SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 13
1
ANALISIS APBN TAHUN 2016
Disusun Oleh :
Nama : Sophia
NIM : 061540512354
Kelas : 2 AP E
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016
2
ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN 2016
Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 30 Oktober 2015 lalu,
DPR RI mengesahkan RUU APBN 2016. Dalam APBN 2016 anggaran pendapatan negara
ditetapkan sebesar Rp. 1.822,5 T dan total anggaran belanja negara sebesar Rp. 2.095,7 T.
Sehingga terjadi defisit anggaran sebesar Rp. 273,2 T atau 2,15% dari PBD RI. APBN 2016
telah disusun berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesr 5,3%, inflasi 4,7%, dan
tingkat bunga surat perbendaharaa negara (SPN) 3 bulan sebesar 5,5%, dan juga asumsi
lainnya seperti nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yaitu sebesar Rp. 13.900 per dollar AS,
harga minyak mentah 50 dollar AS per barrel, lifting minyak 830 ribu per barrel per hari serta
lifting gas 1,155 ribu per barrel per hari setara minyak.
Berikut ini adalah analisis saya tentang APBN 2016 yang akan saya uraikan dalam dua pos
besar yaitu anggaran pendapatan dan anggaran belanja.
1. Anggaran Pendapatan
Dalam APBN 2016 Pemerintah dan DPR telah menyepakati bahwa total anggaran
pendapatan negara adalah sebesar Rp. 1.822,5 T. Pendapatan itu terdiri atas penerimaan
perpajakkan sebesar Rp. 1.546,7 T dan penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp. 273,8 T.
Pendapatan yang telah ditetapkan naik sebesar Rp. 28,9 T dari APBN tahun 2015.
3
APBN 2016
APBN 2015
4
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa penerimaan negara dari pajak
sebesar Rp. 1360,1 T yang naik sebesar Rp. 158,4 T dari APBN 2015. Sehingga usaha
pemerintah meningkatkan penerimaan negara dari pajak perlu dioptimalkan melalui
kementerian terkait. Dari berbagai pungutan pajak, Pajak Pertambahan nilai, Pajak Non
Migas, dalam APBN 2016 mengalami peningkatan target, sedangkan PPh Migas dan PBB
mengalami penurunan. Penurunan target penerimaan dari PPh Migas sebesar Rp. 47,3 T dari
APBN 2015 dikarenakan harga minyak mentah dunia yang semakin rendah. Sedangkan
penurunan target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp. 7,3 T dikarenakan
adanya mekanisme perhitungan PBB baru dan ada kebijakkan dari beberapa pemerintah
daerah yang akan menghapuskan pajak bumi dan bangunan misalnya di Provinsi DKI
Jakarta.
Penerimaan negara dari kepabean dan cukai dengan total Rp. 186,5 T juga mengalami
kenaikan dari APBN 2015 yaitu sebesar Rp. 8,2 T. Kenaikan ini terlihat dari naiknya jumlah
penerimaan cukai sebesar Rp. 19,7 T sedangkan untuk bea masuk masih sama seperti tahun
2015 yaitu diangka Rp. 37,2 T dan pada bea keluar terjadi penurunan sebesar 11, 4 T dari
APBN tahun 2015. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya penerimaan dari komoditas
minyak sawit mentah (Crude Palm Oil /CPO) bahkan sejak awal tahun 2016 sudah tidak ada
lagi penerimaan dari CPO karena CPO sedang di bawah batas (threshold) pengenaan bea
keluar US$ 750 per metrik ton. Selain itu peraturan pembatasan ekspor mineral menyebabkan
kehilangan penerimaan bea keluar sebesar Rp. 8,1 T. Oleh karena itu terget penerimaan bea
keluar dalam APBN 2016 hanya sebesar Rp. 2,9 T berasal dari penarikan dari perusahaan
Freeport dan Newmont.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam APBN 2016 dengan total Rp. 273,8
T mengalami penurunan sebesar Rp. 136,5 T. Penurunan terjadi pada sektor SDA Migas,
PNBP Lainnya dan Bagian Laba BUMN, sedangkan kenaikan terjadi pada sektor Pendapatan
BLU dan SDA Non Migas. Penurunan PNBP Migas sebesar 145,7 T dari APBN 2015
dikarenakan anjloknya lifting dan harga minyak dunia hal ini berkaitan dengan menurunnya
bagian laba dari BUMN yang sebagian besar perusahaan yang bergerak dibidang Migas.
Sedangkan PNBP dalam APBN 2016 dari pendapatan BLU dan Non Migas mengalami
kenaikan masing-masing sebesar 13,2 T dan 16,3 T dari APBN 2015. Penerimaan Negara
dalam APBN 2016 dari pendapatan hibah ditetapkan sebesar Rp. 2 T dan terjadi penurunan
Rp. 1,3 T dari APBN 2015.
5
2. Anggaran Belanja
Dalam APBN 2016 Pemerintah dan DPR telah menyepakati bahwa total anggaran
belanja negara adalah sebesar Rp. 2.095,7 T. Belanja itu terdiri atas belanja
kemnetrian/lembaga sebesar Rp. 784,1 triliun, belanja non kementerian/lembaga Rp. 541,4
T serta transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp. 770,2 T deengan rincian dana desanya
sebesar Rp. 47 T. Anggaran Belanja yang telah ditetapkan naik sebesar Rp. 56,2 T dari
APBN tahun 2015. Dalam pelaksanaan anggaran belanja ada 10 pokok-pokok kebijakan
belanja pemerintah pusat sebagai berikut :
6
APBN 2016
APBN 2015
7
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa total anggaran belanja
kementerian/lembaga sebesar 784,1 T yang dialokasikan melalui Kementerian/Lembaga
untuk membiayai urusan tertentu dalam pemerintahananya. Jumlah anggaran belanja untuk
kementerian/lembaga dalam APBN 2016 mengalami kenaikan sebesar Rp. 136,8 T dari
APBN 2015. Hal ini dikarenakan ada kenaikan anggaran belanja di 10 kementerian/lembaga
yang menerima dana APBN paling besar yaitu sebagai berikut :
a. Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan anggaran sebesar Rp.
104,2 triliun
b. Kementerian Pertahanan dengan anggaran sebesar Rp. 99,5 triliun
c. Polisi Republik Indonesia (Polri) dengan anggaran sebesar Rp. 73 triliun
d. Kementerian Kesehatan dengan anggaran sebesar Rp. 63,5 triliun
e. Kementerian Agama dengan anggaran sebesar Rp. 57,1 triliun
f. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan anggaran sebesar Rp. 49,2 triliun
g. Kementerian Perhubungan dengan anggaran sebesar Rp. 48,5 triliun
h. Kementerian Riset dan Teknologi dengan anggaran Rp. 40,6 triliun
i. Kementerian Keuangan dengan anggaran Rp. 39,3 triliun
j. Kementerian Pertanian dengan anggaran Rp. 31,5 triliun
8
Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat mendapat alokasi dana APBN
2016 terbesar, hal ini dikarenakan pemerintah ingin mempercepat pembangunan berbagai
infrastruktur di banyak daerah khususnya di daerah tertinggal. Dengan adanya pembangunan
infrastruktur diharapkan akan berdampak besar dalam pertumbuhan ekonomi di masa
mendatang, karena dengan pembangunan infrastruktur misalnya jalan, maka akses menuju
daerah tersebut menjadi lebih mudah dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi
masyarakat daerah tersebut.
Kementerian Pertahanan menjadi kementrian/lembaga kedua yang mendapat alokasi
dana APBN 2016 terbesar, hal ini sudah sepatutnya dilakukan oleh pemerintah karena
Kemenhan menjadi garda terdepan pemerintah dalam urusan penyelenggaraan pertahanan
negara dari berbagai ancaman dari dalam maupun luar negeri demi terciptanya negara yang
tertib dan aman.
Polisi Republik Indonesia berada di urutan ketiga terbesar dalam alokasi dana APBN
2016. Hal ini sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah karena sesuai dengan fungsinya
yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan alokasi dana yang besar
untuk mengoptimalkan fungsi dari POLRI.
Kementerian Kesehatan berada di urutan keempat terbesar dalam alokasi dana APBN
2016 dan terjadi kenaikan anggaran belanja dari APBN 2015. Hal ini sejalan dengan berbagai
kebijakan yang dibuat pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan berbagai bentuk jaminan kesehatan dan berbagai program yang
mendukung terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat.
Alokasi dana APBN 2016 yang diterima oleh Kementerian/Lembaga pastinya telah di
sesuaikan dengan kebutuhan kementrian/lembaga dengan skala prioritas. Ada sepuluh
kementerian/lembaga yang mendapat alokasi dana APBN terbesar, hal ini dilakukan untuk
mengoptimalkan fungsi dan tugas masing-masing kementerian/lembaga agar tercipta
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang semakin baik di segala bidang.
Namun tentu saja ada peraturan yang mengikat kementerian/lembaga dalam penggunaan dana
APBN yang akan diatur oleh Kementerian Keuangan agar dana APBN dapat digunakan
secara maksimal dan tepat sasaran.
9
Berdasarkan diagram di atas alokasi dana APBN 2016 untuk anggaran belanja non
kementerian/lembaga ditetapkan sebesar Rp. 541,4 T. Dana ini akan dialokasikan untuk
pembayaran bunga utang sebesar Rp. 184,9 T dan untuk belanja subsidi sebesar Rp. 182,6 T.
Belanja Subsidi dibedakan menjadi dua yaitu subsidi energi dan subsidi non energi.
Subsidi energi meliputi subsidi BBM dan LPG Tabung 3 Kg dan LGV sebesar Rp. 63,7 T
dan Subsidi Listrik sebesar Rp 38,4 T, subsidi tersebut diberikan dengan kebijakan masing-
masing subsidi yang telah ditetapkan pemerintah. Subsidi energi dalam APBN 2016 terjadi
penurunan sebesar Rp. 212,3 T. Hal ini dikarenakan pemerintah telah mencabut subsidi BBM
jenis premium, solar dan minyak tanah. Penurunan juga terjadi pada subsidi listrik sebesar
Rp. 30,3 T namun subsidi listrik telah diproyeksikan akan naik dan akan masuk dalam APBN
perubahan.
Belanja Subsidi non energi jumlahnya sebesar Rp. 80,6 T naik 10,6 T dari APBN
2016. Belanja subsidi bunga kredit program dalam APBN 2016 mengalami kenaikan
dibandingkan APBN 2015. Hal ini mungkin terjadi karena pemerintah sedang
mengoptimalkan program Kredit Usaha Rakyat.
10
APBN 2016
APBN 2015
11
Berdasarkan diagram di atas Anggaran Belanja untuk Transfer ke Daerah dan Dana
Desa dalam APBN 2016 sebesar Rp. 770,2 T. Anggaran tersebut dialokasikan untuk Dana
Alokasi Umum sebersar Rp. 385, 4 triliun, Dana Alokasi Khusus Fisik sebesar Rp. 85,5
triliun, Dana Alokasi Khusus Non Fisik sebesar Rp. 123,5 triliun, Dana Insentif Daerah
sebesar Rp. 5 triliun, Dana Otonomi Khusus sebesar Rp. 17,2 triliun, Dana Keistimewaan DI
Yogyakarta sebesar Rp. 0,5 triliun, Dana Desa sebesar Rp. 47,0 triliun, dan Dana Bagi Hasil
sebesar Rp. 106,1 triliun. Alokasi dana APBN untuk transfer ke daerah dan Dana Desa
semuanya mengalami kenaikan dari APBN 2015 kecuali Dana Keistimewaan DI Yogyakarta
yaitu tetap. Alokasi dana APBN untuk Dana Desa mengalami kenaikan yang sangat besar
yaitu Rp. 37,9 triliun dibandingkan APBN 2015. Hal ini merupakan wujud dari program
nawacita ketiga yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Berbeda dengan APBN 2015, dalam APBN 2016 terdapat dana insentif daerah
sebesar Rp. 5 T , hal ini merupakan kebijakan baru pemerintah dalam rangka memberikan
penghargaan yang lebih besar kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan
keuangan, perekonomian dan kesejahteraan daerah. Dalam APBN 2016 Dana Alokasi
Khusus dibagi menjadi Dana Alokasi Khusus Fisik yang dialokasikan untuk DAK Reguler,
terdiri atas 10 bidang, termasuk DAK Fisik dari pengalihan Tugas Pembantuan , dan
percepatan pembangunan infrastruktur, DAK Afirmasi; dan, DAK Infrastruktur Publik
Daerah. Sedangkan DAK non fisik dialokasikan untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (TPG PNSD), Tambahan Penghasilan
Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (Tamsil Guru PNSD), Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB), Proyek Pemerintah Daerah
dan Desentralisasi (P2D2), Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD), Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM dan Ketenagakerjaan.
12
Berikut ini adalah kebijakan transfer ke daerah dan dana desa 2016
Kesimpulan :
Berdasarkan analisis saya dan setelah membaca berbagai artikel mengenai APBN 2016.
Menurut saya proporsi anggaran pendapatan APBN 2016 sudah cukup baik, target
penerimaan negara telah disesuaikan dengan keadaan perekonomian Indonesia dan
internasional. Namun untuk mendekati target penerimaan negara, pemerintah perlu
mengoptimalkan semua kementerian/lembaga terkait untuk bekerja keras dalam mencapai
target penerimaan negara. Anggaran Belanja dalam APBN 2016 yang mendominasi yaitu
untuk belanja kementerian/lembaga, dana yang dialokasi sudah cukup baik namun dalam
pelaksanaannya perlu pengawasan dari pihak terkait agar penggunaan dana APBN tsb tepat
sasaran dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh pemerintah. Namun dalam
belanja subsidi, menurut saya ditengah perekonomian yang semakin lemah, masyarakat
ekonomi lemah akan bertambah, oleh karena itu saya berharap untuk belanja subsisdi energi
dapat dicarikan solusi yang lebih memihak masyarakat ekomoni lemah dan tepat sasaran.
Demikianlah analisis dan kesimpulan dari saya.
13
Sumber :
www.kemenkeu.go.id
www.metronews.com
www.kompasiana.com
dan masih banyak lagi...

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure FrameworkKerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure FrameworkDadang Solihin
 
Pengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi PemerintahPengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi PemerintahSujatmiko Wibowo
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPSEKP - UGM
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikJunianto Junianto
 
Penganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintahPenganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintahUlan Safitri
 
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahModul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahDeddi Nordiawan
 
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalFaktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalBazari Azhar Azizi
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasiSugeng Budiharsono
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sujatmiko Wibowo
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Magdalena Palma Renia
 

La actualidad más candente (20)

Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure FrameworkKerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
 
Pengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi PemerintahPengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi Pemerintah
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
 
Aktiva tetap ii
Aktiva tetap iiAktiva tetap ii
Aktiva tetap ii
 
02.sapd beban&belanja
02.sapd beban&belanja02.sapd beban&belanja
02.sapd beban&belanja
 
Informasi APBN 2018
Informasi APBN 2018Informasi APBN 2018
Informasi APBN 2018
 
Akuntansi
AkuntansiAkuntansi
Akuntansi
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publik
 
Penganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintahPenganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintah
 
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahModul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
 
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalFaktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
 
Konsep Dasar Penyusunan Anggaran
Konsep Dasar Penyusunan Anggaran Konsep Dasar Penyusunan Anggaran
Konsep Dasar Penyusunan Anggaran
 
APBD, pengertian
APBD, pengertianAPBD, pengertian
APBD, pengertian
 
anggaran pemerintah
anggaran pemerintahanggaran pemerintah
anggaran pemerintah
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - 2
 
APBN
APBNAPBN
APBN
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
 
Sistem Anggaran
Sistem AnggaranSistem Anggaran
Sistem Anggaran
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
 

Destacado

APBN Indonesia 2010
APBN Indonesia 2010APBN Indonesia 2010
APBN Indonesia 2010Fiscus Baik
 
Analisis nota keuangan dan apbn
Analisis nota keuangan dan apbnAnalisis nota keuangan dan apbn
Analisis nota keuangan dan apbnZakiyul Mu'min
 
Ringkasan APBN 2017
Ringkasan APBN 2017Ringkasan APBN 2017
Ringkasan APBN 2017Tony Hidayat
 
Analisis Nota Keuangan
Analisis Nota KeuanganAnalisis Nota Keuangan
Analisis Nota KeuanganFRANKLYN_SS
 
Latihan Soal APBN Ekonomi SMA
Latihan Soal APBN Ekonomi SMALatihan Soal APBN Ekonomi SMA
Latihan Soal APBN Ekonomi SMASiti Mugi Rahayu
 
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Jogo Hera
 
Jurnal bahan bangunan dki 2016
Jurnal bahan bangunan dki 2016Jurnal bahan bangunan dki 2016
Jurnal bahan bangunan dki 2016Revaldo Agdhitya
 
04 sessi-i bahan-dirjen-rakornas-desa_23-des14-final
04 sessi-i bahan-dirjen-rakornas-desa_23-des14-final04 sessi-i bahan-dirjen-rakornas-desa_23-des14-final
04 sessi-i bahan-dirjen-rakornas-desa_23-des14-finalSyah Rul
 
EKONOMI INDONESIA & NK-APBN 2014
EKONOMI INDONESIA & NK-APBN 2014EKONOMI INDONESIA & NK-APBN 2014
EKONOMI INDONESIA & NK-APBN 2014Partai Golkar
 
Kajian lapangan badan amil zakat daerah kota yogyakarta
Kajian lapangan badan amil zakat daerah kota yogyakartaKajian lapangan badan amil zakat daerah kota yogyakarta
Kajian lapangan badan amil zakat daerah kota yogyakartaIffa Tabahati
 
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anHermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anIffa Tabahati
 
Proposal penelitian metopen
Proposal penelitian metopenProposal penelitian metopen
Proposal penelitian metopenIffa Tabahati
 
Analisis program guru garis depan
Analisis program guru garis depanAnalisis program guru garis depan
Analisis program guru garis depanMoh Bahrudin
 
Perbandingan apbn 2013 dan apbn 2014
Perbandingan apbn 2013 dan apbn 2014Perbandingan apbn 2013 dan apbn 2014
Perbandingan apbn 2013 dan apbn 2014Loly
 
Laporan Praktikum Algoritma
Laporan Praktikum AlgoritmaLaporan Praktikum Algoritma
Laporan Praktikum AlgoritmaEnvaPya
 
Bab ii anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
Bab ii   anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasanBab ii   anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
Bab ii anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasanIffa Tabahati
 

Destacado (20)

APBN Indonesia 2010
APBN Indonesia 2010APBN Indonesia 2010
APBN Indonesia 2010
 
Analisis nota keuangan dan apbn
Analisis nota keuangan dan apbnAnalisis nota keuangan dan apbn
Analisis nota keuangan dan apbn
 
Ringkasan APBN 2017
Ringkasan APBN 2017Ringkasan APBN 2017
Ringkasan APBN 2017
 
Analisis Nota Keuangan
Analisis Nota KeuanganAnalisis Nota Keuangan
Analisis Nota Keuangan
 
Productivity gain sharing
Productivity gain sharingProductivity gain sharing
Productivity gain sharing
 
Latihan Soal APBN Ekonomi SMA
Latihan Soal APBN Ekonomi SMALatihan Soal APBN Ekonomi SMA
Latihan Soal APBN Ekonomi SMA
 
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
Mekanisme Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja dan Negara (APBN)
 
Jurnal bahan bangunan dki 2016
Jurnal bahan bangunan dki 2016Jurnal bahan bangunan dki 2016
Jurnal bahan bangunan dki 2016
 
04 sessi-i bahan-dirjen-rakornas-desa_23-des14-final
04 sessi-i bahan-dirjen-rakornas-desa_23-des14-final04 sessi-i bahan-dirjen-rakornas-desa_23-des14-final
04 sessi-i bahan-dirjen-rakornas-desa_23-des14-final
 
EKONOMI INDONESIA & NK-APBN 2014
EKONOMI INDONESIA & NK-APBN 2014EKONOMI INDONESIA & NK-APBN 2014
EKONOMI INDONESIA & NK-APBN 2014
 
Kajian lapangan badan amil zakat daerah kota yogyakarta
Kajian lapangan badan amil zakat daerah kota yogyakartaKajian lapangan badan amil zakat daerah kota yogyakarta
Kajian lapangan badan amil zakat daerah kota yogyakarta
 
Motivação e Tendências
Motivação e TendênciasMotivação e Tendências
Motivação e Tendências
 
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anHermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
 
Proposal penelitian metopen
Proposal penelitian metopenProposal penelitian metopen
Proposal penelitian metopen
 
Apbn 2016- presiden joko widodo indonesia raya
Apbn 2016- presiden joko widodo indonesia raya Apbn 2016- presiden joko widodo indonesia raya
Apbn 2016- presiden joko widodo indonesia raya
 
Analisis program guru garis depan
Analisis program guru garis depanAnalisis program guru garis depan
Analisis program guru garis depan
 
Perbandingan apbn 2013 dan apbn 2014
Perbandingan apbn 2013 dan apbn 2014Perbandingan apbn 2013 dan apbn 2014
Perbandingan apbn 2013 dan apbn 2014
 
Laporan Praktikum Algoritma
Laporan Praktikum AlgoritmaLaporan Praktikum Algoritma
Laporan Praktikum Algoritma
 
Bab ii anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
Bab ii   anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasanBab ii   anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
Bab ii anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
 
Scott chapter 5
Scott chapter 5Scott chapter 5
Scott chapter 5
 

Similar a Tugas asp 2 analisis apbn 2016

Beberapa rincian tentang apbn 2013
Beberapa rincian tentang apbn 2013Beberapa rincian tentang apbn 2013
Beberapa rincian tentang apbn 2013Yesica Adicondro
 
Lusiarti-LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015 (Audited).pdf
Lusiarti-LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015 (Audited).pdfLusiarti-LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015 (Audited).pdf
Lusiarti-LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015 (Audited).pdfilusiDigulSelatan
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Badan Kebijakan Fiskal
 
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat pptJenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat pptNabila Hanun
 
Advertorial rapbn-2017
Advertorial rapbn-2017Advertorial rapbn-2017
Advertorial rapbn-2017Budi Prasetyo
 
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015Sutardjo ( Mang Ojo )
 
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Sutardjo ( Mang Ojo )
 
Permen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranPermen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranAbdul Hadi
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...JARI Indonesia Borneo Barat
 
Lampiran permendagri nomor 37 tahun 2014 264 2
Lampiran permendagri nomor 37 tahun 2014 264 2Lampiran permendagri nomor 37 tahun 2014 264 2
Lampiran permendagri nomor 37 tahun 2014 264 2Hebron Dayax
 
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...Ade Suerani
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTrifoniaApikaRirinPu1
 
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjBab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjCahyo Wiryanto
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016ekho109
 
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanjaUsulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanjaHerninda N. Shabrina
 

Similar a Tugas asp 2 analisis apbn 2016 (20)

hukum pajak.docx
hukum pajak.docxhukum pajak.docx
hukum pajak.docx
 
Beberapa rincian tentang apbn 2013
Beberapa rincian tentang apbn 2013Beberapa rincian tentang apbn 2013
Beberapa rincian tentang apbn 2013
 
Tugas kebijakan fiskal
Tugas kebijakan fiskalTugas kebijakan fiskal
Tugas kebijakan fiskal
 
Artikel keuangan negara
Artikel keuangan negaraArtikel keuangan negara
Artikel keuangan negara
 
Lusiarti-LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015 (Audited).pdf
Lusiarti-LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015 (Audited).pdfLusiarti-LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015 (Audited).pdf
Lusiarti-LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2015 (Audited).pdf
 
Analisis sementara apbd kkr 2015 2016
Analisis sementara apbd kkr 2015 2016Analisis sementara apbd kkr 2015 2016
Analisis sementara apbd kkr 2015 2016
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
 
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat pptJenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
Jenis- Jenis Pendapatan pusat ppt
 
Final informasi apbn 2018
Final informasi apbn 2018 Final informasi apbn 2018
Final informasi apbn 2018
 
Advertorial rapbn-2017
Advertorial rapbn-2017Advertorial rapbn-2017
Advertorial rapbn-2017
 
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
 
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
 
Permen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranPermen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiran
 
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG...
 
Lampiran permendagri nomor 37 tahun 2014 264 2
Lampiran permendagri nomor 37 tahun 2014 264 2Lampiran permendagri nomor 37 tahun 2014 264 2
Lampiran permendagri nomor 37 tahun 2014 264 2
 
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
 
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdfTRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
TRIFONIA APIKA RIRIN PUTRI_D1091171032_PEMPEM_27 APRIL.pdf
 
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjBab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
 
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
(Sindonews.com) Opini ekonomi 6 juni 2016-19 juli 2016
 
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanjaUsulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
Usulan untuk mendapatkan penerimaan negara untuk membiayai belanja
 

Más de EnvaPya

Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1EnvaPya
 
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123EnvaPya
 
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_okPmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_okEnvaPya
 
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-final
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-finalPsap 13-plk-blu-ver-ksap-final
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-finalEnvaPya
 
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional EnvaPya
 
Laporan jarkom network troubleshooting
Laporan jarkom network troubleshootingLaporan jarkom network troubleshooting
Laporan jarkom network troubleshootingEnvaPya
 
fungsi konsumsi - matematika ekonomi
fungsi konsumsi - matematika ekonomifungsi konsumsi - matematika ekonomi
fungsi konsumsi - matematika ekonomiEnvaPya
 
impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
 impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dnsEnvaPya
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANEnvaPya
 
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASIRELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASIEnvaPya
 
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnisRencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnisEnvaPya
 
Karangan argumentasi
Karangan argumentasiKarangan argumentasi
Karangan argumentasiEnvaPya
 
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOBCONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOBEnvaPya
 
Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif EnvaPya
 
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi PemerintahRingkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi PemerintahEnvaPya
 
manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3EnvaPya
 
Sistem informasi manajemen pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikanSistem informasi manajemen pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikanEnvaPya
 
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01EnvaPya
 
Pengawasan keuangan negara
Pengawasan keuangan negaraPengawasan keuangan negara
Pengawasan keuangan negaraEnvaPya
 
Kebijakan publik
Kebijakan publikKebijakan publik
Kebijakan publikEnvaPya
 

Más de EnvaPya (20)

Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
 
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
 
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_okPmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
 
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-final
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-finalPsap 13-plk-blu-ver-ksap-final
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-final
 
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
 
Laporan jarkom network troubleshooting
Laporan jarkom network troubleshootingLaporan jarkom network troubleshooting
Laporan jarkom network troubleshooting
 
fungsi konsumsi - matematika ekonomi
fungsi konsumsi - matematika ekonomifungsi konsumsi - matematika ekonomi
fungsi konsumsi - matematika ekonomi
 
impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
 impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
 
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASIRELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
 
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnisRencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
 
Karangan argumentasi
Karangan argumentasiKarangan argumentasi
Karangan argumentasi
 
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOBCONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
 
Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif
 
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi PemerintahRingkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
 
manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3
 
Sistem informasi manajemen pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikanSistem informasi manajemen pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikan
 
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
 
Pengawasan keuangan negara
Pengawasan keuangan negaraPengawasan keuangan negara
Pengawasan keuangan negara
 
Kebijakan publik
Kebijakan publikKebijakan publik
Kebijakan publik
 

Último

BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxMyusuf852079
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexquotex
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxTeori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxPutraAgung19
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxPPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxsailimuna9
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptharis916240
 

Último (13)

BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxTeori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxPPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
 

Tugas asp 2 analisis apbn 2016

  • 1. 1 ANALISIS APBN TAHUN 2016 Disusun Oleh : Nama : Sophia NIM : 061540512354 Kelas : 2 AP E AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2016
  • 2. 2 ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN 2016 Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 30 Oktober 2015 lalu, DPR RI mengesahkan RUU APBN 2016. Dalam APBN 2016 anggaran pendapatan negara ditetapkan sebesar Rp. 1.822,5 T dan total anggaran belanja negara sebesar Rp. 2.095,7 T. Sehingga terjadi defisit anggaran sebesar Rp. 273,2 T atau 2,15% dari PBD RI. APBN 2016 telah disusun berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesr 5,3%, inflasi 4,7%, dan tingkat bunga surat perbendaharaa negara (SPN) 3 bulan sebesar 5,5%, dan juga asumsi lainnya seperti nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yaitu sebesar Rp. 13.900 per dollar AS, harga minyak mentah 50 dollar AS per barrel, lifting minyak 830 ribu per barrel per hari serta lifting gas 1,155 ribu per barrel per hari setara minyak. Berikut ini adalah analisis saya tentang APBN 2016 yang akan saya uraikan dalam dua pos besar yaitu anggaran pendapatan dan anggaran belanja. 1. Anggaran Pendapatan Dalam APBN 2016 Pemerintah dan DPR telah menyepakati bahwa total anggaran pendapatan negara adalah sebesar Rp. 1.822,5 T. Pendapatan itu terdiri atas penerimaan perpajakkan sebesar Rp. 1.546,7 T dan penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp. 273,8 T. Pendapatan yang telah ditetapkan naik sebesar Rp. 28,9 T dari APBN tahun 2015.
  • 4. 4 Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa penerimaan negara dari pajak sebesar Rp. 1360,1 T yang naik sebesar Rp. 158,4 T dari APBN 2015. Sehingga usaha pemerintah meningkatkan penerimaan negara dari pajak perlu dioptimalkan melalui kementerian terkait. Dari berbagai pungutan pajak, Pajak Pertambahan nilai, Pajak Non Migas, dalam APBN 2016 mengalami peningkatan target, sedangkan PPh Migas dan PBB mengalami penurunan. Penurunan target penerimaan dari PPh Migas sebesar Rp. 47,3 T dari APBN 2015 dikarenakan harga minyak mentah dunia yang semakin rendah. Sedangkan penurunan target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp. 7,3 T dikarenakan adanya mekanisme perhitungan PBB baru dan ada kebijakkan dari beberapa pemerintah daerah yang akan menghapuskan pajak bumi dan bangunan misalnya di Provinsi DKI Jakarta. Penerimaan negara dari kepabean dan cukai dengan total Rp. 186,5 T juga mengalami kenaikan dari APBN 2015 yaitu sebesar Rp. 8,2 T. Kenaikan ini terlihat dari naiknya jumlah penerimaan cukai sebesar Rp. 19,7 T sedangkan untuk bea masuk masih sama seperti tahun 2015 yaitu diangka Rp. 37,2 T dan pada bea keluar terjadi penurunan sebesar 11, 4 T dari APBN tahun 2015. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya penerimaan dari komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil /CPO) bahkan sejak awal tahun 2016 sudah tidak ada lagi penerimaan dari CPO karena CPO sedang di bawah batas (threshold) pengenaan bea keluar US$ 750 per metrik ton. Selain itu peraturan pembatasan ekspor mineral menyebabkan kehilangan penerimaan bea keluar sebesar Rp. 8,1 T. Oleh karena itu terget penerimaan bea keluar dalam APBN 2016 hanya sebesar Rp. 2,9 T berasal dari penarikan dari perusahaan Freeport dan Newmont. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam APBN 2016 dengan total Rp. 273,8 T mengalami penurunan sebesar Rp. 136,5 T. Penurunan terjadi pada sektor SDA Migas, PNBP Lainnya dan Bagian Laba BUMN, sedangkan kenaikan terjadi pada sektor Pendapatan BLU dan SDA Non Migas. Penurunan PNBP Migas sebesar 145,7 T dari APBN 2015 dikarenakan anjloknya lifting dan harga minyak dunia hal ini berkaitan dengan menurunnya bagian laba dari BUMN yang sebagian besar perusahaan yang bergerak dibidang Migas. Sedangkan PNBP dalam APBN 2016 dari pendapatan BLU dan Non Migas mengalami kenaikan masing-masing sebesar 13,2 T dan 16,3 T dari APBN 2015. Penerimaan Negara dalam APBN 2016 dari pendapatan hibah ditetapkan sebesar Rp. 2 T dan terjadi penurunan Rp. 1,3 T dari APBN 2015.
  • 5. 5 2. Anggaran Belanja Dalam APBN 2016 Pemerintah dan DPR telah menyepakati bahwa total anggaran belanja negara adalah sebesar Rp. 2.095,7 T. Belanja itu terdiri atas belanja kemnetrian/lembaga sebesar Rp. 784,1 triliun, belanja non kementerian/lembaga Rp. 541,4 T serta transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp. 770,2 T deengan rincian dana desanya sebesar Rp. 47 T. Anggaran Belanja yang telah ditetapkan naik sebesar Rp. 56,2 T dari APBN tahun 2015. Dalam pelaksanaan anggaran belanja ada 10 pokok-pokok kebijakan belanja pemerintah pusat sebagai berikut :
  • 7. 7 Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa total anggaran belanja kementerian/lembaga sebesar 784,1 T yang dialokasikan melalui Kementerian/Lembaga untuk membiayai urusan tertentu dalam pemerintahananya. Jumlah anggaran belanja untuk kementerian/lembaga dalam APBN 2016 mengalami kenaikan sebesar Rp. 136,8 T dari APBN 2015. Hal ini dikarenakan ada kenaikan anggaran belanja di 10 kementerian/lembaga yang menerima dana APBN paling besar yaitu sebagai berikut : a. Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan anggaran sebesar Rp. 104,2 triliun b. Kementerian Pertahanan dengan anggaran sebesar Rp. 99,5 triliun c. Polisi Republik Indonesia (Polri) dengan anggaran sebesar Rp. 73 triliun d. Kementerian Kesehatan dengan anggaran sebesar Rp. 63,5 triliun e. Kementerian Agama dengan anggaran sebesar Rp. 57,1 triliun f. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan anggaran sebesar Rp. 49,2 triliun g. Kementerian Perhubungan dengan anggaran sebesar Rp. 48,5 triliun h. Kementerian Riset dan Teknologi dengan anggaran Rp. 40,6 triliun i. Kementerian Keuangan dengan anggaran Rp. 39,3 triliun j. Kementerian Pertanian dengan anggaran Rp. 31,5 triliun
  • 8. 8 Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat mendapat alokasi dana APBN 2016 terbesar, hal ini dikarenakan pemerintah ingin mempercepat pembangunan berbagai infrastruktur di banyak daerah khususnya di daerah tertinggal. Dengan adanya pembangunan infrastruktur diharapkan akan berdampak besar dalam pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, karena dengan pembangunan infrastruktur misalnya jalan, maka akses menuju daerah tersebut menjadi lebih mudah dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat daerah tersebut. Kementerian Pertahanan menjadi kementrian/lembaga kedua yang mendapat alokasi dana APBN 2016 terbesar, hal ini sudah sepatutnya dilakukan oleh pemerintah karena Kemenhan menjadi garda terdepan pemerintah dalam urusan penyelenggaraan pertahanan negara dari berbagai ancaman dari dalam maupun luar negeri demi terciptanya negara yang tertib dan aman. Polisi Republik Indonesia berada di urutan ketiga terbesar dalam alokasi dana APBN 2016. Hal ini sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah karena sesuai dengan fungsinya yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan alokasi dana yang besar untuk mengoptimalkan fungsi dari POLRI. Kementerian Kesehatan berada di urutan keempat terbesar dalam alokasi dana APBN 2016 dan terjadi kenaikan anggaran belanja dari APBN 2015. Hal ini sejalan dengan berbagai kebijakan yang dibuat pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan berbagai bentuk jaminan kesehatan dan berbagai program yang mendukung terciptanya masyarakat Indonesia yang sehat. Alokasi dana APBN 2016 yang diterima oleh Kementerian/Lembaga pastinya telah di sesuaikan dengan kebutuhan kementrian/lembaga dengan skala prioritas. Ada sepuluh kementerian/lembaga yang mendapat alokasi dana APBN terbesar, hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi dan tugas masing-masing kementerian/lembaga agar tercipta pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang semakin baik di segala bidang. Namun tentu saja ada peraturan yang mengikat kementerian/lembaga dalam penggunaan dana APBN yang akan diatur oleh Kementerian Keuangan agar dana APBN dapat digunakan secara maksimal dan tepat sasaran.
  • 9. 9 Berdasarkan diagram di atas alokasi dana APBN 2016 untuk anggaran belanja non kementerian/lembaga ditetapkan sebesar Rp. 541,4 T. Dana ini akan dialokasikan untuk pembayaran bunga utang sebesar Rp. 184,9 T dan untuk belanja subsidi sebesar Rp. 182,6 T. Belanja Subsidi dibedakan menjadi dua yaitu subsidi energi dan subsidi non energi. Subsidi energi meliputi subsidi BBM dan LPG Tabung 3 Kg dan LGV sebesar Rp. 63,7 T dan Subsidi Listrik sebesar Rp 38,4 T, subsidi tersebut diberikan dengan kebijakan masing- masing subsidi yang telah ditetapkan pemerintah. Subsidi energi dalam APBN 2016 terjadi penurunan sebesar Rp. 212,3 T. Hal ini dikarenakan pemerintah telah mencabut subsidi BBM jenis premium, solar dan minyak tanah. Penurunan juga terjadi pada subsidi listrik sebesar Rp. 30,3 T namun subsidi listrik telah diproyeksikan akan naik dan akan masuk dalam APBN perubahan. Belanja Subsidi non energi jumlahnya sebesar Rp. 80,6 T naik 10,6 T dari APBN 2016. Belanja subsidi bunga kredit program dalam APBN 2016 mengalami kenaikan dibandingkan APBN 2015. Hal ini mungkin terjadi karena pemerintah sedang mengoptimalkan program Kredit Usaha Rakyat.
  • 11. 11 Berdasarkan diagram di atas Anggaran Belanja untuk Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN 2016 sebesar Rp. 770,2 T. Anggaran tersebut dialokasikan untuk Dana Alokasi Umum sebersar Rp. 385, 4 triliun, Dana Alokasi Khusus Fisik sebesar Rp. 85,5 triliun, Dana Alokasi Khusus Non Fisik sebesar Rp. 123,5 triliun, Dana Insentif Daerah sebesar Rp. 5 triliun, Dana Otonomi Khusus sebesar Rp. 17,2 triliun, Dana Keistimewaan DI Yogyakarta sebesar Rp. 0,5 triliun, Dana Desa sebesar Rp. 47,0 triliun, dan Dana Bagi Hasil sebesar Rp. 106,1 triliun. Alokasi dana APBN untuk transfer ke daerah dan Dana Desa semuanya mengalami kenaikan dari APBN 2015 kecuali Dana Keistimewaan DI Yogyakarta yaitu tetap. Alokasi dana APBN untuk Dana Desa mengalami kenaikan yang sangat besar yaitu Rp. 37,9 triliun dibandingkan APBN 2015. Hal ini merupakan wujud dari program nawacita ketiga yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah- daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Berbeda dengan APBN 2015, dalam APBN 2016 terdapat dana insentif daerah sebesar Rp. 5 T , hal ini merupakan kebijakan baru pemerintah dalam rangka memberikan penghargaan yang lebih besar kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan keuangan, perekonomian dan kesejahteraan daerah. Dalam APBN 2016 Dana Alokasi Khusus dibagi menjadi Dana Alokasi Khusus Fisik yang dialokasikan untuk DAK Reguler, terdiri atas 10 bidang, termasuk DAK Fisik dari pengalihan Tugas Pembantuan , dan percepatan pembangunan infrastruktur, DAK Afirmasi; dan, DAK Infrastruktur Publik Daerah. Sedangkan DAK non fisik dialokasikan untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (TPG PNSD), Tambahan Penghasilan Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (Tamsil Guru PNSD), Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB), Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2), Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Peningkatan Kapasitas Koperasi, UKM dan Ketenagakerjaan.
  • 12. 12 Berikut ini adalah kebijakan transfer ke daerah dan dana desa 2016 Kesimpulan : Berdasarkan analisis saya dan setelah membaca berbagai artikel mengenai APBN 2016. Menurut saya proporsi anggaran pendapatan APBN 2016 sudah cukup baik, target penerimaan negara telah disesuaikan dengan keadaan perekonomian Indonesia dan internasional. Namun untuk mendekati target penerimaan negara, pemerintah perlu mengoptimalkan semua kementerian/lembaga terkait untuk bekerja keras dalam mencapai target penerimaan negara. Anggaran Belanja dalam APBN 2016 yang mendominasi yaitu untuk belanja kementerian/lembaga, dana yang dialokasi sudah cukup baik namun dalam pelaksanaannya perlu pengawasan dari pihak terkait agar penggunaan dana APBN tsb tepat sasaran dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh pemerintah. Namun dalam belanja subsidi, menurut saya ditengah perekonomian yang semakin lemah, masyarakat ekonomi lemah akan bertambah, oleh karena itu saya berharap untuk belanja subsisdi energi dapat dicarikan solusi yang lebih memihak masyarakat ekomoni lemah dan tepat sasaran. Demikianlah analisis dan kesimpulan dari saya.