Dokumen tersebut membahas sejarah peradaban maritim Indonesia sejak zaman prasejarah, yang ditandai dengan ditemukannya lukisan perahu di gua-gua di berbagai pulau Indonesia. Dokumen juga menyebutkan bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa pelaut yang maju sejak awal Masehi, dengan menggunakan kapal berlayar mereka menjelajahi dunia. Bukti arkeologis seperti sisa-sisa perahu kayu yang ditemukan menunjuk
2. OLEH : KELOMPOK I Page 3
SEJARAH PERADABAN MARITIM
Sejarah mencatat bahwa kebesaran bangsa Indonesia dibangun karena
kekuatan maritim.
Bukti kebesaran bangsa Indonesia sebagai Negara maritim diungkapkan
ahli sejarah dari Universitas Indonesia, Ali Akbar. Menurutnya, sejarah
kekuatan marirtim di tanah air sudah ada sejak zaman dulu.
Terdapat banyak bukti – bukti pra sejarah dimana bangsa Indonesia
adalah bangsa yang hebat didunia maritim. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya lukisan perahu didalam gua di Sulawesi. Kehebatan
pelaut – pelaut Indonesia di buktikan dengan adanya perubahan
kebudayaan yang tadinya beriorentasi pada daratan kemudian memiliki
kemampuan untuk berlayar.
3. OLEH : KELOMPOK I Page 4
JEJAK – JEJAK PERADABAN NUSANTARA
Bangsa Indonesia sudah di kenal dunia sebagai bangsa maritim yang maju.
Bahkan bangsa ini pernah mengalami masa keemasan sejak awal masehi.
Menggunakan kapal bercadik, mereka berlayar mengelilingi dunia dan menjadi
bangsa yang di segani berbekalan alat navigasi seadanya bangsa Indonesia
mampu berlayar ke utara, memotong lautan Hindia sampai Madagastar dan
berlanjut ke timur hingga pulau Paska.
Seiring perjalanan waktu, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara
yang memiliki armada laut yang besar.
Bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa maritim, dibuktikan dengan adanya
temuan-temuan situs prasejarah dibeberapa belahan pulau. Penemuan situs
prasejarah di gua- gua pulau muna, Seramdan Arguni yang dipenuhi lukisan
perahu-perahu layar menggambarkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
merupakan bangsa pelaut. Selain itu, ditemukan kesamaan benda-benda sejarah
antara suku Aborigin di Ausrtralia dengan di Jawa. Ini menandakan bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia telah memiliki hubungan dengan bangsa lain.
4. OLEH : KELOMPOK I Page 5
PERAHU BUKTI SEJARAH
Dalam perjalanan peradaban bangsa Indonesia, parah pakar sejarah
kemaritiman menduga perahu telah lama memainkan peranan penting di
nusantara, jauh sebelum bukti tertulis menyebutkannya ( prasasti dan
naskah-naskah kuno.
Pada skitar awal abad pertama masehi di duga telah ada jaringan
perdagangan antara nusantara dan India. Bukti-bukti tersebut berupa
barang- barang Tembikar dari India (Arikamedu, Karaikadu dan
Anuradha-Pura) yang ditemuakan di Jawa Barat (Patenggang) dan Bali
(Sembiran). Keberadaan barang-barang tembikar tersebut diangkut
menggunakan perahu atau kapal yang mampu mengarungi Samudra.
Bukti tertulis paling tua mengenai pemakaian perahu sebagai sarana
transportasi laut tercatat dalam Prasasti Kedukan Bukit (16 Juni 682
masehi).
5. OLEH : KELOMPOK I Page 6
BUKTI ARKEOLOGIS
Bukti-bukti arkeologis transportasi laut banyak ditemukan di berbagai
wilayah nusantara, berupa papan-papan kayu yang merupakan bagian
dari sebuah perahu dan daun kemudi, yang ukurannya cukup besar.
Dari lahan rawa basah ini pada Agustus 1987 ditemukan sisa-sisa perahu
kayu. Sisa perahu yang ditemukan terdiri darI Sembilan bilah papan dan
sebuah kemudi. Dari Sembilan bilah papan tersebut, dua bilah di
antaranya bersal dari sebuah perahu, dan tujuh bilah lainnya bersal dari
perahu lain.
6. OLEH : KELOMPOK I Page 7
TEKNIK RANCANG PERAHU
Belum ada data yang menyebutkan nenek moyang bangsa Indonesia
mengenal pembuatan perahu. Hanya sedikit data arkeologi dan sejarah
yang berhasil mengungkapkan tentang hal itu. Satu-satunya data
arkeologi yang sedikit mengungkapkan teknologi pembangunan perahu
adalah dari lukisan gua. Disitu terlihat bagaimana bentuk perahu pada
masa prasejarah.
Bentuk perahu pada masa itu dapat dikatakan masih sangat sederhana.
Sebatang pohon yang mempunyai garis tengah batang cukup besar
mereka tebang. Kemudian bagian tengahnya dikeruk dengan
menggunakan alat sederhana seperti beliung dari batu.
Teknologi pembuatan perahu yang di temukan, antara lain teknik ikat ;
teknik pasak kayu atau bambu; teknik gabungan ikat dan pasak kayu
atau bambu; serta perpaduan teknik pasak kayu dan paku besi.
7. OLEH : KELOMPOK I Page 8
SUMBER DAYA MANUSIA
Bicara mengenai laut, tidak lepas dari segala sumber kekayaan alam
yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia.
Seharusnya, sumber alam yang berlimpah ini bisa memeberikan andil
besar bagi kesejahteraan masyarakat.
Padahal laut Indonesia dapat mengasilkan ratusan triliun devisa dengan
berbagai potensi enrgi terbarukan. Negeri ini juga memiliki sumber daya
hayati beranekaragam, meliputi 2.000 spesies ikan, lebih dari 80 genera
terumbu karang atau sekitar 17,95 persen di dunia, 850 jenis sponge,
padang lamun, dan hutan mangrove yang menyimpan potensi 6,5 juta
ton ikan (dapat dimanfaatkan nelayan 5,01 juta ton ikan di hamparan
laut seluas 5,8 juta km persegi).
8. OLEH : KELOMPOK I Page 9
KEMISKINAN MASYARAKAT PESISIR
Sebagai Negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km, sebagai besar wilayah Indonesia
merupakan daerah pesisir . Terdapat banyak kehidupan masyarakat di
sana . Ironisnya , sebagian besar kehidupan warga di sana berada dalam
garis kemiskinan
Sebanyak 108,78 juta orang atau 49 persen dari total penduduk
Indonesia dalam kondisi miskin, dan rentan menjadi miskin. Badan pusat
statistika (BPS) pada 2008 menyebutkan bahwa penduduk miskin di
Indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen diantaranya
adalah masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan.
Masyarak pesisiar didefenisikan sebagai kelompok orang yang mendiami
suatu wilayah pesisir dan sumber kehidupan per ekonomiannya
tergantung pada sumber daya laut dan pesisir.
9. OLEH : KELOMPOK I Page 10
NELAYAN TRADISIONAL TERPINGGIRKAN
Sepanjang tahun 2011 kasus penangkapan nelayan Indonesia oleh
negara Malaysia meningkat. Mereka ditangkap atas tuduhan memasuki
perairan negeri Jiran.Sikap pemerintah atas penangkapan nelayan ini
tidak mampu untuk melindungi warganya.
Nelayan tradisional yang telah menangkap ikan di perairan secara
turun-temurun harus mendapatkan semacam dispensasi atau ganti rugi
karena mereka memang memiliki batas wilayah perairan sendiri. Batas
wilayah perairan secara adat tradisional itu, lanjutnya, seharusnya
dapat diakui dan di hargai oleh masing-masing negara yang wilayahnya
berbarisan dengan perairan tersebut.