fuzzy “jika x dalah A maka y adalah B didefinsikan oleh :
       µ B ' ( y ) = max x min[µ A' (x ), µ R (x, y )]
                   = ∨ x [µ A' ( x ) ∧ µ R ( x, y )]                                     9
       atau sama dengan
       B ' = A'o R = A'o( A → B )                                                        10

                                                            4
Aturan tunggal dengan Antecedent tunggal.
Masalah ini dapat diformulasikan dengan :
µ B ' ( y ) = [∨ x [µ A' ( x ) ∧ µ A ( x, y )] ∧ µ B ( y )]
            = w ∧ µ B (y)




             Gambar 4. Interpretasi GMP menggunakn implikasi fuzzy mamdani
                                 dan komposisi max – min.

dengan kata lain, pertama kali cari derajat w sebagai maximum dari                        µ A ' ( x ) ∧ µ A ( x, y ) ;
maka MF yang menghasilkan B’ sama dengan MF dari B yang terpotong oleh w,
ditunjukkan sebagai daerah yang berbayang-bayang dalam bagian consequent.
Secara intuitif, w merepresentasikan sebuah ukuran derajat kepercayaan untuk bagian
antecedent dari sebuah aturan; ukuran ini endapatkan penyebaran dengan aturan if –
then dan menghasilkan derajat kepercayaan atau MF untuk bagain consequent yang
pasti tidak lebih besar dari w.

Aturan tunggal dengan Antecedent ganda.
Suatu aturan fuzzy if – then dengan dua antecedent biasanya dituliskan sebagai “ jika x
adalah A dan y adalah B maka z adalah C”. Masalah yang berhubungan dengan GMP
diekspresikan sebagai :

Premise 1 (kenyataan)                              : x adalah A’ dan y adalah B’,
Premise 2 (aturan)                                 : jika x adalah A dan y adalah B maka z adalah C,
Consequence (kesimpulan)                           : z adalah C’




                    Gambar 5. Pendekatan pemikiran untuk antecedent ganda.

Aturan fuzzy dalam premise 2 dapat disederhanakan “A × B → C”. Secara intuitif, aturan
fuzzy dapat ditransformasikan ke dalam relasi fuzzy Rm berdasar pada fungsi implikasi
mamdani sebagai berikut :
Rm ( A, B, C ) = ( A × B ) × C =           ∫ µ ( x ) ∧ µ ( x ) ∧ µ ( x ) / ( x, y , z )
                                                   A          B       C
                                        X ×Y × Z
Mengahsilkan C’ diekspresikan sebagai :
C ' = ( A'× B') o ( A × B → C )
dengan demikian

                                                                  5
µ C ' ( z ) = (w1 ∧ w2 ) ∧ µ C (z )                                                              11
dimana w1 dan w2 adalam maxima dari MF A ∩ A’ dan B ∩ B’. Pada umumnya w1
melambangkan derajat kompatibilitas antara A dan A’, begitu juga dengan w2. setelah
bagian antecedent dari aturan fuzzy dibangun dengan hubungan “and”, maka w1 ∧ w2
disebut firing strength atau derajat pemenuhan aturan fuzzy, yang merepresentasikan
derajat pada bagian antecedent dari aturan yang telah ditentukan.

Aturan ganda dengan Antecedent ganda.
Penerjemahan dari aturan ganda biasanya diambil sebagai union dari relasi fuzzy yang
berhubungan dengan aturan fuzzy. Dengan demikian untuk masalah GMP ditulis sebagai

Premise 1 (kenyataan)                         : x adalah A’ dan y adalah B’,
Premise 2 (aturan 1)                          : jika x adalah A1 dan y adalah B1 maka z adalah C1,
Premise 3 (aturan 2)                          : jika x adalah A2 dan y adalah B2 maka z adalah C2,
Consequence (kesimpulan)                      : z adalah C’




        Gambar 6. Pemikiran fuzzy untuk aturan ganda dengan antecedent ganda.

Untuk      mem-verifikasi             prosedur     inferensi,   diketahui   R1 = A1 × B1 → C1    dan
R2 = A2 × B2 → C 2 . Setelah komposisi operator min – max ◦ adalah distributif melalui
operator U berikut ini
C ' = ( A'× B') o (R1 ∪ R2 )
    = [( A'× B') o R1 ] ∪ [( A'× B') o R2 ]
   = C '1 ∪C ' 2
dimana C’1 dan C’2 diinferensi himpunan fuzzy untuk aturan 1 dan 2.




                                                       6

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Bab xiv limit fungsi
Bab xiv  limit fungsiBab xiv  limit fungsi
Bab xiv limit fungsihimawankvn
 
Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)amy_soul89
 
15044 9-594441735220
15044 9-59444173522015044 9-594441735220
15044 9-594441735220fitra010592
 
Limit fungsi aljabar
Limit fungsi aljabarLimit fungsi aljabar
Limit fungsi aljabarmaju17
 
Matematika diskret 2
Matematika diskret 2Matematika diskret 2
Matematika diskret 2maswahyu73
 
Diferensiabel kontinu
Diferensiabel kontinuDiferensiabel kontinu
Diferensiabel kontinubobbyrey
 
Deret furir fungsi genap dan ganjil
Deret furir fungsi genap dan ganjilDeret furir fungsi genap dan ganjil
Deret furir fungsi genap dan ganjilhanif zindani
 
Latihan soal snmptn 2011 matematika dasar
Latihan soal snmptn 2011 matematika dasar Latihan soal snmptn 2011 matematika dasar
Latihan soal snmptn 2011 matematika dasar Dian Oktavia
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Muhammad Ali Subkhan Candra
 

La actualidad más candente (18)

Bab xiv limit fungsi
Bab xiv  limit fungsiBab xiv  limit fungsi
Bab xiv limit fungsi
 
Deferensial
DeferensialDeferensial
Deferensial
 
Pd3
Pd3Pd3
Pd3
 
Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)Kalkulus%xii (1)
Kalkulus%xii (1)
 
15044 9-594441735220
15044 9-59444173522015044 9-594441735220
15044 9-594441735220
 
Limit fungsi aljabar
Limit fungsi aljabarLimit fungsi aljabar
Limit fungsi aljabar
 
Limit fungsi...
Limit fungsi...Limit fungsi...
Limit fungsi...
 
Matematika diskret 2
Matematika diskret 2Matematika diskret 2
Matematika diskret 2
 
Diferensiabel kontinu
Diferensiabel kontinuDiferensiabel kontinu
Diferensiabel kontinu
 
Deret furir fungsi genap dan ganjil
Deret furir fungsi genap dan ganjilDeret furir fungsi genap dan ganjil
Deret furir fungsi genap dan ganjil
 
Kalkulus modul limit fungsi
Kalkulus modul limit fungsiKalkulus modul limit fungsi
Kalkulus modul limit fungsi
 
Latihan soal snmptn 2011 matematika dasar
Latihan soal snmptn 2011 matematika dasar Latihan soal snmptn 2011 matematika dasar
Latihan soal snmptn 2011 matematika dasar
 
R5 g kel 4 kal2 2
R5 g kel 4 kal2 2R5 g kel 4 kal2 2
R5 g kel 4 kal2 2
 
Binomial fe u nsam 2011
Binomial fe u nsam 2011Binomial fe u nsam 2011
Binomial fe u nsam 2011
 
Met num 1
Met num 1Met num 1
Met num 1
 
Pp 4(bab4)
Pp 4(bab4)Pp 4(bab4)
Pp 4(bab4)
 
Turunan fungsi
Turunan fungsiTurunan fungsi
Turunan fungsi
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 

Destacado

Sistem inferensi fuzzy
Sistem inferensi fuzzySistem inferensi fuzzy
Sistem inferensi fuzzyAinul Yaqin
 
Pemodelan proses
Pemodelan prosesPemodelan proses
Pemodelan prosesAinul Yaqin
 
Service oriented architecture
Service oriented architectureService oriented architecture
Service oriented architectureAinul Yaqin
 
Perencanaan produksi
Perencanaan produksiPerencanaan produksi
Perencanaan produksiAinul Yaqin
 
Simulasi ERP Peternakan Ayam Petelur
Simulasi ERP Peternakan Ayam PetelurSimulasi ERP Peternakan Ayam Petelur
Simulasi ERP Peternakan Ayam PetelurAinul Yaqin
 
03. identifikasi dan analisis kebutuhan
03. identifikasi dan analisis kebutuhan03. identifikasi dan analisis kebutuhan
03. identifikasi dan analisis kebutuhanAinul Yaqin
 
The Generic IS/IT Bussiness Value Category : Cases In Indonesia
The Generic IS/IT Bussiness Value Category : Cases In IndonesiaThe Generic IS/IT Bussiness Value Category : Cases In Indonesia
The Generic IS/IT Bussiness Value Category : Cases In IndonesiaAinul Yaqin
 
Teknologi informasi
Teknologi informasiTeknologi informasi
Teknologi informasiAinul Yaqin
 
Sistem informasi
Sistem informasiSistem informasi
Sistem informasiAinul Yaqin
 
Analisis optimasi penempatan lokasi pusat kesehatan masyarakat kota batu
Analisis optimasi penempatan lokasi pusat kesehatan masyarakat kota batuAnalisis optimasi penempatan lokasi pusat kesehatan masyarakat kota batu
Analisis optimasi penempatan lokasi pusat kesehatan masyarakat kota batuAinul Yaqin
 
04. identifikasi dan analisis alternatif solusi
04. identifikasi dan analisis alternatif solusi04. identifikasi dan analisis alternatif solusi
04. identifikasi dan analisis alternatif solusiAinul Yaqin
 
Desain dan prototiping output
Desain dan prototiping outputDesain dan prototiping output
Desain dan prototiping outputAinul Yaqin
 
Rancang Bangun SIstem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Memantau Kualita...
Rancang Bangun SIstem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Memantau Kualita...Rancang Bangun SIstem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Memantau Kualita...
Rancang Bangun SIstem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Memantau Kualita...Ainul Yaqin
 
Sistem Informasi Administrasi Kelurahan
Sistem Informasi Administrasi KelurahanSistem Informasi Administrasi Kelurahan
Sistem Informasi Administrasi KelurahanAinul Yaqin
 
Desain dan prototyping input
Desain dan prototyping inputDesain dan prototyping input
Desain dan prototyping inputAinul Yaqin
 
Pengantar sistem informasi
Pengantar sistem informasiPengantar sistem informasi
Pengantar sistem informasiAinul Yaqin
 

Destacado (20)

Sistem inferensi fuzzy
Sistem inferensi fuzzySistem inferensi fuzzy
Sistem inferensi fuzzy
 
Pemodelan proses
Pemodelan prosesPemodelan proses
Pemodelan proses
 
Service oriented architecture
Service oriented architectureService oriented architecture
Service oriented architecture
 
Perencanaan produksi
Perencanaan produksiPerencanaan produksi
Perencanaan produksi
 
Desain database
Desain databaseDesain database
Desain database
 
Simulasi ERP Peternakan Ayam Petelur
Simulasi ERP Peternakan Ayam PetelurSimulasi ERP Peternakan Ayam Petelur
Simulasi ERP Peternakan Ayam Petelur
 
03. identifikasi dan analisis kebutuhan
03. identifikasi dan analisis kebutuhan03. identifikasi dan analisis kebutuhan
03. identifikasi dan analisis kebutuhan
 
The Generic IS/IT Bussiness Value Category : Cases In Indonesia
The Generic IS/IT Bussiness Value Category : Cases In IndonesiaThe Generic IS/IT Bussiness Value Category : Cases In Indonesia
The Generic IS/IT Bussiness Value Category : Cases In Indonesia
 
Tabel ranti
Tabel rantiTabel ranti
Tabel ranti
 
Posdaya
PosdayaPosdaya
Posdaya
 
Teknologi informasi
Teknologi informasiTeknologi informasi
Teknologi informasi
 
Sistem informasi
Sistem informasiSistem informasi
Sistem informasi
 
Analisis optimasi penempatan lokasi pusat kesehatan masyarakat kota batu
Analisis optimasi penempatan lokasi pusat kesehatan masyarakat kota batuAnalisis optimasi penempatan lokasi pusat kesehatan masyarakat kota batu
Analisis optimasi penempatan lokasi pusat kesehatan masyarakat kota batu
 
04. identifikasi dan analisis alternatif solusi
04. identifikasi dan analisis alternatif solusi04. identifikasi dan analisis alternatif solusi
04. identifikasi dan analisis alternatif solusi
 
Desain dan prototiping output
Desain dan prototiping outputDesain dan prototiping output
Desain dan prototiping output
 
Rancang Bangun SIstem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Memantau Kualita...
Rancang Bangun SIstem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Memantau Kualita...Rancang Bangun SIstem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Memantau Kualita...
Rancang Bangun SIstem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk Memantau Kualita...
 
Sistem Informasi Administrasi Kelurahan
Sistem Informasi Administrasi KelurahanSistem Informasi Administrasi Kelurahan
Sistem Informasi Administrasi Kelurahan
 
Desain dan prototyping input
Desain dan prototyping inputDesain dan prototyping input
Desain dan prototyping input
 
Pengantar sistem informasi
Pengantar sistem informasiPengantar sistem informasi
Pengantar sistem informasi
 
Konsep ERP
Konsep ERPKonsep ERP
Konsep ERP
 

Más de Ainul Yaqin

Materi Kuliah Sistem Informasi 12 Audit Menggunakan Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 12 Audit Menggunakan Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 12 Audit Menggunakan Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 12 Audit Menggunakan Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 11 Manajemen Proyek Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 11 Manajemen Proyek Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 11 Manajemen Proyek Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 11 Manajemen Proyek Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 10 Pengembangan Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 10 Pengembangan Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 10 Pengembangan Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 10 Pengembangan Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 09 Perencanaan Strategis Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 09 Perencanaan Strategis Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 09 Perencanaan Strategis Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 09 Perencanaan Strategis Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 08 Kecerdasan dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 08 Kecerdasan dalam Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 08 Kecerdasan dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 08 Kecerdasan dalam Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 07 Enterprise System.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 07 Enterprise System.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 07 Enterprise System.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 07 Enterprise System.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 06 Arsitektur Infrastruktur dalam Sistem Infor...
Materi Kuliah Sistem Informasi 06 Arsitektur Infrastruktur dalam Sistem Infor...Materi Kuliah Sistem Informasi 06 Arsitektur Infrastruktur dalam Sistem Infor...
Materi Kuliah Sistem Informasi 06 Arsitektur Infrastruktur dalam Sistem Infor...Ainul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 05 Arsitektur Data dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 05 Arsitektur Data dalam Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 05 Arsitektur Data dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 05 Arsitektur Data dalam Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 04 Teknologi dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 04 Teknologi dalam Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 04 Teknologi dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 04 Teknologi dalam Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 03 Sistem Informasi dalam Organisasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 03 Sistem Informasi dalam Organisasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 03 Sistem Informasi dalam Organisasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 03 Sistem Informasi dalam Organisasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 02 Pengantar Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 02 Pengantar Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 02 Pengantar Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 02 Pengantar Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 01 Pendahuluan.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 01 Pendahuluan.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 01 Pendahuluan.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 01 Pendahuluan.pptxAinul Yaqin
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 13 Tata Kelola Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 13 Tata Kelola Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 13 Tata Kelola Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 13 Tata Kelola Sistem Informasi.pptxAinul Yaqin
 
12 Software Measurement
12 Software Measurement12 Software Measurement
12 Software MeasurementAinul Yaqin
 
14 Software Engineering Economics
14 Software Engineering Economics14 Software Engineering Economics
14 Software Engineering EconomicsAinul Yaqin
 
13 Software Engineering Model and Methods
13 Software Engineering Model and Methods13 Software Engineering Model and Methods
13 Software Engineering Model and MethodsAinul Yaqin
 
08 Software Testing
08 Software Testing08 Software Testing
08 Software TestingAinul Yaqin
 
04 Software Design Strategies and Methods
04 Software Design Strategies and Methods04 Software Design Strategies and Methods
04 Software Design Strategies and MethodsAinul Yaqin
 
07 Software Construction Technology
07 Software Construction Technology07 Software Construction Technology
07 Software Construction TechnologyAinul Yaqin
 

Más de Ainul Yaqin (20)

Materi Kuliah Sistem Informasi 12 Audit Menggunakan Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 12 Audit Menggunakan Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 12 Audit Menggunakan Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 12 Audit Menggunakan Sistem Informasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 11 Manajemen Proyek Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 11 Manajemen Proyek Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 11 Manajemen Proyek Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 11 Manajemen Proyek Sistem Informasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 10 Pengembangan Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 10 Pengembangan Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 10 Pengembangan Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 10 Pengembangan Sistem Informasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 09 Perencanaan Strategis Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 09 Perencanaan Strategis Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 09 Perencanaan Strategis Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 09 Perencanaan Strategis Sistem Informasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 08 Kecerdasan dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 08 Kecerdasan dalam Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 08 Kecerdasan dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 08 Kecerdasan dalam Sistem Informasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 07 Enterprise System.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 07 Enterprise System.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 07 Enterprise System.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 07 Enterprise System.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 06 Arsitektur Infrastruktur dalam Sistem Infor...
Materi Kuliah Sistem Informasi 06 Arsitektur Infrastruktur dalam Sistem Infor...Materi Kuliah Sistem Informasi 06 Arsitektur Infrastruktur dalam Sistem Infor...
Materi Kuliah Sistem Informasi 06 Arsitektur Infrastruktur dalam Sistem Infor...
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 05 Arsitektur Data dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 05 Arsitektur Data dalam Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 05 Arsitektur Data dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 05 Arsitektur Data dalam Sistem Informasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 04 Teknologi dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 04 Teknologi dalam Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 04 Teknologi dalam Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 04 Teknologi dalam Sistem Informasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 03 Sistem Informasi dalam Organisasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 03 Sistem Informasi dalam Organisasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 03 Sistem Informasi dalam Organisasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 03 Sistem Informasi dalam Organisasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 02 Pengantar Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 02 Pengantar Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 02 Pengantar Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 02 Pengantar Sistem Informasi.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 01 Pendahuluan.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 01 Pendahuluan.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 01 Pendahuluan.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 01 Pendahuluan.pptx
 
Materi Kuliah Sistem Informasi 13 Tata Kelola Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 13 Tata Kelola Sistem Informasi.pptxMateri Kuliah Sistem Informasi 13 Tata Kelola Sistem Informasi.pptx
Materi Kuliah Sistem Informasi 13 Tata Kelola Sistem Informasi.pptx
 
01. Pendahuluan
01. Pendahuluan01. Pendahuluan
01. Pendahuluan
 
12 Software Measurement
12 Software Measurement12 Software Measurement
12 Software Measurement
 
14 Software Engineering Economics
14 Software Engineering Economics14 Software Engineering Economics
14 Software Engineering Economics
 
13 Software Engineering Model and Methods
13 Software Engineering Model and Methods13 Software Engineering Model and Methods
13 Software Engineering Model and Methods
 
08 Software Testing
08 Software Testing08 Software Testing
08 Software Testing
 
04 Software Design Strategies and Methods
04 Software Design Strategies and Methods04 Software Design Strategies and Methods
04 Software Design Strategies and Methods
 
07 Software Construction Technology
07 Software Construction Technology07 Software Construction Technology
07 Software Construction Technology
 

Pemikiran dan aturan fuzzy

  • 1. Pemikiran dan Aturan Fuzzy Pada bab ini dibahas tentang definisi dari variable linguistic dan nilai linguistic dan menjelaskan bagaimana menggunakannya dalam aturan fuzzy, yang mana adalah sebuah peralatan yang efisien untuk pemodelan kuantitatif dari kata atau kalimat dalam sebuah bahasa alami atau cerdas. Aturan fuzzy dan pemikiran fuzzy adalah tulang punggung dari system inferensi fuzzy, yang mana adalah peralatan pemodelan yang sangat penting yang berdasar pada teori fuzzy. Aturan dan penjelasan fuzzy tersebut telah berhasil diterapkan pada area yang luas, seperti pada control otomatik, system pakar, pengenalan pola, prediksi time series dan klasifikasi data. 1. Aturan fuzzy if – then. 1.1. Variabel linguistik. Sebuah variabel linguistik dikarakterisasi oleh sebuah quintuple (x, T(x), X, G, M) yang mana : x adalah nama variabel. T(x) adalah term set dari x; yaitu himpunan dari nilai linguistik atau linguistic term-nya. X adalah universe pembicaraan. G adalah sebuah aturan sintaktis yang mana meng-generate term dalam T(x). M adalah sebuah aturan semantik yang berhubungan dengan tiap nilai linguistik A yang berarti M(A), dimana M(A) melambangkan sebuah himpunan fuzzy dalam X. Sebuah contoh yang membantu untuk menjelaskan masalah ini. Jika usia diartikan sebagai variabel linguistik, maka istilah himpunan T(usia) akan menjadi : muda, tidak _ muda, sangat _ muda, tidak _ sangat _ muda, K ,  setengah _ baya, tidak _ setengah _ baya, K ,    T (usia ) =   tua, tidak _ tua, sangat _ tua, lebih _ atau _ sedikit _ tua, tidak _ sangat _ tua, K , tidak _ sangat _ muda _ dan _ tidak _ sangat _ tua, K    dimana tiap istilah dalam T(usia) dikarakterisasi oleh suatu himpunan fuzzy dari semesta pembicaraan X = [0, 100]. Biasanya digunakan “usia muda” untuk menandakan perjanjian dari nilai linguistik “muda” pada variabel linguistik usia. Dengan kontras, ketika usia diartikan sebagai variabel numerik, digunakan ekspresi “usia = 20” sebagai ganti memasukkan nilai numerik pada variabel usia. Aturan sintaktik yang mengacu pada cara nilai-nilai linguistik dihasilkan dalam hal himpunan T(usia). Aturan semantik mendefinisikan fungsi keanggotaan dari tiap nilai linguistik dari himpunan. Gambar 1. menunjukkan beberapa fungsi keanggotaan tipikal. Gambar 1. MF tipikal dari himpunan T(usia) Dari contoh sebelumnya, himpunan terdiri dari istilah-istilah utama (muda, setengah baya, tua) dimodifikasi dengan negasi dan/atau batas (sangat, lebih atau sedikit, benar-benar, sangat ... sekali, dan seterusnya), dan dihubungkan dengan penghubung seperti and, or, either dan neither. Dalam akibatnya, penghubung, batas dan negasi dapat digunakan sebagi operator yang mengubah arti dari operatornya yang telah ditentukan. 1
  • 2. Diketahui A adalah nilai linguistik yang dikarakterisasi oleh suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan µ A (⋅) . Maka Ak diartikan sebagai versi yang dimodifikasi dari nilai linguistik asli diekspresikan sebagai : ∫ [µ (x )] k Ak = A /x 1 X Sehingga operasi konsentrasi didefinisikan sebagai : CON ( A) = A 2 2 sementara pembesaran diekspresikan dengan : DIL( A) = A 0.5 3 secara konvensional, CON(A) dan DIL(A) menjadi hasil dari penerapan batas “sangat” dan “lebih atau sedikit” pada istilah linguistik A. Walaupun demikian, definisi konsisten yang lain untuk batas-batas linguistik ini dimungkinkan dan dapat dibenarkan untuk berbagai aplikasi. Berikut ini definisi berbagai operator : NOT ( A) = ¬A = ∫ [1 − µ (x )]/ x X A A AND B = A ∩ B = ∫ [µ (x ) ∧ µ (x )]/ x X A B 4 A OR B = A ∪ B = ∫ [µ (x ) ∨ µ (x )]/ x X A B dimana A dan B adalah dua nilai linguistik yang didefinisikan oleh µ A (⋅) dan µ B (⋅) . Contoh membangun MF untuk istilah linguistik komposit. Diketahui istilah linguistik “muda” dan “tua” didefinisikan oleh fungsi keanggotaan sebagai berikut : 1 µ muda (x ) = bell ( x,20,2,0 ) = 4 5  x  1+    20  1 µt tua (x ) = bell (x,30,3,100 ) = 6 6  x − 100  1+    30  Dimana x adalah usia dari orang yang diketahui, dengan interval [0, 100] sebagai semesta pembahasan. Maka dapat membangun MF untuk istilah linguistik komposit berikut : Lebih atau sedikit tua = DIL(tua ) = tua 0.5 1 = ∫ X  x − 100  6 /x 1+    30  Tidak muda dan tidak tua = ¬muda ∩ ¬tua         1 − 1  ∧ 1 − 1 /x =∫ X   x    4  x − 100   6  1+     1+      20     30   2
  • 3. Muda tetapi tidak terlalu muda = muda ∩ ¬muda 2     2         =∫ 1 − 1  ∧ 1 −  1   X     /x  x      x  4 4  1+      1+       20      20       ( )) 2 CON (CON (CON (tua ))) = (tua ) 2 2 Sangat tua sekali = 8      1  = ∫ 6  /x X  x − 100    1+      30   Gambar 2. Nilai linguistik. Di sini diasumsikan bahwa batas “terlalu” sama dengan “sangat” dan arti “sangat … sekali” sama dengan “sangat sangat sangat”. Gambar 2. menunjukkan MF untuk istilah linguistik utama muda dan tua, dan juga menunjukkan MF untuk istilah linguistik komposit “lebih atau sedikit tua”, “tidak muda dan tidak tua”, “muda tetapi tidak terlalu muda” dan “sangat tua sekali”. Operasi intensifikasi kontras pada nilai linguistik didefinisikan oleh : 2 A2 0 ≤ µ A ( x ) ≤ 0.5 INT ( A) = 7 ¬2(¬A) 0.5 ≤ µ A ( x ) ≤ 1 2 Peng-intensif kontras (contrast intensifier) INT meningkatkan nilai dari µA(x) di atas 0.5 dan mengecilkan yang di bawah nilai ini. Demikian intensifikasi kontras berpengaruh mengurangi ke-fuzzy-an dari nilai linguistik A. Invers operator dari peng-intensif kontras adalah pen-deminish kontras DIM. Sebagai contoh, diketahui himpunan A didefinisikan oleh : 3
  • 4. µ A ( x ) = segitiga (x,1,3,9 ) Gambar 3. menunjukkan hasil dari menerapkan peng-intensif kontras INT pada A beberapa kali. Gambar 3. Pengaruh contrast intensifier. 1.2. Aturan fuzzy if – then. Aturan fuzzy if – then mengasumsikan bentuk : Jika x adalah A maka y adalah B. 8 Dimana A dan B adalah nilai linguistik yang didefinisikan oleh himpunan fuzzy pada semesta pembahasan X dan Y. Seringkali “x adalah A” disebut antecedent atau premise, sementara “y adalah B” disebut sebagai consequence atau conclusion. 2. Pemikiran Fuzzy. Pemikiran fuzzy, juga dikenal sebagai pemikiran pendekatan, adalah sebuah prosedur inferensi yang mengarahkan kesimpulan dari satu himpunan aturan fuzzy if – then dan fakta yang diketahui. Sebelum memperkenalkan pemikiran fuzzy, akan dibahas dulu aturan komposisional dari inferensi yang memainkan peranan kunci dalam pemikiran fuzzy. Dasar dari aturan inferensi dalam logika tradisional adalah modus ponens, menurut kebenaran yang dapat diinferensikan proposisi B dari kebenaran A dan implikasi A → B. Konsepnya adalah sebagai berikut : Premise 1 (kenyataan) : x adalah A, Premise 2 (aturan) : jika x adalah A maka y adalah B, Consequence (kesimpulan) : y adalah B Walaupun dalam banyak pemikiran manusia, modus ponnens digunakan dalam suatu pendekatan. Premise 1 (kenyataan) : x adalah A’, Premise 2 (aturan) : jika x adalah A maka y adalah B, Consequence (kesimpulan) : y adalah B’ Dimana A’ mendekati A dan B’ mendekati B. Ketika A, B, A’ dan B’ adalah himpunan fuzzy dari universe yang sesuai, prosedur inferensi tadi disebut pemikiran pendekatan atau pemikiran fuzzy, yang juga disebut generalized modus ponnens (GMP). Diketahui A, A’, dan B adalah himpunan fuzzy dari X, X dan Y. Angap bahwa implikasi fuzzy diekspresikan sebagai relasi fuzzy R pada X × Y. Maka himpunan B dipengaruhi oleh “x adalah A” dan aturan fuzzy “jika x dalah A maka y adalah B didefinsikan oleh : µ B ' ( y ) = max x min[µ A' (x ), µ R (x, y )] = ∨ x [µ A' ( x ) ∧ µ R ( x, y )] 9 atau sama dengan B ' = A'o R = A'o( A → B ) 10 4
  • 5. Aturan tunggal dengan Antecedent tunggal. Masalah ini dapat diformulasikan dengan : µ B ' ( y ) = [∨ x [µ A' ( x ) ∧ µ A ( x, y )] ∧ µ B ( y )] = w ∧ µ B (y) Gambar 4. Interpretasi GMP menggunakn implikasi fuzzy mamdani dan komposisi max – min. dengan kata lain, pertama kali cari derajat w sebagai maximum dari µ A ' ( x ) ∧ µ A ( x, y ) ; maka MF yang menghasilkan B’ sama dengan MF dari B yang terpotong oleh w, ditunjukkan sebagai daerah yang berbayang-bayang dalam bagian consequent. Secara intuitif, w merepresentasikan sebuah ukuran derajat kepercayaan untuk bagian antecedent dari sebuah aturan; ukuran ini endapatkan penyebaran dengan aturan if – then dan menghasilkan derajat kepercayaan atau MF untuk bagain consequent yang pasti tidak lebih besar dari w. Aturan tunggal dengan Antecedent ganda. Suatu aturan fuzzy if – then dengan dua antecedent biasanya dituliskan sebagai “ jika x adalah A dan y adalah B maka z adalah C”. Masalah yang berhubungan dengan GMP diekspresikan sebagai : Premise 1 (kenyataan) : x adalah A’ dan y adalah B’, Premise 2 (aturan) : jika x adalah A dan y adalah B maka z adalah C, Consequence (kesimpulan) : z adalah C’ Gambar 5. Pendekatan pemikiran untuk antecedent ganda. Aturan fuzzy dalam premise 2 dapat disederhanakan “A × B → C”. Secara intuitif, aturan fuzzy dapat ditransformasikan ke dalam relasi fuzzy Rm berdasar pada fungsi implikasi mamdani sebagai berikut : Rm ( A, B, C ) = ( A × B ) × C = ∫ µ ( x ) ∧ µ ( x ) ∧ µ ( x ) / ( x, y , z ) A B C X ×Y × Z Mengahsilkan C’ diekspresikan sebagai : C ' = ( A'× B') o ( A × B → C ) dengan demikian 5
  • 6. µ C ' ( z ) = (w1 ∧ w2 ) ∧ µ C (z ) 11 dimana w1 dan w2 adalam maxima dari MF A ∩ A’ dan B ∩ B’. Pada umumnya w1 melambangkan derajat kompatibilitas antara A dan A’, begitu juga dengan w2. setelah bagian antecedent dari aturan fuzzy dibangun dengan hubungan “and”, maka w1 ∧ w2 disebut firing strength atau derajat pemenuhan aturan fuzzy, yang merepresentasikan derajat pada bagian antecedent dari aturan yang telah ditentukan. Aturan ganda dengan Antecedent ganda. Penerjemahan dari aturan ganda biasanya diambil sebagai union dari relasi fuzzy yang berhubungan dengan aturan fuzzy. Dengan demikian untuk masalah GMP ditulis sebagai Premise 1 (kenyataan) : x adalah A’ dan y adalah B’, Premise 2 (aturan 1) : jika x adalah A1 dan y adalah B1 maka z adalah C1, Premise 3 (aturan 2) : jika x adalah A2 dan y adalah B2 maka z adalah C2, Consequence (kesimpulan) : z adalah C’ Gambar 6. Pemikiran fuzzy untuk aturan ganda dengan antecedent ganda. Untuk mem-verifikasi prosedur inferensi, diketahui R1 = A1 × B1 → C1 dan R2 = A2 × B2 → C 2 . Setelah komposisi operator min – max ◦ adalah distributif melalui operator U berikut ini C ' = ( A'× B') o (R1 ∪ R2 ) = [( A'× B') o R1 ] ∪ [( A'× B') o R2 ] = C '1 ∪C ' 2 dimana C’1 dan C’2 diinferensi himpunan fuzzy untuk aturan 1 dan 2. 6