Publicidad

pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati

Student
26 de Aug de 2014
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
Publicidad
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
Próximo SlideShare
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
Cargando en ... 3
1 de 9
Publicidad

Más contenido relacionado

Publicidad
Publicidad

pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati

  1. TUGAS PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI PESTISIDA HAYATI DAN PESTISIDA NABATI DISUSUN OLEH: NAMA : LAELATIL HASANAH NIM : C1M010003 PROGRAM STUDI : AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2012
  2. PESTISIDA HAYATI DAN PESTISIDA NABATI A. Pestisida Hayati Pestisida hayati atau biologi merupakan pestisida yang berasal dari mahkluk hidup dimana bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida ini diantaranya yaitu jamur, virus dan bakteri yang bermanfaat dalam menekan populasi organisme pengganggu tanaman. Pestisida hayati terbagi menjadi tiga jenis yaitu biopestisida virus, biopestisda jamur dan biopestisida bakteri.  Biopestisida Virus Biopestisida virus menggunakan virus yang menjadi penyakit bagi hama, antara lain: NPV (Nuclear Polyhidrosis Virus), CPV (Cytoplasmic Polyhidrosis Virus) dan GV (Granulosis Virus): untuk Lepidoptera dan Baculovirus: untuk serangga hama Lepidoptera, Hymenoptera, Diptera.  Biopestisida Jamur Biopestisida Jamur menggunakan jamur yang menjadi parasit bagi hama tanaman, antara lain: Metarhizium anisopliae untuk Rhinoceros, belalang coklat, Beauveria bassiana untuk Kumbang kentang, Nomurea rilevi untuk Lepidoptera, Enthomophthorales untuk Erynia neoaphidis, Verticillium lecanii untuk Aphids, whitefly, Hirsutella versicolor uuntuk Idioscopus clypealis, Hirsutella citriformis untuk Nilaparvata lugens, dan Paecylomyces lilacinus dan Gliocladium roseum untuk nematode.  Biopestisida Bakteri Menggunakan bakteri patogen pada serangga hama antara lain Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Streptococcos, Bacillus thuringiensis (Bt), Bacillus cereus, dan Bacillus popilliae. Sel vegetatif membentuk spora dan toksin meracun pencernaan serangga.  Cara kerja Biopestisida Biopestisida atau pestisida hayati memiliki beberapa cara kerja tergantung pada mikroorganisme yang digunakan. Contohnya:  Entomophthora muscae  Konidia pada eksoskeleton merusak dengan penetrasi enzimatik
  3.  Tumbuh dalam insekta sebagai yeast atau plasmodium atau hifa tergantung spesiesnya.  Merusak sistem syaraf serangga  B. thuringiensis adalah bakteri yang menghasilkan kristal protein yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasinya. Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering disebut dengan δ-endotoksin. Kristal ini sebenarnya hanya merupakan pro-toksin yang jika larut dalam usus se-rangga akan berubah menjadi poli-peptida yang lebih pendek (27-149 kd) serta mempunyai sifat insektisidal. Pada umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin, karena ada-nya aktivitas proteolisis dalam sistem mengubah Bt protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin. Toksin yang telah aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium di midgut serangga. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa toksin Bt ini menyebabkan terbentuknya pori-pori (lubang yang sangat kecil) di sel membrane di saluran pencernaan dan mengganggu keseimbangan osmotik dari sel-sel tersebut. Karena keseimbangan osmotik terganggu, sel menjadi bengkak dan pecah dan menyebabkan matinya serangga.  Melolontha melolontha Jamur ini bekerja dengan mendegradasi kutikula tungau. Spora jamur yang menempel pada kulit tungau, bila kondisi menunjang, akan berkecambah dan germtube dengan kekuatan fisik dan enzym akan memasuki kutikula tungau danselanjutnya hifa jamur berkembang dalam tubuh tungau, memproduksi spora padakutikula tungau baik yang masih hidup atau yang sudah mati, dan melanjutkansiklus hidup selanjutnya.  L. lecanii Jamur L. lecanii adalah entomopatogen yang bertindak denganmendegradasi kutikula serangga sasaran. Spora yang menempel pada kutikulaserangga, saat berkecambah akan masuk kedalam tubuh serangga denganmenembus kutikula, baik dengan kekuatan fisik maupun bantuan enzym. Hifa jamurkemudian akan berkembang dalam tubuh serangga yang menyebabkan seranggasakit dan akhirnya mati. Diaplikasikan pada kanopi daun dengan semprotan volume tinggi, sebaiknya saat kelembapan tinggi.  Metarhizium anisopliae
  4. Jamur yang umum terdapatpada serangga yang mati, dan produk komersial diisolasi dai wereng batang padi (Nilaparvata lugens). Ada produk yang khusus untuk mengendalikan rayap, adapula yang diregistrasi untuk wereng padi (Nilaparvata lugens) dan hama lain dariordo Coleoptera dan Lepidoptera, ada pula yang khusus untuk mengendalikankecoa. M. anisopliae merupakan entomopatogen yang efektif, menyerang seranggasasaran dengan cara menembus kutikula serangga, dan hifa jamur kemudianberkembang dalam tubuh serangga, yang menyebabkan sakit dan kematian.Setelah diaplikasikan, jamur akan menginvasi serangga sasaran dalam 2 hari, danakan mati dalam 7 – 10 hari. Serangga yang mati akan tetap melekat padatanaman, dan spora yang diproduksi oleh jamur akan menambah dan mempertahankan adanya inokulan yang cukup bagi serangga hama yang datangkemudian. Produk untuk bidang pertanian diaplikasikan dengan cara disemprotkan.Sedangkan untuk mengendalikan rayap diaplikasikan pada lubang-lubang rayap atau jalur yang dilalui rayap.  Upaya pemanfaatan pestisida hayati: Pestisida hayati kini semakin mudah digunakan dan diaplikasikan pada tanaman seiiring dengan perkembangan teknologi, salah satunya adalah dengan mengemas agen-agen hayati dalam kemasan yang siap dipakai sehingga memudahkan petani untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit. Dengan semakin banyaknya produk-produk pestisida hayati yang sudah diproduksi secara komersil, maka diharapkan dapat menekan tingkat penggunaan pestisida kimiawi sehingga resiko penggunaan pestisida kimiawi dapat ditekan. Salah satu contoh dari pestisida hayati secara komersil adalah Isolat Apopka 97 (PFR 97) dari jamur initelah diproduksi secara komersial, dan direkomendasikan untuk digunakan padatanaman hias serta tanaman pangan, baik di dalam rumah kaca atau di lapangan. Secara keseluruhan Bt endotoksin baik yang digunakan secara microbial spray maupun yang berupa tanaman transgenic mempunyai pengaruh terhadap musuh alami. Namun demikian, pengaruh Bt endotoksin terhadap musuh alami lebih kecil dibandingkan dengan pestisida buatan. Pengaruh ini sa-ngat spesifik tergantung jenis gen tahan yang diekspresikan tanaman transgenik, jenis hama, dan
  5. jenis predator/parasitnya. Penelitian tentang pengaruh Bt-endotoksin terhadap musuh alami telah dilakukan baik di laboratorium maupun di lapang. B. brongniartii isolat IMBST 95.031 dan 95.041 Isolat ini diisolasi dari padang rumput yang diserang oleh larva Melolontha melolontha oleh Istitut Mikrobiologi Universitas Leopold-Franzens di Austria. Digunakan untuk mengendalikan larva Melolontha melolontha diaplikasikan pada benih yang akan ditanam. Hirsutella thompsonii Fisher Akarisida biologis komersial berisi jamur Hirsutella thompsonii isolat MF(Ag)S(ITCC 4962; IMI 385470), digunakan untuk mengendalikan tungau dari family Eriophyidae, terutama tungau kelapa Aceria guerreronis. Pertama kali diisolasi daritungau Eriophyidae di Tamil Nadu, India. Jamur ini bekerja dengan mendegradasi kutikula tungau. Sediaan komersial yang mengandung spora H. tompsonii diaplikasikan dengancara disemprotkan bila kondisi cuaca kering. B. Pestisida Nabati Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Pestisida nabati bisa dibuat secara sederhana yaitu dengan menggunakan hasil perasan, ekstrak, rendaman atau rebusan bagian tanaman baik berupa daun, batang, akar, umbi, biji ataupun buah. Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: 1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak, srikaya. 2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat, adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: daun wangi dan selasih. 3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok
  6. penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun. 4. Kelompok tumbuhan moluskisida, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi). 5. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari keompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih. Pestisida nabati dapat dibuat dari beberapa ekstrak tanaman, antaranya: Pepaya (Carica papaya) Daun pepaya mengandung bahan aktif papain. Pestisida nabati daun pepaya efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Biji Jarak Biji Jarak mengandung reisin dan alkaloit, efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan), Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk). Mimba (Azadirachta indica) Biji dan daun mimba mengandung bahan aktif azadirachtin, salanin, nimbenen, dan mellantriol. Pestisida organik mimba efektif untuk mengendalikan ulat, hama pengisap, jamur, bakteri, nematoda, dan sebagainya. Pestisida organik mimba dapat dibuat dari biji atau daun. Bahan aktiv ini terdapat disemua bagian tanaman dan paling tinggi dibagian biji sebesar 35 % - 45 %. Pembuatan insektisida dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan menghaluskan daun dan biji mimba lalu mencampur dengan 10- 20 liter air dan di biarkan selama 24 jam. Tembakau (Nicotiana Tobacum) Daun tembakau mengandung bahan aktif nikotin. Pestisida nabati daun tembakau efektif untuk mengendalikan hama pengisap. Mindi (Melia azedarach)
  7. Pestisida nabati mindi efektif untuk mengusir belalang. Rendaman biji mindi segar dapat mengendalikan ulat kubis Plutelia xylostella. Pacar Cina (Aglaia odorata) Kandungan bahan aktif tanaman pacar cina adalah minyak atsiri, alkoloid, saponin, flavonoid, dan tannin. Pestisida nabati pacar cina efektif untuk mengendalikan hama ulat. Serai (Andropogan nardus) Tanaman serai, selain bermanfaat sebagai bumbu masak, juga berpotensi digunakan sebagai pestisida nabati. Daun dan batangnya jika dihaluskan dan ditambahkan air dapat langsung diaplikasikan untuk mengendalikan ulat atau kutu daun. Bau dari tanaman serai sangat tidak disukai oleh tikus. Karena itu, serai yang ditanam dibedengan sawah dapat menghambat serangan tikus. Gadung (Dioscorea hispida) Umbi gadung mengandung bahan aktif diosgenin, steroid saponin, alkoloid dan fenol. Pestisida nabati umbi gadung efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap. Srikaya dan Nona Seberang Biji srikaya dan nona seberang mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati biji srikaya dan nona seberang efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap. Jeringau (Acorus calamus L.) Rimpang dapat digunakan dalam dua bentuk yaitu berbentuk tepung dan minyak. Untuk membuat tepung, rimpang diiris-iris, dikeringkan kemudan ditumbuk. Sedangkan bentuk minyak dibuat dengan cara diekstrak menggunakan soxhlet. Komposisi minyak rimpang jeringau terdiri dari asarone (82%), kolamenol (5%), kolameone (1%0, metil eugenol (1%) dan eugenol (0,3%)>. Rimpang jeringau dapat digunakan sebagai bahan insektisida yang bekerja sebagai repellent (penolak serangga), antifeedant (penurun nafsu makan), dan antifertilitas (pemandul). Tepung rimpang jerungau dengan konsentrasi 3-5% berpengaruh terhadap mortalitas serangga Sitophilus sp. Rimpang jeringau bisa juga dimanfaatkan untuk membasmi beberapa jenis kutu, rayap dan walang sangit. Sirsak (Annona muricata) dan Srikaya (A.squamosa)
  8. Buah yang mentah, biji, daun dan akar sirsak mengandung 42%-45% lemak. Anonian dan resin yang dapat bekerja sebagai racun perut dan racun kontak serangga. Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama lainnya. Selain itu daun dan bijinya dapat berperan sebagai penolak serangga (repellent) dan penghambat makan (antifeedant) bagi serangga. Akar Tuba Akar tuba mengandung bahan aktif rotenon, deguelin, elipton, dan toksikarol. Pestisida nabati akar tuba efektif untuk mengendalikan hama moluska (keong). Sirih Hutan Daun sirih hutan mengandung bahan aktif fenol dan kavokol. Pestisida nabati daun sirih hutan efektif untuk mengendalikan hama pengisap. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida nabati sangat tergantung dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda pula, ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari tumbuhan tersebut  Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :  merusak perkembangan telur, larva dan pupa  menghambat pergantian kulit  mengganggu komunikasi serangga  menyebabkan serangga menolak makan  menghambat reproduksi serangga betina  mengurangi nafsu makan  memblokir kemampuan makan serangga  mengusir serangga  menghambat perkembangan patogen penyakit.  Upaya pemanfaatan pestisida nabati: Tanaman-tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati kini dapat dimanfaatkan dengan lebih praktis yaitu dibuat sebagai pestisida yang siap
  9. pakai seperti pestisida kimia-sintetik misalnya fungisida nabati cengkeh (Mitol 20 EC), Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman. Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Pemanfaatan pestisida Botani dalam PHT Dalam peraturan pemerintah no.6/1995 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) harus mengacu pada prinsip PHT penekanan pengendalian tetap pada cara-cara bercocok tanam dan pendayagunaan musuh alami hama.Sedang Insektisida botani hanya digunakan bila cara-cara non kimiawi tidak bisa menekan populasi hama pada tingkat ambang batas ekonomi (atau yang merugikan).Prinsip PHT yang lain dengan cara pemantauan teratur dan pengendalian dengan menggunakan musuh alami.
Publicidad