Jurnal sesar tugas mhs. unswagati

A
Ali RamadhanMahasiswa en Universitas Gunadarma

diperuntukan mahasiswa unswagati dan untuk mempermudah.

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970
33
Identifikasi Sesar Bawah Permukaan Dengan Menggunakan Metoda
Geolistrik Konfigurasi Wenner Di Sekitar Das Jene’berang, Kecamatan
Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
Syamsuddin1), Lantu1), Muh. Altin Massinai1) , Syaeful Akbar1)
1)Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UNHAS Makassar
Kampus UNHAS Tamalanrea Jl. Perintis Kemerdekaan km.10 Makassar
Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi adanya sesar dan jenis batuan di sekitar
daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis dengan
Konfigurasi elektroda Wenner, sebanyak 2 lintasan dengan masing – masing panjang lintasan
150 meter. Hasil penyelidikan menunjukkan adanya struktur sesar minor yang telah tertimbun
oleh produk-produk muda hasil longsoran gunung Bawakareng. Sesar minor tersebut dicirikan
oleh adanya rekahan dan kekar-kekar di sekitar DAS Jeneberang dan penyebaran batuan ubahan
di sekitar lokasi penelitian.
Kata Kunci : Geolistrik, Konfigurasi Wenner, Kekar, Sesar.
1. Pendahuluan
Pulau Sulawesi terletak pada
pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia,
Pasifik, dan Indo-Australia serta sejumlah
lempeng lebih kecil yang menyebabkan
kondisi tektoniknya sangat kompleks.
Bentuk pulau ini yang menyerupai huruf K
setidaknya memberikan gambaran bahwa
pulau ini mempunyai karakteristik berbeda
terkhusus kondisi geologinya. Pada level
lempeng mikro yang lebih detail dapat
dilihat adanya tumbukan antara blok Sunda
bagian tenggara dengan blok Sula yang
membentuk pulau Sulawesi sekarang ini.
Tumbukan ini menyebabkan jazirah selatan
Sulawesi mengalami ketidakstabilan
tektonik. Akibat tumbukan diantaranya
adalah terbentuknya Sesar Palu Koro pada
batas barat daya, Sesar Matano pada batas
selatan, sesar Walanae di jazirah selatan,
serta pemekaran dasar laut di Selat
Makassar dan Teluk Bone, seperti yang
terlihat pada Gambar I.1. Aktivitas tektonik
regional ini menyebabkan terjadinya
berbagai bencana alam seperti fenomena
gempa bumi, erupsi vulkanik, tsunami, dan
longsoran tanah yang merupakan fenomena
destruktif bagi kehidupan manusia [6].
Kecamatan Parangloe, kabupaten
Gowa adalah salah satu kecamatan yang di
aliri oleh DAS jeneberang, dimana pada
daerah ini, berada di bagian hulu DAS
Jeneberang. Bagian Hulu dari sungai
Jeneberang berada di antara Gunung
Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang.
Gerakan tanah di hulu Sungai Jeneberang ini
banyak dipengaruhi oleh faktor Struktur
Geologi dan Lithologi. Faktor-faktor
tersebut telah mengakibatkan morfologi
DAS Jeneberang tidak stabil [6].
Salah satu metoda geofisika yang
cukup baik untuk memetakan kondisi
bawah permukaan guna mengetahui
struktur perlapisan dan sesarnya adalah
metoda geolistrik tahanan jenis. Hal ini
dimungkinkan karena lapisan tanah dan
batuan dapat mengalirkan arus listrik
sehingga dapat dianalisis berdasarkan sifat
kelistrikannya.
Gambar 1. Struktur Geologi Regional Pulau
Sulawesi Selatan [8].
POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970
34
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Sesar / Patahan
Sesar (fault) adalah suatu rekahan pada
batuan yang mengalami pergeseran
sehingga terjadi perpindahan antara bagian
– bagian yang berhadapan dengan arah
yang sejajar dengan bidang patahan (Asikin,
1979). Menurut Simpson, sesar adalah
rekahan pada masa batuan yang telah
memperlihatkan gejala pergeseran pada
kedua belah sisi bidang rekahan. Dari kedua
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa sesar adalah rekahan pada batuan
yang memperlihatkan gejala pergeseran [7].
Secara umum, sesar diklasifikasikan
berdasarkan atas dip bidang sesar dan arah
gerak relatifnya yaitu :
1. Sesar Normal (Normal Fault)
2. Sesar Mendatar ( Transform Fault)
3. Sesar Naik ( Reserve Fault)
2.2 Tinjaun Geologi Daerah Penelitian
Pada peta Geologi Daerah Aliran Sungai
Jeneberang dapat ditemukan bahwa di
bagian barat atau bagian hilir terdapat
deposit dari aluvial. Deposit aluvial ini
merupakan jenis batuan yang dominan
berada pada hilir Daerah Aliran Sungai
Jeneberang. Jika dianalisis dengan peta
penggunaan tanah, terlihat bahwa pertanian
padi berada pada bagian geologi deposit
alluvial.
Bagian hulu dari Daerah Aliran Sungai
Jeneberang ini didominasi oleh geologi jenis
latosol yang berasal dari era tersier. Dimana
keberadaan jenis geologi ini berkorelasi
dengan munculnya penggunaan tanah
pertanian jika dianalisis berdasarkan peta
pengunaan tanah.
Bagian timur Daerah Aliran Sungai
Jeneberang merupakan batuan vulkanik
yang berasal dari zaman holosen. Dimana
penggunaan lahan pada daerah tengah ini
merupakan hutan yang berfungsi sebagai
penahan longsor untuk wilayah-wilayah di
bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai
Jeneberang ini [2].
Gambar 2.1 Peta Geologi DAS Jeneberang [2].
2.3 Pendugaan dengan Metode
Geolistrik
Pada bagian batuan, atom-atom terikat
secara ionik atau kovalen. Karena adanya
ikatan ini maka batuan mempunyai sifat
menghantarkan arus listrik. Aliran arus
listrik dalam batuan/mineral dapat
digolongkan menjadi tiga macam yaitu :
1. Konduksi Elektronik. Konduksi ini
adalah tipe normal dari aliran arus
listrik dalam batuan/mineral. Hal ini
terjadi jika batuan atau mineral
tersebut mempunyai banyak elektron
bebas, akibatnya arus mudah mengalir
pada batuan ini. Sebagai contoh,
batuan yang banyak menagndung
logam.
2. Konduksi Elektrolitik. Konduksi jenis
ini banyak terjadi pada batuan atau
mineral yang bersifat porus dan pori-
porinya tersebut terisi oleh larutan
elektrolit. Dalam hal ini arus listrik
mengalir akibat dibawa oleh ion-ion
larutan elektrolit. Konduksi dengan
cara ini lebih lambat daripada
konduksi elektronik.
3. Konduksi Dielektrik. Konduksi ini
terjadi pada batuan yang lebih bersifat
dielektrik, artinya batuan tersebut
mempunyai elektron bebas sedikit
atau bahkan tidak ada sama sekali.
Tetapi karena adanya pengaruh medan
listrik dari luar, maka elektron-
elektron dalam atom batuan dipaksa
berpindah dan berkumpul terpisah
dari intinya sehingga terjadi polarisasi.
Peristiwa ini sangat bergantung pada
konstanta dielektrik batuan yang
bersangkutan.
Konduktivitas batuan berpori
bervariasi tergantung pada volume,
susunan pori dan kandungan air di
dalamnya. Padahal konduktivitas air itu
sendiri bervariasi yaitu tergantung pada
banyaknya ion yang terdapat di dalamnya
[4].
POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970
35
2.4 Potensial di Sekitar Titik Arus di
Permukaan Bumi
Gambar 2.2 Potensial di sekitar titik arus di
permukaan bumi
Apabila arus listrik (I) diinjeksikan ke
dalam bumi yang homogen isotropik
melalui sebuah elektroda dipermukaan
pada suatu titik P, maka arus tersebut akan
mengalir ke segala arah dengan nilai sama
besar dan potensial di suatu yang berjarak r
dari titik P dapat ditentukan. Persamaan
Laplace yang berhubungan dengan kondisi
ini dituliskan dalam koordinat bola seperti :
0
2
2
2
sin
2
1
θ
V
sin
2
sin
2
12
2
1




























V
rrr
V
r
rr
------ ...............................................................(2.1)
Karena pengukuran hanya ada arus tunggal,
maka arus mengalir kesegala arah dari titik
sumber sehingga persamaan (2.1) menjadi :
0
1 2
2











r
V
r
rr
----------------- (2.2)
Dengan anggapan bumi homogen isotropis,
maka bumi mempunyai simetri bola,
sehingga potensial V merupakan fungsi dari
r saja, yaitu :
V = V (r) ----------------------------------- (2.3)
Sehingga solusi umum persamaan Laplace
adalah :
2
1
)( C
r
C
rV  ( C1, C2 = konstanta) (2.4)
Jika syarat batas potensial yaitu pada jarak
yang jauh dari titik sumber (r = ) potensial
(V) berharga nol, sehingga C2 = 0 maka
persamaan (2.4) menjadi :
r
C
V 1
 ---------------------------------- (2.5)
Besarnya rapat arus (J) pada jarak (r) dapat
dituliskan sebagai beriku
2
111
r
C
dr
Vd
J




------------------ (2.6)
Dan besarnya arus yang menembus
permukaan setengah bola yang berjarak (r)
adalah :
1
2 2
2 CJrI


 

----------------- (2.7)
Besarnya arus pada persamaan (2.7) akan
sama besarnya dengan arus yang
dimasukkan melalui titik P sehingga
diperoleh :
1
2
CI


 atau


2
1
I
C  ------------(2.8)
Jika persamaan (2.8) disubtitusikan ke
persamaan (2.4) akan diperoleh :
r
I
rV


2
)(  atau
I
V
r 2 ------ (2.9)
2.5 Perhitungan Nilai Resistivitas
Dalam melakukan eksplorasi tahanan
jenis (resistivitas) diperlukan pengetahuan
mengenai perbandingan posisi titik
pengamatan terhadap sumber arus.
Perbedaan letak titik tersebut akan
mempengaruhi besar medan listrik yang
akan diukur. Metode yang biasa digunakan
pada pengukuran resistivitas secara umum
yaitu dengan menginjeksikan arus listrik ke
dalam bumi dengan menggunakan dua
elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran
beda potensial dengan menggunakan dua
elektroda potensial (P1 dan P2) seperti pada
Gambar 2.3.
rr
rr
CPC P
I
V
Gambar 2.3 Bentuk susunan elektroda pada
survai geolistrik tahanan jenis
POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970
36
Besaran koreksi terhadap perbedaan
letak titik pengamatan dinamakan faktor
geometri. Faktor geometri dari beda
potensial yang terjadi antara elektroda
potensial P1, P2 yang diakibatkan oleh
injeksi arus pada elektroda arus C1, C2
adalah :
V = VP1 – VP2







4321
1111
2 rrrr
I


I
V
rrrr









4321
1111
2
 ---- (2.10)
Dari besarnya arus dan beda potensial yang
terukur maka nilai resistivitas dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
a = K (ΔV/I)---------------------------- (2.11)








4321
1111
2
rrrr
K

-------- (2.12)
dimana K adalah faktor geometri yang
tergantung oleh penempatan elektroda di
permukaan.
2.6 Konfigurasi Wenner
Konfigurasi wenner dapat digunakan
untuk resistivity mapping maupun
resistivity sounding. Perbedaannya dengan
konfigurasi lain yaitu, jarak antara elektroda
adalah sama, seperti terlihat dalam gambar
di bawah ini . dalam konfigurasi ini
diketahui bahwa C1P1 = P1P2 = C2P2 = a,
sehingga harga faktor geometri dan
resistivitas semunya menjadi :
Berdasarkan persamaan (II.10) maka
diperoleh
I
V
rrrr









4321
1111
2
 (2.13)
I
V
aaaa









1
2
1
2
11
2

a 2 ----------------------------- (2.14)
maka nilai resistivitas untuk metode
Wenner dapat dihitung dengan faktor
geometri k
k = 2πa ------------------------------------- (2.15)
Berdasarakan persamaan 2.2, maka pada
konfigurasi Wenner berlaku hubungan:
I
V
k

 --------------------------- (2.16)
3. Metodologi Penelitian
Daerah yang menjadi objek penelitian
yaitu daerah meander di sekitar hulu sungai
DAS Jeneberang. Secara admininstrasi
meliputi kecamatan Parangloe, kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Akuisisi Data Lapangan
4.1.1 Lintasan 1
Akuisisi data resistivitas bumi pada
survei lintasan 1 ini dilakukan dengan
mengambil lintasan sepanjang 150 meter.
Titik awal (titik 0 meter) berada pada
koordinat 119°38’45,1” BT dan 05°15’35,3”
LS yang membentang pada arah 92° NE
pada daerah Meander, khususnya di daerah
pematang sawah. Jarak antar elektroda
terkecil adalah 5 meter. Dari hasil
pengukuran diperoleh harga resistivitasnya
berkisar antara 5 - 2271 Ωm. Pengolahan
data dengan menggunakan Res2DInv untuk
lintasan 1 diperoleh penampang harga
resistivitas semu seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Lintasan 1
Lintasan 2
Gambar 2.4 Susunan elektroda konfigurasi
Wenner
POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970
37
I4.1.2 Lintasan 2
Akuisisi data resistivitas bumi pada
survei lintasan 2 dilakukan dengan
mengambil lintasan sepanjang 150 meter.
Titik awal (titik 0 meter) berada pada
koordinat 119°38’47,6” BT dan
05°15’39,7” LS yang membentang ke arah
95° NE di dengan variasi jarak antar
elektroda terkecil 5 meter. Dari hasil
pengukuran diperoleh harga resistivitasnya
berkisar antara 5 – 1460 Ωm. Pengolahan
data dengan menggunakan Res2DInv untuk
lintasan 2 diperoleh penampang harga
resistivitas semu seperti pada Gambar 4.2.
4.2 Interpretasi bidang lemah (Sesar)
4.2.1 Lintasan 1
Gambaran pendugaan posisi patahan
sesar dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software Res2DInv untuk
lintasan 1 ditunjukkan seperti Gambar 4.5
di bawah ini.
Berdasarkan Gambar 4.5. dapat dilihat
adanya bidang lemah dengan harga
resistivitas rendah yang berkisar antara 128
– 288 Ωm. Bidang ini memotong perlapisan
batuan yang ada di sekitarnya dengan harga
resistivitas yang lebih tinggi. Jadi pada
lintasan tersebut mungkin telah terjadi
sesar pada sekitar titik 80 m. Pada titik
tersebut juga dapat di lihat adanya rekahan
di atas permukaannya. Hal ini membuktikan
bahwa pada lintasan tersebut mungkin
terjadi patahan dangkal atau sesar minor.
4.2.2 Lintasan 2
Gambaran pendugaan bidang patahan
dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software Res2DInv untuk
lintasan 2 ditunjukkan seperti Gambar IV.6
di bawah ini.
Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat
adanya bidang lemah dengan harga
resistivitas rendah yang berkisar antara 128
- 288 Ωm . Bidang ini memotong perlapisan
batuan yang ada di sekitarnya dengan harga
resistivitas yang lebih tinggi. Jadi pada
lintasan tersebut mungkin telah terjadi
sesar yaitu pada titik 50 m. Pada titik
tersebut juga dapat di lihat adanya rekahan
di atas permukaannya. Sama halnya juga
pada lintasan 1. Hal ini membuktikan bahwa
pada lintasan tersebut mungkin terjadi
patahan dangkal atau sesar minor.
Untuk lintasan 1, diidentifikasikan
terdapat sesar pada titik 80 m. Sedangkan
untuk lintasan 2, berada pada titik 50 m
.Posisi patahan ini relatif sesuai dengan
posisi rekahan yang terlihat di permukaan
di lokasi penelitian. Pendugaan dengan
Gambar 4.6 Pendugaan Posisi Patahan
untuk Lintasan 2
SESAR
Gambar 5.5 Pendugaan Posisi Patahan
untuk Lintasan 1
SESAR
Gambar 4.2 Penampang Harga Resistivitas Semu
dari Hasil Inversi Lintasan 2
Gambar 4.1 Penampang Harga
Resistivitas Semu dari Hasil Inversi
Lintasan 1
POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970
38
metode geolistrik dapat digunakan untuk
menentukan posisi bidang patahan. Harga
resistivitas tanah / batuan pada patahan
pada umumnya lebih rendah dari tanah /
batuan sekitarnya. Hal ini dikarenakan pada
patahan sesar terisi oleh fluida atau mineral
yang relatif lebih kondusif dari batuan
sekitarnya. Bidang patahan sesar biasanya
memiliki harga resistivitas yang tinggi
melebihi harga resistivitas tanah / batuan
yang ada di sekitarnya jika pada patahan
tersebut tidak terisi apa-apa (hanya berisi
udara). Hal ini dikarenakan udara
merupakan isolator sehingga arus listrik
sangat sulit untuk melewatinya. Kondisi di
lapangan memperlihatkan adanya rekahan -
rekahan di permukaan tapi tidak terlalu
jelas dan semua terisi oleh fluida atau
materi lainnya. Oleh sebab itu bidang
patahan sesar yang terdeteksi adalah
bidang yang memiliki resistivitas rendah
yang menerobos atau memotong bidang-
bidang perlapisan antar batuan.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Pada lintasan 1 dan 2 terdapat
penyebaran batuan sedimen yang
berada di atas permukaan yang
merupakan longsoran dari gunung
Bawakaraeng, kemudian di dominasi
oleh batuan alluvium yang tersebar di
setiap lintasan pengukuran. Pada
kedalaman di bawah 15 m ke bawah di
perkirakan terdapat batuan andesit dan
gabro.
2. Bidang patahan sesar untuk lintasan 1
berada pada titik 80 m dan untuk
lintasan 2 berada pada titik 50 m.
dimana pada kedua lintasan dan titik
tersebut juga dapat di lihat adanya
rekahan di atas permukaannya. Hal ini
membuktikan bahwa pada lintasan
tersebut mungkin terjadi patahan
dangkal atau sesar minor.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik, maka penulis menyarankan:
1. Perlu dilakukan penelitian dengan
metode geofisika lainnya sehingga
dapat dilakukan perbandingan untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat.
2. Perlu dilakukan penelitian yang
berkelanjutan yaitu dengan
penambahan titik ukur yang berasosiasi
dengan penambahan target kedalaman
sehingga dapat diperoleh gambaran
bawah permukaan lebih luas.
3. Pengukuran sesar di sekitar DAS
Jeneberang sebaiknya dilakukan secara
periodic misalnya setahun sekali . Hal
ini dilakukan guna mengetahui pola dan
tingkat penyebaran sesar atau patahan
di daerah tersebut.
Pustaka
[1] Azis, N.M., Abdullah, C.I. dan
Brahmantyo, B., Catatan Kuliah :
Geologi Fisik, Departemen Teknik
Geologi, Penerbit ITB.
[2] Fahmi, M.C., 2009, Pengelolaan DAS
Jeneberang Kota Makassar
Sulawesi-
Selatan.http://staff.blog.ur.ac.id/tars
oen.waryono/files/2009/12/sungai_f
ahmi.pdf.Diakses 1 Oktober 2010.
[3] Hasrianto., 2008, Analisis Stabilitas
Lereng Daerah Waempelle
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
[4] Hendrajaya, L ., 1990, Metode Geolistrik
Tahanan Jenis, ITB, Bandung.
[5] Loke, M. H., 2004, Geoelectrical Imaging
2D & 3D,RES2DINV ver 3.3:Rapid 2D
Resistivities & IP Inversion using the
least-square method On Land,
Underwater and Cross-borehole
surveys, Penang, Malaysia.
[6] Massinai, M.A., 2009, Pola Gerakan
Tanah Kota Makassar Ditinjau dari
Pendekatan Teori Tektonik
Lempeng, Prosiding PIT 34 HAGI,
Jogjakarta.
[7] Rudi, A., 2010, Kajian Struktur Geologi
Gunung Bawakaraeng
Menggunakan Metode
Penginderaan Jauh, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
[8] Simanjuntak, TO., 1992, An Outline of
Tectonic in Indonesia Region, IAGI
publication.
Lampiran
POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-
4970
39
Patahan / Sesar
Patahan/ Sesar
Patahan / sesar di lintasan 1 titik ke 80 m
Patahan / Sesar lintasan 2 di titik ke 50
m

Recomendados

Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding por
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingLaporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding
Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity SoundingR. Ferro Aviyanto
4.7K vistas23 diapositivas
Tugas geolistrik 2 por
Tugas geolistrik 2Tugas geolistrik 2
Tugas geolistrik 2Muhammad Faisal Latif
313 vistas3 diapositivas
Quiz geolistrik por
Quiz geolistrikQuiz geolistrik
Quiz geolistrikMuhammad Faisal Latif
3.1K vistas10 diapositivas
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah por
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahHasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka Tengah
Hasil Pendugaan Geolistrik di Desa Kurau Barat Kabupaten Bangka TengahDianora Didi
1.3K vistas10 diapositivas
Rangkuman BAB II " menjelajah dunia pustaka" por
 Rangkuman BAB II " menjelajah dunia pustaka"  Rangkuman BAB II " menjelajah dunia pustaka"
Rangkuman BAB II " menjelajah dunia pustaka" LayyinatulKhoiriyah
530 vistas23 diapositivas
Paper TA - MODEL HIDROGEOLOGI DAN SISTEM PANASBUMI LAPANGAN “X”, KABUPATEN MI... por
Paper TA - MODEL HIDROGEOLOGI DAN SISTEM PANASBUMI LAPANGAN “X”, KABUPATEN MI...Paper TA - MODEL HIDROGEOLOGI DAN SISTEM PANASBUMI LAPANGAN “X”, KABUPATEN MI...
Paper TA - MODEL HIDROGEOLOGI DAN SISTEM PANASBUMI LAPANGAN “X”, KABUPATEN MI...Fikri Dermawan
4.3K vistas26 diapositivas

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Ppt CL 1 (manusia adalah penjaga bumi) HG 03 por
Ppt CL 1 (manusia adalah penjaga bumi)  HG 03Ppt CL 1 (manusia adalah penjaga bumi)  HG 03
Ppt CL 1 (manusia adalah penjaga bumi) HG 03afrays say
3.2K vistas44 diapositivas
Mengolah data schlumberger por
Mengolah data schlumbergerMengolah data schlumberger
Mengolah data schlumbergerHeri Adhari
627 vistas9 diapositivas
Sistem kerja alam tempat tinggal kita por
Sistem kerja alam tempat tinggal kitaSistem kerja alam tempat tinggal kita
Sistem kerja alam tempat tinggal kitaAhmad Fauzi
6.8K vistas13 diapositivas
Presentation1 por
Presentation1Presentation1
Presentation1Ria Gustini
36 vistas20 diapositivas
153800318 van-zuidam por
153800318 van-zuidam153800318 van-zuidam
153800318 van-zuidamStella Putri
8K vistas99 diapositivas
Cl 1 sistem kerja alam tempat kita tinggal hg 5 por
Cl 1 sistem kerja alam tempat kita tinggal hg 5Cl 1 sistem kerja alam tempat kita tinggal hg 5
Cl 1 sistem kerja alam tempat kita tinggal hg 5Syamsu Rijal Efendi
7.6K vistas39 diapositivas

La actualidad más candente(20)

Ppt CL 1 (manusia adalah penjaga bumi) HG 03 por afrays say
Ppt CL 1 (manusia adalah penjaga bumi)  HG 03Ppt CL 1 (manusia adalah penjaga bumi)  HG 03
Ppt CL 1 (manusia adalah penjaga bumi) HG 03
afrays say3.2K vistas
Mengolah data schlumberger por Heri Adhari
Mengolah data schlumbergerMengolah data schlumberger
Mengolah data schlumberger
Heri Adhari627 vistas
Sistem kerja alam tempat tinggal kita por Ahmad Fauzi
Sistem kerja alam tempat tinggal kitaSistem kerja alam tempat tinggal kita
Sistem kerja alam tempat tinggal kita
Ahmad Fauzi6.8K vistas
Cl 1 sistem kerja alam tempat kita tinggal hg 5 por Syamsu Rijal Efendi
Cl 1 sistem kerja alam tempat kita tinggal hg 5Cl 1 sistem kerja alam tempat kita tinggal hg 5
Cl 1 sistem kerja alam tempat kita tinggal hg 5
Syamsu Rijal Efendi7.6K vistas
Laporan Geomorfologi Terapan (TRANSLATE) por Ricky Ramadhan
Laporan Geomorfologi Terapan (TRANSLATE)Laporan Geomorfologi Terapan (TRANSLATE)
Laporan Geomorfologi Terapan (TRANSLATE)
Ricky Ramadhan3.9K vistas
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah Pesisir por Luhur Moekti Prayogo
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah PesisirData Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah Pesisir
Data Terkait Survei Hidrografi untuk Wilayah Pesisir
Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2 por Rizki Maulana
Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2
Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2
Rizki Maulana659 vistas
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur... por 4153240014
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
415324001488 vistas
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM... por Emanuel Manek
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...
Emanuel Manek566 vistas
Model aliran air tanah untuk memprediksi penyebaran por Azmi Zouma
Model aliran air tanah untuk memprediksi penyebaran Model aliran air tanah untuk memprediksi penyebaran
Model aliran air tanah untuk memprediksi penyebaran
Azmi Zouma84 vistas
Pengantar oseanografi por naufalulhaq2
Pengantar oseanografiPengantar oseanografi
Pengantar oseanografi
naufalulhaq26.1K vistas
Laporan fieldtrip geologi struktur por Aswan M
Laporan fieldtrip geologi strukturLaporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi struktur
Aswan M4.4K vistas
01 konsep dasar_geomorfo por Khairu Din
01 konsep dasar_geomorfo01 konsep dasar_geomorfo
01 konsep dasar_geomorfo
Khairu Din834 vistas
24 sturtur-sungai por frestea
24 sturtur-sungai24 sturtur-sungai
24 sturtur-sungai
frestea928 vistas
177548695 bab-1-geofisika-umum por fazar muslim
177548695 bab-1-geofisika-umum177548695 bab-1-geofisika-umum
177548695 bab-1-geofisika-umum
fazar muslim4K vistas

Destacado

Қонуни чудошавии зарб аз руи чамъ por
Қонуни чудошавии зарб аз руи чамъҚонуни чудошавии зарб аз руи чамъ
Қонуни чудошавии зарб аз руи чамъАюбджон Саидов
983 vistas9 diapositivas
Три принципа и работа с сообществами. По следам VIII конференции по нарративн... por
Три принципа и работа с сообществами. По следам VIII конференции по нарративн...Три принципа и работа с сообществами. По следам VIII конференции по нарративн...
Три принципа и работа с сообществами. По следам VIII конференции по нарративн...Tatiana Novoselova
1.2K vistas14 diapositivas
Sugarcane por
SugarcaneSugarcane
SugarcaneSnehal Ingle
329 vistas8 diapositivas
ARF AM 2015: Monetizing Your Net Audience In A Multi-Screen World por
ARF AM 2015: Monetizing Your Net Audience In A Multi-Screen World ARF AM 2015: Monetizing Your Net Audience In A Multi-Screen World
ARF AM 2015: Monetizing Your Net Audience In A Multi-Screen World Verto Analytics
1.1K vistas18 diapositivas
광고가이드 por
광고가이드광고가이드
광고가이드장 용성
424 vistas5 diapositivas
C'è frutta e frutta! por
C'è frutta e frutta!C'è frutta e frutta!
C'è frutta e frutta!Consorzio LaMMA - Corso UdC
367 vistas32 diapositivas

Destacado(17)

Три принципа и работа с сообществами. По следам VIII конференции по нарративн... por Tatiana Novoselova
Три принципа и работа с сообществами. По следам VIII конференции по нарративн...Три принципа и работа с сообществами. По следам VIII конференции по нарративн...
Три принципа и работа с сообществами. По следам VIII конференции по нарративн...
Tatiana Novoselova1.2K vistas
ARF AM 2015: Monetizing Your Net Audience In A Multi-Screen World por Verto Analytics
ARF AM 2015: Monetizing Your Net Audience In A Multi-Screen World ARF AM 2015: Monetizing Your Net Audience In A Multi-Screen World
ARF AM 2015: Monetizing Your Net Audience In A Multi-Screen World
Verto Analytics 1.1K vistas
광고가이드 por 장 용성
광고가이드광고가이드
광고가이드
장 용성424 vistas
evaluation stage wacker por Thomas BERKI
evaluation stage wackerevaluation stage wacker
evaluation stage wacker
Thomas BERKI245 vistas
MANAJEMEN PERUBAHAN por 93220872
MANAJEMEN PERUBAHANMANAJEMEN PERUBAHAN
MANAJEMEN PERUBAHAN
93220872977 vistas
Управление командой. Программа для бизнеса на основе подхода "Три принципа" por Tatiana Novoselova
Управление командой. Программа для бизнеса на основе подхода "Три принципа"Управление командой. Программа для бизнеса на основе подхода "Три принципа"
Управление командой. Программа для бизнеса на основе подхода "Три принципа"
Tatiana Novoselova542 vistas
PASOS PARA LOGRAR TUS METAS por Luis Ocasal
PASOS PARA LOGRAR TUS METASPASOS PARA LOGRAR TUS METAS
PASOS PARA LOGRAR TUS METAS
Luis Ocasal624 vistas
Diploma Fire Safety Engineering por firetraining
Diploma Fire Safety EngineeringDiploma Fire Safety Engineering
Diploma Fire Safety Engineering
firetraining130 vistas
eTwinning project on sport por 89076
eTwinning project on sporteTwinning project on sport
eTwinning project on sport
890761.8K vistas
Towards efficient processing of RDF data streams por Alejandro Llaves
Towards efficient processing of RDF data streamsTowards efficient processing of RDF data streams
Towards efficient processing of RDF data streams
Alejandro Llaves971 vistas

Similar a Jurnal sesar tugas mhs. unswagati

DOC-20161010-WA000.ppt por
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptHitamKaktus
5 vistas27 diapositivas
30 lean wijaya dkk 234-240_rev por
30 lean wijaya dkk 234-240_rev30 lean wijaya dkk 234-240_rev
30 lean wijaya dkk 234-240_revFarid Yagami
625 vistas7 diapositivas
75342 gft dimas(1) por
75342 gft dimas(1)75342 gft dimas(1)
75342 gft dimas(1)william baswono
93 vistas24 diapositivas
SPT GEOLISTRIK DHANTY.pptx por
SPT GEOLISTRIK DHANTY.pptxSPT GEOLISTRIK DHANTY.pptx
SPT GEOLISTRIK DHANTY.pptxRezaAryanto4
5 vistas21 diapositivas
DOC-20161009-WA000.ppt por
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.pptHitamKaktus
12 vistas26 diapositivas
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur... por
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...4153240014
144 vistas6 diapositivas

Similar a Jurnal sesar tugas mhs. unswagati (20)

DOC-20161010-WA000.ppt por HitamKaktus
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.ppt
HitamKaktus5 vistas
30 lean wijaya dkk 234-240_rev por Farid Yagami
30 lean wijaya dkk 234-240_rev30 lean wijaya dkk 234-240_rev
30 lean wijaya dkk 234-240_rev
Farid Yagami625 vistas
SPT GEOLISTRIK DHANTY.pptx por RezaAryanto4
SPT GEOLISTRIK DHANTY.pptxSPT GEOLISTRIK DHANTY.pptx
SPT GEOLISTRIK DHANTY.pptx
RezaAryanto45 vistas
DOC-20161009-WA000.ppt por HitamKaktus
DOC-20161009-WA000.pptDOC-20161009-WA000.ppt
DOC-20161009-WA000.ppt
HitamKaktus12 vistas
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur... por 4153240014
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
15923 id-analisa-sebaran-fosfat-dengan-menggunakan-metode-geolistrik-konfigur...
4153240014144 vistas
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut d... por Luhur Moekti Prayogo
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut d...Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut d...
Penerapan Metode Least Square untuk Analisis Harmonik Pasang Surut Air Laut d...
Identifikasi struktur geologi dengan metode audio magnetotellurik por Izaina Nurfitriana
Identifikasi struktur geologi  dengan metode audio magnetotellurikIdentifikasi struktur geologi  dengan metode audio magnetotellurik
Identifikasi struktur geologi dengan metode audio magnetotellurik
Izaina Nurfitriana1.5K vistas
Pendahuluan geokel por EkaFaisal
Pendahuluan geokelPendahuluan geokel
Pendahuluan geokel
EkaFaisal10 vistas
2774-6094-1-PB.pdf por JoseDa4
2774-6094-1-PB.pdf2774-6094-1-PB.pdf
2774-6094-1-PB.pdf
JoseDa42 vistas
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ... por Luhur Moekti Prayogo
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...
Karakteristik Pasang Surut Air Laut di Perairan Trenggalek Jawa Timur (Studi ...
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx por YulitaWahyuni2
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docxBAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
BAB I_Proposal Tesis_Yulita - New edit.docx
YulitaWahyuni22 vistas
Konsep Tektonika Lempeng dan Gunung Berapi.pptx por JuniarAfrida1
Konsep Tektonika Lempeng dan Gunung Berapi.pptxKonsep Tektonika Lempeng dan Gunung Berapi.pptx
Konsep Tektonika Lempeng dan Gunung Berapi.pptx
JuniarAfrida11 vista

Jurnal sesar tugas mhs. unswagati

  • 1. POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970 33 Identifikasi Sesar Bawah Permukaan Dengan Menggunakan Metoda Geolistrik Konfigurasi Wenner Di Sekitar Das Jene’berang, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan Syamsuddin1), Lantu1), Muh. Altin Massinai1) , Syaeful Akbar1) 1)Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UNHAS Makassar Kampus UNHAS Tamalanrea Jl. Perintis Kemerdekaan km.10 Makassar Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi adanya sesar dan jenis batuan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis dengan Konfigurasi elektroda Wenner, sebanyak 2 lintasan dengan masing – masing panjang lintasan 150 meter. Hasil penyelidikan menunjukkan adanya struktur sesar minor yang telah tertimbun oleh produk-produk muda hasil longsoran gunung Bawakareng. Sesar minor tersebut dicirikan oleh adanya rekahan dan kekar-kekar di sekitar DAS Jeneberang dan penyebaran batuan ubahan di sekitar lokasi penelitian. Kata Kunci : Geolistrik, Konfigurasi Wenner, Kekar, Sesar. 1. Pendahuluan Pulau Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia serta sejumlah lempeng lebih kecil yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Bentuk pulau ini yang menyerupai huruf K setidaknya memberikan gambaran bahwa pulau ini mempunyai karakteristik berbeda terkhusus kondisi geologinya. Pada level lempeng mikro yang lebih detail dapat dilihat adanya tumbukan antara blok Sunda bagian tenggara dengan blok Sula yang membentuk pulau Sulawesi sekarang ini. Tumbukan ini menyebabkan jazirah selatan Sulawesi mengalami ketidakstabilan tektonik. Akibat tumbukan diantaranya adalah terbentuknya Sesar Palu Koro pada batas barat daya, Sesar Matano pada batas selatan, sesar Walanae di jazirah selatan, serta pemekaran dasar laut di Selat Makassar dan Teluk Bone, seperti yang terlihat pada Gambar I.1. Aktivitas tektonik regional ini menyebabkan terjadinya berbagai bencana alam seperti fenomena gempa bumi, erupsi vulkanik, tsunami, dan longsoran tanah yang merupakan fenomena destruktif bagi kehidupan manusia [6]. Kecamatan Parangloe, kabupaten Gowa adalah salah satu kecamatan yang di aliri oleh DAS jeneberang, dimana pada daerah ini, berada di bagian hulu DAS Jeneberang. Bagian Hulu dari sungai Jeneberang berada di antara Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang. Gerakan tanah di hulu Sungai Jeneberang ini banyak dipengaruhi oleh faktor Struktur Geologi dan Lithologi. Faktor-faktor tersebut telah mengakibatkan morfologi DAS Jeneberang tidak stabil [6]. Salah satu metoda geofisika yang cukup baik untuk memetakan kondisi bawah permukaan guna mengetahui struktur perlapisan dan sesarnya adalah metoda geolistrik tahanan jenis. Hal ini dimungkinkan karena lapisan tanah dan batuan dapat mengalirkan arus listrik sehingga dapat dianalisis berdasarkan sifat kelistrikannya. Gambar 1. Struktur Geologi Regional Pulau Sulawesi Selatan [8].
  • 2. POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970 34 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Sesar / Patahan Sesar (fault) adalah suatu rekahan pada batuan yang mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian – bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan (Asikin, 1979). Menurut Simpson, sesar adalah rekahan pada masa batuan yang telah memperlihatkan gejala pergeseran pada kedua belah sisi bidang rekahan. Dari kedua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sesar adalah rekahan pada batuan yang memperlihatkan gejala pergeseran [7]. Secara umum, sesar diklasifikasikan berdasarkan atas dip bidang sesar dan arah gerak relatifnya yaitu : 1. Sesar Normal (Normal Fault) 2. Sesar Mendatar ( Transform Fault) 3. Sesar Naik ( Reserve Fault) 2.2 Tinjaun Geologi Daerah Penelitian Pada peta Geologi Daerah Aliran Sungai Jeneberang dapat ditemukan bahwa di bagian barat atau bagian hilir terdapat deposit dari aluvial. Deposit aluvial ini merupakan jenis batuan yang dominan berada pada hilir Daerah Aliran Sungai Jeneberang. Jika dianalisis dengan peta penggunaan tanah, terlihat bahwa pertanian padi berada pada bagian geologi deposit alluvial. Bagian hulu dari Daerah Aliran Sungai Jeneberang ini didominasi oleh geologi jenis latosol yang berasal dari era tersier. Dimana keberadaan jenis geologi ini berkorelasi dengan munculnya penggunaan tanah pertanian jika dianalisis berdasarkan peta pengunaan tanah. Bagian timur Daerah Aliran Sungai Jeneberang merupakan batuan vulkanik yang berasal dari zaman holosen. Dimana penggunaan lahan pada daerah tengah ini merupakan hutan yang berfungsi sebagai penahan longsor untuk wilayah-wilayah di bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai Jeneberang ini [2]. Gambar 2.1 Peta Geologi DAS Jeneberang [2]. 2.3 Pendugaan dengan Metode Geolistrik Pada bagian batuan, atom-atom terikat secara ionik atau kovalen. Karena adanya ikatan ini maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu : 1. Konduksi Elektronik. Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik dalam batuan/mineral. Hal ini terjadi jika batuan atau mineral tersebut mempunyai banyak elektron bebas, akibatnya arus mudah mengalir pada batuan ini. Sebagai contoh, batuan yang banyak menagndung logam. 2. Konduksi Elektrolitik. Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan atau mineral yang bersifat porus dan pori- porinya tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Dalam hal ini arus listrik mengalir akibat dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit. Konduksi dengan cara ini lebih lambat daripada konduksi elektronik. 3. Konduksi Dielektrik. Konduksi ini terjadi pada batuan yang lebih bersifat dielektrik, artinya batuan tersebut mempunyai elektron bebas sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron- elektron dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dari intinya sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini sangat bergantung pada konstanta dielektrik batuan yang bersangkutan. Konduktivitas batuan berpori bervariasi tergantung pada volume, susunan pori dan kandungan air di dalamnya. Padahal konduktivitas air itu sendiri bervariasi yaitu tergantung pada banyaknya ion yang terdapat di dalamnya [4].
  • 3. POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970 35 2.4 Potensial di Sekitar Titik Arus di Permukaan Bumi Gambar 2.2 Potensial di sekitar titik arus di permukaan bumi Apabila arus listrik (I) diinjeksikan ke dalam bumi yang homogen isotropik melalui sebuah elektroda dipermukaan pada suatu titik P, maka arus tersebut akan mengalir ke segala arah dengan nilai sama besar dan potensial di suatu yang berjarak r dari titik P dapat ditentukan. Persamaan Laplace yang berhubungan dengan kondisi ini dituliskan dalam koordinat bola seperti : 0 2 2 2 sin 2 1 θ V sin 2 sin 2 12 2 1                             V rrr V r rr ------ ...............................................................(2.1) Karena pengukuran hanya ada arus tunggal, maka arus mengalir kesegala arah dari titik sumber sehingga persamaan (2.1) menjadi : 0 1 2 2            r V r rr ----------------- (2.2) Dengan anggapan bumi homogen isotropis, maka bumi mempunyai simetri bola, sehingga potensial V merupakan fungsi dari r saja, yaitu : V = V (r) ----------------------------------- (2.3) Sehingga solusi umum persamaan Laplace adalah : 2 1 )( C r C rV  ( C1, C2 = konstanta) (2.4) Jika syarat batas potensial yaitu pada jarak yang jauh dari titik sumber (r = ) potensial (V) berharga nol, sehingga C2 = 0 maka persamaan (2.4) menjadi : r C V 1  ---------------------------------- (2.5) Besarnya rapat arus (J) pada jarak (r) dapat dituliskan sebagai beriku 2 111 r C dr Vd J     ------------------ (2.6) Dan besarnya arus yang menembus permukaan setengah bola yang berjarak (r) adalah : 1 2 2 2 CJrI      ----------------- (2.7) Besarnya arus pada persamaan (2.7) akan sama besarnya dengan arus yang dimasukkan melalui titik P sehingga diperoleh : 1 2 CI    atau   2 1 I C  ------------(2.8) Jika persamaan (2.8) disubtitusikan ke persamaan (2.4) akan diperoleh : r I rV   2 )(  atau I V r 2 ------ (2.9) 2.5 Perhitungan Nilai Resistivitas Dalam melakukan eksplorasi tahanan jenis (resistivitas) diperlukan pengetahuan mengenai perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Metode yang biasa digunakan pada pengukuran resistivitas secara umum yaitu dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi dengan menggunakan dua elektroda arus (C1 dan C2), dan pengukuran beda potensial dengan menggunakan dua elektroda potensial (P1 dan P2) seperti pada Gambar 2.3. rr rr CPC P I V Gambar 2.3 Bentuk susunan elektroda pada survai geolistrik tahanan jenis
  • 4. POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970 36 Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik pengamatan dinamakan faktor geometri. Faktor geometri dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial P1, P2 yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus C1, C2 adalah : V = VP1 – VP2        4321 1111 2 rrrr I   I V rrrr          4321 1111 2  ---- (2.10) Dari besarnya arus dan beda potensial yang terukur maka nilai resistivitas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : a = K (ΔV/I)---------------------------- (2.11)         4321 1111 2 rrrr K  -------- (2.12) dimana K adalah faktor geometri yang tergantung oleh penempatan elektroda di permukaan. 2.6 Konfigurasi Wenner Konfigurasi wenner dapat digunakan untuk resistivity mapping maupun resistivity sounding. Perbedaannya dengan konfigurasi lain yaitu, jarak antara elektroda adalah sama, seperti terlihat dalam gambar di bawah ini . dalam konfigurasi ini diketahui bahwa C1P1 = P1P2 = C2P2 = a, sehingga harga faktor geometri dan resistivitas semunya menjadi : Berdasarkan persamaan (II.10) maka diperoleh I V rrrr          4321 1111 2  (2.13) I V aaaa          1 2 1 2 11 2  a 2 ----------------------------- (2.14) maka nilai resistivitas untuk metode Wenner dapat dihitung dengan faktor geometri k k = 2πa ------------------------------------- (2.15) Berdasarakan persamaan 2.2, maka pada konfigurasi Wenner berlaku hubungan: I V k   --------------------------- (2.16) 3. Metodologi Penelitian Daerah yang menjadi objek penelitian yaitu daerah meander di sekitar hulu sungai DAS Jeneberang. Secara admininstrasi meliputi kecamatan Parangloe, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Akuisisi Data Lapangan 4.1.1 Lintasan 1 Akuisisi data resistivitas bumi pada survei lintasan 1 ini dilakukan dengan mengambil lintasan sepanjang 150 meter. Titik awal (titik 0 meter) berada pada koordinat 119°38’45,1” BT dan 05°15’35,3” LS yang membentang pada arah 92° NE pada daerah Meander, khususnya di daerah pematang sawah. Jarak antar elektroda terkecil adalah 5 meter. Dari hasil pengukuran diperoleh harga resistivitasnya berkisar antara 5 - 2271 Ωm. Pengolahan data dengan menggunakan Res2DInv untuk lintasan 1 diperoleh penampang harga resistivitas semu seperti pada Gambar 4.1. Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Lintasan 1 Lintasan 2 Gambar 2.4 Susunan elektroda konfigurasi Wenner
  • 5. POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970 37 I4.1.2 Lintasan 2 Akuisisi data resistivitas bumi pada survei lintasan 2 dilakukan dengan mengambil lintasan sepanjang 150 meter. Titik awal (titik 0 meter) berada pada koordinat 119°38’47,6” BT dan 05°15’39,7” LS yang membentang ke arah 95° NE di dengan variasi jarak antar elektroda terkecil 5 meter. Dari hasil pengukuran diperoleh harga resistivitasnya berkisar antara 5 – 1460 Ωm. Pengolahan data dengan menggunakan Res2DInv untuk lintasan 2 diperoleh penampang harga resistivitas semu seperti pada Gambar 4.2. 4.2 Interpretasi bidang lemah (Sesar) 4.2.1 Lintasan 1 Gambaran pendugaan posisi patahan sesar dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software Res2DInv untuk lintasan 1 ditunjukkan seperti Gambar 4.5 di bawah ini. Berdasarkan Gambar 4.5. dapat dilihat adanya bidang lemah dengan harga resistivitas rendah yang berkisar antara 128 – 288 Ωm. Bidang ini memotong perlapisan batuan yang ada di sekitarnya dengan harga resistivitas yang lebih tinggi. Jadi pada lintasan tersebut mungkin telah terjadi sesar pada sekitar titik 80 m. Pada titik tersebut juga dapat di lihat adanya rekahan di atas permukaannya. Hal ini membuktikan bahwa pada lintasan tersebut mungkin terjadi patahan dangkal atau sesar minor. 4.2.2 Lintasan 2 Gambaran pendugaan bidang patahan dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software Res2DInv untuk lintasan 2 ditunjukkan seperti Gambar IV.6 di bawah ini. Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat adanya bidang lemah dengan harga resistivitas rendah yang berkisar antara 128 - 288 Ωm . Bidang ini memotong perlapisan batuan yang ada di sekitarnya dengan harga resistivitas yang lebih tinggi. Jadi pada lintasan tersebut mungkin telah terjadi sesar yaitu pada titik 50 m. Pada titik tersebut juga dapat di lihat adanya rekahan di atas permukaannya. Sama halnya juga pada lintasan 1. Hal ini membuktikan bahwa pada lintasan tersebut mungkin terjadi patahan dangkal atau sesar minor. Untuk lintasan 1, diidentifikasikan terdapat sesar pada titik 80 m. Sedangkan untuk lintasan 2, berada pada titik 50 m .Posisi patahan ini relatif sesuai dengan posisi rekahan yang terlihat di permukaan di lokasi penelitian. Pendugaan dengan Gambar 4.6 Pendugaan Posisi Patahan untuk Lintasan 2 SESAR Gambar 5.5 Pendugaan Posisi Patahan untuk Lintasan 1 SESAR Gambar 4.2 Penampang Harga Resistivitas Semu dari Hasil Inversi Lintasan 2 Gambar 4.1 Penampang Harga Resistivitas Semu dari Hasil Inversi Lintasan 1
  • 6. POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301-4970 38 metode geolistrik dapat digunakan untuk menentukan posisi bidang patahan. Harga resistivitas tanah / batuan pada patahan pada umumnya lebih rendah dari tanah / batuan sekitarnya. Hal ini dikarenakan pada patahan sesar terisi oleh fluida atau mineral yang relatif lebih kondusif dari batuan sekitarnya. Bidang patahan sesar biasanya memiliki harga resistivitas yang tinggi melebihi harga resistivitas tanah / batuan yang ada di sekitarnya jika pada patahan tersebut tidak terisi apa-apa (hanya berisi udara). Hal ini dikarenakan udara merupakan isolator sehingga arus listrik sangat sulit untuk melewatinya. Kondisi di lapangan memperlihatkan adanya rekahan - rekahan di permukaan tapi tidak terlalu jelas dan semua terisi oleh fluida atau materi lainnya. Oleh sebab itu bidang patahan sesar yang terdeteksi adalah bidang yang memiliki resistivitas rendah yang menerobos atau memotong bidang- bidang perlapisan antar batuan. 5. Penutup 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pada lintasan 1 dan 2 terdapat penyebaran batuan sedimen yang berada di atas permukaan yang merupakan longsoran dari gunung Bawakaraeng, kemudian di dominasi oleh batuan alluvium yang tersebar di setiap lintasan pengukuran. Pada kedalaman di bawah 15 m ke bawah di perkirakan terdapat batuan andesit dan gabro. 2. Bidang patahan sesar untuk lintasan 1 berada pada titik 80 m dan untuk lintasan 2 berada pada titik 50 m. dimana pada kedua lintasan dan titik tersebut juga dapat di lihat adanya rekahan di atas permukaannya. Hal ini membuktikan bahwa pada lintasan tersebut mungkin terjadi patahan dangkal atau sesar minor. 5.2 Saran Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka penulis menyarankan: 1. Perlu dilakukan penelitian dengan metode geofisika lainnya sehingga dapat dilakukan perbandingan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. 2. Perlu dilakukan penelitian yang berkelanjutan yaitu dengan penambahan titik ukur yang berasosiasi dengan penambahan target kedalaman sehingga dapat diperoleh gambaran bawah permukaan lebih luas. 3. Pengukuran sesar di sekitar DAS Jeneberang sebaiknya dilakukan secara periodic misalnya setahun sekali . Hal ini dilakukan guna mengetahui pola dan tingkat penyebaran sesar atau patahan di daerah tersebut. Pustaka [1] Azis, N.M., Abdullah, C.I. dan Brahmantyo, B., Catatan Kuliah : Geologi Fisik, Departemen Teknik Geologi, Penerbit ITB. [2] Fahmi, M.C., 2009, Pengelolaan DAS Jeneberang Kota Makassar Sulawesi- Selatan.http://staff.blog.ur.ac.id/tars oen.waryono/files/2009/12/sungai_f ahmi.pdf.Diakses 1 Oktober 2010. [3] Hasrianto., 2008, Analisis Stabilitas Lereng Daerah Waempelle Kabupaten Barru Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin, Makassar. [4] Hendrajaya, L ., 1990, Metode Geolistrik Tahanan Jenis, ITB, Bandung. [5] Loke, M. H., 2004, Geoelectrical Imaging 2D & 3D,RES2DINV ver 3.3:Rapid 2D Resistivities & IP Inversion using the least-square method On Land, Underwater and Cross-borehole surveys, Penang, Malaysia. [6] Massinai, M.A., 2009, Pola Gerakan Tanah Kota Makassar Ditinjau dari Pendekatan Teori Tektonik Lempeng, Prosiding PIT 34 HAGI, Jogjakarta. [7] Rudi, A., 2010, Kajian Struktur Geologi Gunung Bawakaraeng Menggunakan Metode Penginderaan Jauh, Universitas Hasanuddin, Makassar. [8] Simanjuntak, TO., 1992, An Outline of Tectonic in Indonesia Region, IAGI publication. Lampiran
  • 7. POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 33-39 ISSN : 2301- 4970 39 Patahan / Sesar Patahan/ Sesar Patahan / sesar di lintasan 1 titik ke 80 m Patahan / Sesar lintasan 2 di titik ke 50 m