Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
ANTROPOLOGI AGRARIA: BERBAGAI JENIS PENGUASAAN TANAH MASYARAKAT ETNIK JAWA DAN BATAK
1. NAMA : INTAN NUR’AINIZA SITORUS
NIM : 3191122002
KELAS : A REG 2019
MATA KULIAH : ANTROPOLOGI AGRARIA
DOSEN PENGAMPU : DAUD S.Pd., M.Si
UTS
1. Jelaskan berbagai jenis penguasaantanah masyarakat etnik jawa !
Jawab : Bentuk-bentuk penguasaan tanah secara adat yang terdapat di Pulau Jawa secara garis
besar adalah sebagai berikut
Tanah Gogolan pada masyarakat jawa yaitu tanah yang dibagi-bagi kepada petani, petani
yang diberi hak untuk menggarap tidak diberikan hak untuk mempejrual belikan ataupun
memindah tangankan. Petani gogol merupakan sebutan untuk petani yang memiliki hak
garap. Untuk menjadi seorang petani gogol memiliki berbagai persyaratan seperti wajib
melakukan ronda malam, sudah menikah, memiliki rumah dan pekarangan, dan
memperoleh persetujuan dari petani gogol sebelumnya.
Tanah bengkok pada masyarakat jawa diberikan kepada kepala desa ataupun kepada lurah
yang dijadikan sebagai gaji dalam jabatan tersebut. Jika sudah tidak bekerja sebagai pejabat
desa maka tanah diberikan kembali kepada masyarakat yang menjadi pejabat berikutnya.
Tanah titisara pada masyarakat jawa dijadikan sebagai tanah yang biasanya disewakan
namun dengan cara lelang, hasil dari tanah tersebut dipergunakan keperluan desa, dan
sebagai sumber dana untuk pembangunan.
Tanah Yasan pada masyarakat jawa yaitu tanah liar atau tanah yang ada di hutan untuk
dijadikan sebagai tanah garapan. Tanah ini dikatakan menjadi miliknya apabila ia atau
nenek moyangnya yang membuka tanah dan menggarap tanah tersebut dan tinggal atau
menduduki tanah tersebut.
2. Tanah bagi etnik batak bukan hanya berfungsi sebagai ekonomi, namun dapat memiliki
fungsi secara riligi, sosial, politik, hukum dan ekologis. Jelaskan fungsi-fungsi tersebut
disertai dengan contoh !
2. Jawab :
Fungsi tanah secara ekonomi pada masyarakat etnik batak yaitu masyarakat batak toba
menjadikan tanah sebagai lahan untuk memenuhi kehidupan atau menyambung
kehidupan sehari-sehari pada masyarakat Batak Toba. Masyarakat di sana
memanfaatkan tanah untuk dijadikan sebagai sawah, ladang, hauma, saba, dan
pargadongan. Contohnya masyatakat Batak Toba memanfaatkan tanah dengan cara
bercocok tanam lalu hasilnya diperjual belikan untuk memenuhi kebutuhan hidupan
masyarakat batak Toba.
Fungsi tanah secara religi pada masyarakat batak toba yaitu tanah biasanya dijadikan
sebagai tempat untuk melakukan berbagai upacara adat seperti Debata Mulajadi
Nabolon. Masyarakat batak toba biasanya di setiap kampung atau dusun memiliki
tempat pemujaan atau persantian.
Fungsi tanah secara sosial pada masyarakat batak toba yaitu di mana masyarakat batak
toba yang membangun rumah secara berhadap-hadapan dan halaman depan rumah
mereka dijadikan sebagai tempat bermain, pesta adat suku batak, menari dan menortor.
Jadi pada halaman rumah masyarakat batak toba dijadikan sebagai tempat untuk saling
berinteraksi atau berosialisasi bersama masyarakat batak toba ataupun para wisatawan
budaya.
Fungsi tanah secara politik pada masyarakat batak toba yaitu masyarakat di sana
mempercayai jika ingin membangun huta baru atau membuka huta baru maka
memerlukan permohonan izin kepada raja huta yang ada di kampungnya dengan tujuan
untuk diberikan izin dan usaha membangun huta baru dapat berhasil dan lancar.
Fungsi tanah secara hukum pada masyarakat batak toba yaitu dalam hukum adat tidak
tertulis dipercayai bahwa pihak keluarga perempuan memberikan lahan sawah kepada
anak perempuannya yang sudah menikah dengan tujuan untuk tidak kesulitan
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan ditujukan agar tidak dipandang rendah oleh pihak
laki-laki.
Fungsi tanah secara ekologi pada masyarakat batah yaitu mereka memiliki keyakinan
bahwa tanah memiliki penguasa atau penghuni sehingga tidak boleh sesuka hati
menggambil hasil alam. Seperti lubuk larangan yang mana melarang masyarakat
mengambil ikan sesuka hati hanya bisa diambil di waktu tertentu hal ini menjadikan
3. ikan dapat berkembang biak dengan baik dan hasil yang melimpah serta kualitas yang
bagus.
3. Presiden Jokowidodo membagikan sertifikat tanah kepada masyarakat yang dianggap
dapat menyelesaikan konflik agraria di indonesia. Apakah cara tersebut dapat menuntaskan
permasalahan agraria di Indonesia? Berikan argumentasi anda secara mendalam.
Jawab : Menurut pendapat saya bahwa dengan pemberian sertifikat tanah dapat
menghentikan konflik agraria, namun salah satu dari orang yang bersengketa tidak bisa
lagi memperpanjang permasalahan karena sudah ada hukum yang sah atas kepemilikan
tanah yang disengeketkan. Sertfikat tanah merupakan bukti yang kuat untuk dijadikan
pegangan kepemilikan suatu tanah atau lahan , Menurut (Sinaga, 2020) penataan aset
dalam hal ini adalah pemberian tanda bukti kepemilikan atas tanahnya (sertifikasi/sertifikat
hak atas tanah). Jika salah satu masyarakat yang bersengketa menuntut yang lainnya maka
dia akan berhadapan dengan hukum yang berlaku. Di era ini mafia tanah yang terkenal
jahat bisa saja memalsukan berbagai sertifkat tanah atau melakukan penipuan, maka
butuhnya banyak pemahaman mengenai kepemilikan tanah tersebut mulai dari ukuran
lebar dan panjang tanah hingga batas tanah yang dimiliki dan dicantumkan pada sertfikat
tanah jika tidak maka bisa mengarah kepada konflik mengambil bagian tanah orang lain.
4. Di Sumatera Utara, ada berbagai wilayah yang memiliki nama yang sama meskipun
kawasannya tidak sama seperti misalnya desa Simangambat di Kabupaten Mandailing
Natal, dan desa Simangambat Di kabupaten Labuhan Batu Utara. Apa yang menyebabkan
kesamaan tersebut ? jelaskan !
Jawab : Kesamaan nama wilayah tidak hanya terjadi di wilayah Sumatera Utara namun
juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia, hal ini cukup biasa ditemukan diberbagai
wilayah di Indonesia seperti hampir di setiap kota ada jalan Sudirman. Kesamaan nama
kota seperti ini biasanya di latarbelakangi dengan kesamaan sejarah, kesamaan
karakteristik daerah, dan bisa terinspirasi daerah nama daerah lainnya. Desa di Kabupaten
Mandailing Natal dan Desa Simangambat Di kabupaten Labuhan Batu Utara memiliki
nama yang sama di karenakan adanya kesamaan karakteristik desa.
4. DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak, B. A. (2015). ARTI DAN FUNGSI TANAH Bagi Masyarakat Batak Toba, Karo,
Simalungun . Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia .
Sinaga, P. (2020). Konflik dan Reformasi Agraria Di Indonesia : Tantangan dan Harapan. Jurnal
Of Goverment-JOG, 5(2), 57-68.