SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
dr. Cyrilus Clive Steward Susilo
Salah satu hal yang menjadi tolok ukur
kepuasan pasien adalah hasil layanan yang
didapatkan yaitu kesembuhan.
Berbagai faktor berpengaruh pada
kesembuhan pasien, termasuk di antaranya
adalah bagaimana penegakkan diagnosis dan
terapi yang didapatkan
Selanjutnya bagaimana diagnosis bisa tegak
dan terapi bisa tepat tergantung antara lain
bagaimana komunikasi antar profesi yang ikut
serta menangani pasien dan komunikasi
dengan pasien
INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt
Dari berbagai profesi yang menangani:
Kompeten di spesialisasi masing-masing
Perlu “memahami kompetensi profesi lain”
dan “berkomunikasi” dengan profesi lain
Perlu kerjasama untuk pengelolaan secara
terpadu
 Anggota tim interprofesi terdiri dari profesi yang
berbeda
 Anggota tim mempunyai spesifikasi dalam
pengetahuan, keahlian, teknik intervensi
 Semua anggota tim memadukan hasil observasi,
dan merencanakan tindak lanjut yang
terintegrasi
(perlu berkoordinasi, berkolaborasi & komunikasi)
Tgl, Jam
Profesional
Pemberi
Asuhan
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN
(Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis
Nama, beri Paraf pada akhir catatan)
Instruksi PPA
Termasuk Pasca
Bedah
(Instruksi ditulis
dgn rinci dan
jelas)
REVIEW &
VERIFIKASI
DPJP
(Tulis Nama, beri
Paraf, Tgl, Jam)
(DPJP harus
membaca/merevi
ew seluruh
Rencana
Asuhan)
2/2/2015
Jm 8.00
2/2/2015
Jm 8.30
Perawat
Dokter
S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam
O : skala nyeri VAS : 7
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m
A : Nyeri akut arthritis gout
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi
O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8,
hangat pd palpasi.
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
• Monitoring
nyeri tiap 30’
• Lapor DPJP
• Kolaborasi
pemberian anti
inlamasi &
analgesic
*Lapor 2 jam lagi
skala nyeri
*Foto Ro Lutut
hari ini bila nyeri
mereda/toleransi
cukup
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP
Paraf
DPJP
tiap lembar
Kolaborasi PPA
melalui CPPT
INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt
INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt
Komunikasi antar profesi (kesehatan) yang
melayani pasien dan komunikasi dengan
pasien sangat menentukan keberhasilan
terapi.
Kecacatan dan bahkan kematian pasien bisa
diakibatkan oleh tidak baiknya atau lemahnya
komunikasi antar profesi tersebut dan
komunikasi dengan pasien dan keluarganya.
Pasien seringkali bingung karena nasehat
yang diberikan oleh setiap petugas kesehatan
yang menangani berbeda pada hal masalahnya
sama.
Berbagai jenis komunikasi antar petugas dapat
terjadi di fasilitas kesehatan, bergantung pada
besar dan struktur organisasi fasilitas tersebut.
Komunikasi dalam satu institusi kesehatan
berbeda dari institusi ksehatan lain
(puskesmas kelurahan, puskesmas kecamatan,
klinik 24 jam, rumah sakit daerah, rumah sakit
rujukan dsb).
Individu
pasien,
keluarga dan
masyarakat
Sanitaria
n
Gizi
Keuangan
Rehabilitasi
Medik
Kesehatan
masyaraka
t
Patologi
Tata kota
pendidik
Farmasi
Budayawa
n
Pengambil
keputusan
keperawatan
dsb
Pekerja
sosial
Secara umum, jenis komunikasi antar profesi di
organisasi layanan kesehatan antara lain:
1. Komunikasi antara manajer fasilitas kesehatan
dengan petugas kesehatan,
2. Komunikasi antara dokter dengan perawat/bidan,
3. Komunikasi antara dokter dengan dokter
4. Komunikasi antara dokter/bidan/ perawat dengan
petugas apotik,
5. Komunikasi antara dokter/ bidan/perawat dengan
petugas administrasi/keuangan,
6. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan
petugas pemeriksaan penunjang (radiology,
laboratorium, dsbnya).
 Jenis komunikasi tsb bisa lebih banyak lagi
bergantung kepada besarnya organisasi dan
banyaknya jenis pelayanan yang diberikan.
 Semakin banyak jenis komunikasi  kemungkinan
terjadinya gangguan komunikasi juga lebih besar.
 Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan menuntut
pemahaman terhadap jenis komunikasi di organisasi
layanan kedokteran yg meliputi:
 bagaimana komunikasi dilaksanakan,
 identifikasi masalah komunikasi,
 penyebab hambatan komunikasi dan
 bagaimana mengatasi hambatan
Komunikasi dalam suatu organisasi kesehatan
dapat berupa:
 tulisan
 verbal
 non-verbal
Bentuk komunikasi tertulis a.l.:
 rekam medik,
 resep
 surat edaran.
Komunikasi verbal dan non-verbal:
Misalnya komunikasi interpersonal dua atau
beberapa orang saja, atau banyak orang
(dalam bentuk pertemuan).
Komunikasi verbal dan non-verbal bisa
digunakan secara tersendiri, atau sebagai
pendukung dari komunikasi tulisan.
Contoh dokter yang telah menuliskan
instruksi pengobatan, menjelaskan
instruksinya tersebut secara verbal kepada
perawat atau bidan.
 Tulisan yang sulit dibaca  permasalahan pasien atau
instruksi tidak dapat dipahami dengan baik  tidak
dapat melanjutkan perawatan dengan baik. Instruksi
yang baik selain dituliskan juga seharusnya
dibicarakan dengan petugas yang akan melakukan
instruksi tersebut.
 Pembicaraan lewat telpon terkadang tidak jelas karena
koneksi buruk atau tidak mampu menggunakan telpon
dengan baik.  pekerjaan tertunda atau instruksi
dilakukan atas dasar men-duga2  bisa berakibat
buruk bagi pasien. Untuk mengatasi perlu konfirmasi
langsung segera.
INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt
INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt
Permasalahan seputar resep:
Tulisan dokter tidak bisa dibaca/dipahami
dengan baik  pemberi obat tidak
memberikan obat dg benar.
Konfirmasi ttg obat yg ditulis tidak dilakukan
karena malas atau sulit menghubungi, atau
dokter tidak mencantumkan nomor teleponnya
di kertas resep.
Pemberi obat mengganti obat dengan obat
yang serupa tanpa melakukan konfirmasi
dengan dokter penulis resep.
Permasalahan surat edaran  kadang2 tidak
cukup, perlu ditunjang dengan cara
komunikasi yang lain misalnya pertemuan
khusus atau pelatihan / workshop, bergantung
kepada sifat informasi itu sendiri.
Masalah komunikasi interpersonal antar
petugas kesehatan dapat terjadi antar petugas
yg melayani pasien: Komunikasi secara tertulis
seringkali tidak cukup  kadang2 perlu
dilakukan konferensi kasus.
Permasalahan persepsi masing2 petugas:
Dokter menganggap perawat tidak
menjalankan instruksi dengan benar sering
karena perawat salah menginterpretasikan
perintah
Masing2 dokter merasa apa yg dilakukan
adalah yg paling baik  tidak ada negosiasi
Perawat merasa tidak perlu klarifikasi
instruksi
Hambatan psikologis  enggan
menyampaikan kesulitan mereka
Beberapa hal yang patut dicermati antara lain:
1. Instruksi (tulisan atau non verbal atau verbal baik langsung
atau lewat telpon) kurang jelas dan petugas yang diberikan
instruksi tidak minta klarifikasi,
2. Tidak terjadi interaksi verbal sama sekali, biasanya antar
dokter ahli kecuali bila ada konferensi kasus,
3. Pemberi instruksi tidak meyakinkan instruksinya dimengerti
oleh petugas,
4. Dokter ahli tidak menganggap dokter ruangan, perawat/
bidan sebagai mitra kerja,
5. Lemahnya aturan mengenai hak dan tanggungjawab masing-
masing petugas kesehatan.
Contoh:
Selesai operasi operator meninggalkan tempat.
Dokter datang terlambat menolong persalinan, sehingga persalinan
ditolong bidan.
Penyebab yang dapat berdampak terhadap
hubungan antar petugas kesehatan, yakni :
(1) Role stress,
(2) Lack of interprofessional understanding,
(3) Autonomy struggles.
1. Role Stress.
Menghadapi pasien setiap hari bukanlah suatu hal yang
mudah  mempengaruhi suasana hati dokter dan dapat
mempengaruhi komunikasi verbal dan non-verbalnya
dengan sesama petugas.
Ada 2 hal yang termasuk dalam role stress, yakni role
conflict dan role overload :
 Role conflict adalah perbedaan antara peran yang
diharapkan dengan yang diperoleh. Sikap saling
menghormati antar petugas akan mengurangi role
conflict.
 Role overload, terjadi karena beratnya tugas a.l.
jumlah pasien yang terlalu banyak. Apalagi jika
dengan derajat kesulitan yang tinggi akan melelahkan
petugas kesehatan. Keadaan ini akan sangat
mempengaruhi suasana hati petugas.
2. Lack of interprofessional understanding.
Meskipun kita mengharapkan semua
petugas kesehatan memahami perannya
masing2 dalam lingkungan kerjanya namun
dalam praktiknya, ternyata tidak demikian.
Walaupun telah ada kemajuan dalam
memahami peran petugas lainnya,
kebingungan atau kesalahtafsiran tentang
peran dari masing2 petugas masih sering
terjadi.
3. Autonomy Struggles, yakni “the freedom to be self-
governing or self-directing”.
 Hal ini sangat penting agar petugas dapat memenuhi
peran profesinya.
 Tingginya professional autonomy berhubungan
dengan membaiknya job morale & job performance.
 Perbedaan tingkat otonomi pada petugas kesehatan
dapat memacu ketegangan interpersonal.
 Contoh: Perawat misalnya sering menyatakan
kekesalannya karena rendahnya otoritas mereka
untuk pengambilan keputusan yang sederhana
tetapi penting bagi keamanan atau kenyamanan
pasien.
 Mengurangi role stress dg membuka wawasan mahasiswa, tentang
perannya masing2 dalam dunia kerja nyata, khususnya dalam
sistem pelayanan kesehatan.
 Untuk mengatasi role overload, perlu dilakukan pengaturan beban
kerja yang harus ditangani oleh petugas kesehatan.
 Pembenahan manajerial yakni:
(1) memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing2 petugas dalam
suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga harus
diketahui oleh masing2 petugas,
(2) memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan
sesuai dengan kewajiban dan kemampuannya, dan
(3) mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai
hubungan yang saling melengkapi
 Setiap profesi kesehatan dituntut untuk
mempraktikkan cara2 komunikasi interpersonal
yang baik, baik kepada pasien maupun kepada
sesama profesi kesehatan.
 Komunikasi tertulis perlu dilakukan dengan
penulisan yang jelas, dan bila perlu didukung oleh
komunikasi verbal dan non-verbal yang sesuai.
 Ciptakan situasi lingkungan kerja yang nyaman
yang sebenarnya sangat mudah dilakukan bila
semua profesi kesehatan menyadari bahwa hasilnya
akan sangat bermanfaat bagi pasien.
INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt

More Related Content

Similar to INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt

KOMUNIKASI INTERPROFESI
KOMUNIKASI  INTERPROFESIKOMUNIKASI  INTERPROFESI
KOMUNIKASI INTERPROFESISofiaNofianti
 
makalah komunikasi dengan pasien
makalah komunikasi dengan pasienmakalah komunikasi dengan pasien
makalah komunikasi dengan pasienrnrhy
 
Komunikasi dokter pasien
Komunikasi dokter pasienKomunikasi dokter pasien
Komunikasi dokter pasienRonika Hutagaol
 
Modul3 kb1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatan
Modul3 kb1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatanModul3 kb1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatan
Modul3 kb1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatanpjj_kemenkes
 
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainKomunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainFkunand2010
 
Komunikasi dktr profesi lain
Komunikasi dktr profesi lainKomunikasi dktr profesi lain
Komunikasi dktr profesi lainFkunand2010
 
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainKomunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainFkunand2010
 
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptxraihanhidayat10
 
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-pptYeniRimadeni
 
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi TerapeutikKomunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutikwahyuni majid
 
3. SBAR DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK.pptx
3. SBAR DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK.pptx3. SBAR DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK.pptx
3. SBAR DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK.pptxSitiMunawaroh835907
 
Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1Rusli Unci
 
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptxyogiwijanarko1
 
Komunikasi_Dalam_Manajemen_Keperawatan.pptx
Komunikasi_Dalam_Manajemen_Keperawatan.pptxKomunikasi_Dalam_Manajemen_Keperawatan.pptx
Komunikasi_Dalam_Manajemen_Keperawatan.pptxferdiriansyah4
 

Similar to INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt (20)

Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi TerapeutikKomunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik
 
KOMUNIKASI INTERPROFESI
KOMUNIKASI  INTERPROFESIKOMUNIKASI  INTERPROFESI
KOMUNIKASI INTERPROFESI
 
makalah komunikasi dengan pasien
makalah komunikasi dengan pasienmakalah komunikasi dengan pasien
makalah komunikasi dengan pasien
 
Meningkatkan Komunikasi Efektif
Meningkatkan Komunikasi EfektifMeningkatkan Komunikasi Efektif
Meningkatkan Komunikasi Efektif
 
Komunikasi dokter pasien
Komunikasi dokter pasienKomunikasi dokter pasien
Komunikasi dokter pasien
 
Bab i kelompok
Bab i kelompokBab i kelompok
Bab i kelompok
 
Modul3 kb1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatan
Modul3 kb1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatanModul3 kb1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatan
Modul3 kb1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatan
 
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainKomunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi Lain
 
Komunikasi dktr profesi lain
Komunikasi dktr profesi lainKomunikasi dktr profesi lain
Komunikasi dktr profesi lain
 
Komunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi LainKomunikasi Dktr Profesi Lain
Komunikasi Dktr Profesi Lain
 
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK.pptx
 
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
 
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi TerapeutikKomunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik
 
3. SBAR DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK.pptx
3. SBAR DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK.pptx3. SBAR DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK.pptx
3. SBAR DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK.pptx
 
Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1Materi buku ajar tetes mata 1
Materi buku ajar tetes mata 1
 
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
 
Komunikasi_Dalam_Manajemen_Keperawatan.pptx
Komunikasi_Dalam_Manajemen_Keperawatan.pptxKomunikasi_Dalam_Manajemen_Keperawatan.pptx
Komunikasi_Dalam_Manajemen_Keperawatan.pptx
 
Eva jadi
Eva jadiEva jadi
Eva jadi
 

Recently uploaded

MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDFMSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDFSUDIRO11
 
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxAsuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxdhykz1
 
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfMateri tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfUlimarthaManurung
 
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Robertus Arian Datusanantyo
 
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptPROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptdodiharyanto42
 
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnyaMANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnyaLidia941960
 
REVISI RPS KEPERAWATAN MATERNITAS OBE POLTEKKES KEMENKES KALTIM RKI.pdf
REVISI RPS KEPERAWATAN MATERNITAS OBE POLTEKKES KEMENKES KALTIM RKI.pdfREVISI RPS KEPERAWATAN MATERNITAS OBE POLTEKKES KEMENKES KALTIM RKI.pdf
REVISI RPS KEPERAWATAN MATERNITAS OBE POLTEKKES KEMENKES KALTIM RKI.pdfssuser455e471
 
Penyakit Ginjal Kronik di Bulan Suci Ramadhan
Penyakit Ginjal Kronik di Bulan Suci RamadhanPenyakit Ginjal Kronik di Bulan Suci Ramadhan
Penyakit Ginjal Kronik di Bulan Suci RamadhanAdhikaPutraSudarmadi1
 

Recently uploaded (8)

MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDFMSDS  Sodium  Hypochlorite (Bayclin).PDF
MSDS Sodium Hypochlorite (Bayclin).PDF
 
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptxAsuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
Asuhan Keperawatan Kesehatan Penerbangan (2).pptx
 
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdfMateri tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
Materi tatalaksana standar operasional prosedur stunting.pdf
 
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
Pengantar Luka Akut untuk Mahasiwa Pendidikan Dokter (Pembaruan 2024)
 
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.pptPROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
PROFIL KESEHATAN Puskesmas Tahun 2022 - Copy.ppt
 
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnyaMANAJEMEN PELAYANAN  RAWAT INAP dan detailnya
MANAJEMEN PELAYANAN RAWAT INAP dan detailnya
 
REVISI RPS KEPERAWATAN MATERNITAS OBE POLTEKKES KEMENKES KALTIM RKI.pdf
REVISI RPS KEPERAWATAN MATERNITAS OBE POLTEKKES KEMENKES KALTIM RKI.pdfREVISI RPS KEPERAWATAN MATERNITAS OBE POLTEKKES KEMENKES KALTIM RKI.pdf
REVISI RPS KEPERAWATAN MATERNITAS OBE POLTEKKES KEMENKES KALTIM RKI.pdf
 
Penyakit Ginjal Kronik di Bulan Suci Ramadhan
Penyakit Ginjal Kronik di Bulan Suci RamadhanPenyakit Ginjal Kronik di Bulan Suci Ramadhan
Penyakit Ginjal Kronik di Bulan Suci Ramadhan
 

INTERPROFESSIONAL COMUNICATION.ppt

  • 1. dr. Cyrilus Clive Steward Susilo
  • 2. Salah satu hal yang menjadi tolok ukur kepuasan pasien adalah hasil layanan yang didapatkan yaitu kesembuhan. Berbagai faktor berpengaruh pada kesembuhan pasien, termasuk di antaranya adalah bagaimana penegakkan diagnosis dan terapi yang didapatkan Selanjutnya bagaimana diagnosis bisa tegak dan terapi bisa tepat tergantung antara lain bagaimana komunikasi antar profesi yang ikut serta menangani pasien dan komunikasi dengan pasien
  • 4. Dari berbagai profesi yang menangani: Kompeten di spesialisasi masing-masing Perlu “memahami kompetensi profesi lain” dan “berkomunikasi” dengan profesi lain Perlu kerjasama untuk pengelolaan secara terpadu
  • 5.  Anggota tim interprofesi terdiri dari profesi yang berbeda  Anggota tim mempunyai spesifikasi dalam pengetahuan, keahlian, teknik intervensi  Semua anggota tim memadukan hasil observasi, dan merencanakan tindak lanjut yang terintegrasi (perlu berkoordinasi, berkolaborasi & komunikasi)
  • 6. Tgl, Jam Profesional Pemberi Asuhan HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada akhir catatan) Instruksi PPA Termasuk Pasca Bedah (Instruksi ditulis dgn rinci dan jelas) REVIEW & VERIFIKASI DPJP (Tulis Nama, beri Paraf, Tgl, Jam) (DPJP harus membaca/merevi ew seluruh Rencana Asuhan) 2/2/2015 Jm 8.00 2/2/2015 Jm 8.30 Perawat Dokter S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam O : skala nyeri VAS : 7 TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m A : Nyeri akut arthritis gout P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 Paraf.. S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. Paraf … Dst…. • Monitoring nyeri tiap 30’ • Lapor DPJP • Kolaborasi pemberian anti inlamasi & analgesic *Lapor 2 jam lagi skala nyeri *Foto Ro Lutut hari ini bila nyeri mereda/toleransi cukup CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP Paraf DPJP tiap lembar Kolaborasi PPA melalui CPPT
  • 9. Komunikasi antar profesi (kesehatan) yang melayani pasien dan komunikasi dengan pasien sangat menentukan keberhasilan terapi. Kecacatan dan bahkan kematian pasien bisa diakibatkan oleh tidak baiknya atau lemahnya komunikasi antar profesi tersebut dan komunikasi dengan pasien dan keluarganya. Pasien seringkali bingung karena nasehat yang diberikan oleh setiap petugas kesehatan yang menangani berbeda pada hal masalahnya sama.
  • 10. Berbagai jenis komunikasi antar petugas dapat terjadi di fasilitas kesehatan, bergantung pada besar dan struktur organisasi fasilitas tersebut. Komunikasi dalam satu institusi kesehatan berbeda dari institusi ksehatan lain (puskesmas kelurahan, puskesmas kecamatan, klinik 24 jam, rumah sakit daerah, rumah sakit rujukan dsb).
  • 12. Secara umum, jenis komunikasi antar profesi di organisasi layanan kesehatan antara lain: 1. Komunikasi antara manajer fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan, 2. Komunikasi antara dokter dengan perawat/bidan, 3. Komunikasi antara dokter dengan dokter 4. Komunikasi antara dokter/bidan/ perawat dengan petugas apotik, 5. Komunikasi antara dokter/ bidan/perawat dengan petugas administrasi/keuangan, 6. Komunikasi antara dokter/bidan/perawat dengan petugas pemeriksaan penunjang (radiology, laboratorium, dsbnya).
  • 13.  Jenis komunikasi tsb bisa lebih banyak lagi bergantung kepada besarnya organisasi dan banyaknya jenis pelayanan yang diberikan.  Semakin banyak jenis komunikasi  kemungkinan terjadinya gangguan komunikasi juga lebih besar.  Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan menuntut pemahaman terhadap jenis komunikasi di organisasi layanan kedokteran yg meliputi:  bagaimana komunikasi dilaksanakan,  identifikasi masalah komunikasi,  penyebab hambatan komunikasi dan  bagaimana mengatasi hambatan
  • 14. Komunikasi dalam suatu organisasi kesehatan dapat berupa:  tulisan  verbal  non-verbal Bentuk komunikasi tertulis a.l.:  rekam medik,  resep  surat edaran.
  • 15. Komunikasi verbal dan non-verbal: Misalnya komunikasi interpersonal dua atau beberapa orang saja, atau banyak orang (dalam bentuk pertemuan). Komunikasi verbal dan non-verbal bisa digunakan secara tersendiri, atau sebagai pendukung dari komunikasi tulisan. Contoh dokter yang telah menuliskan instruksi pengobatan, menjelaskan instruksinya tersebut secara verbal kepada perawat atau bidan.
  • 16.  Tulisan yang sulit dibaca  permasalahan pasien atau instruksi tidak dapat dipahami dengan baik  tidak dapat melanjutkan perawatan dengan baik. Instruksi yang baik selain dituliskan juga seharusnya dibicarakan dengan petugas yang akan melakukan instruksi tersebut.  Pembicaraan lewat telpon terkadang tidak jelas karena koneksi buruk atau tidak mampu menggunakan telpon dengan baik.  pekerjaan tertunda atau instruksi dilakukan atas dasar men-duga2  bisa berakibat buruk bagi pasien. Untuk mengatasi perlu konfirmasi langsung segera.
  • 19. Permasalahan seputar resep: Tulisan dokter tidak bisa dibaca/dipahami dengan baik  pemberi obat tidak memberikan obat dg benar. Konfirmasi ttg obat yg ditulis tidak dilakukan karena malas atau sulit menghubungi, atau dokter tidak mencantumkan nomor teleponnya di kertas resep. Pemberi obat mengganti obat dengan obat yang serupa tanpa melakukan konfirmasi dengan dokter penulis resep.
  • 20. Permasalahan surat edaran  kadang2 tidak cukup, perlu ditunjang dengan cara komunikasi yang lain misalnya pertemuan khusus atau pelatihan / workshop, bergantung kepada sifat informasi itu sendiri. Masalah komunikasi interpersonal antar petugas kesehatan dapat terjadi antar petugas yg melayani pasien: Komunikasi secara tertulis seringkali tidak cukup  kadang2 perlu dilakukan konferensi kasus.
  • 21. Permasalahan persepsi masing2 petugas: Dokter menganggap perawat tidak menjalankan instruksi dengan benar sering karena perawat salah menginterpretasikan perintah Masing2 dokter merasa apa yg dilakukan adalah yg paling baik  tidak ada negosiasi Perawat merasa tidak perlu klarifikasi instruksi Hambatan psikologis  enggan menyampaikan kesulitan mereka
  • 22. Beberapa hal yang patut dicermati antara lain: 1. Instruksi (tulisan atau non verbal atau verbal baik langsung atau lewat telpon) kurang jelas dan petugas yang diberikan instruksi tidak minta klarifikasi, 2. Tidak terjadi interaksi verbal sama sekali, biasanya antar dokter ahli kecuali bila ada konferensi kasus, 3. Pemberi instruksi tidak meyakinkan instruksinya dimengerti oleh petugas, 4. Dokter ahli tidak menganggap dokter ruangan, perawat/ bidan sebagai mitra kerja, 5. Lemahnya aturan mengenai hak dan tanggungjawab masing- masing petugas kesehatan. Contoh: Selesai operasi operator meninggalkan tempat. Dokter datang terlambat menolong persalinan, sehingga persalinan ditolong bidan.
  • 23. Penyebab yang dapat berdampak terhadap hubungan antar petugas kesehatan, yakni : (1) Role stress, (2) Lack of interprofessional understanding, (3) Autonomy struggles.
  • 24. 1. Role Stress. Menghadapi pasien setiap hari bukanlah suatu hal yang mudah  mempengaruhi suasana hati dokter dan dapat mempengaruhi komunikasi verbal dan non-verbalnya dengan sesama petugas. Ada 2 hal yang termasuk dalam role stress, yakni role conflict dan role overload :  Role conflict adalah perbedaan antara peran yang diharapkan dengan yang diperoleh. Sikap saling menghormati antar petugas akan mengurangi role conflict.  Role overload, terjadi karena beratnya tugas a.l. jumlah pasien yang terlalu banyak. Apalagi jika dengan derajat kesulitan yang tinggi akan melelahkan petugas kesehatan. Keadaan ini akan sangat mempengaruhi suasana hati petugas.
  • 25. 2. Lack of interprofessional understanding. Meskipun kita mengharapkan semua petugas kesehatan memahami perannya masing2 dalam lingkungan kerjanya namun dalam praktiknya, ternyata tidak demikian. Walaupun telah ada kemajuan dalam memahami peran petugas lainnya, kebingungan atau kesalahtafsiran tentang peran dari masing2 petugas masih sering terjadi.
  • 26. 3. Autonomy Struggles, yakni “the freedom to be self- governing or self-directing”.  Hal ini sangat penting agar petugas dapat memenuhi peran profesinya.  Tingginya professional autonomy berhubungan dengan membaiknya job morale & job performance.  Perbedaan tingkat otonomi pada petugas kesehatan dapat memacu ketegangan interpersonal.  Contoh: Perawat misalnya sering menyatakan kekesalannya karena rendahnya otoritas mereka untuk pengambilan keputusan yang sederhana tetapi penting bagi keamanan atau kenyamanan pasien.
  • 27.  Mengurangi role stress dg membuka wawasan mahasiswa, tentang perannya masing2 dalam dunia kerja nyata, khususnya dalam sistem pelayanan kesehatan.  Untuk mengatasi role overload, perlu dilakukan pengaturan beban kerja yang harus ditangani oleh petugas kesehatan.  Pembenahan manajerial yakni: (1) memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing2 petugas dalam suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga harus diketahui oleh masing2 petugas, (2) memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan sesuai dengan kewajiban dan kemampuannya, dan (3) mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan yang saling melengkapi
  • 28.  Setiap profesi kesehatan dituntut untuk mempraktikkan cara2 komunikasi interpersonal yang baik, baik kepada pasien maupun kepada sesama profesi kesehatan.  Komunikasi tertulis perlu dilakukan dengan penulisan yang jelas, dan bila perlu didukung oleh komunikasi verbal dan non-verbal yang sesuai.  Ciptakan situasi lingkungan kerja yang nyaman yang sebenarnya sangat mudah dilakukan bila semua profesi kesehatan menyadari bahwa hasilnya akan sangat bermanfaat bagi pasien.