1. Pengertian dan definisi kimia tentu beragam dan terdapat banyak pendapat.
Arti kata kimia bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, arti
dan definisi kimia adalah ilmu tentang susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau
zat. Pengertian ilmu kimia menurut para ahli kimia adalah dari Bahasa Arab
yaitu كيمياء, (kimiya) yang artinya benda/zat. Ada juga kimia dalam bahasa
Yunani yaitu khemeia yang artinya adalah ilmu yang mempelajari mengenai
komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul
serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk
materi yang ditemukan sehari-hari.
Pengertian Kimia
1. هُابَ
رَ
ش ٌ
غِٕى
ۤ
اَ
س ٌ
اتَ
رُف ٌ
بْ
ذَ
ع اَ
ذٰ
ه
ِِۖ
نٰ
رْ
حَبْلا ىِ
وَتْ
سَي اَ
مَ
و
ٗ
َ
نْ
وُلُ
كَْ
َت ٍّ
لُ
ك ْ
نِ
مَ
و
ٌۗ
ٌ
اجَ
جُا ٌ
حْلِ
م اَ
ذٰ
هَ
و
َف ْ
نِ
م اْ
وُغَتْبَتِل َ
رِ
اخَ
وَ
م ِ
هْيِف َ
كْلُ
فْلا ىَ
رَتَ
ۚو اََ
َنْ
وُ
سَبْلَت ًةَيْلِ
ح َ
نْ
وُ
جِ
رْ
خَتْ
سَتَّ
و ا
ًّيِ
رَط اً
مَْ
َل
هِلْ
ض
ٗ
َ
نْ
وُ
رُ
كْ
شَت ْ
مُ
كَّلَ
عَلَ
و
Artinya: “Dan tidak sama (antara) dua lautan; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit. Dan dari (masing-masing lautan) itu kamu dapat memakan daging
yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, dan di sana kamu
melihat kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari karunia-Nya dan
agar kamu bersyukur”
1. Surat Fathir ayat 12
اَ
مَ
و
ىِ
وَتْ
سَي
ِِۖ
نٰ
رْ
حَبْلا
اَ
ذٰ
ه
ٌ
بْ
ذَع
ٌ
اتَ
رُف (Dan tiada sama antara dua laut; yang ini tawar, segar)
sangat tawar, ٌ
غِٕى
ۤ
اَ
س
ُهباَرَش
ٗ (sedap diminum) sedap rasanya, اَ
ذٰ
هَ
و
ٌ
حْلِ
م
ٌۗ
ٌ
اجَ
جُا (dan yang lain
asin lagi pahit) karena terlalu asin. ْ
نِ
مَ
و
ٍّ
لُ
ك (Dan dari masing-masing) kedua laut itu
َ
نْ
وُلُ
كَْ
َت
اً
مَْ
َل
ا
ًّيِ
رَط (kalian dapat memakan daging yang segara) yaitu ikan َ
نْ
وُ
جِ
رْ
خَتْ
سَتَّ
(وdan
kalian dapat mengeluarkan) dari laut yang asin, menurut pendapat lain dari laut
yang tawar juga, ًةَيْلِ
ح
اََ
َنْ
وُ
سَبْلَت (perhiasan yang dapat kalian memakainya) yaitu berupa
mutiara atau batu Marjan, ىَ
رَتَ
(وdan kamu lihat) kamu dapat menyaksiskan, َ
كْلُ
فْلا
(bahtera) perahu, ِ
هْيِ(فpadanya) yakni pada masing-masing dari keduanya, َ
رِ
اخَ
وَ
م
(dapat berlayar) dapat membelah airnya karena dapat dapat melaju di atasnya;
baik maju maupun mundur hanya dengan satu arah angin, اْ
وُغَتْبَتِ(لsupaya kalian
dapat mencari) berupaya mencari, ْ
نِ
م
هِلْضَف
ٗ (karunia-Nya) karunia Allah SWT.
melalui berniaga dengan memakai jalan laut, ْ
مُ
كَّلَ
عَلَ
و
َ
نْ
وُ
رُ
كْ
شَت (dan supaya kalian
bersyukur) kepada Allah atas hal tersebut
Tafsir Jalalin
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa ada dua keistimewaan air, masing-
masing mempunyai kegunaan sendiri-sendiri. Keduanya dapat menjadi tempat berkembang
baik ikan yang lezat cita rasanya. Air tawar di sungai-sungai yang mengalir melalui desa-
desa dan kota-kota besar, sedap diminum, menghilangkan dahaga, menyuburkan tanah, dan
menumbuhkan rumput-rumputan, tanam-tanaman, dan pohon-pohonan. Perahu-perahu
dapat berlayar di atasnya untuk membawa keperluan hidup dari satu tempat ke tempat lain.
Sedangkan air asin, di dalamnya terdapat mutiara dan karang laut yang dapat
dijadikan perhiasan, dan menjadi tempat berlayarnya kapal-kapal besar membawa hasil
bumi dan tambang dari satu tempat ke tempat-tempat lain baik di daerah sendiri maupun ke
luar negeri sebagai barang ekspor atau mendatangkannya dari luar negeri sebagai barang
impor, yang tidak dapat dijangkau oleh perahu-perahu kecil, sebagai barang dagangan untuk
mencari karunia Allah.
Tafsir Kementrian Agama RI
Di sini dipaparkan bukti lain yang menunjukkan pengaturan Allah yang
sangat teliti sekaligus membuktikan kuasa-Nya membangkitkan manusia. Ayat di
atas menyatakan: Dan di antara bukti Kuasa Allah adalah penciptaan dua laut
yakni sungai dan laut. Tidak sama antara dua laut yang ini yakni air sungai tawar,
segar, sangat sedap diminum dan yang ini yakni laut asin lagi pahit. Kendati
keduanya berdampingan dan dari masing-masing laut dan sungai itu kamu dapat
memakan daging yang segar dari binatang yang hidup di sana walau di air asin itu
dan di samping makanan tersebut, kamu juga dapat secara bersungguh-sungguh
mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya seperti mutiara dan
Marjan, dan pada masing-masing laut dan sungai itu kamu dapat senantiasa
melihat kapal berlayar membelah lautan dengan cepat supaya kamu dengan
kemudahan-kemudahan yang dianugerahkan Allah itu dapat mencari karunia-Nya
dan supaya kamu bersyukur.
Tafsir Al-Mishbah
1. اً
رْ
جِ
حَّ
و اً
خَ
زْ
رَب اَ
مُ
هَنْيَب َ
لَ
عَ
جَ
و
ۚ
ٌ
اجَ
جُا ٌ
حْلِ
م اَ
ذٰ
هَّ
و ٌ
اتَ
رُف ٌ
بْ
ذَ
ع اَ
ذٰ
ه ِ
نْيَ
رْ
حَبْلا َ
جَ
رَ
م ْ
يِ
ذَّلا َ
وُ
هَ
و
اً
رْ
وُ
جَّْ
َّم
Artinya: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar
dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan keduanya dinding dan batas
yang tidak tembus”
2. Surat Al-Furqon ayat 53
Ayat ini berisi tanda kekuasaan Allah yang keempat, yaitu Dia yang
membiarkan dua macam air mengalir berdampingan, yang satu tawar dan segar,
sedangkan yang lain asin dan pahit, seperti yang terjadi di muara sungai-sungai besar.
Namun demikian, walaupun berdekatan rasa airnya tidak bercampur seolah-olah ada
dinding yang membatasi di antara keduanya, sehingga yang satu tidak merusak rasa yang
lainnya. Walaupun menurut pandangan mata kedua lautan itu bercampur, namun pada
kenyataannya air yang tawar terpisah dari yang asin dengan kekuasaan Allah.
Menurut para ilmuwan, Allah telah menciptakan pemisah air laut dan sungai,
walaupun air sungai terjun dengan derasnya dari tempat tinggi. Barzakh (pemisah) ini
berfungsi menghalangi kedua air untuk tidak saling menghapus ciri-cirinya. Laut asin dan
tawar seolah-olah sudah ada dinding pembatas di antara keduanya, sehingga tidak
bercampur aduk. Manusia dapat menentukan pilihannya karena baik air asin maupun
tawar ada gunanya.
Tafsir Kementrian Agama RI
Pada Surat Al-Furqan ayat 53 ini menguraikan tentang pemisahan sekian ragam
air yang merupakan benda yang mudah bercampur, serta kuasa-Nya menghalangi
percampurannya, padahal semua berada di bumi yang berdampingan satu sama lain. Ayat
ini menurut pengarang tafsir itu menguraikan salah satu nikmat Allah kepada hamba-
hamba-Nya, yaitu keadaan air asin yang merembes atau mengalir dari lautan ke batu-
batuan di dekat pantai, namun ia tidak bercampur dengan air tawar yang merembes atau
mengalir ke laut dari daratan.
Sementara ulama seperti Sayyid Quthub menyatakan, bahwa penghalang yang
dijadikan Allah itu adalah posisi aliran sungai yang biasanya lebih tinggi dari permukaan
laut, karena itu air sungai yang tawar itulah yang mengalir ke laut bukan sebaliknya kecuali
amat sangat jarang dan dengan pengaturan yang sangat teliti ini, air laut walaupun
banyak, tidak mengasinkan air sungai yang merupakan sumber air minum manusia,
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedang air sungai karena kadarnya sedikit, maka
walaupun ia mengalir ke laut yang banyak airnya itu namun tidak dapat mengubah rasa
asin air laut.
Tafsir AL-Mishbah
1.
ُ
هُ
ش ْ
مُ
كْيَلَ
ع َّانُ
ك َّ
َلِا ٍّ
لَ
مَ
ع ْ
نِ
م َ
نْ
وُلَ
مْعَت َ
َلَّ
و ٍّ
نٰاْ
رُق ْ
نِ
م ُهْنِ
م اْ
وُلْتَت اَ
مَّ
و ٍّ
نْأَ
ش ْ
ِ
ِف ُ
نْ
وُ
كَت اَ
مَ
و
ْ
و
ْذِا اً
د
َ
رَغْ
صَا َٓ
َلَ
و ِ
ء
ۤ
اَ
مَّ
الس ِ
ِف َ
َلَ
و ِ
ضْ
رَْ
اَل ِ
ِف ٍّ
ةَّ
رَ
ذ ِ
الَ
قْثِ
م ْ
نِ
م َ
كِبَّ
ر ْ
نَ
ع ُ
بُ
زْعَي اَ
مَ
و ٌِۗ
هْيِف َ
نْ
وُ
ضْيِ
فُت
ِ
م
ْ
ن
ٍّْ
يِبُّ
م ٍّ
ٰبتِكْ
ِ
ِف َّ
َلِا ََ
َبْ
كَا َٓ
َلَ
و َ
كِلٰذ
Artinya: “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-
Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi
atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun
sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula)
yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)”
3. Surat Yunus ayat 61
Allah menjelaskan kepada Rasul-Nya dan kaum Muslimin bahwa pada saat
Rasulullah melaksanakan urusan yang penting yang menyangkut kepentingan
masyarakat, pada saat membacakan ayat-ayat Al-Quran, dan pada saat manusia
melaksanakan amal perbuatannya, tidak ada yang terlepas dari pengawasan Allah. Dia
menyaksikan semua amal perbuatan itu pada saat dilakukannya.
Yang termasuk urusan penting dalam ayat ini ialah segala macam urusan yang
menyangkut kepentingan umat seperti urusan dakwah Islamiyah, yaitu mengajak umat
agar mengikuti jalan yang lurus, dengan cara yang bijaksana dan suri teladan yang baik,
membangunkan kesadaran umat agar tertarik untuk melakukan perintah agama dan
menjauhi larangan-larangan-Nya, termasuk pula urusan pendidikan umat dan cara-cara
merealisir pendidikan itu hingga menjadi kenyataan yang berfaedah bagi kesejahteraan
umat. Disebutkan pula bahwa ayat-ayat Al-Quran yang dibaca itu mencakup semua
urusan berdasarkan pola-pola pelaksanaannya, tidak boleh menyimpang dari padanya,
karena urusan segala umat secara prinsip telah diatur dalam kitab itu.
Tafsir Kementrian Agama RI
Pada ayat ini dimulai dengan bentuk tunggal (engkau) sambil mengarahkan
pembicaraan kepada Nabi Muhammad saw. seorang, lalu disusul dengan bentuk jamak
(kamu) yang ditujukan kepada seluruh manusia. Selanjutnya, ketika menguraikan tentang
Nabi Muhammad saw., kata yang digunakan menunjuk aktivitas beliau adalah (ٍّ
نْأَ
)ش sya’n
yang mengandung makna kegiatan penting lagi agung. Sedang ketika menguraikan
tentang selain beliau, kata yang digunakan adalah (ٍّ
لَ
مَ
)ع ‘amal pekerjaan yang dapat
mencakup aneka pekerjaan yang baik atau buruk, agung atau hina. Bahwa Nabi
Muhammad saw. disebut dalam ayat ini, untuk mengisyaratkan bahwa siapa pun, walau
manusia teragung, dicatat dan diketahui segala aktivitasnya. Di sisi lain, itu juga untuk
mengisyaratkan bahwa semua kegiatan Rasulullah saw. agung lagi bermanfaat, serta
mencerminkan tuntunan yang beliau baca dari ayat-ayat Al-Quran. Berbeda dengan siapa
selain beliau. Dhamir (kata ganti) berupa huruf ha’ pada kata (ُهْنِ
)م minhul darinya tepatnya
pada firman-Nya: ( اَ
مَّ
و
اْ
وُلْتَت
ُهْنِ
م ) wa ma tatlu minhu penulis paham sebagai pengganti nama
Allah. Ada juga ulama yang memahaminya menunjuk kepada kata Al-Quran.
pelestariannya.”
Tafsir Al-Mishbah
Sedang kata min dipahami dalam arti sebagian. Dan, dengan
demikian, penggalan ayat itu berarti tidak membaca dari Al-Quran sebagian dari
ayat-ayatnya. “ Asy-Sya‘rawi memahami kata (ٍّ
نْأَ
)ش sya’n dalam arti persoalan
penting yang menjadi perhatian Rasul saw., yaitu menyampaikan risalah Allah
swt. Sedang kata min yang merangkai kata minhu dipahaminya dalam arti
untuk. Sehingga, menurutnya, penggalan ayat itu berarti “dan engkau tidak
berada dalam satu keadaan yang panting yaitu menyampaikan risalah Allah, dan
apa yang engkau baca dari Al-Quran untuk kepentingan penyampaian risalah itu
serta pelestariannya.”
1.
َْ
يِلِكْٰ
ْلِل ٍّ
غْبِ
صَ
و ِ
نْ
ُّه
لدِ
ِب ُ
تُب
ْۢ
ْنَت َء
ۤ
اَنْيَ
س ِ
رْ
وُط ْ
نِ
م ُ
جُ
رَْ
َت ً
ةَ
رَ
جَ
شَ
و
Artinya: “(Kami tumbuhkan) pohon (zaitun) yang tumbuh di Bukit Sinai, yang menghasilkan
minyak dan lauk-pauk pembangkit selera bagi orang-orang yang makan”
4. Surat AL-Mukminun ayat 20
Lalu dengan sebab air hujan itu Allah menumbuhkan manusia kebun-
kebun kurma dan anggur dan buah-buahan lain yang ber-aneka warna yang
dapat dimakan. Ada pula dari tanam-tanaman itu yang menjadi sumber
penghidupan, seperti dari hasil pohon lada, pala, cengkeh dan sebagainya.
Dijadikan pula untuk manusia jenis pohon kayu yang keluar dari gunung Sinai
yaitu pohon zaitun yang banyak tumbuh di sekitar gunung itu, yang banyak
menghasilkan minyak dan sering digunakan untuk melezatkan hidangan dan
akhir-akhir ini dapat pula dijadikan bahan kosmetik dan obat-obatan karena
minyak zaitun tidak mengandung kolesterol yang berbahaya bagi tubuh.
Tafsir Kemenag Tahlili
Thirsaini terdiri dari kata ( طور
سيناء ) Kata thursaina’ terdiri dari kata
()طور thur yang berarti gunung dan ()سيناء saina yang diperselisihkan maknanya.
Ada yang berpendapat terambil dari kata ()سناء sana’ yang berarti cahaya, karena
di gunung itulah Nabi Musa as, mendengar firman Allah dan berdialog dengan-
Nya. (Baca QS. Al-a'raf [7]: 142-143). Ada juga yang memahami kata sina’
dalam arti indah atau diberkati, atau nama pohon yang banyak ditemukan di sana.
Thur Sina' berada di gurun Sinai Mesir, tidak jauh dari teluk Aqabah dan terusan
Suez.
Tafsir Al-Mishbah
Dalam penafsiran Ibnu Kastir surah al-Mukminun dijelaskan dalam
kitab ibnu kastir wa syajaratan takhruju min thuuri syai naa a (dan pohon kayu
keluar dari Thursina) yakni pohon zaitun, sedangkan tur artinya bukit. Sebagian
ulama mengatakan, sesungguhnya bukit dinamakan tur bila padanya terdapat
pohon-pohonan, tetapi jika tidak ada pohon-pohonan, maka disebut bukit atau
gunung, bukan tur. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Thursina atau Tur Sinin
adalah nama bukit yang padanya Musa diajak bicara langsung oleh Allah swt.
begitu pula semua bukit yang ada di sekitarnya yang padanya terdapat pohon
zaitun.
Lafadz “ ُ
تُبْنَت
ِ
نْ
ُّه
لدِ
ِب ” (yang menghasilkan minyak), sebagian ulama
mengatakan bahwa huruf ba yang ada dalan lafadz ayat ini adalah huruf zaidah,
bentuk aslinya ialah tanbutudduhna (tanpa diawali ba). Seperti halnya yang
terdapat di dalam ucapan orang-orang Arab, "Alqa Fulanun Biyadihi," artinya si
Fulan memukulkan tangannya, yakni yadahu (tanpa diawali ba).
Tafsir Ibnu Kastir
1. هِ
رْ
وُن ُ
لَثَ
م ٌِۗ
ضْ
رَْ
اَلَ
و ِ
تٰ
وٰ
مَّ
الس ُ
رْ
وُن ُٰ
ّللَا
ٗ
ٌٍّۗ
ةَ
اجَ
جُ
ز ْ
ِ
ِف ُ
احَبْ
صِ
مْلَا
ٌۗ
ٌ
احَبْ
صِ
م اَ
هْيِف ٍّ
وةٰ
كْ
شِ
مَ
ك
َّيِبْ
رَ
غ َ
َلَّ
و ٍّ
ةَّيِقْ
رَ
ش َّ
َل ٍّ
ةَنْ
وُتْيَ
ز ٍّ
ةَ
ك
َٰ
َبُّ
م ٍّ
ةَ
رَ
جَ
ش ْ
نِ
م ُ
دَقْ
وُّي ٌّ
يِ
رُ
د ٌ
بَ
كْ
وَ
كاََّ
َنَاَ
كُةَ
اجَ
جُّ
لزَا
ٍّ
ة
ُي اَ
هُتْيَ
ز ُ
ادَ
كَّي
ُء ۤ
ْ
يِ
ض
هِ
رْ
وُنِل ُٰ
اّلل ىِ
دْ
هَي ٌٍّۗ
رْ
وُن ىٰلَ
ع ٌ
رْ
وُن
ٌۗ
ٌ
رَ
َن ُهْ
سَ
سَْ
َت َْ
َل ْ
وَلَ
و
ٗ
ٌِۗ
َّاسنلِل َ
الَثْ
مَْ
اَل ُٰ
اّلل ُ
بِ
رْ
ضَيَ
و
ٌۗ
ُء
ۤ
اَ
شَّي ْ
نَ
م
ُٰ
اّللَ
و
ٌ
مْيِلَ
ع ٍّ
ءْ
يَ
ش ِ
لُ
كِب
Artinya: “Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti
sebuah lubang (pada dinding) yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita
itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilauan seperti)
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun
yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir
meskipun tidak tersentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi
petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
5. Surat An-Nur ayat 35
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah adalah Pemberi cahaya kepada
langit dan bumi dan semua yang ada di keduanya. Dengan cahaya itu segala
sesuatu dengan teratur dan teratur, tak ada yang menyimpang dari jalan yang
ditentukan baginya, seperti orang-orang yang berjalan di tengah malam gulita dan
di sebelah kanan ada sebuah lampu yang terang benderang yang ada di sekitarnya.
Tentu dia akan aman dalam perjalanannya tidak akan tersesat atau terperosok ke
jurang yang dalam, walau bagaimana pun banyak liku-liku yang dilaluinya.
Berbeda dengan orang yang tidak memiliki lampu, tentu akan banyak menemui
kesulitan. Meraba-raba ke sana kemari berjalan-tegun karena tidak tahu arah,
maka pastilah orang ini akan tersesat atau mendapat kecelakaan karena tidak ada
alam sekitarnya. Amat besarlah faedahnya cahaya yang diberikan Allah kepada
alam semesta ini.
Tafsir Kemenag Tahlili
Ayat ini dapat dihubungkan dengan akhir ayat yang lalu yang
menjelaskan bahwa Allah menurunkan ayat-ayat yang demikian jelas serta
menjelaskan segala tuntunan yang berkaitan dengan kebutuhan hidup duniawi dan
ukhrawi manusia. Ayat ini bagaikan berkata: Diturunkannya oleh Allah ayat-ayat
yang berfungsi seperti dikemukakan itu disebabkan karena Allah adalah Pemberi
cahaya kepada langit dan bumi baik cahaya yang bersifat material yang dapat
dilihat dengan mata kepala, maupun immaterial berupa cahaya kebenaran,
keimanan, pengetahuan dan lain lain yang dirasakan dengan mata hati.
Tafsir AL-Mishbah
1. ُ
دِقْ
وُي اَِّ
ِمَ
ٌۗو اًيِباَّ
ر اً
دَبَ
ز ُ
لْيَّ
الس َ
لَ
مَتْ
احَف اَ
هِ
رَ
دَ
قِب ْۢ ٌ
ةَيِ
دْ
وَا ْ
تَلاَ
سَف ًء
ۤ
اَ
م ِ
ء
ۤ
اَ
مَّ
الس َ
نِ
م َ
لَ
زْنَا
ْ
و
ِ
هْيَلَ
ع َ
ن
ِ
ِف
هُلْثِ
م ٌ
دَبَ
ز ٍّ
اعَتَ
م ْ
وَا ٍّ
ةَيْلِ
ح َء
ۤ
اَغِتْاب ِ
رَّانال
ٗ
ٌۗ
َبَّ
الز اَّ
مَاَف ٌۗە َ
لِ
اطَبْلاَ
و َّ
قَْ
اَل ُٰ
اّلل ُ
بِ
رْ
ضَي َ
كِلٰ
ذَ
ك
ُ
د
ٌۗ َ
الَثْ
مَْ
اَل ُٰ
اّلل ُ
بِ
رْ
ضَي َ
كِلٰ
ذَ
ك ٌِۗ
ضْ
رَْ
اَل ِ
ِف ُ
ثُ
كْ
مَيَف َ
َّاسنال ُ
عَ
فْنَي اَ
م اَّ
مَاَ
ۚو ًء
ۤ
اَ
فُ
ج ُ
بَ
هْ
ذَيَف
Artinya: “Dia telah menurunkan air dari langit, lalu mengalirlah air itu di lembah-lembah
sesuai dengan ukurannya. Arus itu membawa buih yang mengambang. Dari apa (logam)
yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buih
seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang hak dan batil.
Buih akan hilang tidak berguna, sedangkan yang bermanfaat bagi manusia akan menetap
di dalam bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan”
6. Surat Ar-Ra’du ayat 17
Allah menurunkan air hujan dari langit yang mengandung awan, lalu
mengalirkan air hujan ke berbagai lembah yang lebar dan yang sempit sesuai
dengan ukuran. Kajian saintis menjelaskan bahwa lembah-lembah umumnya
terbentuk oleh gerusan udara. Air pertama-tama menggerus bagian-bagian batuan
yang paling lunak dan kemudian membentuk aliran sungai. Alur aliran sungai ini
lambat laun akan membesar membentuk lembah-lembah sungai. Ukuran lembah-
lembah sungai umumnya dipengaruhi oleh besarnya aliran udara yang juga
ditentukan oleh besarnya curah hujan, kekerasan batuan dan umur batuan. Dalam
bidang geomorfologi yang dikenal besaran kerapatan sungai, yaitu jumlah
panjang sungai yang terdapat pada satu luasan daerah dengan satuan km/km2.
Tafsir Kemenag Tahlili
Penurunan hujan dari langit hingga memenuhi wadi-wadi itu adalah
seimbang dengan suasana kilat, guruh dan awan-awan yang berat yang wujud di
dalam pemandangan yang silam, la juga menjadi sebahagian dari pemandangan
alam yang besar, di mana dibicarakan persoalan-persoalan surah dan maudhu'-
maudhu'nya di samping membuktikan qudrat Allah Yang Maha Esa dan Gagah
Perkasa. Air yang mengalir di wadi-wadi mengikut kadar yang tertentu itu adalah
sama dengan segala sesuatu yang lain yang ditentukan mengikut kadar tenaga dan
keperluannya masing-masing dan ia juga menjadi bukti betapa rapinya
pentadbiran Allah yang menentukan segala-galanya, la merupakan salah satu
persoalan yang dibicarakan oleh surah ini. Semuanya itu menjadi latar belakang
bagi perbandingan yang hendak disampaikan Allah kepada manusia, yaitu
perbandingan yang diambil dari sesuatu yang dilihat dalam hidup mereka dan
dilalui mereka tanpa perhatian.
Tafsir Al-Mishbah
1. Menambah keimanan terhadap keagungan dan kekuasaan Allah
2. Dengan mengetahui Ayat Al-Qur’an tentang kimia akan menambah pengetahuan dan
pemahaman kita tentang keagungan isi Al-Qur’an.
3. Dapat mengimplementasikan ayat-ayat Al-Qur’an tentang kimia dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Dapat menjadi acuan dalam belajar kimia.
5. Mengetahui bahwa Al-Qur’an telah menjelaskan lebih dulu tentang kimia secara rinci
6. Agar kita selalu beryukur akan kehadirat Allah Swt
7. Menambah wawasan kita di bidang ilmu pengetahuan terutama tentang ilmu kimia
memotivasi kita untuk mempelajari dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai materi
yang terkandung dalam ilmu kimia.
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
Thanks!
Ono seng takok?
Please keep this slide for attribution.