2. MANAJEMEN PERUBAHAN (3 Sks)
DESKRIPSI
Manajemen perubahan merupakan pendekatan terstruktur untuk
membawa sebuah organisasi dari kondisi saat ini ke masa depan
yang diinginkan
Fokus pada bagaimana mengelola perubahan-perubahan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen.
Bagaimana mengelola organisasi pemerintah agar tetap exist dan
inovatif seiring dengan perubahan lingkungan internal dan
eksternal.
TUJUAN
Memberikan pemahaman kepada praja sehigga memiliki wawasan
dan kemampuan menejerial yang handal untuk mengelola secara
inovatif organisasi pemerintahan yang secara langsung dituntut
untuk melakukan perubahan yang terencana dan teroganisir
Praja memiliki kemampuan daya saing sehingga siap untuk terjun
dalam praktik organisasi pemerintahan.
3. SESI 1. KONSEP MANAJEMEN
PENGERTIAN MANAJEMEN
Managing is essential in all organized cooperation, as well as at
all levels of organization in an enterprise. Managing is Science
and Art (Harold Koontz & Cyril O’Donnell)
Merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri atas kegiatan-kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengorganisasian dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran melalui pemanfaatan
SDM dan SD lain. Sumarni & Soeprihanto)
4. KONSEP MANAJEMEN
Dalam manajemen menggunakan metode ilmiah dalam
setiap pendekatan dan penyelesaian masalah. Metode
tersebut meliputi beberapa kegiatan:
Mengetahui adanya persoalan (Problem recognition)
Mendefinisikan persoalan (Problem Definition)
Mengumpulkan fakta, data dan informasi
Menyusun alternatif Penyelesaian (Design Alternative Solution)
Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif
penyelesaian (Decision making process and alternative chosen)
Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut (Implementation of
program/method)
6. Management Hierarchy
Top Management: Pimpinan
(keahlian: decision making)
Middle Management:
Menejer, kepala seksi,
koordinator (keahlian: teknis
& menejerial)
Lower Management: staf dan
atau pegawai (keahlian:
teknis)
8. Perencanaan/planning
Perencanaan menyatakan tujuan organisasi dan
menentukan prosedur terbaik untuk mencapainya. Jadi
yang harus dipikirkan oleh para manajer atau individu
dalam manajemen adalah memikirkan tujuan dan
kegiatannya. Kegiatan tersebut biasanya didasarkan
pada suatu metode, rencana atau logika tertentu
sehingga perlu direncanakan.
Langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan
adalah:
Memilih sasaran organisasi.
Penetapan tujuan, per sub bagian/departemen/divisi.
Penyusunan program yang sistematis.
9. Penorganisasian/organizing
Proses penciptaan hubungan antara berbagai fungsi,
personalia dan factor-faktor fisik agar pekerjaan yang
dilakukan bermanfaat dan terarah. Biasanya ditujukan
dengan suatu bagan organisasi.
Terdapat tiga hubungan dasar dalam hubungan formal:
Tanggung jawab kewajiban individu utk melaksanakan tugas.
Wewenang hak utk mengambil keputusan mengenai apa yg harus
dijalankan.
Pertanggungjawaban dari bawah keatas dalam bentuk laporan
kepada atasan.
Berkaitan juga dengan staffing adalah proses
pengadaan, penempatan, dan melatih personel yang
memenuhi syarat yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas organisasi.
10. Pengarahan/actuating
Tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
organisasi melakukan kegiatan yang sudah
ditentukan kerah tercapainya tujuan.
Pengarahan akan terwujud apabila kebutuhan
individu terwujud. Teori motivasi.hirarki kebutuhan
Maslow: Kubutuhan fisiologis, Rasa Aman, Sosial,
Esteems (penghargaan) dan Aktualisasi Diri.
11. Pengendalian/controlling
Aktifitas untuk menemukan, mengoreksi adanya
penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah
dicapai dibandingkan dengan rencana kerja yang
telah ditetapkan. Pengendalian mencakup tiga
unsure penting yaitu:
Menetapkan stadar prestasi.
Mengukur prestasi sekarang dan membandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan.
Mengambil tindakan untuk mengoreksi prestasi yang tidak
memenuhi standar.
13. PENGERTIAN PERUBAHAN
Menurut Linda Ackerman terdapat beberapa
kategori perubahan dalam organisasi yaitu:
Development change
Transnational change
Transformational change
14. Development Change
Adalah perubahan yang dilakukan melalui
peningkatan keahlian, metode atau kondisi yang
untuk beberapa alasan tidak memiliki sifat-sifat
dikehendaki atau yang diharapankan sekarang ini.
Development change beruhubungan dengan berbuat
sesuatu harus lebih baik dari sebelumnya atau
berbuat lebih.
15. Transnational Change
Adalah proses perubahan dalam organisasi yang terjadi
secara perlahan. Dalam proses perubahan ini, terpadat
implementasi terhadap pengenalan tahapan yang baru.
Manajemen perusahaan pada posisi ini berada pada proses
transisi. Contoh: proses rorganisasi, mergers,pengenalan
produk/services yang baru; proses; sistem dan teknologi
yang baru kepada konsumen.
Bentuk
organisasi
lama
Bentuk
organisasi baru
Masa Transisi/peralihan
16. Transformational Change
Adalah proses perubahan tentang apa yang dipercayai dan
disadari yang mungkin akan terjadi dalam organisasi.
Pada perubahan ini, organisasi melakukan perubahan-perubahan
namun tidak dilakukan dengan pasti karena
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang tidak pasti juga.
Atau segala sesuau bisa terjadi karena time period not
easily controlled.
Death
Maju/posisi tinggi
Berkembang
Birth
Bangkit
Chaos Kembali
17. KAPAN HARUS BERUBAH
Organisasi suatu saat akan diperhadapkan dengan
adanya tuntutan untuk melakukan perubahan.
Organisasi melakukan perubahan karena adanya:
Proactive change (internal drivers), Perubahan yang dilaksanakan
karena adanya kebijakan organisasi yang sadar harus melakukan
peruabahan. Perubahan ini dapat dilakukan melalui perubahan
tujuan perusahaan: Visi, Misi dan Strategi. Disebut juga dengan
controleble change.
Reactive change (external drivers), Perubahan yang terjadi karena
pengaruh dari ekternal atau adanya dorongan untuk berubah karena
pengaruh lingkungan eksternal seperti. Contoh perubahan karena:
Government regulation, Economic Change (micro environments =
keadaan ekonomi suatu negara), rate of competition, community
driven company, globalization effect (free trade area), technology.
18. KEMAMPUAN UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN
Dalam melakukan perubahan, organisasi juga
diperhadapkan dengan keadaan: Ada kemungkinan
tidak perusahaan itu berubah?
Hal ini juga berhubungan dengan kemampuan
organisasi untuk melakukan perubahan. Untuk
menilai apakah organisasi bisa berubah, maka dapat
dilakukan melalui analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunities, Treats):
19. REACTING to CHANGE
Pada akhirnya perusahaan diperhadapkan dengan
suatu keputusan apakah akan melakukan perubahan
atau tidak? Apabila diputuskan untuk melakukan
perubahan maka harus disertai dengan actions.
20. HAMBATAN PERUBAHAN
Dalam melakukan perubahan terdapat hambatan-hambatan
yang berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kebijakan
perubahan manajemen organisasi. Hal ini berkaitan
dengan lingkungan (direct & indirect environment)
Organisasi
/lembaga
Indirect Environment:
EKONOMI, POLITIK,
SOSIAL, BUDAYA,
HANKAM, TEKNOLOGI
DIRECT
ENVIRONMENT:
Masyarakat, pemerintah
pusat/daerah/diatasnya,
pimpinan & karyawan
21. ORGANISASI & PERAN STAKEHOLDERS
ORGANISASI
INTERNAL
STAKEHOLDER:
Lembaga organisasi
diatasnya;
Pimpinan;
Staf
EXTERNAL
STAKEHOLDER:
Masyarakat; swasta
investor; turis
organisasai/daerah
lain; negara lain
Kebermanfaatan
Pendorong/drivers
22. 4 TAHAPAN PERUBAHAN YANG EFEKTIF
SELF CONTROLLED lakukan introspeksi diri apakah
memang harus berubah.
PENCARIAN INFOMASI mencari informasi masa lalu dan
sekarang untuk menghadapi perubahan yang sedang atau
akan terjadi.
IDENTIFIKASI SASARAN PROGRAN PEMBAHARUAN
mencari media program untuk perubahan.
PENENTUAN ALTERNATIF PERUBAHAN lingkungan
pada dasarnya akan terus berubah yang pada akhirya
memaksa para manajer untuk terus melakukan perubahan
agar tetap survive. Agar bisa bertahan dan mengantasipasi
kegagalan yang terjadi akibat perubahan maka para manajer
harus mempunyai beberapa recana alternatif untuk
perubahan.
23. SESI 3. KONSEP MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
Praktik Manajemen Sumberdaya Manusia
Managerial skills
Leadership
24. Konsep HRM
Set of organizational activities directed at attracting,
developing, and maintaining an effective workforce
Human resources planning
Job analysis: systematic analysis of jobs within an organization
Job description: outline of the duties of a job, working conditions, and
the tools, material, and equipment used to perform it
Job specification: description of the skills, abilities, and other
credentials required by a job
Forecasting HR demand and supply
Internal supply: from a internal data
External supply: from labor
Replacement chart: forecast job rotation
Skills inventories: facilitate both planning and identifying people for
transfer and promotion
25. Staffing & selecting
Staffing the organization
Recruiting HR: process of attracting qualified persons to apply
for job an organization is seeking to fill
Internal recruiting: honor
External recruiting: CPNS umum
Selecting HR
Application form
Test
Interview
Other techniques
26. Developing, compensation, & benefits
Developing
Training
Performance appraisal: penghargaan employee is
performing effectively
Compensation & benefits
Wages and salaries
Incentives program
Individual incentives
Companywide incentives: pembagian SHU
Benefits program
Retirement plans: pension fund
Containing the cost of benefits: dana pensiun dini
27. New challenges in the changing workplace
Managing workforce diversity: range of workers
attitudes, values, and behavior that differ by gender,
race, and ethnicity.
Managing knowledge workers: pendidikan dan
pengalaman kerja
Contingent worker: employee hired on something
other than a full-time basis to supplement an
organization permanent workers side job
28. Managerial Skills
Managerial skills: ketrampilan individu dan pimpinan
organisasi dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen
untuk mencapai tujuan.
Dasar managerial skills:
Technical skills: skills needed to perform specialized task (otodidat;
learning doing)
Human relations skills: skills in understanding and getting along
with people (soft skills; communications skills)
Conceptual skills: abilities to think in the abstract, diagnose, analyze
different situation and see beyond the present (science)
Decision-making skills: skills in defining problems and selecting the
best course action.
Time management skills: manage valuable time
29. The decision making process
Define the
problem
Gather facts and
develop
alternatives
Evaluate
alternative
Select the best
alternative
Implement the
chosen
alternative
Follow up and
evaluate the chosen
alternative
30. Peran-peran manajerial
Interpersonal
Peran Deskripsi contoh
Figurehead Is symbolic head to perform a
number of routine duties of a
legal or social nature
Handles ceremonies,
status request,
solicitations
Leader Is responsible fot the motivation
& direction of subord
Perform virtually all
managerial activity
Liasion Maintain a network of outside
contacts who provide favors &
information
Acknowledges mail,
external board work
31. Peran-peran manajerial
Informational
Peran Deskripsi contoh
Monitor Receives wide variety of
information; serves as nerve
center of internal & external info
of the organization
Handles all mail &
contact categorized as
concerned with receiving
information
Disseminator
(sosialisasi)
Transmits info received from
outsider/from other subboard to
the members of orgnaization
Forward mail into
organization; makes
verbal contact
Spokesperson Transmits info to outsiders on
organization plans, policies,
action & results; sere as expert
on organization .
Attends board meeting
handles contact invol
transmission of info to
oursider.
32. Peran-peran manajerial
Decisional
Peran Deskripsi contoh
Entreprneur Serches organization & its
environment for opportunities &
initiates projects to bring about
change
Holds starting & revies
session involvement
initiation /design of
improvement
Disturbance
handler
Is responsible for corrective
organization faces important,
unexpected disturbances
Holds strategy & review
session involvement
disturbances & crises
Resource
allocator
Makes or approves significant
decisions
Handles resources
scheduling
Negotiator Is responsible for representing
the organization at major
negotiation
Handles contact
negotiations
33. perspektif manajemen sebagai respon berbagai
perubahan
PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU
1. Tujuan jangka pendek
2. Fokus pada operasional
3. Pemecahan masalah lokal
4. Orientasi pengendalian
5. Kepemimpinan dogmatis
6. Orientasi stabilitas
7. Pelaksana pekerjaan yang sama
8. Struktur kaku & hirarki
9. Pengembangan sikap patuh
10.Fokus pada pekerjaan
11. Evaluasi penyelia
1. Visi organisasi dan individu
2. Fokus pada misi, nilai dan
strategi
3. Organisasi sebagai sistem
4. Orientasi pemberdayaan
5. Kepeminpinan informasional
6. Orientasi perubahan
7. Perbaikan berkelanjutan
8. Struktur fleksibel & berbasis tim
9. Pengembangan trust &
kooperasi
10.Fokus pada peran & konstribusi
11. Penilaian diri (self evaluations)
34. Kepemimpinan (leadership)
Definisi:
Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang
kekuasaan dan membuat keputusan (Dubin, 1951)
Kepemimpinan adalah langkah pertama yang
hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang
konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-problem
yang saling berkaitan (Hamphill, 1954)
Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan
pencapaian tujuan (Stogdill, 1948)
35. Kesimpulan
Kepemimpinan sebagai konsep
manajemen di dalam kehidupan
organisasi mempunyai kedudukan
yang strategis dan merupakan
figure sosial yang selalu diperlu-kan
dalam kelompok.
Strategis karena sebagai
dinamisator, katalisator, motiva-tor,
provokator, agitator, promo-tor,
konseptor dan sebagainya
36. KEPEMIMPINAN
Seni – Proses
Mempengaruhi Bekerja
Sungguh
sungguh
Kegiatan Bekerjasama
Fungsi Manajemen:
Mengkoordinasi
Perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan dan
pengendalian
TUJUAN
MANAJER
37. Ruang lingkup kepemimpinan
Ruang lingkup kepemimpinan dalam hal ini adalah yang terkait
dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan dalam
administrasi negara dan organisasi maupun perusahaan
Kepemimpinan dalam kerangka manajemen dan
administrasi
kepemimpinan
Manajemen administrasi
38. Perilaku kepemimpinan
Berorientasi pada tugas
1. Menetapkan-merumuskan : tujuan (sukar
tapi dapat dicaai secara jelas).
2. Beritahu orang lain: apa yang mereka
harapkan.
3. Tentukan prosedur pengukuran tujuan
secara rinci dan mengukur pencapaian
tujuan itu
4. Berminat mencapai peningkatan
produktivitas
5. Melaksanakan peranan kepemimpinan
secara aktif dalam: merencanakan,
mengarahkan, membimbing dan
mengendalikan kegiatan yang berorientasi
tujuan
6. Pemimpin yang efektif harus membekali diri
dengan keterampilan: teknis, kemanusiaan,
konseptual, mengambil keputusan
39. Perilaku kepemimpinan
Berorientasi pada orang lain:
1. Perhatian besar pada terciptanya
keharmonisan dalam berorganisasi
1. Menciptakan komunikasi timbal balik
antar karyawan
2. Menciptakan suasana kerjasama dan
gugus kerja dalam organisasi.
3. Menunjukkan pengertian & rasa hormat
pada; kebutuhan, tujuan, ide dan
perasaan pada karyawan.
4. Pendelegasian kekuasaan dan tanggung
jawab, mendorong inisiatif.
40. TEORI KEPEMIMPINAN
Leader are born and not made : Teori Genetis
Leader are made not born : Teori Sosial
Bakat (Pemimpin)
Berkembang melalui
Pendidikan dan
Pengalaman
BERHASIL
SIFAT YANG
DIBUTUHKAN
Memiliki pengetahuan &
teknologi, mampu
menghub. Ilmu dan
teknologi yang dimiliki
dengan tugas,
kemandirian mantap,
teguh dalam prinsip-prinsip
kerja, kreativitas
tinggi, cermat, berani
bertindak, kepribadian
menarik, kecerdasan
tinggi
Kriteria yang harus dimiliki
(Terry – 1960)
Kekuatan, keseimbangan
emosi, pengetahuan
hubungan kemanusiaan,
motivasi pribadi, kecakapan
berkomunikasi, kecakapan
mengajar kecakapan bergaul,
kemampuan teknis
46. 4 Gaya kepemimpinan
Otoriter
(autocratic)
demokratis
(democratic)
Situasional
(situational)
kebebasan
(Laissez faire)
Memaksa keras,
mendesak kekuasaan
kepada bawahan
Memaksakan
kehendak tapi
memberikan
kesempatan untuk
mengutarakan
pendapat
Melihat kondisi
situasi: kapan
harus keras,
moderat, atau
kebebasan penuh
Memberikan
kebebasan penuh
47. Ciri-ciri kepeminpinan otokratis
Tanpa musyawarah
Tidak mau menerima saran dari
bawahan
Mementingkan diri sendiri dan
kelompok
Selalu memerintah
Memberikan tugas mendadak
Cenderung menyukai bawahan “ABS”
Memaksakan kehendak
Setiap keputusan tidak dapat
dibantah
Kekuasaan mutlak ada pada
pimpinan
Hubungan dengan bawahan kurang
harmonis
Tanpa kenal ampun atas kesalahan
bawahan
Kurang percaya pada anak buah
Kurang memberi dorongan
semangat kerja bawahan
Kurang mawas diri
Selalu tertutup
Suka mengancam
Kurang menghiraukan usulan
bawahan
Ada rasa bangga bila bawahannya
takut
Tidak suka bawahannya maju dan
berkembang
Kurang adanya rasa kekeluargaan
Senang sanjungan
48. Ciri-ciri kepemimpinan demokratis
Pendapat terfokus pada hasil
musyawarah
Tenggang rasa
Memberi kesempatan
mengembangkan karir bawahan
Selalu menerima kritik dari
bawahan
Menciptakan suasana
kekeluargaan
Mengetahui kekurangan dan
kelebihan bawahan
Komunikatif dengan bawahan
Partisipatif dengan bawahan
Tanggap terhadap situasi
Tidak mementingkan diri sendiri
Selalu mawas diri
Senang kepada bawahan yang kreatif dan
inovatif
Mau menerima usulan atau pendapat
bawahan
Lapang dada dan terbuka
Mendorong bawahan untuk mencapai hasil
baik
Tidak sombong
Menghargai pendapat bawahan
Mau membimbing bawahan
Tidak mudah putus asa
Percaya pada bawahan
Tidak ada jarak dengan bawahan
Adil dan bijaksana
Suka bermusyawarah
Mau mendelegasikan tugas kepada bawahan
selalu mendahulukan hal-hal yang lebih
penting
49. Ciri-ciri kepemimpinan situasional
Supel / luwes
Berwawasan luas
Mudah menyesuaikan dengan
lingkungan
Mampu menggerakan bawahan
Bersikap keras pada saat tertentu
Berprinsip dan konsisten terhadap
suatu masalah
Mempunyai tujuan yang jelas
Bersikap terbuka
Mau membantu memecahkan
permasalahan bawahan
Mengutamakan suatu
kekeluargaan
Ada komunikasi baik satu
arah/dua arah
Mengutakan produktifitas kerja
Bertanggungjawab terhadap
masalah yang dihadapinya
Bawahan diberi kesempatan untuk
mengutarakan pendapat
Mengutamakan kontrol
mengetahui kelebihan dan
kekurangan bawahan
mengutamakan kepentingan
bersama
Mempunyai ketegasan dalam
situasi dan kondisi tertentu
Mau menerima saran dan kritik
dari bawahan
50. Ciri-ciri kepemimpinan bebas
Pemimpin bersikap pasif
Semua target diberikan kepada
bawahan
Tidak tegas
Kurang memperhatikan
kekurangan dan kelebihan
bawahan
Percaya kepada bawahan
Pelaksanaan pekerjaan tidak
terkendali
Mudah dibohongi bawahan
Pemimpin kurang kreatif
Kurang mawas diri
Perencanaan dan tujuan
kurang jelas
Bawahan merasa sebagai orang
yang berkuasa
Kurang memberikan dorongan
pada bawahan
Rasa tanggungjawab kurang
Kurang berwibawa
Menjungjung tinggi hak asasi
Menghargai pendapat bawahan
Kurang bermusyawarah
51. TEORI DUO KONTINUM
Pemimpin
Pemimpin
membuat
keputusan dan
mengumum
kannya
Pemimpin
menjual
keputusan
Pemimpin
memberikan ide
dan mengundang
pertanyaan
Pemimpin
memberikan
keputusan
sementara yang
bisa diubah
Pimpinan
memberikan
persoalan
meminta saran-saran
dan
membuat
keputusan
Pimpinan
merumuskan
batas-batasnya
meminta pada
kelompok untuk
membuat
keputusan
Pimpinan/
mengizinkan
bawahan untuk
melakukan
fungsi dalam
batas yang telah
dirumuskan oleh
atasan
PERILAKU YANG NAMPAK
Daerah
Kebebasan untuk
Bawahan
Penggunaan
Otoritas oleh
Pemimpin
Bawahan
52. KEPEMIMPINAN NASIONAL YG EFEKTIF
Adopted from: Hersey and Blanchard’s Situational Theory
P1
Tinggi
hubungan dan
tinggi tugas
Tinggi
hubungan dan
rendah tugas
P4
Tinggi
hubungan dan
rendah tugas
P.3 P.2
Rendah
hubungan dan
rendah tugas
RENDAH PERILAKU MENDUKUNG (TINGGI)
(HUBUNGAN)
GAYA KEPEMIMPINAN
(TUGAS)
RENDAH PERILAKU MENGARAHKAN (TINGGI)
53. KEPEMIMPINAN SEORANG PENJUAL
Setiap salesman yang berhasil adalah
pemimpin yang besar dan setiap
pemimpin yang berhasil adalah salesman
yang besar (Paul Meyer)
Pemimpin = Penjual
Apa yang dijual? Yang dijual adalah Ide / gagasan
Sasaran? Maksimal terhadap pengikutnya/bawahannya
54. Aktifitas pemimpin yang berhasil & efektif
Traditional Management
(32%)
Routine Communication
(29%)
Human resources
(20%)
Networking
(19%)
55. Aktifitas pemimpin yang berhasil & efektif
Jenis aktifitas (%) Deskripsi/contoh aktifitas yang
dilakukan
Melakukan komunikasi rutin (29%) -Melakukan pertukaran informasi
-terut terlibat menangani pekerjaan
administrasi
Manajemen tradisional (32%) -Merencanakan (planning)
-Pengambil keputusan (decision
making)
-Mengendalikan (controlling)
Membangun jejaring (19%) -interaksi dengan pihak luar org.
-sosialisasi dan politicking
Management Sumberdaya manusia
(20%)
-memotivasi/penguatan
-penegakan disiplin/hukuman
-mengatasi konflik
-menempatkan (staffing)
-melatih dan mengembangkan
56. Apa saja yang dibutuhkan oleh pemimpin
Keahlian pribadi (personal skills)
Kepercayaan diri Mengatasi stres Mengatasi masalah
pribadi dgn kreatif
Mampu menentukan nilai
dan prioritas
Pengendalian emosi Menggunakan
pendekatan rasional
Mampu mengidentifikasi
sikap kognitif
Mampu mengatur waktu Menggunakan
pendekatan yg inovatif
Mampu menilai sikap utk
berubah
Mampu mendelegasikan Menghasilkan karya-karya
inovatif
57. Apa saja yang dibutuhkan oleh pemimpin
Keahlian interpersonal
komunikasi Kekuatan
mempengaruhi
Motivasi Mengatasi
konflik
coaching Memiliki kekuatan Mendiaknosa
kinerja yang
rendah
Mengidentifikasi
masalah
konseling Mampu
mempengaruhi
Menciptakan
lingkungan
motivasi
Memilih alternatif
strategi
Pendengar yang
baik
Mampu
mendorong/meng
uatkan orang lain
Memberikan
penghargaan
Menyelesaikan
konfrontasi
59. Pengantar
Setiap masyarakat manusia selama hidupnya
pasti mengalami perubahan-perubahan
Ilustrasi perubahan: orang-orang desa sudah
mengenal sistem perdagangan, alat
transportasi, media, dll.
Perubahan dlm masyarakat: nilai sosial, pola
perilaku org. , susunan lembaga kemasy.,
lapisan sosial, kekuasaan & wewenang,
interaksi sosial, dll.
Jenis masyarakat: (1)statis & (2)dinamis
60. Masyarakat statis: sedikit mengalami
perubahan dan perubahan umumnya
berjalan lambat
Masyarakat dinamis: mengalami
berbagai perubahan dan umumnya
terjadi dengan cepat
Perubahan dalam masyarakat bukan
semata-mata berarti suatu kemajuan
(progress) namun dapat pula berarti
kemunduran.
61. Social change is a real phenomenon; it can be
observed and analyzed.
Human societies evolve from simple to complex
structures in a progression of definitive stages.
Behavior of people are trying to meet their
needs. Human have basic needs and societies
constantly adapt themselves to meet these
needs.
The needs of people: (1) survival and
(2)personal growth. Common survival needs:
food, shelter, safety. Personal growth needs:
love, approval from others, self worth and
creativity.
62. Pengertian Perubahan Sosial dan
Kebudayaan
Gilin-Gilin: variasi cara hidup yang diterima
karena perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi maupun adanya inovasi atau penemuan
baru dalam masyarakat.
Selo Sumarjan: perubahan pada lembaga
kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem
sosial termasuk nilai, sikap, pola perilaku
diantara kelompok dalam masyarakat.
Ogburn: kondisi sosial primer yang
menyebabkan perubahan, misalnya kondisi
ekonomi, teknologi, geografi dan biologis
63. TEORI PERUBAHAN SOSIAL
Peradaban
Peradaban
Waktu
Waktu
Evoluasi Rektilinier
Sederhana
Evoluasi Melalui Tahap-
Tahap
64. Bentuk Perubahan Sosial
Bentuk perubahan: lambat (evolusi) dan
cepat (revolusi)
Evolusi: perubahan perlu waktu lama dgn
rentetan perubahan kecil yang saling
mengikuti dengan lambat. Manusia dan
masyarakat mengalami perkembangan
sesuai dengan tahapan tertentu, contoh:
masyarakat sederhana menjadi komplek.
Revolusi: perubahan sosial yang
berlangsung cepat dan menyangkut dasar-dasar
sendi pokok kehidupan masyarakat.
65. Syarat Terjadinya Revolusi (Soekanto,
2003)
Keinginan umum untuk mengadakan perubahan
Ada seorang/kelompok yang memimpin
Pemimpin dapat menampung aspirasi dalam
gerakan
Pemimpin mampu menunjukan tujuan masyarakat
Ada momentum yang tepat.
66. Cara mempengaruhi masyarakat
dengan sistem yang teratur dan
direncanakan terlebih dahulu
Rekayasa Sosial/Social
engineering/Social planning
67. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial
(faktor dalam masyarakat)
Bertambah atau berkurangnya
penduduk
Penemuan baru (inovasi)
Pertentangan/konflik dalam
masyarakat
Pemberontakan/revolusi dalam
masyarakat
68. Faktor yang menyebabkan perubahan
sosial (faktor luar masyarakat)
Faktor lingkungan fisik: gempa, banjir,
gunung meletus, badai, dll.
Peperangan
Pengaruh kebudayaan lain.
69. Faktor yang mendorong jalannya
proses perubahan
Kontak dengan kebudayaan lain
Sistem pendidikan formal yang maju
Sikap menghargai hasil karya seseorang dan
keinginan untuk maju
Toleransi
Sistem terbuka lapisan masyarakat
Penduduk yang heterogen
Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang
kehidupan tertentu
Orientasi ke masa depan
Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk
meperbaiki hidupnya
70. Faktor yang menghalangi
terjadinya perubahan
Kurangnya hubungan dengan
masyarakat lain
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
terlambat
Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Adanya kepentingan yang telah tertanam
dengan kuat
Rasa takut akan terjadinya kegoyahan
pada integrasi kebudayaan
71. Prasangka terhadap hal-hal baru atau
asing atau sikap yang tertutup.
Hambatan-hambatan yang bersifat
ideologis
Adat atau kebiasaan
Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya
buruk dan tidak mungkin di perbaiki
72. Proses Perubahan Sosial dan
kebudayaan
Masyarakat umumnya mengidamkan
keserasian atau harmoni (social equilibrium).
Jika terjadi ketidakserasian dapat dipulihkan
kembali setelah terjadi perubahan, kedaan
tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment).
Penyesuaian dalam masyarakat mencakup 2
hal:
Penyesuaian dari lembaga kemasyarakatan
penyesuaian dari individu dan ada dalam
masyarakat.
73. Disorganisasi dan reintegrasi
Organsiasi: artikulasi dari bagian-bagian yang
merupakan kesatuan fungsional.
Disorganisasi: suatu keadaan dimana tidak ada
keserasian pada bagian-bagian dari suatu
kebulatan.
Disorganisasi/disintegrasi: suatu proses
berpudarnya norma/nilai dalam masyarakat karena
perubahan yang terjadi pada lembaga
kemasyarakatan.
Reorganisasi/reintegrasi: proses pembentukan
norma/nilai baru agar serasi dengan lembaga
kemasayarakat yang telah mengalami perubahan
74. Tahap reorganisasi dilaksanakan apabila
norma/nilai yang baru telah melembaga
(instituonalized) dalam diri warga masyarakat.
Proses reoganisasi umumnya terjadi secara lambat
karena lebih dahulu harus menyesuaikan diri
dengan masyarakat.
Kemungkinan akan terjadi suatu keadaan dimana
norma lama sudah hilang karena disorganisasi tadi,
sedang norma baru belum terbentuk. Hal ini yeng
memunculkan keadaan krisis dalam masyarakat.
75. Ketidakserasian Perubahan dan Cultural
Lag
Umumnya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih
mudah berubah dari pada unsur kebudayaan
rohaniah.
Pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama
cepatnya dalam keseluruhannya (meterial dan non-material).
Ketertinggalan budaya yang mencolok antara lain
tertinggalnya alam pikiran dengan perkembangan
teknologi yang sangat pesat.
Alam pikran modern ditandai dengan sifat yang
terbuka terhadap pengalaman baru serta terbuka
pula bagi perubahan dan pembaharuan.
76. Alam pikiran modern dicirikan dengan berpikir
secara luas.
Unsur pendidikan berperan dalam mebentuk alam
pikiran modern; semakin terdidik seseorang
semakin terbuka dan semakin luas daya pikirnya.
Ada kesadaran bahwa ada pendapat-pendapat lain
dan sikap-sikap lain yang mengelilinginya.
Dengan alam pikiran modern, manusia dapat
belajar untuk memanfaatkan dan menguasai alam
sekelilingnya daripada sekedar sikap pasrah dan
pasif terhadap alam sekelilingnya.
78. Situasi Problematis Birokrasi di Indonesia
Struktur, norma, nilai dan regulasi yang ada
masih berorientasi pada kepentingan
penguasa/birokrat (power culture)
Masih belum terbentuk budaya Birokrasi
(service delivery culture)
Masih tingginya ketidakpastian dalam
Birokrasi (cost of uncertainty)
Budaya patron-client dan budaya afiliasi yang
mengarah kepada moral hazard
Rendahnya kompetensi para birokrat
80. Faktor Budaya
Budaya dan perilaku koruptif yang sudah terlembaga
(“uang administrasi” atau uang “pelicin”)
Budaya “sungkan dan tidak enak” dari sisi
masyarakat
Masyarakat harus menanggung biaya ganda karena
zero sum game
Internalisasi budaya dalam mekanisme informal
yang profesional
81. Faktor Individu
Perilaku individu sangat bersifat unik dan
tergantung pada mentalitas dan moralitas
Perilaku individu juga terkait dengan
kesempatan yang dimiliki seseorang yang
memiliki jabatan dan otoritas
Perilaku opportunistik hidup subur dalam
sebuah sistem yang korup
Individu yang jujur seringkali dianggap
menyimpang dan tidak mendapat tempat
82. Faktor Organisasi dan Manajemen (1)
Meliputi struktur, proses, leadership, kepegawaian dan
hubungan antara pemerintah dan masyarakat
Struktur birokrasi masih bersifat hirarkis sentralistis dan
tidak terdesentralisasi
Proses Birokrasi seringkali belum memiliki dan tidak
melaksanakan prinsip-prinsip efisiensi, transparansi,
efektivitas dan keadilan
Birokrasi juga sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan
yang kredibel
83. Faktor Organisasi dan Manajemen (2)
Dalam aspek kepegawaian, Birokrasi dipengaruhi
oleh rendahnya gaji, proses rekrutmen yang belum
memadai, dan kompetensi yang rendah.
Hubungan masyarakat dan pemerintah dalam
Birokrasi belum setara; pengaduan dan partisipasi
masyarakat masih belum memiliki tempat (citizen
charter)
84. Faktor Politik
Ketidaksetaraan sistem birokrasi dengan
sistem politik dan sistem hukum
Birokrasi menjadi “Geld Automaten” bagi
partai politik
Kooptasi pengangkatan jabatan birokrasi
oleh partai politik
85. Strategi reformasi Birokrasi (1)
Pada level kebijakan, harus diciptakan berbagai
kebijakan yang mendorong Birokrasi yang berorientasi
pada pemenuhan hak-hak sipil warga (kepastian
hukum, batas waktu, prosedur, partisipasi,
pengaduan, gugatan)
Pada level organisational, dilakukan melalui
perbaikan proses rekrutmen berbasis kompetensi,
pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap
kepentingan masyarakat, penciptaan Standar Kinerja
Individu, Standar Kinerja Tim dan Standar Kinerja
Instansi Pemerintah
86. Strategi reformasi Birokrasi (2)
Pada level operasional, dilakukan perbaikan melalui
peningkatan service quality meliputi dimensi
tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan
emphaty.
Instansi Pemerintah secara periodik melakukan
pengukuran kepuasan pelanggan dan melakukan
perbaikan
88. Kelembagaan Administrasi Negara
Jumlah dan struktur lembaga administrasi negara di
tingkat pusat masih sangat gemuk setelah desentralisasi
1999
Jumlah dan struktur organisasi perangkat daerah
membengkak seiring dengan otonomi daerah
berdasarkan PP 84 tahun 2000
Pembentukan lembaga ekstra struktural
(Badan/Komisi) semakin banyak dan bervariasi
Kontrol atas pembentukan lembaga struktural dan
ekstra struktural sangat lemah dan tidak memiliki
orientasi
Secara internal terjadi proliferasi struktur kelembagaan
dalam Kementerian, LPND, dan lembaga ekstra
struktural
Masih terjadinya tumpang tindih fungsi antar lembaga-lembaga
administrasi negara
89. Sumber Daya Aparatur
Undang-Undang 43 tahun 1999 tentang Kepegawaian Negara
belum operasional
Proses rekrutment masih dilakukan secara serampangan
tidak berdasarkan kompetensi dan kebutuhan
Promosi dan pengisian jabatan tidak didasarkan pada
kompetensi dan kinerja
Pengukuran Kinerja Individu masih berdasarkan PP 30/1980
Kompensasi/remunerasi masih tidak berdasarkan kinerja,
kompetensi dan beban kerja
Jenjang dan Pola Karir Pegawai masih tidak jelas
Proses pendidikan dan pelatihan lebih berorientasi struktural
daripada kompetensi fungsional
Bervariasinya besaran remunerasi antar berbagai lembaga
administrasi negara (lembaga struktural dan non-struktural)
90. Ketatalaksanaan
Proses pembuatan keputusan administrasi
pemerintahan dirasakan masih sangat
berorientasi kekuasaan daripada pelayanan
Masih panjang dan berbelit-belitnya proses
pelayanan kepada masyarakat
Tidak standarnya berbagai nomenklatur dalam
proses pemerintahan dan pelayanan
Masih belum optimalnya penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pelayanan
92. Aspek Kelembagaan
Ditetapkannya UU 39 tahun 2008 tentang
Kementerian Negara
Direvisinya PP 8/2003 dengan PP 41/2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah
93. Aspek Sumber Daya Aparatur
Disusunnya RUU tentang Manajemen Sumber
Daya Aparatur Negara
Disusunnya berbagai Peraturan Pemerintah
yang diamanatkan dalam UU 43 tahun 1999
95. Aspek Ketatalaksanaan
Disusunnya RUU Administrasi Pemerintahan
Disusunnya RUU Etika Penyelenggara Negara
Disusunnya RUU Hubungan Kewenangan Pusat
dan Daerah
Disusunnya Peraturan Pemerintah tentang
Pedoman Tata Laksana Perizinan
Disusunya Ketentuan Mengenai Tata Naskah
Dinas
96. Evaluasi atas Strategi
Secara umum dapat dikatakan bahwa reformasi yang terjadi hanya
bersifat perubahan yang parsial dan tidak terintegrasi antar berbagai
aspek (kelembagaan, SDM dan tatalaksana)
Ketiadaan grand design reformasi administrasi
Kesenjangan kompetensi dari pelaku untuk melakukan perubahan
atas strategi dan substansi perubahan
Ketiadaan agenda setting dan prioritas (tahapan) yang saling terkait
dari dimensi waktu
Komitmen setengah hati dari Presiden, Menteri dan pelaku untuk
melakukan reformasi administrasi
Reformasi Administrasi masih belum menjadi agenda dan gerakan
nasional
Sejumlah pelaku bahkan menunjukkan kerusakan moral, kurangnya
kesadaran, esensi dan pengetahuan terhadap reformasi birokrasi
Motor yang diharapkan mendorong reformasi tidak melakukan
reformasi dari rumahnya sendiri
Terjadinya reformasi parsial di beberapa kementerian dan lembaga
(Depkeu, KPK, MA, Kejaksaan dll)
97. Evaluasi Bidang Kelembagaan
UU Kementerian Negara pada dasarnya hanya mengatur
mengenai eksistensi (pembentukan, penggabungan dan
pembubaran), serta struktur internal
Esensi mengenai efisiensi dan rasionalisasi
organisasi/kelembagaan administrasi negara belum terbentuk
Belum adanya kebijakan tentang bagaimana keberadaan organ
ektsra struktural
Prinsip “structure follows function” masih belum menjadi dasar
pembentukan organisasi
Pembentukan organisasi baru di Internal
kementerian/Badan/Komisi juga UPT Pusat di Daerah tidak
dasarkan pada analisi fungsi dan desain kebijakan pemerintahan
Lemahnya peran dan fungsi Kempan dalam melakukan kontrol
atas pembentukan dan pembubaran organisasi/struktur baik di
pusat maupun di daerah
98. Evaluasi SDM Aparatur
Berbagai peraturan perundang-undangan yang
diamanatkan oleh UU 43/1999 belum terbentuk
Seluruh Manajemen SDM Aparatur pada dasarnya
tidak mengalami perubahan dan masih belum
berdasarkan sistem merit birokrasi (Tidak terjadi
Reformasi Kepegawaian)
RUU Manajemen SDM Aparatur Negara (sebagai
revisi UU 43/1999 dan perluasan pengaturannya)
masih belum mendapatkan tempat yang baik dalam
komitmen reformasi birokrasi
Sejumlah kebijakan seperti rekrutmen tenaga honor
bahkan kontraproduktif dengan esensi reformasi
Komisi Kepegawaian Negara belum dibentuk
Di daerah pengisian jabatan/promosi sangat
didominasi oleh intervensi politik
99. Evaluasi Ketatalaksanaan
RUU Administrasi Pemerintahan yang diharapkan
memperbaiki proses pembuatan keputusan masih
belum dikirim ke DPR
RUU Etika Negara yang sudah disetujui untuk dikirim
ke DPR kecil kemungkinan memiliki dampak bagi
perubahan sikap, etika dan perilaku penyelenggara
negara
RPP Perizinan yang sedang dibahas diharapkan dapat
memperbaiki proses perizinan
RPP Tata Hubungan Kewenangan diharapkan mampu
memperbaiki bekerjanya fungsi-fungsi pemerintahan
antara pusat dan daerah
Berbagai perbaikan dalam proses pelayanan, terutama
Aplikasi OSS di daerah, sejatinya bukan merupakan
hasil dari desain kebijakan di Kempan
100. Evaluasi Lainnya
Dalam bidang pelayanan publik, telah dibahas
di DPR RUU Pelayanan Publik
Dalam bidang Akuntabilitas sedang disusun
RUU Akuntabilitas Kinerja Penyelenggara
Negara
Dalam bidang pengawasan sedang disusun RUU
Sistem Pengawasan Nasional
101. Kesimpulan Akhir Evaluasi
Berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Kempan
masih sangat parsial dan belum memiliki Strategi
Reformasi Administrasi yang komprehensif
Persoalan mendasar dalam reformasi adalah
kesenjangan kompetensi dan pengetahuan, kurangnya
kesadaran akan arti pentingnya reformasi dan bahkan
paradigma/budaya proyek dalam reformasi
Komitmen untuk melakukan reformasi administrasi
masih terbatas dalam wacana dan belum menjadi
“gerakan nasional”
Secara umum belum terjadi perubahan paradigma
dan budaya dalam birokrasi negara sejak tahun 2004