SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 106
Descargar para leer sin conexión
10/8/2012




     HUKUM ACARA PERDATA




                                               1




           I. PENDAHULUAN
1. Pengertian dan Fungsi Hukum Acara Perdata
2. Sumber-sumber Hukum Acara Perdata
3. Asas-asas Hukum Acara Perdata




                                               2




                                                          1
10/8/2012




       II. KEKUASAAN KEHAKIMAN DI
                 INDONESIA
1.   Kekuasaan Kehakiman yang Mandiri
2.   Badan Peradilan Negara
3.   Lingkungan Lembaga Peradilan
4.   Kompetensi Lembaga Peradilan




                                           3




III.TATA CARA PENGAJUAN TUNTUTAN HAK

1.   Pengertian Tuntutan Hak Keperdataan
2.   Pihak-pihak dalam Perkara Perdata
3.   Tata Cara Pengajuan Gugatan
4.   Penggabungan Tuntutan Hak
5.   Upaya-upaya Menjamin Hak




                                           4




                                                      2
10/8/2012




  IV.PROSES PEMERIKSAAN PERKARA DI
         SIDANG PENGADILAN

  1.   Pencabutan dan Perubahan Gugatan
  2.   Putusan Gugur,Verstek dan Putusan Damai
  3.   Jawaban Tergugat
  4.   Proses Pembuktian dan Macam-macam
       Alat Bukti



                                             5




           V. PUTUSAN HAKIM DAN
              PELAKSANAANNYA
1. Pengertian Putusan dan Macam-macam
   Putusan
2. Upaya Hukum Terhadap Putusan Hakim
3. Syarat-syarat Pelaksanaan Putusan Hakim
4. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Hakim




                                             6




                                                        3
10/8/2012




 1.1. Pengertian dan Fungsi Hukum Acara
                 Perdata
• Hukum Acara Perdata ------- adalah Peraturan
  Hukum yang mengatur tentang bagaimana
  caranya menjamin ditaatinya hukum perdata
  material       dengan            perantaraan
  hakim(Mertokusumo,1998:2)




                                                   7




Pengertian dan Fungsi Hukum Acara Perdata

• Hukum Acara Perdata-------- adalah seperangkat
  norma hukum yang mengatur bagaimana caranya
  menegakkan hukum perdata material,khususnya
  dalam hal terjadi pelanggaran hak atas subyek
  hukum tertentu oleh subyek hukum yang lain melalui
  perantaraan hakim untuk mencegah terjadinya
  perbuatan main hakim sendiri




                                                   8




                                                              4
10/8/2012




    Pengertian dan Fungsi Hukum Acara
                 Perdata
• Hukum Acara Perdata ---------- secara kongkrit
  hukum acara perdata mengatur tentang
  bagaimana caranya mengajukan tuntutan
  hak,memeriksa dan memutusnya serta
  pelaksanaan daripada putusannya
  (Mertokusumo,1998:2)




                                                     9




1.2. Sumber-sumber Hukum Acara Perdata

•    Sumber Hukum material yaitu sumber hukum
     dalam arti bahan diciptakannya atau disusun suatu
     norma hukum.

•    Sumber Hukum Formal yaitu sumber hukum
     dalam arti dapat ditemukannya atau dapat
     digalinya satu norma hukum sebagai satu dasar
     yuridis suatu peristiwa hukum atau suatu
     hubungan hukum tertentu.


                                                    10




                                                                5
10/8/2012




           Sumber Hukum Material
• Sumber dalam arti sumber filosofis;

• Sumber dalam arti sumber sosiologis;

• Sumber dalam arti sumber historis;

• Sumber dalam arti sumber yuridis.



                                                                    11




             Sumber Hukum Formal
       Sumber Hukum Tertulis
•   HIR,RBg,RV
•   Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
•    UU No.3 Tahun 2009 dan UU No.5 Tahun 2004 Perubahan atas Undang-
    undang No.14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
•   UU No. 49 Tahun 2009 danUU No.8 Tahun 2004 Perubahan atas undang-
    undang No.2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum
•   UU No 50 Tahun 2009 dan UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas
    UU No 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
•   Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat
•   Undang-undang Khusus lainnya dan peraturan-peraturan pelaksana
    lainnya dalam bidang peradilan




                                                                    12




                                                                                6
10/8/2012




        Sumber Hukum Formal
Sumber Hukum Tidak Tertulis

• Yurisprudensi

• Doktrin dan ilmu Pengetahuan




                                               13




 1.3. Asas-Asas Hukum Acara perdata

   Asas Hukum adalah dasar-dasar filosofis
yang menjadi        dasar(ratio legis) norma
hukum yang mengandung nilai-nilai dan
tuntutan-tuntutan etis yang menjadi
jembatan antara peraturan-peraturan hukum
dan cita-cita social serta pandangan etis
masyarakat.


                                               14




                                                           7
10/8/2012




Asas Hakim Bersifat Menunggu
 Adalah asas yang menyatakan ada tidaknya
 perkara di muka hakim tergantung inisiatif
 dari para pihak sendiri yang berkepentingan,
 Hakim lebih bersifat menunggu sampai
 perkara diajukan di hadapannya.




                                            15




           Ius Curia Novit
Pengadilan atau hakim tidak boleh menolak
untuk menerima,memeriksa ,mengadili dan
memutus         suatu     perkara      yang
diajukan,sekalipun dengan dalih bahwa
hukum tidak ada atau kurang jelas,melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya (
Pasal 10 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009 )-----
Hakim dianggap tahu akan hukumnya (ius
curia novit).

                                            16




                                                        8
10/8/2012




     Hukum Tidak Ada / Kurang Jelas
    Dalam hal hukumnya tidak ada atau kurang jelas
    hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami
    nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
    masyarakat ( Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009)

•   Penafsiran Hukum
•   Yurisprudensi
•   Doktrin dan ilmu pengetahuan
•   Kebiasaan dalam Praktek Peradilan


                                                          17




          Asas Hakim Bersifat Pasif
      Dalam memeriksa perkara hakim tidak ikut
      menentukan luas pokok perkara,luas pokok perkara
      ditentukan sendiri oleh para pihak,apa yang diinginkan
      untuk diperiksa,diadili dan diputuskan oleh hakim
      menjadi hak sepenuhnya dari para pihak. Pengadilan
      atau hakim hanya mempunyai tugas untuk membantu
      pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
      hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya
      peradilan yang sederhana,cepat dan biaya ringan (
      Pasal 4 ayat (2) UU No.48 Tahun 2009)

                                                          18




                                                                      9
10/8/2012




Hakim Wajib Memeriksa dan Mengadili

Hakim Wajib memeriksa dan mengadili seluruh
gugatan dan hakim dilarang untuk menjatuhkan
putusan atas perkara yang tidak dituntut atau lebih
dari yang dituntut, dalam hal hakim memutuskan
melampaui batas kewenangannya maka putusannya
dapat dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi,
putusan dapat dimintakan banding,kasasi maupun
peninjauan kembali.



                                                   19




Asas Sidang Terbuka Untuk Umum
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka
untuk umum, kecuali Undang-undang menentukan
lain ( Pasal 13 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009), sidang
pengadilan dapat dihadiri, didengar dan dilihat oleh
siapapun kecuali oleh orang-orang yang memang
dilarang oleh undang-undang, tidak dipenuhinya asas
ini berakibat putusan hakim menjadi batal demi
hukum ( Pasal 13 ayat (3) UU No.48 Tahun 2009 )




                                                   20




                                                              10
10/8/2012




Tujuan Sidang Terbuka Untuk Umum
Untuk menjamin terlaksananya sistem
peradilan yang obyektif, adil dan fair serta
memungkinkan adanya control social dari
masyarakat.




                                           21




Pengecualian Asas Sidang Terbuka Untuk
                Umum
Sidang dapat dilakukan secara tertutup dalam
hal: menyangkut perkara anak-anak, perkara
kesusilaan, perkara yang berkaitan dengan
ketertiban umum dan rahasia negara, perkara
perkawinan dan perceraian.




                                           22




                                                      11
10/8/2012




Asas Mendengar Kedua Belah Pihak ( audi
         et alteram partem )
• Kedua belah pihak yang bersengketa ,baik penggugat
  maupun tergugat harus didengar keterangannya
  secara sama dan adil,hakim tidak boleh memihak
  dan berat sebelah dalam memeriksa dan memutus
  perkara, hakim harus obyektif,adil dan fair dalam
  memperlakukan para pihak yang bersengketa“
  Pengadilan mengadili menurut hukum dan tidak
  membeda-bedakan orang ( Pasal 4 ayat (1) UU
  No.48 Tahun 2009).



                                                  23




Asas Putusan hakim Harus Disertai Alasan-
                 alasan
• “ Segala putusan Pengadilan selain harus
  memuat alasan dan dasar putusan
  tersebut,memuat pula pasal tertentu dari
  peraturan perundangan yang bersangkutan
  atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan
  dasar untuk mengadili ( Pasal 50 ayat (1) UU
  No. 48 Tahun 2009 )”



                                                  24




                                                             12
10/8/2012




     Dasar Alasan Putusan hakim
• Alasan Berdasarkan Fakta-faktanya

• Alasan Berdarkan Hukumnya

  Dasar alasan Putusan Hakim menjadi ukuran atau
  parameter adil,obyektrif, fair tidaknya suatu putusan
  hakim.     Putusan       Hakim        Harus     dapat
  dipertanggungjawabkan         pada     para     pihak,
  masyarakat, hakim yang lebih tinggi dan pada dunia
  ilmu pengetahuan.

                                                      25




   Asas beracara dikenakan biaya
• Berperkara di pengadilan tentu diperlukan biaya.
  Asasnya biaya ringan,sehingga dapat ditanggung
  oleh masyarakat.
• Biaya            perkara            meliputi,biaya
  kepaniteraan,biaya pemanggilan para pihak
  maupun para saksi,biaya meterai dan sebagainya.
• Persekot biaya perkara untuk pertama kalinya
  dibayarkan oleh pihak penggugat bersama-sama
  pada waktu mengajukan gugatannya, sedangkan
  siapa yang harus menangung beban biaya
  perkara pada prinsipnya adalah para pihak
  sendiri, dalam praktek beban biaya perkara
  ditentukan oleh hasil dari putusan pengadilan.

                                                      26




                                                                 13
10/8/2012




               Biaya Perkara
• Dalam hal tuntutan dikabulkan biaya perkara
  dibenankan pada pihak tergugat
• Dalam hal tuntutan tidak dikabulkan biaya perkara
  ditanggung oleh penggugat
• Dalam hal ada putusan damai,biaya perkara
  ditentukan sendiri oleh penggugat dan tergugat
  dalam perdamaiannya.




                                                 27




              Perkara Prodeo
  Bagi pihak-pihak yang tidak mampu dapat
  mengajukan permohonan agar perkaranya
  diperiksa secara Cuma-Cuma (prodeo ) dengan
  disertai surat keterangan tidak mampu dari
  pemerintah      setempat,    biaya    perkara
  ditanggung oleh negara ( Pasal 56 ayat (2) UU
  No. 48 Tahun 2009 )



                                                 28




                                                            14
10/8/2012




      Asas tidak ada keharusan untuk
                mewakilkan
 Pada prinsipnya dalam perkara perdata para
 pihak dapat beracara sendiri di muka
 pengadilan tanpa harus mewakilkan pada
 seorang wakil atau kuasa hukum,tetapi para
 pihak    dapat   juga    mewakilkan    atau
 menguasakan pada orang lain untuk beracara
 di muka pengadilan sebagai kuasa hukumnya.



                                            29




            Bantuan Hukum
• Setiap orang yang tersangkut perkara berhak
  memperoleh bantuan hukum ( Pasal 56 ayat
  (1) UU No. 48 Tahun 2009 )




                                            30




                                                       15
10/8/2012




Wakil /Kuasa berdasarkan undang-undang
 (wettelijke vertegenwoodig atau legal
              mandatory )
    undang-undanglah yang telah menetapkan seseorang atau badan untuk
    dengan sendirinya menurut hukum bertindak sebagai wakil dari orang
    atau badan tanpa memerlukan surat kuasa.
 Contoh :
 • Wali terhadap anak di bawah perwaliannya
 • Orang tua terhadap anak-anaknya yang belum dewasa
 • kurator terhadap orang-orang yang ada di bawah kuratelenya
 • BHP, Orang atau Badan yang ditunjuk sebagi curator dalam kepailitan.




                                                                      31




Wakil atau kuasa berdasarkan perjanjian

Wakil atau kuasa berdasarkan adanya
perjanjian pemberian kuasa untuk melakukan
suatu perbuatan hukum tertentu ,misalnya
kuasa khusus untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri antara seorang penggugat
dengan pengacaranya.




                                                                      32




                                                                                 16
10/8/2012




            Acara Kepailitan
Dalam acara khusus permohonan pernyataan pailit
,ketentuan asas tidak ada keharusan untuk
mewakilkan menjadi tidak berlaku dengan adanya
ketentuan bahwa setiap permohonan yang berkaitan
dengan kepailitan harus diajukan oleh seorang
kuasa(Advokat) sebagaimana diatur dalam Pasal 7
UU No37 Tahun 2004 tentang kepailitan.




                                              33




          . Asas obyektifitas
Hakim dalam menerima,memeriksa,mengadili
dan memutuskan setiap perkara harus berlaku
adil,obyektif dan fair tidak boleh memihak
pada salah satu pihak kedua belah pihak harus
diperlakukan secara imbang.




                                              34




                                                         17
10/8/2012




 jaminan penerapan asas obyektifitas
• Sebagai jaminan penerapan asas obyektifitas ada
  beberapa asas yang terkait dan saling
  mendukung,misalnya adanya asas sidang terbuka
  untuk umum,asas mendengar kedua belah
  pihak,asas putusan disertai alasan-alasan,asas
  hakim majelis dan lain sebaginya,di samping itu
  untuk lebih menjamin asas obyektifitas pada para
  pihak diberikan adanya “hak ingkar (recusatie
  atau hak wraking)”
• “Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar
  terhadap hakim yang akan mengadili perkaranya (
  Pasal 17 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 ) “

                                                35




                 Hak Ingkar
  Adalah hak seorang yang diadili untuk
  mengajukan keberatan yang disertai dengan
  alasan terhadap seorang hakim yang
  mengadili perkaranya (Pasal 17 ayat (2) UU
  No.48 Tahun 2009)




                                                36




                                                           18
10/8/2012




          Dasar Alasan Hak Ingkar
  Dasar alasan pengajuan hak ingkar ( Pasal 17 ayat (3,4,5) UU No.48
   Tahun 2009, Pasal 374 ayat (1) HIR) :
 Apabila seorang hakim terikat hubungan keluarga sedarah atau
  semenda sampai derajat ketiga,atau hubungan suami atau istri
  meskipun telah bercerai,dengan ketua,salah seorang hakim
  anggota,jaksa,advokat,atau panitera;
 Apabila ketua majelis,hakim anggota,jaksa,atau panitera terikat
  hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau
  hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan pihak yang
  diadili atau advokat;
 Apabila hakim atau panitera mempunyai kepentingan langsung atau
  tidak langsung dengan perkara yang sedang diperiksa.



                                                                    37




                       Hak Ingkar
• Berdasarkan alasan yang sama seorang hakim atau
  panitera wajib untuk mengundurkan diri baik atas
  keinginan sendiri maupun atas permintaan pihak-
  pihak yang berkepentingan.
• Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap alasan pada
  ayat (5) maka putusan hakim menjadi tidak sah dan
  terhadap hakim atau panitera yang bersangkutan
  dikenakan sanksi administrative atau pidana
  berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
  berlaku ( Pasal 17 ayat (6) UU No.48 Tahun 2009 ).



                                                                    38




                                                                               19
10/8/2012




         . Asas sistem majelis
“Semua pengadilan memeriksa,mengadili dan
memutus dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang    hakim    kecuali    undang-undang
menentukan lain (Pasal 11 ayat (1) UU No.48
Tahun 2009) “




                                                      39




 1.    Asas Demi Keadilan Berdasarkan
      Ketuhanan Yang Maha Esa ( Pasal 2
        ayat (1) UU No.48 Tahun 2009)


Setiap putusan pengadilan dalam kepala putusannya
 harus mencantumkan klausula Demi Keadilan
 Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,klausula ini
 merupakan klausula eksekutorial. Tidak dipenuhinya
 asas ini dalam putusan,berakibat putusan tidak
 dapat dilaksanakan dan putusan menjadi batal demi
 hukum

                                                      40




                                                                 20
10/8/2012




 Asas peradilan yang sederhana,cepat dan
  biaya ringan( Pasal 2 ayat (4) UU No.48
               Tahun 2009 )
• Sederhana dalam pengertian bahwa peradilan
  dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak
  formalistis,tidak memerlukan birokrasi yang sulit
  serta acaranya mudah difahami oleh masyarakat;
• Cepat,dalam pengertian bahwa proses peradilan
  dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang
  penyelesaiannya dapat diukur secara pasti dan
  jelas dalam waktu berapa lama suatu perkara
  dapat diselesaikan oleh hakim pada semua
  tingkat;
• Biaya ringan,proses peradilan tentu memerlukan
  biaya,hanya saja tentunya biaya yang dibebankan
  selaras dan sebanding dengan perkara yang
  diajukan dan dapat ditanggung oleh masyarakat.


                                                  41




    II. KEKUASAAN KEHAKIMAN DI
              INDONESIA




                                                  42




                                                             21
10/8/2012




    Kekuasaan Kehakiman Yang Mandiri
•   mandiri dalam tugas yudisial
•   mandiri dalam bidang administrasi
•   mandiri dalam bidang organisasi
•   mandiri dalam bidang financial




                                           43




    Kekuasaan kehakiman Yang Merdeka
• “ Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
  negara yang merdeka untuk
  menyelenggarakan peradilan guna
  menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
  pancasila demi terselenggaranya negara
  hukum Republik Indonesia ( Pasal 1 butir 1
  UU No. 48 Tahun 2009 ) “



                                           44




                                                      22
10/8/2012




 Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka
• “ Kekuasaan kehakiman yang merdeka
  mengandung pengertian bahwa kekuasaan
  kehakiman bebas dari segala campur tangan
  pihak kekuasaan ekstra yudisial,kecuali dalam hal-
  hal sebagaimana disebut dalam Undang-Undang
  Dasar Republik Indonesia 1945 (Penjelasan Pasal
  1 UU No.4 / 2004 )”
• “ Kebebasan dalam melaksanakan wewenang
  yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim
  adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan
  berdasarkan pancasila,sehingga putusannya
  mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia
  (penjelasan Pasal 1 UU No.4 Tahun 2004 ) “


                                                  45




         Kemandirian Peradilan
• Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
  hakim dan hakim konstitusional wajib
  menjaga kemandirian peradilan
• Bebas dari campur tangan pihak luar dan
  bebas dari segala bentuk tekanan, baik fisik
  maupun psikis




                                                  46




                                                             23
10/8/2012




 Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka
 “ Segala campur tangan dalam urusan
 peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan
 kehakiman dilarang,kecuali dalam hal-hal
 sebagaimana disebut dalam Undang-Undang
 Dasar Republik Indonesia 1945 ( Pasal 3 ayat
 (2) UU No. 48 Tahun 2009 )




                                                47




   Kebebasan Wewenang Yudisial
Bersiafat tidak Mutlak dan Dibatasi Oleh :

• Nilai-nilai Norma Hukum;

• Nilai-nilai Keadilan;

• Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945

                                                48




                                                           24
10/8/2012




2. Badan Peradilan Negara dan Lingkungan
                Peradilan
“ Semua peradilan di seluruh wilayah negara
  Republik Indonesia adalah peradilan negara
  dan ditetapkan dengan Undang-undang{
  Pasal 2 ayat (3) UU No.48 Tahun 2009}”




                                                      49




 Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman

 “ Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman…..
  dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
  peradilan yang berada di bawahnya dalam
  lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan
  agama,lingkungan peradilan militer,lingkungan
  peradilan tata usaha negara,dan oleh sebuah
  Mahkamah Konstitusi (Pasal 2 Jo Pasal 10 ayat (1)
  dan ayat (2) UU No 4 Tahun 2004,Pasal 18 UU No.48
  tahun 2009) “


                                                      50




                                                                 25
10/8/2012




    Organisasi,administrasi,dan financial
• Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
  berada di bawahnya berada di bawah
  kekuasaan Mahkamah agung ( Pasal 21 ayat (
  1 ) UU No. 48 tahun 2009)
• Mahkamah Konstitusi berada di bawah
  kekuasaan dan kewenangan Mahkamah
  Konstitusi ( Pasa 29 ayat (4) UU No.48 Tahun
  2009)

                                                                      51




      Skema Kekuasaan Kehakiman
•                         MAHKAMAH
                           AGUNG
                                                MAHKAMAH
                                                KONSTITUSI




       PENGADILAN    PENGADILAN
         TINGGI     TINGGI AGAMA     MAHMILTI           PT TUN




       PENGADILAN   PENGADILAN
         NEGERI       AGAMAI         MAHMIL              PTUN




        Umum         Agama           Militer      Tata Usaha Negara




                                                                      52




                                                                                 26
10/8/2012




            Pengadilan Khusus
• “ Pengadilan Khusus hanya dapat di bentuk dalam
  salah satu lingkungan peradilan sebagimana
  dimaksud dalam Pasal 10 yang diatur dengan
  Undang-undang (Pasal 15 ayat (1) UU No. 4
  Tahun 2004 )
• “ Pengadilan khusus,antara lain,adalah
  pengadilan anak,pengadilan niaga,pengadilan hak
  asasi manusia,pengadilan tindak pidana
  korupsi,pengadilan hubungan industrial yang
  berada di lingkungan peradilan umum dan
  perdilan pajak di lingkungan peradilan tata usaha
  negara ( penjelasan Pasal 15 ayat (1) UU No. 4 /
  2004

                                                    53




         Peradilan syariah Islam
 “ Peradilan syariah Islam di Propinsi Nanggroe Aceh
  Darrussalam merupakan pengadilan khusus dalam
  lingkungan peradilan agama sepanjang
  kewenangannya menyangkut kewenangnan
  peradilan agama dan merupakan penagdilan khusus
  dalam lingkungan peradilan umum sepanjang
  kewenangannya menyangkut kewenangan
  pengadilan umum (Pasal 15 ayat (2) UU No.4 / 2004 )




                                                    54




                                                               27
10/8/2012




     Pengadilan syariah Islam
Terdiri atas Mahkamah Syariah untuk tingkat
pertama dan Mahkamah syariah Propinsi
untuk tingkat banding……… ( Penjelasan Pasal
15 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 ) “




                                              55




2.4. Kompetensi Lembaga Peradilan




                                              56




                                                         28
10/8/2012




    Kompetensi / kewenangan absolut
•   Adalah merupakan Kewenangan lembaga peradilan dalam menerima,
    memeriksa dan mengadili serta memutus suatu perkara tertentu
    berdasarkan atribusi kekuasaan kehakiman yang secara mutlak tidak dapat
    diperiksa oleh badan peradilan lain,baik dalam lingkungan badan
    peradilan yang sama,maupun dalam lingkungan peradilan yang berbeda.

•   Kopetensi absolut terkait dengan pertanyaan peradilan apakah yang
    mempunyai kopetensi atau kewenangan untuk memeriksa suatu jenis
    perkara tertentu. Apakah peradilan umum,peradilan agama,atau peradilan
    lainnya




                                                                         57




    Kopetensi Absolut Lingkungan Peradilan
                    Umum




                                                                         58




                                                                                    29
10/8/2012




Kompetensi Absolut Pengadilan Negeri
• Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus
  semua perkara atau sengketa keperdataan pada
  tingkat pertama ( Pasal 50 UU No.2 /1986 Jo UU No.
  8 /2004)
• Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus
  perkara pidana pada tingkat pertama ( Pasal 50 UU
  No.2 /1986 Jo UU No.8 /2004 )
• Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus pada
  tingkat pertama perkara koneksitas.

                                                       59




            Perkara Koneksitas
 Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh
  mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum
  dan lingkungan peradilan militer,diperiksa dan diadili
  oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan
  umum,kecuali dalam keadaan tertentu menurut
  keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus
  diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam
  lingkungan peradilan militer “ ( Pasal 24 UU No. 4 /
  2004



                                                       60




                                                                  30
10/8/2012




    Kompetensi Absulut Pengadilan Tinggi
•    Menerima,memeriksa,mengadili dan memutuskan perkara/sengketa
     perdata pada tingkat banding atas putusan pengadilan tingkat pertama (
     Pasal 51 ayat (1) UU No.2 /1986 Jo UU No 8 /2004 )
•    Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus perkara pidana pada
     tingkat banding atas putusan pengadilan tingkat pertama ( Pasal 51 ayat
     (1) UU No. 2 /1986 Jo UU No.8 /2004 )
•    Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus ditingkat pertama dan
     terakhir sengketa kewenangan mengadili antara pengadilan negeri di
     daerah hukumnya(menyangkut kopetensi relatif---- Pasal 51 Ayat (2) UU
     No. 2 / 1986 Jo UU No.8 /2004 )
•    Menerima,memeriksa dan mengadili serta memutus pada tingkat pertama
     dan terakhir perkara /sengketa perdata secara prorogasi (Pasal 3 ayat
     (1),(2) UU Dar. 1 /1951 ,Pasal 128 (2) RO dan Pasal 85 RBg




                                                                          61




     Kompetensi Absulut Mahkamah Agung

• mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang
  diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di
  semua lingkubngan peradilan yang berada di bawah
  Mahkamah Agung ( Pasal 11 ayat ( 2 ) huruf a UU
  No.4 /2004 )
• menguji peraturan perundang-undangan di bawah
  undang-undang terhadap undang-undang ( Pasal 11
  ayat ( 2) huruf b UU No. 4 / 2004 )




                                                                          62




                                                                                     31
10/8/2012




•   memeriksa,mengadili dan memutus sengketa wewenang mengadili : a. antara
    pengadilan di lingkungan peradilan yang satu dengan pengadilan dalam lingkungan
    peradilan yang lain, b. antara dua pengadilan yang ada dalam derah hukum
    pengadilan tingkat banding yang berlainan dari lingkungan peradilan yang sama
    dan c. antara dua pengadilan tingkat banding di lingkungan peradilan yang sama
    atau antara lingkungan peradilan yang berlainan ( Pasal 33 ayat (1) UU No. 14 /
    1985 )

•   Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh
    kapal perang RI diputus oleh MA dalam tingkat pertama dan terakhir ( Pasal 33
    ayat (2) UU No. 14 / 1985

•   Permohonan peninjauan kembali atas putusan yang telah memperoleh kekuatan
    hukum yang tetap ( Pasal 34 UU No.14 / 1985 ).




                                                                                 63




    Kopetensi absulut Mahkamah Konstitusi
  Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada
  tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
  bersifat final untuk: (Pasal 12 ayat (1) UU No.4 /2004
  )
• menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
  Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
• memutus sengketa kewenangan lembaga negara
  yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang
  Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ;




                                                                                 64




                                                                                            32
10/8/2012




• memutus pembubaran partai politik;
• memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
  umum.
• Wajib memberikan putusan atas pendapat
  Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan
  /atau Wakil Presiden diduga telah melakukan
  pelanggaran hukum berupa pengkianatan
  terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
  pidana berat lainnya atau perbuatan tercela,dan
  /atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
  Presiden dan /atau wakil Presiden Pasal 12 ayat (
  2 ) UU No. 4 / 2004 ).



                                                      65




            Kompetensi Relatif
 Adalah kewenangan lembaga peradilan dalam
 menerima,memeriksa,mengadili dan
 memutus suatu perkara tertentu berdasarkan
 wilayah hukum suatu pengadilan berdasar
 distribusi kekuasaan kehakiman. Kompetensi
 relative menyangkut pertanyaan ke
 pengadilan negeri manakah suatu perkara
 harus diajukan ?


                                                      66




                                                                 33
10/8/2012




        Kompetensi Relative Ditemukan
    Pengaturannya dalam Pasal 118 HIR atau
               Pasal 142 RBg :

    • Sebagai asas ditentukan bahwa Pengadilan
      Negeri di tempat tinggal tergugat yang wenang
      untuk memeriksa gugatan atau tuntutan
      hak,asas ini disebut asas actor sequitur forum
      rei ( Pasal 118 ayat (1) HIR,142 ayat (1) RBg )
    • Apabila tergugat tidak mempunyai tempat
      tinggal yang dikenal atau tempat tinggalnya
      yang nyata tidak dikenal atau tergugat tidak
      dikenal,maka gugatan diajukan kepada
      pengadilan negeri di tempat tergugat
      sebenarnya tinggal ( Pasal 118 ayat (1) HIR,142
      ayat (1) RBg )

                                                                             67




•   Dalam hal ada domisili pilihan maka gugatan di ajukan kepada pengadilan
    negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal atau domisili
    pilihan tersebut ( Pasal 118 ayat (4) HIR,142 ayat (4) RBg) ------ domisili
    /tempat tinggal pilihan harus dibuat dengan akta oleh para pihak (Pasal 24
    BW)
•   Dalam hal pihak tergugatnya lebih dari seorang dan tempat tinggalnya
    tidak dalam satu wilayah hukum pengadilan negeri ,maka gugatan dapat
    diajukan kepada pengadilan negeri di tempat salah satu tergugat
    bertempat tinggal. Penggugat dapat memilih salah satu pengadilan di
    wilayah hukum para tergugat bertempat tinggal (Pasal 118 ayat (2)
    HIR,Pasal 142 ayat (3) RBg )




                                                                             68




                                                                                        34
10/8/2012




• Dalam hal tergugatnya terdiri orang-orang yang
  berhutang (debitur) dan penanggung,maka gugatan
  diajukan kepada pengadilan negeri yang meliputi
  wilayah hukum tempat tinggal si berhutang atau
  debitur (Pasal 118 ayat (2) HIR,142 ayat(2) RBg )
• Dalam hal obyek gugatan adalah benda tetap maka
  gugatan diajukan ke pengadilan negeri yang wilayah
  hukumnya meliputi letak benda tetap tersebut --------
  asas forum rei sitae ( Pasal 118 ayat (3) HIR,Pasal 142
  ayat (5) RBg



                                                        69




• Dalam hal tergugat tidak mempunyai tempat
  tinggal yang dikenal maupun tempat tinggal
  yang nyata atau apabila tergugat tidak
  dikenal,gugatan dapat diajukan kepada
  pengadilan negeri di tempat penggugat tinggal
  ( Pasal 118 ayat(3) HIR, 142 ayat (3) RBg) -----
  bentuk penyimpangan atas asas actor sequitur
  forum rei.


                                                        70




                                                                   35
10/8/2012




• Terhadap kompetensi relatif apabila tidak ada
  eksepsi maka pengadilan tetap mempunyai
  kewenangan untuk memeriksa dan mengadili
  perkara yang telah diajukan oleh penggugat. Ketidak
  wenangan pengadilan dengan alasan melanggar
  kompetensi relatif harus berdasarkan adanya eksepsi
  dari salah satu pihak yang bersengketa (pihak
  tergugat). Sedangkan menyengkut kompetensi
  absulut ada atau tidak eksepsi hakim harus
  menyatakan dirinya tidak wenang.



                                                    71




III. TATA CARA PENGAJUAN TUNTUTAN HAK




                                                    72




                                                               36
10/8/2012




        3.1. Pengertian Tuntutan hak

• Tuntutan hak adalah suatu upaya yang bertujuan
  untuk memperoleh perlindungan hukum atas hak –
  hak tertentu yang dimiliki oleh seseorang melalui
  proses peradilan yang dibenarkan menurut hukum
  untuk mencegah terjadinya “eigenrichting”atau
  perbuatan main hakim sendiri dalam melaksanakan
  haknya sehingga menimbulkan perbuatan melawan
  hukum yang dapat merugikan pihak lainnya.



                                                      73




    Macam-macam Tuntutan Hak
•   Tuntutan hak yang tidak mengandung
    sengketa.



•   Tuntutan hak yang mengandung sengketa




                                                      74




                                                                 37
10/8/2012




     Tuntutan hak yang tidak mengandung
                   sengketa
•     Yaitu tuntutan hak yang diajukan di muka
      sidang pengadilan tanpa didahului adanya
      persengketaan di antara pihak pihak yang
      berkepentingan atau yang terlibat di
      dalamnya.

•     Pengajuannya berbentuk permohonan.

•     Sistem peradilan yang dipakai adalah sistem
      volunteer (peradilan yang tidak
      sesungguhnya ).

                                                      75




    Tuntutan hak yang mengandung sengketa

•    Yaitu tuntutan hak yang diajukan oleh pihak-
     pihak yang berkepentingan di muka pengadilan
     yang didahului adanya persengketaan atau
     perselisihan atas suatu hak tertentu di antara
     pihak-pihak yang berkepentingan.
•    Berbentuk gugatan atau tuntutan perdata
     sebagaimana yang diatur dalam Pasal 118 ayat
     (1) HIR atau Pasal 142 ayat (1) RBg
•    Sistem peradilan yang dipakai adalah peradilan
     Contentieus (peradilan yang sesungguhnya)
                                                      76




                                                                 38
10/8/2012




 Perbedaan Permohonan dan Gugatan
• Dilihat dari para pihaknya, dalam permohonan pada
  umumnya pihaknya hanya ada pemohon,tetapi tidak
  menutup kemungkinan juga ada pihak termohonnya.
  Dalam gugatan para pihaknya terdiri dari dua pihak
  yaitu pihak penggugat dan pihak tergugat dan
  dimungkinkan juga berperkara dengan pihak ketiga
  yang masuk dalam sengketa mereka.
• Dilihat dari bentuk pengajuan perkaranya berbentuk
  permohonan dan gugatan berbentuk gugatan.
• Dilihat dari sistem peradilannya,permohonan masuk
  dalam sistem peradilan volunteer sedang gugatan
  masuk dalam sistem peradilan kontentieus.

                                                       77




• Dilihat dari fungsi dan tugas hakim,dalam
  permohonan hakim lebih bersifat sebagai
  administrator,sedang dalam gugatan hakim
  bersifat mengadili diantara kedua belah pihak
  antara yang salah dan yang benar.
• Dilihat dari putusan yang dihasilkan oleh
  hakim,dalam permohonan bentuk putusannya
  berupa penetapan,sedangkan dalam gugatan
  berbentuk keputusan.
• Pada umumnya putusan atas permohonan yang
  berupa penetapan tidak memerlukan
  eksekusi,sedang putusan atas gugatan pada
  umumnya memerlukan eksekusi.
                                                       78




                                                                  39
10/8/2012




      3.3. Tata Cara Pengajuan Gugatan di
                  Pengadilan
•   Gugatan dapat diajukan secara lisan maupun secara tertulis

•   Isi Gugatan,dalam HIR maupun Rbg tidak mengatur tentang apa yang
    harus dicantumkan dalam gugatan,HIR dan RBg hanya mengatur tentang
    tata caranya mengajukan gugatan.
•   untuk mengisi kekosongan hukum ini ketentuan RV (hukum acara perdata
    untuk golongan Eropa ) dapat dijadikan rujukan dalam menyusun surat
    gugatan dengan merujuk ketentuan Pasal 119 HIR dan Pasal 143 RBg yang
    memberi wewenang ketua pengadilan negeri berkuasa untuk memberi
    nasehat dan pertolonggan kepada orang yang mengugat atau kepada
    wakilnya tentang hal memasukkan gugatannya.




                                                                        79




ISI SURAT GUGATAN ( Pasal 8 No.3 RV):
• Identitas dari para pihak,baik penggugat
  maupun pihak tergugatnya.
• Dalil-dalil Kongkrit adanya hubungan hukum
  yang merupakan dasar serta alasan dari
  tuntutan (Fundamentum Petendi atau posita)
• Tuntutan yang dikehendaki oleh pihak
  penggugat (Petitum )


                                                                        80




                                                                                   40
10/8/2012




            Identitas Para Pihak
•   Nama Penggugat dan Tergugat;
•   Umur Penggugat Maupun Tergugat;
•   Pekerjaan dari Penggugat dan Tergugat
•   Tempat Tinggal / Domisili / Tempat Kedudukan
    Penggugat dan Tergugat,dll




                                               81




Fundamentum Petendi atau posita
• Tentang Faktanya (kejadian atau
  peristiwanya);



• Tentang Hukumnya




                                               82




                                                          41
10/8/2012




          Tuntutan (Petitum )
 Yaitu tentang apa yang dimintakan atau
 diharapkan oleh pihak penggugat untuk
 diputuskan oleh hakim. Tuntutan harus
 lengkap ,jelas dan sempurna,tuntutan yang
 tidak lengkap,jelas dan sempurna akan
 berakibat tidak diterimanya tuntutan .




                                              83




        Tuntutan atau petitum
• Tuntutan pokok atau tuntutan primer

• Tuntutan Pengganti atau tuntutan subsider

• Tuntutan Tambahan




                                              84




                                                         42
10/8/2012




Tuntutan pokok atau tuntutan primer
 Yaitu tuntutan yang sifatnya pokok terkait
 dengan hubungan hukum yang terjadi di
 antara para pihak yang harus dipenuhi oleh
 pihak tergugat sebagai bentuk prestasi
 tertentu.




                                                85




Tuntutan Pengganti atau tuntutan subsider

Yaitu tuntutan yang diajukan oleh penggugat
 yang sifatnya adalah untuk menggantikan
 tuntutan primer dalam hal nantinya tuntutan
 primer tidak dikabulkan oleh hakim. Tuntutan
 subsider harus sebanding dengan tuntutan
 primer.




                                                86




                                                           43
10/8/2012




              Tuntutan Tambahan
  Adalah tuntutan yang sifatnya menambah tuntutan pokok atau tuntutan
    subsider,tuntutan tambahan dapat berupa:
  –    tuntutan agar tergugat dihukum membayar beaya perkara;
  –    tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar sejumlah bunga tertentu;
  –    tuntutan agar tergugat dihukum membayar sejumlah uang paksa;
  –    dalam hal gugat cerai,sering disertai dengan tuntutan tambahan atas
       nafkah istri,pembagian harta bersama,atau hak pengasuhan atas anak;
  –    tuntutan agar putusan dinyatakan dapat dilaksanakan terlebih
       dahulu,meskipun ada upaya hukum perlawanan,banding maupun kasasi
       (Uit voerbaar bij vooraad )




                                                                           87




Syarat-syarat dapat dikabulkannya tuntutan
    Uit voebaar bij voorraad (Pasal 180
      HIR,Pasal 191 RBg ) antara lain :

          • ada surat yang sah (autentik titel )

          • apabila ada tulisan yang mempunyai kekuatan pembuktian

          • apabila ada putusan yang telah mempunyai kekuatan
            hukum yang tetap

          • apabila dikabulkan suatu tuntutan provisional

          • dalam hal perselisihan tentang hak milik
 •

                                                                           88




                                                                                      44
10/8/2012




Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No. 06 Tahun
  1975 tanggal 1 Desember 1975 Jo Surat Edaran
Mahkamah Agung No.03 Tahun 1978 tanggal 1 April
                     1978,


  Mahkamah Agung meminta agar para hakim tidak
  menjatuhkan putusan Uit Voerbaar bij
  voorraad,walaupun syarat-syarat yang ditentukan
  dalam pasal 180 ayat (1) HIR telah dipenuhi,kecuali
  dalam hal-hal yang tidak dapat dihindarkan
  misalnya putusan yang sifatnya sangat eksepsional


                                                         89




putusan yang sifatnya sangat eksepsional

       – putusan itu diberikan apabila ada penyitaan
         conservatoir yang harga barangnya tidak cukup
         untuk memenuhi gugatan

       – jika dipandang perlu dapat dimintakan jaminan
         pada pihak pemohon,yang berupa benda-benda
         jaminan yang mudah disimpan dan tidak boleh
         menerima penanggung (borg) untuk
         menghindarkan masuknya pihak ketiga di dalam
         proses.


                                                         90




                                                                    45
10/8/2012




              Dalam Praktek
•   Tuntutan tambahan sering juga dirumuskan dalam
  bentuk yang beraneka ragam,sering juga dalam
  tuntutan tambahan ditambahkan permintaan
  “Mohon putusan yang seadil-adilnya dari hakim “
  atau “ Agar Hakim Mengadili Menurut Keadilan
  Yang Benar “
• Dengan petitum tambahan yang demikian itu
  diharapkan hakim dapat memutuskan secara bebas
  menurut nilai-nilai keadilan dan hukum dalam hal
  petitum primer maupun sekunder tidak dikabulkan.



                                                 91




3.4. Penggabungan atau kumulasi tuntutan

• Kumulasi/penggabungan subyektif




• Kumulasi /penggabungan obyektif




                                                 92




                                                            46
10/8/2012




 Kumulasi/penggabungan subyektif
Yaitu kumulasi yang menyangkut subyek-
subyek yang ada dalam perkara yang sedang
terjadi,misalnya penggugatnya terdiri dari
beberapa orang atau sebaliknya tergugatnya
yang terdiri dari beberapa orang tergugat atau
penggugat maupun tergugatanya lebih dari
seorang.



                                              93




 exception plurium litis consortium
Yaitu eksepsi yang menyatakan bahwa masih
ada orang lain yang harus diikutkan sebagai
pihak tergugat dalam perkara yang diajukan
oleh pihak penggugat.




                                              94




                                                         47
10/8/2012




 Kumulasi /penggabungan obyektif
Yaitu penggabungan tuntutan yang
 menyangkut obyek tuntuan,dalam kumulasi
 ini penggugat mengajukan lebih dari satu
 tuntutan dalam satu perkara secara sekaligus
 atas beberapa hubungan hukum atau
 peristiwa hukum ,baik yang saling
 berhubungan satu sama lain maupun tidak
 saling berhubungan.


                                                      95




  Ada tiga hal yang tidak dimungkinkan
  adanya penggabungan atau kumulasi
             secara obyektif

    1. Dalam hal tuntutan yang satu diperlukan acara
       khusus (misalnya gugat cerai ) dan tuntutan yang
       satunya lagi harus diperiksa dengan acara biasa
       (misalnya gugat utang piutang );
    2. Dalam hal hakim tidak wenang secara relative
       untuk memeriksa salah satu tuntutan yang
       digabung bersama-sama dalam satu gugatan;
   3. Tuntutan yang menyangkut tentang bezit
      egendom atau penguasaan dan
    kepemilikan.
                                                      96




                                                                 48
10/8/2012




       Kumulasi dan Konkursus


• Kumulasi harus dibedakan dengan “Konkursus”
  yang merupakan kebersamaan adanya
  beberapa tuntutan hak yang kesemuanya
  menuju pada satu akibat hukum yang
  sama,apabila satu tuntutan sudah terpenuhi
  maka tuntutan lainnya juga sekaligus
  terkabulkan..

                                           97




  Berperkara dengan pihak ketiga
• Dengan cara campur tangan(Intervensi )



• Dengan cara penanggungan atau garansi
  (Vrijwaring )




                                           98




                                                      49
10/8/2012




     Dengan cara campur tangan (
             Intervensi )
• Intervensi merupakan bentuk berperkara
  dengan pihak ketiga dengan cara masuknya
  pihak ketiga dalam sengketa yang terjadi
  diantara pihak penggugat dan tergugat
  didasarkan atas keinginan dan kemauan dari
  pihak ketiga itu sendiri.




                                                99




 Dengan cara penanggungan atau garansi
              (Vrijwaring )
• Dalam Vrijwaring masuknya pihak ke tiga
  dalam sengketa yang terjadi di antara
  penggugat dan tergugat berdasarkan
  keinginan dari penggugat atau tergugat yang
  secara sengaja menarik pihak ke tiga masuk
  dalam sengketa mereka.




                                            100




                                                           50
10/8/2012




    Bentuk Campur Tangan / Intervensi
•   bersifat menyertai ( Voeging ), dalam intervensi ini pihak ke tiga yang
    masuk dalam sengketa antara penggugat dan tergugat bersifat memihak
    untuk membela kepentingan salah satu pihak yang bersengketa,yang
    lazimnya membela kepentingan dari pihak tergugat. Dalam intervensi ini
    sesungguhnya pihak intervinin masuk dalam sengketa dengan tujuan
    untuk membela hak-haknya sendiri dengan jalan membela salah satu
    pihak yang bersengketa.

•   Intervensi yang bersifat menengahi (Tussenkomst ) , masuknya pihak
    ketiga dalam sengketa berdiri di antara kepentingan penggugat dan
    kepentingan tergugat,tujuan intervinin masuk dalam sengketa adalah
    untuk mempertahankan hak dan kepentingan hukumnya sendiri ,guna
    mencegah timbulnya kerugian atau kehilangan hak sebagai akibat adanya
    sengketa diantara penggugat dan tergugat,sehingga perlu campur tangan
    dari pihak intervinin.



                                                                              101




       Bentuk Penanggungan / Garansi
                (Vrijwaring)
• Vrijwaring formil yaitu apabila seorang diwajibkan
  untuk menjamin orang lain menikmati suatu hak
  atau benda yang bersifat kebendaan dan semata-
  mata hanya menyangkut hak –hak yang bersifat
  kebendaan.

• Vrijwaring sederhana atau garansi simple ini
  terjadi apabila sekiranya tergugat dikalahkan
  dalam sengketa yang sedang berlangsung
  mempunyai hak untuk menagih kepada pihak ke
  tiga ( penanggung ) dengan melunasi hutangnya
  mempunyai hak untuk menagih kepada debitur

                                                                              102




                                                                                          51
10/8/2012




• Penarikan pihak ketiga dengan vrijwaring
  dapat dilakukan oleh tergugat sebelum
  tergugat memberikan jawabannya,sedang bagi
  penggugat sebelum memberikan repliknya.




                                          103




  3.5. Upaya-upaya Untuk Menjamin
                Hak




                                          104




                                                      52
10/8/2012




      Macam-macam sita Jaminan atau
           Conservatoir beslag
• Conservatoir beslag atas barang miliknya
  sendiri(milik penggugat atau pemohon )

• Conservatoir Beslag atas barang milik
  debitur/tergugat/termohon




                                                    105




    Conservatoir beslag atas barang
           miliknya sendiri
•   Dalam sita jaminan ini barang yang menjadi obyek
    penyitaan adalah barang milik dari pihak penggugat
    atau pemohon sendiri yang dikuasai oleh pihak
    lain,dalam sita ini tujuannya bukan untuk
    menjamin suatu tuntutan berupa tagihan uang
    atau pembayaran sejumlah uang tertentu,akan
    tetapi lebih dimaksudkan hanya untuk mejamin
    suatu hak kebendaan dari pemohon(penggugat)
    dan penyitaan akan berakhir dengan diserahkan
    benda obyek penyitaan.



                                                    106




                                                                53
10/8/2012




 Macam-macam Sita Jaminan atas Barang
              Sendiri

• Revindikatoir beslag ;



• Sita Marital




                                                 107




          Revindikatoir beslag
• Yaitu penyitaan yang dilakukan atas permohonan
  pemilik barang bergerak yang ada di tangan pihak
  orang lain atau di bawah kekuasaan orang lain
  (tergugat atau termohon ) secara lisan maupun
  secara tertulis ke pengadilan negeri di tempat
  orang yang menguasai benda tersebut bertempat
  tinggal

• Dalam permohonan sita revindikatoir tidak
  diperlukan adanya alasan yang berupa praduga
  bahwa termohon ada etikat tidak baik untuk
  mengalihkan barang dimaksud (Pasal 226 HIR )

                                                 108




                                                             54
10/8/2012




    Unsur-unsur Revindicatoir Beslag
•    Obyek penyitaan harus berupa barang
     bergerak;
•    Barang bergerak tersebut merupakan barang
     milik penggugat atau pemohon yang dikuasai
     oleh tergugat atau termohon;
•    Permintaan/permohonan harus diajukan
     kepada ketua pengadilan negeri yang wilayah
     hukumnya meliputi tempat tinggal termohon;
•    Permohonan dapat diajukan secara lisan
     maupun tertulis;
•    Barang yang menjadi obyek penyitaan harus
     diterangkan secara seksama dan terinci.

                                                       109




                       Sita Marital
• Sita Marital yaitu sita atas barang milik sendiri yang
  terjadi dalam hal ada gugat cerai , sita ini dikenal
  dalam sistem hukum acara untuk golongan orang
  Barat yang diatur dalam Pasal 823 a RV dan
  seterusnya , sita marital dimohonkan oleh pihak istri
  terhadap harta bersama yang dikuasai oleh suami,
  baik yang berupa barang bergerak maupun benda
  tetap,tujuan dari penyitaan ini adalah untuk
  menjamin agar barang-barang yang disita tidak jatuh
  atau dialihkan pada pihak ketiga.



                                                       110




                                                                   55
10/8/2012




    Conservatoir Beslag atas barang milik
        debitur/tergugat/termohon

•   Bentuk penyitaan inilah yang merupakan bentuk penyitaan yang
    sesungguhnya yang bersifat Conservatoir Beslag (CB) sebagimana
    ditentukan dalam Pasal 227 HIR ayat (1) “Jika ada persangkaan yang
    beralasan,bahwa orang yang berhutang sebelum dijatuhkan keputusan
    kepadanya,atau sedang keputusan yang dijatuhkan kepadanya,belum
    dapat dijalankan,berusaha akan menggelapkan atau akan mengankut
    barangnya ,baik yang tetap maupun tidak tetap dengan maksud akan
    menjauhkan barang itu dari penagih hutang,maka ketua atas
    permohonan pihak yang berkepentingan untuk itu
    (pemohon/penggugat) dapat memberikan perintah supaya barang itu
    disita untuk menjaga hak pemohon……”.




                                                                    111




Unsur-unsur Conservatoir Beslag
     • pengajuan conservatoir beslag harus ada alasan praduga
       bahwa tergugat sebelum putusan dijatuhkan atau
       dilaksanakan beritikat tidak baik untuk mengalihkan atau
       menggelapkan barang-barangnya;
     • barang yang menjadi obyek penyitaan adalah milik dari pihak
       tergugat/termohon,bukan milik dari pihak penggugat atau
       pemohon;
     • permohonan Conservatoir Beslag diajukan pada ketua
       pengadilan negeri yang memeriksa perkara yang
       bersangkutan;
     • permohonan conservatoir beslag diajukan secara tertulis;
     • obyek penyitaan Conservatoir beslag dapat berupa benda
       bergerak,benda tidak bergerak atau benda bergerak milik
       tergugat yang dikuasai oleh pihak ketiga.


                                                                    112




                                                                                56
10/8/2012




        Perbedaan Pokok antara Conservatoir
          Beslag dan Revindicatoir Beslag :
•       Obyek permohonan Conservatoir Beslag adalag benda bergerak maupun benda
        tetap milik dari debitur/tergugat/termohon maupun benda bergerak milik
        debitur/tergugat/termohon yang dikuasai oleh pihak ketiga,Sedangkan dalam
        Revindikatoir Beslag obyek penyitaan adalah benda bergerak milik dari
        penggugat/pemohon sendiri yang dikuasai oleh tergugat.
•       dalam Conservatoir Beslag permohonannya harus disertai adanya alasan yang
        berupa praduga adanya itikat tidak baik dari pihak tergugat untuk mengalihkan
        /menggelapkan barangnya, sedangkan dalam Revindikatoir Beslag alasan itu
        tidak diperlukan.
•       Permohonan atas Conservatoir Beslag diajukan dengan surat tertulis, Sedang
        dalam Revindikatoir beslag dapat secara lisan maupun tertulis
•       Dalam Conservatoir Beslag bertujuan untuk pembayaran sejumlah uang
        tertentu, sedang dalam Revindicatoir Beslag bertujuan untuk penyerahan atas
        barang atau benda yang menjadi obyek penyitaan.




                                                                                   113




         Persamaan Conservatoir Beslag dan
               Revindicatoir Beslag :


    •      Sama-sama untuk menjamin tuntutan dalam hal tuntutan dikabulkan;

    •      dapat dinyatakan syah dan berharga apabila gugatan dikabulkan dan
           pengajuannya memenuhi syarat berdasar undang-undang;

    •      dalam hal gugatan ditolak atau dinyatakan tidak dapat diterima,maka
           Conservatoir Beslag maupun Revindicatoir Beslag akan diperintahkan untuk
           diangkat, hal ini ditegaskan dalam Pasal 227 ayat (4) “ Jika gugatan itu
           diterima,maka penyitaan itu disahkan,jika itu ditolak maka diperintahkan
           supaya dicabut penyitaan itu “




                                                                                   114




                                                                                               57
10/8/2012




   IV. PROSES PEMERIKSAAN DI SIDANG
               PENGADILAN




                                                115




    4.1. Pencabutan dan Perubahan
               Gugatan
• Pencabutan gugatan pada prinsipnya
  diperbolehkan,pencabutan gugatan dapat
  dilakukan oleh penggugat,perkara mau
  dilanjutkan atau tidak sesungguhnya menjadi hak
  dan kewenangan dari para pihak sendiri.

Pencabutan gugatan dapat dilakukan :

• Sebelum pihak tergugat memberikan jawaban
  dan;

• sesudah pihak tergugat memberikan jawabannya
                                                116




                                                            58
10/8/2012




Pencabutan Gugatan Sebelum Tergugat
       Memberikan Jawaban



• Gugatan dapat dicabut begitu saja oleh pihak
  penggugat tanpa perlu mendapatkan ijin atau
  persetujuan dari pihak tergugat
• Terhadap gugatan yang dicabut sebelum ada
  jawaban,dikemudian hari apabila penggugat
  berkeinginan untuk mengajukan gugatannya
  kembali masih dimungkinkan.

                                                 117




pencabutan gugatan dilakukan setelah
 pihak tergugat memberikan jawaban


• Pencabutan Surat Gugatan harus mendapatkan
  persetujuan dari pihak tergugat. Dalam hal tida
  mendapatkan persetujuan dari pihak tergugat
  maka pencabutan tidak dapat dilakukan.
• Gugatan yang dicabut setelah ada jawaban dari
  pihak tergugat,maka bagi penggugat
  dikemudian hari sudah tidak dapat mengajukan
  gugatannya kembali,oleh karena penggugat
  sudah dianggap melepaskan hak-haknya secara
  suka rela terhadap pihak tergugat.

                                                 118




                                                             59
10/8/2012




 Penambahan dan perubahan gugatan
• Penambahan atau perubahan gugatan pada
  prinsipnya juga diperbolehkan,HIR tidak mengatur
  tentang masalah penambahan dan perubahan
  gugatan,termasuk hal apa yang boleh dan tidak
  boleh untuk ditambah atau dirubah. Dalam praktek
  perubahan dan penambahan diperbolehkan
  sepanjang tidak merugikan para pihak khususnya
  kepentingan pihak tergugat dan penambahan atau
  perubahan tersebut tidak menambah atau merubah
  tentang pokok perkaranya.



                                                 119




  4.2. Putusan Gugur,Verstek dan Putusan
                  Damai




                                                 120




                                                             60
10/8/2012




                   Putusan Gugur

  • Adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim
    diluar hadirnya pihak penggugat atau
    wakilnya pada sidang yang pertama
    sekalipun yang bersangkutan sudah
    dilakukan pemanggilan secara benar,syah
    dan patut untuk hadir di muka sidang
    pengadilan pada waktu yang sudah
    ditentukan
                                                   121




                   Pasal 124 HIR
• “ Jikalau sipenggugat,walaupun dipanggil dengan
  patut,tidak menghadap pengadilan negeri pada hari
  yang ditentukan itu dan tidak juga menyuruh seorang
  lain menghadap selaku wakilnya,maka gugatannya
  dipandang gugur dan sipenggugat dihukum
  membayar biaya perkara;akan tetapi sipenggugat
  berhak,sesudah membayar biaya yang
  tersebut,memasukkan gugatannya sekali lagi “



                                                   122




                                                               61
10/8/2012




Pemanggilan benar,syah dan patut
• Pemanggilan dilakukan dan diberikan secara
  langsung pada yang bersangkutan atau wakilnya
  di tempat tinggal atau domisilinya.
• Dalam hal panggilan tidak dapat diberikan secara
  langsung pada yang bersangkutan maka surat
  panggilan disampaikan melalui kepala desa atau
  lurah di tempat tinggal yang bersangkutan
• Dalam hal tempat tinggal atau domisili yang
  bersangkutan tidak diketahui atau tidak dikenal
  maka surat panggilan harus ditempel di kantor
  pengadilan yang bersangkutan dan di kantor wali
  kota atau bupati.

                                                 123




Pemanggilan Benar,Syah dan Patut
• Surat panggilan harus memperhatikan masa
  tenggang waktu yang patut antara diterimanya
  pemanggilan dengan waktu sidang,sekurang-
  kurangnya panggilan disampaikan tiga hari kerja
  sebelum sidang dimulai.
• Pemanggilan dilakukan oleh juru sita dan
  dibuatkan berita acara pemanggilan pihak-pihak.
• Di dalam praktek biasanya pemanggilan akan
  dilakukan oleh pengadilan pada para pihak dua
  kali berturut-turut,baru kalau pemanggilan kedua
  tidak hadir juga dapat dijatuhkan putusan gugur.

                                                 124




                                                             62
10/8/2012




    Putusan Verstek( Pasal 125 HIR )
•    Jika sitergugat,walaupun sudah dipanggil dengan patut tidak
     menghadap pada hari yang ditentukan,dan tidak juga menyuruh
     seorang lain menghadap selaku wakilnya,maka gugatan itu diterima
     dengan putusan tak hadir,kecuali jika nyata kepada pengadilan
     negeri,bahwa gugatan itu melawan hak atau tidak beralasan
•    Akan tetapi jika sitergugat dalam surat jawabannya mengajukan
     perlawanan (tangkisan) bahwa pengadilan negeri tidak berhak
     menerima perkara itu,hendaklah pengadilan negeri,walaupun si
     tergugat sendiri atau wakilnya tidak menghadap,sesudah didengar
     sipenggugat,mengadili perlawanannya dan hanya kalau
     perlawanannya itu ditolak,maka putusan dijatuhkan mengenai pokok
     perkara.




                                                                    125




                     Putusan Verstek
•    Jika gugatan diterima,maka putusan pengadilan
     negeri dengan perintah ketua diberitahukan
     kepada orang yang dikalahkan,dan serta itu
     diterangkan kepadanya bahwa ia berhak dalam
     waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam
     Pasal 129,mengajukan perlawanan terhadap
     putusan tak hadir itu pada majelis pengadilan
     itu juga
•    Di bawah keputusan tak hadir itu panitera
     pengadilan mencatat,siapa yang diperintahkan
     menjalankan pekerjaan itu dan pakah
     diberitahukannya tentang hal itu baik dengan
     surat maupun dengan lisan.

                                                                    126




                                                                                63
10/8/2012




   Syarat-syarat putusan verstek yang
 mengabulkan gugatan (Pasal 125 ayat (1)
                  HIR :
  • Tergugat atau para tergugat kesemuanya tidak
    datang pada hari sidang pertama yang telah
    ditentukan;
  • Tidak menyuruh wakilnya untuk datang pada sidang
    yang pertama;
  • Telah dilakukan pemanggilan secara benar,sah dan
    patut;
  • Petitum tidak melawan hak;
  • Petitum beralasan


                                                 127




         verszet (Perlawanan )
• Terhadap putusan Verstek yang isinya
  mengabulkan gugatan pihak tergugat dapat
  mengajukan verszet (Perlawanan ) pada
  pengadilan negeri yang telah memutus
  putusan verszet tersebut.




                                                 128




                                                             64
10/8/2012




  Tenggang waktu untuk mengajukan
            perlawanan
• Dalam waktu 14 hari setelah putusan verstek
  diberitahukan kepada pihak yang dikalahkan itu
  sendiri
• Sampai hari kedelapan setelah teguran seperti yang
  dimaksud dalam Pasal 196 HIR,apabila yang ditegur
  tidak datang menghadap
• Kalau tidak datang waktu ditegur,sampai hari
  kedelapan setelah sita eksekutorial (197 HIR ).



                                                       129




 Upaya Banding Atas Putusan Verstek
• Terhadap putusan verstek yang isinya menolak
  gugatan,bagi pihak penggugat dapat
  mengajukan upaya hukum banding ke
  pengadilan tinggi berdasarkan ketentuan
  tentang upaya hukum banding




                                                       130




                                                                   65
10/8/2012




             Putusan Damai
• Putusan Damai adalah putusan pengadilan
  yang dijatuhkan oleh hakim berdasarkan hasil
  perdamaian para pihak yang telah disepakati
  dalam akta perdamaian
• Putusan damai bersifat menghukum kedua
  belah pihak untuk mematuhi dan mentaati isi
  perdamaian yang telah disepakati oleh
  penggugat dan tergugat


                                                 131




     Perdamaian Di Luar Sidang

 Perdamaian yang dilakukan di luar
  sidang,berlakunya bagi para pihak tidak beda
  halnya dengan perjanjian pada
  umumnya,perdamaian mengikat seperti
  halnya undang- undang bagi penggugat
  maupun tergugat dan sifat berlakunya
  mengikat dengan etikat baik.

                                                 132




                                                             66
10/8/2012




       Perdamaian Di Dalam sidang

    Perdamaian yang dilakukan di dalam sidang (akta
     perdamaian) yang dikuatkan dalam bentuk putusan
     damai,mempunyai kekuatan hukum seperti putusan
     pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum
     yang tetap(in kracht van gewijsde) mempunyai
     kekuatan mengikat dan memaksa bagi para
     pihak,putusan damai bersifat final and binding.




                                                   133




     Jawaban Tergugat dan Gugat Balik
              (Rekonvensi)
•     Jawaban yang tidak secara langsung
      mengenai pokok perkara berupa tangkisan
      atau eksepsi

•     Jawaban yang menyangkut pokok perkara
      (verweer ten principale )



                                                   134




                                                               67
10/8/2012




             Tangkisan(Eksepsi)

• eksepsi prosesuil (processueel ) yaitu eksepsi yang
  menyangkut acara pemeriksaan perkara di
  pengadilan (Eksepsi yang diatur dalam HIR)

• eksepsi berdasar hukum material yaitu eksepsi yang
  sudah masuk dalam materi gugatan atau sudah
  menyangkut pokok perkara (diatur dalam ketentuan
  RV)


                                                        135




   eksepsi prosesuil (processueel )
• Eksepsi tentang ketidak wenangan hakim dalam
  memeriksa suatu perkara tertentu ,baik
  menyangkut kopetensi absulut maupun relative.
• Eksepsi bahwa hakim telah melanggar asas nebis
  in idem.
• Eksepsi bahwa perkara yang sama sedang
  diperiksa oleh pengadilan negeri yang lain.
• Eksepsi bahwa perkara sedang diperiksa oleh
  pengadilan banding atau kasasi.
• Eksepsi bahwa yang bersangkutan tidak
  mempunyai kualifikasi / sifat untuk bertindak di
  muka pengadilan.

                                                        136




                                                                    68
10/8/2012




    eksepsi berdasar hukum material
•     eksepsi delatoir yaitu eksepsi yang
      menyatakan,bahwa gugatan penggugat belum
      dapat dikabulkan,misalnya karena penggugat telah
      memberikan penundaan pembayaran dan
      sebagainya.

•     eksepsi peremptoir adalah eksepsi yang bersifat
      menghalangi dikabulkannya gugatan,misalnya
      gugatan yang diajukan sudah lampau waktu, atau
      bahwa utang yang menjadi dasar gugatan telah
      dihapuskan.


                                                                           137




    Jawaban Yang Menyangkut Pokok Perkara
•   menolak gugatan baik sebagian maupun seluruh gugatan / tuntutan
•   mengakui gugatan/tuntutan baik sebagian maupun seluruhnya
•   dengan alasan pertama dan kedua diikuti adanya gugat balik (rekonvensi ).
    menolak gugatan baik sebagian maupun seluruh gugatan / tuntutan
•   mengakui gugatan/tuntutan baik sebagian maupun seluruhnya
•   dengan alasan pertama dan kedua diikuti adanya gugat balik (rekonvensi ).
    menolak gugatan baik sebagian maupun seluruh gugatan / tuntutan
•   mengakui gugatan/tuntutan baik sebagian maupun seluruhnya
•   dengan alasan pertama dan kedua diikuti adanya gugat balik (rekonvensi ).




                                                                           138




                                                                                       69
10/8/2012




     Gugat Rekonvensi (Gugat Balik)
• Gugat balik atau Rekonvensi diajukan oleh tergugat
  terhadap penggugat secara bersama-sama dalam
  memberikan jawabannya,sebelum proses
  pembuktian dilakukan.

• Gugat balik atau Rekonvensi pada dasarnya dapat
  diajukan dalam segala perkara yang secara langsung
  terkait dengan para pihak



                                                                           139




           Gugat Rekonvensi Yang Tidak
          Diperbolehkan (Pasal 132 a HIR )
•   apabila dalam gugat konvensi (gugat asal ) penggugat bertindak sebagai
    suatu kualitas tertentu atau berdasarkan sifatnya,sedang dalam gugat
    balik (Rekonvensi )menyangkut diri pribadi dari penggugat atau sebaliknya.
    Contohnya dalam gugat konvensi penggugat pertindak sebagai wali ,orang
    tua atau pengampu, maka dalam gugat balik tidak boleh ditujukan pada
    penggugat secara pribadi.
•   Jika pengadilan negeri yang memeriksa gugat konvensi secara absulut
    tidak wenang memeriksa gugat balik (Rekonvensi).
•   Dalam perkara sengketa pelaksanaan putusan
•   Dalam hal pada pemeriksaan tingkat pertama tidak diajukan gugat
    rekonvensi,maka pada tingkat banding tidak boleh ada gugat rekonvensi.
•    Dalam hal perkara yang menyangkut bezit dan egendom atau penguasaan
    dan kepemilikan.




                                                                           140




                                                                                       70
10/8/2012




     Keuntungan adanya Gugat Balik (
             Rekonvensi )
•   menghemat biaya
•   mempermudah pemeriksaan perkara
•   mempercepat proses penyelesaian sengketa
•   menghindarkan terjadinya putusan yang saling
    bertentangan.




                                                    141




     4.4. Proses Pembuktian dan Macam-
               macam Alat Bukti
• Dalam perkara perdata para pihak sendirilah,baik
  penggugat maupu tergugat yang harus membuktikan
  kebenaran dari dalil-dalail yang diajukan baik dalam
  gugatan maupun dalam jawaban. Tugas hakim adalah
  memberikan penilaian apakah dalil-dalil yang
  diajukan oleh para pihak dapat diterima berdasarkan
  pembuktian yang diajukan.
• Yang harus dibuktikan oleh para pihak adalah
  peristiwa yang disengketakan dan tidak semua
  peristiwa harus dibuktikan



                                                    142




                                                                71
10/8/2012




    Peristiwa Yang Tidak Perlu Dibuktikan
• karena memang peristiwanya tidak perlu untuk
  dibuktikan atau diketahui atau dianggap tidak mungkin
  untuk diketahui oleh hakim. Misalnya dalam hal
  dijatuhkan putusan verstek,dalam hal gugatan diakui
  oleh tergugat,dalam hal ada sumpah penentu atau
  dalam hal bantahan kurang cukup.
• Karena memang peristiwanya secara ex officio
  dianggap dikenal atau diketahui oleh hakim. Misalnya
  terhadap peristiwa-peristiwa notoir atau peristiwa yang
  sudah diketahui oleh umum,peristiwa-peristiwa yang
  terjadi selama persidangan.
• Karena menyangkut pengetahuan tentang pengalaman
  yang diperoleh berdasarkan pengetahuan umum.


                                                                        143




               Pengertian Pembuktian

•   Pembuktian dakam arti yang logis,kata membuktikan berarti memberikan
    kepastian yang absulut kebenarannya sehingga pembuktian yang
    sebaliknya sudah tidak dimungkinkan,pembuktian ini biasanya didasarkan
    pada suatu aksioma tertentu yang pasti.
•   Pembuktian dalam arti yang konvensionil,membuktikan adalah
    memberikan kepastian,hanya kepastiannya bukan kepastian yang absulut
    melainkan kepastian yang bersifat relative.
•   Pembuktian dalam arti yuridis,membuktikan dalam ari yuridis adalah
    pembuktian yang bersifat konvensionil dalam arti yang khusus,yaitu
    bahwa pembuktian dalam arti yuridis kebenarannya hanya berlaku bagi
    pihak-pihak yang bersengketa saja dan tidak berlaku bagi orang lain.




                                                                        144




                                                                                    72
10/8/2012




  Membuktikan dalam arti yuridis
• adalah memberikan kepastian dasar yang
  cukup pada hakim yang memeriksa perkara
  yang bersangkutan guna mendapatkan
  kepastian tentang kebenaran peristiwa yang
  diajukan oleh para pihak.




                                                        145




             Beban Pembuktian
• adalah menyangkut pertanyaan siapa yang harus
  terlebih dahulu diberikan kesempatan untuk
  melakukan pembuktian atas peristiwa yang
  disengketakan, apakah pihak penggugat atau pihak
  tergugat. Persoalan pembuktian merupakan
  persoalan adil tidak adil,persoalan fair tidak fair,oleh
  karena itu pembagian beban pembuktian merupakan
  persoalan yang tidak mudah bagi hakim,karena
  hakimlah yang harus membagi dan menentukan
  siapa yang harus membuktikan.



                                                        146




                                                                    73
10/8/2012




   Asas Umum Beban Pembuktian
• diatur dalam Pasal 163 HIR,Pasal 283
  RBg,Pasal; 1865 BW,yang menyatakan “
  Barang siapa menyatakan mempunyai suatu
  hak atau menyebutkan suatu peristiwa untuk
  meneguhkan haknya atau untuk membantah
  adanya hak orang lain,maka orang itu harus
  membuktikan adanya hak atau peristiwa itu “



                                                   147




      Ketentuan Khusus Tentang Beban
                Pembuktian
• Pasal 533 BW “orang yang menguasai barang tidak
  perlu membuktikan adanya itikad baiknya,siapa yang
  mengemukakan adanya itikad tidak baik harus
  membuktikan “
• Pasal 535 “ Kalau seseorang sudah memulai
  menguasai sesuatu untuk orang lain ,maka selalu
  dianggap meneruskan penguasaan tersebut ,kecuali
  apabila terbukti sebaliknya”
• Pasal 1244 “ Kreditur dibebaskan dari pembuktian
  kesalahan dari debitur dalam hal adanya wanprestasi
  “


                                                   148




                                                               74
10/8/2012




          Teori Beban Pembuktian
•   Teori pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloot affirmatief )
    ----- menurut teori ini,maka pihak yang harus membuktikan adalah
    pihak yang mengemukakan adanya sesuatu bukan pihak yang
    mengingkarinya.
•   Teori hukum subyektif ----------- berdasarkan teori ini suatu proses
    perdata itu selalu merupakan pelaksanaan hukum subyektif atau
    bertujuan mempertahankan hukum subyektif dan pihak yang
    mengemukakan adanya sesuatu hak harus membuktikan.
•   Teori Hukum Acara --------- berdasarkan teori ini maka beban
    pembuktian didasarkan pada kesamaan kedudukan antara penggugat
    dan tergugat,sehingga dalam membagi beban pembuktian harus
    didasarkan pada nilai keadilan,keseimbangan dan nilai kepatutan bagi
    para pihak.




                                                                       149




          Teori Beban Pembuktian
• Berdasarkan beberapa teori tersebut di atas dapat
  disimpulkan bahwa dalam pembagian beban
  pembuktian hakimlah yang mempunyai peranan
  menentukan siapa yang harus membuktikan dan
  bagaimana pembagiannya secara adil bagi para
  pihak. Di dalam praktek pembagian beban
  pembuktian dipandang adil dan patut, kalau pihak
  yang dibebani pembuktian adalah pihak yang paling
  sedikit dirugikan jika disuruh untuk membuktikan.



                                                                       150




                                                                                   75
10/8/2012




    Macam-macam Alat Bukti dan Kekuatan
             Pembuktiannya
    Dalam hukum acara perdata dikenal adanya
    beberapa macam alat bukti ( Pasal 164 HIR atau Pasal
    284 RBg ) :
•   alat bukti surat atau tertulis
•   alat bukti saksi
•   alat bukti persangkaaan (vemoedens,
    praesumptiones )
•   alat bukti pengakuan
•   alat bukti sumpah.


                                                      151




       Alat Bukti Surat atau Tertulis
• adalah alat bukti yang berbentuk sesuatu
  apapun yang memuat tanda-tanda bacaan
  yang berupa pencurahan isi hati atau buah
  pikiran seseorang yang dapat digunakan untuk
  membuktikan adanya suatu peristiwa hukum
  atau perbuatan hukum tertentu.




                                                      152




                                                                  76
10/8/2012




  Macam-Macam Alat Bukti Surat
• alat bukti surat yang berupa surat biasa atau
  bukan akta;



• alat bukti surat yang berbentuk akta




                                                  153




                 Surat Biasa
• adalah surat yang pembuatannya tidak
  dimaksudkan sebagai alat pembuktian atas
  suatu peristiwa atau perbuatan hukum
  tertentu,kalau kemudian dijadikan alat bukti
  semata-mata karena adanya kepentingan yang
  menghendaki dan sifatnya kebetulan saja.




                                                  154




                                                              77
10/8/2012




                    Akta
• adalah surat yang diberi tandatangan yang
  memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi
  dasar dari pada suatu hak atau perikatan yang
  dibuat secara sengaja sejak semula untuk
  kepentingan pembuktian atas peristiwa atau
  perbuatan hukum yang tercantum di
  dalamnya.



                                              155




     Dokumen (UU No.13/1985)
• kertas yang berisikan tulisan yang
  mengandung arti dan maksud tentang
  perbuatan,keadaan atau kenyataan bagi
  seseorang dan atau pihak-pihak yang
  berkepentingan. Dari pengetian tentang
  dokumen seperti tersebut ,jelas bahwa
  surat,baik surat biasa maupun akta
  merupakan dokumen.

                                              156




                                                          78
10/8/2012




               Tanda Tangan
• adalah pembubuhan nama dari si pembuat atau
  si penandatangan,berdasarkan Pasal 1 ayat (1)
  Undang-undang bea meterai No.13 tahun 1985
  Tandatangan-------adalah “Sebagimana lazimnya
  dipergunakan,termasuk pula paraf teraan atau
  cap tandatangan atau cap paraf teraan cap nama
  atau tanda lainnya sebagai pengganti
  tandatangan “
• Dipersamakan dengan tandatangan adalah sidik
  jari atau cap jempol yang sudah di “waarmerking
  “ oleh notaries atau pejabat lain yang diberi
  kewenangan untuk itu .

                                               157




  Pasal 2 ayat (1) UU No.13/1985 Tentang
                 Bea Meterai
• Alat bukti surat wajib dibubuhi metarai
• Meterai berfungsi sebagai bentuk kewajiban
  pembayaran pajak bea meterai
• Untuk dapat digunakan sebagai alat bukti yang
  sah di muka pengadilan sebagai akta
• Putusan MA tanggal 13 Maret 1971 No.589 K
  /SIP/1970 berpendapat bahwa surat bukti yang
  tidak dibubuhi meterai tidak merupakan alat
  bukti yang sah
• Bukti surat yang sejak semula belum dibubuhi
  meterai dapat dimintakan pemeteraian kemudian
  ( Nazegeling) pada pejabat kantor pos

                                               158




                                                           79
10/8/2012




           Macam-macam Akta
• Akta di bawah tangan



• Akta otentik




                                                     159




          Akta Di Bawah Tangan
• Akta yang sengaja dibuat oleh para pihak sediri tanpa
  bantuan seorang pejabat dengan tujuan untuk
  pembuktian atas suatu peristiwa atau hubungan
  hukum tertentu
• Akta di bawah tangan yang memuat hutang sepihak
  wajib ditulis tangan sendiri oleh pembuatnya,atau
  setidak-tidaknya tentang keterangan yang
  menguatkan jumlah atau besarnya atau banyaknya
  yang harus dipenuhi ditulis sendiri dengan huruf
  seluruhnya.


                                                     160




                                                                 80
10/8/2012




      Kekuatan Pembuktian Akta
  Kekuatan pembuktian akta sebagai alat bukti
  di pengadilan dapat dilihat dari:
• Kekuatan pembuktian Lahir;
• Kekuatan pembuktian Formil;
• Kekuatan pembuktian material




                                                        161




Kekuatan Pembuktian Lahir Akta Di Bawah
               tangan
• Akta di bawah tangan tidak memiliki kekuatan lahir;
• Tandatangan akta di bawah tangan dapat diakui
  dapat juga diingkari oleh pembuatnya
• Akta di bawah tangan yang diakui tandatangannya
  oleh para pihak yang membuat menjadikan akta di
  bawah tangan memiliki kekuatan pembuktian yang
  sempurna;
• Dalam hal tandatangan para pihak diingkari,maka
  kebenaran akta harus diperiksa kebenarannya.



                                                        162




                                                                    81
10/8/2012




    Kekuatan Pembuktian Formil akta Di
              Bawah tangan
• Akta di bawah tangan yang diakui
  tandatangannya memiliki kekuatan
  pembuktian formil;
• Telah memberikan kebenaran bahwa
  keterangan atau pernyataan dalam akta
  adalah keterangan atau pernyataan dari si
  penandatangan.


                                                  163




   Kekuatan Pembuktian Materiil Akta Di
              Bawah Tangan
• Akta di bawah tangan yang sudah diakui
  tandatangannya memiliki kekuatan pembuktian yang
  sempurna seperti akta otentik;
• Isi keterangan di dalam akta di bawah tangan yang
  sudah diakui tandatangannya secara materiil
  dianggap benar bagi para pembuatnya dan pihak-
  pihak yang diuntungkan dari akta tersebut.




                                                  164




                                                              82
10/8/2012




                         Akta Otentik
•   Akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang untuk itu oleh
    penguasa berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,baik
    dengan bantuan maupun tidak dari pihak yang berkepentingan,dengan
    mencatat apa yang dimntakan untuk dimuat di dalamnya oleh yang
    berkepentingan;

•   Suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang diberi
    wewenang untuk itu,merupakan bukti yang lengkap (sempurna) antara
    para pihak dan para ahli warisnya dan mereka yang mendapat hak dari
    padanya tentang yang tercantum di dalamnya dan bahkan tentang yang
    tercantum di dalamnya sebagai pemberitahuan belaka,akan tetapi yang
    terakhir ini hanyalah sepanjang yang diberitahukan itu erat hubunannya
    dengan pokok dari akta ( Pasal 165 HIR,Pasal 285 RBg,Pasal 1868 BW)




                                                                             165




Kekuatan Pembuktian Akta Otentik
• Akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang
  lengkap atau sempurna bagi para pihak yang
  membuat,ahli waris dan pihak ketiga yang
  mendapatkan hak dari akta yang bersangkutan;
• Jika tidak ada bukti yang sebaliknya dan
  sebanding ,maka akta otentik selalu dianggap
  benar isinya tanpa pembuktian lebih lanjut.
• Terhadap pihak ketiga akta otentk merupakan
  alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian
  yang bebas dan penilaiannya diserahkan pada
  pertimbangan hakim;
• Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian
  lahir,formil maupun kekuatan pembuktian
  materiil

                                                                             166




                                                                                         83
10/8/2012




          Alat Bukti Keterangan Saksi
•   Keterangan saksi adalah keterangan yang diberikan oleh pihak ketiga di luar pihak-
    pihak yang bersengketa yang diberikan secara lisan,langsung dan pribadi di muka
    sidang pengadilan tentang apa yang dilihat,didengar,dialami atau dia ketahui atau
    dia rasakan terhadap suatu peristiwa,kejadian atau perbuatan hukum tertentu.
•   Kesaksian bukan merupakan kesimpulan atau pendapat atau dugaan dari
    seseorang.
•   pada asasnya pembuktian dengan saksi dapat dipakai dalam segala perkara
    perdata ,kecuali undang-undang menentukan lain (Pasal 1895 BW,Pasal 139 HIR)
•   Keterangan yang diperoleh dari pihak ketiga (Testimonium de auditu) bukan
    merupakan keterangan saksi.
•   Seorang Saksi bukanlah saksi (Unus testis nullus testis) keterangan dari seorang
    saksi saja tanpa alat bukti yang lain dianggap tidak cukup dan tidak boleh dijadikan
    dasar putusan hakim.




                                                                                     167




       Unsur-unsur Keterangan Saksi
• Keterangan saksi diberikan oleh pihak ketiga;
• Keterangan diberikan secara langsung,lisan dan
  pribadi di dalam sidang;
• Keterangan yang diberikan merupakan
  peristiwa,kejadian atau perbuatan yang
  dilihat,didengar,dialami atau dirasakan sendiri;




                                                                                     168




                                                                                                 84
10/8/2012




      Kekuatan Pembuktian Saksi
• Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi
  mempunyai kekuatan pembuktian yang
  bebas,artinya hakim mempunyai kebebasab
  untuk menilai apakah keterangan saksi itu
  dapat dipecaya atau tidak sangat tergantung
  pada penilaian hakim




                                                     169




Parameter Penilaian Keterangan Saksi(172
                  HIR)
• Kesesuaian atau kecocokan antara keterangan saksi
  yang satu dengan yang lainnya
• Kesesuaian keterangan saksi dengan apa yang
  diketahui dari segi lain tentang perkara yang
  disengketakan
• Pertimbangan yang mungkin ada pada saksi untuk
  memberikan keterangan kesaksiannya,misalnya cara
  hidup,adat istiadat,serta martabat saksi atau segala
  seuatu yang munkin dapat mempengaruhi tingkat
  kejujuran dari saksi.



                                                     170




                                                                 85
10/8/2012




        Testimonium de auditu
• Keterangan yang diperoleh dari pihak ketiga
  bukan merupakan keterangan saksi.




                                                171




        Unus testis nullus testis

• Seorang Saksi bukanlah saksi ,keterangan dari
  seorang saksi saja tanpa alat bukti yang lain
  dianggap tidak cukup dan tidak boleh
  dijadikan dasar putusan hakim.




                                                172




                                                            86
10/8/2012




       Golongan Orang Yang Dianggap Tidak
             Mampu Menjadi saksi
•   Golongan orang yang tidak mampu secara mutlak (hakim dilarang
    mendengar mereka sebagai saksi)
a. Keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut garis keturunan yang
    lurus dari salah satu pihak;
b. Sumi istri dari salah satu pihak ,meskipun sudah bercerai.
• Golongan orang yang tidak mampu secara relatif (nisbi):
a. anak-anak yang belum mencapai usia 15 tahun;
b. orang-orang yang sakit ingatannya.




                                                                         173




    Alasan Bagi Golongan Yang Secara Absulut
            Tidak Dapat Menjadi Saksi
•    Pihak-pihak ini pada umumnya dianggap kurang obyektif apabila didengar
     keterangannya sebagai saksi;
•    untuk menjaga hubungan kekeluargaan agar tetap baik di antara para
     pihak;
•    untuk mencegah timbulnya tekanan batin setelah memberikan keterangan
     sebagai saksi.

    Pihak-pihak seperti tersebut,dalam perkara tertentu masih dimungkinkan
    untuk menjadi saksidan mereka tidak berhak untuk mengundurkan diri
    sebagai saksi,terutama dalam perkara yang menyangkut kedudukan
    keperdataan dari para pihak atau dalam perkara yang menyangkut tentang
    perjanjian kerja ( Pasal 145 ayat (2) HIR )




                                                                         174




                                                                                     87
10/8/2012




Golongan Orang Yang Memiliki Hak Ingkar
         Untuk Menjadi Saksi

  segolongan orang yang atas permintaannya
  sendiri dapat dibebaskan dari kewajiban untuk
  menjadi saksi (Hak ingkar / Verschoningrecht) :
• Saudara laki-laki dan perempuan serta ipar laki-
  laki dan perempuan dari salah satu pihak;
• Keluarga sedarah menurut keturunan yang lurus
  dan saudara laki-laki dan perempuan dari pada
  suami atau istri salah satu pihak;
• Semua orang yang karena martabat,jabatan atau
  hubungan kerja yang sah diwajibkan mempunyai
  rahasia.

                                                 175




              Kewajiban Saksi
• Kewajiban untuk menghadap;
• Kewajiban untuk bersumpah;
• Kewajiban untuk memberikan keterangan
  dengan benar.




                                                 176




                                                             88
10/8/2012




   Sanksi Bagi Saksi Yang Tidak Mau
             Menghadap

• Dapat dipaksa untuk menghadap
• Dapat dihukum untuk membayar biaya
  pemanggilan
• Dapat dikenakan penyanderaan (gijzeling)




                                               177




        Alat Bukti Persangkaan
• Persangkaan merupakan alat bukti yang
  bersifat tidak langsung.
• Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan
  yang oleh undang-undang atau hakim ditarik
  dari suatu peristiwa yang terang nyata ke
  peristiwa lain yang belum terang
  kenyataannya ( Pasal 1915 BW )


                                               178




                                                           89
10/8/2012




                            Persangkaan
• Persangkaan berdasarkan undang-undang
  atau hukum (Praesumptiones juris);
• Persangkaan yang merupakan kesimpulan
  hakim atau persangkaan berdasarkan
  kenyataan atau fakta ( Praesumtiones facti )




                                                                                    179




                  Persangkaan Berdasar
                 Hukum/Undang-undang
 Persangkaan yang telah diberikan oleh undang-undang sendiri yang menetapkan
   hubungan antara peristiwa yang diajukan dan harus dibuktikan dengan peristiwa
   yang tidak diajukan
• Praesumptiones juris Tatum,yaitu persangkaan berdasarkan undang-undang yang
   masih dimungkinkan ada bukti lawan.

    Contoh : Pasal 633 BW tentang tembok batas, Pasal 658 BW tentang parit atau
     selokan batas, Pasal 1394 tentang 3 Kuitansi pembayaran sewa

•    Praesumptiones juris et de jure, yaitu persangkaan berdasarkan undang-undang
     yang tidak mungkin ada bukti lawan.

    Contoh : Semua peristiwa yang dapat menjadi dasar untuk membatalkan
     perbuatan-perbuatan tertentu ( Pasal 184,911,1681 BW)




                                                                                    180




                                                                                                90
10/8/2012




   Persangkaan Berdasarkan Kenyataan (
          Praesumptiones Facti )
• Pada persangkaan berdasarkan kenyataan,hakimlah
  yang memmutuskan berdasarkan
  kenyataannya,apakah mungkin dan sampai berapa
  jauhkah kemungkinannya untuk membuktikan suatu
  peristiwa tertentu dengan membuktikan peristiwa
  lain.
• Persangkaan berdasarkan fakta,hanya boleh
  diperhatikan oleh hakim pada waktu menjatuhkan
  putusan apabila persangkaan itu bersifat
  :PENTING,SAKSAMA,TERTENTU dan ada
  HUBUNGANNYA SATU SAMA LAIN


                                                181




          Alat Bukti Pengakuan
• Keterangan dari salah satu pihak dalam satu
  pekara,dimana ia mengakui apa yang
  dikemukakan oleh pihak lawan ,baik sebagian
  atau keseluruhan adalah benar.
• Pengakuan merupakan alat bukti yang
  mempunyai kekuatan pembuktian yang
  sempurna.


                                                182




                                                            91
10/8/2012




     Macam-macam Pengakuan
• Pengakuan Murni;
• Pengakuan dengan kualifikasi;
• Pengakuan dengan klausula




                                      183




           Alat Bukti Sumpah
• Sumpah Pelengkap (Suppletoir);
• Sumpah Penaksiran ( aestimatoir);
• Sumpah Pemutus/Penentu (dicisoir)




                                      184




                                                  92
10/8/2012




             Putusan Hakim
• Suatu pernyataan hakim yang diucapkan di
  persidangan karena jabatannya yang
  dimaksudkan untuk mengakhiri atau
  menyelesaikan suatu perkara atau sengketa
  para pihak.




                                              185




      Kekuatan Putusan Hakim
• Kekuatan Mengikat;
• Kekuatan Pembuktian
• Kekuatan eksekutorial




                                              186




                                                          93
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Daniel_Alfaruqi
 

La actualidad más candente (20)

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
UPAYA PAKSA
UPAYA PAKSAUPAYA PAKSA
UPAYA PAKSA
 
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan AgamaPembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
Pembuktian dalam Hukum Acara Peradilan Agama
 
putusan hakim
putusan hakimputusan hakim
putusan hakim
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
 
Gugatan Class Action
Gugatan Class ActionGugatan Class Action
Gugatan Class Action
 
Acaraperdata
AcaraperdataAcaraperdata
Acaraperdata
 
PPT Kel 4 Sumber dan Subyek Hukum Internasional
PPT Kel 4 Sumber dan Subyek Hukum InternasionalPPT Kel 4 Sumber dan Subyek Hukum Internasional
PPT Kel 4 Sumber dan Subyek Hukum Internasional
 
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Asas-asas hukum acara perdata (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
Putusan Gugur Fenti
Putusan Gugur FentiPutusan Gugur Fenti
Putusan Gugur Fenti
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Bab 7 jenis pidana
Bab 7   jenis pidanaBab 7   jenis pidana
Bab 7 jenis pidana
 
Legal drafting
Legal draftingLegal drafting
Legal drafting
 
BUKU FILSAFAT HUKUM (Tokoh-tokoh Penting Filsafat: Sejarah & Intisari Pemikiran"
BUKU FILSAFAT HUKUM (Tokoh-tokoh Penting Filsafat: Sejarah & Intisari Pemikiran"BUKU FILSAFAT HUKUM (Tokoh-tokoh Penting Filsafat: Sejarah & Intisari Pemikiran"
BUKU FILSAFAT HUKUM (Tokoh-tokoh Penting Filsafat: Sejarah & Intisari Pemikiran"
 

Similar a Hukum Acara Perdata

Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
pebrianazril6478
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
Alalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
Alalan Tanala
 
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Ahmad Solihin
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
Aulia Ulil Fadhilah
 
Babii.sis.hukumperad.nas
Babii.sis.hukumperad.nasBabii.sis.hukumperad.nas
Babii.sis.hukumperad.nas
Awis Mirad
 

Similar a Hukum Acara Perdata (20)

Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
hukum bisnis
hukum bisnishukum bisnis
hukum bisnis
 
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas APraktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
Praktek Hukum Perdata Pertemuan I Kelas A
 
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
 
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptxHUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
HUKUM ACARA PERDATA 2022.pptx
 
Hukum ac perdata
Hukum ac perdataHukum ac perdata
Hukum ac perdata
 
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara PidanaHukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
 
A
AA
A
 
ASAS-HUKUM-ACARA-Negara
ASAS-HUKUM-ACARA-NegaraASAS-HUKUM-ACARA-Negara
ASAS-HUKUM-ACARA-Negara
 
Peradilan nasional
Peradilan nasionalPeradilan nasional
Peradilan nasional
 
Ppt power point.1
Ppt power point.1Ppt power point.1
Ppt power point.1
 
Banjir
BanjirBanjir
Banjir
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
Tugas mata kuliah penemuan hukum (Rechtvinding)
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
 
Babii.sis.hukumperad.nas
Babii.sis.hukumperad.nasBabii.sis.hukumperad.nas
Babii.sis.hukumperad.nas
 

Último

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Último (20)

Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 

Hukum Acara Perdata

  • 1. 10/8/2012 HUKUM ACARA PERDATA 1 I. PENDAHULUAN 1. Pengertian dan Fungsi Hukum Acara Perdata 2. Sumber-sumber Hukum Acara Perdata 3. Asas-asas Hukum Acara Perdata 2 1
  • 2. 10/8/2012 II. KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA 1. Kekuasaan Kehakiman yang Mandiri 2. Badan Peradilan Negara 3. Lingkungan Lembaga Peradilan 4. Kompetensi Lembaga Peradilan 3 III.TATA CARA PENGAJUAN TUNTUTAN HAK 1. Pengertian Tuntutan Hak Keperdataan 2. Pihak-pihak dalam Perkara Perdata 3. Tata Cara Pengajuan Gugatan 4. Penggabungan Tuntutan Hak 5. Upaya-upaya Menjamin Hak 4 2
  • 3. 10/8/2012 IV.PROSES PEMERIKSAAN PERKARA DI SIDANG PENGADILAN 1. Pencabutan dan Perubahan Gugatan 2. Putusan Gugur,Verstek dan Putusan Damai 3. Jawaban Tergugat 4. Proses Pembuktian dan Macam-macam Alat Bukti 5 V. PUTUSAN HAKIM DAN PELAKSANAANNYA 1. Pengertian Putusan dan Macam-macam Putusan 2. Upaya Hukum Terhadap Putusan Hakim 3. Syarat-syarat Pelaksanaan Putusan Hakim 4. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Hakim 6 3
  • 4. 10/8/2012 1.1. Pengertian dan Fungsi Hukum Acara Perdata • Hukum Acara Perdata ------- adalah Peraturan Hukum yang mengatur tentang bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata material dengan perantaraan hakim(Mertokusumo,1998:2) 7 Pengertian dan Fungsi Hukum Acara Perdata • Hukum Acara Perdata-------- adalah seperangkat norma hukum yang mengatur bagaimana caranya menegakkan hukum perdata material,khususnya dalam hal terjadi pelanggaran hak atas subyek hukum tertentu oleh subyek hukum yang lain melalui perantaraan hakim untuk mencegah terjadinya perbuatan main hakim sendiri 8 4
  • 5. 10/8/2012 Pengertian dan Fungsi Hukum Acara Perdata • Hukum Acara Perdata ---------- secara kongkrit hukum acara perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak,memeriksa dan memutusnya serta pelaksanaan daripada putusannya (Mertokusumo,1998:2) 9 1.2. Sumber-sumber Hukum Acara Perdata • Sumber Hukum material yaitu sumber hukum dalam arti bahan diciptakannya atau disusun suatu norma hukum. • Sumber Hukum Formal yaitu sumber hukum dalam arti dapat ditemukannya atau dapat digalinya satu norma hukum sebagai satu dasar yuridis suatu peristiwa hukum atau suatu hubungan hukum tertentu. 10 5
  • 6. 10/8/2012 Sumber Hukum Material • Sumber dalam arti sumber filosofis; • Sumber dalam arti sumber sosiologis; • Sumber dalam arti sumber historis; • Sumber dalam arti sumber yuridis. 11 Sumber Hukum Formal Sumber Hukum Tertulis • HIR,RBg,RV • Undang-undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman • UU No.3 Tahun 2009 dan UU No.5 Tahun 2004 Perubahan atas Undang- undang No.14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung • UU No. 49 Tahun 2009 danUU No.8 Tahun 2004 Perubahan atas undang- undang No.2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum • UU No 50 Tahun 2009 dan UU No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas UU No 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama • Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat • Undang-undang Khusus lainnya dan peraturan-peraturan pelaksana lainnya dalam bidang peradilan 12 6
  • 7. 10/8/2012 Sumber Hukum Formal Sumber Hukum Tidak Tertulis • Yurisprudensi • Doktrin dan ilmu Pengetahuan 13 1.3. Asas-Asas Hukum Acara perdata Asas Hukum adalah dasar-dasar filosofis yang menjadi dasar(ratio legis) norma hukum yang mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis yang menjadi jembatan antara peraturan-peraturan hukum dan cita-cita social serta pandangan etis masyarakat. 14 7
  • 8. 10/8/2012 Asas Hakim Bersifat Menunggu Adalah asas yang menyatakan ada tidaknya perkara di muka hakim tergantung inisiatif dari para pihak sendiri yang berkepentingan, Hakim lebih bersifat menunggu sampai perkara diajukan di hadapannya. 15 Ius Curia Novit Pengadilan atau hakim tidak boleh menolak untuk menerima,memeriksa ,mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan,sekalipun dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya ( Pasal 10 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009 )----- Hakim dianggap tahu akan hukumnya (ius curia novit). 16 8
  • 9. 10/8/2012 Hukum Tidak Ada / Kurang Jelas Dalam hal hukumnya tidak ada atau kurang jelas hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat ( Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009) • Penafsiran Hukum • Yurisprudensi • Doktrin dan ilmu pengetahuan • Kebiasaan dalam Praktek Peradilan 17 Asas Hakim Bersifat Pasif Dalam memeriksa perkara hakim tidak ikut menentukan luas pokok perkara,luas pokok perkara ditentukan sendiri oleh para pihak,apa yang diinginkan untuk diperiksa,diadili dan diputuskan oleh hakim menjadi hak sepenuhnya dari para pihak. Pengadilan atau hakim hanya mempunyai tugas untuk membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana,cepat dan biaya ringan ( Pasal 4 ayat (2) UU No.48 Tahun 2009) 18 9
  • 10. 10/8/2012 Hakim Wajib Memeriksa dan Mengadili Hakim Wajib memeriksa dan mengadili seluruh gugatan dan hakim dilarang untuk menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut, dalam hal hakim memutuskan melampaui batas kewenangannya maka putusannya dapat dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi, putusan dapat dimintakan banding,kasasi maupun peninjauan kembali. 19 Asas Sidang Terbuka Untuk Umum Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali Undang-undang menentukan lain ( Pasal 13 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009), sidang pengadilan dapat dihadiri, didengar dan dilihat oleh siapapun kecuali oleh orang-orang yang memang dilarang oleh undang-undang, tidak dipenuhinya asas ini berakibat putusan hakim menjadi batal demi hukum ( Pasal 13 ayat (3) UU No.48 Tahun 2009 ) 20 10
  • 11. 10/8/2012 Tujuan Sidang Terbuka Untuk Umum Untuk menjamin terlaksananya sistem peradilan yang obyektif, adil dan fair serta memungkinkan adanya control social dari masyarakat. 21 Pengecualian Asas Sidang Terbuka Untuk Umum Sidang dapat dilakukan secara tertutup dalam hal: menyangkut perkara anak-anak, perkara kesusilaan, perkara yang berkaitan dengan ketertiban umum dan rahasia negara, perkara perkawinan dan perceraian. 22 11
  • 12. 10/8/2012 Asas Mendengar Kedua Belah Pihak ( audi et alteram partem ) • Kedua belah pihak yang bersengketa ,baik penggugat maupun tergugat harus didengar keterangannya secara sama dan adil,hakim tidak boleh memihak dan berat sebelah dalam memeriksa dan memutus perkara, hakim harus obyektif,adil dan fair dalam memperlakukan para pihak yang bersengketa“ Pengadilan mengadili menurut hukum dan tidak membeda-bedakan orang ( Pasal 4 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009). 23 Asas Putusan hakim Harus Disertai Alasan- alasan • “ Segala putusan Pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan tersebut,memuat pula pasal tertentu dari peraturan perundangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili ( Pasal 50 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 )” 24 12
  • 13. 10/8/2012 Dasar Alasan Putusan hakim • Alasan Berdasarkan Fakta-faktanya • Alasan Berdarkan Hukumnya Dasar alasan Putusan Hakim menjadi ukuran atau parameter adil,obyektrif, fair tidaknya suatu putusan hakim. Putusan Hakim Harus dapat dipertanggungjawabkan pada para pihak, masyarakat, hakim yang lebih tinggi dan pada dunia ilmu pengetahuan. 25 Asas beracara dikenakan biaya • Berperkara di pengadilan tentu diperlukan biaya. Asasnya biaya ringan,sehingga dapat ditanggung oleh masyarakat. • Biaya perkara meliputi,biaya kepaniteraan,biaya pemanggilan para pihak maupun para saksi,biaya meterai dan sebagainya. • Persekot biaya perkara untuk pertama kalinya dibayarkan oleh pihak penggugat bersama-sama pada waktu mengajukan gugatannya, sedangkan siapa yang harus menangung beban biaya perkara pada prinsipnya adalah para pihak sendiri, dalam praktek beban biaya perkara ditentukan oleh hasil dari putusan pengadilan. 26 13
  • 14. 10/8/2012 Biaya Perkara • Dalam hal tuntutan dikabulkan biaya perkara dibenankan pada pihak tergugat • Dalam hal tuntutan tidak dikabulkan biaya perkara ditanggung oleh penggugat • Dalam hal ada putusan damai,biaya perkara ditentukan sendiri oleh penggugat dan tergugat dalam perdamaiannya. 27 Perkara Prodeo Bagi pihak-pihak yang tidak mampu dapat mengajukan permohonan agar perkaranya diperiksa secara Cuma-Cuma (prodeo ) dengan disertai surat keterangan tidak mampu dari pemerintah setempat, biaya perkara ditanggung oleh negara ( Pasal 56 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 ) 28 14
  • 15. 10/8/2012 Asas tidak ada keharusan untuk mewakilkan Pada prinsipnya dalam perkara perdata para pihak dapat beracara sendiri di muka pengadilan tanpa harus mewakilkan pada seorang wakil atau kuasa hukum,tetapi para pihak dapat juga mewakilkan atau menguasakan pada orang lain untuk beracara di muka pengadilan sebagai kuasa hukumnya. 29 Bantuan Hukum • Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum ( Pasal 56 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 ) 30 15
  • 16. 10/8/2012 Wakil /Kuasa berdasarkan undang-undang (wettelijke vertegenwoodig atau legal mandatory ) undang-undanglah yang telah menetapkan seseorang atau badan untuk dengan sendirinya menurut hukum bertindak sebagai wakil dari orang atau badan tanpa memerlukan surat kuasa. Contoh : • Wali terhadap anak di bawah perwaliannya • Orang tua terhadap anak-anaknya yang belum dewasa • kurator terhadap orang-orang yang ada di bawah kuratelenya • BHP, Orang atau Badan yang ditunjuk sebagi curator dalam kepailitan. 31 Wakil atau kuasa berdasarkan perjanjian Wakil atau kuasa berdasarkan adanya perjanjian pemberian kuasa untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu ,misalnya kuasa khusus untuk mengajukan gugatan ke pengadilan negeri antara seorang penggugat dengan pengacaranya. 32 16
  • 17. 10/8/2012 Acara Kepailitan Dalam acara khusus permohonan pernyataan pailit ,ketentuan asas tidak ada keharusan untuk mewakilkan menjadi tidak berlaku dengan adanya ketentuan bahwa setiap permohonan yang berkaitan dengan kepailitan harus diajukan oleh seorang kuasa(Advokat) sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UU No37 Tahun 2004 tentang kepailitan. 33 . Asas obyektifitas Hakim dalam menerima,memeriksa,mengadili dan memutuskan setiap perkara harus berlaku adil,obyektif dan fair tidak boleh memihak pada salah satu pihak kedua belah pihak harus diperlakukan secara imbang. 34 17
  • 18. 10/8/2012 jaminan penerapan asas obyektifitas • Sebagai jaminan penerapan asas obyektifitas ada beberapa asas yang terkait dan saling mendukung,misalnya adanya asas sidang terbuka untuk umum,asas mendengar kedua belah pihak,asas putusan disertai alasan-alasan,asas hakim majelis dan lain sebaginya,di samping itu untuk lebih menjamin asas obyektifitas pada para pihak diberikan adanya “hak ingkar (recusatie atau hak wraking)” • “Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar terhadap hakim yang akan mengadili perkaranya ( Pasal 17 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 ) “ 35 Hak Ingkar Adalah hak seorang yang diadili untuk mengajukan keberatan yang disertai dengan alasan terhadap seorang hakim yang mengadili perkaranya (Pasal 17 ayat (2) UU No.48 Tahun 2009) 36 18
  • 19. 10/8/2012 Dasar Alasan Hak Ingkar Dasar alasan pengajuan hak ingkar ( Pasal 17 ayat (3,4,5) UU No.48 Tahun 2009, Pasal 374 ayat (1) HIR) :  Apabila seorang hakim terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga,atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai,dengan ketua,salah seorang hakim anggota,jaksa,advokat,atau panitera;  Apabila ketua majelis,hakim anggota,jaksa,atau panitera terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan pihak yang diadili atau advokat;  Apabila hakim atau panitera mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan perkara yang sedang diperiksa. 37 Hak Ingkar • Berdasarkan alasan yang sama seorang hakim atau panitera wajib untuk mengundurkan diri baik atas keinginan sendiri maupun atas permintaan pihak- pihak yang berkepentingan. • Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap alasan pada ayat (5) maka putusan hakim menjadi tidak sah dan terhadap hakim atau panitera yang bersangkutan dikenakan sanksi administrative atau pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ( Pasal 17 ayat (6) UU No.48 Tahun 2009 ). 38 19
  • 20. 10/8/2012 . Asas sistem majelis “Semua pengadilan memeriksa,mengadili dan memutus dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim kecuali undang-undang menentukan lain (Pasal 11 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009) “ 39 1. Asas Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ( Pasal 2 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009) Setiap putusan pengadilan dalam kepala putusannya harus mencantumkan klausula Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,klausula ini merupakan klausula eksekutorial. Tidak dipenuhinya asas ini dalam putusan,berakibat putusan tidak dapat dilaksanakan dan putusan menjadi batal demi hukum 40 20
  • 21. 10/8/2012 Asas peradilan yang sederhana,cepat dan biaya ringan( Pasal 2 ayat (4) UU No.48 Tahun 2009 ) • Sederhana dalam pengertian bahwa peradilan dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak formalistis,tidak memerlukan birokrasi yang sulit serta acaranya mudah difahami oleh masyarakat; • Cepat,dalam pengertian bahwa proses peradilan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang penyelesaiannya dapat diukur secara pasti dan jelas dalam waktu berapa lama suatu perkara dapat diselesaikan oleh hakim pada semua tingkat; • Biaya ringan,proses peradilan tentu memerlukan biaya,hanya saja tentunya biaya yang dibebankan selaras dan sebanding dengan perkara yang diajukan dan dapat ditanggung oleh masyarakat. 41 II. KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA 42 21
  • 22. 10/8/2012 Kekuasaan Kehakiman Yang Mandiri • mandiri dalam tugas yudisial • mandiri dalam bidang administrasi • mandiri dalam bidang organisasi • mandiri dalam bidang financial 43 Kekuasaan kehakiman Yang Merdeka • “ Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia ( Pasal 1 butir 1 UU No. 48 Tahun 2009 ) “ 44 22
  • 23. 10/8/2012 Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka • “ Kekuasaan kehakiman yang merdeka mengandung pengertian bahwa kekuasaan kehakiman bebas dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial,kecuali dalam hal- hal sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Penjelasan Pasal 1 UU No.4 / 2004 )” • “ Kebebasan dalam melaksanakan wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila,sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia (penjelasan Pasal 1 UU No.4 Tahun 2004 ) “ 45 Kemandirian Peradilan • Dalam menjalankan tugas dan fungsinya hakim dan hakim konstitusional wajib menjaga kemandirian peradilan • Bebas dari campur tangan pihak luar dan bebas dari segala bentuk tekanan, baik fisik maupun psikis 46 23
  • 24. 10/8/2012 Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka “ Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang,kecuali dalam hal-hal sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 ( Pasal 3 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009 ) 47 Kebebasan Wewenang Yudisial Bersiafat tidak Mutlak dan Dibatasi Oleh : • Nilai-nilai Norma Hukum; • Nilai-nilai Keadilan; • Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 48 24
  • 25. 10/8/2012 2. Badan Peradilan Negara dan Lingkungan Peradilan “ Semua peradilan di seluruh wilayah negara Republik Indonesia adalah peradilan negara dan ditetapkan dengan Undang-undang{ Pasal 2 ayat (3) UU No.48 Tahun 2009}” 49 Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman “ Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman….. dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama,lingkungan peradilan militer,lingkungan peradilan tata usaha negara,dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (Pasal 2 Jo Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) UU No 4 Tahun 2004,Pasal 18 UU No.48 tahun 2009) “ 50 25
  • 26. 10/8/2012 Organisasi,administrasi,dan financial • Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah agung ( Pasal 21 ayat ( 1 ) UU No. 48 tahun 2009) • Mahkamah Konstitusi berada di bawah kekuasaan dan kewenangan Mahkamah Konstitusi ( Pasa 29 ayat (4) UU No.48 Tahun 2009) 51 Skema Kekuasaan Kehakiman • MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH KONSTITUSI PENGADILAN PENGADILAN TINGGI TINGGI AGAMA MAHMILTI PT TUN PENGADILAN PENGADILAN NEGERI AGAMAI MAHMIL PTUN Umum Agama Militer Tata Usaha Negara 52 26
  • 27. 10/8/2012 Pengadilan Khusus • “ Pengadilan Khusus hanya dapat di bentuk dalam salah satu lingkungan peradilan sebagimana dimaksud dalam Pasal 10 yang diatur dengan Undang-undang (Pasal 15 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004 ) • “ Pengadilan khusus,antara lain,adalah pengadilan anak,pengadilan niaga,pengadilan hak asasi manusia,pengadilan tindak pidana korupsi,pengadilan hubungan industrial yang berada di lingkungan peradilan umum dan perdilan pajak di lingkungan peradilan tata usaha negara ( penjelasan Pasal 15 ayat (1) UU No. 4 / 2004 53 Peradilan syariah Islam “ Peradilan syariah Islam di Propinsi Nanggroe Aceh Darrussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangnan peradilan agama dan merupakan penagdilan khusus dalam lingkungan peradilan umum sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan pengadilan umum (Pasal 15 ayat (2) UU No.4 / 2004 ) 54 27
  • 28. 10/8/2012 Pengadilan syariah Islam Terdiri atas Mahkamah Syariah untuk tingkat pertama dan Mahkamah syariah Propinsi untuk tingkat banding……… ( Penjelasan Pasal 15 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 ) “ 55 2.4. Kompetensi Lembaga Peradilan 56 28
  • 29. 10/8/2012 Kompetensi / kewenangan absolut • Adalah merupakan Kewenangan lembaga peradilan dalam menerima, memeriksa dan mengadili serta memutus suatu perkara tertentu berdasarkan atribusi kekuasaan kehakiman yang secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan peradilan lain,baik dalam lingkungan badan peradilan yang sama,maupun dalam lingkungan peradilan yang berbeda. • Kopetensi absolut terkait dengan pertanyaan peradilan apakah yang mempunyai kopetensi atau kewenangan untuk memeriksa suatu jenis perkara tertentu. Apakah peradilan umum,peradilan agama,atau peradilan lainnya 57 Kopetensi Absolut Lingkungan Peradilan Umum 58 29
  • 30. 10/8/2012 Kompetensi Absolut Pengadilan Negeri • Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus semua perkara atau sengketa keperdataan pada tingkat pertama ( Pasal 50 UU No.2 /1986 Jo UU No. 8 /2004) • Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus perkara pidana pada tingkat pertama ( Pasal 50 UU No.2 /1986 Jo UU No.8 /2004 ) • Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus pada tingkat pertama perkara koneksitas. 59 Perkara Koneksitas Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer,diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum,kecuali dalam keadaan tertentu menurut keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer “ ( Pasal 24 UU No. 4 / 2004 60 30
  • 31. 10/8/2012 Kompetensi Absulut Pengadilan Tinggi • Menerima,memeriksa,mengadili dan memutuskan perkara/sengketa perdata pada tingkat banding atas putusan pengadilan tingkat pertama ( Pasal 51 ayat (1) UU No.2 /1986 Jo UU No 8 /2004 ) • Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus perkara pidana pada tingkat banding atas putusan pengadilan tingkat pertama ( Pasal 51 ayat (1) UU No. 2 /1986 Jo UU No.8 /2004 ) • Menerima,memeriksa,mengadili dan memutus ditingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara pengadilan negeri di daerah hukumnya(menyangkut kopetensi relatif---- Pasal 51 Ayat (2) UU No. 2 / 1986 Jo UU No.8 /2004 ) • Menerima,memeriksa dan mengadili serta memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara /sengketa perdata secara prorogasi (Pasal 3 ayat (1),(2) UU Dar. 1 /1951 ,Pasal 128 (2) RO dan Pasal 85 RBg 61 Kompetensi Absulut Mahkamah Agung • mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkubngan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung ( Pasal 11 ayat ( 2 ) huruf a UU No.4 /2004 ) • menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang ( Pasal 11 ayat ( 2) huruf b UU No. 4 / 2004 ) 62 31
  • 32. 10/8/2012 • memeriksa,mengadili dan memutus sengketa wewenang mengadili : a. antara pengadilan di lingkungan peradilan yang satu dengan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang lain, b. antara dua pengadilan yang ada dalam derah hukum pengadilan tingkat banding yang berlainan dari lingkungan peradilan yang sama dan c. antara dua pengadilan tingkat banding di lingkungan peradilan yang sama atau antara lingkungan peradilan yang berlainan ( Pasal 33 ayat (1) UU No. 14 / 1985 ) • Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang RI diputus oleh MA dalam tingkat pertama dan terakhir ( Pasal 33 ayat (2) UU No. 14 / 1985 • Permohonan peninjauan kembali atas putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap ( Pasal 34 UU No.14 / 1985 ). 63 Kopetensi absulut Mahkamah Konstitusi Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: (Pasal 12 ayat (1) UU No.4 /2004 ) • menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; • memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ; 64 32
  • 33. 10/8/2012 • memutus pembubaran partai politik; • memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. • Wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan /atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela,dan /atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan /atau wakil Presiden Pasal 12 ayat ( 2 ) UU No. 4 / 2004 ). 65 Kompetensi Relatif Adalah kewenangan lembaga peradilan dalam menerima,memeriksa,mengadili dan memutus suatu perkara tertentu berdasarkan wilayah hukum suatu pengadilan berdasar distribusi kekuasaan kehakiman. Kompetensi relative menyangkut pertanyaan ke pengadilan negeri manakah suatu perkara harus diajukan ? 66 33
  • 34. 10/8/2012 Kompetensi Relative Ditemukan Pengaturannya dalam Pasal 118 HIR atau Pasal 142 RBg : • Sebagai asas ditentukan bahwa Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat yang wenang untuk memeriksa gugatan atau tuntutan hak,asas ini disebut asas actor sequitur forum rei ( Pasal 118 ayat (1) HIR,142 ayat (1) RBg ) • Apabila tergugat tidak mempunyai tempat tinggal yang dikenal atau tempat tinggalnya yang nyata tidak dikenal atau tergugat tidak dikenal,maka gugatan diajukan kepada pengadilan negeri di tempat tergugat sebenarnya tinggal ( Pasal 118 ayat (1) HIR,142 ayat (1) RBg ) 67 • Dalam hal ada domisili pilihan maka gugatan di ajukan kepada pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal atau domisili pilihan tersebut ( Pasal 118 ayat (4) HIR,142 ayat (4) RBg) ------ domisili /tempat tinggal pilihan harus dibuat dengan akta oleh para pihak (Pasal 24 BW) • Dalam hal pihak tergugatnya lebih dari seorang dan tempat tinggalnya tidak dalam satu wilayah hukum pengadilan negeri ,maka gugatan dapat diajukan kepada pengadilan negeri di tempat salah satu tergugat bertempat tinggal. Penggugat dapat memilih salah satu pengadilan di wilayah hukum para tergugat bertempat tinggal (Pasal 118 ayat (2) HIR,Pasal 142 ayat (3) RBg ) 68 34
  • 35. 10/8/2012 • Dalam hal tergugatnya terdiri orang-orang yang berhutang (debitur) dan penanggung,maka gugatan diajukan kepada pengadilan negeri yang meliputi wilayah hukum tempat tinggal si berhutang atau debitur (Pasal 118 ayat (2) HIR,142 ayat(2) RBg ) • Dalam hal obyek gugatan adalah benda tetap maka gugatan diajukan ke pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi letak benda tetap tersebut -------- asas forum rei sitae ( Pasal 118 ayat (3) HIR,Pasal 142 ayat (5) RBg 69 • Dalam hal tergugat tidak mempunyai tempat tinggal yang dikenal maupun tempat tinggal yang nyata atau apabila tergugat tidak dikenal,gugatan dapat diajukan kepada pengadilan negeri di tempat penggugat tinggal ( Pasal 118 ayat(3) HIR, 142 ayat (3) RBg) ----- bentuk penyimpangan atas asas actor sequitur forum rei. 70 35
  • 36. 10/8/2012 • Terhadap kompetensi relatif apabila tidak ada eksepsi maka pengadilan tetap mempunyai kewenangan untuk memeriksa dan mengadili perkara yang telah diajukan oleh penggugat. Ketidak wenangan pengadilan dengan alasan melanggar kompetensi relatif harus berdasarkan adanya eksepsi dari salah satu pihak yang bersengketa (pihak tergugat). Sedangkan menyengkut kompetensi absulut ada atau tidak eksepsi hakim harus menyatakan dirinya tidak wenang. 71 III. TATA CARA PENGAJUAN TUNTUTAN HAK 72 36
  • 37. 10/8/2012 3.1. Pengertian Tuntutan hak • Tuntutan hak adalah suatu upaya yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan hukum atas hak – hak tertentu yang dimiliki oleh seseorang melalui proses peradilan yang dibenarkan menurut hukum untuk mencegah terjadinya “eigenrichting”atau perbuatan main hakim sendiri dalam melaksanakan haknya sehingga menimbulkan perbuatan melawan hukum yang dapat merugikan pihak lainnya. 73 Macam-macam Tuntutan Hak • Tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa. • Tuntutan hak yang mengandung sengketa 74 37
  • 38. 10/8/2012 Tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa • Yaitu tuntutan hak yang diajukan di muka sidang pengadilan tanpa didahului adanya persengketaan di antara pihak pihak yang berkepentingan atau yang terlibat di dalamnya. • Pengajuannya berbentuk permohonan. • Sistem peradilan yang dipakai adalah sistem volunteer (peradilan yang tidak sesungguhnya ). 75 Tuntutan hak yang mengandung sengketa • Yaitu tuntutan hak yang diajukan oleh pihak- pihak yang berkepentingan di muka pengadilan yang didahului adanya persengketaan atau perselisihan atas suatu hak tertentu di antara pihak-pihak yang berkepentingan. • Berbentuk gugatan atau tuntutan perdata sebagaimana yang diatur dalam Pasal 118 ayat (1) HIR atau Pasal 142 ayat (1) RBg • Sistem peradilan yang dipakai adalah peradilan Contentieus (peradilan yang sesungguhnya) 76 38
  • 39. 10/8/2012 Perbedaan Permohonan dan Gugatan • Dilihat dari para pihaknya, dalam permohonan pada umumnya pihaknya hanya ada pemohon,tetapi tidak menutup kemungkinan juga ada pihak termohonnya. Dalam gugatan para pihaknya terdiri dari dua pihak yaitu pihak penggugat dan pihak tergugat dan dimungkinkan juga berperkara dengan pihak ketiga yang masuk dalam sengketa mereka. • Dilihat dari bentuk pengajuan perkaranya berbentuk permohonan dan gugatan berbentuk gugatan. • Dilihat dari sistem peradilannya,permohonan masuk dalam sistem peradilan volunteer sedang gugatan masuk dalam sistem peradilan kontentieus. 77 • Dilihat dari fungsi dan tugas hakim,dalam permohonan hakim lebih bersifat sebagai administrator,sedang dalam gugatan hakim bersifat mengadili diantara kedua belah pihak antara yang salah dan yang benar. • Dilihat dari putusan yang dihasilkan oleh hakim,dalam permohonan bentuk putusannya berupa penetapan,sedangkan dalam gugatan berbentuk keputusan. • Pada umumnya putusan atas permohonan yang berupa penetapan tidak memerlukan eksekusi,sedang putusan atas gugatan pada umumnya memerlukan eksekusi. 78 39
  • 40. 10/8/2012 3.3. Tata Cara Pengajuan Gugatan di Pengadilan • Gugatan dapat diajukan secara lisan maupun secara tertulis • Isi Gugatan,dalam HIR maupun Rbg tidak mengatur tentang apa yang harus dicantumkan dalam gugatan,HIR dan RBg hanya mengatur tentang tata caranya mengajukan gugatan. • untuk mengisi kekosongan hukum ini ketentuan RV (hukum acara perdata untuk golongan Eropa ) dapat dijadikan rujukan dalam menyusun surat gugatan dengan merujuk ketentuan Pasal 119 HIR dan Pasal 143 RBg yang memberi wewenang ketua pengadilan negeri berkuasa untuk memberi nasehat dan pertolonggan kepada orang yang mengugat atau kepada wakilnya tentang hal memasukkan gugatannya. 79 ISI SURAT GUGATAN ( Pasal 8 No.3 RV): • Identitas dari para pihak,baik penggugat maupun pihak tergugatnya. • Dalil-dalil Kongkrit adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan dari tuntutan (Fundamentum Petendi atau posita) • Tuntutan yang dikehendaki oleh pihak penggugat (Petitum ) 80 40
  • 41. 10/8/2012 Identitas Para Pihak • Nama Penggugat dan Tergugat; • Umur Penggugat Maupun Tergugat; • Pekerjaan dari Penggugat dan Tergugat • Tempat Tinggal / Domisili / Tempat Kedudukan Penggugat dan Tergugat,dll 81 Fundamentum Petendi atau posita • Tentang Faktanya (kejadian atau peristiwanya); • Tentang Hukumnya 82 41
  • 42. 10/8/2012 Tuntutan (Petitum ) Yaitu tentang apa yang dimintakan atau diharapkan oleh pihak penggugat untuk diputuskan oleh hakim. Tuntutan harus lengkap ,jelas dan sempurna,tuntutan yang tidak lengkap,jelas dan sempurna akan berakibat tidak diterimanya tuntutan . 83 Tuntutan atau petitum • Tuntutan pokok atau tuntutan primer • Tuntutan Pengganti atau tuntutan subsider • Tuntutan Tambahan 84 42
  • 43. 10/8/2012 Tuntutan pokok atau tuntutan primer Yaitu tuntutan yang sifatnya pokok terkait dengan hubungan hukum yang terjadi di antara para pihak yang harus dipenuhi oleh pihak tergugat sebagai bentuk prestasi tertentu. 85 Tuntutan Pengganti atau tuntutan subsider Yaitu tuntutan yang diajukan oleh penggugat yang sifatnya adalah untuk menggantikan tuntutan primer dalam hal nantinya tuntutan primer tidak dikabulkan oleh hakim. Tuntutan subsider harus sebanding dengan tuntutan primer. 86 43
  • 44. 10/8/2012 Tuntutan Tambahan Adalah tuntutan yang sifatnya menambah tuntutan pokok atau tuntutan subsider,tuntutan tambahan dapat berupa: – tuntutan agar tergugat dihukum membayar beaya perkara; – tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar sejumlah bunga tertentu; – tuntutan agar tergugat dihukum membayar sejumlah uang paksa; – dalam hal gugat cerai,sering disertai dengan tuntutan tambahan atas nafkah istri,pembagian harta bersama,atau hak pengasuhan atas anak; – tuntutan agar putusan dinyatakan dapat dilaksanakan terlebih dahulu,meskipun ada upaya hukum perlawanan,banding maupun kasasi (Uit voerbaar bij vooraad ) 87 Syarat-syarat dapat dikabulkannya tuntutan Uit voebaar bij voorraad (Pasal 180 HIR,Pasal 191 RBg ) antara lain : • ada surat yang sah (autentik titel ) • apabila ada tulisan yang mempunyai kekuatan pembuktian • apabila ada putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap • apabila dikabulkan suatu tuntutan provisional • dalam hal perselisihan tentang hak milik • 88 44
  • 45. 10/8/2012 Dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No. 06 Tahun 1975 tanggal 1 Desember 1975 Jo Surat Edaran Mahkamah Agung No.03 Tahun 1978 tanggal 1 April 1978, Mahkamah Agung meminta agar para hakim tidak menjatuhkan putusan Uit Voerbaar bij voorraad,walaupun syarat-syarat yang ditentukan dalam pasal 180 ayat (1) HIR telah dipenuhi,kecuali dalam hal-hal yang tidak dapat dihindarkan misalnya putusan yang sifatnya sangat eksepsional 89 putusan yang sifatnya sangat eksepsional – putusan itu diberikan apabila ada penyitaan conservatoir yang harga barangnya tidak cukup untuk memenuhi gugatan – jika dipandang perlu dapat dimintakan jaminan pada pihak pemohon,yang berupa benda-benda jaminan yang mudah disimpan dan tidak boleh menerima penanggung (borg) untuk menghindarkan masuknya pihak ketiga di dalam proses. 90 45
  • 46. 10/8/2012 Dalam Praktek • Tuntutan tambahan sering juga dirumuskan dalam bentuk yang beraneka ragam,sering juga dalam tuntutan tambahan ditambahkan permintaan “Mohon putusan yang seadil-adilnya dari hakim “ atau “ Agar Hakim Mengadili Menurut Keadilan Yang Benar “ • Dengan petitum tambahan yang demikian itu diharapkan hakim dapat memutuskan secara bebas menurut nilai-nilai keadilan dan hukum dalam hal petitum primer maupun sekunder tidak dikabulkan. 91 3.4. Penggabungan atau kumulasi tuntutan • Kumulasi/penggabungan subyektif • Kumulasi /penggabungan obyektif 92 46
  • 47. 10/8/2012 Kumulasi/penggabungan subyektif Yaitu kumulasi yang menyangkut subyek- subyek yang ada dalam perkara yang sedang terjadi,misalnya penggugatnya terdiri dari beberapa orang atau sebaliknya tergugatnya yang terdiri dari beberapa orang tergugat atau penggugat maupun tergugatanya lebih dari seorang. 93 exception plurium litis consortium Yaitu eksepsi yang menyatakan bahwa masih ada orang lain yang harus diikutkan sebagai pihak tergugat dalam perkara yang diajukan oleh pihak penggugat. 94 47
  • 48. 10/8/2012 Kumulasi /penggabungan obyektif Yaitu penggabungan tuntutan yang menyangkut obyek tuntuan,dalam kumulasi ini penggugat mengajukan lebih dari satu tuntutan dalam satu perkara secara sekaligus atas beberapa hubungan hukum atau peristiwa hukum ,baik yang saling berhubungan satu sama lain maupun tidak saling berhubungan. 95 Ada tiga hal yang tidak dimungkinkan adanya penggabungan atau kumulasi secara obyektif 1. Dalam hal tuntutan yang satu diperlukan acara khusus (misalnya gugat cerai ) dan tuntutan yang satunya lagi harus diperiksa dengan acara biasa (misalnya gugat utang piutang ); 2. Dalam hal hakim tidak wenang secara relative untuk memeriksa salah satu tuntutan yang digabung bersama-sama dalam satu gugatan; 3. Tuntutan yang menyangkut tentang bezit egendom atau penguasaan dan kepemilikan. 96 48
  • 49. 10/8/2012 Kumulasi dan Konkursus • Kumulasi harus dibedakan dengan “Konkursus” yang merupakan kebersamaan adanya beberapa tuntutan hak yang kesemuanya menuju pada satu akibat hukum yang sama,apabila satu tuntutan sudah terpenuhi maka tuntutan lainnya juga sekaligus terkabulkan.. 97 Berperkara dengan pihak ketiga • Dengan cara campur tangan(Intervensi ) • Dengan cara penanggungan atau garansi (Vrijwaring ) 98 49
  • 50. 10/8/2012 Dengan cara campur tangan ( Intervensi ) • Intervensi merupakan bentuk berperkara dengan pihak ketiga dengan cara masuknya pihak ketiga dalam sengketa yang terjadi diantara pihak penggugat dan tergugat didasarkan atas keinginan dan kemauan dari pihak ketiga itu sendiri. 99 Dengan cara penanggungan atau garansi (Vrijwaring ) • Dalam Vrijwaring masuknya pihak ke tiga dalam sengketa yang terjadi di antara penggugat dan tergugat berdasarkan keinginan dari penggugat atau tergugat yang secara sengaja menarik pihak ke tiga masuk dalam sengketa mereka. 100 50
  • 51. 10/8/2012 Bentuk Campur Tangan / Intervensi • bersifat menyertai ( Voeging ), dalam intervensi ini pihak ke tiga yang masuk dalam sengketa antara penggugat dan tergugat bersifat memihak untuk membela kepentingan salah satu pihak yang bersengketa,yang lazimnya membela kepentingan dari pihak tergugat. Dalam intervensi ini sesungguhnya pihak intervinin masuk dalam sengketa dengan tujuan untuk membela hak-haknya sendiri dengan jalan membela salah satu pihak yang bersengketa. • Intervensi yang bersifat menengahi (Tussenkomst ) , masuknya pihak ketiga dalam sengketa berdiri di antara kepentingan penggugat dan kepentingan tergugat,tujuan intervinin masuk dalam sengketa adalah untuk mempertahankan hak dan kepentingan hukumnya sendiri ,guna mencegah timbulnya kerugian atau kehilangan hak sebagai akibat adanya sengketa diantara penggugat dan tergugat,sehingga perlu campur tangan dari pihak intervinin. 101 Bentuk Penanggungan / Garansi (Vrijwaring) • Vrijwaring formil yaitu apabila seorang diwajibkan untuk menjamin orang lain menikmati suatu hak atau benda yang bersifat kebendaan dan semata- mata hanya menyangkut hak –hak yang bersifat kebendaan. • Vrijwaring sederhana atau garansi simple ini terjadi apabila sekiranya tergugat dikalahkan dalam sengketa yang sedang berlangsung mempunyai hak untuk menagih kepada pihak ke tiga ( penanggung ) dengan melunasi hutangnya mempunyai hak untuk menagih kepada debitur 102 51
  • 52. 10/8/2012 • Penarikan pihak ketiga dengan vrijwaring dapat dilakukan oleh tergugat sebelum tergugat memberikan jawabannya,sedang bagi penggugat sebelum memberikan repliknya. 103 3.5. Upaya-upaya Untuk Menjamin Hak 104 52
  • 53. 10/8/2012 Macam-macam sita Jaminan atau Conservatoir beslag • Conservatoir beslag atas barang miliknya sendiri(milik penggugat atau pemohon ) • Conservatoir Beslag atas barang milik debitur/tergugat/termohon 105 Conservatoir beslag atas barang miliknya sendiri • Dalam sita jaminan ini barang yang menjadi obyek penyitaan adalah barang milik dari pihak penggugat atau pemohon sendiri yang dikuasai oleh pihak lain,dalam sita ini tujuannya bukan untuk menjamin suatu tuntutan berupa tagihan uang atau pembayaran sejumlah uang tertentu,akan tetapi lebih dimaksudkan hanya untuk mejamin suatu hak kebendaan dari pemohon(penggugat) dan penyitaan akan berakhir dengan diserahkan benda obyek penyitaan. 106 53
  • 54. 10/8/2012 Macam-macam Sita Jaminan atas Barang Sendiri • Revindikatoir beslag ; • Sita Marital 107 Revindikatoir beslag • Yaitu penyitaan yang dilakukan atas permohonan pemilik barang bergerak yang ada di tangan pihak orang lain atau di bawah kekuasaan orang lain (tergugat atau termohon ) secara lisan maupun secara tertulis ke pengadilan negeri di tempat orang yang menguasai benda tersebut bertempat tinggal • Dalam permohonan sita revindikatoir tidak diperlukan adanya alasan yang berupa praduga bahwa termohon ada etikat tidak baik untuk mengalihkan barang dimaksud (Pasal 226 HIR ) 108 54
  • 55. 10/8/2012 Unsur-unsur Revindicatoir Beslag • Obyek penyitaan harus berupa barang bergerak; • Barang bergerak tersebut merupakan barang milik penggugat atau pemohon yang dikuasai oleh tergugat atau termohon; • Permintaan/permohonan harus diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal termohon; • Permohonan dapat diajukan secara lisan maupun tertulis; • Barang yang menjadi obyek penyitaan harus diterangkan secara seksama dan terinci. 109 Sita Marital • Sita Marital yaitu sita atas barang milik sendiri yang terjadi dalam hal ada gugat cerai , sita ini dikenal dalam sistem hukum acara untuk golongan orang Barat yang diatur dalam Pasal 823 a RV dan seterusnya , sita marital dimohonkan oleh pihak istri terhadap harta bersama yang dikuasai oleh suami, baik yang berupa barang bergerak maupun benda tetap,tujuan dari penyitaan ini adalah untuk menjamin agar barang-barang yang disita tidak jatuh atau dialihkan pada pihak ketiga. 110 55
  • 56. 10/8/2012 Conservatoir Beslag atas barang milik debitur/tergugat/termohon • Bentuk penyitaan inilah yang merupakan bentuk penyitaan yang sesungguhnya yang bersifat Conservatoir Beslag (CB) sebagimana ditentukan dalam Pasal 227 HIR ayat (1) “Jika ada persangkaan yang beralasan,bahwa orang yang berhutang sebelum dijatuhkan keputusan kepadanya,atau sedang keputusan yang dijatuhkan kepadanya,belum dapat dijalankan,berusaha akan menggelapkan atau akan mengankut barangnya ,baik yang tetap maupun tidak tetap dengan maksud akan menjauhkan barang itu dari penagih hutang,maka ketua atas permohonan pihak yang berkepentingan untuk itu (pemohon/penggugat) dapat memberikan perintah supaya barang itu disita untuk menjaga hak pemohon……”. 111 Unsur-unsur Conservatoir Beslag • pengajuan conservatoir beslag harus ada alasan praduga bahwa tergugat sebelum putusan dijatuhkan atau dilaksanakan beritikat tidak baik untuk mengalihkan atau menggelapkan barang-barangnya; • barang yang menjadi obyek penyitaan adalah milik dari pihak tergugat/termohon,bukan milik dari pihak penggugat atau pemohon; • permohonan Conservatoir Beslag diajukan pada ketua pengadilan negeri yang memeriksa perkara yang bersangkutan; • permohonan conservatoir beslag diajukan secara tertulis; • obyek penyitaan Conservatoir beslag dapat berupa benda bergerak,benda tidak bergerak atau benda bergerak milik tergugat yang dikuasai oleh pihak ketiga. 112 56
  • 57. 10/8/2012 Perbedaan Pokok antara Conservatoir Beslag dan Revindicatoir Beslag : • Obyek permohonan Conservatoir Beslag adalag benda bergerak maupun benda tetap milik dari debitur/tergugat/termohon maupun benda bergerak milik debitur/tergugat/termohon yang dikuasai oleh pihak ketiga,Sedangkan dalam Revindikatoir Beslag obyek penyitaan adalah benda bergerak milik dari penggugat/pemohon sendiri yang dikuasai oleh tergugat. • dalam Conservatoir Beslag permohonannya harus disertai adanya alasan yang berupa praduga adanya itikat tidak baik dari pihak tergugat untuk mengalihkan /menggelapkan barangnya, sedangkan dalam Revindikatoir Beslag alasan itu tidak diperlukan. • Permohonan atas Conservatoir Beslag diajukan dengan surat tertulis, Sedang dalam Revindikatoir beslag dapat secara lisan maupun tertulis • Dalam Conservatoir Beslag bertujuan untuk pembayaran sejumlah uang tertentu, sedang dalam Revindicatoir Beslag bertujuan untuk penyerahan atas barang atau benda yang menjadi obyek penyitaan. 113 Persamaan Conservatoir Beslag dan Revindicatoir Beslag : • Sama-sama untuk menjamin tuntutan dalam hal tuntutan dikabulkan; • dapat dinyatakan syah dan berharga apabila gugatan dikabulkan dan pengajuannya memenuhi syarat berdasar undang-undang; • dalam hal gugatan ditolak atau dinyatakan tidak dapat diterima,maka Conservatoir Beslag maupun Revindicatoir Beslag akan diperintahkan untuk diangkat, hal ini ditegaskan dalam Pasal 227 ayat (4) “ Jika gugatan itu diterima,maka penyitaan itu disahkan,jika itu ditolak maka diperintahkan supaya dicabut penyitaan itu “ 114 57
  • 58. 10/8/2012 IV. PROSES PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN 115 4.1. Pencabutan dan Perubahan Gugatan • Pencabutan gugatan pada prinsipnya diperbolehkan,pencabutan gugatan dapat dilakukan oleh penggugat,perkara mau dilanjutkan atau tidak sesungguhnya menjadi hak dan kewenangan dari para pihak sendiri. Pencabutan gugatan dapat dilakukan : • Sebelum pihak tergugat memberikan jawaban dan; • sesudah pihak tergugat memberikan jawabannya 116 58
  • 59. 10/8/2012 Pencabutan Gugatan Sebelum Tergugat Memberikan Jawaban • Gugatan dapat dicabut begitu saja oleh pihak penggugat tanpa perlu mendapatkan ijin atau persetujuan dari pihak tergugat • Terhadap gugatan yang dicabut sebelum ada jawaban,dikemudian hari apabila penggugat berkeinginan untuk mengajukan gugatannya kembali masih dimungkinkan. 117 pencabutan gugatan dilakukan setelah pihak tergugat memberikan jawaban • Pencabutan Surat Gugatan harus mendapatkan persetujuan dari pihak tergugat. Dalam hal tida mendapatkan persetujuan dari pihak tergugat maka pencabutan tidak dapat dilakukan. • Gugatan yang dicabut setelah ada jawaban dari pihak tergugat,maka bagi penggugat dikemudian hari sudah tidak dapat mengajukan gugatannya kembali,oleh karena penggugat sudah dianggap melepaskan hak-haknya secara suka rela terhadap pihak tergugat. 118 59
  • 60. 10/8/2012 Penambahan dan perubahan gugatan • Penambahan atau perubahan gugatan pada prinsipnya juga diperbolehkan,HIR tidak mengatur tentang masalah penambahan dan perubahan gugatan,termasuk hal apa yang boleh dan tidak boleh untuk ditambah atau dirubah. Dalam praktek perubahan dan penambahan diperbolehkan sepanjang tidak merugikan para pihak khususnya kepentingan pihak tergugat dan penambahan atau perubahan tersebut tidak menambah atau merubah tentang pokok perkaranya. 119 4.2. Putusan Gugur,Verstek dan Putusan Damai 120 60
  • 61. 10/8/2012 Putusan Gugur • Adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim diluar hadirnya pihak penggugat atau wakilnya pada sidang yang pertama sekalipun yang bersangkutan sudah dilakukan pemanggilan secara benar,syah dan patut untuk hadir di muka sidang pengadilan pada waktu yang sudah ditentukan 121 Pasal 124 HIR • “ Jikalau sipenggugat,walaupun dipanggil dengan patut,tidak menghadap pengadilan negeri pada hari yang ditentukan itu dan tidak juga menyuruh seorang lain menghadap selaku wakilnya,maka gugatannya dipandang gugur dan sipenggugat dihukum membayar biaya perkara;akan tetapi sipenggugat berhak,sesudah membayar biaya yang tersebut,memasukkan gugatannya sekali lagi “ 122 61
  • 62. 10/8/2012 Pemanggilan benar,syah dan patut • Pemanggilan dilakukan dan diberikan secara langsung pada yang bersangkutan atau wakilnya di tempat tinggal atau domisilinya. • Dalam hal panggilan tidak dapat diberikan secara langsung pada yang bersangkutan maka surat panggilan disampaikan melalui kepala desa atau lurah di tempat tinggal yang bersangkutan • Dalam hal tempat tinggal atau domisili yang bersangkutan tidak diketahui atau tidak dikenal maka surat panggilan harus ditempel di kantor pengadilan yang bersangkutan dan di kantor wali kota atau bupati. 123 Pemanggilan Benar,Syah dan Patut • Surat panggilan harus memperhatikan masa tenggang waktu yang patut antara diterimanya pemanggilan dengan waktu sidang,sekurang- kurangnya panggilan disampaikan tiga hari kerja sebelum sidang dimulai. • Pemanggilan dilakukan oleh juru sita dan dibuatkan berita acara pemanggilan pihak-pihak. • Di dalam praktek biasanya pemanggilan akan dilakukan oleh pengadilan pada para pihak dua kali berturut-turut,baru kalau pemanggilan kedua tidak hadir juga dapat dijatuhkan putusan gugur. 124 62
  • 63. 10/8/2012 Putusan Verstek( Pasal 125 HIR ) • Jika sitergugat,walaupun sudah dipanggil dengan patut tidak menghadap pada hari yang ditentukan,dan tidak juga menyuruh seorang lain menghadap selaku wakilnya,maka gugatan itu diterima dengan putusan tak hadir,kecuali jika nyata kepada pengadilan negeri,bahwa gugatan itu melawan hak atau tidak beralasan • Akan tetapi jika sitergugat dalam surat jawabannya mengajukan perlawanan (tangkisan) bahwa pengadilan negeri tidak berhak menerima perkara itu,hendaklah pengadilan negeri,walaupun si tergugat sendiri atau wakilnya tidak menghadap,sesudah didengar sipenggugat,mengadili perlawanannya dan hanya kalau perlawanannya itu ditolak,maka putusan dijatuhkan mengenai pokok perkara. 125 Putusan Verstek • Jika gugatan diterima,maka putusan pengadilan negeri dengan perintah ketua diberitahukan kepada orang yang dikalahkan,dan serta itu diterangkan kepadanya bahwa ia berhak dalam waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam Pasal 129,mengajukan perlawanan terhadap putusan tak hadir itu pada majelis pengadilan itu juga • Di bawah keputusan tak hadir itu panitera pengadilan mencatat,siapa yang diperintahkan menjalankan pekerjaan itu dan pakah diberitahukannya tentang hal itu baik dengan surat maupun dengan lisan. 126 63
  • 64. 10/8/2012 Syarat-syarat putusan verstek yang mengabulkan gugatan (Pasal 125 ayat (1) HIR : • Tergugat atau para tergugat kesemuanya tidak datang pada hari sidang pertama yang telah ditentukan; • Tidak menyuruh wakilnya untuk datang pada sidang yang pertama; • Telah dilakukan pemanggilan secara benar,sah dan patut; • Petitum tidak melawan hak; • Petitum beralasan 127 verszet (Perlawanan ) • Terhadap putusan Verstek yang isinya mengabulkan gugatan pihak tergugat dapat mengajukan verszet (Perlawanan ) pada pengadilan negeri yang telah memutus putusan verszet tersebut. 128 64
  • 65. 10/8/2012 Tenggang waktu untuk mengajukan perlawanan • Dalam waktu 14 hari setelah putusan verstek diberitahukan kepada pihak yang dikalahkan itu sendiri • Sampai hari kedelapan setelah teguran seperti yang dimaksud dalam Pasal 196 HIR,apabila yang ditegur tidak datang menghadap • Kalau tidak datang waktu ditegur,sampai hari kedelapan setelah sita eksekutorial (197 HIR ). 129 Upaya Banding Atas Putusan Verstek • Terhadap putusan verstek yang isinya menolak gugatan,bagi pihak penggugat dapat mengajukan upaya hukum banding ke pengadilan tinggi berdasarkan ketentuan tentang upaya hukum banding 130 65
  • 66. 10/8/2012 Putusan Damai • Putusan Damai adalah putusan pengadilan yang dijatuhkan oleh hakim berdasarkan hasil perdamaian para pihak yang telah disepakati dalam akta perdamaian • Putusan damai bersifat menghukum kedua belah pihak untuk mematuhi dan mentaati isi perdamaian yang telah disepakati oleh penggugat dan tergugat 131 Perdamaian Di Luar Sidang Perdamaian yang dilakukan di luar sidang,berlakunya bagi para pihak tidak beda halnya dengan perjanjian pada umumnya,perdamaian mengikat seperti halnya undang- undang bagi penggugat maupun tergugat dan sifat berlakunya mengikat dengan etikat baik. 132 66
  • 67. 10/8/2012 Perdamaian Di Dalam sidang Perdamaian yang dilakukan di dalam sidang (akta perdamaian) yang dikuatkan dalam bentuk putusan damai,mempunyai kekuatan hukum seperti putusan pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum yang tetap(in kracht van gewijsde) mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa bagi para pihak,putusan damai bersifat final and binding. 133 Jawaban Tergugat dan Gugat Balik (Rekonvensi) • Jawaban yang tidak secara langsung mengenai pokok perkara berupa tangkisan atau eksepsi • Jawaban yang menyangkut pokok perkara (verweer ten principale ) 134 67
  • 68. 10/8/2012 Tangkisan(Eksepsi) • eksepsi prosesuil (processueel ) yaitu eksepsi yang menyangkut acara pemeriksaan perkara di pengadilan (Eksepsi yang diatur dalam HIR) • eksepsi berdasar hukum material yaitu eksepsi yang sudah masuk dalam materi gugatan atau sudah menyangkut pokok perkara (diatur dalam ketentuan RV) 135 eksepsi prosesuil (processueel ) • Eksepsi tentang ketidak wenangan hakim dalam memeriksa suatu perkara tertentu ,baik menyangkut kopetensi absulut maupun relative. • Eksepsi bahwa hakim telah melanggar asas nebis in idem. • Eksepsi bahwa perkara yang sama sedang diperiksa oleh pengadilan negeri yang lain. • Eksepsi bahwa perkara sedang diperiksa oleh pengadilan banding atau kasasi. • Eksepsi bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai kualifikasi / sifat untuk bertindak di muka pengadilan. 136 68
  • 69. 10/8/2012 eksepsi berdasar hukum material • eksepsi delatoir yaitu eksepsi yang menyatakan,bahwa gugatan penggugat belum dapat dikabulkan,misalnya karena penggugat telah memberikan penundaan pembayaran dan sebagainya. • eksepsi peremptoir adalah eksepsi yang bersifat menghalangi dikabulkannya gugatan,misalnya gugatan yang diajukan sudah lampau waktu, atau bahwa utang yang menjadi dasar gugatan telah dihapuskan. 137 Jawaban Yang Menyangkut Pokok Perkara • menolak gugatan baik sebagian maupun seluruh gugatan / tuntutan • mengakui gugatan/tuntutan baik sebagian maupun seluruhnya • dengan alasan pertama dan kedua diikuti adanya gugat balik (rekonvensi ). menolak gugatan baik sebagian maupun seluruh gugatan / tuntutan • mengakui gugatan/tuntutan baik sebagian maupun seluruhnya • dengan alasan pertama dan kedua diikuti adanya gugat balik (rekonvensi ). menolak gugatan baik sebagian maupun seluruh gugatan / tuntutan • mengakui gugatan/tuntutan baik sebagian maupun seluruhnya • dengan alasan pertama dan kedua diikuti adanya gugat balik (rekonvensi ). 138 69
  • 70. 10/8/2012 Gugat Rekonvensi (Gugat Balik) • Gugat balik atau Rekonvensi diajukan oleh tergugat terhadap penggugat secara bersama-sama dalam memberikan jawabannya,sebelum proses pembuktian dilakukan. • Gugat balik atau Rekonvensi pada dasarnya dapat diajukan dalam segala perkara yang secara langsung terkait dengan para pihak 139 Gugat Rekonvensi Yang Tidak Diperbolehkan (Pasal 132 a HIR ) • apabila dalam gugat konvensi (gugat asal ) penggugat bertindak sebagai suatu kualitas tertentu atau berdasarkan sifatnya,sedang dalam gugat balik (Rekonvensi )menyangkut diri pribadi dari penggugat atau sebaliknya. Contohnya dalam gugat konvensi penggugat pertindak sebagai wali ,orang tua atau pengampu, maka dalam gugat balik tidak boleh ditujukan pada penggugat secara pribadi. • Jika pengadilan negeri yang memeriksa gugat konvensi secara absulut tidak wenang memeriksa gugat balik (Rekonvensi). • Dalam perkara sengketa pelaksanaan putusan • Dalam hal pada pemeriksaan tingkat pertama tidak diajukan gugat rekonvensi,maka pada tingkat banding tidak boleh ada gugat rekonvensi. • Dalam hal perkara yang menyangkut bezit dan egendom atau penguasaan dan kepemilikan. 140 70
  • 71. 10/8/2012 Keuntungan adanya Gugat Balik ( Rekonvensi ) • menghemat biaya • mempermudah pemeriksaan perkara • mempercepat proses penyelesaian sengketa • menghindarkan terjadinya putusan yang saling bertentangan. 141 4.4. Proses Pembuktian dan Macam- macam Alat Bukti • Dalam perkara perdata para pihak sendirilah,baik penggugat maupu tergugat yang harus membuktikan kebenaran dari dalil-dalail yang diajukan baik dalam gugatan maupun dalam jawaban. Tugas hakim adalah memberikan penilaian apakah dalil-dalil yang diajukan oleh para pihak dapat diterima berdasarkan pembuktian yang diajukan. • Yang harus dibuktikan oleh para pihak adalah peristiwa yang disengketakan dan tidak semua peristiwa harus dibuktikan 142 71
  • 72. 10/8/2012 Peristiwa Yang Tidak Perlu Dibuktikan • karena memang peristiwanya tidak perlu untuk dibuktikan atau diketahui atau dianggap tidak mungkin untuk diketahui oleh hakim. Misalnya dalam hal dijatuhkan putusan verstek,dalam hal gugatan diakui oleh tergugat,dalam hal ada sumpah penentu atau dalam hal bantahan kurang cukup. • Karena memang peristiwanya secara ex officio dianggap dikenal atau diketahui oleh hakim. Misalnya terhadap peristiwa-peristiwa notoir atau peristiwa yang sudah diketahui oleh umum,peristiwa-peristiwa yang terjadi selama persidangan. • Karena menyangkut pengetahuan tentang pengalaman yang diperoleh berdasarkan pengetahuan umum. 143 Pengertian Pembuktian • Pembuktian dakam arti yang logis,kata membuktikan berarti memberikan kepastian yang absulut kebenarannya sehingga pembuktian yang sebaliknya sudah tidak dimungkinkan,pembuktian ini biasanya didasarkan pada suatu aksioma tertentu yang pasti. • Pembuktian dalam arti yang konvensionil,membuktikan adalah memberikan kepastian,hanya kepastiannya bukan kepastian yang absulut melainkan kepastian yang bersifat relative. • Pembuktian dalam arti yuridis,membuktikan dalam ari yuridis adalah pembuktian yang bersifat konvensionil dalam arti yang khusus,yaitu bahwa pembuktian dalam arti yuridis kebenarannya hanya berlaku bagi pihak-pihak yang bersengketa saja dan tidak berlaku bagi orang lain. 144 72
  • 73. 10/8/2012 Membuktikan dalam arti yuridis • adalah memberikan kepastian dasar yang cukup pada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna mendapatkan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan oleh para pihak. 145 Beban Pembuktian • adalah menyangkut pertanyaan siapa yang harus terlebih dahulu diberikan kesempatan untuk melakukan pembuktian atas peristiwa yang disengketakan, apakah pihak penggugat atau pihak tergugat. Persoalan pembuktian merupakan persoalan adil tidak adil,persoalan fair tidak fair,oleh karena itu pembagian beban pembuktian merupakan persoalan yang tidak mudah bagi hakim,karena hakimlah yang harus membagi dan menentukan siapa yang harus membuktikan. 146 73
  • 74. 10/8/2012 Asas Umum Beban Pembuktian • diatur dalam Pasal 163 HIR,Pasal 283 RBg,Pasal; 1865 BW,yang menyatakan “ Barang siapa menyatakan mempunyai suatu hak atau menyebutkan suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya atau untuk membantah adanya hak orang lain,maka orang itu harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu “ 147 Ketentuan Khusus Tentang Beban Pembuktian • Pasal 533 BW “orang yang menguasai barang tidak perlu membuktikan adanya itikad baiknya,siapa yang mengemukakan adanya itikad tidak baik harus membuktikan “ • Pasal 535 “ Kalau seseorang sudah memulai menguasai sesuatu untuk orang lain ,maka selalu dianggap meneruskan penguasaan tersebut ,kecuali apabila terbukti sebaliknya” • Pasal 1244 “ Kreditur dibebaskan dari pembuktian kesalahan dari debitur dalam hal adanya wanprestasi “ 148 74
  • 75. 10/8/2012 Teori Beban Pembuktian • Teori pembuktian yang bersifat menguatkan belaka (bloot affirmatief ) ----- menurut teori ini,maka pihak yang harus membuktikan adalah pihak yang mengemukakan adanya sesuatu bukan pihak yang mengingkarinya. • Teori hukum subyektif ----------- berdasarkan teori ini suatu proses perdata itu selalu merupakan pelaksanaan hukum subyektif atau bertujuan mempertahankan hukum subyektif dan pihak yang mengemukakan adanya sesuatu hak harus membuktikan. • Teori Hukum Acara --------- berdasarkan teori ini maka beban pembuktian didasarkan pada kesamaan kedudukan antara penggugat dan tergugat,sehingga dalam membagi beban pembuktian harus didasarkan pada nilai keadilan,keseimbangan dan nilai kepatutan bagi para pihak. 149 Teori Beban Pembuktian • Berdasarkan beberapa teori tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembagian beban pembuktian hakimlah yang mempunyai peranan menentukan siapa yang harus membuktikan dan bagaimana pembagiannya secara adil bagi para pihak. Di dalam praktek pembagian beban pembuktian dipandang adil dan patut, kalau pihak yang dibebani pembuktian adalah pihak yang paling sedikit dirugikan jika disuruh untuk membuktikan. 150 75
  • 76. 10/8/2012 Macam-macam Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktiannya Dalam hukum acara perdata dikenal adanya beberapa macam alat bukti ( Pasal 164 HIR atau Pasal 284 RBg ) : • alat bukti surat atau tertulis • alat bukti saksi • alat bukti persangkaaan (vemoedens, praesumptiones ) • alat bukti pengakuan • alat bukti sumpah. 151 Alat Bukti Surat atau Tertulis • adalah alat bukti yang berbentuk sesuatu apapun yang memuat tanda-tanda bacaan yang berupa pencurahan isi hati atau buah pikiran seseorang yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya suatu peristiwa hukum atau perbuatan hukum tertentu. 152 76
  • 77. 10/8/2012 Macam-Macam Alat Bukti Surat • alat bukti surat yang berupa surat biasa atau bukan akta; • alat bukti surat yang berbentuk akta 153 Surat Biasa • adalah surat yang pembuatannya tidak dimaksudkan sebagai alat pembuktian atas suatu peristiwa atau perbuatan hukum tertentu,kalau kemudian dijadikan alat bukti semata-mata karena adanya kepentingan yang menghendaki dan sifatnya kebetulan saja. 154 77
  • 78. 10/8/2012 Akta • adalah surat yang diberi tandatangan yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari pada suatu hak atau perikatan yang dibuat secara sengaja sejak semula untuk kepentingan pembuktian atas peristiwa atau perbuatan hukum yang tercantum di dalamnya. 155 Dokumen (UU No.13/1985) • kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan,keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan. Dari pengetian tentang dokumen seperti tersebut ,jelas bahwa surat,baik surat biasa maupun akta merupakan dokumen. 156 78
  • 79. 10/8/2012 Tanda Tangan • adalah pembubuhan nama dari si pembuat atau si penandatangan,berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang bea meterai No.13 tahun 1985 Tandatangan-------adalah “Sebagimana lazimnya dipergunakan,termasuk pula paraf teraan atau cap tandatangan atau cap paraf teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tandatangan “ • Dipersamakan dengan tandatangan adalah sidik jari atau cap jempol yang sudah di “waarmerking “ oleh notaries atau pejabat lain yang diberi kewenangan untuk itu . 157 Pasal 2 ayat (1) UU No.13/1985 Tentang Bea Meterai • Alat bukti surat wajib dibubuhi metarai • Meterai berfungsi sebagai bentuk kewajiban pembayaran pajak bea meterai • Untuk dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah di muka pengadilan sebagai akta • Putusan MA tanggal 13 Maret 1971 No.589 K /SIP/1970 berpendapat bahwa surat bukti yang tidak dibubuhi meterai tidak merupakan alat bukti yang sah • Bukti surat yang sejak semula belum dibubuhi meterai dapat dimintakan pemeteraian kemudian ( Nazegeling) pada pejabat kantor pos 158 79
  • 80. 10/8/2012 Macam-macam Akta • Akta di bawah tangan • Akta otentik 159 Akta Di Bawah Tangan • Akta yang sengaja dibuat oleh para pihak sediri tanpa bantuan seorang pejabat dengan tujuan untuk pembuktian atas suatu peristiwa atau hubungan hukum tertentu • Akta di bawah tangan yang memuat hutang sepihak wajib ditulis tangan sendiri oleh pembuatnya,atau setidak-tidaknya tentang keterangan yang menguatkan jumlah atau besarnya atau banyaknya yang harus dipenuhi ditulis sendiri dengan huruf seluruhnya. 160 80
  • 81. 10/8/2012 Kekuatan Pembuktian Akta Kekuatan pembuktian akta sebagai alat bukti di pengadilan dapat dilihat dari: • Kekuatan pembuktian Lahir; • Kekuatan pembuktian Formil; • Kekuatan pembuktian material 161 Kekuatan Pembuktian Lahir Akta Di Bawah tangan • Akta di bawah tangan tidak memiliki kekuatan lahir; • Tandatangan akta di bawah tangan dapat diakui dapat juga diingkari oleh pembuatnya • Akta di bawah tangan yang diakui tandatangannya oleh para pihak yang membuat menjadikan akta di bawah tangan memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna; • Dalam hal tandatangan para pihak diingkari,maka kebenaran akta harus diperiksa kebenarannya. 162 81
  • 82. 10/8/2012 Kekuatan Pembuktian Formil akta Di Bawah tangan • Akta di bawah tangan yang diakui tandatangannya memiliki kekuatan pembuktian formil; • Telah memberikan kebenaran bahwa keterangan atau pernyataan dalam akta adalah keterangan atau pernyataan dari si penandatangan. 163 Kekuatan Pembuktian Materiil Akta Di Bawah Tangan • Akta di bawah tangan yang sudah diakui tandatangannya memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna seperti akta otentik; • Isi keterangan di dalam akta di bawah tangan yang sudah diakui tandatangannya secara materiil dianggap benar bagi para pembuatnya dan pihak- pihak yang diuntungkan dari akta tersebut. 164 82
  • 83. 10/8/2012 Akta Otentik • Akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang untuk itu oleh penguasa berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,baik dengan bantuan maupun tidak dari pihak yang berkepentingan,dengan mencatat apa yang dimntakan untuk dimuat di dalamnya oleh yang berkepentingan; • Suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu,merupakan bukti yang lengkap (sempurna) antara para pihak dan para ahli warisnya dan mereka yang mendapat hak dari padanya tentang yang tercantum di dalamnya dan bahkan tentang yang tercantum di dalamnya sebagai pemberitahuan belaka,akan tetapi yang terakhir ini hanyalah sepanjang yang diberitahukan itu erat hubunannya dengan pokok dari akta ( Pasal 165 HIR,Pasal 285 RBg,Pasal 1868 BW) 165 Kekuatan Pembuktian Akta Otentik • Akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang lengkap atau sempurna bagi para pihak yang membuat,ahli waris dan pihak ketiga yang mendapatkan hak dari akta yang bersangkutan; • Jika tidak ada bukti yang sebaliknya dan sebanding ,maka akta otentik selalu dianggap benar isinya tanpa pembuktian lebih lanjut. • Terhadap pihak ketiga akta otentk merupakan alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian yang bebas dan penilaiannya diserahkan pada pertimbangan hakim; • Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian lahir,formil maupun kekuatan pembuktian materiil 166 83
  • 84. 10/8/2012 Alat Bukti Keterangan Saksi • Keterangan saksi adalah keterangan yang diberikan oleh pihak ketiga di luar pihak- pihak yang bersengketa yang diberikan secara lisan,langsung dan pribadi di muka sidang pengadilan tentang apa yang dilihat,didengar,dialami atau dia ketahui atau dia rasakan terhadap suatu peristiwa,kejadian atau perbuatan hukum tertentu. • Kesaksian bukan merupakan kesimpulan atau pendapat atau dugaan dari seseorang. • pada asasnya pembuktian dengan saksi dapat dipakai dalam segala perkara perdata ,kecuali undang-undang menentukan lain (Pasal 1895 BW,Pasal 139 HIR) • Keterangan yang diperoleh dari pihak ketiga (Testimonium de auditu) bukan merupakan keterangan saksi. • Seorang Saksi bukanlah saksi (Unus testis nullus testis) keterangan dari seorang saksi saja tanpa alat bukti yang lain dianggap tidak cukup dan tidak boleh dijadikan dasar putusan hakim. 167 Unsur-unsur Keterangan Saksi • Keterangan saksi diberikan oleh pihak ketiga; • Keterangan diberikan secara langsung,lisan dan pribadi di dalam sidang; • Keterangan yang diberikan merupakan peristiwa,kejadian atau perbuatan yang dilihat,didengar,dialami atau dirasakan sendiri; 168 84
  • 85. 10/8/2012 Kekuatan Pembuktian Saksi • Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi mempunyai kekuatan pembuktian yang bebas,artinya hakim mempunyai kebebasab untuk menilai apakah keterangan saksi itu dapat dipecaya atau tidak sangat tergantung pada penilaian hakim 169 Parameter Penilaian Keterangan Saksi(172 HIR) • Kesesuaian atau kecocokan antara keterangan saksi yang satu dengan yang lainnya • Kesesuaian keterangan saksi dengan apa yang diketahui dari segi lain tentang perkara yang disengketakan • Pertimbangan yang mungkin ada pada saksi untuk memberikan keterangan kesaksiannya,misalnya cara hidup,adat istiadat,serta martabat saksi atau segala seuatu yang munkin dapat mempengaruhi tingkat kejujuran dari saksi. 170 85
  • 86. 10/8/2012 Testimonium de auditu • Keterangan yang diperoleh dari pihak ketiga bukan merupakan keterangan saksi. 171 Unus testis nullus testis • Seorang Saksi bukanlah saksi ,keterangan dari seorang saksi saja tanpa alat bukti yang lain dianggap tidak cukup dan tidak boleh dijadikan dasar putusan hakim. 172 86
  • 87. 10/8/2012 Golongan Orang Yang Dianggap Tidak Mampu Menjadi saksi • Golongan orang yang tidak mampu secara mutlak (hakim dilarang mendengar mereka sebagai saksi) a. Keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut garis keturunan yang lurus dari salah satu pihak; b. Sumi istri dari salah satu pihak ,meskipun sudah bercerai. • Golongan orang yang tidak mampu secara relatif (nisbi): a. anak-anak yang belum mencapai usia 15 tahun; b. orang-orang yang sakit ingatannya. 173 Alasan Bagi Golongan Yang Secara Absulut Tidak Dapat Menjadi Saksi • Pihak-pihak ini pada umumnya dianggap kurang obyektif apabila didengar keterangannya sebagai saksi; • untuk menjaga hubungan kekeluargaan agar tetap baik di antara para pihak; • untuk mencegah timbulnya tekanan batin setelah memberikan keterangan sebagai saksi. Pihak-pihak seperti tersebut,dalam perkara tertentu masih dimungkinkan untuk menjadi saksidan mereka tidak berhak untuk mengundurkan diri sebagai saksi,terutama dalam perkara yang menyangkut kedudukan keperdataan dari para pihak atau dalam perkara yang menyangkut tentang perjanjian kerja ( Pasal 145 ayat (2) HIR ) 174 87
  • 88. 10/8/2012 Golongan Orang Yang Memiliki Hak Ingkar Untuk Menjadi Saksi segolongan orang yang atas permintaannya sendiri dapat dibebaskan dari kewajiban untuk menjadi saksi (Hak ingkar / Verschoningrecht) : • Saudara laki-laki dan perempuan serta ipar laki- laki dan perempuan dari salah satu pihak; • Keluarga sedarah menurut keturunan yang lurus dan saudara laki-laki dan perempuan dari pada suami atau istri salah satu pihak; • Semua orang yang karena martabat,jabatan atau hubungan kerja yang sah diwajibkan mempunyai rahasia. 175 Kewajiban Saksi • Kewajiban untuk menghadap; • Kewajiban untuk bersumpah; • Kewajiban untuk memberikan keterangan dengan benar. 176 88
  • 89. 10/8/2012 Sanksi Bagi Saksi Yang Tidak Mau Menghadap • Dapat dipaksa untuk menghadap • Dapat dihukum untuk membayar biaya pemanggilan • Dapat dikenakan penyanderaan (gijzeling) 177 Alat Bukti Persangkaan • Persangkaan merupakan alat bukti yang bersifat tidak langsung. • Persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-undang atau hakim ditarik dari suatu peristiwa yang terang nyata ke peristiwa lain yang belum terang kenyataannya ( Pasal 1915 BW ) 178 89
  • 90. 10/8/2012 Persangkaan • Persangkaan berdasarkan undang-undang atau hukum (Praesumptiones juris); • Persangkaan yang merupakan kesimpulan hakim atau persangkaan berdasarkan kenyataan atau fakta ( Praesumtiones facti ) 179 Persangkaan Berdasar Hukum/Undang-undang Persangkaan yang telah diberikan oleh undang-undang sendiri yang menetapkan hubungan antara peristiwa yang diajukan dan harus dibuktikan dengan peristiwa yang tidak diajukan • Praesumptiones juris Tatum,yaitu persangkaan berdasarkan undang-undang yang masih dimungkinkan ada bukti lawan. Contoh : Pasal 633 BW tentang tembok batas, Pasal 658 BW tentang parit atau selokan batas, Pasal 1394 tentang 3 Kuitansi pembayaran sewa • Praesumptiones juris et de jure, yaitu persangkaan berdasarkan undang-undang yang tidak mungkin ada bukti lawan. Contoh : Semua peristiwa yang dapat menjadi dasar untuk membatalkan perbuatan-perbuatan tertentu ( Pasal 184,911,1681 BW) 180 90
  • 91. 10/8/2012 Persangkaan Berdasarkan Kenyataan ( Praesumptiones Facti ) • Pada persangkaan berdasarkan kenyataan,hakimlah yang memmutuskan berdasarkan kenyataannya,apakah mungkin dan sampai berapa jauhkah kemungkinannya untuk membuktikan suatu peristiwa tertentu dengan membuktikan peristiwa lain. • Persangkaan berdasarkan fakta,hanya boleh diperhatikan oleh hakim pada waktu menjatuhkan putusan apabila persangkaan itu bersifat :PENTING,SAKSAMA,TERTENTU dan ada HUBUNGANNYA SATU SAMA LAIN 181 Alat Bukti Pengakuan • Keterangan dari salah satu pihak dalam satu pekara,dimana ia mengakui apa yang dikemukakan oleh pihak lawan ,baik sebagian atau keseluruhan adalah benar. • Pengakuan merupakan alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. 182 91
  • 92. 10/8/2012 Macam-macam Pengakuan • Pengakuan Murni; • Pengakuan dengan kualifikasi; • Pengakuan dengan klausula 183 Alat Bukti Sumpah • Sumpah Pelengkap (Suppletoir); • Sumpah Penaksiran ( aestimatoir); • Sumpah Pemutus/Penentu (dicisoir) 184 92
  • 93. 10/8/2012 Putusan Hakim • Suatu pernyataan hakim yang diucapkan di persidangan karena jabatannya yang dimaksudkan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa para pihak. 185 Kekuatan Putusan Hakim • Kekuatan Mengikat; • Kekuatan Pembuktian • Kekuatan eksekutorial 186 93