1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hernia adalah suatu tonjolan (Protrusion) dari organ dan sebagian organ
intra abdominal yang keluar dari kavum abdomen melalui lakus minoris (Facial
defek) dinding abdomen dan masih meliputi peritoneum. (Monica, E, 2002 : hal
22). Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi di Amerika
Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap
tahunnya. Hernia Inguinalis di sisi kanan adalah tipe hernia yang paling banyak
dijumpai pria dan wanita.
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis
medialis dengan perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7
kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan
otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145
kasus. Peningkatan angka kejadian penyakit hernia inguinalis lateralis di
Indoneisa khusunya Provinsi Jawa Tengah diperkirakan karena ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin berkembang pesat. Sejalan dengan hal tersebut, maka
permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan
ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha
memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi
pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat
yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh
(Sugeng & Weni, 2010, hal 151).
Salah satu penyebab penyakit hernia yaitu akibat bekerja berat seperti
mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang
dapat menyebabkan konstipasi sehingga terjadi aktivitas mengejan saat defekasi.
Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan
2. 2
intra abdominal sehingga terjadi kelemahan otot – otot abdomen yang dapat
menimbulkan terjadinya hernia inguinalis, yang selanjutnya dapat menjadi hernia
scrotalis bila kantong hernia inguinalis mencapai scrotum.
Berkaitan dengan meningkatnya angka kejadian hernia inguinalis setiap
tahunnya baik karena faktor lanjut usia maupun faktor pekerjaan berat yang
mempengaruhi kelemahan otot dinding rongga perut serta kelelahan dari berbagai
organ tubuh, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Post Operatif Hernia Inguinalis
Lateralis di Ruang Medang Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin Tahun 2013.”
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu
memberikan dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hernia inguinalis lateralis secara komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian baik melalui anamnesa maupun
pemeriksaan fisik dengan tepat pada pasien hernia inguinalis lateralis.
2) Mampu mengelompokan dan menganalisa data pada pasien Tn. A
dengan hernia inguinalis lateralis.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Tn. A dengan hernia inguinalis lateralis di ruang Medang RSUD
Sekayu.
4) Mampu menyusun rencana keperawatan dan membuat rasional sesuai
dengan intervensi yang diberikan dan sesuai dengan diagnosa yang
ditemukan pada pasien hernia inguinalis lateralis.
3. 3
5) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. A sesuai
dengan rencana keperawatan terhadap pasien hernia inguinalis
lateralis.
6) Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan terhadap pasien hernia
inguinalis lateralis.
7) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan
hernia inguinalis lateralis.
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.3.1. Bagi Institusi Pendidikan
1) Sebagai masukan, tambahan wacana pengetahuan, dan menambah
wacana bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang khususnya
jurusan keperawatan
2) Sebagai bahan referensi di perpustakaan, sehingga menambah bahan
pustaka guna meningkatkan pengetahuan di bidang kesehatan
khususnya tentang hernia inguinalis lateralis.
1.3.2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya, dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien
dengan hernia inguinalis lateralis sehingga dapat mengurangi terjadinya
komplikasi.
1.3.3. Bagi Masyarakat
Penulis berharap hasil makalah ini dapat menambah khasanah
keilmuan dan referensi yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi
yang berkaitan dengan penanganan kasus hernia inguinalis lateralis bagi
masyarakat.
4. 4
1.3.4. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya
mengenai penanganan kasus hernia inguinalis lateralis.
1.4. Pengorganisasian Seminar
Ketua : Wahyu Dwi Ari Wibowo
Wakil Ketua : Khairunnisa
Sekretaris : Nora Dwi Purwanti
Notulen : Winda Wulandari
Moderator : Uccy Nopitriana sari
Tim Askep :
1. Nopi Pahrunisa
2. Hasanah Eka Wahyu Ningsih
3. Yuli Intan Permata Sari
4. Surya Atika
5. Tandry Angka
6. Novita Sari Narto
5. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hernia adalah suatu Protrusion atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah suatu
protrusion/penonjolan abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui
struktur yang secara normal berisi bagian yang lemah (Black, 2006).
Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat,
2004). Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus
(Mansjoer, 2002).
2.2. Anatomi Fisiologi
2.2.1. Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-
tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi
oleh anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di
dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan
ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga
6. 6
hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).
2.2.2. Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun
dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis
kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).
7. 7
2.3. Klasifikasi
Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
1) Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu
hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran
spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).
2) Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu
hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang
mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan melalui
kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).
2.4. Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002) dalam Medical Surgical Nursing, edisi 4.
Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :
1) Kelemahan otot dinding abdomen.
a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
c. Trauma
2) Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan (Konstipasi)
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
3) Faktor resiko : Kelainan congenital
8. 8
2.5. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah, sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut mengalami kelemahan,
jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren
(Oswari, E. 2000).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).
10. 10
2.6. Manifestasi Klinis
1) Penonjolan di daerah inguinal
2) Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3) Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
kram dan distensi abdomen.
4) Terdengar bising usus pada benjolan
5) Kembung
6) Perubahan pola eliminasi BAB
7) Gelisah
8) Dehidrasi
9) Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat
pasien berdiri atau mendorong.
2.7. Penatalaksanaan Medis
1) Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Gunakan celana penyangga
d. Istirahat (tirah baring)
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
11. 11
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2) Pembedahan (Operatif)
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
2.8. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah
putih (Leukosit : >10.000–18.000/mm3) dan ketidakseimbangan
elektrolit.
2.9. Komplikasi
1) Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus.
2) Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
12. 12
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3) Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata.
4) Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5) Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6) Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7) Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8) Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9) Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
2.10. Proses Keperawatan
2.10.1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan dan keperawatan
Riwayat kesehatan dan keperawatan digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kebiasaan – kebiasaan pasien yang mencerminkan kebiasaan sehari –
hari.
b. Riwayat sosial
Perawat dapat mengumpulkan data tentang cara hidup pasien, latar belakang
pendidikan, sumber – sumber ekonomi, agama, kebudayaan dan etnik pada
pasien hernia.
13. 13
c. Riwayat psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana
asuhan konprehensif. Perawat dapat mengidentifikasi stress maupun sumber –
sumber mengatasi stress ( koping ) untuk mengatasi penyakit dan perubahan
yang ada.
d. Data Dasar
1. Aktifitas / istirahat
Gejala Riwayat pekerjaan yang perlu dikaji. Jangan mengangkat
benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
Tanda Atrofi otot pada bagian yang terkena, gangguan dalam
berjalan dan keterbatasan dalam mobilisasi.
2. Eliminasi
Gejala Konstifasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontinensia / retensi urine.
3. Integritas ego
Gejala Ketakutan dalam timbulnya paralysis, ansietas masalah
pekerjaan dan financial keluarga.
Tanda Tanda cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang
terdekat.
4. Neurosensori
Gejala Kesemutan, kelemahan dari tangan dan kaki.
Tanda Penurunan refleks tendon dan kelemahan otot, adanya
persepsi nyeri.
5. Kenyaman / nyeri
Gejala Nyeri seperti ditusuk pisau, akan semakin memburuk
14. 14
dengan adanya batuk, bersin, depekasi, nyeri yang tidak
ada hentinya secara intermiten, nyeri dapat menjalar, ke
kaki, lengan, bokong dan kaku pada leher, keterbatasan
mobilisasi.
Tanda dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan berbeda seperti biasanya,
pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena,
nyeri pada daerah luka operasi.
6. Keamanan
Pada luka operasi akan ditemukan adanya tanda nyeri, kemerahan,
bengkak, demam dan penurunan fungsi.
7. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala Gaya hidup monoton dan hiperaktif
Rencana pemulangan Memerlukan perawatan luka
Pertimbangan Lama perawatan 7– 14 hari
3.1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Post Operasi
hernia inguinalis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pembedahan post op herniotomi.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan
daerah operasi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan
4. Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri, trauma, dan akibat
anastesi selama pembedahan abdomen bawah
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
15. 15
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan efek
anastesi
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses perawatan post operasi
berhubungan dengan kurangnya informasi
3.2. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan post op
herniotomi.
Tujuan : Setelah dilakukkan perawatan 3 x 24 jam nyeri bisa berkurang
hingga hilang
Kriteria Hasil :
a) Klien memperlihatkan rasa nyaman
b) Skala nyeri klien 1-3
c) Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi Rasional
Kaji tingkat nyeri Untuk mengetahui skala nyeri yang
terjadi pada pasien
Jelaskan penyebab nyeri Denagn menjelaskan penyebab nyeri
diharapkan dapat mengurangi stress dan
klien dapat mengerti tentang keadaan
dirinya
Ciptakan lingkungan yang terapeutik Agar pasien merasa tenang dan nyaman
Kolaborasi dalam pemberian analgesic
dan antibiotic
Mengurangi nyeri dan mencegah
terjadinya infeksi pada daerah insisi
16. 16
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
pembedahan daerah operasi
Tujuan : Setelah dilakukkan perawatan 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi
b) TTV klien dalam keadaan normal
c) Luka mengering
Intervensi Rasional
Periksa luka jahitan setiap hari Luka basah akan memungkinkan terjadi
infeksi
Bersihkan luka dengan tehnik steril Menghindari terjadinya kontaminasi
Ganti perban setiap hari Mengurangi resiko terjadinya infeksi
Ukur vital sign setiap hari Adanya demam sebagai tanda adanya
infeksi
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotic
Mencegah terjadinya infeksi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan
Tujuan : Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan
perawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a) Penyembuhan luka sesuai waktu
b) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
c) Tidak terjadi pendarahan
17. 17
Intervensi Rasional
Kaji ulang integritas luka dan observasi
terhadap tanda infeksi atau drainage
Untuk mengetahui tingkat kerusakan
integritas kulit dan derajat keparahan.
Monitor tanda-tanda vital dan suhu
tubuh pasien
Tanda-tanda vital untuk memonitor
keadaan dan perubahan status
kesehatan klien
Lakukan perawatan pada luka operasi
sesuai dengan jadwal
Mencegah keparahan dan memperbaiki
jaringan kulit yang rusak
Lakukan alih posisi dengan sering
pertahankan kesejajaran tubuh
Menghindari dekubitus
Pertahankan sprei tempat tidut tetap
kering dan bebas kerutan
Menghindari adanya decubitus pada
klien
Gunakan tempat tidur busa atau kasut
udara sesuai indikasi
Menghindari adanya decubitus pada
klien
Kolaborasi pemberian antibiotic Mempercepat proses penyembuhan
luka operasi dan decubitus.
4. Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri, trauma, dan akibat
anastesi selama pembedahan abdomen bawah
Tujuan : Setelah dilakukkan perawatan 1 x 24 jam Pasien dapat berkemih
tanpa kesulitan
Kriteria Hasil :
a) Dalam 8-10 jam pasca pembedahan pasien berkemih tanpa kesulitan
b) Klien mengeluarkan urin sebanyak =100 ml setiap perkemihan.
Intervensi Rasional
Kaji dan dokumentasikan distensi
suprapubik atau laporan pasien tentang
tidak dapat berkemih
Temuan ini dapat memberikan tanda
bila ada kerusakan jaringan lanjut dan
perlu pemeriksaan lebih lanjut
18. 18
Pantau haluan urine, dokumentasikan
dan laporkan berkemih sering < 100 ml
Untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan / penyimpangan dari hasil
yang diharapkan
Kolaborasi dalam pemberian antibiotic Untuk mengatasi dan mencegah infeksi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
Tujuan : Klien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :
a) Klien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
b) Klien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
c) Kualitas dan kuantitas tidur normal.
Intervensi Rasional
Berikan kesempatan untuk beristirahat /
tidur sejenak, anjurkan latihan pada
siang hari, turunkan aktivitas mental /
fisik pada sore hari.
Karena aktivitas fisik dan mental yang
lama mengakibatkan kelelahan yang
dapat mengakibatkan kebingungan,
aktivitas yang terprogram tanpa
stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur
Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai
perkembangan hari demi hari.
Peningkatan kebingungan, disorientasi
dan tingkah laku yang tidak kooperatif
(sindrom sundowner) dapat melanggar
pola tidur yang mencapai tidur pulas
Berikan makanan kecil sore hari, susu
hangat, mandi dan masase punggung
Meningkatkan relaksasi dengan perasan
mengantuk
Berikan terapi analgetik sesuai indikasi Menghilangkan nyeri post operasi
19. 19
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri post
operasi
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
b) Mempertahankan posisi fungsional
c) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
d) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
Pertahankan tirah baring dalam posisi
yang diprogramkan
Tirah baring mengistirahatkan
muskuloskelektal sehingga aktivitas
bertahap tidak kelelahan
Tinggikan ekstrimitas yang sakit Sebagai relaksasi mmengurangi rasa
nyeri dan kenyamanan mobilitas fisik
Instruksi klien/bantu dalam latihan
rentang gerak pada ekstremitas yang
sakit dan tak sakit.
Latihan secara bertahap dapat
meningkatkan kemandirian klien dalam
beraktivitas.
Jelaskan pandangan dan keterbatasan
dalam aktivitas
Keterbatasan gerak dapat dimanfaatkan
untuk istirahat dan kenyamanan klien
dan latihan bertahap dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam
beraktivitas.
Berikan dorongan pada pasien untuk
melakukan aktifitas dalam lingkup
keterbatasan dan beri bantuan sesuai
kebutuhan. Awasi tekanan darah, nadi
dengan melakukan aktivitas
Untuk meningkatkan kemandirian klien
dalam beraktivitas dan mobilisasi,
latihan secara bertahap menghindari
kelelahan dan injury
20. 20
Ubah posisi secara periodic tiap 2 jam Meningkatkan kenyamanan dan
keamanan klien dan mencegah
dekubitus.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses perawatan post operasi
berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Setelah dilakukkan perawatan 1 x 24 jam klien mengetahui
perawatan lanjutan setelah pembedahan (operatif)
Kriteria Hasil :
a) Memperlihatkan rasa tenang dan nyaman
b) Klien mengetahui tentang proses penyakitnya
c) Klien mengetahui perawatan lanjutan penyakitnya
Intervensi Rasional
Terangkan tentang penyakit dan
pengobatan
Pasien mengerti dan mau bekerja sama
Beri motivasi pada pasien Agar pasien tidak cemas
Beri informasi tentang pengobatan Agar pasien mengetahui tentang
pengobatan penyakitnya.
21. 21
BAB III
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
3.1. Pendahuluan
Seiring dengan upaya mewujudkan visi dan misi Kabupaten Musi
Banyuasin PERMATA MUBA 2017, Pemerintah Republik Indonesia
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun 2005,
tanggal 13 Juni 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(BLU), Rumah Sakit Umum Daerah sekayu mengalami perubahan status institusi
dari Unit Pelaksana Teknisi Daerah (UPTD) Kabupaten Musi Banyuasin ke
Badan Layanan Umum Daerah Musi Banyuasin berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Musi Banyuasin No. 451 tahun 2008 pada tanggal 31 Maret 2008, tentang
penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang menetapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.
Tujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin mengubah status
kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu menjadi Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) adalah memberikan kewenangan dalam pengelolaan keuangan
dan tetap sebagai Badan Layanan Umum nirlaba dan senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatannya BLUD
berfungsi sosial, profesional, dan etis dengan pengelolaan yang ekonomis serta
tidak semata-mata mencari keuntungan.
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu dalam upaya menjadikan pelayanan
RSUD Sekayu sebagai Rumah Sakit Daerah yang berstandar Internasional,
merupakan rumah sakit rujukan dari 2 (dua) buah rumah sakit (RSUD Bayung
Lincir dan RSUD Sungai Lilin), 25 (dua puluh lima) unit Puskesmas, 103 (seratus
tiga) Puskesmas Pembantu, 142 (seratus empat puluh dua) Poliklinik Desa dan 22
(dua puluh dua) unit Puskesmas keliling serta sebagai lahan praktek bagi Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan Institusi Pendidikan
Kesehatan lainnya yang berada di Provinsi Sumatera Selatan.
22. 22
Selain melayani masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin dengan
Jamkesmas Muba Semesta (bagi penduduk MUBA), juga melayanai masyarakat
luar kabupaten baik dengan jamkessos Sumsel Semesta, maupun Jamkesmas
Nasional, sehingga RSUD Sekayu mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menunjang pelayanan kesehatan di Kabupaten Muba dan sekitarnya, dengan
pelayanan unggulan di bidang Penyakit Dalam khususnya Diabetes dan Klinik-
klinik Rawat Jalan.
3.2. VISI dan MISI
VISI RSUD SEKAYU
“Mewujudkan Pelayanan Rumah Sakit yang prima dalam rangka
menyukseskan PERMATA MUBA tahun 2017 menuju Rumah Sakit Kelas
Dunia (World Class Hospital)”
MISI RSUD SEKAYU
1. Mengembangkan Education Medical Hospital
2. Menyelenggarakan Pusat Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di
Sumatera Selatan
3.3. Budaya RSUD Sekayu
Memberikan pelayanan efektif, berkualitas dikenal dengan PRIMA, yaitu:
P Profesional, dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas RSUD Sekayu
harus profesional, tanpa memandang pangkat, jabatan, strata ekonomi,
hubungan keluarga dan suku budaya melayani sama kedudukannya
sebagai makhluk Allah SWT yang berorientasi hanya kepada kepuasan
pelanggan
R Ramah, semua petugas rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada
seluruh masyarakat harus bersikap ramah tamah dengan menunjukkan
wajah yang jernih dan antusias
23. 23
I Ikhlas, dalam melaksanakan tugasnya seluruh petugas rumah sakit harus
dilandasi dengan keikhlasan, sehingga akan terpancar antusiasme dalam
bekerja dan menyadari bahwa bekerja adalah salah satu ibadah
M Memuaskan, semua yang diberikan kepada pasien/pelanggan (eksternal
maupun internal) rumah sakit diberikan seoptimal dan semaksimal
mungkin dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan/masyarakat
A Andalan, upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Sekayu dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga
pelayanan yang diberikan dapat diandalkan dan dipercaya oleh seluruh
penduduk Musi Banyuasin
3.4. Motto RSUD Sekayu
F. A. C. E. With S. M. I. L. E
(Fast, Accurate, Caring, Efficient with Spirit, Moralities, Intelligent,
Loyalities, Excelent)
3.5. Maksud dan Tujuan Badan Layanan Umum
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan senantiasa
berorientasi kepada kepentingan masyarakat
2. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas internasional sesuai standar
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, berkualitas dan
bermoral tinggi
4. Menyelenggarakan kerja sama yang baik dengan pihak terkait, baik
internal maupun eksternal
5. Meningkatkan fungsi sistem rujukanyang responsif dan
berkesinambungan
24. 24
3.6. Lingkungan RSUD Sekayu
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu, yang terletak di jalan Kolonel Wahid
Udin Lingkungan 1 Kayuara, Sekayu (Sebelah RSUD Sekayu gedung lama),
mempunyai fasilitas untuk menyelenggarakan berbagai jenis pelayanan spesialis
dan sub spesialis serta menjadi pusat rujukan di wilayah Kabupaten Musi
Banyuasin dan sekitarnya. RSUD Sekayu terdiri dari gedung A, B, C, D masing-
masing 2 lantai dengan uraian sebagai berikut:
1. Gedung A
1) Poli klinik
2) Farmasi
3) IGD
4) Radiologi
5) Ruang rapat staf
6) Aula
7) Ruang komite medik
8) Administrasi
9) Kantin
10) Bank Sumsel
11) Ruang verifikator jaminan pelayanan
12) Rehabilitasi medik
13) Klinik bungur (VCT)
14) Ruang humas
15) ICU/ICCU/NICU
16) Kebidanan (VK dan neonatus)
17) Kamar Bedah
18) Hemodialisa
19) Rekam medik
25. 25
2. Gedung B
1) Ruang perawatan rawat inap
a. Kelas III noneinfeksi diberi nama Ruang Sungkai
b. Kelas III Infeksi diberi nama Ruang Medang
c. Kelas II diberi nama Ruang Meranti (kelas II dan III bangsal
kebidanan dan rawat gabung)
d. Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
e. Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
2) Ruang bidang keperawatan RSUD Sekayu
3. Gedung C
1) Ruang gizi
2) Laundry
3) Mushollah
4) Ruang bermain anak (penitipan anak)
5) Ruang makan karyawan
6) Sekretariat Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB)
7) Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim (TPA)
8) Hemodialisa
4. Gedung D
1) IPSRS
2) Bengkel
3) Genset
4) Kamar jenazah
5) Instalasi gas medis
Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi fasilitas dan
sarana penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, dengan
kapasitas 165 tempat tidur, dengan perincian sebagai berikut:
26. 26
No Uraian Jumlah
1 Kelas utama VIP (Petanang) 10
2 Kelas I (Tembesu) 20
3 Kelas II (Meranti) 20
4 Kelas II Bangsal kebidanan 22
5 Kelas III noninfeksi (Sungkai) 40
6 Kelas III infeksi (Medang) 40
7 ICU 4
8 NICU 4
9 Neonatus 5
TOTAL 165 tempat tidur
3.7. Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu
Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu mengacu pada
Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin dimana ada 1 (satu) Kepala Bagian
dan 3 Kepala Bidang yang membantu Direktur dalam menyelenggarakan
operasional RSUD Sekayu ini. Selain itu dibantu juga dengan Komite Medik,
Komite Keperawatan, dan Staf Medik Fungsional. Setiap bagian dan bidang
dibantu oleh 2 (dua) oarang penjaga structural yang disebut kepala seksi.
Adapun susunan organisassi RSUD Sekayu pada tahun 2013 adalah
sebagai berikut:
1. Direktur RSUD Sekayu (Plt) : Dr. H. Azmi Dariumansyah
2. Kepala Bagian Tata Usaha : Hapzih, SST, SKM, MM
a. Kasubbag Administrasi dan umum : Hj. Solehatun Robiah, SKM
b.Kasubbag Diklat dan Litbang : Fazilah, SKM
c. Kasubbag Sarana dan Rekam Medik : Yulrizal, SKM
3. Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa rabiati, SH, M. Kes
a. Kepala Seksi Adm Keperawatan : H. Asmapit, S. Kep, SKM, M. Kes
27. 27
b.Kepala Seksi Layanan Rawat : Mursidah, Am. Keb
4. Kepala Bidang Pelayanan : Dr. Ira Puspita M
a. Kepala Seksi Pelayanan Medis : Zalmah, HY, SE
b.Kepala Penunjang Medis : H. Achmadi, SKM, M. Si
5. Kepala Bidang Keuangan dan Program : Plh. Elliya, SE
a. Kepala Seksi Keuangan dan Program : Elliya, SE
b.Kepala Seksi Akuntansi : Padul Arpa, S. Sos, M. Si
6. Kepala Instalasi
a. Instalasi Rawat Jalan : Dr. Tien Suparmi
b.Instalasi Rawat Inap : Dr. Lita Haryati
c. Instalasi Gawat Darurat : Dr. Ernaliya
d.Instalasi Bedah Sentral : Dr. Febriyanto K, Sp. B
e. Instalasi ICU : Dr. Joko
f. Instalasi Farmasi : Dra. Hanifdar, Apt
g. Instalasi Laboratorium : Dr. Asep Zainuddin, SpPK
h. Instalasi Radiologi : Dr. Agus Perwira, Sp. Rad
i. Instalasi Rehabilitasi Medik : Dr. Jalalin, SpRM
j. Instalasi Gizi : Farida SKM
k.Instalasi Pemeliharaan Sarana RS : Fauziah, SKM
l. Instalasi Ambulance : M. Firanha, Amd
7. Kepala Ruang Perawatan Pasien
a. Kepala Ruang ICU : Sumartono, AmK
b.Kepala Ruang OK : Rohimi, SKM
c. Kepala Ruang IGD : Marni Elyzah, Am. Kep
d.Kepala Ruang Sungkai : Ratna Dewinta, AmK
e. Kepala Ruang Medang : Farida Yazid, Am. Kep
f. Kepala Ruang Meranti : Yulia Sylvianti, Am. Kep
28. 28
g. Kepala Ruang Patanang/Tembesu : Irma Subriani, Am. Kep
h. Kepala Ruang Zaal Kebidanan : Nirwana, Am. Keb
i. Kepala Ruang VK Kebidanan : Zuryati, Am. Keb
j. Kepala Ruang NICU : Suaibatul AM, Am. Kep
k.Kepala Ruang Neonatus : Sri Mulyani, Am. Keb
8. Kepala Ruang Penunjang Medis
a. Kepala Ruang Farmasi : Lukman Afriadiansyah, Apt
b.Kepala Ruang Sanitasi : Fauziah, Am. KL, SKM
c. Kepala Ruang IPSRS : Nirwan Gautama
d.Kepala Ruang CSSD : Leni Marlina, SKM
e. Kepala Ruang Laboratorium : Edy Sumantri, SKM
f. Kepala Ruang Radiologi : Nurhidayat Arifisnto, SKM
g. Kepala Ruang Rehabilitasi Medik : Sri Suryani, Am. Ft
9. Supervisor RSUD Sekayu
a. Supervisor Administrasi
1) H. Asmapit, S. Kep, SKM, M. Kes
2) Taufik, S.Pd
3) Tendy Yosef, Am. Kep
4) Fadlawati, SE
5) Yulrizal, SKM
6) Irman Madani
b.Supervisor Keperawatan
1) Yulia Sylvianti, Am. Kep
2) Suaibatul Aslamiah Mair, Am. Kep
3) Nirwana, Am. Kep
4) Sumartono, Am. Kep
5) R. A Nurhidaya Oktaria, Am. Keb, SKM
6) Marni Elyzah, Am. Kep
30. 30
BAB IV
TINJAUAN KASUS
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Post Operatif Hernia Inguinalis
Lateralis di Ruang Medang RSUD Sekayu”
4.1. Pengkajian
1. Identitas
Identitas Klien
Nama : Tn. “A”
Umur : 83 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Status : Kawin
Alamat : Desa Pinang Banjar Rt 05 Rw 01
Tanggal MRS : 28 Oktober 2013, Pukul 11:59 WIB
Tanggal Pengkajian : 31 Oktober 2013, Pukul 08:15 WIB
No Registrasi : 16-24-63
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
31. 31
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Status : Kawin
Alamat : Desa Pinang Banjar Rt 05 Rw 01
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
2. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Nyeri luka operasi
2) Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien dilakukan operasi pada tanggal 31 Oktober 2013, pukul 08:00 WIB.
Setelah operasi klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi
herniotomi pada abdomen sinistra bagian bawah, skala nyeri 5 (nyeri
sedang), durasi 2 menit, frekuensi hilang timbul.
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama
sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya klien dirawat di rumah sakit.
Riwayat batuk klien (+), sakit jantung (-), dan darah tinggi (-)
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama dengan klien.
5) Riwayat Pengobatan dan Alergi
a. Riwayat pengobatan : Klien mengatakan bahwa ia belum pernah
berobat sebelumnya
b. Riwayat alergi : Klien tidak mempunyai riwayat alergi
32. 32
3. ADL (Activity Daily Living)
No Pola Kebiasaan Frekuensi
1 Pola Nutrisi dan Cairan Tanggal 31 Oktober 2013
Klien hanya menghabiskan 1/4 bagian
porsi dari makanannya.
Keluarga klien mengatakan minum 3
gelas/hari.
Tanggal 1 November 2013
Klien menghabiskan 1/2 bagian porsi
dari makanannya.
Keluarga klien mengatakan klien
minum 5 gelas/hari.
Tanggal 2 November 2013
Klien mampu menghabiskan 1 porsi
makanannya.
Keluarga klien mengatakan klien
minum 7 gelas/hari.
2 Pola Eliminasi BAB Tanggal 31 Oktober 2013
Klien mengatakan belum BAB selama
seharian post operasi.
Tanggal 1 November 2013
Klien mengatakan sudah 1x BAB/hari
tapi masih sedikit dan konsistensi
keras.
33. 33
Tanggal 2 November 2013
Klien mengatakan 1xBAB/hari dan
konsistensi sudah lunak.
3 Pola Eliminasi BAK Tanggal 31 Oktober 2013
Klien terpasang selang kateter dengan
volume 450 cc pada urin bag, warna
kuning pekat, bau khas dan tidak
terdapat endapan darah.
Tanggal 1 November 2013
Klien terpasang selang kateter dengan
volume 400 cc pada urin bag, warna
kuning, bau khas dan tidak terdapat
endapan darah.
Tanggal 2 November 2013
Klien terpasang selang kateter dengan
volume 500 cc pada urin bag, warna
kuning pekat, bau khas dan tidak
terdapat endapan darah.
4 Pola Istirahat dan Tidur Tanggal 31 Oktober 2013
Klien mengatakan kesulitan tidur,
terkadang terbangun, klien tidur
malam selama 5-6 jam dan tidur siang
1 jam.
Tanggal 1 November 2013
Klien mengatakan bahwa ia mulai
bisa tidur dengan nyenyak. Tidur
malam klien 6-7 jam dan tidur siang
34. 34
klien 1-11
2
⁄ jam
Tanggal 2 November 2013
Klien mengatakan bahwa ia dapat
tidur dengan nyenyak. Tidur malam
klien 7-8 jam, dan tidur siang klien 2
jam
5 Pola Aktivitas Sehari-
hari Mobilisasi
Tanggal 31 Oktober 2013
Keluarga klien mengatakan klien
tidak bisa beraktivitas sendiri, takut
bergerak dan melakukan aktifitas
karena nyeri pada luka operasinya.
Activity daily living klien dibantu oleh
keluarga.
Tanggal 1 November 2013
Keluarga klien mengatakan klien
mulai bisa beraktivitas sendiri,
misalnya makan, minum dan ke
kamar mandi
Tanggal 2 November 2013
Keluarga klien mengatakan klien
klien sudah dapat beraktivitas secara
mandiri
6 Kebersihan Diri Tanggal 31 Oktober 2013
Untuk pemenuhan kebersihan diri
klien dilakukan oleh anak klien
dengan cara dilap dengan
menggunakan washlap dan air hangat
35. 35
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran
E4V5M6 = 15 Compos mentis
b. Tanda-tanda Vital :
No Hari/Tanggal Hasil Pemeriksaan
1 Kamis
31 Oktober 2013
Tekanan darah : 120/80 mmhg.
Nadi : 84 x/menit.
Respirasi : 20 x/menit
Suhu axila : 37,1 oC.
2 Jum’at
01 November 2013
Tekanan darah : 120/70 mmhg.
Nadi : 80 x/menit.
setiap pagi dan sore.
Tanggal 1 November 2013
Untuk pemenuhan kebersihan diri
klien dilakukan oleh anak klien
dengan cara dilap dengan
menggunakan washlap dan air hangat
setiap pagi dan sore.
Tanggal 2 November 2013
Untuk pemenuhan kebersihan diri
klien dilakukan anak klien dengan
cara dilap dengan menggunakan
washlap dan air hangat setiap pagi
dan sore.
36. 36
Respirasi : 18 x/menit
Suhu axila : 36,9 oC.
3 Sabtu
02 November 2013
Tekanan darah : 120/80 mmhg.
Nadi : 82 x/menit.
Respirasi : 20 x/menit
Suhu axila : 36,4 oC.
c. Skala nyeri : Sedang (5)
d. Status gizi : Normal (BB Ideal)
e. Sikap : Tenang
f. Personal higiene :
- Mandi : 2 x/hari
- Kuku : Bersih
- Rambut : Bersih
- Kulit : Bersih
2. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
a) Kepala Simetris, rambut bersih, berwarna hitam, tidak ada
kelainan
b) Mata Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil
bulat isokor kiri = kanan, refleks cahaya +/+ normal.
Tidak ada kelainan
c) Leher Kelenjar getah bening tidak membesar, tidak ada
kelainan
d) Thoraks Pergerakan nafas simetris kiri = kanan, suara napas
normal, tidak ada kelainan
e) Abdomen
a. Inspeksi : Warna kulit kemerahan, keadaan kulit
kurang baik, terdapat insisi operasi lokasi
di daerah bawah perut sebelah kiri,
tepatnya di selangkangan kiri sepanjang 7
37. 37
cm. Kondisi luka masih basah dan tertutup
kassa steril.
b. Auskultasi : Bising usus (+) normal
c. Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-)
d. Perkusi : Timpani, pekak hepar (+)
f) Inguinalis
Inspeksi : Benjolan (-), Warna kulit sama dengan
sekitar
g) Tulang belakang : Tak ada kelainan
h) Extremitas
a. Superior et Inferior : Tak ada kelainan
b. Terpasang IVFD RL di tangan kiri
i) Genitalia : Terpasang kateter
5. Data Psikososial dan Spiritual
5.1.Data Psikologis
1) Perasaan klien setelah mengalami masalah ini: Klien merasa
sedih terhadap penyakit yang dialaminya saat ini
2) Cara mengatasi perasaan tersebut : Klien berdo’a kepada Allah
SWT agar diberikan kesembuhan atas penyakitnya
3) Rencana klien setelah masalahnya teratasi : Klien ingin segera
pulang ke rumah, berkumpul bersama keluarganya
4) Pengetahuan klien tentang penyakitnya : Klien mengatakan
bahwa ia mersa bingung terhadap prosedur perawatan yang
akan dijalaninya
38. 38
5.2.Data Sosial
1) Aktivitas dan peran klien di masyarakat: Klien dapat
beraktivitas dan berperan baik dalam lingkungan masyarakat
tempat ia tinggal
2) Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai : Tidak ada
5.3.Data Spiritual
1) Nilai dan kepercayaan : Klien mengatakan bahwa ia beragama
islam
2) Kegiatan Ibadah : Selama di rumah sakit klien tidak
menjalankan ibadah, karena mengeluh nyeri pada bagian bawah
perut sebelah kiri
6. Pemeriksaan Penunjang
No Hari/Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Senin
28 Oktober
2013
Hematologi
1. Hb
2. Leukosit
3. Trombosit
4. CT
5. BT
12,6 g/dL
6.500 /mm3
135.000 / mm3
7 menit
2 menit
14 – 18 g/dL
4800-10.800 /mm3
150.000-450.000/mm3
6 – 14 menit
1 – 6 menit
Kimia klinik
1. Ureum
2. Glukosa
sewaktu
30 mg/dL
93 mg/dL
20 – 40 mg/dL
< 140 mg/dL
39. 39
7. Terapi Medis
No Hari/Tanggal Jenis Terapi Dosis Cara
Pemberian
1 Kamis
31 Oktober
2013
a) IVFD RL gtt 20 x/menit
b) Cefepime
c) Metronidazole Fls
d) Keterolac
e) Ranitidin
500 cc
2 x 1 gr
3 x 100 ml
3 x 1 amp
2 x 1 amp
IV
IV
IV
IV
IV
2 Jum’at
01
November
2013
a) IVFD RL gtt 20 x/menit
b) Cefepime
c) Metronidazole Fls
d) Keterolac
e) Ranitidin
500 cc
2 x 1 gr
3 x 100 ml
3 x 1 amp
2 x 1 amp
IV
IV
IV
IV
IV
3 Sabtu
02
November
2013
a) IVFD RL gtt 20 x/menit
b) Cefepime
c) Metronidazole Fls
d) Keterolac
e) Ranitidin
500 cc
2 x 1 gr
3 x 100 ml
3 x 1 amp
2 x 1 amp
IV
IV
IV
IV
IV
4.2. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS :
Klien mengatakan bahwa ia
merasakan nyeri luka operasi
pada abdomen sinistra bagian
bawah,
Tindakan
Pembedahan herniotomi
Adanya insisi bedah
dibagian abdomen
Nyeri
40. 40
DO :
Klien tampak meringis
menahan nyeri
Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)
Durasi : 2 menit
Frekuensi : hilang timbul
sinistra bagian bawah
Merangsang
neurotransmitter nyeri di
SSP
Mengeluarkan zat
prostaglandin, bradihinin
dan histamin
Nyeri
2. DS :
Klien mengatakan terdapat
luka insisi bedah herniotomi di
abdomen sinistra bagian bawah
DO :
Terdapat luka insisi
Terdapat jahitan di perut
Panjang luka 7 cm
Tindakan
Pembedahan
Adanya insisi bedah
Kerusakan integritas
kulit
Kerusakan integritas
kulit
3 DS :
Klien mengatakan luka belum
kering.
DO :
Panjang luka 7 cm.
Luka tampak masih
kemerahan.
Luka tampak masih basah.
Tindakan
Pembedahan
Adanya insisi bedah
Luka terbuka
Resiko tinggi infeksi
Resiko tinggi infeksi
41. 41
4 DS :
Klien / keluarga mengatakan
tidak mengetahui komplikasi
dan cara perawatan setelah
proses pembedahan
Klien tidak mengetahui tentang
perawatan lanjutan
DO :
Klien dan keluarga tampak
bingung saat ditanya
komplikasi, cara perawatan
serta tanda dan gejala dan dari
hernia
Klien dan keluarga tampak
banyak bertanya tentang proses
penyakitnya
Tingkat pendidikan
rendah
Kurangnya informasi
Kurang pengetahauan
tentang perawatan post
operasi
Kurang
pengetahauan
tentang perawatan
post operasi
Berdasarkan analisa data di atas maka diagnosa keperawatan yang muncul
adalah sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan post op
herniotomi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan
daerah operasi.
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses perawatan post operasi
berhubungan dengan kurangnya informasi.
42. 42
4.3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri berhubungan dengan adanya
luka insisi pembedahan post op
herniotomi.
DS :
Klien mengatakan bahwa ia
merasakan nyeri luka operasi
pada abdomen sinistra bagian
bawah,
DO :
Klien tampak meringis
menahan nyeri
Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)
Durasi : 2 menit
Frekuensi : hilang timbul
Setelah dilakukkan
perawatan 3 x 24 jam
nyeri bisa berkurang
hingga hilang
Kriteria Hasil :
a) Klien
memperlihatkan
rasa nyaman
b) Skala nyeri klien
1-3
c) Klien dapat
istirahat dengan
tenang
1. Kaji tingkat nyeri
2. Jelaskan penyebab nyeri
3. Ciptakan lingkungan
yang terpeutik
4. Kolaborasi dalam
pemberian analgesic dan
antibiotic
1. Untuk mengetahui
skala nyeri yang
terjadi pada pasien
2. Dengan menjelaskan
penyebab nyeri
diharapkan dapat
mengurangi stress dan
klien dapat mengerti
tentang keadaan
dirinya
3. Agar pasien merasa
tenang dan nyaman
4. Mengurangi nyeri dan
mencegah terjadinya
infeksi pada daerah
insisi
43. 43
2 Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan trauma jaringan
sekunder akibat pembedahan
DS :
Klien mengatakan terdapat
luka insisi bedah herniotomi
di abdomen sinistra bagian
bawah
DO :
Terdapat luka insisi
Terdapat jahitan di perut
Panjang luka 7 cm
Kerusakan integritas
kulit dapat diatasi setelah
tindakan perawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a) Penyembuhan
luka sesuai waktu
b) Tidak ada
laserasi, integritas
kulit baik
c) Tidak terjadi
pendarahan
1. Kaji ulang integritas
luka dan observasi
terhadap tanda infeksi
atau drainage
2. Monitor tanda-tanda
vital dan suhu tubuh
pasien
3. Lakukan perawatan pada
luka operasi sesuai
dengan jadwal
4. Lakukan alih posisi
dengan sering
pertahankan kesejajaran
tubuh
5. Pertahankan sprei tempat
tidut tetap kering dan
1. Untuk mengetahui
tingkat kerusakan
integritas kulit dan
derajat keparahan.
2. Tanda-tanda vital
untuk memonitor
keadaan dan
perubahan status
kesehatan klien
3. Mencegah keparahan
dan memperbaiki
jaringan kulit yang
rusak.
4. Menghindari dekubitus
5. Menghindari adanya
decubitus pada klien
44. 44
bebas kerutan
6. Gunakan tempat tidur
busa atau kasut udara
sesuai indikasi.
7. Kolaborasi pemberian
antibiotic
6. Menghindari adanya
decubitus pada klien
7. Mempercepat proses
penyembuhan luka
operasi dan decubitus.
3 Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan adanya luka insisi
pembedahan daerah operasi
DS :
Klien mengatakan luka belum
kering
DO :
Panjang luka 7 cm.
Luka tampak masih
kemerahan.
Luka tampak masih basah.
Setelah dilakukkan
perawatan 3 x 24 jam
tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda-
tanda infeksi
b) TTV klien dalam
keadaan normal
c) Luka mengering
1. Periksa luka jahitan
setiap hari
2. Bersihkan luka dengan
tehnik steril.
3. Ganti perban setiap hari
4. Ukur vital sign setiap
hari
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
1. Luka basah akan
memungkinkan terjadi
infeksi
2. Menghindari
terjadinya kontaminasi
3. Mengurangi resiko
terjadinya infeksi
4. Adanya demam
sebagai tanda adanya
infeksi
5. Mencegah terjadinya
infeksi
45. 45
antibiotic
4 Kurangnya pengetahuan tentang
proses perawatan post operasi
berhubungan dengan kurangnya
informasi
DS :
Klien / keluarga mengatakan
tidak mengetahui komplikasi
dan cara perawatan setelah
proses pembedahan
Klien tidak mengetahui
tentang perawatan lanjutan
DO :
Klien dan keluarga tampak
bingung saat ditanya
komplikasi, cara perawatan
Setelah dilakukkan
perawatan 1 x 24 jam
klien mengetahui
perawatan lanjutan
setelah pembedahan
(operatif)
Kriteria Hasil :
a) Memperlihatkan
rasa tenang dan
nyaman
b) Klien mengetahui
tentang proses
penyakitnya
c) Klien mengetahui
perawatan
lanjutan
penyakitnya
1. Terangkan tentang
penyakit dan pengobatan
2. Beri motivasi pada
pasien
3. Beri informasi tentang
pengobatan
1. Pasien mengerti dan
mau bekerja sama
2. Agar pasien tidak
cemas
3. Agar pasien
mengetahui tentang
pengobatan
penyakitnya.
46. 46
serta tanda dan gejala dan
dari hernia
Klien dan keluarga tampak
banyak bertanya tentang
proses penyakitnya
47. 47
4.4. Implementasi dan Evaluasi
Nama Klien : Tn “A” Ruang : Medang
No. Register : 16-24-63 Tanggal : 31 Oktober 2013
No. Dx Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
1 31 Oktober
2013
15.15 WIB
15.30 WIB
15.45 WIB
17.00 WIB
1. Mengkaji tingkat nyeri
Hasil: tingkat nyeri pasien
dikaji dan didapatkan skala
nyeri 5.
2. Menjelaskan penyebab
nyeri
Hasil : penyebab nyeri
yang dirasakan pasien
adalah dari luka insisi
pembedahan post op
herniotomi
3. Menciptakan lingkungan
yang nyaman
Hasil : pasien diberikan
posisi semifowler.
4. Berkolaborasi dalam
pemberian analgesic dan
antibiotic
Hasil : pasien di injeksikan
katerolak (IV)
Tanggal 01 November
2013
Pukul 15.15 WIB
S :
Klien mengatakan
bahwa ia merasa
nyeri di area
sekitar
pembedahan
O :
KU klien sedang
Klien tampak
lemah
Terdapat luka
insisi
TTV klien :
TD : 120/80
mmhg.
N : 84 x/menit.
RR : 20 x/menit
T : 37,1 oC.
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
48. 48
dilanjutkan
2 31 Oktober
2013
15. 20 WIB
17.15 WIB
15.20 WIB
1. Mengkaji ulang integritas
luka dan observasi
terhadap tanda infeksi.
Hasil : integritas luka
dikaji dan didapatkan
hasil panjang luka 7cm,
luka terlihat masih basah,
kulit terlihat kemerahan.
2. Memonitor tanda-tanda
vital dan suhu tubuh
pasien.
Hasil : TTV dilakukan
kepada pasien dan
didapatkan hasil TTV
klien :
TD : 120/80 mmhg.
N : 84 x/menit.
RR : 20 x/menit
T : 37,1 oC.
3. Melakukan perawatan
pada luka operasi sesuai
dengan jadwal
Hasil : dilakukan
perawatan luka operasi
dengan NaCl dan kassa
Tanggal 01 November
2013
Pukul 15.15 WIB
S :
Klien mengatakan
lukanya belum
sembuh-sembuh.
O :
Panjang luka
7cm, terlihat
masih basah dan
tertutup kassa
steril, kulit
terlihat
kemerahan.
TTV :
TD : 120/80
mmhg,
N : 84 x/menit,
RR : 20 x/menit,
T : 37,1 oC.
A : Masalah belum
teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan.
49. 49
16.00 WIB
16.10 WIB
17.00 WIB
steril. Luka cukup bersih.
4. Melakukan alih posisi
dengan sering
pertahankan kesejajaran
tubuh
Hasil : pasien di anjurkan
untuk miring kanan dan
miring kiri.
5. Mempertahankan sprei
tempat tidur tetap kering
dan bebas kerutan
Hasil : tempat tidur dan
sprei pasien bebas dari
kerutan.
6. Berkolaborasi pemberian
antibiotic
Hasil : pasien diberikan
metronidazole fls dan
diinjeksikan cefepime
melalui IV.
3 31 Oktober
2013
15.15 WIB
15.20 WIB
1. Memeriksa luka jahitan
setiap hari
Hasil : luka jahitan post
operasi di periksa dan
didapatkan hasil masih
terlihat basah dan kulit
kemerahan, panjang 7cm.
2. Membersihkan luka
Tanggal 01 November
2013
Pukul 15.15 WIB
S :
Klien mengatakan
lukanya masih
basah dan belum
kering
50. 50
15.25 WIB
17.15 WIB
17.00 WIB
dengan tehnik steril.
Hasil : luka dibersihkan
dengan menggunakan
larutan NaCl dan kassa
steril kemudian diberi
betadine.
3. Mengganti perban setiap
hari.
Hasil : perban di ganti
setiap pagi dengan
menggunakan kassa steril.
4. Mengukur vital sign
setiap hari
Hasil : tanda tanda vital
pasien diukur dan
didapatkan hasil TTV
klien :
TD : 120/80 mmhg.
N : 84 x/menit.
RR : 20 x/menit
T : 37,1 oC.
5. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antibiotic
Hasil : pasien diberikan
metronidazole fls dan
diinjeksikan cefepime
melalui IV
O :
Luka tampak
masih basah, kulit
kemerahan
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
4 31 Oktober
2013
Tanggal 01 November
2013
Pukul 15.15 WIB
51. 51
15.25 WIB
15.40 WIB
1. Menerangkan tentang
penyakit dan pengobatan
Hasil: Menjelaskan
tentang penyakit dan
pengobatan.
2. Memberi motivasi pada
pasien
Hasil : berikan semangat
utuk kesembuhan pasien.
S :
Klien mengatakan
mengerti tentang
proses perawatan
post operasi yang
akan dialaminya
O :
Klien tampak
tenang
KU klien baik
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Nama Klien : Tn “A” Ruang : Medang
No. Register : 16-24-63 Tanggal : 1 November 2013
No. Dx Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
1 1 November
2013
08.30 WIB
08.45 WIB
12.00 WIB
1. Mengkaji tingkat nyeri
Hasil : tingkat nyeri
pasien dikaji dan
didapatkan skala nyeri 3.
2. Menciptakan lingkungan
yang nyaman
Hasil : pasien diberikan
posisi semifowler.
3. Memberikan terapi
Tanggal 2 November
2013
Pukul 08.30 WIB
S :
Klien
mengatakan
bahwa nyeri di
area sekitar
pembedahan
mulai berkurang
O :
KU klien sedang
52. 52
analgesic dan antibiotic
Hasil: pasien di berikan
mtronidazole fls, katerolac
dan cefepime melalui IV
Terdapat luka
insisi
TTV klien
TD : 120/70
mmHg
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,9 ℃
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
2 1 November
2013
08.30 WIB
11.30 WIB
1. Mengkaji ulang integritas
luka dan observasi
terhadap tanda infeksi.
Hasil : integritas luka
dikaji dan didapatkan
hasil panjang luka 7cm,
luka terlihat sudah mulai
kering, kulit terlihat
kemerahan.
2. Memonitor tanda-tanda
vital dan suhu tubuh
pasien.
Hasil : TTV dilakukan
kepada pasien dan
Tanggal 2 November
2013
Pukul 08.30 WIB
S :
Klien
mengatakan
lukanya mulai
kering.
O :
Panjang luka 7
cm,
Luka tampak
kering
TTV :
TD : 120/70
mmHg,
53. 53
10.00 WIB
09.00 WIB
09.10 WIB
11.00 WIB
didapatkan hasil
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,9 ℃
3. Melakukan perawatan
pada luka operasi sesuai
dengan jadwal
Hasil : dilakukan
perawatan luka operasi
dengan NaCl dan kassa
steril. Luka cukup bersih.
4. Melakukan alih posisi
dengan sering
pertahankan kesejajaran
tubuh
Hasil : pasien di anjurkan
untuk miring kanan dan
miring kiri.
5. Mempertahankan sprei
tempat tidur tetap kering
dan bebas kerutan
Hasil : tempat tidur dan
sprei pasien bebas dari
kerutan.
6. Memberikan terapi
antibiotic
Hasil : pasien di
injeksikan cefepime
melalui IV.
N: 80 x/menit,
RR : 18 x/menit,
T : 36,9 oC.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.
54. 54
3 1 November
2013
09.55 WIB
10.00 WIB
10.10 WIB
11.30 WIB
1. Mengobservasi luka
jahitan
Hasil : luka jahitan post
operasi di periksa dan
didapatkan hasil sudah
mulai kering dan kulit
kemerahan, panjang 7 cm.
2. Membersihkan luka
dengan tehnik steril.
Hasil : luka dibersihkan
dengan menggunakan
larutan NaCl dan kassa
steril kemudian diberi
betadine.
3. Mengganti perban setiap
hari.
Hasil : perban di ganti
setiap pagi dengan
menggunakan kassa steril.
4. Mengukur vital sign setiap
hari
Hasil : tanda tanda vital
pasien diukur dan
didapatkan hasil
TD : 120/70 mmHg,
N: 80 x/menit,
RR : 18 x/menit,
T : 36,9 oC.
Tanggal 2 November
2013
Pukul 09.55 WIB
S :
Klien
mengatakan
lukanya mulai
kering
O :
Luka tampak
kering,
Tidak ada odema
pada luka
Warna kulit
kemerahan
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan
55. 55
11.00 WIB 5. Memberikan terapi
antibiotik
Hasil : pasien diberikan
metronidazole fls dan
diinjeksikan cefepime
melalui IV
Nama Klien : Tn “A” Ruang : Medang
No. Register : 16-24-63 Tanggal : 2 November 2013
No. Dx Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
1 2 November
2013
08.45 WIB
09.55 WIB
12.00 WIB
1. Mengkaji tingkat nyeri
Hasil : tingkat nyeri
pasien dikaji dan
didapatkan skala nyeri 0
2. Menciptakan lingkungan
yang nyaman
Hasil : pasien diberikan
posisi semifowler.
3. Memberikan terapi
analgesic dan antibiotic
Hasil : pasien di
injeksikan katerolak dan
cefepime (IV)
Tanggal 4 November
2013
Pukul 08.45 WIB
S :
Klien mengatakan
bahwa nyeri
hilang
O :
KU klien baik
Klien tampak
tenang
Luka insisi klien
kering
TTV klien
TD : 120/80
mmHg
N : 82 x/menit
56. 56
RR : 20 x/menit
T : 37 ℃
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
(Pasien Pulang)
2 2 November
2013
08.30 WIB
11.15 WIB
10.00 WIB
1. Mengkaji ulang
integritas luka dan
observasi terhadap
tanda infeksi.
Hasil : integritas luka
dikaji dan didapatkan
hasil panjang luka 7cm,
luka tampak kering,
2. Memonitor tanda-tanda
vital dan suhu tubuh
pasien.
Hasil : TTV dilakukan
kepada pasien dan
didapatkan hasil
TD : 120/80 mmHg,
N : 82x/menit,
RR : 20 x/menit
T : 36,4 oC.
3. Melakukan perawatan
pada luka operasi
sesuai dengan jadwal
Hasil : dilakukan
perawatan luka operasi
Tanggal 4 November
2013
Pukul 08.30 WIB
S :
Klien mengatakan
lukanya belum
sembuh tapi
sudah mulai
mengering dan
tidak lembab lagi.
O :
Panjang luka 7
cm
Luka tampak
kering
TTV :
TD : 120/80
mmhg,
N: 82 x/menit,
RR : 20 x/menit
T : 36,4 oC.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
(Pasien Pulang)
57. 57
09.15 WIB
09.20 WIB
11.00 WIB
dengan NaCl dan kassa
steril. Luka cukup
bersih.
4. Melakukan alih posisi
dengan sering
pertahankan
kesejajaran tubuh
Hasil : pasien di
anjurkan untuk miring
kanan dan miring kiri.
5. Mempertahankan sprei
tempat tidur tetap
kering dan bebas
kerutan
Hasil : tempat tidur dan
sprei pasien bebas dari
kerutan.
6. Memberikan terapi
antibiotic
Hasil : pasien
diinjeksikan cefepime
melalui IV.
3 2 November
2013
09.50 WIB 1. Memeriksa luka jahitan
setiap hari
Hasil : luka jahitan post
operasi di periksa dan
didapatkan hasil luka
sudah kering
Tanggal 3 November
2013
Pukul 09.50 WIB
S :
Klien mengatakan
lukanya sudah
kering
58. 58
10.00 WIB
10.15 WIB
11.15 WIB
11.00 WIB
2. Membersihkan luka
dengan tehnik steril.
Hasil : luka dibersihkan
dengan menggunakan
larutan NaCl dan kassa
steril kemudian diberi
betadine.
3. Mengganti perban
setiap hari.
Hasil : perban di ganti
setiap pagi dengan
menggunakan kassa
steril.
4. Mengukur vital sign
setiap hari
Hasil : tanda tanda vital
pasien diukur dan
didapatkan hasil
TD : 120/80 mmhg,
N: 82 x/menit,
RR : 20 x/menit
T : 36,4 oC.
5. Memberikan terapi
antibiotic
Hasil : pasien diberikan
metronidazole dan
diinjeksikan cefepime
melalui IV
O :
Luka tampak
kering
Tidak ada tanda-
tanda infeksi
Tidak ada odema
pada luka
TTV :
TD : 120/80
mmHg,
N : 82x/menit,
RR : 20 x/menit
T : 36,4 oC.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
(Pasien Pulang)
59. 59
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tn “A” yang berumur 83 tahun, dirawat di ruang medang RSUD Sekayu
dengan diagnosa medis hernia inguinalis lateralis. Satu hari sebelum pengkajian
klien menjalani operasi herniotomi, pada bagian bawah perut sebelah kiri. Sehari
setelah menjalani operasi klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi
herniotomi pada abdomen sinistra bagian bawah, skala nyeri 5 (nyeri sedang),
durasi 2 menit, frekuensi hilang timbul
Setelah dilakukan anamnese dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
laboratorium penulis mendapatkan 4 masalah keperawatan yang dialami klien,
kemudian melakukan implementasi keperawatan terhadap klien sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat. Setelah 3 hari perawatan klien menunjukkan
perbaikan dan diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab klien.
5.2. Saran
Berdasakan simpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran
sebagai bahan pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah hernia. Adapun
saran yang penulis sampaikan adalah diharapkan agar pembaca melatih penguatan
otot yang mungkin dapat membantu menjaga berat badan normal, sehat secara
fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat sehingga dapat mencegah
hernia. Diagnosa awal hernia sangat membantu dalam pencegahan penyakit ini.
Namun, setelah hernia terjadi, individu harus mencari perhatian medis dan
menghindari mengangkat benda yang derat, yang berkontribusi pada terjadinya
hernia.
60. 60
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, E., et. al.. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi
3. Jakarta : EGC
Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC.
Dermawan, Rahmat. 2012. Asuhan Keperawtan Post Op Herniotomi. (Online :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-muhamadmal-
6751-2-babii.pdf) Diakses tanggal 28 Oktober 2013
Sartono, et al. 2010. Buku Bedah Umum. (Online :
http://yumizone.files.wordpress.com/2008/12/buku-bedah-umum.pdf)
Diakses tanggal 01 November 2013
Yulianti, Maria. 2011. Askep Hernia Inguinalis Lateralis. (Online :
http://id.scribd.com/doc/137781049/Askep-Hernia-3#download) Diakses
tanggal 02 November 2013