1. NAMA
: HARITS WIGUNA
KELAS
: 4EA21
NPM
: 13210146
TUGAS
: SOFTSKILL ETIKA BISNIS
I.
PENDAHULUAN TEORITIKA ETIKA BISNIS
A. Teori Pengertian Etika
Etika berasal dari dari kata Yunani „Ethos‟ (jamak – ta etha), berarti adat
istiadat. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai,
tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut
dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke
generasi yg lain.
√ Norma Umum
Norma-norma Umum lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu
boleh dikatakan bersifat universal.
Norma Sopan santun
Norma Sopan santun / Norma Etiket adalah norma yang mengatur pola
perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari. Etika tidak sama
dengan Etiket. Etiket hanya menyangkut perilaku lahiriah yang menyangkut
sopan santun atau tata karma.
Norma Hukum
Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum ini
mencerminkan harapan, keinginan dan keyakinan seluruh anggota masyarakat
tersebut tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana
masyarakat tersebut harus diatur secara baik.
2. Norma Moral
Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai
manusia. Norma moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil
tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
√ Teori Etika Deontologi
Deontologi ( Deontology ) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon
yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada
konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi
pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan
karena perbuatan tersebut wajib dilakukan.
Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan
yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh
melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik, karena
dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini
merupakan suatu keharusan.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui
ucapan dan perbuatan.
√ Teori Etika Teologi
Etika Teleologi berasal dari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
- Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada
dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri
- Utilitarianisme
berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan
masyarakat sebagai keseluruhan.
Contoh : kewajiban untuk menepati janji.
B. Bisnis Sebuah Profesi
1. Etika Terapan
Secara umum kita dapat membagi etika menjadi etika umum dan etika
khusus. Etika umum berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisikondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis, bagaimana manusia
3. mengambil keputusan etis, teori-teori etika, lembaga-lembaga normative, dan
semacamnya. Etika umum sebagai ilmu atau filsafat moral dapat dianggap
sebagai etika teoritis, kendati istilah ini sesungguhnya tidak teat karena
bagaimanapun juga etika selalu berkaitan dengan perilaku dan kondisi praktis
dan actual dari manusia dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak hanya
semata-mata bersifat teoritis.
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral
dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Dalam hal ini, norma dan prinsip
moral diteropongi dalam konteks kekhususan bidang kehidupan manusia yang
khusus tertentu. Dengan kata lain, etika sebagai refleksi kritis rasional
meneropongi dan merefleksi kehidupan manusia dengan mendasarkan diri
kepada norma dan nilai moral yang ada disatu pihak dan situasi khusus dari
bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan setiap orang atau
kelompok orang dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini etika tidak lagi
sekedar meneropong perilaku dan kehidupan manusia sebagai manusia begitu
saja, melainkan meneropong perilaku dan kehidupan manusia sebagai manusia
dalam bidang kehidupan dan egiatan khusus tertentu. Etika khusus dibagi lagi
menjadi tiga, yaitu etiak individual, etika sosial, dan etika lingkungan hidup.
2. Etika Profesi
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik.Etika merupakan sebuah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa etika profesi dalah
keterampilan seseorang dalam suatu pekerjaan utama yang diperoleh dari jalur
pendidikan atau pengalaman dan dilaksanakan secara kontinu yang merupakan
sumber utama untuk mencari nafkah.
3. Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur
Berdasarkan pengertian profesi yang menekankan pada keahlian dan
ketrampilan yang tinggi serta komitmen moral yang mendalam, maka jelas
kiranya bahwa pekerjaan yang kotor tidak akan disebut sebagai profesi.
Karena itu sesungguhnya bisnis bukanlah merupakan profesi, kalau bisnis
dianggap sebagai pekerjaan kotor, kendati kata profesi, professional, dan
profesionalisme sering begitu diobaral dalam kaitan dengan kegiatan bisnis.
Namun pihak lain tidak dapat disangkal bahwa ada banyak orang bisnis dan
4. juga perusahaan yang sangat menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya
sebagai sebuah profesi dalam pengertiannya sebagaimana kita jelaskan diatas.
Mereka tidak hanya mempunyai keahlian dan ketrampilan yang tinggi tapi
punya komitmen morak yang mendalam. Karena itu, bukan tiddak mungkin
bahwa bisnis pun dapat menjadi sebuah professi dalam pengertiannya yang
sebenar-benarnya bahkan menjadi sebuah profesi luhur.
II.
BISNIS DAN ETIKA
A. Mitos Bisnis Amoral
Mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan
moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis tidak punya sangkut
paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah dua bidang yang terpisah satu
sama lain. Etika justru bertenatangan dengan bisnis yang ketat, maka orang bisnis
tiak perlu memperhatikan imbauan-imbauan, norma-norma dan nilai-nilai moral.
Bisnis memang sering diibaratkan dengan judi bahkan sudah dianggap sebagai
semacam judi atau permainan penuh persaingan yang ketat. Tidak sepenuhnya
benar bahwa sebagai sebuah permainan (judi ) Harus dibedakan antara legalitas
dan moralitas. Etika harus dibedakan dari ilmu empiris.
Pemberitaan, surat pembaca, dan berbagai aksi protes yang terjadi dimana-mana
untuk mengecam berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis, atau mengecam
kegiatan bisnis yang tidak baik, menunjukkan bahwa masih banyak orang dan
kelompok masyarakat menghendaki agar bisnis dijalankan secara baik dan tetap
mengindahkan norma-norma moral.
B. Keutamaannya Etika Bisnis
Dalam bisnis modern, para pelaku bisnisdituntut untuk menjadi orangorang profesionaldi bidangnyaPerusahaan yang unggul bukan hanya
memilikikinerja dalam bisnis,manajerial dan finansialyang baik akan
tetapi juga kinerja etis dan etosbisnis yang baik.
Dalam persaingan bisnis yang sangatketat,maka konsumen benar-benar
rajaKepercayaan konsumen dijaga denganmemperlihatkan citra bisnis
yang baik dan etis.
Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin
kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus
menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis.
Perusahaan modern sangat menyadari bahwa karyawan bukanlah
tenaga yang harus dieksploitasi demi mendapat keuntungan
5. C. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis:
1) Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi
dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
2) Untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau
karyawan, dan masyarakat luas pemilik asset umum semacam
lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh
dilanggar atau praktek bisnis siapa pun juga.
3) Etika bisnis juga membicarakan mengenai system ekonomi yang
sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis.
D. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Beberapa prinsip umum dalam etika bisnis antara lain:
a. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa
yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini merupakan prinsip paling problematic karena masih banyak
pelaku bisnis yang mendasarkan kegiatan bisnisnya pada tipu-menipu
atau tindakan curang.
c. Prinsip Keadilan
Yaitu menuntut setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif dan dapat
dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan
Yaitu menuntut agar setiap bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral
Yaitu dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama
baiknya atau nama baik perusahaan.
E. Etos Kerja
Etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau
masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
6. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima
keyakinan tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya.
F. Realisasi Moral Bisnis
Tiga pandangan yang dianut, yaitu:
a. Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
b. Norma sendirilah yang paling benar dan tepat.
c. Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
G. Pendekatan-pendekatan Stocholder
a) Kelompok primer
Yaitu pemilik modal, saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen,
penyalur dan pesaing atau rekanan.
b) Kelompok Sekunder
Yaitu pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok social, media
massa, kelompok pendukung, dan masyarakat.
III.
ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832).
Persoalan yang dihadapi oleh Bentham dan orang-orang sezamannya adalah
bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi,
dan legal secara moral. Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan
publik, yaitu kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang,
secara moral.
A. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Kriteria pertama adalah manfaat , yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu
mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi, kebijaksanaan atau
tindakan yang baik adalah yang menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya,
kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik adalah yang mendatangkan
kerugian tertentu.
Criteria kedua adalah manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau
tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih
besar)dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan alternative lainnya.
Criteria ketiga adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang, yaitu
dengan kata lain suatu kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan tepat dari
segi etis menurut etika utilitarianisme adalah kebijaksanaan atau tindakan
yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau
7. sebaliknya membawa akibat merugikan yang sekecil mungkin bagi sedikit
mungkin orang.
Secara padat ketiga prinsip itu dapat dirumuskan sebagai berikut: Bertindaklah
sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar
mungkin bagi sebanyak mungkin orang.
B. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
a. Rasionalitas, prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini tidak
didasarkan pada aturan-aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami dan yang
tidak bias kita persoalkan keabsahannya.
b. Dalam kaitannya dengan itu, utilitarianisme sangant menghargai kebebasan
setiap pelaku moral. Setiap orang dibiarkan bebas untuk mengambil keputusan
dan bertindak dengan hanya memberinya ketiga criteria objektif dan rasional
tadi.
c. Universalitas, yaitu berbeda dengan etika teleologi lainnya yang terutama
menekankan manfaat bagi diri sendiri atau kelompok sendiri, utilitarianisme
justru mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi
banyak orang.
C. Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian
o Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah
keputusan, kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain,
etika utilitarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan.
Ia menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat
tentang tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakukan.
o Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian bai tindakan
atau kebijaksanaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga criteria di
atas lalu benar-benar dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah suatu
tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak.
Yang paling pokok adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah
terjadi berdasarkan akibat atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia
mendatangkan hasil terbaik bagi banyak orang.
D. Analisis Keuntungan dan Kerugian
1) Keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan
semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi
perusahaan, kendati benar bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu
mendapat perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi banyak
pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer
maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan
8. bagaimana daan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis
suatu perusahaan membawa akibat yang menguntungkan dan
merugikan bagi kreditor, konsumen, pemosok, penyalur, karyawan,
masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat
sejalan dengan apa yang telah kita bahas sebagai pendekatan
stakeholder.
2) Seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan
dalam kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang
juga perlu mendapat perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan
kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek financial, melainkan
juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak
karyawan, kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika
utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka
kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak
terkait yang berkepentingan.
3) Bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis
keuntungan dan krugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka
panjang. Ini penting karena bias saja dalam jangka pendek sebuah
kebijaksanaan dan tindakan bisnis tertentu sangat menguntungkan, tapi
ternyata dalam jangka panjang merugikan atau paling kurang tidak
memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu, benefits
yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net
benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu
dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah
mengumpulkan dan mempertimbangkan alternative kebijaksanaan
bisnis sebanyak-banyaknya. Semua alternative kebijaksanaan dan
kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan
manfaat bagi kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau
paling kurang, alternatif yang tidak erugikan kepentingan semua
kelompok terkait yang berkepentingan. Kedua, semua alternative
pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan
dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral.
Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam
aspek itu, perlu dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau
ini bias dilakukan, pada akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa
kebijaksanaan atau kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan tidak
hanya menguntungkan secara financial, melainkan juga baik dan etis.
9. E. Kelemahan Etika Utilitarianisme
Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam
kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.
Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu
tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan niali suatu
tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan baik
seseorang.
Variable yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling
bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di
antara ketiganya.
Etika utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu
dikorbankan demi kepentingan mayoritas.
Sumber :
ashur.staff.gunadarma.ac.id/