SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
ANALISA
PROKSIMAT
ANALISA PROKSIMAT
 Analisa proksimat bahan pangan dan hasil
pertanian meliputi :
a. Analisa kadar air
b. Analisa kadar abu
c. Analisa kadar lipida
d. Analisa kadar protein
e. Analisa kadar karbohidrat : gula, pati,
serat kasar
ANALISA PROKSIMAT
 Analisa proksimat adalah analisa
komponen mayor dalam bahan pangan
dan hasil pertanian lainnya
 Meliputi analisa kuantitatif kandungan zat-
zat : air, abu, lipida, protein, dan
karbohidrat.
 Hasil analisa biasa disajikan sebagai nilai
kadar dalam satuan % (=persen).
 Yg sering terjadi analisa karbohidrat (KH)
tidak dilakukan ttp dihitung dng rumus :
% KH (wb) = 100% -
%wb(air+abu+lipida+protein)
% KH (db) = 100% - %db(abu+lipida+protein)
 Kadangkala analisa proksimat yg dikerjakan meliputi
:
* kadar air * kadar lipida
* kadar protein * kadar abu total
Kemudian Kadar karbohidrat (KH) total dihitung sbb.
:
- Kadar KH (%wb) = [100% – (air+prot+lipida+abu)
%wb]
- Kadar KH (%db) = [100% – (prot+lipida+abu)%db]
 Kadar KH yg dihitung seperti itu –tidak dianalisa
tersendiri- dinamakan ‘carbohydrate by difference’ .
Tentu saja tingkat ketelitian datanya tidak setinggi
bila dibanding dengan analisa lengkap semua
komponen mayor. Namun untuk kasus tertentu data
‘carbohydrate by difference’ sudah cukup memadai
dan dapat diterima .
 Dengan analisa proksimat akan dapat diketahui
kandung-an zat gizi mayor suatu bahan. Karena
data kadar ‘KH-by diffference’ merupakan kadar
KH-total yaitu campuran KH yg dapat dicerna dan
tidak dapat dicerna, maka data tsb tidak dapat
memberi informasi nilai gizi komponen KH tsb.
 Selanjutnya dng data tsb kita dpt
memanfaatkannya misal dalam menyusun formula/
resep makanan bayi, makanan khusus penderita
diabet, dst.
 Data kandungan karbohidrat, lipida, dan protein
secara bersama-sama dapat untuk meng-kalkulasi
nilai kalori suatu bahan pangan.
 Data analisa proksimat juga bermanfaat dalam
memper-bandingkan kualitas komoditas sejenis;
apakah potensial sbg bahan makanan sumber
kalori, sumber protein, sumber mineral, dsb-nya
 Data kadar air bahan bisa untuk
pertimbangan apakah bahan harus segera
diproses atau dapat disimpan lebih dahulu,
bagaimana teknik penyim-panan yang
sesuai, apakah perlu di
turunkan/ dikurangi
kadar airnya lebih dahulu ?
 Metoda analisa komponen mayor yg
populer :
1. Analisa kadar air : thermo-gravimetri
2. Analisa kadar abu : dry ashing, thermo-
gravimetri
3. Analisa kadar lipida: Soxhlet extraction
4. Analisa Kadar protein: analisa-N , Kjeldahl mikro
5. Analisa gula reduksi: metoda Nelson-Somogyi
Disamping metoda-2
tsb diatas, ada metoda-2
lain
Analisa kadar air
1. Metoda pengeringan
(thermogravimetri)
2. Metoda destilasi (thermovolumetri)
3. Metoda kimiawi (Fischer method)
4. Metoda fisikawi
Prinsip : Menguapkan air dari bahan dengan
pema-
nasan sampai berat konstan, sampai
semua air sudah menguap habis
Kelemahan : zat yang mudah menguap ikut
menguap dan dihitung sebagai air.
Perhitungan :
%air (wb) = (bobot mula2
-bobot konstan)
x100%
bobot mula2
%air (db) = (bobot mula2
-bobot konstan)
x100%
bobot konstan
= % air (wb) x 100%
Prinsip : Menguapkan air dengan zat pembawa
yang
mempunyai titik didih lebih tinggi dari air,
tidak dapat bercampur dengan air,
bobot
jenis lebih kecil dari pada air
Zat pembawa : toluen (C6H5CH3 , bp=110.6o
);
p-xilen C6H5(CH3)2 (bp=138o
); tetra-klor-etilen
(Cl2C=CCl2 ; bp=121o
)
Perhitungan:
% air = (1- f) x air terdistilasi(g) x 100
%
bobot sampel (g)
nilai f = bobot air yang
ditambahkan
bobot air yang terdistilasi
Metoda Thermovolumetri
Metoda kimiawi (Fischer
method)
 Prinsip : menitrasi air dalam sampel dengan iodin (ter-
jadi reduksi iodin oleh SO2 karena adanya air). Agar reaksi
dapat berlangsung baik maka ditambahkan piridin dan
metanol serta indikator metilen biru. Titrasi diakhiri bila
timbul warna hijau
 2H2O + SO2 + I2 H2SO4 + 2 HI
 C6H5N.I2 + C6H5N.SO2+ C5H5N + H2O
C6H5N.HI + C6H5N.SO3
 C6H5N.SO3 + CH3OH C6H5N(H) SO4CH3
Sampel dilarutkan dalam campuran SO2-piridin-metanol dan
kmd dititrasi dengan larutan Iodin dalam metanol. Kelebihan
Iodin yang tak bereaksi dng air berada dalam bentuk bebas.
Akhir titrasi memberikan warna ‘kuning-coklat mahogany’ yg
bila bercampur indikator metilen biru akan berwarna hijau .
Metoda Fisikawi
Metoda densimetri, refraktometri, dan polarimetri.
Perlu disiapkan kurva kalibrasi untuk mengkorelasikan
‘soluble solid’ dengan parameter fisik yg dipilih. Untuk
menentukan kandungan ‘total solid’ (atau kelembaban
‘by difference’), ‘insoluble solid’ harus ditentukan atau
diasumsikan dahulu.
Metoda densimetri (dng piknometer, atau berbagai tipe
hidrometer) merupakan uji rutin yg paling sering dipakai
guna menetapkan padatan kering dlm susu (dikombina-
sikan dng penetapan lemak), lart gula (termasuk sari
buah, sirup), produk buahan (khususnya tomat), beve-
rages (alkoholis & malt), dan lart. garam (pd industri
pickle).
Pengukuran index refraksi merupakan cara yg cepat dan
reproducible untuk menetapkan kandungan padatan lart.
sukrosa, sirup jagung, madu, sari buah, jam, jelly
Metoda Polarimetri digunakan secara luas untuk menen-
tukan identitas dan konsentrasi larutan gula .
ASH & MINERAL COMPONENTS
 Ash is the inorganic residue from the incinera-
tion of organic matter. Its content and composi-
tion depend on the nature of the food ignited
and on the method of ashing.
 Most fluid dairy products contain 0.5 – 1.0% ash;
and increases to 1.5% in evaporated milk and to
almost 8% in non-fat dry milk.
 Pure fats, oils, and shortenings contain practically
no mineral components. The main mineral compo-
nent in butter, margarine, mayonnaise, and salad
dressing is Sodium-chloride
 Ash in fresh fruits ranges from 0.2 – 0.8% and is
generally inversely related to moisture content .
Some dried fruits may contain as much as 3.5%
ash .
Ash & Mineral Components (continue)
 The white endosperm fraction obtained during
milling of wheat contains less than 0.5% ash; the
bran, aleuron layer, and germ are rich in minerals
 Most nuts contain 1.5 – 2.5% ash.
 Fresh meat and poultry contain around 1% mineral
components, but ash of processed meat may be as
high as 12% (in dried and salted beef and fish)
 The ash content of the edible portion of fresh fish
ranges from 1 – 2%
 The egg yolk contains 1.7% ash while the white of
egg contain 0.6% ash.
 Pure sugar, candy, honey, and syrups contain trace
amount to 0.5% ash; but brown sugar or chocolate
contain more inorganic components.
Mineral Components
o The ash content of most fresh vegetable is around
1%, and is generally higher than of fruits
 Calcium is present in relatively high concentrations
in most dairy or dairy- containing products, in
cereals, nuts, some fish, eggs, and certain
vegetables. Small concentrations of calcium are
present in practically all foods, except pure sugar,
starch, and oil.
 Phosphorous-rich foods include most dairy
products, grains and grain products, nuts, meat,
fish, poultry, eggs, and legumes; while all other
foods contain a smal -ler concentration of
phosphorous.
Mineral Components
 Iron is relatively high in most grains and grain
products, in flours, meals, in baked and cooked
cereals (especi-ally enriched one). Smaller conctrn.
of iron are in most dairy products, fruits and
vegetables.
 Salt is the main source of Sodium . Most dairy
products , fruits, cereals, nuts, meat, fish, poultry,
eggs, and vegetable contains substantial amounts of
Potassium.
 Magnesium can be found in relatively high
concentra-tions in nuts, cereals, and legumes;
 Manganous-rich foods include cereals, vegetables,
and some fruits and meats.
 Seafoods , liver, cereals and vegetables are
good sources of Copper .
 Sulfur is well distributed among most protein-rich
foods and some vegetables; also vegetables and
fruits are good sources of Cobalt .
 Some seafoods are particularly rich in Zinc, that
is present in lesser amounts in most classes of
foods .
ANALISA ABU
 Penentuan konstituen mineral dalam makanan dapat
dibagi menjadi dua kelompok :
- Analisa abu : total, soluble & insoluble
- Analisa mineral individual
 Total abu secara luas diterima sebagai indeks
makanan yang dimurnikan seperti tepung terigu dan
gula. Tujuan pembuatan tepung adalah memisahkan
endosperm ber-pati dari bekatul dan lembaga (bran
and germ) diikuti me-nggiling endosperm menjadi
tepung. Karena kadar abu bekatul + 20 kali kadar
dalam endospermnya, maka uji kadar abu dapat
menunjukkan kemurnian tepung atau keberhasilan
pemisahan bekatul dan lembaga dari bagian biji
lainnya .
 Level abu dan alkalinitas abu berguna untuk
parameter dalam membedakan antara ‘fruit
vinegar’ dng vinegar sintetik. Kadar abu total
merupakan parameter nutrisi beberapa makanan
dan pakan hewan. Abu tak larut asam yang tinggi
mengindikasikan adanya kotoran atau pasir .
 Komponen mineral yg ada dalam sistem biologis
dpt dibagi menjadi (a) yang tak tergantikan guna
metabo-lisme normal dan biasanya merupakan
unsur-unsur essensial makanan; dan (b) yang tak
diketahui fung-sinya atau bahkan kadang bersifat
berbahaya . Jenis (b) tsb dapat berasal dari
tanah, residu penyemprotan tanaman, atau dari
polusi industri .
 Disamping kepentingan nutrisi dari unsur
mineral, perlu dipertimbangkan aspek fisiologis
dan teknologis
 Bebrapa residu logam ( Pb , As, Hg ) bersifat
racun; oksidasi as.askorbat dan stabilitas fruit
juice dipenga-ruhi oleh Cu
 Beberapa komponen mineral dapat memacu
fermentasi dan beberapa mineral yang lain
menghambatnya
 Komponen mineral dapat mempengaruhi daya
simpan buahan dan sayuran
 Beberapa ‘trace minerals’ yg terikat ke
sistem aktif biologis, diubah menjadi
senyawa anorganik .
 Disamping penentuan total mineral/abu, ada meto-
da tak langsung penentuan kadar total elektrolit
dalam bahan makanan. Metoda konduktometri
merupkn cara sederhana, cepat dan teliti untuk
menentukan kadar abu dalam gula. Gula biasanya
rendah abu dan perlu sampel jumlah besar untuk
analisisnya dan akan sangat berbuih waktu
diabukan.
 Konduktometri didasarkan pada prinsip bahwa
dalam larutan gula, mineral yang menjadi
komponen abu akan terionisasi, sedangkan
sukrosa tidak terion. Konduktansi larutan tsb
merupakan index konsen-trasi ion yg ada (atau
mineral atau kadar abu). Pada bbrp bhn makanan
metoda ini dilakukan dng penga-saman guna
mengganti ion asam lemah dlm garam.
 Kadar elektrolit produk gula dapat juga
ditentukan dng metoda pertukaran ion (ion-
exchange). Prinsipnya bila suatu larutan yng
mengandung bbrp garam dilewatkan suatu
kolom penukar kation (dlm bentuk hidrogen),
output-nya akan mengandung sejumlah asam
yng ekivalen dng kadar garam mula-2. Dng
menitrasi asam, total kadar elektrolit dapat
dihitung.
 Abu yng larut air kadangkala digunakan sbg
index kandungan buah dalam jelly atau awetan
buah lain.
 Abu yng tak larut berguna sbg index pengo-
toran debu pd rempah-2 , talk pada kembang
gula, adanya pasir pada gula, bijian, dsb.
Abu tidak larut ditentukan dng mendidihkan
abu bahan dlm HCl 10%.
 Abu dari buahan bersifat alkalis (konversi
garam-as.organik menjadi garam-karbonat).
Bahan makanan yng tinggi kadar asam
buahan atau garamnya, alkalinitas abu
merupakan index porsi buah dlm bahan tsb.
Penentuan abu secara kering
 Bahan dihaluskan (40 mesh), ditimbang 2-5
gr dlm krus porselin, dikeringkan pada suhu
110 o
C, diarangkan pada 200-300 o
C sampai
asap hilang. Untuk bahan yg berbuih
ditambah anti buih
 Bahan diabukan pada suhu 500-600 o
C
sampai bobot konstan.
 Untuk mempercepat proses pengabuan
bahan dicampur pasir murni (kuarsa); atau
gliserol-alkohol; atau ditambah hidrogen
peroksida.
 Bentuk komponen mineral dalam sampel
dapat berbeda dengan bentuknya dalam
abu. Misal Ca-oxalat akan berubah menjadi
Ca-karbonat dan pada pengabuan lebih
 Kadar abu (wb) = [(bobot abu):(bobot sampel)]x100%
 Kadar abu (db) = x 100%
= kadar abu (wb) x [100 / (100-%air)]
Penentuan abu secara kering
bobot abu
bobot sampel bebas air
Sampel
dlm
krus
porselin
dioven
100o
C
4 jam
ditimban
g
diarangka
n 200-
300o
C
 bebas
asap
Diabukan
>550o
C
bobot konstan
ditimban
g
Perhitungan
kadar air
Perhitungan
kadar abu
Pengabuan cara kering
 Pada penentuan abu total, pengabuan
dalam krus por-selin pada suhu 400-700
(paling umum + 550 o
C) memberi hasil
memuaskan. Untuk analisa mineral
individual perlu pengabuan dalam krus
platina.
 Bila pengabuan gagal memberikan abu
bebas karbon, abu dibasahi, dikeringkan
dan diabukan ulang sampai berwarna
putih/abu-abu putih . Kadang perlu
ditambah H2O2 atau as.nitrat untuk
membantu reaksi pengabuan.
 Pengabuan kering guna mendestruksi
bahan organik untuk penentuan mineral
runutan (trace) jarang diterapkan
karena mineralnya dapat hilang
menguap.
 Thiers (1957) merekomendasikan
pengabuan kering dng alat khusus dng
bantuan hot-plate & lampu infra-merah
dng suhu meningkat bertahap sampai
450o
C.
Penentuan abu secara basah
 Pengabuan cara basah digunakan terutama untuk
mendigesti sampel guna menentukan mineral ‘trace’
dan mineral beracun .
 Diingini penambahan asam tunggal, namun biasanya
tidak praktis untuk destruksi sempurna seny.organik.
 Asam sulfat saja memerlukan waktu dekomposisi yng
lama. Penambahan K-sulfat akan mempercepat dekom
posisi .
 Campuran as.sulfat dan as.nitrat atau camp. Asam
Sulfat-Nitrat-Perklorat merupakan prosedur yg paling
dapat diterima. As.perklorat merupkn oksidator kuat
tetapi beresiko mudah meledak. Lima gram gandum
dapat didestruksi sempurna dalam 10 menit dng asam
nitrat + 70% perklorat ( 1:2 ) . Bandingkan dng (nitrat +
sulfat) yg memerlukan waktu 8 jam .
Penentuan abu secara basah . . . (lanjutan)
 Bahan digiling (40 mesh), ditimbang 2-50 g dan
dima-sukkan dalam labu Kjeldahl, ditambah
zat kimia (asam sulfat atau campuran asam
sulfat + kalium sulfat atau campuran as.sulfat +
as.nitrat, atau as.perklorat + as.nitrat),
dipanaskan pada suhu 350o
C di dalam ruang
asam sampai jernih
 Mineral dapat ditentukan dengan alat
spektrofoto-meter serapan atom (AAS)
Penentuan mineral dengan AAS
 Prinsip : Abu dilarutkan dalam asam kuat
dialirkan kedalam tabung kapiler dalam AAS
 Mineral dibakar dengan asetilen akan
memancarkan sinar yang intensitasnya dapat
diukur dengan foto-meter khusus, atau dengan
mengukur serapan atom dari sinar lampu
khusus yang dipasang pada AAS
 Serapan atau intensitas yang terukur pada
larutan dapat diketahui jumlah mineralnya
setelah dibanding-kan dengan kurva standar
Unsur yang tepat dianalisa dengan serapan
atom (atomic absorption): Be, Co, Cu, Zn,
Mo, Ag, Cd, Sb, Pr, Au, Hg, Pb, Bi
Unsur yang tepat dianalisa dengan ionisasi
nyala (flame ionization) : Li, Na, K, Rb, Cs, Sr,
Ce.
Unsur yang dapat dianalisa dengan serapan
atom maupun ionisasi nyala : Ca, Mn, Fe, Zr,
Al, Sn, Pd, Cr
ANALISIS PROTEIN – Metoda makro
Kjeldahl
 Dalam metoda Kjeldahl untuk analisis protein, yang
ditera adalah total kadar unsur N dalam sampel, dng
asumsi adanya senyawa bernitrogen selain protein
dapat diabaikan
 Pinsip : bila sampel didigesti dengan cara pendidihan
dalam asam sulfat pekat, unsur C dan H akan habis
menjadi CO2 dan H2O sedangkan unsur N akan tere-
duksi jadi garam (NH4) 2SO4 dalam lart. as.sulfat
 Bila cairan hasil destruksi dialkaliskan dengan NaOH,
amm.sulfat akan melepaskan gas ammonia (NH4OH)
yng kemudian dapat didestilasi dan ditangkap dengan
larutan HCl standar (atau H2SO4) berlebihan.
Kelebihan asam ditera dengan titrasi larutan NaOH
standar dng indikator phenolphthalein (pp).
Metoda Kjeldahl - lanjutan
 Destruksi : Senyawa N + H2SO4  (NH4)2SO4
 Destilasi : (NH4)2SO4 + 2 NaOH  Na2SO4 + 2 NH4OH
 HCl + NH4OH  NH4Cl + H2O
 Titrasi balik : HCl + NaOHstandar  NaCl + H2O
Larutan stock NaOH perlu distandardisasi setiap hari
kalau mau dipakai karena tak stabil terhadap CO2
Untuk mempercepat digesti dapat ditambah K2SO4 atau
N2SO4 untuk menaikkan ttk didih as.sulfat, namun jangan
terlalu berlebihan. Dapat juga ditambah katalis Hg, Cu,
atau Se
Untuk 1 gr sampel diperlukan + 25 ml H2SO4 pekat yng
nantinya memerlukan > 72 ml lart. NaOH 50% untuk
mengalkaliskan agar siap didestilasi
Analisa Kjeldahl Mikro
 Untuk menghemat pemakaian reagensia,
dikembangkan alat destilasi mikro secara khusus.
Dengan metoda ini diperlukan sampel 0,1 – 0,2 gr
, asam sulfat pekat kira –kira 3 mL, lart. NaOH
40% sekitar 15 mL. Distilat yang diperlukan
sekitar 15-20 mL.
 Metoda Kjeldahl Mikro menggunakan larutan
asam borat 4% sebagai penampung distilat; dan
lart. HCl 0,05 N untuk men-titarnya, dengan
indikator campuran metil-oranye-metil red atau
metil merah-brom (cresol green) .
 Reaksi distilasi : HBO3 + NH4OH NH4BO3 +
H2O
 Titrasi balik : HCl + NH4BO3 HBO3 +
NH4Cl
 Distilasi diakhiri bila semua NH4OH atau NH3 telah
terdis-tilasi atau tetesan distilat tidak bersifat
ANALISA LIPIDA
 Trigliserida dan wax disebut lipida netral yg
ber -sifat sangat tidak polar sehingga
sangat sulit larut dalam air namun
sebaliknya sangat mudah larut dalam
solven tidak polar/pelarut organik (benzen,
petroleum-ether, dietil-ether, hexan,
khloroform, dsb.). Karenanya untuk
penentuan kadar lemak & minyak bahan
pangan dapat dilakukan dengan cara
extraksi sample bahan kering menggunakan
solven non polar, menguapkan solven dari
extrak dan dilanjutkan penimbangan
residunya . Solven yg biasa dipergunakan
adalah
 Alat extraksi untuk penentuan lipida yang
terkenal adalah alat extraksi Soxhlet, alat extraksi
Goldfish, dan hasil pengembangannya seperti
Soxhlet mikro serta Soxtec .
Prosedur Kerja : Extraksi Soxhlet Mikro
 Timbang 1-2 g bahan yg sudah kering dan sudah
dite-pung (lolos 40 mesh), masukkan dalam
tabung extraksi Soxhlet
 Pasang tabung extraksi tsb pada alat distilasi
Soxhlet mikro dng solven petroleum-ether
secukupnya (+ 10 ml), selama 4 jam distilasi
 Petroleum-ether yg telah mengandung
lemak/minyak dipindahkan ke dalam botol
timbang bersih yg telah diketahui bobotnya;
kemudian solven diuapkan diatas water-bath; dan
selanjutnya dikeringkan dalam oven 100 o
C
sampai bobot konstan
 Bobot residu dalam botol timbang dinyatakan
sebagai bobot lemak / minyak.

More Related Content

Similar to ANALISA PROKSIMAT.pdf

PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf
PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdfPENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf
PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdfAMALINA870766
 
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora filePengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora fileDionisius Souhoka
 
Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganKerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganRizza Muh
 
Penilaian Kualitas Pakan Ternak
Penilaian Kualitas Pakan TernakPenilaian Kualitas Pakan Ternak
Penilaian Kualitas Pakan TernakRoni Kedua
 
Cara cara pengawetan dengan bahan kimia
Cara  cara pengawetan dengan bahan kimiaCara  cara pengawetan dengan bahan kimia
Cara cara pengawetan dengan bahan kimiaindahadm2
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4PPGhybrid3
 
Laporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makananLaporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makanannurul Aulia sari
 
fourmulasi
fourmulasifourmulasi
fourmulasifikan
 
02. analisis kadar air (win 2)
02. analisis kadar air (win 2)02. analisis kadar air (win 2)
02. analisis kadar air (win 2)Sri Inulin
 
sawi asin
sawi asinsawi asin
sawi asinsma
 
analisis karbohidrat 2022.pdf
analisis karbohidrat 2022.pdfanalisis karbohidrat 2022.pdf
analisis karbohidrat 2022.pdfNanaNunu11
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Indra Rahmana
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Indra Rahmana
 
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETMAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETHani Ani
 

Similar to ANALISA PROKSIMAT.pdf (20)

PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf
PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdfPENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf
PENILAIAN MUTU DAN KERUSAKAN BAHAN PANGAN.pdf
 
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora filePengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
 
Laporan susu telur
Laporan susu telurLaporan susu telur
Laporan susu telur
 
Kerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan PanganKerusakan Bahan Pangan
Kerusakan Bahan Pangan
 
Penilaian Kualitas Pakan Ternak
Penilaian Kualitas Pakan TernakPenilaian Kualitas Pakan Ternak
Penilaian Kualitas Pakan Ternak
 
Cara cara pengawetan dengan bahan kimia
Cara  cara pengawetan dengan bahan kimiaCara  cara pengawetan dengan bahan kimia
Cara cara pengawetan dengan bahan kimia
 
Analisis lemak
Analisis lemakAnalisis lemak
Analisis lemak
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Analisis karbohidrat
Analisis karbohidratAnalisis karbohidrat
Analisis karbohidrat
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
Penanganan Limbah Industri Pangan
Penanganan Limbah Industri PanganPenanganan Limbah Industri Pangan
Penanganan Limbah Industri Pangan
 
Laporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makananLaporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makanan
 
fourmulasi
fourmulasifourmulasi
fourmulasi
 
02. analisis kadar air (win 2)
02. analisis kadar air (win 2)02. analisis kadar air (win 2)
02. analisis kadar air (win 2)
 
sawi asin
sawi asinsawi asin
sawi asin
 
analisis karbohidrat 2022.pdf
analisis karbohidrat 2022.pdfanalisis karbohidrat 2022.pdf
analisis karbohidrat 2022.pdf
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1
 
Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1Laporan pratikum tht 1
Laporan pratikum tht 1
 
11954634(1).ppt
11954634(1).ppt11954634(1).ppt
11954634(1).ppt
 
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETMAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
 

Recently uploaded

7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxfitriaoskar
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 

Recently uploaded (20)

7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 

ANALISA PROKSIMAT.pdf

  • 2. ANALISA PROKSIMAT  Analisa proksimat bahan pangan dan hasil pertanian meliputi : a. Analisa kadar air b. Analisa kadar abu c. Analisa kadar lipida d. Analisa kadar protein e. Analisa kadar karbohidrat : gula, pati, serat kasar
  • 3. ANALISA PROKSIMAT  Analisa proksimat adalah analisa komponen mayor dalam bahan pangan dan hasil pertanian lainnya  Meliputi analisa kuantitatif kandungan zat- zat : air, abu, lipida, protein, dan karbohidrat.  Hasil analisa biasa disajikan sebagai nilai kadar dalam satuan % (=persen).  Yg sering terjadi analisa karbohidrat (KH) tidak dilakukan ttp dihitung dng rumus : % KH (wb) = 100% - %wb(air+abu+lipida+protein) % KH (db) = 100% - %db(abu+lipida+protein)
  • 4.  Kadangkala analisa proksimat yg dikerjakan meliputi : * kadar air * kadar lipida * kadar protein * kadar abu total Kemudian Kadar karbohidrat (KH) total dihitung sbb. : - Kadar KH (%wb) = [100% – (air+prot+lipida+abu) %wb] - Kadar KH (%db) = [100% – (prot+lipida+abu)%db]  Kadar KH yg dihitung seperti itu –tidak dianalisa tersendiri- dinamakan ‘carbohydrate by difference’ . Tentu saja tingkat ketelitian datanya tidak setinggi bila dibanding dengan analisa lengkap semua komponen mayor. Namun untuk kasus tertentu data ‘carbohydrate by difference’ sudah cukup memadai dan dapat diterima .
  • 5.  Dengan analisa proksimat akan dapat diketahui kandung-an zat gizi mayor suatu bahan. Karena data kadar ‘KH-by diffference’ merupakan kadar KH-total yaitu campuran KH yg dapat dicerna dan tidak dapat dicerna, maka data tsb tidak dapat memberi informasi nilai gizi komponen KH tsb.  Selanjutnya dng data tsb kita dpt memanfaatkannya misal dalam menyusun formula/ resep makanan bayi, makanan khusus penderita diabet, dst.  Data kandungan karbohidrat, lipida, dan protein secara bersama-sama dapat untuk meng-kalkulasi nilai kalori suatu bahan pangan.  Data analisa proksimat juga bermanfaat dalam memper-bandingkan kualitas komoditas sejenis; apakah potensial sbg bahan makanan sumber kalori, sumber protein, sumber mineral, dsb-nya
  • 6.  Data kadar air bahan bisa untuk pertimbangan apakah bahan harus segera diproses atau dapat disimpan lebih dahulu, bagaimana teknik penyim-panan yang sesuai, apakah perlu di turunkan/ dikurangi kadar airnya lebih dahulu ?  Metoda analisa komponen mayor yg populer : 1. Analisa kadar air : thermo-gravimetri 2. Analisa kadar abu : dry ashing, thermo- gravimetri 3. Analisa kadar lipida: Soxhlet extraction 4. Analisa Kadar protein: analisa-N , Kjeldahl mikro 5. Analisa gula reduksi: metoda Nelson-Somogyi Disamping metoda-2 tsb diatas, ada metoda-2 lain
  • 7. Analisa kadar air 1. Metoda pengeringan (thermogravimetri) 2. Metoda destilasi (thermovolumetri) 3. Metoda kimiawi (Fischer method) 4. Metoda fisikawi
  • 8. Prinsip : Menguapkan air dari bahan dengan pema- nasan sampai berat konstan, sampai semua air sudah menguap habis Kelemahan : zat yang mudah menguap ikut menguap dan dihitung sebagai air. Perhitungan : %air (wb) = (bobot mula2 -bobot konstan) x100% bobot mula2 %air (db) = (bobot mula2 -bobot konstan) x100% bobot konstan = % air (wb) x 100%
  • 9. Prinsip : Menguapkan air dengan zat pembawa yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari air, tidak dapat bercampur dengan air, bobot jenis lebih kecil dari pada air Zat pembawa : toluen (C6H5CH3 , bp=110.6o ); p-xilen C6H5(CH3)2 (bp=138o ); tetra-klor-etilen (Cl2C=CCl2 ; bp=121o ) Perhitungan: % air = (1- f) x air terdistilasi(g) x 100 % bobot sampel (g) nilai f = bobot air yang ditambahkan bobot air yang terdistilasi Metoda Thermovolumetri
  • 10. Metoda kimiawi (Fischer method)  Prinsip : menitrasi air dalam sampel dengan iodin (ter- jadi reduksi iodin oleh SO2 karena adanya air). Agar reaksi dapat berlangsung baik maka ditambahkan piridin dan metanol serta indikator metilen biru. Titrasi diakhiri bila timbul warna hijau  2H2O + SO2 + I2 H2SO4 + 2 HI  C6H5N.I2 + C6H5N.SO2+ C5H5N + H2O C6H5N.HI + C6H5N.SO3  C6H5N.SO3 + CH3OH C6H5N(H) SO4CH3 Sampel dilarutkan dalam campuran SO2-piridin-metanol dan kmd dititrasi dengan larutan Iodin dalam metanol. Kelebihan Iodin yang tak bereaksi dng air berada dalam bentuk bebas. Akhir titrasi memberikan warna ‘kuning-coklat mahogany’ yg bila bercampur indikator metilen biru akan berwarna hijau .
  • 11. Metoda Fisikawi Metoda densimetri, refraktometri, dan polarimetri. Perlu disiapkan kurva kalibrasi untuk mengkorelasikan ‘soluble solid’ dengan parameter fisik yg dipilih. Untuk menentukan kandungan ‘total solid’ (atau kelembaban ‘by difference’), ‘insoluble solid’ harus ditentukan atau diasumsikan dahulu. Metoda densimetri (dng piknometer, atau berbagai tipe hidrometer) merupakan uji rutin yg paling sering dipakai guna menetapkan padatan kering dlm susu (dikombina- sikan dng penetapan lemak), lart gula (termasuk sari buah, sirup), produk buahan (khususnya tomat), beve- rages (alkoholis & malt), dan lart. garam (pd industri pickle). Pengukuran index refraksi merupakan cara yg cepat dan reproducible untuk menetapkan kandungan padatan lart. sukrosa, sirup jagung, madu, sari buah, jam, jelly Metoda Polarimetri digunakan secara luas untuk menen- tukan identitas dan konsentrasi larutan gula .
  • 12. ASH & MINERAL COMPONENTS  Ash is the inorganic residue from the incinera- tion of organic matter. Its content and composi- tion depend on the nature of the food ignited and on the method of ashing.  Most fluid dairy products contain 0.5 – 1.0% ash; and increases to 1.5% in evaporated milk and to almost 8% in non-fat dry milk.  Pure fats, oils, and shortenings contain practically no mineral components. The main mineral compo- nent in butter, margarine, mayonnaise, and salad dressing is Sodium-chloride  Ash in fresh fruits ranges from 0.2 – 0.8% and is generally inversely related to moisture content . Some dried fruits may contain as much as 3.5% ash .
  • 13. Ash & Mineral Components (continue)  The white endosperm fraction obtained during milling of wheat contains less than 0.5% ash; the bran, aleuron layer, and germ are rich in minerals  Most nuts contain 1.5 – 2.5% ash.  Fresh meat and poultry contain around 1% mineral components, but ash of processed meat may be as high as 12% (in dried and salted beef and fish)  The ash content of the edible portion of fresh fish ranges from 1 – 2%  The egg yolk contains 1.7% ash while the white of egg contain 0.6% ash.  Pure sugar, candy, honey, and syrups contain trace amount to 0.5% ash; but brown sugar or chocolate contain more inorganic components.
  • 14. Mineral Components o The ash content of most fresh vegetable is around 1%, and is generally higher than of fruits  Calcium is present in relatively high concentrations in most dairy or dairy- containing products, in cereals, nuts, some fish, eggs, and certain vegetables. Small concentrations of calcium are present in practically all foods, except pure sugar, starch, and oil.  Phosphorous-rich foods include most dairy products, grains and grain products, nuts, meat, fish, poultry, eggs, and legumes; while all other foods contain a smal -ler concentration of phosphorous.
  • 15. Mineral Components  Iron is relatively high in most grains and grain products, in flours, meals, in baked and cooked cereals (especi-ally enriched one). Smaller conctrn. of iron are in most dairy products, fruits and vegetables.  Salt is the main source of Sodium . Most dairy products , fruits, cereals, nuts, meat, fish, poultry, eggs, and vegetable contains substantial amounts of Potassium.  Magnesium can be found in relatively high concentra-tions in nuts, cereals, and legumes;  Manganous-rich foods include cereals, vegetables, and some fruits and meats.
  • 16.  Seafoods , liver, cereals and vegetables are good sources of Copper .  Sulfur is well distributed among most protein-rich foods and some vegetables; also vegetables and fruits are good sources of Cobalt .  Some seafoods are particularly rich in Zinc, that is present in lesser amounts in most classes of foods .
  • 17. ANALISA ABU  Penentuan konstituen mineral dalam makanan dapat dibagi menjadi dua kelompok : - Analisa abu : total, soluble & insoluble - Analisa mineral individual  Total abu secara luas diterima sebagai indeks makanan yang dimurnikan seperti tepung terigu dan gula. Tujuan pembuatan tepung adalah memisahkan endosperm ber-pati dari bekatul dan lembaga (bran and germ) diikuti me-nggiling endosperm menjadi tepung. Karena kadar abu bekatul + 20 kali kadar dalam endospermnya, maka uji kadar abu dapat menunjukkan kemurnian tepung atau keberhasilan pemisahan bekatul dan lembaga dari bagian biji lainnya .
  • 18.  Level abu dan alkalinitas abu berguna untuk parameter dalam membedakan antara ‘fruit vinegar’ dng vinegar sintetik. Kadar abu total merupakan parameter nutrisi beberapa makanan dan pakan hewan. Abu tak larut asam yang tinggi mengindikasikan adanya kotoran atau pasir .  Komponen mineral yg ada dalam sistem biologis dpt dibagi menjadi (a) yang tak tergantikan guna metabo-lisme normal dan biasanya merupakan unsur-unsur essensial makanan; dan (b) yang tak diketahui fung-sinya atau bahkan kadang bersifat berbahaya . Jenis (b) tsb dapat berasal dari tanah, residu penyemprotan tanaman, atau dari polusi industri .
  • 19.  Disamping kepentingan nutrisi dari unsur mineral, perlu dipertimbangkan aspek fisiologis dan teknologis  Bebrapa residu logam ( Pb , As, Hg ) bersifat racun; oksidasi as.askorbat dan stabilitas fruit juice dipenga-ruhi oleh Cu  Beberapa komponen mineral dapat memacu fermentasi dan beberapa mineral yang lain menghambatnya  Komponen mineral dapat mempengaruhi daya simpan buahan dan sayuran  Beberapa ‘trace minerals’ yg terikat ke sistem aktif biologis, diubah menjadi senyawa anorganik .
  • 20.  Disamping penentuan total mineral/abu, ada meto- da tak langsung penentuan kadar total elektrolit dalam bahan makanan. Metoda konduktometri merupkn cara sederhana, cepat dan teliti untuk menentukan kadar abu dalam gula. Gula biasanya rendah abu dan perlu sampel jumlah besar untuk analisisnya dan akan sangat berbuih waktu diabukan.  Konduktometri didasarkan pada prinsip bahwa dalam larutan gula, mineral yang menjadi komponen abu akan terionisasi, sedangkan sukrosa tidak terion. Konduktansi larutan tsb merupakan index konsen-trasi ion yg ada (atau mineral atau kadar abu). Pada bbrp bhn makanan metoda ini dilakukan dng penga-saman guna mengganti ion asam lemah dlm garam.
  • 21.  Kadar elektrolit produk gula dapat juga ditentukan dng metoda pertukaran ion (ion- exchange). Prinsipnya bila suatu larutan yng mengandung bbrp garam dilewatkan suatu kolom penukar kation (dlm bentuk hidrogen), output-nya akan mengandung sejumlah asam yng ekivalen dng kadar garam mula-2. Dng menitrasi asam, total kadar elektrolit dapat dihitung.  Abu yng larut air kadangkala digunakan sbg index kandungan buah dalam jelly atau awetan buah lain.
  • 22.  Abu yng tak larut berguna sbg index pengo- toran debu pd rempah-2 , talk pada kembang gula, adanya pasir pada gula, bijian, dsb. Abu tidak larut ditentukan dng mendidihkan abu bahan dlm HCl 10%.  Abu dari buahan bersifat alkalis (konversi garam-as.organik menjadi garam-karbonat). Bahan makanan yng tinggi kadar asam buahan atau garamnya, alkalinitas abu merupakan index porsi buah dlm bahan tsb.
  • 23. Penentuan abu secara kering  Bahan dihaluskan (40 mesh), ditimbang 2-5 gr dlm krus porselin, dikeringkan pada suhu 110 o C, diarangkan pada 200-300 o C sampai asap hilang. Untuk bahan yg berbuih ditambah anti buih  Bahan diabukan pada suhu 500-600 o C sampai bobot konstan.  Untuk mempercepat proses pengabuan bahan dicampur pasir murni (kuarsa); atau gliserol-alkohol; atau ditambah hidrogen peroksida.  Bentuk komponen mineral dalam sampel dapat berbeda dengan bentuknya dalam abu. Misal Ca-oxalat akan berubah menjadi Ca-karbonat dan pada pengabuan lebih
  • 24.  Kadar abu (wb) = [(bobot abu):(bobot sampel)]x100%  Kadar abu (db) = x 100% = kadar abu (wb) x [100 / (100-%air)] Penentuan abu secara kering bobot abu bobot sampel bebas air Sampel dlm krus porselin dioven 100o C 4 jam ditimban g diarangka n 200- 300o C  bebas asap Diabukan >550o C bobot konstan ditimban g Perhitungan kadar air Perhitungan kadar abu
  • 25. Pengabuan cara kering  Pada penentuan abu total, pengabuan dalam krus por-selin pada suhu 400-700 (paling umum + 550 o C) memberi hasil memuaskan. Untuk analisa mineral individual perlu pengabuan dalam krus platina.  Bila pengabuan gagal memberikan abu bebas karbon, abu dibasahi, dikeringkan dan diabukan ulang sampai berwarna putih/abu-abu putih . Kadang perlu ditambah H2O2 atau as.nitrat untuk membantu reaksi pengabuan.
  • 26.  Pengabuan kering guna mendestruksi bahan organik untuk penentuan mineral runutan (trace) jarang diterapkan karena mineralnya dapat hilang menguap.  Thiers (1957) merekomendasikan pengabuan kering dng alat khusus dng bantuan hot-plate & lampu infra-merah dng suhu meningkat bertahap sampai 450o C.
  • 27. Penentuan abu secara basah  Pengabuan cara basah digunakan terutama untuk mendigesti sampel guna menentukan mineral ‘trace’ dan mineral beracun .  Diingini penambahan asam tunggal, namun biasanya tidak praktis untuk destruksi sempurna seny.organik.  Asam sulfat saja memerlukan waktu dekomposisi yng lama. Penambahan K-sulfat akan mempercepat dekom posisi .  Campuran as.sulfat dan as.nitrat atau camp. Asam Sulfat-Nitrat-Perklorat merupakan prosedur yg paling dapat diterima. As.perklorat merupkn oksidator kuat tetapi beresiko mudah meledak. Lima gram gandum dapat didestruksi sempurna dalam 10 menit dng asam nitrat + 70% perklorat ( 1:2 ) . Bandingkan dng (nitrat + sulfat) yg memerlukan waktu 8 jam .
  • 28. Penentuan abu secara basah . . . (lanjutan)  Bahan digiling (40 mesh), ditimbang 2-50 g dan dima-sukkan dalam labu Kjeldahl, ditambah zat kimia (asam sulfat atau campuran asam sulfat + kalium sulfat atau campuran as.sulfat + as.nitrat, atau as.perklorat + as.nitrat), dipanaskan pada suhu 350o C di dalam ruang asam sampai jernih  Mineral dapat ditentukan dengan alat spektrofoto-meter serapan atom (AAS)
  • 29. Penentuan mineral dengan AAS  Prinsip : Abu dilarutkan dalam asam kuat dialirkan kedalam tabung kapiler dalam AAS  Mineral dibakar dengan asetilen akan memancarkan sinar yang intensitasnya dapat diukur dengan foto-meter khusus, atau dengan mengukur serapan atom dari sinar lampu khusus yang dipasang pada AAS  Serapan atau intensitas yang terukur pada larutan dapat diketahui jumlah mineralnya setelah dibanding-kan dengan kurva standar
  • 30. Unsur yang tepat dianalisa dengan serapan atom (atomic absorption): Be, Co, Cu, Zn, Mo, Ag, Cd, Sb, Pr, Au, Hg, Pb, Bi Unsur yang tepat dianalisa dengan ionisasi nyala (flame ionization) : Li, Na, K, Rb, Cs, Sr, Ce. Unsur yang dapat dianalisa dengan serapan atom maupun ionisasi nyala : Ca, Mn, Fe, Zr, Al, Sn, Pd, Cr
  • 31. ANALISIS PROTEIN – Metoda makro Kjeldahl  Dalam metoda Kjeldahl untuk analisis protein, yang ditera adalah total kadar unsur N dalam sampel, dng asumsi adanya senyawa bernitrogen selain protein dapat diabaikan  Pinsip : bila sampel didigesti dengan cara pendidihan dalam asam sulfat pekat, unsur C dan H akan habis menjadi CO2 dan H2O sedangkan unsur N akan tere- duksi jadi garam (NH4) 2SO4 dalam lart. as.sulfat  Bila cairan hasil destruksi dialkaliskan dengan NaOH, amm.sulfat akan melepaskan gas ammonia (NH4OH) yng kemudian dapat didestilasi dan ditangkap dengan larutan HCl standar (atau H2SO4) berlebihan. Kelebihan asam ditera dengan titrasi larutan NaOH standar dng indikator phenolphthalein (pp).
  • 32. Metoda Kjeldahl - lanjutan  Destruksi : Senyawa N + H2SO4  (NH4)2SO4  Destilasi : (NH4)2SO4 + 2 NaOH  Na2SO4 + 2 NH4OH  HCl + NH4OH  NH4Cl + H2O  Titrasi balik : HCl + NaOHstandar  NaCl + H2O Larutan stock NaOH perlu distandardisasi setiap hari kalau mau dipakai karena tak stabil terhadap CO2 Untuk mempercepat digesti dapat ditambah K2SO4 atau N2SO4 untuk menaikkan ttk didih as.sulfat, namun jangan terlalu berlebihan. Dapat juga ditambah katalis Hg, Cu, atau Se Untuk 1 gr sampel diperlukan + 25 ml H2SO4 pekat yng nantinya memerlukan > 72 ml lart. NaOH 50% untuk mengalkaliskan agar siap didestilasi
  • 33. Analisa Kjeldahl Mikro  Untuk menghemat pemakaian reagensia, dikembangkan alat destilasi mikro secara khusus. Dengan metoda ini diperlukan sampel 0,1 – 0,2 gr , asam sulfat pekat kira –kira 3 mL, lart. NaOH 40% sekitar 15 mL. Distilat yang diperlukan sekitar 15-20 mL.  Metoda Kjeldahl Mikro menggunakan larutan asam borat 4% sebagai penampung distilat; dan lart. HCl 0,05 N untuk men-titarnya, dengan indikator campuran metil-oranye-metil red atau metil merah-brom (cresol green) .  Reaksi distilasi : HBO3 + NH4OH NH4BO3 + H2O  Titrasi balik : HCl + NH4BO3 HBO3 + NH4Cl  Distilasi diakhiri bila semua NH4OH atau NH3 telah terdis-tilasi atau tetesan distilat tidak bersifat
  • 34. ANALISA LIPIDA  Trigliserida dan wax disebut lipida netral yg ber -sifat sangat tidak polar sehingga sangat sulit larut dalam air namun sebaliknya sangat mudah larut dalam solven tidak polar/pelarut organik (benzen, petroleum-ether, dietil-ether, hexan, khloroform, dsb.). Karenanya untuk penentuan kadar lemak & minyak bahan pangan dapat dilakukan dengan cara extraksi sample bahan kering menggunakan solven non polar, menguapkan solven dari extrak dan dilanjutkan penimbangan residunya . Solven yg biasa dipergunakan adalah
  • 35.  Alat extraksi untuk penentuan lipida yang terkenal adalah alat extraksi Soxhlet, alat extraksi Goldfish, dan hasil pengembangannya seperti Soxhlet mikro serta Soxtec . Prosedur Kerja : Extraksi Soxhlet Mikro  Timbang 1-2 g bahan yg sudah kering dan sudah dite-pung (lolos 40 mesh), masukkan dalam tabung extraksi Soxhlet  Pasang tabung extraksi tsb pada alat distilasi Soxhlet mikro dng solven petroleum-ether secukupnya (+ 10 ml), selama 4 jam distilasi  Petroleum-ether yg telah mengandung lemak/minyak dipindahkan ke dalam botol timbang bersih yg telah diketahui bobotnya; kemudian solven diuapkan diatas water-bath; dan selanjutnya dikeringkan dalam oven 100 o C sampai bobot konstan  Bobot residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai bobot lemak / minyak.