Budidaya ikan lele merupakan usaha yang menjanjikan dengan modal awal dan biaya operasional relatif rendah namun mampu memberikan keuntungan bersih hingga ratusan juta rupiah per tahun melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi.
1. PROPOSAL BISNIS
BUDIDAYA
PENGEMBANGAN
IKAN LELE
Oleh:
Tarsisius Lukman (46109120006)
Nina Aisyah (46109110097)
Emy Puspitasari (46109110092)
Nidaul Hasanah (46109110013)
2. 1. Latar Belakang
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele
berkembang pesat karena:
1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas
2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai
3) pemasarannya relatif mudah
4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah
Budidaya Lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1m -
800m dpl. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik,
artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air,
budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian di atas
>800m dpl.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan
di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak
plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan atau pun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur
dalam), atau pun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu.
3. Parameter kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang
adalah sebagai berikut:
• Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22 0-320C.
Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan
napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
• pH air yang ideal berkisar antara 6-9. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1
mg/l.
• Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak
tembok atau kolam tanah. Dalam Budidaya ikan lele di kolam yang perlu
diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan
pengeluaran air.
4. 2. Struktur Manajemen
Budidya Lele “Mantap Tenan” didirikan dan dimiliki oleh 4 orang dengan
struktur sbb:
Tarsisius Lukman
Sebagai
General Manager
Nidaul Hasanah Emy Puspitasari Nina Aisyah
Sebagai Sebagai Sebagai
Resource Development
Manager
Financial Manager HRD Manager
• Tarsisius Lukman sebagai General Manager yang telah punya banyak
pengalaman dalam berbisnis yang bertanggung jawab pada controlling
manager serta pengembagan usaha.
• Emy Puspitasari Sebagai Manager Keuangan yang memiliki kemampuan
ekonomi dan akuntansi berbasis syariah yang cukup memadai.
• Nina Aisyah sebagai Manager Administrasi & HRD yang bertanggung
jawab pada kepegawaian, keamanan kolam dan rencana pengembangan
usaha.
• Nidaul Hasanah sebagai Manager Resource Development yang
bertanggungjawab pada pembesaran lele yang meliputi pembelian benih lele,
5. proses pembesaran lele, antisipasi & penanggulangan penyakit serta link
penjualan ketika lele sudah besar.
Kami berempat sudah komitmen untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis
ini dengan sungguh-sungguh, setiap dari kami memiliki keunggulan masing-
masing di bidangnya sehingga menjadikan kami tim yang saling melengkapi, solid,
amanah dan bertanggung jawab.
6. 3. Visi dan Misi
3.1 Visi
Menjadi satu-satunya perusahaan yang bergerak di bidang
peternakan lele yang berkualitas, adil dan profitable.
3.2 Misi
a. Menjadi salah satu perusahaan yang menyuplai kebutuhan lele di
daerah Jakarta dan sekitarnya
b. Membudidayakan lele yang berkualitas tinggi, sehat dan murah
c. Menjadi unit UKM yang mampu mensejahterakan masyarakat
7. 4. Faktor Kunci Sukses
Kunci keberhasilan bagi Budidaya Lele ”Mantap Tenan” adalah :
• Budidaya menggunakan bibit lele sangkuriang yang merupakan bibit
unggul di daerah Jakarta
• Keadaan kolam yang strategis yaitu di tengah perkampungan dan
cukup luas sehingga mampu menampung banyak lele.
• Manajemen keuangan dan sumber daya manusia yang profesional
• Disiplin dan bertanggungjawab dalam melaksanakan setiap
pekerjaan yang ditanggung
8. 5. Gambaran Umum Usaha
Kami adalah perusahaan yang bergerak dalam budidaya lele. Kami
memiliki sumberdaya-sumberdaya manusia yang handal dan memiliki
kapabilitas di dalamnya. Dari mulai menejerial, pengembangan, dan
teknis lapangan.
Untuk tenaga ahli kami memiliki orang yang sudah sangat
berpengalaman baik secara teori maupun praktek dilapangan yang
kami peroleh sebagai keterampilan yang diwariskan oleh keluarga
kami yang sudah mengelola usaha ini turun temurun sehingga sudah
tidak diragukan lagi kemampuan dan pengalaman kami dalam
budidaya dan pemanfaatan lele ke depan.
9. 6. Analisis Pesaing
6.1 Pesaing
Banyaknya petani yang membudidayakan lele di daerah sekitar
Jakarta tetapi tidak membuat kami pesimis karena faktanya lele yang
dikonsumsi sehari-hari masih disuplay dari Jakarta sehingga suplay
dari Jakarta sendiri masih kurang.
6.2 Resiko atau Hambatan
Resiko yang dipertimbangkan dalam memulai dan
mengembangkan usaha ini adalah :
• Hama penyakit yang ada ketika budidaya berlangsung.
• Tingkat mortalitas yang tinggi.
Kedua resiko ini dapat diminimalisir dengan cara perawatan yang
baik dan benar oleh ahlinya.
10. 7. Analisis SWAT
• Kelebihan
1. Masih tingginya permintaan pasar terhadap lele terlihat dari
mahalnya harga lele di pasar.
2. Suplay lele yang berasal dari luar Jakarta terutama lele dari luar
kota
3. Semakin banyaknya peminat ikan lele dilihat dari berkembangnya
warung pecel lele
• Kekurangan
1. Jauhnya jarak antara tengkulak dengan tambak menambah biaya
transportasi.
2. Angka penyusutan penjualan yang dikarenakan jauhnya jarak ke
tengkulak sehingga banyaknya lele yang mati membuat
pengurangan nilai produksi.
• Ruang kesempatan yang tersedia
1. Banyaknya penjual lele di pasar menjadi nilai tambah karena
berarti lele masih mudah dalam pemasaran.
2. Belum banyaknya pengembangan hasil produk pakan berbahan
dasar lele menjadi wilayah olah sendiri.
11. • Hambatan dan penanggulangannya
1. Banjir menjadi ancaman besar terhadap segala jenis tambak tidak
terkecuali lele. Untuk itu sudah jelas kami mencari lahan yang
aman dari banjir.
2. Hama seperti luak dan ular menjadi penting untuk dikhawatirkan
karena dapat menurunkan jumlah produksi. Untuk itu kami
menanggulanginya dari membuat pagar hingga mengadakan
jebakan guna mengurangi jumlah kerugian yang dihasilkan
karena kemungkinan terserang oleh hama ini.
3. Penyakit juga biasa meyerang perikanan. Untuk itu kami
menganggap penting untuk menganalisis kualitas air dan
kemungkinan tumbuhnya penyakit dikarenakan adanya bibit
penyakit, juga persiapan lahan yang matang menjadi salah satu
faktor pendekatan terhadap penyerangan penyakit ini. Kami juga
mengadakan pemeriksaan rutin terhadap lele dikarenakan
kemungkinan terserang wabah juga besar sehingga penting untuk
segera ditanggulangi
• Analisis pengembangan
1. Karena permintaan pasar masih sangat tinggi terhadap lele, untuk
pengembangan lahan dalam jumlah besar pun masih dirasa
memungkinkan. Dengan diciptakannya frenchise peternakan lele
yang nantinya kita hanya bermodalkan bibit yang kita produksi
12. sendiri sehingga kita dapat menjual hasil bibit, peralatan dan
pangan terhadap orang yang mengikuti frenchise kita.
2. Menciptakan pasar sendiri juga dinilai penting guna melewati
batas equlibrium penjualan dengan cara mengolah hasil
pembudidayaan. Jadi produk olahan yang dapat dikonsumsi
secara instan yang tenaga ahlinya diambil dari Institute Pertanian
seperti tim ahli pembudidayaan yang juga kami ambil dari
perguruan tinggi tersebut.
3. Menciptakan momentum dan prestis dari produk lele, juga menjadi
trik marketing kami. Dengan trik ini tertancap pada benak
konsumen bahwa lele merupakan makanan yang bernilai tinggi.
13. 8. Analisis Keuangan
8.1 Modal
Ada dua jenis pengeluaran dalam bisnis lele, biaya awal dan biaya
operasional. Perincian biaya awal dan biaya operasional antara lain
sebagai berikut:
- Biaya Awal
Biaya awal adalah biaya yang hanya dikeluarkan satu kali,
perinciannya sebahai berikut:
No Nama quantity satuan harga satuan Total
1 Sewa 1 tahun Rp 2,500,000.00 Rp 2,500,000.00
2 Peralatan 1 set Rp 100,000.00 Rp 100,000.00
3 lele Indukan 2 set Rp 700,000.00 Rp 1,400,000.00
4 Laboratorium 6 sample Rp 15,000.00 Rp 90,000.00
5 Pagar, paralon dan Jembatan 1 set Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00
Jumlah Rp 6,090,000.00
- Biaya Operasional
Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya operasional awal
dan biaya operasional berjalan. Pada masa pembesaran
membutuhkan biaya operasional awal dan biaya operasional
berjalan, sedangkan pada masa peternakan hanya biaya
operasional berjalan.
No Nama quantity satuan harga satuan Total
Biaya operasi awal
1 lele pembesaran 72000 ekor Rp 250.00 Rp 18,000,000.00
Biaya operasi berjalan
1 upah pekerja 2 bulan Rp 600,000.00 Rp 1,200,000.00
14. 2 kapur 2 sak Rp 4,000.00 Rp 8,000.00
3 garam 25 kg Rp 1,000.00 Rp 25,000.00
4 pupuk 64 kg Rp 10,000.00 Rp 640,000.00
5 pelet 188 sak Rp 200,000.00 Rp 37,600,000.00
Jumlah Rp 57,473,000.00
Sehingga modal yang dibutukan meliputi:
Biaya Awal + Biaya Operasional = Modal
Rp 6,090,000.00 + Rp 57,473,000.00 = Rp 63,563,000.00
8.2 Keuntungan
Dari investasi awal tersebut maka dapat dihitung cash flow (dengan
asumsi bahwa minimal lele panen 5 kali dalam setahun dan jumlah
tingkat kehidupan hanya 70% yang nantinya dapat kami tekan hingga
dibawah 8% karena kami memiliki sumber daya yang mendukung)
Bibit Tingkat kehidupan Jumlah 7 lele per kg Harga/Kg Total
72000 70% 0,142857142857 Rp 11.000,- Rp 79,200,000.00
Maka Keuntungan bersih yang didapat pada panen pertama adalah
= Keuntungan – modal awal
= Rp 79,200,000.00 - Rp 63,563,000.00
= Rp 15,637,000.00
Jadi terlihat pada panen pertama saja kita sudah dapat balik modal
dan bahkan sudah memiliki keuntungan sebesar = Rp 15,637,000.00
Pada panen kedua dan ketiga keuntungan bersih yang didapat persekali
panen adalah
= Keuntungan – Biaya operasional total
15. = Rp 79,200,000.00 – Rp 57,473,000.00
= Rp 21,727,000.00
Keuntungan bersih yang didapat pada periode panen kedua dan
ketiga adalah sama yakni sebesar = Rp 21,727,000.00/panen.
Pada panen keempat dan kelima keuntungan bersih yang didapat
persekali panen adalah
= Keuntungan – Biaya operasional total
= Rp 79,200,000.00 – Rp 39,473,000.00
= Rp 39,727,000.00
Keuntungan bersih yang didapat pada periode panen keempat dan
kelima adalah sama yakni sebesar = Rp 39,727,000.00/panen.
Sehingga keuntungan bersih pertahun adalah akumulasi keuntungan
bersih pada:
= Panen Pertama + Panen Kedua + Panen Ketiga + Panen Keempat
+ Panen Kelima
= Rp 15,637,000.00 + Rp 21,727,000.00 + Rp 21,727,000.00 + Rp
39,727,000.00 + Rp 39,727,000.00
= Rp 138,545,000.00
Keuntungan ini merupakan perhitungan minimal karena kita menghitung
tingkat Mortalitas (kematian) sebesar 30 %, pada kenyataannya mortalitas
dapat diminimalisir sampai 8 %.
16. 9. Profit Sharing
Pembagian hasil antara pengelola dengan investor adalah 60 : 40
Jika investor hanya sebagian maka perhitungan profit sharingnya
adalah :
Contoh:
Jadi, Investor mendapatkan keuntungan setiap = Rp 1,000,000.00 sebesar
= Rp 784,673.47 setiap tahunnya sehingga dana yang dikembalikan
kepada investor jika investor tidak mau memperpanjang kontraknya
sebesar = Rp 1,748,600.00.