ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN A DENGAN KASUSPTIK (1).pptx
penyakit pada masa kehamilan.pptx
1. http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN
1. Hiperemesis dalam kehamilan /
Hiperemesis Gravidarum (HEG)
(bisa lihat di link
https://www.youtube.com/watch?
v=9ZaClNRPkAs untuk materi
HEG)
2. Hipertensi Pada kehamilan
3. Diabetes gestasional
4. Gangguan Krdiovaskuler
5. Anemia
Kep. Maternitas 2: By. Ns. Febi Ratnasari.,
M.Kep.
2. 2. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Empat jenis hipertensi yang paling sering terjadi
dalam kehamilan:
1. Hipertensi gestasional
2. Preeklamsi
3. Hipertensi kronis
4. Preeklamsi superimposed pada hipertensi kronis
3. Klasifikasi hipertensi pada
kehamilan (ACOG 2002)
Hipertensi
gestasiona;
• Terjadiny hipertensi ringan setelah usia kehamilan 20 minggu, pada ibu yang
tadinya TD-nya normal tanpa proteinuria
Pre-
eklamsia
• Terjadinya TD dan Proteinuria setelah usai kehamilan 20 minggu pada ibu yang awalnya TD-nya
normal.
• Bila terdapat penyakit tropoblastik seperti molahidatidosa, bisa terjadi sebelum usia
kehamilan 20 minggu.
eklamsia
• Terjadinya kejang atau koma, yang tidak disebabkan hal lain pada ibu preeklamsia berat.
Hipertensi
kronis
• Hipertensi atau proteinuria (keduanya) pada ibu hamil yang terjadi sebelum 20 minggu dan
menetap 6 minggu postpartum.
Preeklamsia
atau
eklamsia
superimpos
ed
• Proteinuria (> 0.5 g protein dalam urine 24 jam) yang baru terjadi pada ibu denga hipertensi
sebelum usia kehamilan 20 minggu
• Pada ibu dengan hipertensi dan proteinuria sebelum 20 minggu, ditambah dengan salah satu
gejala baru atau trombisitipenia atau meningkatnya enzim hati.
4. Perbedaan pre-eklamsi
ringan dan berat
Pre-eklamsi ringan
TD: > dari 140/90 mmHg,
minimal berjarak 4-6 jam pada
periode 1 minggu.
Proteinuria: > dari sama
dengan +1 pada pemeriksaan
stik urine, pemeriksaan lab
urine > dari 300 mg/24 jam.
Urine output:
> dari 2-30
ml/jam
Sakit kepala
tidak ada atau
sementara
Gangguan
pengelihatan
tidak ada
Iritabilitas/per
ubahan afek
sementara
Tidak ada
nyeri
epigastrium
Trompositopenia
dan gangguan
fungsi hati tidak
ada
Edema paru
tidak ada
Berkurangnya
perfusi pada
plasenta
Pre-eklamsi berat
TD Meningkat lebih
dari 160/110
mmHg, pada
pengukuran
berjarak 6 jam
dengan tirah baring
Proteinuria: >
dari+3 dengan stik,
> dari 5 g/24 jam
dalam sample urin.
Urine output <
dari 400-500
ml/24 jam
Sakit kepala
berat atau
menetap
Gangguan pengelihatan
kabur atau fotopobia
Iritabilitas
atau
perubahan
afek berat
Nyeri epigastrium berat, dan
adanya mual muntah
Adanya trombositopenia dan
gangguan fungsi hati
Adanya edema
paru
Berkurangnya perfusi janin, tampak dengan
pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan
pemeriksaan DJJ tidak meyakinkan
5. Perubahan hasil LAB pada Pre-eklamsia
Pemeriksaan Nilai normal Pre-eklamsi HELLP
HB , HT 12-16 g/dl, 37-47% Dapat meningkat Menurun
Trombosit 150.000-
400.000/mm3
Tetap atau < 100.000 mm3 < 100.000/mm3
Nitrogen Urea darah
(BUN)
10-20mg/dl Meningkat Meningkat
Kreatinin 0,5-1,1 mg/dl >1,2 mg/dl Meningkat
Laktat dehydrogenase
(LDH)
45-90 unit/L Meningkat Meningkat (>600
unit/L
Serum glutamic
oksalosetik
transaminase (SGOT)
4-20 unit/L Tetap atau sedikit
meningkat
Menigkat > 70 unit/L
Asam urat 2-6.6 mg/dl > 5.9 mg/dl 10 mg/dl
Bilirubin total 0.1-1 mg/dl Tetap atau meningkat Meningat >1.2 mg/dl
6. Sindrom HELLP
Diagnosa laboratorium untuk preeklamsi berat, dimana adanya tambahan
hasil pemeriksaan laboratorium akibat disfungsi hati, yaitu:
H: haemolisis
EL : Enzym lever (peningkatan enzim hati)
LP: Low platelet (trombositnya rendah)
Semua ini tidak terpisah.
Dampak pada janin adalah kelahiran premature kurang dari 28 minggu dan
kematian janin akibat dari abrupsio plasenta dan PJT berat.
sering tidak terdiagnosa sindrom HELLP karena tidak menunjukan tanda dan
gejalanya, ini yang menyebabkan angka mortalitas pada ibu hamil meningkat.
7. Pengukuran tekanan darah yang
benar menurut AHA
Ukur tekanan darah ibu dalam posisi duduk atau pada posisi
baring miring kiri dengan lengan setinggi jantung.
Setelah posisi sudah benar, berikan waktu 10 menit untuk ibu
istirahat sebelum melakukan pengukuran TD.
Intruksikan ibu tidak merokok dan minum caffein 30 menit
sebelum pemeriksaan TD.
Tahan tangan horizontal pada setinggi jantung.
Gunakan manset dengan ukuran yang sesuai (manset harus
menutupi 80% lengan atas)
Jaga kecepatan deflasi yang perlahan dan tetap.
Ambil rata rata dari dua hasil pemeriksaan yang terpisah
minimal 6 jam utk meminimlaisir variasi TD yang terukur.
Gunakan fase Iv Korotkoff (menghilangnya suara) untuk
mendapatkan TD diastole.
Gunakan alat yang akurat. Sfigmomanometer raksa merupakan
alat yang paling akurat.
Hati hati dalam mengartikan perbedaan TD dari penggunakan
alat digital atau manual.
Catatan:
Lakukan pencatatan didua waktu yang
berbeda dengan jarak 4-6 jam atau maksimal
masih dalam periode 1 minggu.
8. Proses keperawatan
Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Hasil yang diharapkan / Outcome
Rencana keperawatan / implementasi
Evaluasi
9. Pengkajian:
Anamnesa
Riwayat DM, HT, Penyakit ginjal
Riwayat preeklamsi pada kehamilan sebelumnya
Riwayat Kesehatan keluarga, untuk penyakit HT, DM dan kondisi penyakit kronis lainnya.
Gejala saat ini: sakit kepala, nyeri epigastrium atau gangguan pengelihatan.
Pemeriksaan fisik
TD, Edema (piting edema +). Refleks tendon dalam, serta tonus dan rasa takit pada uterus ketika
ditekan: adanya perdarahan vagina
Tes laboratorium
Pemeriksaan darah setiap minggu: HT, Trombosit, pemeriksaan fungsi hepar (LDH, AST, ALT),
pemeriksaan urin 24 jam setiap minggu, pemeriksaan urin dengan stik setiap dua minggu sekali atau
bahkan setiap hari oleh pasien sendiri.
Pemeriksaan janin
Hitung Gerakan janin
10. Diagnosa keperawatan PER
Kecemasan b.d preeklamsi dan efeknya pada ibu d.d….
Perfusi jaringan tidak efektif b.d HT/edema serebral/perdarahan d.d…..
Resiko cidera pada janin b.d insufisensi uteroplasenta/kelahiran
premature/abrupsio plasenta d.d…..
11. Hasil Perawatan yang diharapkan
Mengenal dan melaporkan dengan segera tanda dan gejala abnormal yang mennunjukan
perburukan keadaan.
Patuh terhadap rejimen untuk meminimalisir resiko untuk dirinya dan janinnya
Mengidentifikasi dan menggunakan system pemberian dukungan yang ada
Menyatakan ketakutan dan kekhawatirannya dalam menghadapi situasi dan kondisi
Tidak mengalami tanda eklmasi dan komplikasinya
Melahirkan bayi yang sehat
Tidak mengalami kejang berulang dari kondisi serta penanganannya.
12. Rencana keperawatan dan implementasinya
(dirumah), serta evaluasinya
Menguatkan kebutuhan dan mematuhi janji dengan tenaga Kesehatan untuk
pengambilan sempel darah dan urin rutin serta untuk pemeriksaan
antepartum guna evaluasi pertumbuhan janin dan volume cairan amnion.
Mengajarkan bagaimana melakukan pemeriksaan diri sendiri, termasuk TD,
pemeriksaan urin dengan stik dan hitungan gerak janin.
Merokemdasikan diet sesuai ibu hamil normal
Meninjau tanda klinis untuk melaporkan
Mengikutsertakan pasien dan keluarga untuk rencana perawatan
Memberikan dukungan emosional dan psikologi
Mengevaluasi system pemberi dukungan.
Evaluasi: disesuaikan dengan hasil yang diharapakan
13. Diagnosa dan intervensi keperawatan PEB
Resiko terjadinya cidera pada ibu dan bayi b.d iritabilitas SSP (Kejang) d.d….
Hasil yang diharapkan: menunjukan pennurunan tanda iritabilitas <+2 dan tidak mengalami kejang
Intervensi: kaji reflek tendon dalam (patella), berikan magnesium sulfat intravena sesuai advice dokter
untuk menurunkan hiperrefleksia atau meminimalisasi resiko kejang, pantau TTV, Kesadaran ibu dan
DJJ, Pantau cairan IV, kadar magnesium sulfat didarah untuk mengkaji dan mencegah keracunan
magnesium sulfat. Contoh kercunan: mengantuk, letargi, bicara kacau, depresi nafas, oliguri,
penurunan TD mendadak, hiporefleksia, distress janin.
Memberikan kalsium glukonas sebagai antidot keracunan magnesiuf sulfat
Menjaga lingkungan yang tenang dan tidak terlalu terang untuk mengurangi rangsangan yang bisa
menimbulkan kejang.
14. Con’t
Perfusi jaringan tidak efektif b.d preeklamsi akiat spasem arterior
Hasil yang diharpkan: pasien akan menunjukan tanda perfusi adekuat: urine cukup
dan DJJ Normal
Resiko kelebihan cairan d.d meningkatnya retensi natrium
Resiko gangguan pertukaran gas d.d edema paru karena resistensi vaskuler
Resiko penurunan curah jantung d.d penggunaan obat hipertensi
Hasil yang diharapkan: pasien akan menunjukan tanda cairan normal, oksigen
adekuat, serta janin sejahtera.
15. Eklamsia
Ditandai dengan berbagai gejala seperti sakit kepala menetap, pengelihatan kabur, nyeri epigastrium atau
abdomen kanan atas yang berat, serta Terjadi kejang yang mendadak tanpa peringatan
Tanda kejang tonik klonik
Tahap serangan: 2-3 detik, mata tampak seperti biasa, otot wajah berkedut
Tahap kontraksi: 15-20 detik, mata menonjol dan merah, semua otot dalam kontraksi tonik
Tahap kejang: otot otot rileks dan berkontraksi bergantian (klonik), napas berhenti dan mulai lagi inhalasi Panjang,
dalam, sesak: kemudian koma.
Intervensi: pertahankan kepanenan jalan nafas: miringkan kepala, tempatkan bantal disalah satu bahu atau punggung
jika memungkinkan. Minta bantuan petugas lain. Naikan pengaman disisi tempat tidur, observasi dan catat aktivitas
kejang.
Setelah konvulsi atau kejang: jangan tinggalkan pasien sampai pasien bener benar tersadar, amati koma dan
inkontenensia pasca kejang, gunakan suction sesuai kebutuhan, berikan okseigen dengan sungkup NR 10L/menit,
berikan IV dan monitor kelebihan cairan, berikan magnesium sulfat atau obat antikonvulsi lainya sesuai advice,
masukan kteter urin, monitor tekanan darah, status janin dan uterus, sigap lakukan pemerikasan lab. Sesuai advice,
ciptakan lingkungan yang tenang dan bersih, mendukung keluarga dan ibu tetap mendapatkan informasi, Bersiap
melkukan persalinan jika ibu sdh dalam kondisi stabil.
16. DIABETES GESTASIONAL
Klasifikasi DMG menurut white:
Kelas A1: Pasien dengan dua atau lebih nilai abnormal pada pemeriksaan dengan gula darah puasa yang normal.
Kadar glukosa darah harus terkontrol dengan diet
Kelas A2: pasien tidak tau mengalaman DM sebelum hamil tapi memerlukan obat untuk mengontrol gula darah
Kadar glukosa darah selama kehamilan:
Sebelum makan / puasa > 65 tapi mg/dl < 95 mg/dl
Setelah makan (1 jam) < 130 mg/dl – 140 mg/dl
Setelah makan (2 jam) < 120 mg/dl
Faktor resiko
Usia ibu diatas 25 tahun, Riwayat kehamilan sebelumnya dengan DMG, kematian janin dalam Rahim yang tidak
bisa dijelaskan, Riwayat keluarga dengan DM, obesitas dan glukosa darah puasa > 140mg/dl atau gula darah
sewaktu >200mg/dl
Wanita dengan resiko ini harus dilakukan skrining diawal kehamilan dan pada saat kehamilan diusia 24-28
minggu bila skrining awal negative.
17. KELAINAN KARDIOVASKULER
Kelainan kongenital jantung
Defek septum atrium adalah bukaan abnormal diantara atrium
Koarktasia aorta adalah penyempitan aorta yang terlokalisasi didekat tempat
insersi ductus.
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung sianotik yang paling sering ditemukan
pada kehamilan.
Penyakit jantung yang didapat
Prolaps katup mitral dimana daun katup akan mengalami prolaps ke atrium kiri
pada saat sistol ventrikel sehingga darah mengalir balik
Stenosis mitral adalah penyempitan katup mitral karena disebebkan oleh jantung
rematik
Stenosis aorta adalah penyempitan katup aorta yang menyebabkan hambatan
dalam ejeksi ventrikel kiri.
Kardiomiopati peripartum adalah gagal jantung konggestif dengan kardiomiopati
Endokarditis infektif adalah radang lapisan endometrium jantung krn invasif
mikroorganisme
18. ANEMIA dalam kehamilan
Adalah HB kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga dan kurang
dari 10,5g/dl pada trimester kedua. Kadar HB kurang dari 6-8 g/dl dianggap
sebagai anemia berat.
Anemia menyebabkan reduksi kapasitas darah berkurang sehingga oksigen
yang dibawa berkurang dann jantung berusaha untuk mengkompensasi
sehingga meningkatkan curah jantung. Sehingga bisa menyebabkan gagal
jantung kongestif.
Anemia disebabkan oleh deficit besi, namun ada juga yang disebabkan karena
diturunkan dan didapat sprt anemia karena deficit asam folat, anemia sel
sabit dan talasemia.
19. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intoleransi aktivitas b.d efek kehamilan pada penyakit jantung/anemia
Menurunya curah jantung b.d pengingkatan volume sirkulasi sekunder
terhadap kehamilan dan penyakit jantung
Ketakutan b.d peningkatan resiko intrapartum
Pengetahuan yang kurang b.d kondisi jantung/kehamilan dan efeknya
terhadap penyakit jantung
Resiko penatalaksanaan yang tidak efektif
Resiko gangguan pertukaran gas