1. 1. Peran dan Fungsi Uang
Uang adalah segala sesuatu yang dapat dipakai dan diterima umum untuk melakukan
berbagai macam transaksi ekonomi/pembayaran seperti pembelian barang dan jasa, pelunasan
hutang, investasi, dll.
Sedangkan uang dalam ilmu ekonomi modern, didefinisikan beberapa ahli sebagai
berikut (Darmawan, 2006):
1. AC Pigou; dalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud uang adalah alat tukar
2. DH Robertson; dalam bukunya Money, ia mengatakan bahwa uang adalah sesuatu yang
bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang.
3. RG Thomas; dalam bukunya Our Modern Banking, menjelaskan uang adalah sesuatu
yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-
barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang.
Peran Uang dalam Perekonomian
Semua aspek kehidupan manusia dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan
ditopang sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satupun peradaban di dunia ini yang tidak mengenal
dan menggunakan uang. Kalaupun ada, maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti
stagnan dan tidak berkembang.
Peran uang dalam perekonomian dapat diibaratkan darah yang mengalir dalam tubuh
manusia. Tanpa darah, manusia seakan-akan hendak mati. Kekurangan uang bagaikan
kekurangan darah yang mengakibatkan gairah hidup menurun dan lemah, yang pada akhirnya
manusia menjadi sakit-sakitan.
Abraham H. Maslow dalam teori Motivasinya mengatakan bahwa kebutuhan manusia
yang paling mendasar adalah kebutuhan fisik. Kebutuhan fisik manusia tidak lain adalah berupa
barang dan jasa. Untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa tersebut, cara yang paling
mudah adalah dengan memiliki sesuatu yang disebut UANG. Karena uang adalah sesuatu benda
yang diterima dan digunakan secara umum sebagai alat untuk memudahkan proses transaksi
dalam memenuhi kebutuhan manusia berupa barang dan jasa. Sehingga secara tidak langsung
juga dapat dikatakan bahwa kebutuhan yang paling “mendasar” dalam perekonomian dan
kehidupan sosialnya adalah uang.
Benar, tanpa adanya uang perekonomian tidak akan berjalan tetapi akan tetap ( stagnan ).
Hal itu diakibatkan karena uang merupakan suatu perbandingan antara barang atau jasa yang
2. dimiliki dengan bagaimana kita mendapatkannya. Dengan adanya uang ukuran tersebut akan
dapat diketahui ( hal ini sesuai dengan uang sebagai alat ukur ). Selain itu fungsi uang sebagai
alat tukar menjadi salah satu penyebab pentingnya uang dalam perekonomian. Hal ini
disebabkan dengan uang, nilai yang terdapat dalam barang dan jasa dalam kegiatan transaksi
dapat sesuai dengan nilainya. Karena dalam system barter yang dahulu pernah diterapkan, nilai
barang yang satu mungkin tidak berbanding ( bias lebih rendah atau lebih tinggi ) dari barang
yang lainnya. Selain itu fungsi uang lainnya ( penyimpan kekayaan dan alat pembayaran di masa
yang akan datang ) juga ikut berpengaruh pada pentingnya keberadaan uang dalam kehidupan.
2. Hubungan Perputaran Uang
Hubungan antara uang ini dapat dijelaskan dalam teori kuantitas uang.
Secara umum, teori kuantitas uang menggambarkan pengaruh jumlah uang beredar terhadap
perekonomian, dikaitkan dengan variabel harga dan output. Hubungan antara jumlah uang
beredar, output, dan harga dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut:
MxV=PxY
Dimana P adalah tingkat harga (GDP deflator), Y adalah jumlah output (real GDP), M
adalah jumlah uang beredar, PxY adalah nominal GDP, dan V adalah velocity of money
(perputaran uang). Persamaan ini disebut sebagai persamaan kuantitas (quantity equation).
Velocity of money (perputaran uang) mengukur tingkat dimana uang bersirkulasi dalam
perekonomian (Mankiw, 2003). Atau dapat dikatakan mengukur kecepatan perpindahan uang
dari satu orang ke orang lainnya. Velocity of money dapat dihitung melalui pembagian antara
GDP nominal dengan jumlah uang beredar. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut:
V=(PxY)/M
Persamaan di atas dapat dianggap sebagai suatu definisi yang menunjukkan perputaran V
sebagai rasio GDP nominal, PY, terhadap kuantitas uang M. Persamaan tersebut merupakan
suatu identitas. Jika satu atau lebih variabel itu berubah, maka satu atau lebih variabel lainnya
juga harus berubah untuk menjaga kesamaan. Misalnya, jika jumlah uang beredar meningkat,
maka akibatnya dapat dilihat dari ketiga variabel lainnya: harga harus naik, kuantitas output
harus naik, atau kecepatan perputaran uang harus turun.
Selain itu, Perubahan nilai uang dapat dijelaskan dengan menggunakan teori jumlah (teori
kuantitas, Marshall) yaitu: adanya keseimbangan antara jumlah uang yang beredar dengan
berbagai faktor yang ikut mempengaruhinya.
3. Faktor yang mempengaruhi meliputi:
kecepatan peredaran uang kartal dan giral
lamanya uang tersimpan
jumlah pendapatan nasional.
Sehingga teori kuantitas dirumuskan: M = k.PT
M = jumlah uang yang beredar
PT = jumlah nilai transaksi (pendapatan nasional)
k = konstanta
3. Tugas Bank Indonesia dan Sistem Pembayaran
Tugas Bank Indonesia
Sebagai bank sentral. Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut :
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Mengatur dan mengawasi perbankan
Selain itu, tugas dari Bank Indonesia tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999. Dalam UU
tersebut ditegaskan tentang tujuan dan tugas Bank Indonesia melalui 3 Pasal, yaitu: Pasal 7
(Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah); Pasal 8
(Menetapkan dan melaksanakan kebijaksanaan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi Bank); dan Pasal 9 (Pihak lain dilarang
melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, Bank Indonesia wajib menolak dan mengabaikan segala
campur tangan dari pihak manapun dalam pelaksanaan tugasnya). Pasal 48 (Anggota Dewan
Gubernur tidak dapat diberhentikan dalam masa jabatannya kecuali karena yang bersangkutan
mengundurkan diri, terbukti melakukan tindak pidana kejahatan,
Sistem Pembayaran
Sistem Pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai
uang dari satu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut
sangat beragam, mulai dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada
penggunaan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga berikut aturan mainnya.
4. Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia dilaksanakan
oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia.
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas
keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki
dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan
merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan
salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem
keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya,
ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan
akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa
stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
4. Konsep Permintaan Uang
1. TEORI PERMINTAAN UANG KLASIK
Teori permintaan uang Klasik bermula dari teori tentang jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat (teori kuantitas uang ). Teori ini tidak di maksudkan untuk menjelaskan
mengapa seseorang/masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan uang
dalam perekonomian. Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori Kuantitas uang
sebagai berikut :
MV = PT
M = Jumlah uang beredar
V = Perputaran uang dalam satu periode
P = Harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
2. TEORI PERMINTAAN UANG KEYNES
Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan
uang. Seperti kita ketahui, uang dapat berfungsi sebagai alat tukar (transaksi) dan
penyimpan kekayaan. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes
membedakanantara motif transaksi (dan berjaga-jaga) serta spekulasi. Seseorang
memerlukan uang karena dia akan melakukan transaksi dan untuk berjaga-jaga (kalau
5. sakit, musibah dan sebagainya yang pada akhirnyamerupakan kegiatan transaksi). Selain
itu orang mau memegang uang karena motif spekulasi. Dalam hal ini seseorang berusaha
supaya hasil dari uang yang dipegang maksimum, dengan cara mengkombinasikan uang
yang dipegang dengan bentuk kekayaan lainnya.
3. TEORI PERMINTAAN UANG FRIEDMAN
Teori permintaan uang Friedman ini dikenal dengan "restatement" of the quantity theory
(penegasan kembali tentang teori kuantitas). Friedman menyatakan bahwa uang pada
prinsipnya merupakan salah satu bentuk kekayaan. Permintaan uang (mirip dengan
permintaan akan suatu barang) tergantung pada tiga hal, yaitu: (a) total kekayaan yang
dimiliki, dalam segala macam bentuk kekayaan-ini merupakan kendala anggaran (budget
constraint) dalam perilaku konsumen; (b) harga dan keuntungan (return) dari masing-
masing bentuk kekayaan; dan (c) selera dan preferensi pemilik kekayaan. Analisis
Friedman bertitik-tolak pada keuntungan marginal dari proses substitusi antar bentuk
kekayaan seperti uang, obligasi, saham, surat berharga dan bentuk kekayaan yang lain
(baik manusiawi maupun non manusiawi).
Dalam definisinya yang paling luas, kekayaan seseorang adalah seluruh sumber
"pendapatan" atau jasa yang dapat dikonsumsi. Salah satu bentukkekayaan ini adalah
kapasitas produktif dari manusia. Dengan demikian bentuk kekayaan yang pertama yang
dapat dimiliki seseorang adalah kapasitas produksi manusia (sumber daya manusia).
Kapasitas manusia berhubungan erat dengan besarnya harapan memperoleh penghasilan
di masa depan. Dengan demikian semakin kaya seseorang harapan pendapatan di masa
dengan semakin besar. Apabila kekayaan adalah W, pendapatan adalah y dan suku bunga
adalah r; maka W =y/ menunjukkan nilai sekarang dari pendapatan di masa depan. Bila
W P maka YP akibatnya jumlah uang yang dipegang juga akan naik. Keuntungan dalam
memegang uang berupa kemudahan dalam melakukan transaksi. Secara riil, besarnya
keuntungan memegang uang ini dipengaruhi oleh volume barang yang ditransaksikan.
Untuk per unit uang yang dipegang, volume barang yang dapat ditransaksikan ditentukan
oleh harga barang, P. Dengan demikian keuntungan memegang uang tergantung tingkat
harga, P.
5. Suku Bunga sebagai Penghubung Sektor Moneter dan Sektor Riil
Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan penghubung utama antara sector moneter
dan sector riil. Misalnya, perubahan jumlah uang uang yang beredar akan mempengaruhi
tingkat bunga. Selanjutnya melalui perubahan tingkat bunga pemerintah akan dapat
mempengaruhi investasi atau mungkin juga konsumsi, yang selanjutnya akan mempengaruhi
6. pula permintaan agregat atau pengeluaran total. Perubahan dalam pengeluaran total pada
akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional (GDP) riil. Dengan
demikian, tingkat bunga uang merupakan biaya modal dapat dipandang sebagai indikator
pengaruh kebijaksanaan moneter / sector moneter terhadap keseimbangan pendapatan
nasional ( sector riil ). Secara skematis jalur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Kebijakan moneter Cadangan bank Jumlah uang Tingkat bunga
( membeli surat umum naik beredar naik turun
berharga )
Investasi
GNP naik naik
Gambar Alur Kebijakan Moneter terhadap Sektor riil
6. Liberalisasi Modal dan Pasar keuangan
Liberalisasi keuangan adalah bagian intergral dari liberalisasi ekonomi. Secara khusus
tujuan liberalisasi keuangan adalah untuk meningkatkan peranan pasar dan untuk mengurangi
peranan negara dalam penyelenggaraan jasa-jasa keuangan, atau sebagimana dikemukakan
McKinnon (1973), tujuan liberalisasi keuangan adalah untuk membebaskan penyelenggaraan
jasa-jasa keuangan dari “represi keuangan”.
Menurut pendapat saya, liberalisasi modal dan bangkitnya pasar keuangan merupakan hal
yang belum dapat menghasilkan kemajuan pada suatu Negara. Hal ini telah terbukti dengan
banyaknya bukti bahwa keadaan ini menimbulkan dampak negative yang banyak walaupun
adapula dampak positifnya. Menurut saya, dilakukannya liberalisasi modal dan pasar keuangan
ini akan menimbulkan masalah baru lagi. Dengan liberalisasi modal ini akan menyebabkan
munculnya kesenjangan yang lebih jauh antara pemilik modal dengan rakyat biasa dan
menimbulkan banyak masalah. Para pemilik modal akan lebih maju dan kemungkinan besar
akan menutup kesempatan bagi yang lainnya untuk dapat bersaing. Selain itu jika liberalisasi itu
diterapkan, maka para pengusaha pemilik modal besar akan mampu untuk menghalangi
kebijakan pemerintah terhadap pasar, sehingga yang tejadi adalah pasar bebas tanpa adanya
campur tangan pemerintah.
HOT MONEY
7. Menurut pendapat saya, arus keluarnya Hot Money tersebut harus di tahan. Hal ini
disebabkan karena dengan adanya hot money dapat melemahkan keadaan investasi pengusaha
domestic. Dengan adanya hot money tersebut dapat mengurangi peluang dari investor domestic
untuk masuk ke pasar. Selain itu, hot money tersebut dapat menyebabkan kebijakan internal (
dalam negeri ) dapat terpengaruh oleh pihak eksternal ( asing ). Hal ini karena dengan
melambungnya hot money di Indonesia menyebabkan para pemegang saham terbesar berasal
dari asing, sehingga meminta balas jasa dari pembuat kebijakan. Untuk mencegah hal tersebut
terjadi, harusnya BI menahan laju dari hot money tersebut.
7. Interest Rate dan Solusinya
Interest rate merupakan system penerapan bunga dalam hutang internasional yang
diterapkan oleh Amerika Serikat. dengan diterapkannya interest rate, para pemilik asset (
peminjam ) dapat memperoleh keuntungan dari bunga yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut.
Bunga dalam utang luat negeri itu terus meningkat setiap periode sehingga ketika jangka waktu
pembayaran telah terlewati maka bunganya makin besar ( bunga bisa saja melebihi jumlah
pinjamannya ). Sehingga Negara peminjam khususnya Negara yang sedang berkembang akan
kesulitan untuk melunasi utangnya, karena bunganya yang sangat besar sehingga dana yang ada
hanya bisa untuk melunasi bunganya utang saja, sehingga munculah krisis moneter di dalam
suatu Negara.
Solusinya adalah mengatur sektor finansial agar menjauhi dari segala transaksi yang
mengandung riba, termasuk transaksi-transaksi maya di pasar uang. Gejala decoupling,
disebabkan, karena fungsi uang bukan lagi sekedar menjadi alat tukar dan penyimpanan
kekayaan, tetapi telah menjadi komoditas yang diperjualbelikan dan sangat menguntungkan bagi
mereka yang memperoleh gain. Meskipun bisa berlaku mengalami kerugian milyaran dollar AS.
Dapat disimpulkan, perekonomian saat ini digelembungkan oleh transaksi maya yang
dilakukan oleh segelintir orang di beberapa kota dunia, seperti London (27 persen), Tokyo-Hong
Kong-Singapura (25 persen), dan Chicago-New York (17 persen). Kekuatan pasar uangini
sangat besar dibandingkan kekuatan perekonomian dunia secara keseluruhan.Perekonomian
global praktis ditentukan oleh perilaku lima negara tersebut.
Untuk itu, system ekonomi islam yang saat ini cocok untuk diterapkan dalam kegiatan
perekonomian Negara. Karena dalam system ekonomi islam tidak mengenal yang namanya
bunga ( riba ).
8. Kebijakan Ekonomi yang digunakan
8. Mengapa sector riil jarang menjadi perhatian?
Hal ini disebabkan karena menurut pendapat beberapa ahli, dengan menggunakan kebijakan
moneter maka sector rill juga akan ikut merasakan manfaatnya, sehingga kebijakan yang sering
digunakan adalah kebijakan dalam sector moneter.
Upaya pemulihan ekonomi nasional telah ditempuh oleh Pemerintah melalui langkah-
langkah kebijakan yang bersifat menyeluruh yang tidak hanya menyangkut program stabilisasi
makroekonomi (kebijakan moneter dan fiskal) tetapi juga program reformasi di bidang keuangan
dan sektor riil. Dengan melihat strategisnya peran perbankan dalam perekonomian maka upaya
memperbaiki dan memperkuatsektor keuangan, khususnya perbankan, menjadi sangat penting.
Sektor perbankan memiliki peranan yang penting dalam proses kebangkitan (recovery)
perekonomian secara keseluruhan. Di samping peranannya dalam penyelenggaraan transaksi
pembayaran nasional dan menjalankan fungsi intermediasi (penyaluran dana dari
penabung/pemilik dana ke investor), sektor perbankan juga berfungsi sebagai alat transmisi
kebijakan moneter. Dengan industri perbankan yang umumnya sedang mengalami kesulitan,
transmisi kebijakan moneter melalui sektor perbankan tidak berfungsi sebagaimana diharapkan.
Hal ini mengakibatkan kebijakan moneter sering kurang efektif dalam mencapai sasaran.
Dengan kerangka yang demikian, sangatlah sulit dibayangkan format pemulihan perekonomian
nasional melalui program stabilisasi ekonomi makro apabila sektor perbankan tetap berada
dalam kesulitan yang parah.
Untuk mengatasi dampak krisis, apa yang dapat dilakukan segera adalah melakukan
restrukturisasi perbankan. Rangkaian kebijakan tersebut diharapkan dapat kembali membangun
kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap system keuangan dan perekonomian
kita, mengupayakan agar perbankan kita menjadi lebih solvabel sehingga dapat kembali
berfungsi sebagai lembaga perantara yang mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sekaligus
meningkatkan efektifitas pelaksanaan kebijakan moneter.
Oleh karena itulah maka peranan kebijakan dalam bidang makroekonomi menjadi sasaran
utama sehingga sector mikro dan sector riil akan ikut merasakan pengaruhnya.