SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Aliran – Aliran Psikologi Page 1
Aliran – Aliran Dalam Psikologi
( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Matakuliah Pengantar Psikologi )
Dosen Pengampu : Imam Supraowo, S.Sos.I, M.Pd.I
Oleh :
Ahmat Prambudi
Atika
Rizal Abdul Aziz
20120710013
20120710026
20120710034
Komunikasi dan Konseling Islam
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2014
Aliran – Aliran Psikologi Page 2
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat serta nikmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Pengantar Psikologi. Diharapkan melalui penulisan makalah ini
penulis maupun pembaca mampu memahami aliran – aliran dalam psikologi yang dari masa
ke masa mengalami perkembangan.
Tak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
2. Imam Supraowo, S.Sos.I, M.Pd.I selaku dosen penulis yang telah
memberikan arahan serta bimbinganya dalam penulisan makalah ini.
3. Teman – teman Komunikasi dan Konseling Islam angkatan 2012 yang
bersedia berdiskusi dan berkenan berbagi pengetahuannya .
4. Pihak – pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu – persatu
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini.Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.
Yogyakarta , Februari 2104
Penulis
Aliran – Aliran Psikologi Page 3
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
A. Latar Belakang...............................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................6
A. Perkembangan Psikologi.............................................................................................6
1. Psikologi Zaman Kuno ..............................................................................................6
2. Psikologi Zaman Pertengahan...................................................................................7
3. Psikologi Dibawah Pengaruh Humanisme.................................................................8
4. Psikologi Di Bawah Pengaruh Rasionalisme.............................................................8
5. Psikologi Daya/Psikologi Kekuatan/Psikologi Vermogen ........................................9
6. Dikotomi Dan Trikotomi Jiwa ...................................................................................9
7. Psikologi Di Bawah Empirisme...............................................................................10
8. Psikologi Asosiasi Abad 19 .....................................................................................11
9. Psikologi Sebagai Ilmu Yang Mandiri.....................................................................12
B. Aliran – Aliran Psikologi ..........................................................................................13
1. Strukturalisme ..........................................................................................................13
2. Fungsionalisme ........................................................................................................15
3. Asosiasionisme ........................................................................................................19
4. Psikoanalisis.............................................................................................................20
5. Behaviorisme ...........................................................................................................22
6. Psikologi Hormic ...................................................................................................26
7. Psikologi Gestalt .....................................................................................................28
Aliran – Aliran Psikologi Page 4
8. Psikologi Humanistik...............................................................................................30
9. Psikologi Kognitif....................................................................................................32
10.Psikologi Islami ......................................................................................................34
BAB III PENUTUP................................................................................................................39
Kesimpulan.......................................................................................................................39
Daftar Pustaka........................................................................................................................40
Aliran – Aliran Psikologi Page 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi merupakan sebuah ilmu yang cukup dinamis perkembangannya.
Keberadaan psikologi memberikan andil dalam mediskripsikan berbagai kejadian yang
dialami oleh manusia. Hingga saat ini tinjaun psikologi tidak hanya berkutat pada kasus –
kasus yang berhubungan dengan hukum, pendidikan, sosial, politik namun juga
mencakup persoalan ekonomi, perbankan dan bidang lainnya.
Jika dilihat dari asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunanai yakni psyche
yang berarti jiwa, sukma , roh dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah psikologi
berarti ilmu tentang jiwa.1
Psikologi semasa zaman Yunani Kuno hingga abad ke 19 menjadi satu dengan
filsafat. Oleh karenanya psikologi disebut pula psikologi filosofis, artinya konsep – konsep
psikologi membahas masalah hakikat jiwa. Jadi konsep – konsepnya bersifat spekulatif
dan pemikiran – pemikiran belaka.2 Istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan
lagi sejak tahun 1878, yang dipelopori oleh J.B Watson sebagai ilmu yang mempelajari
perilaku. Hal ini dikarenakan, ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati,
dicatat dan diukur. Sedangkan jiwa dipandang terlalu abstrak.3
Melihat perkembangan psikologi yang sangat dinamis tersebut maka penulis kali ini
mencoba mengkaji kembali aliran – aliran psikologi dari masa ke masa. Pada pembahasan
kali ini akan dikaji pula berbagai metode atau pendekatan yang digunakan oleh masing –
masing aliran psikologi tersebut. Dari pembahasan tema ini diharapkan mampu
memberikan pengetahuan tentang perkembangan aliran psikologi bagi penulis maupun
pembaca.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembahasan makalah kali ini adalah :
1. Apa saja aliran psikologi ?
2. Bagaimana metode pendekatan yang dilakukan oleh masing – masing aliran psikologi ?
1 Farid Mashudi.Psikologi Konseling.(Yogyakarta :IRCiSoD,2012),hlm :15
2 KI Fudyartanta.Psikologi Kepribadian.( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2012 ) ,hlm : 1
3 Farid Mashudi.Opcit,hlm : 16
Aliran – Aliran Psikologi Page 6
BAB I
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Psikologi
1. Psikologi Zaman Kuno
Psikologi pada zaman Yunani dan Romawi kuno sampai dengan abad ke 19
menjadi satu dengan filsafat. Karena merupakan bagian dari filsafat, psikologi saat itu
disebut juga psikologi filosofis, artinya konsep – konsep psikologi membahas masalah
hakikat jiwa yang konsepnya bersifat spekulatif dan pemikiran – pemikiran belaka.
Tokoh yang pada saat itu membahas masalah hakikat jiwa diantaranya :
a. Plato ( 427 – 347 )
Plato menganggap bahwa jiwa itu berasal dari dunia idea. Di dunia idea, jiwa
telah mempunyai semua pengetahuan mengenai benda – benda di dunia ini. Jiwa
turun dari dunia idea masuk ke dalam badan manusia, mulai dalam kandungan ,
kemudian lahir menjadi bayi dan seterusnya hingga menjadi orang dewasa. Setelah
jiwa berada di dalam tubuh manusia kemampuannya menjadi terbatas, yakni dibatasi
oleh jasmaninya. Misal, untuk melihat benda dibutuhkan mata, ada bendanya dan
cahaya. Untuk berpikir kita memerlukan saraf otak, sebab tanpa saraf otak kita tidak
dapat berpikir. Jadi jiwa menjadi terkurung oleh jasmaninya.4
Mengenai jiwa manusia , Plato mengajarkan 3 jenis kemampuan jiwa yakni :
1) Kemampuan berpikir, tempatnya di kepala
2) Kemampuan merasa, tempatnyadi dada
3) Kemampuan menghendaki, tempatnya di perut
Dominasi salah satu dari kemampuan – kemampuan tadi menimbulkan tipe
seseorang, Misalnya apa bila seseorang lebih dominasi kemampuan berpikirnya
maka tipe orang tersebut ialah pemikir, jika dominasi rasa melahirkan tipe orang
pemberani, dan apabila dominasi rasa menghendaki jadilah tipe orang pekerja. Jika
ketiganya berkembang menjadi selaras maka tipe orang tersebut adalah orang yang
harmonis, orang yang bijaksana.5
4 KI Fudyartanta.Opcit, hlm : 1
5 Ibid, hlm : 2
Aliran – Aliran Psikologi Page 7
b. Aristoteles ( 384 – 322 )
Aristoteles murid dari Plato mengembangkan filsafat realisme, sebagai lawan
filsafat gurunya yakni filsafat idealisme. Aristoteles menulis buku De Anima yakni
buku tentang jiwa. Dengan psikologi filsafatnya Aristoteles mengemukakan tiga
macam jiwa yakni :
1) Anima vegetatifa, jiwa pada tumbuh – tumbuhan
2) Anima sensitiva, ialah jiwa pada hewan
3) Anima intellectiva, ialah jiwa pada manusia. Kelebihan dari jiwa manusia selain
memilki kemampuan – kemampuan jiwa di bawahnya juga memilki kemampuan
berpikir , kemampuan intelektif.6
Tingkah laku organisme menurut Aristoteles memperlihatkan tingkatan
sebagai berikut :
1) Tumbuhan : Memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif ( bernafas,
makan, tidur ).
2) Hewan : Selain tingkah laku vegetatif, juga bertingkah laku sensitif
( merasakan melalui pancaindera ). Hewan memiliki faktor
perasaan sedangkan tumbuhan tidak.
3) Manusia : Manusia bertingkah laku vegetatif, sensitif, dan rasional.
Manusia berbeda dengan organisme lainnya, karena dalam
bertingkah laku manusia menggunakan rasionya yaitu akal
atau pikirannya.7
2. Psikologi Zaman Pertengahan
Psikologi pada zaman pertengahan masih juga menjadi bagian dari filsafat.
Filsafat dan budayanya mengikuti zaman kuno hanya ditambah dengan ajaran agama
Kristen. Kedudukan Filsafat pada waktu itu sebagai pembantu agama Kristen. Karena
agama menjadi pengendali pokok pada kehidupan manusia maka semuanya tunduk
pada ajaran agama. Kreatifitas pikiran manusia menjadi tekurung sehingga zaman
pertengahan dijuluki dengan abad kegelapan oleh kaum Reinaisans.8
Salah satu tokoh filsafat dan juga yang merumuskan ajaran psikologi pada saat
itu adalah Thomas Van Aquino (1225-1274). Ajaran psikologinya mengikuti ajaran
6 Ibid
7 Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Litasan Sejarah.( Bandung :CV Pustak Setia, 2013) , hlm : 77
8 KI Fudyartanta.Opcit, hlm : 4
Aliran – Aliran Psikologi Page 8
Aristoteles. Thomas berpendapat bahwa jiwa dan raga manusia itu tidak dapat dipisah –
pisahkan, ia menyebut sebagai dwimurti artinya dua jalan, yakni jalan jasmani dan
rohani. Mengenai macam jiwa ( anima ) dan kekuata jiwa sama dengan apa yang
diajarakan oleh Aristoteles.
3. Psikologi Di Bawah Pengaruh Humanisme
Pada Abad ke 16 mulai timbul gerakan Reinaisans artinya lahirnya kembali.
Maksudnya adalah menghidupkan kembali budaya klasik yakni Yunani dan Romawi.
Gerakan Reinaisans menganggap bahwa zaman pertengahan adalah zaman kegelapan
yang terkukung oleh gereja.
Humanisme dapat dipandang sebagai kebangkitan dari Reinaisans atau setidaknya
timbul karena ada gerakan Reinaisans. Reinaisans yang mulanya berkembang di Itali
menyebar ke seluruh Eropa. Timbul kembali semangat untuk mempelajari kembali
kebudayaan Yunani dan Romawi.
Psikolgi di bawah pengaruh humanisme mengarah pada psikologi empiris. Orang
– orang mulai meninggalkan gaya berpikir skolastik zaman pertengahan dengan metode
deduktif selanjutnya humanisme mulai mengembangkan pemikiran – pemikiran dengan
metode induktif.
Tokoh pelopor psikologi untuk berkembang menjadi psikologi empiris pada saat
itu adalah B.L Vives (1492-1540). Ia tidak lagi mempelajari hakikat jiwa ( psikologi
filsafat ), tetapi mulai mempelajari sisfat – sifat jiwa manusia dengan mengembangkan
metode empiris, tidak spekulatif lagi. Yang ia pelajari adalah gejala – gejala kesadaran
jiwa dan hubungan (asosiasi) satu sama lain.Vives menulis buku Deanima et vita,
artinya tentang jiwa dan hidup. Dalam buku tersebut Vives menguraikan tentang
asosiasi dan reproduksi atau mengingat kembali. Ia banyak memberi petunjuk cara –
cara menghafal, menguraikan tentang nafsu – nafsu dan perasaan.9
4. Psikologi Di Bawah Rasionalisme
Psikologi di bawah pengaruh rasionalisme berkembang di Prancis. Tokoh yang
berpaham rasionalisme (ajaran serba pikiran) adalah Rene Descartes (1596-1650).
Dalil yang terkenal yang dilontarkan oleh Rene Descartes ialah Cogito ergo sum ( saya
berpikir maka saya ada). Descartes membagi manusia menjadi dua substansi, yakni
9 Ibid,hlm : 6
Aliran – Aliran Psikologi Page 9
substansi ekstensio ( unsur badannya yang memakan tempat karena bervolume), dan
substansi cogitans ( unsur berpikirnya yang tidak memerlukan tempat).10
Descartes menganut pandangan dualistis jiwa yakni jiwa dan raga dipandang dua
unsur yang berdiri sendiri – sendiri. Descartes berpendapat bahwa jiwa dan raga
manusia mempunyai hubungan gaib dalam bagian yang dinamakan pijnappelklier,
suatu kelenjar kecil yang dinamakan kelencar buah kacang pada otak bagian tengah.11
Descartes berjasa dalam mempelopori terjadinya psikologi empiris dengan
membatasi lapangan kerjanya yang hanya mempelajari gejala – gejala kesadaran saja.
Namun maksud Descartes untuk menciptakan psikologi empiris tidak berhasil karena ia
sebagai seorang rasionalis lebih suka memakai metode deduksi, maka psikologinya
akhirnya bersifat filsafat. Secara tidak disadari , ia mengikuti jejak para psikolog
filsafat yang terdahulu.12
5. Psikologi Daya/Psikologi Kekuatan/Psikologi Vermogen
Psikologi Daya/Psikologi Kekuatan/Psikologi Vermogen pada dasarnya adalah
psikologi Filsafati. Hanya pada psikologi daya abad ke 18 di Jerman mengalami
pergeseran maknanya. Konsep lama psikologi daya sama halnya dengan psikologi dari
Aristoteles dan pengikut – pengikutnya termasuk juga filsuf zaman pertengahan
Thomas Van Aquino. Menurut konsep lama konsep daya/kekuatan/vermogen adalah
barang sesuatu yang betul – betul ada dan menjadi pangkal gejala – gejal jiwa. 13
Menurut konsep psikologi daya yang baru yang berkembang di Jerman abad ke
18, kata vermogen mendapat arti lain, yakni vermogen berarti kemungkinan terjadinya
pekerjaan jiwa. Vermogen bukan lagi yang menyebabkan terjadinya pekerjaan atau
fungsi jiwa melainkan memungkinkan kejadian itu saja. Dalam teori orang membagi –
bagi hidup kejiwaan menjadi beberapa fungsi yang masing – masing menjadi sebab dari
pada masing – masing vermogen.14
6. Dikotomi dan Trikotomi Jiwa
Dikotomi jiwa yang telah banyak dianut oleh banyak filsuf zaman kuno kembali
dikembangkan. Salah satu tokoh filsuf yang masih menganut dikotomi jiwa ialah Chr.
Wolff (1679-1754). Dikotomi jiwa membagi kekuatan jiwa menjadi dua macam yakni
mengenal dan menghendaki, kognisi dan konasi.Wolff meyakini adanya kesatuan hidup
10 Ibid
11 Ibid
12 Ibid
13 Ibid, hlm : 8
14 Ibid
Aliran – Aliran Psikologi Page 10
kejiwaan, ia mencoba memperoleh satu kekuatan pokok sebagai sebab dari
kesanggupan jiwa. Kekuatan itu selanjutnya dibagi – bagi lagi menjadi kekuatan –
kekuatan yang banyak jumlahnya, misalnya kekuatan mencerap (persepsi), mengingat
dan sebaginya.15
Tahun 1775 M Tenten mengajukan pembagian atas tiga kejiwaan yakni Denken
(berpikir), Empfinden (perasaan), dan Vollen (menghendaki) yang disebut dengan
trikotomi jiwa. Tokoh lain misalnya Ki Hadjar Dewantara (1952) mengajukan trisakti
jiwa yakni cipta, rasa dan karsa. Immanuel Kant (1724 – 1804) filsuf dari Jerman juga
mengikuti pembagian trikotomi jiwa tersebut. Kant menulis buku Kritik der
praktisschen Vernunft (1788) yang antara lain membicarakan tentang pengertian watak
atau karakter dalam arti etis dan normatif. Dalam bukunya yang lain Antropologie ia
membahas tentang watak dalam arti deskriptif atau kepribadian. Watak sebagai
kualitas – kualitas yang membedakan antara satu orang dengan yang lain. Kant juga
membahas tentang tempramen dan mengadakan penggolongan watak.16
7. Psikologi di Bawah Empirisme
Filsafat empirisme berkembang di Inggris pada abad ke 17 dan menjadi pedoman
orang dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Tokoh – tokoh empirisme saat itu
diantaranya :
a. Francis Bacon ( 1561 – 1623 )
Bacon berusaha melepaskan diri dari ajaran Aristoteles. Ia menulis buku
Novum Organum yang berisi ajaran logika atau semantik. Kaitannya dengan
psikologi Bacon berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari terlepas dari teologi
(filsafat agama). Psikologi mempelajari gejala – gejala kesadaran . Ia ingin
menyelidiki ilmu jiwa seperti ilmu alam, yakni dengan mencari unsur – unsur yang
sederhana yang disebut elemen – elemen jiwa.17
Cita – cita Bacon mengenai psikologi empiris tidak terwujud karena kurang
tegas rencananya. Ia tidak menghiraukan nilai – nilai ilmu pasti dalam ilmu alam.
Metode induktif – deduktif baru dipraktikan pada masa toko – tokoh Kepler,
Galilei dan Isac Newton. Maka pada abad ke 17 dan seterusnya ilmu penegtahuan
menjadi lebih berkembang.
15 Ibid, hlm : 9
16 Ibid
17 Ibid
Aliran – Aliran Psikologi Page 11
b. John Locke (1632 – 1704)
John Locke merupakan salah satu tokoh empirisme dan terkenal dengan teori
tabula rasa. Dalam teoriya tentang jiwa manusia ia menyatakan :
1) Jiwa itu tidak mempunyai pengertian - pengertian pembawaan. Ia
berpendapat bayi yang baru lahir jiwanya bersih laksana kertas putih yang
masih kosong, seperti blebekan lilin putih. Jiwa tersebut akan terisi kesan
apa tergantung dengan kesan – kesan yang masuk dari pengalaman.
2) Semua pengertian dan pengetahuan manusia berasal dari pengalaman.
Manusia memperoleh pengalaman melalui dua cara yakni melalui
pengindraan atau pengamatan dan didapat dari dalam jiwa atau pikiran.
Pengalaman yang diperoleh dari proses penginderaan disebut sensai atau
pengetahuan sensoris sedangkan pengetahuan yang diperoleh dari jiwa
(pikiran) disebut pengetahuan refleksi. Dengan refleksi manusia dapat
menyelidiki jiwanya sendiri yang disebut dengan metode introspeksi.18
Pengetahuan sensasi dan pengetahuan refleksi keduanya merupakan
pengertian tunggal yang disebut simple idea. Dengan cara beasosiasi atau berhubung
– hunbungan antara berbagai pengetahuan tunggal tersebut maka dapat terbentuk
pengetahuan yang kompleks. Oleh karena itu psikologi yang dikembangkan oleh
John Locke disebut juga dengan psikologi asosiasi. Namun pada kenyataanya ia
tidak selalu dapat memakai metode induktif. Ada beberapa pengertian hasil
penelitiannya terlalu dipengaruhi oleh pendapat – pendapat terdahulu meski tidak
dirasakannya.
8. Psikologi Asosiasi Abad ke 19
Psikologi asosiasi pada awalnya meniru ilmu gaya atau mekanika tetapi semakin
lama orang menegrti bahwa dengan mempelajari psikologi selaku ilmu alam , orang
tidak dapat menerangkan semua gejala hidup.
Ciri – ciri psikologi asosiasi pada saat itu adalah :
a. Psikologi asosiasi adalah psikologi elemen. Jiwa adalah kumpulan elemen –
elemen . Kesatuan jiwa itu tidak ada
b. Psikologi asosiasi bersifat ilmu pengetahuan alam. Metode yang digunakan
adalah metode analaisis dan sintesis
18 Ibid, hlm : 10
Aliran – Aliran Psikologi Page 12
c. Psikologi asosiasi hendak membuktikan bahwa kehidupan jiwa dikuasai oleh
hukum sebab akibat ( kausalitas ). Jiwa diperlukan sebagi benda biasa
d. Psikologi asosiasi bersifat sensualitas. Gejala kejiwaan ialah pada
penginderaan. Gejala – gejala mengenai benda – benda dari luar dipandang
sebagai gejala primer. Perasaan dan menghendaki bersifat sekunder.
e. Psikologi asosiasi bersifat mekanistis. Jiwa dipandang sebagai mesin. Semua
gejala jiwa dikuasai oleh hukum asosiasi. Jiwa dianggap sebagai penerima
saja (pasif )
f. Psikologi asosiasi adalah psikologi umum. Yang dipelajari adalah berlakunya
hukum – hukum yang tampak pada setiap manusia biasa.19
John Stuart Mill mempelopori aliran psikologi aliran baru yang tidak berpegang
pada mekanika melainkan pada ilmu kimia. Mill memakai asas asosiasi dan asas
persenyawaan dari ilmu kimia. Menurut ilmu kimia kesatuan – kesatuan terjadi karena
persenyawaan dari elemen – elemen tunggal. Dalam persenyawaan tersebut orang
tidak dapat membedakan elemen – elemen yang ada didalamnya. Dengan
menambahkan prinsip persenyawaan pada psikologi asosiasi, maka psikologi
meninggalkan sifatnya yang mekanistis
9. Psikologi Sebagai Ilmu Yang Mandiri
Psikologi dikukuhkan sebagi ilmu yang mandiri oleh William Wundt dengan
didirikannya Laboratorium Psikologi petama di Lepzing pada tahun 1879 dan mendapat
pengakuan dari universitas pada tahun 1886. Metode yang digunakan Wundt adalah
metode pengetahuan alam. Ia bependapat bahwa eksperimen banyak faedahnya bagi
psikologi oleh karenanya ia menetapkan bidang kerja psikologi dan eksperimennya.
Eksperimen yang dilakukan Wundt terutama mengenai gejala pengamatan dan
tanggapan manusia seperti persepsi, reproduksi, ingatan, asosiasi dan
fantasi.20Sementara untuk gejala yang lebih tinggi seperti berpikir, eksperimennya
jarang dapat dilakukan.21
Wundt juga menggunakan metode analisis – sintesis. Ia berpandangan bahwa
hidup kejiwaan itu merupakan suatu totalitas atau keseluruhan, suatu kebulatan.
Berdasarkan analisisnya Wundt berpendapat ada dua macam elemen jiwa yakni
tanggapan dan perasaan – perasaan. Menurutnya gejala kejiwaan itu tidak tetap, selalu
19 Ibid , hlm : 11 - 12
20 Alex Sobur.Opcit. hlm : 99
21 KI Fudyartanta.Opcit, hlm : 17
Aliran – Aliran Psikologi Page 13
berubah. Gejala – gejala kejiwaan tersebut adalah kejadian – kejadian atau proses –
proses.22
Psikologi Modern memilki khas dan terdapat perbedaan dengan psikologi kuno.
Peredaan anatara psikologi kuno dengan psikologi modern adalah sebagai berikut :
No. Psikologi Kuno Psikologi Modern
1. Psikologinya adalah psikologi
unsur yakni mendasarkan
pandangan pada elemen dan unsur
– unsur yang berdiri sendiri dan
diselidiki sendiri - sendiri
Psikologinya totalitas yakni berpangkal
pada keseluruhan psychophysis
2. Dalam peninjauannya mencari
hukum sebab akibat, hukum kausal
dan bersifat mekanis.
Dalam meninjau kehidupan kejiwaan
melihat hubungan kejiwaan sebagai
bagian dari kehidupan manusia, sebagai
kehidupan kejiwaan dari manusia
sebagai makhluk hidup yang
mempunyai tujuan tertentu, jadi
meninjau secara teologis.
3. Meninjau kehidupan secara
terpisah dari subjeknya, yakni
manusia. Maka disebut kehidupan
jiwa yang pasif
Meninjau kehidupan jiwa berdasarkan
dalam hubnungannya dengan subjeknya
yakni manusia. Maka disebut kehidupan
jiwa yang aktif.23
B. Aliran - Aliran Psikologi
1. Strukturalisme
Strukturalisme merupakan aliran pertama dalam psikologi yang dikemukakan
oleh Wilhlem Wundt, seorang tokoh yang pertama kali mempelajari psikologi sebagai
ilmu otonom yang mandiri. Pada awalnya Wundt ingin mengetahui apa sesungguhnya
gejala kejiwaan itu? Bagaimana Strukturnya? Terdiri atas apa saja? Apakah elemen –
elemen dari gejala kejiwaan tersebut? Hingga pada akhirnya Wundt sampai pada
strukturalisme. Ia percaya bahwa gejala – gejala kejiwaan dapat dibagi – bagi dalam
22 Ibid
23 Alex Sobur.Opcit, hlm : 101
Aliran – Aliran Psikologi Page 14
elemen – elemen yang lebih kecil. Hanya dengan menganalisis pelbagai elemen
kejiwaan tersebut lah gejala kejiwaan dapat dipelajari.24
Wundt dan pengikut – pengikutnya disebut strukturalis karena mereka
berpendapat bahwa pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya adalah
“struktur” yang terdiri atas keadan – keadaan mental yang sederhana , seperihalnya
persenyawaan kimiawi yang tersusun dari unsur – unsur kimiawi. Mereka bekerja
atas dasar premis bahwa bidang usaha psikologi itu terutama adalah menyelidiki
“struktur” kesadaran dan mengembangkan hukum – hukum pembentukannya.25
Untuk mengetahui isi dari struktur kejiwaan kaum strukturalis menggunakan
metode introspeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani percobaan diminta
untuk menceritakan kembali pengalaman – pengalamannya atau perasaan – perasaanya
setelah ia melakukan eksperimen. Misalnya, kepada orang percobaan ditunjukkan
sebuah warna atau bentuk, setelah itu diminta untuk mengatakan apakah bentuk itu
indah atau tidak indah, menarik atau tidak menarik dan sebagainya. Karena metode
introspeksi ini, strukturalisme dapat juga disebut sebagai psikologi intorspeksi
(introspective psychology)26
Menurut Wundt objek utama dalam psikologi utuk menganalisis elemen – elemen
mental adalah kesadaran. Pengalaman – pengalaman kesadaran oleh Wundt dibagi
atas dua bagian, yakni penginderaan ( sensation ) dan perasaan ( feeling ).27
Penginderaan ialah penangkapan terhadap rangsangan – rangsangan yang datang
dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen – elemen yang terkecil. Wundt percaya
bahwa elemen terkecil dari penginderaan merupakan elemen terkecil dari
pengalaman.28
Perasaan adalah sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, yang tidak terlalu
dipengaruhi dan tidak merupakan reaksi langsung terhadap rangsangan – rangsangan
dari luar29. Perasaan oleh Wundt dibedakan dalam 3 pasangan yakni :30
a. Lust – unlust atau pleasant – unpleasant ( senang – tidak senang )
b. Erregung - beruhigung atau excitement – calm ( bersemangat – tenang )
c. Spannung - losung atau strain – relaxation ( tenang – santai )
24 Alex Sobur, Opcit, hlm : 105
25 Ibid, hlm: 104
26 Singgih Dirgagunarsa.PengantarPsikologi. ( Jakarta : Mutiara Sumber Widya,1975), hlm: 47
27 Ibid, hlm : 48
28 Ibid
29 Ibid
30 Ibid, hlm : 46
Aliran – Aliran Psikologi Page 15
Salah satu doktrin yang dikemukakan oleh Wundt adalah “prinsip sintesis kreatif “
atau disebut juga hukum Resultan Psikis. Doktrin ini berbunyi : “ Setiap gejala psikis
yang kompleks selalui mempunyai karakteristik dari elemen – elemennya.”
2. Fungsionalisme
Aliran psikologi fungsionalisme merupakan reaksi terhadap aliran strukturalisme
tentang tanda – tanda keadaan mental. Jika para strukturalis bertanya “ Apa kesadaran
itu?” maka lain halnya dengan kaum fungsionalis yang bertanya “ Untuk apa
kesadaran itu ?”31
Fungsionalisme merupakan paham yang tumbuh di Amerika Serikat dengan sifat
– sifat bangsa Amerika yang serba praktis dan pragmatis. Sementara Strukturalisme
tumbuh di Jerman di tengah – tengah bangsa yang terkenal dengan keahliannya dalam
berfilsafat.Dengan demikian perbedaan latar belakang tersebut menimbulkan pula
berbagai perbedaan dalam pandangan antara kedua aliran ini. 32
Strukturalisme Fungsionalisme
Pendekatan gejala psikis
Secara struktul : pengalaman -
pengalaman kesadaran dianalisis
dalam unsur – unsurnya.
Pertanyaan yang timbul :
Apa unsur – unsurnya dan bagaimana
unsur –unsur itu bergabung?
Secara fungsional : pengalaman
kesadaran dilihat dalam hubungan
dengan fungsiunya untuk hidup,dan
menyesuaikan diri baik secara psikis
maupun secara sosial.
Mengapa dan buat apa suatu tingkah laku
itu dierbuat orang?
Memperhatikan isi jiwa seseorang Menitikberatkan aksi dari seseorang
Jiwa seseorang merupakan
penggabungan berbagai pengalaman
kesadaran
Jiwa seseorang diperlukan untuk
melangsungkan kehidupan dan berfungsi
untuk penyesuain diri.
Fokus dari aliran fungsionalisme adalah mempelajari apa tujuan atau akhir dari
aktivitas. Sesuai dengan namanya, fungsionalisme mempelajari “ fungsi” dari tingkah
laku dan proses mental, tidak hanya berhenti pada struktur mental saja. Untuk
31 Alex Sobur.Opcit, hlm :106
32 Ibid
Aliran – Aliran Psikologi Page 16
mempelajari fungsi tingkah laku, metode eksperimen yang digunakan oleh kaum
fungsionalis ialah metode observasi tingkah laku ( observation of behavior). Metode
introspeksi masih dipakai tetapi dengan banyak kritik . Metode introspeksi dianggap
kurang baik karena sifatnya yang subjektif sehingga sukar untuk disistematikkan
sebagai sesuatu yang kuantitatif dan dianggap kurang ilmiah. Misalnya , bila
seseorang diminta untuk meneceritakan kembali apa yang dialami ketika
menyelesaikan suatu tugas, kemungkinan orang itu hanya menceritakan hal – hal yang
menguntungkan dirinya, hal – hal yang mungkin menimbulkan perasaan malu tidak
akan dikemumkakannya. Orang akan lebih mudah mengatakan “ kurang bisa” dari
pada “tidak bisa” dan cenderung mengatakan sesuatu yang menyenangkan orang lain
saja, walaupun keadaan yang sebenarnya mungkin sebaliknya dari itu. Metode
introseksi juga banyak dipengaruhi oleh kemampuan atau daya khayal seseorang.
Dengan demikian apa yag dikemukakan seseorang sebagai hasil introspeksi tidak
selamnya murni sebagaimana ketika pengalaman yang sesungguhnya berlangsung.33
Metode observasi yang dikembangkan oleh aliran fungsionalisme digunakan
untuk mengatasi kelemahan – kelemahan metode introspeksi. Metode observasi
terbagi menjadi dua macam, yaitu metode fisiologis dan metode variasi kondisi.
Metode fisiologis adalah cara menganalisis gejala kejiwaan dengan meneliti proses
fisiologis ( proses faal ) yang terjadi dalam diri seseorang yang bersangkutan.
Mislanya, mengapa orang dapat melihat sebuah benda, dapat diterangkan melalui
kenyataan bahwa ada sumber cahaya yang memancarkan gelombang – gelombang
cahaya yang sampai ke alat penerima ( respector ) dan melaui saraf tertentu impuls –
impuls dari respector ini diteruskan ke pusat penglihatan sehingga akhirnya orang
tersebut dapat melihat benda. Bagian mana respector menerima cahaya dan bagamana
respector tersebut menerima rangsangan akan meyebabkan terjadinya perbedaan –
perbedaan penginderaan, baik perbedaan antar individu maupun perbedaan –
perbedaan yang terdapat dalam satu individu.34
Tidak semua gejala kejiwaan dapat dijelaskan dengan metode fisiologis.
Misalnya, sulit sekali untuk mempelajari reaksi emosional seperti marah, malu, benci
dan sebagainya dengan metode fisiologis. Reaksi emosional banyak dipengearuhi oleh
faktor – faktor yang bukan bersifat fisiologis seperti pengalaman, kebiasaan, latihan
dan lain – lain. Oleh karenaitu disamping menggunakan metode fisiologis diperlukn
33 Singgih Dirgagunarsa.Opcit,hlm : 50
34 Ibid, hlm : 51
Aliran – Aliran Psikologi Page 17
pula metode variasi kondisi. Dalam metode ini rangsangan diberikan beberapa kali
dalam situasi dan lingkungan yang berbeda (bervariasi). Dengan melihat perbedaan –
perbedaan reaksi dalam kondisi – kondisi yang berbeda tersebut maka dapat diketahui
sifat – sifat yang menetap ataupun tidak menetap pada diri seseorang. Metode variasi
kodisi ini selanjutnya menjadi dasar pengukuran validitas dan reabilitas dari test – test
psikologi.35
Fungsionalisme berkembang di Amerika Serikat sesuai dengan karakter orang
Amerika yang serba praktis dan serba pragmatis. Tokoh aliran psikologi
fungsionalisme ini cukup banyak diantaranya :
a. William James ( 1842 – 1910 )
James adalah filsuf dan psikolog Amerika yang lahir di New York City.
Ia merupakan pionir dalam studi psiologi modern. Menurut James psikologi
tidak dapat membuktikan bebasnya kemauan. Bila psikologi bekerja sama
dengan determinisme, dapatlah ia melokalisasi suatu “pilihan bebas”. Akan
tetapi, psikologi tidak dapat menggunakan konsep determinisme adalah
hipotesis yang bekerja di belakang sains dan meurpakan bagian dari
pengetahuan agama.36
James memiliki pandangan bahwa metode introspeksi dari
strukturalisme terlalu membatasi. Para fungsionalis berpendapat untuk
mengetahui bagaimana organisme beradaptasi dengan lingkungannya data
yang berasal dari introspeksi harus dilengkapi oleh observasi perilaku aktual,
termasuk penelitian perilaku hewan dan perkembangan perilaku. Jadi
fungsionalisme memperluas lingkup psikologi dengan mencakup perilaku
sebagai variabel independen. Namun, bersama dengan strukturalisme masih
menganggap psikologi sebagia ilmu pengetahuan pengalaman sadar dan
metode penelitian utama sebagai intospeksi.37
b. James Rowland Angell (1869 – 1449)
Angell adalah murid dari William James, yang pernah menjabat
sebagai Presiden “American Psychological Association”. Dalam papernya “
The Province of Functional Psychological Association”, ia menjelaskan tiga
pandangannya terhadap fungsionalisme antara lain :
35 Ibid
36 Alex Sobur.Opcit, hlm :107-108
37 Ibid, hlm : 108 - 109
Aliran – Aliran Psikologi Page 18
1) Fungsionalisme adalah psikologi tentang mental operation sebagai
lawan dari psikologi tentang elemen – elemen mental
(elementisme).
2) Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan dasar dari
kesadaran , yang jiwa merupakan perantara antara kebutuhan -
kebutuhan organisme dan lingkungannya , khususnya dalam
keadaan “emergency” (teori “emergency” dari kesadaran).
3) Fungsionalisme adalah psikofisik , yaitu psikologi tentang
keseluruhan organisme yang terdiri dari jiwa dan badan . Oleh
karena itu , ia menyangkut juga hal – hal yang di balik kesadaran
seperti kebiasaan , tingkah laku yang setengah disadari dan
sebagainya.38
Aliran Fungsionalisme juga berkembang di Columbia, hingga kelompok yang
berkembang di sana disebut sebagai aliran Columbia. Ciri aliran fungsionalisme
Columbia adalah kebebasannya dalam mempelajari tingkah laku , yaitu mereka lebih
bebas mempelajari tingkah laku karena organisme dianggap sebagai kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan antara badan dan jiwanya. Jadi tidak ada persoalan dualisme
disini. Kebebasan kedua adalah bahwa psikologi tidak perlu bersifat deskriptif
karena yang penting hanya mengetahui apa fungsi dari pada tingkah laku, jadi yang
penting adalah korelasi antara suatu tingkah laku dengan tingkah laku lain atau hal
lain. Dari kebebasan tersebut fungsionalisme di Columbia dapat berkemabang seluas
– luasnya .39
Tokoh aliran fungsionalisme di Columbia diantaranya James Mc Keen Cattell. Ia
pernah belajar pada Wundt. Namun ia tidak setuju dengan metode Wundt yang
menekankan pada introspeksi. Ia lebih tertarik untuk mmepelajari gejala – gejala
psikis yang dapat langsung diamati tanpa memerlukan introspeksi, misalnya
perbedaan individual dalam kecepatan reaksi. Ia sering melakukan percobaan –
percobaan hingga pada tahun 1890 ia menemukan “mental testing” yaitu test yang
38 Ibid, hlm : 109
39 Singgih Dirgagunarsa.Opcit,hlm : 53
Aliran – Aliran Psikologi Page 19
digunakan untuk mengukur kemampuan mental seseorang,. Hingga saat ini masih
banyak sekali digunakan dalam berbagai bentukknya yang sudah diperbarui.40
Strukturalisme maupun fungsionalisme kenyataanya memilki peranan yang
penting dalam perkembangan psikologi awal. Hal ini karena masing – masing
pendekatan memberikan sudut pandang terhadap psikologi. Hingga pada akhirnya
mampu merangsang berkembangnya berbagai aliran psikologi lain.
3. Asosiasionisme
Asosiasionisme adalah aliran yang banyak menekankan pada hukum – hukum
asosiasi untuk menerangkan berbagai gejala kejiwaan . Aliran ini dapat di bagi menjadi
dua bagian yakni Asosiasionisme Lama dan Asosiasionisme Baru atau Neo
Associationism. Asosiasionisme Lama sudah berkembang sejak Aristoteles
mengemukakan hukum – hukum terjadinya asosiasi yaitu Simiarity atau kesamaan ,
Contrast atau perlawanan dan Contiguity atau kedekatan.41
Salah satu tokoh Asosiasionisme Lama antara lain Hobbes. Hobbes sebagai
pelopor psikologi di Inggris mengemukakan bahwa jiwa terdiri dari 3 bagian yaitu ;
Sensation, recall dan association. Sensation adalah proses dimana seseorang menerima
rangsangan , recall adalah proses dimana seseorang memproduksi kembali sesuatu yang
pernah dirasakan atau dialami, dan association adalah proses terjadinya penggabungan
antara satu rangsang dengan rangsang yang lain. Selanjutnya, proses – proses
penggabungan itu maka seseorang dapat berpikir.42
Proses terjadnya asosiatif antara satu rangsangan dengan rangsangan yang lain
dan satu respon dengan respon yang lain , Hobbes mengemukakan bahwa “ Objek –
objek di luar kita mempengaruhi kita melalui macam – macam bentuk perangsangan ,
misalnya melalui cahaya atau suara”. Proses tersebut oleh Hobbes disebut Physical
Motion (gerakan fisik). Proses ini terjadi pada alat – alat dan fungsi – fungsi indera.
Jika proses perangsangan berhenti , maka physical motion juga berhenti dan yang
tertinggal adalah proses lanjutannya yang dsebut fancy ( kenangan). Proses – proses
lanjutan ini terjadi secara berurutan dan ini disebut sebagai successive association .
40 Ibid,hlm : 54
41 Ibid, hlm : 57
42 Ibid
Aliran – Aliran Psikologi Page 20
Apa yang dikemukakan oleh Hobbes menunjukkan bahwa faktor – faktor pengalaman
dan perangsangan adalah penting agar terjadi pemikiran.43
Selanjutnya Asosiasionisme Baru dikenal dan berkembang pula dengan tokoh –
tokohnya seperti Herman Ebbinghaus dan E.L. Thorndike. Letak perbedaan antara
Asosiasionisme Lama dan Asosianisme Baru adalah cara pendekatannya dalam
penyelidikan – peneyelidikannya. Asosiasionisme Lama memulai berbagai
penyelidikannya dari mempelajari efek – efeknya baru kemudian sebab – sebabnya,
sedangkan Asosiasionisme Baru sebaliknya yakni memulai penyelidikan –
penyelidikannya dengan mempelajari sebab - seba suatu proses psikis dan baru
kemudian meneyelidiki efek – efeknya.44
Sebagai contoh dari aliran Asosianisme Baru ialah eksperimen dari Ebbinghaus.
Ia meneyelidiki tentang proses lupa. Ia memberikan sederetan suku kata yang tak
bermakna kepada orang – orang percobaanya, seperti pep, tet, det dan sebagainya. Suku
kata yang tak bermakna ini lebih sukar diingat daripada kata – kata yang bermakna.
Oleh karena itu suku – suku kata tak bermakna itu sangat sesuai untuk mengukur daya
ingatan seseorang. Dari hasil percobaanya, Ebbinghaus mendapatkan bahwa jumlah
suku kata yang dilupakan jauh lebih besar pada saat orang percobaan baru saja
mempelajari suku - suku kata itu, daripada saat ia sudah agak lama mempelajarinya.
4. Psikologi Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis ini dikenalkan oleh Sigmund Freud. Pada mulanya banyak
orang yang menentang, menolak, mencaci dan mengkritik aliran ini dengan alasan
bahwa metode yang digunakan Freud di anggap tidak baku, subjektif, jumlah klien
sedikit dan semua pasiennya penderita gangguan jiwa. Di sisi lain, Freud banyak
memberikan kontribusi dalam hal mengembangkan konsep motivasi dari alam
ketidaksadaran dan mengarahkan fokus penelitian pada pengaruh pengalaman masa
kecil terhadap perkembangan kepribadian selanjutnya sampai dewasa. Di samping itu,
Freud juga merangsasang studi yang intensif tentang emosi, yaitu cinta, takut, cemas,
dan seks.45
43 Ibid, hlm :57 - 58
44 Ibid, hlm : 58
45 Alex Sobur.Opcit, hlm : 111
Aliran – Aliran Psikologi Page 21
Dalam teori Freud dinyatakan bahwa satu – satunya hal yang mendorong
kehidupan manusia adalah dorongan id (libido seksualita), mendapat tantangan keras.
Dalam libido seksualita, seseorang berusaha mempertahankan eksistensinya karena
bermaksud memenuhi hasrat seksualnya. Dalam pandanga psikologi humanistik, teori
Freud hanya menjelaskan adanya kebutuhan ynag paling mendasar dari manusia, yaitu
kebutuhan fisioligis dan tak mampu memberikan untuk empat kebutuhan manusia yang
lain.46
Menurut Freud, sumber utama konflik atau gangguan – gangguan mental terletak
pada ketidaksadaran ini, karena itu agar bisa mempelajarinya, Freud mengembangkan
teknik psikoanalisis, yang sebagian besar didasarkan atas interpretasi “arus pikiran
pasien yang diasosiasikan secara bebas” dan analisis mimpi yang isi maupun
metodenya menggunakan sudut pandang yang radikal. Kesadaran hanyalah sebagian
kecil saja dari kehidupan mental; sedangkan bagian terbesarnya adalah ketidaksadaran
atau alam bawah sadar.
Bagian kesadaran bagaikan permukaan gunung es yang nampak, merupkan
bagian kecil dari kepribadian, sedangkan bagian ketidaksadaran (yang ada dibawah
permukaan air) mengandung insting – insting yang mendorong semua perilaku
manusia.47 Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat tiga
sistem kepribadian, yang disebut id, Ego dan superego. Id adalah bagian kepribadian
yang menyimpan dorongan – dorongan biologis manusia - pusat insting (Rakhmat,
1994:19). Ego adalah mediator antara hasrat – hasrat hewani dan tuntutan rasional dan
realistik.
Freud mengibaratkan hubungan ego-id sebagai penunggang kuda. Penunggang
akan memperhatikan tentang keadaan realitas, sedangkan kudanya mau keman –
mana.48 Selanjutnya Super-Ego berisi kata hati yang berhubungan dengan lingkungan
sosial dan mempunyai nilai – nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor dari
setiap dorongan – dorongan yang datang dari Id. superego berkembang pada permulaan
masa anak sewaktu peraturan – peraturan diberikan oleh orang tua, dengan memberikan
hadiah dan hukuman. Perilaku yang salah (yang memperoleh hukuman) menjadi bagian
46 Ibid, hlm : 112
47
Bimo Walgito.Pengantar psikologi umum. (Yogyakarta: Penerbit Andi,2010), hlm.88
48 Ibid, hal.90
Aliran – Aliran Psikologi Page 22
dari conscience anak, yang merupakan bagian dari superego. Perbuatan anak semula
dikontrol oleh orang tuanya, tetapi apabila superego telah terbentuk dari dirinya sendiri.
Superego merupakan prinsip moral.
5. Psikologi Behaviorisme
Ciri utama dari behaviorisme ialah menggunakan pendekatan objektif dalam
mempelajari manusia, berdasarkan pendekatan yang mekanistik dan materialistik.
Aliran behaviorisme timbul di rusia tetapi kemudian berkembang pula di Amerika, dan
merupakan aliran ynag mempunyai pengaruh cukup lama.
a. Ivan Petrivich (1849-1936)
Aliran ini dipelopori oleh Ivan Petrivih Pavlov. Behaviorisme merupkan
aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada
umumnya. Para ahli psokologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti
psikologi secara objektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal
yang dubious, sesuatu yang tidak dpat di observasi secara langsung, secara nyata.
Menurut Pavlov aktivitas organisme dapat dibedakan atas:
1) Aktivitas yang bersifat refleksif, yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari
oleh organisme yang tidak bersangkutan. Organisme membuat respon tanpa
disadari sebagai reaksi terhadap stimuls yang mengenainya.
2) Akivitas yang disadari, yaitu aktivitas atas kesadaran organisme yang
bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi
terhadap stimulus yang diterimanya. Ini berarti bahwa stimulus yang diterima
oleh organisme itu sampai di pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respon.
Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas
dasar kesadaran lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus dan
respon yang tiak disadari, atau respon yang refleksif.
Berkaitan dengan hal tersebut Pavlov sangat memusatkan perhatiannya
pada masalah refleks, karena itu pula psikologi Pavlov sering disebut sebagai
psikologi refleks atau psychoreflexology.
Pada mulanya pemikiran dan eksprimen pavlov hanya terbatas di Rusia,
tetapi juga menyebar di amerika, terutama para ahli yang menolak digunakannya
metode intropeksi dalam psikologi. Pavlov berkeberatan digunakannya metode
Aliran – Aliran Psikologi Page 23
introspeksi, karena dengan introspeksi tidak dapat diperoleh data yang objektif,
pavlov ingin merintis objective psychology, karena itu metode introspeksi tidak
digunakan. Ia mendasarkan eksperimennya atas dasar observed facts., pada
keadaan yang benar – benar dapat diobservasinya. Eksperimen Palpov ini banyak
pengaruhnya pada masalah belajar, misalnya pada pembentukan belajar.
Pavlov pada eksperimennya menggunakan anjing sebagai binatang coba.
Anjing dicoba sedemikian rupa, sehingga apabila air liur keluar dapat dilihat dan
dapat ditampung dalam tempat yang telah disediakan. Menurut pavlov apabila
anjing lapar dan dapat melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini
merupakan respons yang alami respon yang refleksif, yang disebut sebagai
respons yang tidak berkondisi (unconditioned response) yang disingkat dengan
UCR.49
Apabila anjing mendengar bunyi bel dan kemudian menggerakan
telinganya, ini juga merupakan respons yang alami. Bel sebagai stimulus yang
tidak berkondisi (unconditioned stimulus) atau UCS dan gerak telinga sebagai
UCR. Persoalan yang dipikirkan pavlov adalah apakah dapat dibentuk pada
anjing suatu perilaku atau respons apabila anjing mendengar bunyi bel lalu
mengeluarkan air liur. Hal inilah yang kemudian diteliti secara eksperimental
oleh pavlov. Ternyata perilaku tersebut dapat dibentuk dengan cara memberikan
stimulus yang berkondisi (conditioned stimulus) atau CS berbarengan atau
sebelum diberikan stimulus yang alami (UCS) ecara berulangkali, hingga pada
akhirnya akan terbentuk respons berkondisi (conditioned response) atau CR, yaitu
keluarnya air liur sklaipun stimulus yang wajar, yaitu mkanan tidak diberikan
Dalam eksperimen ini hasilnya, bunyi bel berkedudukan sebagai stimulus
yang berkondisi (CS) dan mengeluarkan air liur sebagai respon berkondisi (CR).
Apabla bunyi bel (CS) diberikan setelah diberikan makanan (UCS), maka tidak
akan terjadi respon yang berkondisi tersebut. Hal ini telah dibuktikan pula secara
eksperimental oleh Krestovnikov teman palpov (Garret, 1958). Salah satu
persoalan yang lain ialah apabila telah terbentuk respon berkondisi apakah dapat
dikembalikan ke keadaan semula. Ternyata setelah diadakan eksperimen hasilnya
menunjukkan bahwa hal tersebut dapat, yaitu dengan cara diberikn stimulus
berkondisi (CS) secara berulang – ulang tanpa disertai makanan sebagai
49 Ibid, hlm : 74
Aliran – Aliran Psikologi Page 24
reinforcement, sehingga pada akhirnya terbentuklah pada aning bahwa anjing
tidak lagi mengeluarkan air liur apabila mendengar bunyi bel. Ini berarti anjing
kembali dalam ke keadaan semula, yaitu pada keadaan sebelum terjadinya respon
berkondisi. Keadaan ini yang disebut sebagai eksperimental extinction. Tetapi
apabila dalam keadaan seperti itu kemudian sekali waktu diberikan lagi makanan
sebagai reinforcement, mka akan terjadi lagi respon berkondisi secara cepat, dan
ini yang disebut sebagai spontaneous recovery.
b. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)
Thorndike dilahirkan di Williamsburg pada tahun 1874. Ia mempeajari
bukunya james mengenai “principles of psychology” yang sangat menarik
baginya, yan kemudian mereka menjadi teman baik. Thorndike merupakan tokoh
yang mengadakan penelitian mengenai animal psychology. Penelitianya
mengenai hewan diwujudkan dalam disertasi doktornya yang berjudul “animal
intelegence: an Eksperimental study of associative processes in animals” yang
diterbitkan pada tahun 1911 dengan judul “animal intellegence” . Dalam buku ini,
tercermin ide – ide fundamental thorndike, termasuk pula teorinya tentang belaja.
Menurutnya asosiasi antara sence of impression dan implus to action,
disebutnya sebagai koneksi, yaitu usaha untuk menggabungkan antara kejadian
sesoris dengan perilaku, yaitu bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan
penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karena itu Thorndike
diklasifikasikan sebagai behavioris yang fungsional, berbeda dngan palpov
sebagai behavioris yang asosiatif.
Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah trial and error atau secara asli
disebutnya sebagai learning by selecting and connecting. Thorndike mengajukan
pengertian tersebut dari eksperimennya dengan puzzle box. Atas dasar
pengamatannya terhadap bermacam – macam percobaan, thorndike sampai ada
kesimpulan bahwa hewan itu menunjukkan adanya penyesuaian diri sedemikian
rupa sebelum hewan itu melepaskan diri dari box. Selanjutnya dikemukakan
bahwa penelitian dari semua hewan coba itu praktis sama, yaitu apabila hewan
coba –dalam halini kucing yang digunakannya- dihadapkan pada masalah, ia
dalam keadaan dicomfort dan dalam memecahkan masalahnya dengan trial and
error atau coba salah.
Aliran – Aliran Psikologi Page 25
Kucing yang dilaparkan dimasukkan kedalam box dan makanan ditruhkan
diluar box. Krn kucing dalam keadaan lapar maka kucing akan berusaha
mendapatkan makanan tersebut. Ia mencakar – cakar, melompat – lompat, hingga
pada suatu waktu perilakunya mengenai tali yang dapat membuka pintu box.
Dengan pntu terbuka kucing keluar untul mendapatkan makanan. Eksperimen
tersebut diulangi berkali – kali dan ternyata makin sering dicoba, kucing makin
cepat keluar dari box hal ini dapat dilihat dari grafik berikut.
Dari eksperimennya Thorndike mengajkan tiga macam hukum yang sering
dikenaldengan hukum primer dalam hal belajar, yaitu:
1) Hukum kesiapan (the law of readiness)
2) Hukum latihan ((the law of exercise)
3) Hukum efek (the law of effect).
Menurut Thorndike belajar yang baik haus ada kesiapan dari organisme
yang bersangkutan. Apabila tidak ada kesiapan, maka hasil belajarnya tidak akan
baik. Secara praktis hal tersebut dapat dikemukakan bahwa :
1) Apabila pada organisme adanya kesiapan untuk melakukan sesuatu
aktivitas, dan organisme itu dapat melaksanakan kesiapannya itu, maka
organisme itu akan merasakan kepuasan.
2) Apabila organisme mempuyai kesiapan untuk melakukan sesuattu
aktivitas, tetapi organisme itu tidak dapat melakukannya, aka
organisme itu akan mengalamikekecewaan atau frustasi.
3) Apabila organisme itu tidak mempunyai ksiapan untuk melakuakn
suatu aktivitas, tetapi disuruh melakukanya, maka hal tersebut akan
menimbulakn keadaan yang tidak memuaskan.
Mengenai hukum latihan oleh Thorndike dikemukakan danya dua aspek,
yaitu, (1) the law of use, (2) the law of disuse. The law of use, yaiu hukum yang
menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan
menjadi kuat apabila sering digunakan. The law of disuse, yaitu hukum yang
menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan
menjadi lemah apabila tidak ada latihan.
Aliran – Aliran Psikologi Page 26
Mengenai hukum efek Thorndike berpendapat baha memperkuat atau
memperlmah hubungan antar stimulus dan respons tergantung pada bagaimana
hasil dari respons yang bersangkutan. Apabila sesuatu stimulus memberikan hasil
yang menyenangkan atau memuaskan, maka hubugan antara stimulus dan respon
itu akan menjadi kuat, demikian sebaliknya apabila hasil menunjukkan hal yang
yang tidak menyenangakan, maka hubungan antara stimulus adan respon
melemah. Dengan kata lain apabila sesuatu stimulus menimbulkan respon yang
membawa reward hubungan antara stimulus dan respon(S-R) menjadi kuat,
demikian sebaliknya. Hukum efek ini sebenarnya didasarkan pada hukum asosiasi
lama, yaitu hukum frekuensi dan hukum kontiguitas sebagai determinan kuat
tidaknya hubungan antar stimulus dan respons. Walaupun Thorndike enerima
hukum frekuensi dan hukum kontiguitas, namun thorndike menambakan bshwa
konsekuansi dari respon itu akan ikut berperan sebagaideterminan kuat lemahnya
asosiasi antara stimulus dan respons.
Hukum yang dikemukakan thorndike tersebut merupkan hukum belajar
yang sampai sekarang masih bertahan sekalipun thorndike melakukan revisi
mengenai hukumnya tersebut. Thorndike tetap mempertahankan pendapatnya
bahwa latihan akan mengakibatkan adanya kemajuan, namun ini tidak berarti
bahwa tidak adanya latihan akan menyebabkannya kelupaan, hubungannya tidak
simetris.
6. Psikologi Hormic
Aliran psikolgi ini sebenarnya banyak persamaannya dengan aliran
Behaviorisme, antara lain keduanya hanya mempelajari tingkah laku, tanpa mau
dirisaukan dengan persoalan – persoalan pandangan – pandangn tentang kesadaran.
Tetapi William Mc. Dougall (1871 - 1944), seorang sarjana skotlandia yang mengajar
di Amerika erikat dan banyak dikatakan sebagai perangsang tumbuhnya aliran
Behaviorisme di amerika, tidak mau menyebut dirinya sendiri sebagai tokoh
Behaviorisme. Ia justru berbeda pandangan bahkan bertentangan dengan pandangan –
pandangan behaviorisme, sehingga ia lebih suka menyebut alirannya dengan aliran
Hormic Psiokologi.
Istilah Hormic berasal dari horme-urge yang arti sebenarnya ialah dorongan
dasar. Tiap –tiap tingkah laku menurut mc Dougall dilandasi oleh horme-urge ini, yang
Aliran – Aliran Psikologi Page 27
menyebabkan tingkah laku itu jadi mempunyai tujuan, mempunyai arah atau
purposive.. (kerane itu mc Dougall juga dikenal sebagai tokoh aliran purposive
psychology). Tingkah laku tidak dapat dipelajari terlepas dari tujuannya. Tingkah laku
yang tanpa tujuan tidak lebih dari pada refleks, dan refkeks menurut mc Dougall
ukanlah tingkah laku.
Dorongan dasar dari suatu tingkah laku adalah instinct (naluri) yang merupakan
pembawaan psikofisik (psychophysical disposition). Naluri ini mempunyai aspek
teleologis (artinya: mempunyai suatu hubugan tertentu) atau purposive (artinya
mempunyai yujuan tertentu)dan inilah yang membuat tingkah laku selalu bertujuan.
Dalam bukunya “Introduction to Social Psychology” (1908). Mc Dougall menyatakan
bahwa semua tingkah laku pada hakikatnya dapat dikembalkan pada naluri – naluri
yang mendasarinya, isalya daam hal emosi:
a. Emosi takut didasari oleh naluri melarikan diri
b. Emosi heran didasari oleh naluri ingin tahu
c. Emosi mesrah atau kasih sayang didasari oleh naluri orang tua
Mengenai naluri ini, Mc Dougall menyatakan bahwa ada tiga aspek pada naluri,
yaitu:
a. Aspek persepsi, yaitu kecenderungan untuk mengamati benda- benda padat, cair
dll, degan sifat – sifat dan jenis – jenis tertentu
b. Aspek emosionil. Yaitu kecenderungan untuk mengalai suatu keadaan emosionil
yang bersifat khas alam mengamati suatu obyek.
c. Aspek motoris. Yaitu kecendrungan untuk ber-bereaksi secara tertentu terhadap
obyek – obyek tertentu.
d. Selain pendapat – pendapatnya tentang tingkah laku dan naluri di atas, Mc
Dougall juga berbicara tentang kepribadian. Ia membedakan beberapa aspek
dalam kepribadian, yaitu:
1) Disposition. Yaitu sejumlah naluri yang merupakan pembawaan sejak
lahir.
2) Temperament. Ialah penjumlahan dari pengaruh – pengaruh terhadp
kehidupan psikis oleh adanya perubahan metaboliskimiawi pada tubuh.
Ini erat sekali hubungannya dengan Internal-Weather, yaitu perubahan
“cuaca” didalam tubuh sebagai aktivitas hormon – hormon tertentu
(istilah hormic juga berasal dari kata hormon). Misalnya orang yang
Aliran – Aliran Psikologi Page 28
lekas marah disebabkan oleh karena komposisi susunan saraf
dipengaruhi hormon2 tertentu yang tidak seimbang. Dalam hubungan ini
mc Dougall mempunyai pendapat sendiri tentang susunan saraf sebagai
berikut: “Susunan saraf mempunyai fungsi tertentu dalam tubuh,
sehingga apabila kita bisa mempelajari susunan saraf, kita bisa
mempelajari tingkah laku ora ng yang bersangkutan”
3) Character. Yautu penjumlahan dari hal – hal yang diperoleh dari
lingkungan sebagai hasil perkembangan disposition dan temperament.
Atau sesuatu yang tumbuh oleh pengaruh lingkungan dengan dasar –
dasar disposition dan temprament.50
7. Aliran psikologi Gestalt
Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman, yang dalam bahasa inggris berarti form,
shape, cnfiguration, whole; dalam bahasa indonesia berarti “bentuk” atau
“konfigurasi”, “hal”, “peristiwa”, “pola”, “totalitas”, atau “bentuk keseluruhan”.51
Tokoh yang di anggap sebagai pendiri aliran Gesalt ini adalah Max Wertheimer
(1880 - 1943)52. Kemudian dikembangkan oleh Kurt Koffka53 dan Wolfgang kohler ini
mengkritik teori – teori psikologi yang berlaku di Jerman sebelumnya, terutama teori
strukturalisme dari Wilhelm Wund, teori Wundt yang khususnya mempelajari proses
penginderaan dianggap terlalu elemenistik. Padahal, persepsi manusia terjadi secara
menyeluruh, sekaligus dan terorganisasikan, tidak secara parsial atau sepotong –
sepotong. Karena itulah menurut Weirtheimer ketika sebuah melodi terdengar
(dipersepsi), sebuah kesatuan dinamis atau keutuhan muncul dalam persepsi. Akan
tetapi nada tersebut dalam dirinya menyebar dan saling bergantian dalam urutan waktu
tertentu. Urutan waktu itu di ubah maka gesalt nya turut berubah.54
Aliran Gesalt ini tidak mengemukakan elemen, melainkan keseluruhan. Karena
kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen – elemen akan
tetapi harus dipelajari secara total, menyeluruh. Keseluruhan itu lebih ditanggapi dari
50 Ibid, hlm : 84-85
51 Alex Sobur.Opcit, hlm : 116.
52 Singgih Dirgagunarsa. Opcit, hlm : 87
53 Kurt Koffka adalah tokoh psikologi Gesaltyangbanyak menulis tentang faham – faham dan definisi –definisi
dari pada aliran ini.
54 Alex Sobur.Opcit, hlm : 117.
Aliran – Aliran Psikologi Page 29
bagian – bagiannya, dan bagian – bagian itu harus memperoleh makna dalam
keseluruhan. Menurut Alex Sobur dalam bukunya psikologi umum dalam lintasan
sejarah, memaparkan bahwa sebenarnya teri Gesalt ini dikembangkan oleh psikologi
sosial. Teori ini makin berkembang dengan teori S (Stimulus) – R (Reson) yang juga
dipakai oleh ilmu komuikasi.55 Dalam pengamatan dan pemaknaan keseluruhan yang
dijelaskan diatas, saya mengambil contoh misalnya, ketika kita melihat dan mengamati
sebuah mobil, maka kita tidak melihatnya sebagai susunan dari elemen-elemen nya
seperti ban, lampu, kaca, pintu dll, melainkan kita melihatnya sebagai keseluruhan yaitu
sebuah mobil yang terlepas detail elemen-elemen nya dan memiliki arti tersendiri.
Menurut psikologi Gesalt, manusia tidak memberikan respon pada stimulus
secara otomatis. Manusa dalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan
mendistorsi.
Teori Gestalt menyebutkan bahwa yang dimaksud belajar adalah perubahan
perilaku yang terjadi melalui pengelaman. Teori ini bukan menyuruh klien untuk
menghafal, tetapi belajar memecahkan masalah, merumuskan hipotesis, dan
mengujinya. Akhirnya, dengan bimbingan konselor, klien mampu membuat
kesimpulan.56
Pendekatan fenomenologis menjadi salah pendekatan yang eksis di psikologi.
Dengan pendekatan ini, para tokoh Gestalt menunjukan bahwa studi psikologi dapat
mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun
tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Pandangan Gestalt
menyempurnakan aliran behaviorime dengan menyumbangkan ide untuk menggali
proses belajar kognitif yang berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual
field diinterprestasikan menjadi lapangan kognitif, di mana proses-proses mental seperti
persepsi, insight, dan problem solving beroperasi.57
Aplikasi prinsip Gestalt proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila
individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual field nya.
Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap
problem. Aplikasi teori Gestalt dapat dilihat dari beberapa hal berikut :
55 Ibid, hlm : 118.
56 Farid Mashudi.Opci,.hlm : 33
57 Ibid, hlm : 37
Aliran – Aliran Psikologi Page 30
c. Pengalaman tilikan (insight). Tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu objek atau peristiwa.
d. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Kebermaknaan unsur-
unsur yang terkaitdapat menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur, makin efektif pula
seuatu yang di pelajari. Hal ini sangat penting dalam pemcahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternative
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki
makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
e. Perilaku bertujuan (purposive behavior), perilaku yang terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi karena akibat hubungan stimulus-respons, tetapi
ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapai. Oleh karena itu, konselor hendaknya meyadari tujuan sebagai arah
aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
f. Prinsip ruang hidup (life space), yaitu bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan di manaia berada. Oleh karena itu, materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
g. Transfer dalam belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi yang lain. Menurut pandangan Gestalt,
transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
yang lain dalam tata - susunan yang tepat.58
8. Psikologi Humanistik
Abraham Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik.
Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi
behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah
manusia dengan ciri – ciri eksistensinya.
58 Ibid ,hlm : 38-39
Aliran – Aliran Psikologi Page 31
Manusia dalaha makhluk yang kreatif, yang dikendalikan oleh kekuatan –
kekuatan ketidaksadaran –psikoanalisis—, melainkan oleh nilai – nilai dan pilihan –
pilihanya sendiri. Maslw menamakan humanistik sebagai kekuatan ketiga, setelah
psikoanalisis dan behavioristik. Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya,
yang tercermin dalam bukunya “”motivation and personality”. Ia mengajukan teori
tentang hierarchy of needs yaitu:
a. Kebutuhan – kebutuhan fisiologis.
b. Kebutuhan akan rasa aman.
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
d. Kebutuhan akan penghargaan; kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Apabila kebutuhan yang satu telah terpenuhi, maka kebutuhan lain yang lebih
tinggi menuntut untuk dipenuhi, demikian seterusnya. Kebutuhan aktualisasi diri
merupakan kebutuhan yang paling tingi.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yang memusatkan
perhatiannya pada masalah – masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari
kedalaman sifat manusia, selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari
perilaku yang tak nampak; mempelajari kesadaran sekaligus mempelajari
ketidaksadaran. Intropeksi sebagai suatu metode penelitian yang telah disingkirkan,
harus dikembalikan lagi sebagai metode penelitian psikologi. Psikologi harus
mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat yang pasif, yang ditentukan oleh
kekuatan – kekuatan dari luar, tetapi manusia adalah makhluk yang aktif, menentukan
garaknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menentukan perilakunya.
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
a. Memusatkan perhatian pada respon yang mengalami, dan karenanya berfokus pada
pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b. Menekankan pada kualitas – kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas,
aktualisasi diri, sebagai lawan dri pemikiran tentang manusia ynag mekanistis dan
redoksionistis.
c. Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah – masalah yang
akan dipelajari dan prosedur – prosedur penelitian yang akan digunakan.
Aliran – Aliran Psikologi Page 32
d. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang penuh pada kemuliaan dan
martabat manusia serta terarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
individu (Misik dan sexton, 1988). Selain maslow sebagai tokoh dalam psikologi
humanistik, juga carl rogers (1902 – 1987) yang terkenal denga client – centered
therapy.
9. Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari
pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat sebelum perang Dunia II.59 Aliran
kognitif muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konsep
manusia menurut behaviorisme. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk
yang selalu berfikir (homo sapiens). Paham kognitifisme initumbuh akibat pemikiran-
pemikiran kaum rasionalisme.60
Tokoh-tokohnya antara lain Gestalt, Meinong, Kohler, Max Wetheimer, dan
Koffka. Menurut mereka, manusia tidak memberikan respons secara otomatis kepada
stimulus yang dihadapkan kepadanya kerena manusia adalah makhluk aktif yang dapat
menafsirkan lingkungan dan bahkan dapat mendistrosinya (mengubahnya). Mereka
berpandangan bahwa manusialah yang menentukan makna stimuli itu sendiri.61
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia
tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam
lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia.62
a. Ciri-ciri Aliran Kognitif
Beberapa ciri dan aliran kognitif ini antara lain :
1) Mementingkan suatu yang ada dalam diri manusia,
2) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian,
3) Mementingkan peranan kognitif
4) Mementingkan kondisi waktu sekarang
59 Alex Sobur. Opcit, hlm : 311
60 Farid Mashudi.Opcit,hlm : 41
61 Ibid, hlm : 42
62 Alex Sobur.Opcit, hlm : 312
Aliran – Aliran Psikologi Page 33
5) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
6) Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
7) Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman).63
b. Konsep Pembelajaran Kognitif
Pengembangan konsep pembelajaran kognitif sudah tentu sangat dipengaruhi
oleh aliran psikologi kognitif. Terdapat tiga tokoh penting di dalamnya, yaitu
Piaget, Bruner, dan Ausuble.
1) Jean Piaget
Ada tiga prinsip utama pembelajaran yang dikemukakan oleh piaget.
Pertama, belajar aktif. Proses pembelajaran adalah proses aktif, sebab
pengetahuan terbentuk dari dalam subjek belajar. Untuk membantu
perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi
belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, memanipulasi symbol-
simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, atau
membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
Kedua,belajar lewat interaksi sosial. Dalam belajar, perlu diciptakan
suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara subjek belajar.
Menurut Piaget, belajar bersama dengan teman sebaya maupun dengan
yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Sebab,
tanpa kebersamaan, kognitif akan berkembang dengan sifat egosentris.
Ketiga, belajar lewat pengalaman nyata, perkembangan kognitif seseorang
akan lebih baik dari pada hanya menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi.64
2) J.A. Brunner
Brunner menyatakan bahwa dalam belajar, ada empat hal pokok yang
perlu diperhatikan, yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan,
kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi, dan cara membangkitkan motivasi
belajar. Brunner mengajukan rekomendasi bahwa dalam pembelajaran
hendaknya mencakup beberapa hal. Pertama, pengalaman-pengalaman
optimal untuk mau dan dapat belajar. Pembelajaran dari segi klien adalah
pembelajaran yang membantu klien dalam hal mencari alternative
63 Farid Mashudi.Opcit,hlm : 42
64 Ibid, hlm : 44
Aliran – Aliran Psikologi Page 34
pemecahan masalah. Dalam pembelajaran, dibutuhkan pengalaman-
pengalaman untuk melakukan sesuatu dengan tujuan mempertahankan
pengalaman-pengalaman positif. Karena itulah diperlukan arahan dari
konselor agar klien tidak banyak melakukan kesalahan. Kedua,
strukturlisasi pengetahuan untuk pemahaman optimal. Pembelajaran
hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan
yang dipelajari anak-anka. Ketika, perincian uturan penyajian materi
pelajaran. Pendekatan pembelajaran dengan membingbing klien melalui
urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis
untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, serta mengubah dan
mentransfer sesuatu yang telah dipelajari. Adapun yang mempengaruhi
urutan optimal suatu materi adalah faktor belajar sebelumnya, tingkat
perkembangan anak. Keempat, cara pemberian reinforcement. Brunner
mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran yang
digunakan sebagai reinforcement untuk klien. Sebab, Brunner mengakui
bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan yang
bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari konselor adalah dorongan yang
bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi
dorongan yang bersifat intrinsik.65
10. Psikologi Islam/ Islami
Psikologi islam ( The Islamic Psycology). Begitulah nama yang popular untuk
wacana psikologi yang di dasarkan pada pandangan dunia Islam. Nama-nama lain
bermunculan, namun tidak sempat menjadi fenomena sebagai mana nama psikologi
Islami. Nama lain yang cukup popular adalah psikologi Islam (The Islamic Psycology).
Istilah Psikologi Islami dipercaya lebih tepat digunakan daripada istilah-istilah lain.
Istilah yang disebut terakhir ini dipandang memiliki jangkauan yang lebih luas. Bukan
hanya pemikiran dan praktik yang berasal dari agama Islam, tapi juga dari sumber-
sumber lain yang dapat diterima oleh atau sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran
agama Islam. Tidak bertentangan dengan pandangan dunia Islam. Pandangan-
pandangan yang berasal dari khazanah Islam diambil dari dasar utama pengembangan
65 Ibid, hlm : 45
Aliran – Aliran Psikologi Page 35
psikologi Islami. Beberapa contoh adalah fitrah, qalbu, ruh, nafs, insan kamil, sabar,
syukur, dan seterusnya. 66
Pandangan dari pemikiran-pemikiran di luar Islam diterima bila sesuai dengan
pandangan Islam. Sebagai contoh, pandangan bahwa manusia dipengaruhi
lingkungannya, dapat diterima oleh psikologi Islami bila telah diverifikasi oleh
pandangan-pandangan Islam.
Wacana Psikologi Islami ini, mulai bergaung semenjak tahun 1978. Pada tahun
itu, Universitas Riyadl, Arab Saudi, berlangsung symposium internasional tentang
Psikologi dan Islam. Setahun sesudahnya,1979, di Inggris terbit sebuah buku kecil yang
sangat monumental di dunia Muslim, yaitu The Dilema of Muslim Psychologists yang
ditulis Malik B. Badri67, yang kemudian memberikan inspirasi bagi lahirnya wacana
psikologi Islami.
Dalam perjalanannya, adapun beberapa fase-fase perkembangan psikologi Islami
yaitu ;
a. Fase pertama “Terpesona”
Pada fase ini di kalangan ilmuwan Muslim terdapat perasaan terpesona
atau terkagum-kagum terhadap kehandalan teori-teori psikologi modern.
Ilmuwan Muslim menggunakan psikologi modern untuk menjelaskan berbagai
fenomena umat atau ajaran Islam. Mereka meyakini bahwa psikolgi yang telah
dirumuskan oleh kolega-kolega mereka di Eropa dan Amerika merupakan
kebenaran Universal. Dalam fase ini terpesona ini adalah kecenderungan
untuk secara latah menyebut teori-teori psikologi modern sebagai psikologi
Islami karena ada beberapa poin pandangannya yang sesuai dengan Islam.
Mereka menyebutkan psikoanalisis sebagai psikologi Islami, dan psikologi
humanistic adalah psikologi Islami, behaviorisme adalah psikologi Islami.
Psikoanalisis disebut mereka sebagai psikologi Islami karena ia mengakui
sesuatu yang diakui oleh Al-Qur’an terdapat dalam diri manusia, yaitu nafsu.
Behaviorisme disebut Islami karena ia mengajarkan besarnya pengaruh
lingkungan terhadap manusia sebagaimana ungkapan sebuah hadist (yang
berbunyi ; “manusia dilahirkan dalam keadaan suci; maka kedua orangtualah
66 H.Fuad Nashori.Agenda Psikologi Islami. (Yogyakarta : Putaka Pelajar,2002),hlm: 2
67 Ibid, hlm : 3
Aliran – Aliran Psikologi Page 36
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”, HR Bukhori). Humanistik
disebut psikologi Islami karena ia sangat menghargai manusia sebagaimana
Islam juga sangat menghargai manusia.68
b. Fase kedua “Kritik”
Pada fase ini muncul berbagai pemikiran kritis dalam dunia Muslim
terhadap teori-teori psikologi modern. Sejumlah perbedaan dan pertentangan
antara Islam dan Psikologi dipertajam.69
Kritik-kritik terhadap psikologi Barat modern yang berasal dari ilmuwan
Barat memberi isyarat kepada ilmuwan Muslim bahwa terdapat sejumlah
persamaan antara ilmuwan Muslim dengan ilmuwan Barat yang progresif,
yaitu mereka melihat teori-teori psikologi secara kritis. Dalam fase kedua ini,
psikologi Islami dapat digambarkan sebagai telaah kritis dalam perspektif
Islam atas konse-konsep atau teori-teori psikologi Barat modern.70
c. Fase ketiga “Perumusan”
Sesudah mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan luas
terhadap berbagai kelemahan psikologi Barat modern, maka pada masa
berukutnya muncul kesadaran yang mengkristal di kalangan ilmuwan Muslim,
yaitu perlunya menghadirkan konsep psikologi yang berwawasan Islam. Ini
bukan berarti upaya menghasilkan psikologi Islami semata-mata ada setelah
melihat kelemahan psikologi Barat modern. Pada tahap ini ada upaya untuk
merumuskan bagaimana pandangan Islam tentang manusia, karena berbagai
upaya merumuskan konsep manusia dimunculkan. Hal terpenting dalam
perumusan teori adalah melakukan rekonstruksi teori.71 Hal penting lain
adalah objektifikasi. Dalam perumusan psikologi Islami (berdasarkan
pandangan Dunia Islam), yang terpenting adalah objektifikasi. Objektifikasi
adalah proses mengubah pandangan-pandangan yang normative menjadi
pandangan yang objektif atau menjadi teori yang dapat diukur. Perumusan
tentang jiwa dan perilaku manusia bisa didasarkan pada sumber-sumber
berikut. Pertama, merumuskan konsep manusia dengan langsung mendasarkan
68 Ibid, hlm : 37-38
69 Ibid, hlm : 38
70 Ibid, hlm : 40
71Ibid, hlm :. 41-42
Aliran – Aliran Psikologi Page 37
diri pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kedua, dengan menggali Khazanah
pemikira Muslim klasik maupun mpdern. Ketiga, mensintetiskan pandangan
psikologi Baratmodern dan konsep Islam tentang manusia.72
d. Fase keempat “Penelitian”
Pada saat ini, penelitian-penelitian psikologi Islami sudah selayaknya
dilakukan. Penelitian-penelitian psikologi Islami dapat menggunakan metode
penelitian sebagaimana selama ini sudah diakui oleh sains modern maupun
dengan metodelain yang disepakati oleh ilmuwan Muslim sebagai metode baik
dan benar. Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode
kualitatif maupun kuantitatif.73
e. Fase kelima “Penerapan”
Fase penerapan ditandai mulaiditerapkannya konse-konsep psikologi
Islami dalam kehidupan umat manusia dan pemanfaatan hasil-hasilpenelitian
untuk memecahkan berbagai problem yang berkembang dalam kehidupan
manusia. Dalam fase ini ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan.
Pertama, dengan menerapkan teori-teori atau konsep-konsep dan hasil
penelitian psikologi Islami ke dalam suatu praktik tertentu. Kedua, pendekatan
dengan menggunakan tradisi Islami. Salah satunya usaha yang dapat dilakukan
untuk mempercepat proses penerapan psikologi Islami adalah
mengakomodasikan kekayaan tradisi Islam sebagai teknik psikologi Islam.
Ketiga, dengan menggunakan teknik dari khazanah psikologi Barat yang diberi
nuansa Islam.74
Setelah mengetahui penjelasan bagaimana fase-fase perkembangan psikologi
Islami, maka selanjutnya adapun metode- metode perumusan psikologi Islami yaitu:
a. Metode keyakinan
b. Metode rasionasi
c. Intregrasi metode keyakinan dan rasionasi
72Ibid, hlm : 43
73Ibid, hlm :. 46
74 Ibid, hlm : 46-48
Aliran – Aliran Psikologi Page 38
d. Metode otoritas75
Lalu selanjutnya metode-metode penelitian psikologi Islami yaitu ;
1. Metode Ilmiah
a. Metode observasi
b. Riset korelasional
c. Eksperimental
d. Fenomenologi
2. Metode Non-Ilmiah
a. Metode Intuisi
b. Metode otoritas
c. Eksperimen spiritual76
75 Ibid, hlm : 87-91
76 Ibid, hlm : 96-107
Aliran – Aliran Psikologi Page 39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Psikologi pada zaman kuno masih menjadi satu bagian dengan filsafat sehingga pada
saat itu belum ada pembuktian empirik, berbagai teori dikemukakan berdasarkan
argumentasi.
2. Psikologi pada zaman pertengahan masih belum bisa lepas dari filsafat, berbagai teori
masih berdasarkan argumen atau spekulasi. Perbedaanya pada zaman pertengahan
Filsafat dan budaya dengan tunduk pada ajaran agama. Sehingga Ilmu pengetahuan
termasuk psikologi kurang bisa berkembang.
3. Psikolgi di bawah pengaruh humanisme mengarah pada psikologi empiris. Orang –
orang mulai meninggalkan gaya berpikir skolastik zaman pertengahan dengan metode
deduktif selanjutnya humanisme mulai mengembangkan pemikiran – pemikiran
dengan metode induktif.
4. Psikologi menjadi ilmu yang mandiri baru bisa terwujud pada abad ke 19. Dengan
fokus kajian nya pada perilaku manusia atau gejala – gejala kejiwaan. Pada masa itu
mulai memakai pendekatan atau metode dalam mempelajari psikologi, berbagai teori
muncul berdasarkan pembuktian tidak berdasrkan spekulasi.
5. Ciri – ciri psikologi modern anatara lain :
- Psikologinya totalitas yakni berpangkal pada keseluruhan psychophysis,
- Dalam meninjau kehidupan kejiwaan melihat hubungan kejiwaan sebagai bagian dari
kehidupan manusia, sebagai kehidupan kejiwaan dari manusia sebagai makhluk
hidup yang mempunyai tujuan tertentu, jadi meninjau secara teologis.
- Meninjau kehidupan jiwa berdasarkan dalam hubnungannya dengan subjeknya yakni
manusia. Maka disebut kehidupan jiwa yang aktif
6. Aliran psikologi strukturalisme merupakan aliran psikologi pertama yang mempelajari
psikologi sebagai ilmu otonom yang mandiri. Aliran ini menggunakan metode
introspeksi yakni menceritakan kembali pengalaman – pengalaman atau perasaan –
perasaan setelah eksperimen dilakukan. Aliran ini menyatakan bahwa pengalaman
mental yang kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadan –
keadaan mental yang sederhana , seperihalnya persenyawaan kimiawi yang tersusun
dari unsur – unsur kimiawi.
Aliran – Aliran Psikologi Page 40
7. Aliran psikologi fungsionalisme mempelajari apa tujuan atau akhir dari aktivitas,
mempelajari “ fungsi” dari tingkah laku dan proses mental, tidak hanya berhenti pada
struktur mental saja. Metode eksperimen yang digunakan oleh kaum fungsionalis ialah
metode observasi tingkah laku ( observation of behavior).
8. Asosiasionisme adalah aliran yang banyak menekankan pada hukum – hukum asosiasi
untuk menerangkan berbagai gejala kejiwaan.
9. Aliran Gestalt tidak mengemukakan elemen jiwa, melainkan keseluruhan. Karena
kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen – elemen akan
tetapi harus dipelajari secara total, menyeluruh. Pendekatan yang dipakai adalah
pendekatan fenomenologi.
10. Aliran psikologi kognitif menyatakan bahwa manusia tidak memberikan respons
secara otomatis kepada stimulus yang dihadapkan kepadanya kerena manusia adalah
makhluk aktif yang dapat menafsirkan lingkungan dan bahkan dapat mendistrosinya
(mengubahnya).
11. Aliran Psikologi Islam/Islami menkajai psikologi yang didasrkan pandangan dan
kazanah Islam. Metode-metode yang di pakai dalam psikologi islami yaitu:
a. Metode keyakinan
b. Metode rasionasi
c. Intregrasi metode keyakinan dan rasionasi
d. Metode otoritas
Aliran – Aliran Psikologi Page 41
DAFTAR PUSTAKA
Fudyartanta,KI.2012.Psikologi Kepribadian.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Dirgagunarsa, Singgih.1975.Pengantar Psikologi.Jakarta : Mutiara Sumber Widya
Mashudi, Farid.2012.Psikologi Konseling.Yogyakarta : IRCiSoD
Mujib, Abdul dan Muzakir, Yusuf.2002.Nuansa – Nuansa Psikologi Islam.Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Nashor, Fuad.2002. Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sobur,Alex.2007.Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah.Bandung : CV Pustaka Setia
Walgito, Bimo.2012. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : CV Andi Offset

More Related Content

Similar to Aliran aliran psikologi

PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestaltPUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
mfrids
 
Manusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan PsikologiManusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan Psikologi
MelkiasAdu
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika III
MelkiasAdu
 
Makalah psikologi umum
Makalah psikologi umumMakalah psikologi umum
Makalah psikologi umum
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Aliran aliran psikologi (20)

Buku Psikologi Belajar pendidikan .pdf
Buku Psikologi Belajar pendidikan   .pdfBuku Psikologi Belajar pendidikan   .pdf
Buku Psikologi Belajar pendidikan .pdf
 
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestaltPUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
PUM1 - 1StrukturalismeFungsionalismeGestalt
 
Makalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosialMakalah atribusi sosial
Makalah atribusi sosial
 
TUGAS ARTIKEL INDIVIDU
TUGAS ARTIKEL INDIVIDUTUGAS ARTIKEL INDIVIDU
TUGAS ARTIKEL INDIVIDU
 
MAKALAH LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME-REALISME.pdf
MAKALAH LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME-REALISME.pdfMAKALAH LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME-REALISME.pdf
MAKALAH LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME-REALISME.pdf
 
Psikologi abnormal
Psikologi abnormalPsikologi abnormal
Psikologi abnormal
 
Psikologi abnormal
Psikologi abnormalPsikologi abnormal
Psikologi abnormal
 
Manusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan PsikologiManusia dalam Pandangan Psikologi
Manusia dalam Pandangan Psikologi
 
Paper dokmatika III
Paper dokmatika IIIPaper dokmatika III
Paper dokmatika III
 
Makalah tentang dasar
Makalah tentang dasarMakalah tentang dasar
Makalah tentang dasar
 
Makalah logika
Makalah logika Makalah logika
Makalah logika
 
MAKALAH PSIKOLOGI.docx
MAKALAH PSIKOLOGI.docxMAKALAH PSIKOLOGI.docx
MAKALAH PSIKOLOGI.docx
 
Materi 1 5
Materi 1 5Materi 1 5
Materi 1 5
 
Makalah psikologi umum
Makalah psikologi umumMakalah psikologi umum
Makalah psikologi umum
 
Makalah psikologi umum
Makalah psikologi umumMakalah psikologi umum
Makalah psikologi umum
 
Makalah berbagai pendekatan studi islam
Makalah berbagai pendekatan studi islamMakalah berbagai pendekatan studi islam
Makalah berbagai pendekatan studi islam
 
Filsafat Pancasila.pdf
Filsafat Pancasila.pdfFilsafat Pancasila.pdf
Filsafat Pancasila.pdf
 
Filsafat Pancasila.docx
Filsafat Pancasila.docxFilsafat Pancasila.docx
Filsafat Pancasila.docx
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
 
Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1Makalah psikologi umu1
Makalah psikologi umu1
 

Aliran aliran psikologi

  • 1. Aliran – Aliran Psikologi Page 1 Aliran – Aliran Dalam Psikologi ( Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Matakuliah Pengantar Psikologi ) Dosen Pengampu : Imam Supraowo, S.Sos.I, M.Pd.I Oleh : Ahmat Prambudi Atika Rizal Abdul Aziz 20120710013 20120710026 20120710034 Komunikasi dan Konseling Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2014
  • 2. Aliran – Aliran Psikologi Page 2 Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat serta nikmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Psikologi. Diharapkan melalui penulisan makalah ini penulis maupun pembaca mampu memahami aliran – aliran dalam psikologi yang dari masa ke masa mengalami perkembangan. Tak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun materil 2. Imam Supraowo, S.Sos.I, M.Pd.I selaku dosen penulis yang telah memberikan arahan serta bimbinganya dalam penulisan makalah ini. 3. Teman – teman Komunikasi dan Konseling Islam angkatan 2012 yang bersedia berdiskusi dan berkenan berbagi pengetahuannya . 4. Pihak – pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu – persatu Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.Akhirnya semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Yogyakarta , Februari 2104 Penulis
  • 3. Aliran – Aliran Psikologi Page 3 Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................................................................2 Daftar Isi...................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5 A. Latar Belakang...............................................................................................................5 B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................6 A. Perkembangan Psikologi.............................................................................................6 1. Psikologi Zaman Kuno ..............................................................................................6 2. Psikologi Zaman Pertengahan...................................................................................7 3. Psikologi Dibawah Pengaruh Humanisme.................................................................8 4. Psikologi Di Bawah Pengaruh Rasionalisme.............................................................8 5. Psikologi Daya/Psikologi Kekuatan/Psikologi Vermogen ........................................9 6. Dikotomi Dan Trikotomi Jiwa ...................................................................................9 7. Psikologi Di Bawah Empirisme...............................................................................10 8. Psikologi Asosiasi Abad 19 .....................................................................................11 9. Psikologi Sebagai Ilmu Yang Mandiri.....................................................................12 B. Aliran – Aliran Psikologi ..........................................................................................13 1. Strukturalisme ..........................................................................................................13 2. Fungsionalisme ........................................................................................................15 3. Asosiasionisme ........................................................................................................19 4. Psikoanalisis.............................................................................................................20 5. Behaviorisme ...........................................................................................................22 6. Psikologi Hormic ...................................................................................................26 7. Psikologi Gestalt .....................................................................................................28
  • 4. Aliran – Aliran Psikologi Page 4 8. Psikologi Humanistik...............................................................................................30 9. Psikologi Kognitif....................................................................................................32 10.Psikologi Islami ......................................................................................................34 BAB III PENUTUP................................................................................................................39 Kesimpulan.......................................................................................................................39 Daftar Pustaka........................................................................................................................40
  • 5. Aliran – Aliran Psikologi Page 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi merupakan sebuah ilmu yang cukup dinamis perkembangannya. Keberadaan psikologi memberikan andil dalam mediskripsikan berbagai kejadian yang dialami oleh manusia. Hingga saat ini tinjaun psikologi tidak hanya berkutat pada kasus – kasus yang berhubungan dengan hukum, pendidikan, sosial, politik namun juga mencakup persoalan ekonomi, perbankan dan bidang lainnya. Jika dilihat dari asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunanai yakni psyche yang berarti jiwa, sukma , roh dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa.1 Psikologi semasa zaman Yunani Kuno hingga abad ke 19 menjadi satu dengan filsafat. Oleh karenanya psikologi disebut pula psikologi filosofis, artinya konsep – konsep psikologi membahas masalah hakikat jiwa. Jadi konsep – konsepnya bersifat spekulatif dan pemikiran – pemikiran belaka.2 Istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan lagi sejak tahun 1878, yang dipelopori oleh J.B Watson sebagai ilmu yang mempelajari perilaku. Hal ini dikarenakan, ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur. Sedangkan jiwa dipandang terlalu abstrak.3 Melihat perkembangan psikologi yang sangat dinamis tersebut maka penulis kali ini mencoba mengkaji kembali aliran – aliran psikologi dari masa ke masa. Pada pembahasan kali ini akan dikaji pula berbagai metode atau pendekatan yang digunakan oleh masing – masing aliran psikologi tersebut. Dari pembahasan tema ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang perkembangan aliran psikologi bagi penulis maupun pembaca. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari pembahasan makalah kali ini adalah : 1. Apa saja aliran psikologi ? 2. Bagaimana metode pendekatan yang dilakukan oleh masing – masing aliran psikologi ? 1 Farid Mashudi.Psikologi Konseling.(Yogyakarta :IRCiSoD,2012),hlm :15 2 KI Fudyartanta.Psikologi Kepribadian.( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2012 ) ,hlm : 1 3 Farid Mashudi.Opcit,hlm : 16
  • 6. Aliran – Aliran Psikologi Page 6 BAB I PEMBAHASAN A. Perkembangan Psikologi 1. Psikologi Zaman Kuno Psikologi pada zaman Yunani dan Romawi kuno sampai dengan abad ke 19 menjadi satu dengan filsafat. Karena merupakan bagian dari filsafat, psikologi saat itu disebut juga psikologi filosofis, artinya konsep – konsep psikologi membahas masalah hakikat jiwa yang konsepnya bersifat spekulatif dan pemikiran – pemikiran belaka. Tokoh yang pada saat itu membahas masalah hakikat jiwa diantaranya : a. Plato ( 427 – 347 ) Plato menganggap bahwa jiwa itu berasal dari dunia idea. Di dunia idea, jiwa telah mempunyai semua pengetahuan mengenai benda – benda di dunia ini. Jiwa turun dari dunia idea masuk ke dalam badan manusia, mulai dalam kandungan , kemudian lahir menjadi bayi dan seterusnya hingga menjadi orang dewasa. Setelah jiwa berada di dalam tubuh manusia kemampuannya menjadi terbatas, yakni dibatasi oleh jasmaninya. Misal, untuk melihat benda dibutuhkan mata, ada bendanya dan cahaya. Untuk berpikir kita memerlukan saraf otak, sebab tanpa saraf otak kita tidak dapat berpikir. Jadi jiwa menjadi terkurung oleh jasmaninya.4 Mengenai jiwa manusia , Plato mengajarkan 3 jenis kemampuan jiwa yakni : 1) Kemampuan berpikir, tempatnya di kepala 2) Kemampuan merasa, tempatnyadi dada 3) Kemampuan menghendaki, tempatnya di perut Dominasi salah satu dari kemampuan – kemampuan tadi menimbulkan tipe seseorang, Misalnya apa bila seseorang lebih dominasi kemampuan berpikirnya maka tipe orang tersebut ialah pemikir, jika dominasi rasa melahirkan tipe orang pemberani, dan apabila dominasi rasa menghendaki jadilah tipe orang pekerja. Jika ketiganya berkembang menjadi selaras maka tipe orang tersebut adalah orang yang harmonis, orang yang bijaksana.5 4 KI Fudyartanta.Opcit, hlm : 1 5 Ibid, hlm : 2
  • 7. Aliran – Aliran Psikologi Page 7 b. Aristoteles ( 384 – 322 ) Aristoteles murid dari Plato mengembangkan filsafat realisme, sebagai lawan filsafat gurunya yakni filsafat idealisme. Aristoteles menulis buku De Anima yakni buku tentang jiwa. Dengan psikologi filsafatnya Aristoteles mengemukakan tiga macam jiwa yakni : 1) Anima vegetatifa, jiwa pada tumbuh – tumbuhan 2) Anima sensitiva, ialah jiwa pada hewan 3) Anima intellectiva, ialah jiwa pada manusia. Kelebihan dari jiwa manusia selain memilki kemampuan – kemampuan jiwa di bawahnya juga memilki kemampuan berpikir , kemampuan intelektif.6 Tingkah laku organisme menurut Aristoteles memperlihatkan tingkatan sebagai berikut : 1) Tumbuhan : Memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif ( bernafas, makan, tidur ). 2) Hewan : Selain tingkah laku vegetatif, juga bertingkah laku sensitif ( merasakan melalui pancaindera ). Hewan memiliki faktor perasaan sedangkan tumbuhan tidak. 3) Manusia : Manusia bertingkah laku vegetatif, sensitif, dan rasional. Manusia berbeda dengan organisme lainnya, karena dalam bertingkah laku manusia menggunakan rasionya yaitu akal atau pikirannya.7 2. Psikologi Zaman Pertengahan Psikologi pada zaman pertengahan masih juga menjadi bagian dari filsafat. Filsafat dan budayanya mengikuti zaman kuno hanya ditambah dengan ajaran agama Kristen. Kedudukan Filsafat pada waktu itu sebagai pembantu agama Kristen. Karena agama menjadi pengendali pokok pada kehidupan manusia maka semuanya tunduk pada ajaran agama. Kreatifitas pikiran manusia menjadi tekurung sehingga zaman pertengahan dijuluki dengan abad kegelapan oleh kaum Reinaisans.8 Salah satu tokoh filsafat dan juga yang merumuskan ajaran psikologi pada saat itu adalah Thomas Van Aquino (1225-1274). Ajaran psikologinya mengikuti ajaran 6 Ibid 7 Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Litasan Sejarah.( Bandung :CV Pustak Setia, 2013) , hlm : 77 8 KI Fudyartanta.Opcit, hlm : 4
  • 8. Aliran – Aliran Psikologi Page 8 Aristoteles. Thomas berpendapat bahwa jiwa dan raga manusia itu tidak dapat dipisah – pisahkan, ia menyebut sebagai dwimurti artinya dua jalan, yakni jalan jasmani dan rohani. Mengenai macam jiwa ( anima ) dan kekuata jiwa sama dengan apa yang diajarakan oleh Aristoteles. 3. Psikologi Di Bawah Pengaruh Humanisme Pada Abad ke 16 mulai timbul gerakan Reinaisans artinya lahirnya kembali. Maksudnya adalah menghidupkan kembali budaya klasik yakni Yunani dan Romawi. Gerakan Reinaisans menganggap bahwa zaman pertengahan adalah zaman kegelapan yang terkukung oleh gereja. Humanisme dapat dipandang sebagai kebangkitan dari Reinaisans atau setidaknya timbul karena ada gerakan Reinaisans. Reinaisans yang mulanya berkembang di Itali menyebar ke seluruh Eropa. Timbul kembali semangat untuk mempelajari kembali kebudayaan Yunani dan Romawi. Psikolgi di bawah pengaruh humanisme mengarah pada psikologi empiris. Orang – orang mulai meninggalkan gaya berpikir skolastik zaman pertengahan dengan metode deduktif selanjutnya humanisme mulai mengembangkan pemikiran – pemikiran dengan metode induktif. Tokoh pelopor psikologi untuk berkembang menjadi psikologi empiris pada saat itu adalah B.L Vives (1492-1540). Ia tidak lagi mempelajari hakikat jiwa ( psikologi filsafat ), tetapi mulai mempelajari sisfat – sifat jiwa manusia dengan mengembangkan metode empiris, tidak spekulatif lagi. Yang ia pelajari adalah gejala – gejala kesadaran jiwa dan hubungan (asosiasi) satu sama lain.Vives menulis buku Deanima et vita, artinya tentang jiwa dan hidup. Dalam buku tersebut Vives menguraikan tentang asosiasi dan reproduksi atau mengingat kembali. Ia banyak memberi petunjuk cara – cara menghafal, menguraikan tentang nafsu – nafsu dan perasaan.9 4. Psikologi Di Bawah Rasionalisme Psikologi di bawah pengaruh rasionalisme berkembang di Prancis. Tokoh yang berpaham rasionalisme (ajaran serba pikiran) adalah Rene Descartes (1596-1650). Dalil yang terkenal yang dilontarkan oleh Rene Descartes ialah Cogito ergo sum ( saya berpikir maka saya ada). Descartes membagi manusia menjadi dua substansi, yakni 9 Ibid,hlm : 6
  • 9. Aliran – Aliran Psikologi Page 9 substansi ekstensio ( unsur badannya yang memakan tempat karena bervolume), dan substansi cogitans ( unsur berpikirnya yang tidak memerlukan tempat).10 Descartes menganut pandangan dualistis jiwa yakni jiwa dan raga dipandang dua unsur yang berdiri sendiri – sendiri. Descartes berpendapat bahwa jiwa dan raga manusia mempunyai hubungan gaib dalam bagian yang dinamakan pijnappelklier, suatu kelenjar kecil yang dinamakan kelencar buah kacang pada otak bagian tengah.11 Descartes berjasa dalam mempelopori terjadinya psikologi empiris dengan membatasi lapangan kerjanya yang hanya mempelajari gejala – gejala kesadaran saja. Namun maksud Descartes untuk menciptakan psikologi empiris tidak berhasil karena ia sebagai seorang rasionalis lebih suka memakai metode deduksi, maka psikologinya akhirnya bersifat filsafat. Secara tidak disadari , ia mengikuti jejak para psikolog filsafat yang terdahulu.12 5. Psikologi Daya/Psikologi Kekuatan/Psikologi Vermogen Psikologi Daya/Psikologi Kekuatan/Psikologi Vermogen pada dasarnya adalah psikologi Filsafati. Hanya pada psikologi daya abad ke 18 di Jerman mengalami pergeseran maknanya. Konsep lama psikologi daya sama halnya dengan psikologi dari Aristoteles dan pengikut – pengikutnya termasuk juga filsuf zaman pertengahan Thomas Van Aquino. Menurut konsep lama konsep daya/kekuatan/vermogen adalah barang sesuatu yang betul – betul ada dan menjadi pangkal gejala – gejal jiwa. 13 Menurut konsep psikologi daya yang baru yang berkembang di Jerman abad ke 18, kata vermogen mendapat arti lain, yakni vermogen berarti kemungkinan terjadinya pekerjaan jiwa. Vermogen bukan lagi yang menyebabkan terjadinya pekerjaan atau fungsi jiwa melainkan memungkinkan kejadian itu saja. Dalam teori orang membagi – bagi hidup kejiwaan menjadi beberapa fungsi yang masing – masing menjadi sebab dari pada masing – masing vermogen.14 6. Dikotomi dan Trikotomi Jiwa Dikotomi jiwa yang telah banyak dianut oleh banyak filsuf zaman kuno kembali dikembangkan. Salah satu tokoh filsuf yang masih menganut dikotomi jiwa ialah Chr. Wolff (1679-1754). Dikotomi jiwa membagi kekuatan jiwa menjadi dua macam yakni mengenal dan menghendaki, kognisi dan konasi.Wolff meyakini adanya kesatuan hidup 10 Ibid 11 Ibid 12 Ibid 13 Ibid, hlm : 8 14 Ibid
  • 10. Aliran – Aliran Psikologi Page 10 kejiwaan, ia mencoba memperoleh satu kekuatan pokok sebagai sebab dari kesanggupan jiwa. Kekuatan itu selanjutnya dibagi – bagi lagi menjadi kekuatan – kekuatan yang banyak jumlahnya, misalnya kekuatan mencerap (persepsi), mengingat dan sebaginya.15 Tahun 1775 M Tenten mengajukan pembagian atas tiga kejiwaan yakni Denken (berpikir), Empfinden (perasaan), dan Vollen (menghendaki) yang disebut dengan trikotomi jiwa. Tokoh lain misalnya Ki Hadjar Dewantara (1952) mengajukan trisakti jiwa yakni cipta, rasa dan karsa. Immanuel Kant (1724 – 1804) filsuf dari Jerman juga mengikuti pembagian trikotomi jiwa tersebut. Kant menulis buku Kritik der praktisschen Vernunft (1788) yang antara lain membicarakan tentang pengertian watak atau karakter dalam arti etis dan normatif. Dalam bukunya yang lain Antropologie ia membahas tentang watak dalam arti deskriptif atau kepribadian. Watak sebagai kualitas – kualitas yang membedakan antara satu orang dengan yang lain. Kant juga membahas tentang tempramen dan mengadakan penggolongan watak.16 7. Psikologi di Bawah Empirisme Filsafat empirisme berkembang di Inggris pada abad ke 17 dan menjadi pedoman orang dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Tokoh – tokoh empirisme saat itu diantaranya : a. Francis Bacon ( 1561 – 1623 ) Bacon berusaha melepaskan diri dari ajaran Aristoteles. Ia menulis buku Novum Organum yang berisi ajaran logika atau semantik. Kaitannya dengan psikologi Bacon berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari terlepas dari teologi (filsafat agama). Psikologi mempelajari gejala – gejala kesadaran . Ia ingin menyelidiki ilmu jiwa seperti ilmu alam, yakni dengan mencari unsur – unsur yang sederhana yang disebut elemen – elemen jiwa.17 Cita – cita Bacon mengenai psikologi empiris tidak terwujud karena kurang tegas rencananya. Ia tidak menghiraukan nilai – nilai ilmu pasti dalam ilmu alam. Metode induktif – deduktif baru dipraktikan pada masa toko – tokoh Kepler, Galilei dan Isac Newton. Maka pada abad ke 17 dan seterusnya ilmu penegtahuan menjadi lebih berkembang. 15 Ibid, hlm : 9 16 Ibid 17 Ibid
  • 11. Aliran – Aliran Psikologi Page 11 b. John Locke (1632 – 1704) John Locke merupakan salah satu tokoh empirisme dan terkenal dengan teori tabula rasa. Dalam teoriya tentang jiwa manusia ia menyatakan : 1) Jiwa itu tidak mempunyai pengertian - pengertian pembawaan. Ia berpendapat bayi yang baru lahir jiwanya bersih laksana kertas putih yang masih kosong, seperti blebekan lilin putih. Jiwa tersebut akan terisi kesan apa tergantung dengan kesan – kesan yang masuk dari pengalaman. 2) Semua pengertian dan pengetahuan manusia berasal dari pengalaman. Manusia memperoleh pengalaman melalui dua cara yakni melalui pengindraan atau pengamatan dan didapat dari dalam jiwa atau pikiran. Pengalaman yang diperoleh dari proses penginderaan disebut sensai atau pengetahuan sensoris sedangkan pengetahuan yang diperoleh dari jiwa (pikiran) disebut pengetahuan refleksi. Dengan refleksi manusia dapat menyelidiki jiwanya sendiri yang disebut dengan metode introspeksi.18 Pengetahuan sensasi dan pengetahuan refleksi keduanya merupakan pengertian tunggal yang disebut simple idea. Dengan cara beasosiasi atau berhubung – hunbungan antara berbagai pengetahuan tunggal tersebut maka dapat terbentuk pengetahuan yang kompleks. Oleh karena itu psikologi yang dikembangkan oleh John Locke disebut juga dengan psikologi asosiasi. Namun pada kenyataanya ia tidak selalu dapat memakai metode induktif. Ada beberapa pengertian hasil penelitiannya terlalu dipengaruhi oleh pendapat – pendapat terdahulu meski tidak dirasakannya. 8. Psikologi Asosiasi Abad ke 19 Psikologi asosiasi pada awalnya meniru ilmu gaya atau mekanika tetapi semakin lama orang menegrti bahwa dengan mempelajari psikologi selaku ilmu alam , orang tidak dapat menerangkan semua gejala hidup. Ciri – ciri psikologi asosiasi pada saat itu adalah : a. Psikologi asosiasi adalah psikologi elemen. Jiwa adalah kumpulan elemen – elemen . Kesatuan jiwa itu tidak ada b. Psikologi asosiasi bersifat ilmu pengetahuan alam. Metode yang digunakan adalah metode analaisis dan sintesis 18 Ibid, hlm : 10
  • 12. Aliran – Aliran Psikologi Page 12 c. Psikologi asosiasi hendak membuktikan bahwa kehidupan jiwa dikuasai oleh hukum sebab akibat ( kausalitas ). Jiwa diperlukan sebagi benda biasa d. Psikologi asosiasi bersifat sensualitas. Gejala kejiwaan ialah pada penginderaan. Gejala – gejala mengenai benda – benda dari luar dipandang sebagai gejala primer. Perasaan dan menghendaki bersifat sekunder. e. Psikologi asosiasi bersifat mekanistis. Jiwa dipandang sebagai mesin. Semua gejala jiwa dikuasai oleh hukum asosiasi. Jiwa dianggap sebagai penerima saja (pasif ) f. Psikologi asosiasi adalah psikologi umum. Yang dipelajari adalah berlakunya hukum – hukum yang tampak pada setiap manusia biasa.19 John Stuart Mill mempelopori aliran psikologi aliran baru yang tidak berpegang pada mekanika melainkan pada ilmu kimia. Mill memakai asas asosiasi dan asas persenyawaan dari ilmu kimia. Menurut ilmu kimia kesatuan – kesatuan terjadi karena persenyawaan dari elemen – elemen tunggal. Dalam persenyawaan tersebut orang tidak dapat membedakan elemen – elemen yang ada didalamnya. Dengan menambahkan prinsip persenyawaan pada psikologi asosiasi, maka psikologi meninggalkan sifatnya yang mekanistis 9. Psikologi Sebagai Ilmu Yang Mandiri Psikologi dikukuhkan sebagi ilmu yang mandiri oleh William Wundt dengan didirikannya Laboratorium Psikologi petama di Lepzing pada tahun 1879 dan mendapat pengakuan dari universitas pada tahun 1886. Metode yang digunakan Wundt adalah metode pengetahuan alam. Ia bependapat bahwa eksperimen banyak faedahnya bagi psikologi oleh karenanya ia menetapkan bidang kerja psikologi dan eksperimennya. Eksperimen yang dilakukan Wundt terutama mengenai gejala pengamatan dan tanggapan manusia seperti persepsi, reproduksi, ingatan, asosiasi dan fantasi.20Sementara untuk gejala yang lebih tinggi seperti berpikir, eksperimennya jarang dapat dilakukan.21 Wundt juga menggunakan metode analisis – sintesis. Ia berpandangan bahwa hidup kejiwaan itu merupakan suatu totalitas atau keseluruhan, suatu kebulatan. Berdasarkan analisisnya Wundt berpendapat ada dua macam elemen jiwa yakni tanggapan dan perasaan – perasaan. Menurutnya gejala kejiwaan itu tidak tetap, selalu 19 Ibid , hlm : 11 - 12 20 Alex Sobur.Opcit. hlm : 99 21 KI Fudyartanta.Opcit, hlm : 17
  • 13. Aliran – Aliran Psikologi Page 13 berubah. Gejala – gejala kejiwaan tersebut adalah kejadian – kejadian atau proses – proses.22 Psikologi Modern memilki khas dan terdapat perbedaan dengan psikologi kuno. Peredaan anatara psikologi kuno dengan psikologi modern adalah sebagai berikut : No. Psikologi Kuno Psikologi Modern 1. Psikologinya adalah psikologi unsur yakni mendasarkan pandangan pada elemen dan unsur – unsur yang berdiri sendiri dan diselidiki sendiri - sendiri Psikologinya totalitas yakni berpangkal pada keseluruhan psychophysis 2. Dalam peninjauannya mencari hukum sebab akibat, hukum kausal dan bersifat mekanis. Dalam meninjau kehidupan kejiwaan melihat hubungan kejiwaan sebagai bagian dari kehidupan manusia, sebagai kehidupan kejiwaan dari manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai tujuan tertentu, jadi meninjau secara teologis. 3. Meninjau kehidupan secara terpisah dari subjeknya, yakni manusia. Maka disebut kehidupan jiwa yang pasif Meninjau kehidupan jiwa berdasarkan dalam hubnungannya dengan subjeknya yakni manusia. Maka disebut kehidupan jiwa yang aktif.23 B. Aliran - Aliran Psikologi 1. Strukturalisme Strukturalisme merupakan aliran pertama dalam psikologi yang dikemukakan oleh Wilhlem Wundt, seorang tokoh yang pertama kali mempelajari psikologi sebagai ilmu otonom yang mandiri. Pada awalnya Wundt ingin mengetahui apa sesungguhnya gejala kejiwaan itu? Bagaimana Strukturnya? Terdiri atas apa saja? Apakah elemen – elemen dari gejala kejiwaan tersebut? Hingga pada akhirnya Wundt sampai pada strukturalisme. Ia percaya bahwa gejala – gejala kejiwaan dapat dibagi – bagi dalam 22 Ibid 23 Alex Sobur.Opcit, hlm : 101
  • 14. Aliran – Aliran Psikologi Page 14 elemen – elemen yang lebih kecil. Hanya dengan menganalisis pelbagai elemen kejiwaan tersebut lah gejala kejiwaan dapat dipelajari.24 Wundt dan pengikut – pengikutnya disebut strukturalis karena mereka berpendapat bahwa pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadan – keadaan mental yang sederhana , seperihalnya persenyawaan kimiawi yang tersusun dari unsur – unsur kimiawi. Mereka bekerja atas dasar premis bahwa bidang usaha psikologi itu terutama adalah menyelidiki “struktur” kesadaran dan mengembangkan hukum – hukum pembentukannya.25 Untuk mengetahui isi dari struktur kejiwaan kaum strukturalis menggunakan metode introspeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalaman – pengalamannya atau perasaan – perasaanya setelah ia melakukan eksperimen. Misalnya, kepada orang percobaan ditunjukkan sebuah warna atau bentuk, setelah itu diminta untuk mengatakan apakah bentuk itu indah atau tidak indah, menarik atau tidak menarik dan sebagainya. Karena metode introspeksi ini, strukturalisme dapat juga disebut sebagai psikologi intorspeksi (introspective psychology)26 Menurut Wundt objek utama dalam psikologi utuk menganalisis elemen – elemen mental adalah kesadaran. Pengalaman – pengalaman kesadaran oleh Wundt dibagi atas dua bagian, yakni penginderaan ( sensation ) dan perasaan ( feeling ).27 Penginderaan ialah penangkapan terhadap rangsangan – rangsangan yang datang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen – elemen yang terkecil. Wundt percaya bahwa elemen terkecil dari penginderaan merupakan elemen terkecil dari pengalaman.28 Perasaan adalah sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, yang tidak terlalu dipengaruhi dan tidak merupakan reaksi langsung terhadap rangsangan – rangsangan dari luar29. Perasaan oleh Wundt dibedakan dalam 3 pasangan yakni :30 a. Lust – unlust atau pleasant – unpleasant ( senang – tidak senang ) b. Erregung - beruhigung atau excitement – calm ( bersemangat – tenang ) c. Spannung - losung atau strain – relaxation ( tenang – santai ) 24 Alex Sobur, Opcit, hlm : 105 25 Ibid, hlm: 104 26 Singgih Dirgagunarsa.PengantarPsikologi. ( Jakarta : Mutiara Sumber Widya,1975), hlm: 47 27 Ibid, hlm : 48 28 Ibid 29 Ibid 30 Ibid, hlm : 46
  • 15. Aliran – Aliran Psikologi Page 15 Salah satu doktrin yang dikemukakan oleh Wundt adalah “prinsip sintesis kreatif “ atau disebut juga hukum Resultan Psikis. Doktrin ini berbunyi : “ Setiap gejala psikis yang kompleks selalui mempunyai karakteristik dari elemen – elemennya.” 2. Fungsionalisme Aliran psikologi fungsionalisme merupakan reaksi terhadap aliran strukturalisme tentang tanda – tanda keadaan mental. Jika para strukturalis bertanya “ Apa kesadaran itu?” maka lain halnya dengan kaum fungsionalis yang bertanya “ Untuk apa kesadaran itu ?”31 Fungsionalisme merupakan paham yang tumbuh di Amerika Serikat dengan sifat – sifat bangsa Amerika yang serba praktis dan pragmatis. Sementara Strukturalisme tumbuh di Jerman di tengah – tengah bangsa yang terkenal dengan keahliannya dalam berfilsafat.Dengan demikian perbedaan latar belakang tersebut menimbulkan pula berbagai perbedaan dalam pandangan antara kedua aliran ini. 32 Strukturalisme Fungsionalisme Pendekatan gejala psikis Secara struktul : pengalaman - pengalaman kesadaran dianalisis dalam unsur – unsurnya. Pertanyaan yang timbul : Apa unsur – unsurnya dan bagaimana unsur –unsur itu bergabung? Secara fungsional : pengalaman kesadaran dilihat dalam hubungan dengan fungsiunya untuk hidup,dan menyesuaikan diri baik secara psikis maupun secara sosial. Mengapa dan buat apa suatu tingkah laku itu dierbuat orang? Memperhatikan isi jiwa seseorang Menitikberatkan aksi dari seseorang Jiwa seseorang merupakan penggabungan berbagai pengalaman kesadaran Jiwa seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuain diri. Fokus dari aliran fungsionalisme adalah mempelajari apa tujuan atau akhir dari aktivitas. Sesuai dengan namanya, fungsionalisme mempelajari “ fungsi” dari tingkah laku dan proses mental, tidak hanya berhenti pada struktur mental saja. Untuk 31 Alex Sobur.Opcit, hlm :106 32 Ibid
  • 16. Aliran – Aliran Psikologi Page 16 mempelajari fungsi tingkah laku, metode eksperimen yang digunakan oleh kaum fungsionalis ialah metode observasi tingkah laku ( observation of behavior). Metode introspeksi masih dipakai tetapi dengan banyak kritik . Metode introspeksi dianggap kurang baik karena sifatnya yang subjektif sehingga sukar untuk disistematikkan sebagai sesuatu yang kuantitatif dan dianggap kurang ilmiah. Misalnya , bila seseorang diminta untuk meneceritakan kembali apa yang dialami ketika menyelesaikan suatu tugas, kemungkinan orang itu hanya menceritakan hal – hal yang menguntungkan dirinya, hal – hal yang mungkin menimbulkan perasaan malu tidak akan dikemumkakannya. Orang akan lebih mudah mengatakan “ kurang bisa” dari pada “tidak bisa” dan cenderung mengatakan sesuatu yang menyenangkan orang lain saja, walaupun keadaan yang sebenarnya mungkin sebaliknya dari itu. Metode introseksi juga banyak dipengaruhi oleh kemampuan atau daya khayal seseorang. Dengan demikian apa yag dikemukakan seseorang sebagai hasil introspeksi tidak selamnya murni sebagaimana ketika pengalaman yang sesungguhnya berlangsung.33 Metode observasi yang dikembangkan oleh aliran fungsionalisme digunakan untuk mengatasi kelemahan – kelemahan metode introspeksi. Metode observasi terbagi menjadi dua macam, yaitu metode fisiologis dan metode variasi kondisi. Metode fisiologis adalah cara menganalisis gejala kejiwaan dengan meneliti proses fisiologis ( proses faal ) yang terjadi dalam diri seseorang yang bersangkutan. Mislanya, mengapa orang dapat melihat sebuah benda, dapat diterangkan melalui kenyataan bahwa ada sumber cahaya yang memancarkan gelombang – gelombang cahaya yang sampai ke alat penerima ( respector ) dan melaui saraf tertentu impuls – impuls dari respector ini diteruskan ke pusat penglihatan sehingga akhirnya orang tersebut dapat melihat benda. Bagian mana respector menerima cahaya dan bagamana respector tersebut menerima rangsangan akan meyebabkan terjadinya perbedaan – perbedaan penginderaan, baik perbedaan antar individu maupun perbedaan – perbedaan yang terdapat dalam satu individu.34 Tidak semua gejala kejiwaan dapat dijelaskan dengan metode fisiologis. Misalnya, sulit sekali untuk mempelajari reaksi emosional seperti marah, malu, benci dan sebagainya dengan metode fisiologis. Reaksi emosional banyak dipengearuhi oleh faktor – faktor yang bukan bersifat fisiologis seperti pengalaman, kebiasaan, latihan dan lain – lain. Oleh karenaitu disamping menggunakan metode fisiologis diperlukn 33 Singgih Dirgagunarsa.Opcit,hlm : 50 34 Ibid, hlm : 51
  • 17. Aliran – Aliran Psikologi Page 17 pula metode variasi kondisi. Dalam metode ini rangsangan diberikan beberapa kali dalam situasi dan lingkungan yang berbeda (bervariasi). Dengan melihat perbedaan – perbedaan reaksi dalam kondisi – kondisi yang berbeda tersebut maka dapat diketahui sifat – sifat yang menetap ataupun tidak menetap pada diri seseorang. Metode variasi kodisi ini selanjutnya menjadi dasar pengukuran validitas dan reabilitas dari test – test psikologi.35 Fungsionalisme berkembang di Amerika Serikat sesuai dengan karakter orang Amerika yang serba praktis dan serba pragmatis. Tokoh aliran psikologi fungsionalisme ini cukup banyak diantaranya : a. William James ( 1842 – 1910 ) James adalah filsuf dan psikolog Amerika yang lahir di New York City. Ia merupakan pionir dalam studi psiologi modern. Menurut James psikologi tidak dapat membuktikan bebasnya kemauan. Bila psikologi bekerja sama dengan determinisme, dapatlah ia melokalisasi suatu “pilihan bebas”. Akan tetapi, psikologi tidak dapat menggunakan konsep determinisme adalah hipotesis yang bekerja di belakang sains dan meurpakan bagian dari pengetahuan agama.36 James memiliki pandangan bahwa metode introspeksi dari strukturalisme terlalu membatasi. Para fungsionalis berpendapat untuk mengetahui bagaimana organisme beradaptasi dengan lingkungannya data yang berasal dari introspeksi harus dilengkapi oleh observasi perilaku aktual, termasuk penelitian perilaku hewan dan perkembangan perilaku. Jadi fungsionalisme memperluas lingkup psikologi dengan mencakup perilaku sebagai variabel independen. Namun, bersama dengan strukturalisme masih menganggap psikologi sebagia ilmu pengetahuan pengalaman sadar dan metode penelitian utama sebagai intospeksi.37 b. James Rowland Angell (1869 – 1449) Angell adalah murid dari William James, yang pernah menjabat sebagai Presiden “American Psychological Association”. Dalam papernya “ The Province of Functional Psychological Association”, ia menjelaskan tiga pandangannya terhadap fungsionalisme antara lain : 35 Ibid 36 Alex Sobur.Opcit, hlm :107-108 37 Ibid, hlm : 108 - 109
  • 18. Aliran – Aliran Psikologi Page 18 1) Fungsionalisme adalah psikologi tentang mental operation sebagai lawan dari psikologi tentang elemen – elemen mental (elementisme). 2) Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan dasar dari kesadaran , yang jiwa merupakan perantara antara kebutuhan - kebutuhan organisme dan lingkungannya , khususnya dalam keadaan “emergency” (teori “emergency” dari kesadaran). 3) Fungsionalisme adalah psikofisik , yaitu psikologi tentang keseluruhan organisme yang terdiri dari jiwa dan badan . Oleh karena itu , ia menyangkut juga hal – hal yang di balik kesadaran seperti kebiasaan , tingkah laku yang setengah disadari dan sebagainya.38 Aliran Fungsionalisme juga berkembang di Columbia, hingga kelompok yang berkembang di sana disebut sebagai aliran Columbia. Ciri aliran fungsionalisme Columbia adalah kebebasannya dalam mempelajari tingkah laku , yaitu mereka lebih bebas mempelajari tingkah laku karena organisme dianggap sebagai kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara badan dan jiwanya. Jadi tidak ada persoalan dualisme disini. Kebebasan kedua adalah bahwa psikologi tidak perlu bersifat deskriptif karena yang penting hanya mengetahui apa fungsi dari pada tingkah laku, jadi yang penting adalah korelasi antara suatu tingkah laku dengan tingkah laku lain atau hal lain. Dari kebebasan tersebut fungsionalisme di Columbia dapat berkemabang seluas – luasnya .39 Tokoh aliran fungsionalisme di Columbia diantaranya James Mc Keen Cattell. Ia pernah belajar pada Wundt. Namun ia tidak setuju dengan metode Wundt yang menekankan pada introspeksi. Ia lebih tertarik untuk mmepelajari gejala – gejala psikis yang dapat langsung diamati tanpa memerlukan introspeksi, misalnya perbedaan individual dalam kecepatan reaksi. Ia sering melakukan percobaan – percobaan hingga pada tahun 1890 ia menemukan “mental testing” yaitu test yang 38 Ibid, hlm : 109 39 Singgih Dirgagunarsa.Opcit,hlm : 53
  • 19. Aliran – Aliran Psikologi Page 19 digunakan untuk mengukur kemampuan mental seseorang,. Hingga saat ini masih banyak sekali digunakan dalam berbagai bentukknya yang sudah diperbarui.40 Strukturalisme maupun fungsionalisme kenyataanya memilki peranan yang penting dalam perkembangan psikologi awal. Hal ini karena masing – masing pendekatan memberikan sudut pandang terhadap psikologi. Hingga pada akhirnya mampu merangsang berkembangnya berbagai aliran psikologi lain. 3. Asosiasionisme Asosiasionisme adalah aliran yang banyak menekankan pada hukum – hukum asosiasi untuk menerangkan berbagai gejala kejiwaan . Aliran ini dapat di bagi menjadi dua bagian yakni Asosiasionisme Lama dan Asosiasionisme Baru atau Neo Associationism. Asosiasionisme Lama sudah berkembang sejak Aristoteles mengemukakan hukum – hukum terjadinya asosiasi yaitu Simiarity atau kesamaan , Contrast atau perlawanan dan Contiguity atau kedekatan.41 Salah satu tokoh Asosiasionisme Lama antara lain Hobbes. Hobbes sebagai pelopor psikologi di Inggris mengemukakan bahwa jiwa terdiri dari 3 bagian yaitu ; Sensation, recall dan association. Sensation adalah proses dimana seseorang menerima rangsangan , recall adalah proses dimana seseorang memproduksi kembali sesuatu yang pernah dirasakan atau dialami, dan association adalah proses terjadinya penggabungan antara satu rangsang dengan rangsang yang lain. Selanjutnya, proses – proses penggabungan itu maka seseorang dapat berpikir.42 Proses terjadnya asosiatif antara satu rangsangan dengan rangsangan yang lain dan satu respon dengan respon yang lain , Hobbes mengemukakan bahwa “ Objek – objek di luar kita mempengaruhi kita melalui macam – macam bentuk perangsangan , misalnya melalui cahaya atau suara”. Proses tersebut oleh Hobbes disebut Physical Motion (gerakan fisik). Proses ini terjadi pada alat – alat dan fungsi – fungsi indera. Jika proses perangsangan berhenti , maka physical motion juga berhenti dan yang tertinggal adalah proses lanjutannya yang dsebut fancy ( kenangan). Proses – proses lanjutan ini terjadi secara berurutan dan ini disebut sebagai successive association . 40 Ibid,hlm : 54 41 Ibid, hlm : 57 42 Ibid
  • 20. Aliran – Aliran Psikologi Page 20 Apa yang dikemukakan oleh Hobbes menunjukkan bahwa faktor – faktor pengalaman dan perangsangan adalah penting agar terjadi pemikiran.43 Selanjutnya Asosiasionisme Baru dikenal dan berkembang pula dengan tokoh – tokohnya seperti Herman Ebbinghaus dan E.L. Thorndike. Letak perbedaan antara Asosiasionisme Lama dan Asosianisme Baru adalah cara pendekatannya dalam penyelidikan – peneyelidikannya. Asosiasionisme Lama memulai berbagai penyelidikannya dari mempelajari efek – efeknya baru kemudian sebab – sebabnya, sedangkan Asosiasionisme Baru sebaliknya yakni memulai penyelidikan – penyelidikannya dengan mempelajari sebab - seba suatu proses psikis dan baru kemudian meneyelidiki efek – efeknya.44 Sebagai contoh dari aliran Asosianisme Baru ialah eksperimen dari Ebbinghaus. Ia meneyelidiki tentang proses lupa. Ia memberikan sederetan suku kata yang tak bermakna kepada orang – orang percobaanya, seperti pep, tet, det dan sebagainya. Suku kata yang tak bermakna ini lebih sukar diingat daripada kata – kata yang bermakna. Oleh karena itu suku – suku kata tak bermakna itu sangat sesuai untuk mengukur daya ingatan seseorang. Dari hasil percobaanya, Ebbinghaus mendapatkan bahwa jumlah suku kata yang dilupakan jauh lebih besar pada saat orang percobaan baru saja mempelajari suku - suku kata itu, daripada saat ia sudah agak lama mempelajarinya. 4. Psikologi Psikoanalisis Aliran psikoanalisis ini dikenalkan oleh Sigmund Freud. Pada mulanya banyak orang yang menentang, menolak, mencaci dan mengkritik aliran ini dengan alasan bahwa metode yang digunakan Freud di anggap tidak baku, subjektif, jumlah klien sedikit dan semua pasiennya penderita gangguan jiwa. Di sisi lain, Freud banyak memberikan kontribusi dalam hal mengembangkan konsep motivasi dari alam ketidaksadaran dan mengarahkan fokus penelitian pada pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perkembangan kepribadian selanjutnya sampai dewasa. Di samping itu, Freud juga merangsasang studi yang intensif tentang emosi, yaitu cinta, takut, cemas, dan seks.45 43 Ibid, hlm :57 - 58 44 Ibid, hlm : 58 45 Alex Sobur.Opcit, hlm : 111
  • 21. Aliran – Aliran Psikologi Page 21 Dalam teori Freud dinyatakan bahwa satu – satunya hal yang mendorong kehidupan manusia adalah dorongan id (libido seksualita), mendapat tantangan keras. Dalam libido seksualita, seseorang berusaha mempertahankan eksistensinya karena bermaksud memenuhi hasrat seksualnya. Dalam pandanga psikologi humanistik, teori Freud hanya menjelaskan adanya kebutuhan ynag paling mendasar dari manusia, yaitu kebutuhan fisioligis dan tak mampu memberikan untuk empat kebutuhan manusia yang lain.46 Menurut Freud, sumber utama konflik atau gangguan – gangguan mental terletak pada ketidaksadaran ini, karena itu agar bisa mempelajarinya, Freud mengembangkan teknik psikoanalisis, yang sebagian besar didasarkan atas interpretasi “arus pikiran pasien yang diasosiasikan secara bebas” dan analisis mimpi yang isi maupun metodenya menggunakan sudut pandang yang radikal. Kesadaran hanyalah sebagian kecil saja dari kehidupan mental; sedangkan bagian terbesarnya adalah ketidaksadaran atau alam bawah sadar. Bagian kesadaran bagaikan permukaan gunung es yang nampak, merupkan bagian kecil dari kepribadian, sedangkan bagian ketidaksadaran (yang ada dibawah permukaan air) mengandung insting – insting yang mendorong semua perilaku manusia.47 Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian, yang disebut id, Ego dan superego. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan – dorongan biologis manusia - pusat insting (Rakhmat, 1994:19). Ego adalah mediator antara hasrat – hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistik. Freud mengibaratkan hubungan ego-id sebagai penunggang kuda. Penunggang akan memperhatikan tentang keadaan realitas, sedangkan kudanya mau keman – mana.48 Selanjutnya Super-Ego berisi kata hati yang berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai – nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor dari setiap dorongan – dorongan yang datang dari Id. superego berkembang pada permulaan masa anak sewaktu peraturan – peraturan diberikan oleh orang tua, dengan memberikan hadiah dan hukuman. Perilaku yang salah (yang memperoleh hukuman) menjadi bagian 46 Ibid, hlm : 112 47 Bimo Walgito.Pengantar psikologi umum. (Yogyakarta: Penerbit Andi,2010), hlm.88 48 Ibid, hal.90
  • 22. Aliran – Aliran Psikologi Page 22 dari conscience anak, yang merupakan bagian dari superego. Perbuatan anak semula dikontrol oleh orang tuanya, tetapi apabila superego telah terbentuk dari dirinya sendiri. Superego merupakan prinsip moral. 5. Psikologi Behaviorisme Ciri utama dari behaviorisme ialah menggunakan pendekatan objektif dalam mempelajari manusia, berdasarkan pendekatan yang mekanistik dan materialistik. Aliran behaviorisme timbul di rusia tetapi kemudian berkembang pula di Amerika, dan merupakan aliran ynag mempunyai pengaruh cukup lama. a. Ivan Petrivich (1849-1936) Aliran ini dipelopori oleh Ivan Petrivih Pavlov. Behaviorisme merupkan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Para ahli psokologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi secara objektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal yang dubious, sesuatu yang tidak dpat di observasi secara langsung, secara nyata. Menurut Pavlov aktivitas organisme dapat dibedakan atas: 1) Aktivitas yang bersifat refleksif, yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh organisme yang tidak bersangkutan. Organisme membuat respon tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimuls yang mengenainya. 2) Akivitas yang disadari, yaitu aktivitas atas kesadaran organisme yang bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. Ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu sampai di pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respon. Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas dasar kesadaran lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus dan respon yang tiak disadari, atau respon yang refleksif. Berkaitan dengan hal tersebut Pavlov sangat memusatkan perhatiannya pada masalah refleks, karena itu pula psikologi Pavlov sering disebut sebagai psikologi refleks atau psychoreflexology. Pada mulanya pemikiran dan eksprimen pavlov hanya terbatas di Rusia, tetapi juga menyebar di amerika, terutama para ahli yang menolak digunakannya metode intropeksi dalam psikologi. Pavlov berkeberatan digunakannya metode
  • 23. Aliran – Aliran Psikologi Page 23 introspeksi, karena dengan introspeksi tidak dapat diperoleh data yang objektif, pavlov ingin merintis objective psychology, karena itu metode introspeksi tidak digunakan. Ia mendasarkan eksperimennya atas dasar observed facts., pada keadaan yang benar – benar dapat diobservasinya. Eksperimen Palpov ini banyak pengaruhnya pada masalah belajar, misalnya pada pembentukan belajar. Pavlov pada eksperimennya menggunakan anjing sebagai binatang coba. Anjing dicoba sedemikian rupa, sehingga apabila air liur keluar dapat dilihat dan dapat ditampung dalam tempat yang telah disediakan. Menurut pavlov apabila anjing lapar dan dapat melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan respons yang alami respon yang refleksif, yang disebut sebagai respons yang tidak berkondisi (unconditioned response) yang disingkat dengan UCR.49 Apabila anjing mendengar bunyi bel dan kemudian menggerakan telinganya, ini juga merupakan respons yang alami. Bel sebagai stimulus yang tidak berkondisi (unconditioned stimulus) atau UCS dan gerak telinga sebagai UCR. Persoalan yang dipikirkan pavlov adalah apakah dapat dibentuk pada anjing suatu perilaku atau respons apabila anjing mendengar bunyi bel lalu mengeluarkan air liur. Hal inilah yang kemudian diteliti secara eksperimental oleh pavlov. Ternyata perilaku tersebut dapat dibentuk dengan cara memberikan stimulus yang berkondisi (conditioned stimulus) atau CS berbarengan atau sebelum diberikan stimulus yang alami (UCS) ecara berulangkali, hingga pada akhirnya akan terbentuk respons berkondisi (conditioned response) atau CR, yaitu keluarnya air liur sklaipun stimulus yang wajar, yaitu mkanan tidak diberikan Dalam eksperimen ini hasilnya, bunyi bel berkedudukan sebagai stimulus yang berkondisi (CS) dan mengeluarkan air liur sebagai respon berkondisi (CR). Apabla bunyi bel (CS) diberikan setelah diberikan makanan (UCS), maka tidak akan terjadi respon yang berkondisi tersebut. Hal ini telah dibuktikan pula secara eksperimental oleh Krestovnikov teman palpov (Garret, 1958). Salah satu persoalan yang lain ialah apabila telah terbentuk respon berkondisi apakah dapat dikembalikan ke keadaan semula. Ternyata setelah diadakan eksperimen hasilnya menunjukkan bahwa hal tersebut dapat, yaitu dengan cara diberikn stimulus berkondisi (CS) secara berulang – ulang tanpa disertai makanan sebagai 49 Ibid, hlm : 74
  • 24. Aliran – Aliran Psikologi Page 24 reinforcement, sehingga pada akhirnya terbentuklah pada aning bahwa anjing tidak lagi mengeluarkan air liur apabila mendengar bunyi bel. Ini berarti anjing kembali dalam ke keadaan semula, yaitu pada keadaan sebelum terjadinya respon berkondisi. Keadaan ini yang disebut sebagai eksperimental extinction. Tetapi apabila dalam keadaan seperti itu kemudian sekali waktu diberikan lagi makanan sebagai reinforcement, mka akan terjadi lagi respon berkondisi secara cepat, dan ini yang disebut sebagai spontaneous recovery. b. Edward Lee Thorndike (1874 - 1949) Thorndike dilahirkan di Williamsburg pada tahun 1874. Ia mempeajari bukunya james mengenai “principles of psychology” yang sangat menarik baginya, yan kemudian mereka menjadi teman baik. Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian mengenai animal psychology. Penelitianya mengenai hewan diwujudkan dalam disertasi doktornya yang berjudul “animal intelegence: an Eksperimental study of associative processes in animals” yang diterbitkan pada tahun 1911 dengan judul “animal intellegence” . Dalam buku ini, tercermin ide – ide fundamental thorndike, termasuk pula teorinya tentang belaja. Menurutnya asosiasi antara sence of impression dan implus to action, disebutnya sebagai koneksi, yaitu usaha untuk menggabungkan antara kejadian sesoris dengan perilaku, yaitu bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karena itu Thorndike diklasifikasikan sebagai behavioris yang fungsional, berbeda dngan palpov sebagai behavioris yang asosiatif. Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah trial and error atau secara asli disebutnya sebagai learning by selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari eksperimennya dengan puzzle box. Atas dasar pengamatannya terhadap bermacam – macam percobaan, thorndike sampai ada kesimpulan bahwa hewan itu menunjukkan adanya penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu melepaskan diri dari box. Selanjutnya dikemukakan bahwa penelitian dari semua hewan coba itu praktis sama, yaitu apabila hewan coba –dalam halini kucing yang digunakannya- dihadapkan pada masalah, ia dalam keadaan dicomfort dan dalam memecahkan masalahnya dengan trial and error atau coba salah.
  • 25. Aliran – Aliran Psikologi Page 25 Kucing yang dilaparkan dimasukkan kedalam box dan makanan ditruhkan diluar box. Krn kucing dalam keadaan lapar maka kucing akan berusaha mendapatkan makanan tersebut. Ia mencakar – cakar, melompat – lompat, hingga pada suatu waktu perilakunya mengenai tali yang dapat membuka pintu box. Dengan pntu terbuka kucing keluar untul mendapatkan makanan. Eksperimen tersebut diulangi berkali – kali dan ternyata makin sering dicoba, kucing makin cepat keluar dari box hal ini dapat dilihat dari grafik berikut. Dari eksperimennya Thorndike mengajkan tiga macam hukum yang sering dikenaldengan hukum primer dalam hal belajar, yaitu: 1) Hukum kesiapan (the law of readiness) 2) Hukum latihan ((the law of exercise) 3) Hukum efek (the law of effect). Menurut Thorndike belajar yang baik haus ada kesiapan dari organisme yang bersangkutan. Apabila tidak ada kesiapan, maka hasil belajarnya tidak akan baik. Secara praktis hal tersebut dapat dikemukakan bahwa : 1) Apabila pada organisme adanya kesiapan untuk melakukan sesuatu aktivitas, dan organisme itu dapat melaksanakan kesiapannya itu, maka organisme itu akan merasakan kepuasan. 2) Apabila organisme mempuyai kesiapan untuk melakukan sesuattu aktivitas, tetapi organisme itu tidak dapat melakukannya, aka organisme itu akan mengalamikekecewaan atau frustasi. 3) Apabila organisme itu tidak mempunyai ksiapan untuk melakuakn suatu aktivitas, tetapi disuruh melakukanya, maka hal tersebut akan menimbulakn keadaan yang tidak memuaskan. Mengenai hukum latihan oleh Thorndike dikemukakan danya dua aspek, yaitu, (1) the law of use, (2) the law of disuse. The law of use, yaiu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering digunakan. The law of disuse, yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi lemah apabila tidak ada latihan.
  • 26. Aliran – Aliran Psikologi Page 26 Mengenai hukum efek Thorndike berpendapat baha memperkuat atau memperlmah hubungan antar stimulus dan respons tergantung pada bagaimana hasil dari respons yang bersangkutan. Apabila sesuatu stimulus memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, maka hubugan antara stimulus dan respon itu akan menjadi kuat, demikian sebaliknya apabila hasil menunjukkan hal yang yang tidak menyenangakan, maka hubungan antara stimulus adan respon melemah. Dengan kata lain apabila sesuatu stimulus menimbulkan respon yang membawa reward hubungan antara stimulus dan respon(S-R) menjadi kuat, demikian sebaliknya. Hukum efek ini sebenarnya didasarkan pada hukum asosiasi lama, yaitu hukum frekuensi dan hukum kontiguitas sebagai determinan kuat tidaknya hubungan antar stimulus dan respons. Walaupun Thorndike enerima hukum frekuensi dan hukum kontiguitas, namun thorndike menambakan bshwa konsekuansi dari respon itu akan ikut berperan sebagaideterminan kuat lemahnya asosiasi antara stimulus dan respons. Hukum yang dikemukakan thorndike tersebut merupkan hukum belajar yang sampai sekarang masih bertahan sekalipun thorndike melakukan revisi mengenai hukumnya tersebut. Thorndike tetap mempertahankan pendapatnya bahwa latihan akan mengakibatkan adanya kemajuan, namun ini tidak berarti bahwa tidak adanya latihan akan menyebabkannya kelupaan, hubungannya tidak simetris. 6. Psikologi Hormic Aliran psikolgi ini sebenarnya banyak persamaannya dengan aliran Behaviorisme, antara lain keduanya hanya mempelajari tingkah laku, tanpa mau dirisaukan dengan persoalan – persoalan pandangan – pandangn tentang kesadaran. Tetapi William Mc. Dougall (1871 - 1944), seorang sarjana skotlandia yang mengajar di Amerika erikat dan banyak dikatakan sebagai perangsang tumbuhnya aliran Behaviorisme di amerika, tidak mau menyebut dirinya sendiri sebagai tokoh Behaviorisme. Ia justru berbeda pandangan bahkan bertentangan dengan pandangan – pandangan behaviorisme, sehingga ia lebih suka menyebut alirannya dengan aliran Hormic Psiokologi. Istilah Hormic berasal dari horme-urge yang arti sebenarnya ialah dorongan dasar. Tiap –tiap tingkah laku menurut mc Dougall dilandasi oleh horme-urge ini, yang
  • 27. Aliran – Aliran Psikologi Page 27 menyebabkan tingkah laku itu jadi mempunyai tujuan, mempunyai arah atau purposive.. (kerane itu mc Dougall juga dikenal sebagai tokoh aliran purposive psychology). Tingkah laku tidak dapat dipelajari terlepas dari tujuannya. Tingkah laku yang tanpa tujuan tidak lebih dari pada refleks, dan refkeks menurut mc Dougall ukanlah tingkah laku. Dorongan dasar dari suatu tingkah laku adalah instinct (naluri) yang merupakan pembawaan psikofisik (psychophysical disposition). Naluri ini mempunyai aspek teleologis (artinya: mempunyai suatu hubugan tertentu) atau purposive (artinya mempunyai yujuan tertentu)dan inilah yang membuat tingkah laku selalu bertujuan. Dalam bukunya “Introduction to Social Psychology” (1908). Mc Dougall menyatakan bahwa semua tingkah laku pada hakikatnya dapat dikembalkan pada naluri – naluri yang mendasarinya, isalya daam hal emosi: a. Emosi takut didasari oleh naluri melarikan diri b. Emosi heran didasari oleh naluri ingin tahu c. Emosi mesrah atau kasih sayang didasari oleh naluri orang tua Mengenai naluri ini, Mc Dougall menyatakan bahwa ada tiga aspek pada naluri, yaitu: a. Aspek persepsi, yaitu kecenderungan untuk mengamati benda- benda padat, cair dll, degan sifat – sifat dan jenis – jenis tertentu b. Aspek emosionil. Yaitu kecenderungan untuk mengalai suatu keadaan emosionil yang bersifat khas alam mengamati suatu obyek. c. Aspek motoris. Yaitu kecendrungan untuk ber-bereaksi secara tertentu terhadap obyek – obyek tertentu. d. Selain pendapat – pendapatnya tentang tingkah laku dan naluri di atas, Mc Dougall juga berbicara tentang kepribadian. Ia membedakan beberapa aspek dalam kepribadian, yaitu: 1) Disposition. Yaitu sejumlah naluri yang merupakan pembawaan sejak lahir. 2) Temperament. Ialah penjumlahan dari pengaruh – pengaruh terhadp kehidupan psikis oleh adanya perubahan metaboliskimiawi pada tubuh. Ini erat sekali hubungannya dengan Internal-Weather, yaitu perubahan “cuaca” didalam tubuh sebagai aktivitas hormon – hormon tertentu (istilah hormic juga berasal dari kata hormon). Misalnya orang yang
  • 28. Aliran – Aliran Psikologi Page 28 lekas marah disebabkan oleh karena komposisi susunan saraf dipengaruhi hormon2 tertentu yang tidak seimbang. Dalam hubungan ini mc Dougall mempunyai pendapat sendiri tentang susunan saraf sebagai berikut: “Susunan saraf mempunyai fungsi tertentu dalam tubuh, sehingga apabila kita bisa mempelajari susunan saraf, kita bisa mempelajari tingkah laku ora ng yang bersangkutan” 3) Character. Yautu penjumlahan dari hal – hal yang diperoleh dari lingkungan sebagai hasil perkembangan disposition dan temperament. Atau sesuatu yang tumbuh oleh pengaruh lingkungan dengan dasar – dasar disposition dan temprament.50 7. Aliran psikologi Gestalt Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman, yang dalam bahasa inggris berarti form, shape, cnfiguration, whole; dalam bahasa indonesia berarti “bentuk” atau “konfigurasi”, “hal”, “peristiwa”, “pola”, “totalitas”, atau “bentuk keseluruhan”.51 Tokoh yang di anggap sebagai pendiri aliran Gesalt ini adalah Max Wertheimer (1880 - 1943)52. Kemudian dikembangkan oleh Kurt Koffka53 dan Wolfgang kohler ini mengkritik teori – teori psikologi yang berlaku di Jerman sebelumnya, terutama teori strukturalisme dari Wilhelm Wund, teori Wundt yang khususnya mempelajari proses penginderaan dianggap terlalu elemenistik. Padahal, persepsi manusia terjadi secara menyeluruh, sekaligus dan terorganisasikan, tidak secara parsial atau sepotong – sepotong. Karena itulah menurut Weirtheimer ketika sebuah melodi terdengar (dipersepsi), sebuah kesatuan dinamis atau keutuhan muncul dalam persepsi. Akan tetapi nada tersebut dalam dirinya menyebar dan saling bergantian dalam urutan waktu tertentu. Urutan waktu itu di ubah maka gesalt nya turut berubah.54 Aliran Gesalt ini tidak mengemukakan elemen, melainkan keseluruhan. Karena kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen – elemen akan tetapi harus dipelajari secara total, menyeluruh. Keseluruhan itu lebih ditanggapi dari 50 Ibid, hlm : 84-85 51 Alex Sobur.Opcit, hlm : 116. 52 Singgih Dirgagunarsa. Opcit, hlm : 87 53 Kurt Koffka adalah tokoh psikologi Gesaltyangbanyak menulis tentang faham – faham dan definisi –definisi dari pada aliran ini. 54 Alex Sobur.Opcit, hlm : 117.
  • 29. Aliran – Aliran Psikologi Page 29 bagian – bagiannya, dan bagian – bagian itu harus memperoleh makna dalam keseluruhan. Menurut Alex Sobur dalam bukunya psikologi umum dalam lintasan sejarah, memaparkan bahwa sebenarnya teri Gesalt ini dikembangkan oleh psikologi sosial. Teori ini makin berkembang dengan teori S (Stimulus) – R (Reson) yang juga dipakai oleh ilmu komuikasi.55 Dalam pengamatan dan pemaknaan keseluruhan yang dijelaskan diatas, saya mengambil contoh misalnya, ketika kita melihat dan mengamati sebuah mobil, maka kita tidak melihatnya sebagai susunan dari elemen-elemen nya seperti ban, lampu, kaca, pintu dll, melainkan kita melihatnya sebagai keseluruhan yaitu sebuah mobil yang terlepas detail elemen-elemen nya dan memiliki arti tersendiri. Menurut psikologi Gesalt, manusia tidak memberikan respon pada stimulus secara otomatis. Manusa dalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi. Teori Gestalt menyebutkan bahwa yang dimaksud belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui pengelaman. Teori ini bukan menyuruh klien untuk menghafal, tetapi belajar memecahkan masalah, merumuskan hipotesis, dan mengujinya. Akhirnya, dengan bimbingan konselor, klien mampu membuat kesimpulan.56 Pendekatan fenomenologis menjadi salah pendekatan yang eksis di psikologi. Dengan pendekatan ini, para tokoh Gestalt menunjukan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorime dengan menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif yang berfokus pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterprestasikan menjadi lapangan kognitif, di mana proses-proses mental seperti persepsi, insight, dan problem solving beroperasi.57 Aplikasi prinsip Gestalt proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual field nya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap problem. Aplikasi teori Gestalt dapat dilihat dari beberapa hal berikut : 55 Ibid, hlm : 118. 56 Farid Mashudi.Opci,.hlm : 33 57 Ibid, hlm : 37
  • 30. Aliran – Aliran Psikologi Page 30 c. Pengalaman tilikan (insight). Tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau peristiwa. d. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Kebermaknaan unsur- unsur yang terkaitdapat menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur, makin efektif pula seuatu yang di pelajari. Hal ini sangat penting dalam pemcahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternative pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. e. Perilaku bertujuan (purposive behavior), perilaku yang terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi karena akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, konselor hendaknya meyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. f. Prinsip ruang hidup (life space), yaitu bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan di manaia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. g. Transfer dalam belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi yang lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi yang lain dalam tata - susunan yang tepat.58 8. Psikologi Humanistik Abraham Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri – ciri eksistensinya. 58 Ibid ,hlm : 38-39
  • 31. Aliran – Aliran Psikologi Page 31 Manusia dalaha makhluk yang kreatif, yang dikendalikan oleh kekuatan – kekuatan ketidaksadaran –psikoanalisis—, melainkan oleh nilai – nilai dan pilihan – pilihanya sendiri. Maslw menamakan humanistik sebagai kekuatan ketiga, setelah psikoanalisis dan behavioristik. Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang tercermin dalam bukunya “”motivation and personality”. Ia mengajukan teori tentang hierarchy of needs yaitu: a. Kebutuhan – kebutuhan fisiologis. b. Kebutuhan akan rasa aman. c. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki. d. Kebutuhan akan penghargaan; kebutuhan untuk aktualisasi diri. Apabila kebutuhan yang satu telah terpenuhi, maka kebutuhan lain yang lebih tinggi menuntut untuk dipenuhi, demikian seterusnya. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tingi. Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yang memusatkan perhatiannya pada masalah – masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang tak nampak; mempelajari kesadaran sekaligus mempelajari ketidaksadaran. Intropeksi sebagai suatu metode penelitian yang telah disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai metode penelitian psikologi. Psikologi harus mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat yang pasif, yang ditentukan oleh kekuatan – kekuatan dari luar, tetapi manusia adalah makhluk yang aktif, menentukan garaknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menentukan perilakunya. Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu: a. Memusatkan perhatian pada respon yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia. b. Menekankan pada kualitas – kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan dri pemikiran tentang manusia ynag mekanistis dan redoksionistis. c. Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah – masalah yang akan dipelajari dan prosedur – prosedur penelitian yang akan digunakan.
  • 32. Aliran – Aliran Psikologi Page 32 d. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang penuh pada kemuliaan dan martabat manusia serta terarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misik dan sexton, 1988). Selain maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistik, juga carl rogers (1902 – 1987) yang terkenal denga client – centered therapy. 9. Psikologi Kognitif Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat sebelum perang Dunia II.59 Aliran kognitif muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konsep manusia menurut behaviorisme. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir (homo sapiens). Paham kognitifisme initumbuh akibat pemikiran- pemikiran kaum rasionalisme.60 Tokoh-tokohnya antara lain Gestalt, Meinong, Kohler, Max Wetheimer, dan Koffka. Menurut mereka, manusia tidak memberikan respons secara otomatis kepada stimulus yang dihadapkan kepadanya kerena manusia adalah makhluk aktif yang dapat menafsirkan lingkungan dan bahkan dapat mendistrosinya (mengubahnya). Mereka berpandangan bahwa manusialah yang menentukan makna stimuli itu sendiri.61 Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia.62 a. Ciri-ciri Aliran Kognitif Beberapa ciri dan aliran kognitif ini antara lain : 1) Mementingkan suatu yang ada dalam diri manusia, 2) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian, 3) Mementingkan peranan kognitif 4) Mementingkan kondisi waktu sekarang 59 Alex Sobur. Opcit, hlm : 311 60 Farid Mashudi.Opcit,hlm : 41 61 Ibid, hlm : 42 62 Alex Sobur.Opcit, hlm : 312
  • 33. Aliran – Aliran Psikologi Page 33 5) Mementingkan pembentukan struktur kognitif 6) Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia 7) Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman).63 b. Konsep Pembelajaran Kognitif Pengembangan konsep pembelajaran kognitif sudah tentu sangat dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif. Terdapat tiga tokoh penting di dalamnya, yaitu Piaget, Bruner, dan Ausuble. 1) Jean Piaget Ada tiga prinsip utama pembelajaran yang dikemukakan oleh piaget. Pertama, belajar aktif. Proses pembelajaran adalah proses aktif, sebab pengetahuan terbentuk dari dalam subjek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, memanipulasi symbol- simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, atau membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya. Kedua,belajar lewat interaksi sosial. Dalam belajar, perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara subjek belajar. Menurut Piaget, belajar bersama dengan teman sebaya maupun dengan yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Sebab, tanpa kebersamaan, kognitif akan berkembang dengan sifat egosentris. Ketiga, belajar lewat pengalaman nyata, perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik dari pada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.64 2) J.A. Brunner Brunner menyatakan bahwa dalam belajar, ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi, dan cara membangkitkan motivasi belajar. Brunner mengajukan rekomendasi bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencakup beberapa hal. Pertama, pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar. Pembelajaran dari segi klien adalah pembelajaran yang membantu klien dalam hal mencari alternative 63 Farid Mashudi.Opcit,hlm : 42 64 Ibid, hlm : 44
  • 34. Aliran – Aliran Psikologi Page 34 pemecahan masalah. Dalam pembelajaran, dibutuhkan pengalaman- pengalaman untuk melakukan sesuatu dengan tujuan mempertahankan pengalaman-pengalaman positif. Karena itulah diperlukan arahan dari konselor agar klien tidak banyak melakukan kesalahan. Kedua, strukturlisasi pengetahuan untuk pemahaman optimal. Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anka. Ketika, perincian uturan penyajian materi pelajaran. Pendekatan pembelajaran dengan membingbing klien melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, serta mengubah dan mentransfer sesuatu yang telah dipelajari. Adapun yang mempengaruhi urutan optimal suatu materi adalah faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak. Keempat, cara pemberian reinforcement. Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran yang digunakan sebagai reinforcement untuk klien. Sebab, Brunner mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari konselor adalah dorongan yang bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi dorongan yang bersifat intrinsik.65 10. Psikologi Islam/ Islami Psikologi islam ( The Islamic Psycology). Begitulah nama yang popular untuk wacana psikologi yang di dasarkan pada pandangan dunia Islam. Nama-nama lain bermunculan, namun tidak sempat menjadi fenomena sebagai mana nama psikologi Islami. Nama lain yang cukup popular adalah psikologi Islam (The Islamic Psycology). Istilah Psikologi Islami dipercaya lebih tepat digunakan daripada istilah-istilah lain. Istilah yang disebut terakhir ini dipandang memiliki jangkauan yang lebih luas. Bukan hanya pemikiran dan praktik yang berasal dari agama Islam, tapi juga dari sumber- sumber lain yang dapat diterima oleh atau sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Tidak bertentangan dengan pandangan dunia Islam. Pandangan- pandangan yang berasal dari khazanah Islam diambil dari dasar utama pengembangan 65 Ibid, hlm : 45
  • 35. Aliran – Aliran Psikologi Page 35 psikologi Islami. Beberapa contoh adalah fitrah, qalbu, ruh, nafs, insan kamil, sabar, syukur, dan seterusnya. 66 Pandangan dari pemikiran-pemikiran di luar Islam diterima bila sesuai dengan pandangan Islam. Sebagai contoh, pandangan bahwa manusia dipengaruhi lingkungannya, dapat diterima oleh psikologi Islami bila telah diverifikasi oleh pandangan-pandangan Islam. Wacana Psikologi Islami ini, mulai bergaung semenjak tahun 1978. Pada tahun itu, Universitas Riyadl, Arab Saudi, berlangsung symposium internasional tentang Psikologi dan Islam. Setahun sesudahnya,1979, di Inggris terbit sebuah buku kecil yang sangat monumental di dunia Muslim, yaitu The Dilema of Muslim Psychologists yang ditulis Malik B. Badri67, yang kemudian memberikan inspirasi bagi lahirnya wacana psikologi Islami. Dalam perjalanannya, adapun beberapa fase-fase perkembangan psikologi Islami yaitu ; a. Fase pertama “Terpesona” Pada fase ini di kalangan ilmuwan Muslim terdapat perasaan terpesona atau terkagum-kagum terhadap kehandalan teori-teori psikologi modern. Ilmuwan Muslim menggunakan psikologi modern untuk menjelaskan berbagai fenomena umat atau ajaran Islam. Mereka meyakini bahwa psikolgi yang telah dirumuskan oleh kolega-kolega mereka di Eropa dan Amerika merupakan kebenaran Universal. Dalam fase ini terpesona ini adalah kecenderungan untuk secara latah menyebut teori-teori psikologi modern sebagai psikologi Islami karena ada beberapa poin pandangannya yang sesuai dengan Islam. Mereka menyebutkan psikoanalisis sebagai psikologi Islami, dan psikologi humanistic adalah psikologi Islami, behaviorisme adalah psikologi Islami. Psikoanalisis disebut mereka sebagai psikologi Islami karena ia mengakui sesuatu yang diakui oleh Al-Qur’an terdapat dalam diri manusia, yaitu nafsu. Behaviorisme disebut Islami karena ia mengajarkan besarnya pengaruh lingkungan terhadap manusia sebagaimana ungkapan sebuah hadist (yang berbunyi ; “manusia dilahirkan dalam keadaan suci; maka kedua orangtualah 66 H.Fuad Nashori.Agenda Psikologi Islami. (Yogyakarta : Putaka Pelajar,2002),hlm: 2 67 Ibid, hlm : 3
  • 36. Aliran – Aliran Psikologi Page 36 yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”, HR Bukhori). Humanistik disebut psikologi Islami karena ia sangat menghargai manusia sebagaimana Islam juga sangat menghargai manusia.68 b. Fase kedua “Kritik” Pada fase ini muncul berbagai pemikiran kritis dalam dunia Muslim terhadap teori-teori psikologi modern. Sejumlah perbedaan dan pertentangan antara Islam dan Psikologi dipertajam.69 Kritik-kritik terhadap psikologi Barat modern yang berasal dari ilmuwan Barat memberi isyarat kepada ilmuwan Muslim bahwa terdapat sejumlah persamaan antara ilmuwan Muslim dengan ilmuwan Barat yang progresif, yaitu mereka melihat teori-teori psikologi secara kritis. Dalam fase kedua ini, psikologi Islami dapat digambarkan sebagai telaah kritis dalam perspektif Islam atas konse-konsep atau teori-teori psikologi Barat modern.70 c. Fase ketiga “Perumusan” Sesudah mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan luas terhadap berbagai kelemahan psikologi Barat modern, maka pada masa berukutnya muncul kesadaran yang mengkristal di kalangan ilmuwan Muslim, yaitu perlunya menghadirkan konsep psikologi yang berwawasan Islam. Ini bukan berarti upaya menghasilkan psikologi Islami semata-mata ada setelah melihat kelemahan psikologi Barat modern. Pada tahap ini ada upaya untuk merumuskan bagaimana pandangan Islam tentang manusia, karena berbagai upaya merumuskan konsep manusia dimunculkan. Hal terpenting dalam perumusan teori adalah melakukan rekonstruksi teori.71 Hal penting lain adalah objektifikasi. Dalam perumusan psikologi Islami (berdasarkan pandangan Dunia Islam), yang terpenting adalah objektifikasi. Objektifikasi adalah proses mengubah pandangan-pandangan yang normative menjadi pandangan yang objektif atau menjadi teori yang dapat diukur. Perumusan tentang jiwa dan perilaku manusia bisa didasarkan pada sumber-sumber berikut. Pertama, merumuskan konsep manusia dengan langsung mendasarkan 68 Ibid, hlm : 37-38 69 Ibid, hlm : 38 70 Ibid, hlm : 40 71Ibid, hlm :. 41-42
  • 37. Aliran – Aliran Psikologi Page 37 diri pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kedua, dengan menggali Khazanah pemikira Muslim klasik maupun mpdern. Ketiga, mensintetiskan pandangan psikologi Baratmodern dan konsep Islam tentang manusia.72 d. Fase keempat “Penelitian” Pada saat ini, penelitian-penelitian psikologi Islami sudah selayaknya dilakukan. Penelitian-penelitian psikologi Islami dapat menggunakan metode penelitian sebagaimana selama ini sudah diakui oleh sains modern maupun dengan metodelain yang disepakati oleh ilmuwan Muslim sebagai metode baik dan benar. Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode kualitatif maupun kuantitatif.73 e. Fase kelima “Penerapan” Fase penerapan ditandai mulaiditerapkannya konse-konsep psikologi Islami dalam kehidupan umat manusia dan pemanfaatan hasil-hasilpenelitian untuk memecahkan berbagai problem yang berkembang dalam kehidupan manusia. Dalam fase ini ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan. Pertama, dengan menerapkan teori-teori atau konsep-konsep dan hasil penelitian psikologi Islami ke dalam suatu praktik tertentu. Kedua, pendekatan dengan menggunakan tradisi Islami. Salah satunya usaha yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses penerapan psikologi Islami adalah mengakomodasikan kekayaan tradisi Islam sebagai teknik psikologi Islam. Ketiga, dengan menggunakan teknik dari khazanah psikologi Barat yang diberi nuansa Islam.74 Setelah mengetahui penjelasan bagaimana fase-fase perkembangan psikologi Islami, maka selanjutnya adapun metode- metode perumusan psikologi Islami yaitu: a. Metode keyakinan b. Metode rasionasi c. Intregrasi metode keyakinan dan rasionasi 72Ibid, hlm : 43 73Ibid, hlm :. 46 74 Ibid, hlm : 46-48
  • 38. Aliran – Aliran Psikologi Page 38 d. Metode otoritas75 Lalu selanjutnya metode-metode penelitian psikologi Islami yaitu ; 1. Metode Ilmiah a. Metode observasi b. Riset korelasional c. Eksperimental d. Fenomenologi 2. Metode Non-Ilmiah a. Metode Intuisi b. Metode otoritas c. Eksperimen spiritual76 75 Ibid, hlm : 87-91 76 Ibid, hlm : 96-107
  • 39. Aliran – Aliran Psikologi Page 39 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Psikologi pada zaman kuno masih menjadi satu bagian dengan filsafat sehingga pada saat itu belum ada pembuktian empirik, berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi. 2. Psikologi pada zaman pertengahan masih belum bisa lepas dari filsafat, berbagai teori masih berdasarkan argumen atau spekulasi. Perbedaanya pada zaman pertengahan Filsafat dan budaya dengan tunduk pada ajaran agama. Sehingga Ilmu pengetahuan termasuk psikologi kurang bisa berkembang. 3. Psikolgi di bawah pengaruh humanisme mengarah pada psikologi empiris. Orang – orang mulai meninggalkan gaya berpikir skolastik zaman pertengahan dengan metode deduktif selanjutnya humanisme mulai mengembangkan pemikiran – pemikiran dengan metode induktif. 4. Psikologi menjadi ilmu yang mandiri baru bisa terwujud pada abad ke 19. Dengan fokus kajian nya pada perilaku manusia atau gejala – gejala kejiwaan. Pada masa itu mulai memakai pendekatan atau metode dalam mempelajari psikologi, berbagai teori muncul berdasarkan pembuktian tidak berdasrkan spekulasi. 5. Ciri – ciri psikologi modern anatara lain : - Psikologinya totalitas yakni berpangkal pada keseluruhan psychophysis, - Dalam meninjau kehidupan kejiwaan melihat hubungan kejiwaan sebagai bagian dari kehidupan manusia, sebagai kehidupan kejiwaan dari manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai tujuan tertentu, jadi meninjau secara teologis. - Meninjau kehidupan jiwa berdasarkan dalam hubnungannya dengan subjeknya yakni manusia. Maka disebut kehidupan jiwa yang aktif 6. Aliran psikologi strukturalisme merupakan aliran psikologi pertama yang mempelajari psikologi sebagai ilmu otonom yang mandiri. Aliran ini menggunakan metode introspeksi yakni menceritakan kembali pengalaman – pengalaman atau perasaan – perasaan setelah eksperimen dilakukan. Aliran ini menyatakan bahwa pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadan – keadaan mental yang sederhana , seperihalnya persenyawaan kimiawi yang tersusun dari unsur – unsur kimiawi.
  • 40. Aliran – Aliran Psikologi Page 40 7. Aliran psikologi fungsionalisme mempelajari apa tujuan atau akhir dari aktivitas, mempelajari “ fungsi” dari tingkah laku dan proses mental, tidak hanya berhenti pada struktur mental saja. Metode eksperimen yang digunakan oleh kaum fungsionalis ialah metode observasi tingkah laku ( observation of behavior). 8. Asosiasionisme adalah aliran yang banyak menekankan pada hukum – hukum asosiasi untuk menerangkan berbagai gejala kejiwaan. 9. Aliran Gestalt tidak mengemukakan elemen jiwa, melainkan keseluruhan. Karena kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen – elemen akan tetapi harus dipelajari secara total, menyeluruh. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan fenomenologi. 10. Aliran psikologi kognitif menyatakan bahwa manusia tidak memberikan respons secara otomatis kepada stimulus yang dihadapkan kepadanya kerena manusia adalah makhluk aktif yang dapat menafsirkan lingkungan dan bahkan dapat mendistrosinya (mengubahnya). 11. Aliran Psikologi Islam/Islami menkajai psikologi yang didasrkan pandangan dan kazanah Islam. Metode-metode yang di pakai dalam psikologi islami yaitu: a. Metode keyakinan b. Metode rasionasi c. Intregrasi metode keyakinan dan rasionasi d. Metode otoritas
  • 41. Aliran – Aliran Psikologi Page 41 DAFTAR PUSTAKA Fudyartanta,KI.2012.Psikologi Kepribadian.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dirgagunarsa, Singgih.1975.Pengantar Psikologi.Jakarta : Mutiara Sumber Widya Mashudi, Farid.2012.Psikologi Konseling.Yogyakarta : IRCiSoD Mujib, Abdul dan Muzakir, Yusuf.2002.Nuansa – Nuansa Psikologi Islam.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Nashor, Fuad.2002. Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sobur,Alex.2007.Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah.Bandung : CV Pustaka Setia Walgito, Bimo.2012. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : CV Andi Offset