SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 14
Etaboolisme vitamin a

Metabolisme
Vitamin A pada
Defisiensi Zink

Zahrotin Nisa
NIM: SG13024
Prodi Gizi Konversi
Angkatan 2013/2014
STIK IMANUEL
BAB I
1.1. Pengertian dan karakteristik Vitamin A
Vitamin adalah molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai fungsi
yang sangat bervariasi. Fungsi vitamin dalam metabolisme yang paling utama
adalah sebagai kofaktor. Di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit
(micronutrient).
Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak
maupun protein, yang memiliki peranan vital uutuk berjalannya fungsi tubuh yang
normal, meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat gizi yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena berperan mambantu proses metabolisme
tubuh yang normal. Beberapa vitamin tidak dapat dibuat tubuh dalam jumlah
cukup, sehingga harus dilengkapi dari bahan pangan, kecuali vitamin D.
Secara klasik, berdasarkan kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu (1) vitamin yang larut dalam lemak dan (2) vitamin yang larut
dalam air, karena yang pertama dapat diekstraksi dari bahan makanan dengan
pelarut lemak dan yang terakhir dengan air.
Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, yang hanya
mengandung unsur- unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut
dalam air terdiri atas asam askorbat (C) dan B-komplek (B1 sampai B12), yang
selain mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, juga mengandung
nitrogen, sulfur atau kobalt.
Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, memiliki sifat-sifat
umum, antara lain (1) tidak terdapat di semua jaringan; (2) terdiri dari unsurunsur karbon, hidrogen dan oksigen; (3) memiliki bentuk prekusor atau
provitamin; (4) menyusun struktur jaringan tubuh; (5) diserap bersama lemak; (6)
disimpan bersama lemak dalam tubuh; (7) diekskresi melalui feses; (8) kurang
stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan
lain sebagainya.
Istilah Vitamin A adalah nama generik untuk semua derivat Beta-Ionone, selain
daripada Carotenoids (Provitamin A).
Vitamin A ada 2 golongan :
1. Vitamin A1
2. Vitamin A2
Perbedaannya, yaitu :
Vitamin A2 mempunyai 2 double bond, sedangkan
Vitamin A1 mempunyai 1 double bond pada cincin Beta-Ionone.

Vitamin A1 dan Vitamin A2 bisa terdapat dalam betuk :
1. Alkohol : Pada Vitamin A1 disebut Retinol
Pada Vitamin A2 disebut Dehydroretinol
2. Aldehyde : Pada Vitamin A1 disebut Retinal
Pada Vitamin A2 disebut Dehydroretinal
3. A s a m : Asam retinoat (Retinoic Acid)
Aktifitas Vitamin A1 lebih kuat daripada Vitamin A2 dan yang paling
kuat adalah dalam bentuk Alkohol, yaitu Retinol.
Diet

manusia bisa mengandung Provitamin A

(Karoten)

ataupun

Vitamin A (Retinol) baik secara bebas maupun dalam bentuk Ester. Dalam
alam / makanan, Vitamin A terutama terdapat dalam bentuk Ester. Tumbuhtumbuhan tidak dapat mensintesis vitamin A, akan tetapi manusia dan hewan
mempunyai enzim di dalam mukosa usus yang sanggup merubah karoten yang
merupakan provitamin A menjadi vitamin A.
Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekusor (provitamin).
Provitamin A terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β – karoten merupakan pigmen
kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam
mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan.
Di alam terdapat kurang lebih 80 jenis pigmen karoten, tetapi hanya 10
yang mempunyai aktifitas sebagai Provitamin A yang dalam tubuh manusia /
hewan diubah menjadi Vitamin A. Karoten bisa terdapat dalam jaringan hewan
dan tumbuhan.
Sifat-sifat Vitamin A :
 Larut dalam Lemak, tidak larut dalam air.
Tapi sekarang sudah ada Vitamin A dalam bentuk "Water Miscible”
(Aqueous Emulsion, Dispersion).
 Vitamin A (Retinol) merupakan zat yang hampir2 tak berwarna (sedikit
kuning muda).
 Retinol bisa dirusak oleh cahaya matahari dan pengeringan. Retinol tidak
akan berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam bentuk ampul, di
tempat gelap, pada suhu di bawah nol.
 Retinol sukar berubah, jika disimpan dalam tempat tertutup rapat, apalagi
disediakan antioksidan yang cocok. Vitamin

E

merupakan anti

oksidan,sehingga bila dikombinasi dengan Vitamin A, maka Vitamin A
menjadi lebih stabil.
 Vitamin A dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil
dibanding bentuk alkohol maupun aldehid.
 Stabil pada suhu masak biasa, rusak oleh suhu yang tinggi sekali.
 Mudah

dirusak

bila ada oksigen (oksidasi),

atau

lemak

yang

mengandung Vitamin A menjadi tengik.
 Vitamin dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil
dibanding bentuk alkohol maupun aldehid.
1.2. Pengertian dan karakteristik Zink (Zn)
Zink (Zn) merupakan salah satu jenis mikro mineral. Todd dkk (1934)
pertama kali menemukan zat gizi mikro zink sebagai zat gizi mikro esensial bagi
pertumbuhan tikus. Walaupun zink sudah terbukti esensial bagi hewan, namun
esensinya bagi kesehatan manusia baru dibuktikan pada tahun 1958 oleh Prasad
dkk .
Zink termasuk dalam kelompok zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan
tubuh dalam jumlah yang sangat kecil untuk memelihara kehidupan yang optimal.
Zink terdapat dalam jumlah yang cukup banyak di dalam setiap sel, kecuali sel
darah merah dimana zat besi berfungsi khusus mengangkut oksigen. Sekalipun
kalsium merupakan elemen makro namun jumlahnya dalam sel lebih kecil
dibandingkan zink, kecuali di dalam sel tulang.
Zink tidak terbatas fungsinya seperti zat besi dan kalsium. Peranan
biokimia zink merupakan komponen dari metalloenzymes untuk mempertahankan
kelangsungan berbagai proses metabolisme dan stabilitas membran sel. Zink
berfungsi sebagai kofaktor pada lebih dari 300 jenis metalloenzymes yang
mengatur berbagai aktifitas metabolik sel dan fungsi fisiologis tubuh manusia.
Fungsi fisiologis yang bergantung pada zink ialah pertumbuhan dan
pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler dan
humoral, adaptasi gelap, pengecapan serta nafsu makan. Zink juga dibutuhkan
dalam metabolisme karbohidrat, matabolisme tulang, sintesa asam nukleat dan
protein.
BAB II
2.1. Metabolisme dan Mekanisme Vitamin A
Vitamin A (dalam bentuk ester dan β-karoten) diserap dari usus halus dan
sebagian besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain β,
adalah α, γ-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam
proses pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan
asam empedu (pembentukan micelle).
Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif,
kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik,
kemudian bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Di hati,
vitamin A digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinilpalmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein
pengikat retinol (PPR) atau retinol-binding protein (RBP), yang disintesis dalam
hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu “transthyretin” untuk diangkut ke
sel-sel jaringan.
Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein
pengikat retinol seluler (celluler retinol binding protein), sebagian diangkut ke
hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan ke usus
halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi diangkut ke
ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk asam retinoat.
Karoten diserap oleh usus seperti halnya vitamin A, sebagian dikonversi
menjadi retinol dan metabolismenya seperti di atas. Sebagian kecil karoten
disimpan dalam jaringan adiposa dan yang tidak digunakan oleh tubuh
diekskresikan bersama asam empedu melalui feses.
Pada diet nabati, di lumen usus, oleh enzim β- karoten 15,15deoksigenase, β- karoten tersebut dipecah menjadi retinal (retinaldehid), yang
kemudian direduksi menjadi retinol oleh enzim retinaldehid reduktase. Pada
diet hewani, retinol ester dihidrolisis oleh enzim esterase dari pankreas,
selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk retinol, sehingga diperlukan garam empedu.
Proses ini dijelaskan dalam gambar berikut.

Proses di atas sangat terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan produksi
vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh karoten dapat dikonversi
menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh dan masuk ke dalam sirkulasi, hal ini
akan digunakan tubuh sebagai antioksidan. Beberapa hal yang menyebabkan
karoten gagal dikonversi menjadi vitamin A, antara lain (1) penyerapan tidak
sempurna ; (2) konversi tidak 100%, salah satu sebab adalah diantara karoten
lolos ke saluran limfe, dan (3) pemecahan yang kurang efisien.
Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi
normal dari lemak. Gangguan absorbsi lemak yang disebabkan oleh gangguan
sistem empedu akan menyebabkan gangguan absorbsi vitamin–vitamin yang larut
lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke hati dalam bentuk kilomikron
dan disimpan di hati atau dalam jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut
lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik (Spesific Binding
Protein), dan karena tidal larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu, yang
dikeluarkan bersama-sama feses.
Vitamin A essensial untuk pertumbuhan, karena merupakan senyawa
penting yang menciptakan tubuh tahan terhadap infeksi dan memelihara jaringan
epithel berfungsi normal. Jaringan epithel yang dimaksud adalah terutama pada
mata, alat pernapasan, alat pencernaan, alat reproduksi, syaraf dan sistem
pembuangan urine.
Hubungan antara vitamin A dengan fungsi mata yang normal, perlu
mendapat perhatian khusus. Vitamin A berperan dalam sintesis stereoisomer dari
retinal yang disebut retinen, yang berkombinasi dengan protein membentuk grup
prostetik yang disebut “visual purple”, yang lebih dikenal dengan istilah
rodopsin. Jadi vitamin A diperlukan untuk mensintesis rodopsin, yang selalu
pecah atau dirusak oleh proses fotokimiawi sebagai salah satu proses fisiologis
dalam sistem melihat. Apabila vitamin A pada suatu saat kurang dalam tubuh,
maka sintesis ”visual purple” akan terganggu, sehingga terjadi kelainan-kelainan
melihat.

2.2. Metabolisme dan Mekanisme Zink (Zn)
Absorpsi zink sebagian besar terjadi di duodenum dan yeyunum
proksimal. Sel mukosa usus halus dapat menyekresi seng ke dalam usus halus
atau menyerap zink dan menyalurkannya ke dalam darah. Zink dalam plasma
diangkut oleh albumin (60 - 70%) dan α2 makroglobulin (30-40%). Sejumlah
kecil diangkut oleh transferin dan asam amino bebas. Zink sebagian besar
disekresi dalam getah pankreas dan sedikit dalam empedu, jadi feses merupakan
jalan utama ekskresi zink. Molekul kecil yang membantu absorpsi atau sekresi
zink dikenal sebagai metallothioneine. Pengeluaran seng melalui saluran cerna
besarnya 1-2 mg/hari, urine 0,1 - 0,9 mg/24 jam; 0,5 - 1,5 mg/hari melalui
keringat, kuku, kulit dan rambut.

Kebutuhan zink harus memperhitungkan bioavailability dari bahan
makanan yang mengandung zink. Yang dimaksud dengan bioavailability zink
adalah efek dari setiap proses, baik fisik, kimia maupun fisiologis yang
berpengaruh terhadap jumlah zink yang diserap dari bahan makanan sampai
menjadi bentuk biologis yang aktif untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan
fungsional.
Komponen makanan berperan penting terhadap bioavilability zink karena
adanya interaksi antara zink dan komponen-komponen makanan lainnya.
Beberapa zat seperti asam sitrat, asam palmitat dan asam pikolinik dapat
meningkatkan penyerapan zink. Sedangkan fitat (inositol heksafosfat) dan serat
(selulosa) menghambat absorpsi zink. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap bioavailability zink adalah kebutuhan sistemik. Pada diet yang tidak
adekuat tubuh menyesuaikan kebutuhan zink dengan mengubah zink yang
endogen.
Keseimbangan (homeostasis) zink dalam tubuh tergantung pada absorpsi
dan ekskresi. Ekskresi zink akan menurun pada defisiensi zink. Dengan demikian
kebutuhan tubuh akan zink tergantung pada pengaturan diet yang adekuat agar
dapat menyediakan zink bagi keperluan berbagai proses metabolisme dalam
tubuh.
Defisiensi zink dapat terjadi pada kondisi-kondisi: 1) Asupan dan absorpsi
tidak adekuat pada penderita malnutrisi, vegetarian, infeksi intestinal (bakteri,
protozoa, helminths), interaksi nutrisi dengan komponen diet dan obat-obatan,
malabsorpsi, akrodermatitis enteropatika, penyakit-penyakit hepar, enteropati,
radang usus, obstruksi biliaris; 2) pengeluaran berlebihan akibat dari status
katabolik, gagal ginjal, dialisis ginjal dan pengobatan diuretika, kehilangan dan
hemolisis darah kronik (talasemia, sickle cell), dermatitis eksfoliatif; 3)
penggunaan meningkat yang disebabkan penyakit neoplasma, sintesa jaringan,
dan masa penyembuhan.
Defisiensi zink pada manusia pertama kali dijumpai pada penderita
sebagai komplikasi sirosis hepatis akibat alkohol pada tahun 1956. Pada tahun
1958, di Iran pertama kali didapatkan anak-anak menderita defisiensi zink akibat
kelainan gizi. Sejak saat itu penemuan-penemuan defisiensi zink dilaporkan di
berbagai negara.
Parameter yang banyak digunakan untuk menetapkan status seng ialah
1)konsentrasi seng plasma atau serum, 2) konsentrasi seng eritrosit, 3) konsentrasi
seng lekosit dan netrofil, 4) konsentrasi seng rambut, 5) konsentrasi seng urine, 6)
konsentrasi seng air liur, 7) uji ketajaman pengecapan, 8) keseimbangan
metabolisme seng, 9) studi isotop, 10) respons pertumbuhan dan perkembangan
seksual terhadap suplementasi seng, 11) enzim yang tergantung pada seng,
misalnya aktifitas alkali fosfatase.
Fungsi zink sebagai kofaktor dari berbagai jenis enzim, termasuk yang
berperan dalam metabolisme vitamin A baik secara langsung maupun tidak
langsung, membuat banyak peneliti mengamati keterkaitan defisiensi zink
terhadap status vitamin A seseorang.
2.3. Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink
Status zink mempengaruhi beberapa aspek metabolisme vitamin A,
diantaranya pada absorbsi, transpor, dan penggunaannya. Tapi dua mekanisme
utama yang sering digunakan untuk menjelaskan keterkaitannya yaitu 1) peran
zink sebagai regulator dalam transpor vitamin A melalui sintesa protein, dan 2)
zink merupakan kofaktor enzim retinol dehydrogenase yang berperan dalam
konversi oksidatif retinol menjadi retinal.
Mekanisme pertama yaitu peran zink dalam transpor vitamin A melalui
sintesa protein. Defisiensi zink dapat menekan sintesa RBP (Retinol Binding
Protein) pada hati dan menyebabkan turunnya konsentrasi RBP dalam plasma.
Hal ini mempengaruhi transpor retinol dari hati menuju sirkulasi darah dan
jaringan lainnya karena retinol ditransportasikan dalam bentuk RBP yang
berikatan dengan transthyretin.
Mekanisme kedua yaitu interaksi antara vitamin A dan zink melalui
konversi oksidatif retinol menjadi retinal, yang merupakan tahap penting jalur
metabolisme vitamin A yang digambarkan dalam diagram visual cycle di atas
yang terjadi pada retina mata. Dalam proses ini dibutuhkan enzim retinol
dehidrogenase yang tergantung pada zink.
Selain itu defisiensi zink juga mempengaruhi absorbsi vitamin A karena
mengurangi uptake retinol dalam limfa, yang ditandai dengan penurunan
lymphatic phospholipid sebagai akibat dari gangguansekresi empedu ke dalam
lumen usus.
Dalam percobaan lain pada binatang, diketahui eritrosit pada tikus dengan
defisiensi zink ternyata gagal membentuk kilomikron yang berfungsi mengangkut
retinil ester.
Keterkaitan metabolisme vitamin A pada penderita defisiensi zink
digambarkan dalam diagram di bawah ini.

ZINC DEFICIENCY

ADH ↓
RHODOPSIN ↓
OPSIN ↓
RBP SYNTHESIS ↓
LIMPHATIC ABSORPTION ↓
OF RETINOL

ABNORMAL DARK
ADAPTATION

INTER AND INTRACELLULAR ↓
VITAMIN A TRANSPORT
BAB III
Kesimpulan

Status zink mempengaruhi beberapa aspek metabolisme vitamin A,
diantaranya pada absorbsi, transpor, dan penggunaannya. Tapi dua mekanisme
utama yang sering digunakan untuk menjelaskan keterkaitannya yaitu 1) peran
zink sebagai regulator dalam transpor vitamin A melalui sintesa protein, dan 2)
zink merupakan kofaktor enzim retinol dehydrogenase yang berperan dalam
konversi oksidatif retinol menjadi retinal.
Intervensi pada kekurangan vitamin A seharusnya tidak hanya
memperhatikan asupan vitamin A saja, tapi juga perlu ditinjau kecukupan
zinknya.
Daftar Pustaka
Christian, Parul . 1998. Interactions Between Zinc and Vitamin A: an Update. Diambil dari
http://ajcn.nutrition.org/content/68/2/435S.short Diakses pada tanggal 13 Desember
2013

Hidayat, Adi. 1999. Seng (Zinc): Essensial Bagi Kesehatan. Diambil dari
http://www.Univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/vol.18_no.1_3.pdf
Diakses pada tanggal 14 Desember 2014
Suarsana, I Nyoman. 2010. Metabolisme Vitamin dan Mineral. Diambil dari
http://staff.unud.ac.id/suarsana/wp-content/uploads/2010/03/metabolismevitamin-mineral.pdf Diakses pada tanggal 14 Desember 2013
Satriono,_____. 2005. Vitamin Larut Dalam Lemak. Diambil dari
http://www.oocities.org/yok_satriono/VIT_LMK.HTM Diakses pada tanggal 14
Desember 2013
Rahayu, Imbang Dwi. 2010. Klasifikasi, Fungsi, dan Metabolisme Vitamin.
Diambil dari
http://imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/02/Klasifikasi_dan_Metabilisme_vitam
in_imbang.pdf Diakses pada tanggal 11 Desember 2013
Xavier Ruis, F et al. Biological Role of Aldo–keto reductases in Retinoic Acid
Biosynthesis and Signaling. Diambil dari
http://www.frontiersin.org/Journal/10.3389/fphar.2012.00058/full Diakses pada
20 Desember 2013

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaMakalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaOperator Warnet Vast Raha
 
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin DPPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin DAgustin Dian Kartikasari
 
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per OralProsedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oralpjj_kemenkes
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTpjj_kemenkes
 
Makalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologiMakalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologiWarnet Raha
 
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralPenyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralshintamardina
 
Biokimia bagi Perawat
Biokimia bagi PerawatBiokimia bagi Perawat
Biokimia bagi Perawatpjj_kemenkes
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyUlfa Pradipta
 
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusMakala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusSeptian Muna Barakati
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN pjj_kemenkes
 
Biokimia psg
Biokimia psgBiokimia psg
Biokimia psgAsmar Aza
 
Diet hati dan kantung empedu
Diet hati  dan kantung empeduDiet hati  dan kantung empedu
Diet hati dan kantung empeduDeni Ab Mulyana
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaMakalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaSeptian Muna Barakati
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pencegahan stroke sekunder
Pencegahan stroke sekunderPencegahan stroke sekunder
Pencegahan stroke sekunderSuharti Wairagya
 
penggolongan obat menurut pemerintah
 penggolongan obat menurut pemerintah penggolongan obat menurut pemerintah
penggolongan obat menurut pemerintahGdiss Yogaswara
 

La actualidad más candente (20)

PUASA DAN KESEHATAN
PUASA DAN KESEHATANPUASA DAN KESEHATAN
PUASA DAN KESEHATAN
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaMakalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
 
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin DPPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
 
Materi sistem imun
Materi sistem imun Materi sistem imun
Materi sistem imun
 
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per OralProsedur Pemberian Nutrisi Per Oral
Prosedur Pemberian Nutrisi Per Oral
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGT
 
Makalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologiMakalah sistem imunologi
Makalah sistem imunologi
 
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineralPenyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
Penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral
 
Biokimia bagi Perawat
Biokimia bagi PerawatBiokimia bagi Perawat
Biokimia bagi Perawat
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
 
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusMakala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
 
Biokimia psg
Biokimia psgBiokimia psg
Biokimia psg
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Diet hati dan kantung empedu
Diet hati  dan kantung empeduDiet hati  dan kantung empedu
Diet hati dan kantung empedu
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemiaMakalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
 
Pencegahan stroke sekunder
Pencegahan stroke sekunderPencegahan stroke sekunder
Pencegahan stroke sekunder
 
penggolongan obat menurut pemerintah
 penggolongan obat menurut pemerintah penggolongan obat menurut pemerintah
penggolongan obat menurut pemerintah
 

Destacado

4 vital things about zinc that you should know
4 vital things about zinc that you should know4 vital things about zinc that you should know
4 vital things about zinc that you should knowrita martin
 
Penetapan kadar Zn dalam ZnSO4.7H2O SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar Zn dalam ZnSO4.7H2O SMK-SMAK BogorPenetapan kadar Zn dalam ZnSO4.7H2O SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar Zn dalam ZnSO4.7H2O SMK-SMAK BogorDeviPurnama
 
Farmakologi MINERAL
Farmakologi MINERALFarmakologi MINERAL
Farmakologi MINERALSapan Nada
 
Metabolisme protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineral
Metabolisme protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineralMetabolisme protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineral
Metabolisme protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineralEdihard'x Rider
 
Mineral Mikro Biokimia
Mineral Mikro BiokimiaMineral Mikro Biokimia
Mineral Mikro Biokimiapure chems
 

Destacado (9)

Metabolisme Vitamin
Metabolisme VitaminMetabolisme Vitamin
Metabolisme Vitamin
 
4 vital things about zinc that you should know
4 vital things about zinc that you should know4 vital things about zinc that you should know
4 vital things about zinc that you should know
 
Penetapan kadar Zn dalam ZnSO4.7H2O SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar Zn dalam ZnSO4.7H2O SMK-SMAK BogorPenetapan kadar Zn dalam ZnSO4.7H2O SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar Zn dalam ZnSO4.7H2O SMK-SMAK Bogor
 
Farmakologi MINERAL
Farmakologi MINERALFarmakologi MINERAL
Farmakologi MINERAL
 
DASAR DASAR BIOMOLEKULER
DASAR DASAR BIOMOLEKULERDASAR DASAR BIOMOLEKULER
DASAR DASAR BIOMOLEKULER
 
Oxidation & reduction
Oxidation & reductionOxidation & reduction
Oxidation & reduction
 
Metabolisme protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineral
Metabolisme protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineralMetabolisme protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineral
Metabolisme protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineral
 
Mineral
MineralMineral
Mineral
 
Mineral Mikro Biokimia
Mineral Mikro BiokimiaMineral Mikro Biokimia
Mineral Mikro Biokimia
 

Similar a Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink

Similar a Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink (20)

Vitamin kel 3
Vitamin kel 3Vitamin kel 3
Vitamin kel 3
 
Biokimia_Kelompok 3_Vitamin PPT.pptx
Biokimia_Kelompok 3_Vitamin PPT.pptxBiokimia_Kelompok 3_Vitamin PPT.pptx
Biokimia_Kelompok 3_Vitamin PPT.pptx
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Kimia panga vitamin
Kimia panga  vitaminKimia panga  vitamin
Kimia panga vitamin
 
Vitamin.ok
Vitamin.okVitamin.ok
Vitamin.ok
 
Vitamin a
Vitamin aVitamin a
Vitamin a
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Vitamin
 Vitamin Vitamin
Vitamin
 
Vitamin Larut Lemak
Vitamin Larut LemakVitamin Larut Lemak
Vitamin Larut Lemak
 
Vitamin
Vitamin Vitamin
Vitamin
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak  Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
 
Vit. b kompleks dan c (Driyo S., S.R.Ratih P.)
Vit. b  kompleks dan c (Driyo S., S.R.Ratih P.)Vit. b  kompleks dan c (Driyo S., S.R.Ratih P.)
Vit. b kompleks dan c (Driyo S., S.R.Ratih P.)
 
Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?
 
VITAMIN LARUT DALAM LEMAK
VITAMIN LARUT DALAM LEMAKVITAMIN LARUT DALAM LEMAK
VITAMIN LARUT DALAM LEMAK
 
Laporan praktikum biokimia ii vitamin b
Laporan praktikum biokimia ii   vitamin bLaporan praktikum biokimia ii   vitamin b
Laporan praktikum biokimia ii vitamin b
 
Zat Gizi Vitamin
Zat Gizi VitaminZat Gizi Vitamin
Zat Gizi Vitamin
 
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin c
 
VIT A dan D.pptx
VIT A dan D.pptxVIT A dan D.pptx
VIT A dan D.pptx
 

Último

asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxhellokarin81
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptssuserbb0b09
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio PerawatMovieWulandari
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungHalo Docter
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTRiskaViandini1
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaYosuaNatanael1
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxLintangDwiCandra1
 

Último (20)

asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 

Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink

  • 1. Etaboolisme vitamin a Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink Zahrotin Nisa NIM: SG13024 Prodi Gizi Konversi Angkatan 2013/2014 STIK IMANUEL
  • 2. BAB I 1.1. Pengertian dan karakteristik Vitamin A Vitamin adalah molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai fungsi yang sangat bervariasi. Fungsi vitamin dalam metabolisme yang paling utama adalah sebagai kofaktor. Di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit (micronutrient). Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak maupun protein, yang memiliki peranan vital uutuk berjalannya fungsi tubuh yang normal, meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena berperan mambantu proses metabolisme tubuh yang normal. Beberapa vitamin tidak dapat dibuat tubuh dalam jumlah cukup, sehingga harus dilengkapi dari bahan pangan, kecuali vitamin D. Secara klasik, berdasarkan kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok, yaitu (1) vitamin yang larut dalam lemak dan (2) vitamin yang larut dalam air, karena yang pertama dapat diekstraksi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang terakhir dengan air. Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, yang hanya mengandung unsur- unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (C) dan B-komplek (B1 sampai B12), yang selain mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt. Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, memiliki sifat-sifat umum, antara lain (1) tidak terdapat di semua jaringan; (2) terdiri dari unsurunsur karbon, hidrogen dan oksigen; (3) memiliki bentuk prekusor atau provitamin; (4) menyusun struktur jaringan tubuh; (5) diserap bersama lemak; (6) disimpan bersama lemak dalam tubuh; (7) diekskresi melalui feses; (8) kurang
  • 3. stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya. Istilah Vitamin A adalah nama generik untuk semua derivat Beta-Ionone, selain daripada Carotenoids (Provitamin A). Vitamin A ada 2 golongan : 1. Vitamin A1 2. Vitamin A2 Perbedaannya, yaitu : Vitamin A2 mempunyai 2 double bond, sedangkan Vitamin A1 mempunyai 1 double bond pada cincin Beta-Ionone. Vitamin A1 dan Vitamin A2 bisa terdapat dalam betuk : 1. Alkohol : Pada Vitamin A1 disebut Retinol Pada Vitamin A2 disebut Dehydroretinol 2. Aldehyde : Pada Vitamin A1 disebut Retinal Pada Vitamin A2 disebut Dehydroretinal 3. A s a m : Asam retinoat (Retinoic Acid) Aktifitas Vitamin A1 lebih kuat daripada Vitamin A2 dan yang paling kuat adalah dalam bentuk Alkohol, yaitu Retinol. Diet manusia bisa mengandung Provitamin A (Karoten) ataupun Vitamin A (Retinol) baik secara bebas maupun dalam bentuk Ester. Dalam alam / makanan, Vitamin A terutama terdapat dalam bentuk Ester. Tumbuhtumbuhan tidak dapat mensintesis vitamin A, akan tetapi manusia dan hewan mempunyai enzim di dalam mukosa usus yang sanggup merubah karoten yang merupakan provitamin A menjadi vitamin A. Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekusor (provitamin). Provitamin A terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β – karoten merupakan pigmen
  • 4. kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan. Di alam terdapat kurang lebih 80 jenis pigmen karoten, tetapi hanya 10 yang mempunyai aktifitas sebagai Provitamin A yang dalam tubuh manusia / hewan diubah menjadi Vitamin A. Karoten bisa terdapat dalam jaringan hewan dan tumbuhan. Sifat-sifat Vitamin A :  Larut dalam Lemak, tidak larut dalam air. Tapi sekarang sudah ada Vitamin A dalam bentuk "Water Miscible” (Aqueous Emulsion, Dispersion).  Vitamin A (Retinol) merupakan zat yang hampir2 tak berwarna (sedikit kuning muda).  Retinol bisa dirusak oleh cahaya matahari dan pengeringan. Retinol tidak akan berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam bentuk ampul, di tempat gelap, pada suhu di bawah nol.  Retinol sukar berubah, jika disimpan dalam tempat tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang cocok. Vitamin E merupakan anti oksidan,sehingga bila dikombinasi dengan Vitamin A, maka Vitamin A menjadi lebih stabil.  Vitamin A dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun aldehid.  Stabil pada suhu masak biasa, rusak oleh suhu yang tinggi sekali.  Mudah dirusak bila ada oksigen (oksidasi), atau lemak yang mengandung Vitamin A menjadi tengik.  Vitamin dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun aldehid.
  • 5. 1.2. Pengertian dan karakteristik Zink (Zn) Zink (Zn) merupakan salah satu jenis mikro mineral. Todd dkk (1934) pertama kali menemukan zat gizi mikro zink sebagai zat gizi mikro esensial bagi pertumbuhan tikus. Walaupun zink sudah terbukti esensial bagi hewan, namun esensinya bagi kesehatan manusia baru dibuktikan pada tahun 1958 oleh Prasad dkk . Zink termasuk dalam kelompok zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil untuk memelihara kehidupan yang optimal. Zink terdapat dalam jumlah yang cukup banyak di dalam setiap sel, kecuali sel darah merah dimana zat besi berfungsi khusus mengangkut oksigen. Sekalipun kalsium merupakan elemen makro namun jumlahnya dalam sel lebih kecil dibandingkan zink, kecuali di dalam sel tulang. Zink tidak terbatas fungsinya seperti zat besi dan kalsium. Peranan biokimia zink merupakan komponen dari metalloenzymes untuk mempertahankan kelangsungan berbagai proses metabolisme dan stabilitas membran sel. Zink berfungsi sebagai kofaktor pada lebih dari 300 jenis metalloenzymes yang mengatur berbagai aktifitas metabolik sel dan fungsi fisiologis tubuh manusia. Fungsi fisiologis yang bergantung pada zink ialah pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler dan humoral, adaptasi gelap, pengecapan serta nafsu makan. Zink juga dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat, matabolisme tulang, sintesa asam nukleat dan protein.
  • 6. BAB II 2.1. Metabolisme dan Mekanisme Vitamin A Vitamin A (dalam bentuk ester dan β-karoten) diserap dari usus halus dan sebagian besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain β, adalah α, γ-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan asam empedu (pembentukan micelle). Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif, kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik, kemudian bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Di hati, vitamin A digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinilpalmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) atau retinol-binding protein (RBP), yang disintesis dalam hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu “transthyretin” untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein pengikat retinol seluler (celluler retinol binding protein), sebagian diangkut ke hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan ke usus halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk asam retinoat. Karoten diserap oleh usus seperti halnya vitamin A, sebagian dikonversi menjadi retinol dan metabolismenya seperti di atas. Sebagian kecil karoten disimpan dalam jaringan adiposa dan yang tidak digunakan oleh tubuh diekskresikan bersama asam empedu melalui feses. Pada diet nabati, di lumen usus, oleh enzim β- karoten 15,15deoksigenase, β- karoten tersebut dipecah menjadi retinal (retinaldehid), yang kemudian direduksi menjadi retinol oleh enzim retinaldehid reduktase. Pada
  • 7. diet hewani, retinol ester dihidrolisis oleh enzim esterase dari pankreas, selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk retinol, sehingga diperlukan garam empedu. Proses ini dijelaskan dalam gambar berikut. Proses di atas sangat terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan produksi vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh dan masuk ke dalam sirkulasi, hal ini akan digunakan tubuh sebagai antioksidan. Beberapa hal yang menyebabkan karoten gagal dikonversi menjadi vitamin A, antara lain (1) penyerapan tidak sempurna ; (2) konversi tidak 100%, salah satu sebab adalah diantara karoten lolos ke saluran limfe, dan (3) pemecahan yang kurang efisien. Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi normal dari lemak. Gangguan absorbsi lemak yang disebabkan oleh gangguan sistem empedu akan menyebabkan gangguan absorbsi vitamin–vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke hati dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hati atau dalam jaringan lemak. Di dalam darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik (Spesific Binding
  • 8. Protein), dan karena tidal larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu, yang dikeluarkan bersama-sama feses. Vitamin A essensial untuk pertumbuhan, karena merupakan senyawa penting yang menciptakan tubuh tahan terhadap infeksi dan memelihara jaringan epithel berfungsi normal. Jaringan epithel yang dimaksud adalah terutama pada mata, alat pernapasan, alat pencernaan, alat reproduksi, syaraf dan sistem pembuangan urine. Hubungan antara vitamin A dengan fungsi mata yang normal, perlu mendapat perhatian khusus. Vitamin A berperan dalam sintesis stereoisomer dari retinal yang disebut retinen, yang berkombinasi dengan protein membentuk grup prostetik yang disebut “visual purple”, yang lebih dikenal dengan istilah rodopsin. Jadi vitamin A diperlukan untuk mensintesis rodopsin, yang selalu pecah atau dirusak oleh proses fotokimiawi sebagai salah satu proses fisiologis dalam sistem melihat. Apabila vitamin A pada suatu saat kurang dalam tubuh, maka sintesis ”visual purple” akan terganggu, sehingga terjadi kelainan-kelainan melihat. 2.2. Metabolisme dan Mekanisme Zink (Zn)
  • 9. Absorpsi zink sebagian besar terjadi di duodenum dan yeyunum proksimal. Sel mukosa usus halus dapat menyekresi seng ke dalam usus halus atau menyerap zink dan menyalurkannya ke dalam darah. Zink dalam plasma diangkut oleh albumin (60 - 70%) dan α2 makroglobulin (30-40%). Sejumlah kecil diangkut oleh transferin dan asam amino bebas. Zink sebagian besar disekresi dalam getah pankreas dan sedikit dalam empedu, jadi feses merupakan jalan utama ekskresi zink. Molekul kecil yang membantu absorpsi atau sekresi zink dikenal sebagai metallothioneine. Pengeluaran seng melalui saluran cerna besarnya 1-2 mg/hari, urine 0,1 - 0,9 mg/24 jam; 0,5 - 1,5 mg/hari melalui keringat, kuku, kulit dan rambut. Kebutuhan zink harus memperhitungkan bioavailability dari bahan makanan yang mengandung zink. Yang dimaksud dengan bioavailability zink adalah efek dari setiap proses, baik fisik, kimia maupun fisiologis yang berpengaruh terhadap jumlah zink yang diserap dari bahan makanan sampai menjadi bentuk biologis yang aktif untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan fungsional.
  • 10. Komponen makanan berperan penting terhadap bioavilability zink karena adanya interaksi antara zink dan komponen-komponen makanan lainnya. Beberapa zat seperti asam sitrat, asam palmitat dan asam pikolinik dapat meningkatkan penyerapan zink. Sedangkan fitat (inositol heksafosfat) dan serat (selulosa) menghambat absorpsi zink. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap bioavailability zink adalah kebutuhan sistemik. Pada diet yang tidak adekuat tubuh menyesuaikan kebutuhan zink dengan mengubah zink yang endogen. Keseimbangan (homeostasis) zink dalam tubuh tergantung pada absorpsi dan ekskresi. Ekskresi zink akan menurun pada defisiensi zink. Dengan demikian kebutuhan tubuh akan zink tergantung pada pengaturan diet yang adekuat agar dapat menyediakan zink bagi keperluan berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Defisiensi zink dapat terjadi pada kondisi-kondisi: 1) Asupan dan absorpsi tidak adekuat pada penderita malnutrisi, vegetarian, infeksi intestinal (bakteri, protozoa, helminths), interaksi nutrisi dengan komponen diet dan obat-obatan, malabsorpsi, akrodermatitis enteropatika, penyakit-penyakit hepar, enteropati, radang usus, obstruksi biliaris; 2) pengeluaran berlebihan akibat dari status katabolik, gagal ginjal, dialisis ginjal dan pengobatan diuretika, kehilangan dan hemolisis darah kronik (talasemia, sickle cell), dermatitis eksfoliatif; 3) penggunaan meningkat yang disebabkan penyakit neoplasma, sintesa jaringan, dan masa penyembuhan. Defisiensi zink pada manusia pertama kali dijumpai pada penderita sebagai komplikasi sirosis hepatis akibat alkohol pada tahun 1956. Pada tahun 1958, di Iran pertama kali didapatkan anak-anak menderita defisiensi zink akibat kelainan gizi. Sejak saat itu penemuan-penemuan defisiensi zink dilaporkan di berbagai negara. Parameter yang banyak digunakan untuk menetapkan status seng ialah 1)konsentrasi seng plasma atau serum, 2) konsentrasi seng eritrosit, 3) konsentrasi
  • 11. seng lekosit dan netrofil, 4) konsentrasi seng rambut, 5) konsentrasi seng urine, 6) konsentrasi seng air liur, 7) uji ketajaman pengecapan, 8) keseimbangan metabolisme seng, 9) studi isotop, 10) respons pertumbuhan dan perkembangan seksual terhadap suplementasi seng, 11) enzim yang tergantung pada seng, misalnya aktifitas alkali fosfatase. Fungsi zink sebagai kofaktor dari berbagai jenis enzim, termasuk yang berperan dalam metabolisme vitamin A baik secara langsung maupun tidak langsung, membuat banyak peneliti mengamati keterkaitan defisiensi zink terhadap status vitamin A seseorang. 2.3. Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink Status zink mempengaruhi beberapa aspek metabolisme vitamin A, diantaranya pada absorbsi, transpor, dan penggunaannya. Tapi dua mekanisme utama yang sering digunakan untuk menjelaskan keterkaitannya yaitu 1) peran zink sebagai regulator dalam transpor vitamin A melalui sintesa protein, dan 2) zink merupakan kofaktor enzim retinol dehydrogenase yang berperan dalam konversi oksidatif retinol menjadi retinal. Mekanisme pertama yaitu peran zink dalam transpor vitamin A melalui sintesa protein. Defisiensi zink dapat menekan sintesa RBP (Retinol Binding Protein) pada hati dan menyebabkan turunnya konsentrasi RBP dalam plasma. Hal ini mempengaruhi transpor retinol dari hati menuju sirkulasi darah dan jaringan lainnya karena retinol ditransportasikan dalam bentuk RBP yang berikatan dengan transthyretin. Mekanisme kedua yaitu interaksi antara vitamin A dan zink melalui konversi oksidatif retinol menjadi retinal, yang merupakan tahap penting jalur metabolisme vitamin A yang digambarkan dalam diagram visual cycle di atas yang terjadi pada retina mata. Dalam proses ini dibutuhkan enzim retinol dehidrogenase yang tergantung pada zink.
  • 12. Selain itu defisiensi zink juga mempengaruhi absorbsi vitamin A karena mengurangi uptake retinol dalam limfa, yang ditandai dengan penurunan lymphatic phospholipid sebagai akibat dari gangguansekresi empedu ke dalam lumen usus. Dalam percobaan lain pada binatang, diketahui eritrosit pada tikus dengan defisiensi zink ternyata gagal membentuk kilomikron yang berfungsi mengangkut retinil ester. Keterkaitan metabolisme vitamin A pada penderita defisiensi zink digambarkan dalam diagram di bawah ini. ZINC DEFICIENCY ADH ↓ RHODOPSIN ↓ OPSIN ↓ RBP SYNTHESIS ↓ LIMPHATIC ABSORPTION ↓ OF RETINOL ABNORMAL DARK ADAPTATION INTER AND INTRACELLULAR ↓ VITAMIN A TRANSPORT
  • 13. BAB III Kesimpulan Status zink mempengaruhi beberapa aspek metabolisme vitamin A, diantaranya pada absorbsi, transpor, dan penggunaannya. Tapi dua mekanisme utama yang sering digunakan untuk menjelaskan keterkaitannya yaitu 1) peran zink sebagai regulator dalam transpor vitamin A melalui sintesa protein, dan 2) zink merupakan kofaktor enzim retinol dehydrogenase yang berperan dalam konversi oksidatif retinol menjadi retinal. Intervensi pada kekurangan vitamin A seharusnya tidak hanya memperhatikan asupan vitamin A saja, tapi juga perlu ditinjau kecukupan zinknya.
  • 14. Daftar Pustaka Christian, Parul . 1998. Interactions Between Zinc and Vitamin A: an Update. Diambil dari http://ajcn.nutrition.org/content/68/2/435S.short Diakses pada tanggal 13 Desember 2013 Hidayat, Adi. 1999. Seng (Zinc): Essensial Bagi Kesehatan. Diambil dari http://www.Univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/vol.18_no.1_3.pdf Diakses pada tanggal 14 Desember 2014 Suarsana, I Nyoman. 2010. Metabolisme Vitamin dan Mineral. Diambil dari http://staff.unud.ac.id/suarsana/wp-content/uploads/2010/03/metabolismevitamin-mineral.pdf Diakses pada tanggal 14 Desember 2013 Satriono,_____. 2005. Vitamin Larut Dalam Lemak. Diambil dari http://www.oocities.org/yok_satriono/VIT_LMK.HTM Diakses pada tanggal 14 Desember 2013 Rahayu, Imbang Dwi. 2010. Klasifikasi, Fungsi, dan Metabolisme Vitamin. Diambil dari http://imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/02/Klasifikasi_dan_Metabilisme_vitam in_imbang.pdf Diakses pada tanggal 11 Desember 2013 Xavier Ruis, F et al. Biological Role of Aldo–keto reductases in Retinoic Acid Biosynthesis and Signaling. Diambil dari http://www.frontiersin.org/Journal/10.3389/fphar.2012.00058/full Diakses pada 20 Desember 2013