1. FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Manajemen
Dosen pengampu Dr. Nandang Hidayat, M.Pd
Disusun :
Lisda Puspa Awaliah 072119006
Riksa Aulia 072119016
Aprilia Madyaratri 072119029
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PAKUAN
2019
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kita selalu diberikan kesehatan dan kesempatan terutama kepada
penulis untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Administrasi.yang
berjudul “Filsafat Ilmu Dalam Kehidupan Manusia”.
Ucapan terimakasih kepada para pendukung penulis di dalam
menyelesaikan tugasnya, terkhususnya kepada Bapak Dr. Nandang Hidayat, M.Pd
selaku dosen mata kuliah yang banyak memberikan bimbingan.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun selalu penyusun harapakan demi kesempurnaan makalah ini.
Cibinong, 10 Oktober 2019
Penulis
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak
pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari kebenaran
sesungguhnya dengan segala usaha untuk mendapatkan jawabannya. Namun
setiap jawaban yang didapat tidak bisa langsung diterima melainkan harus
diuji dengan menggunakan metode tertentu untuk mendapatkan jawaban
yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang dapat diukur dengan cara-cara
ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat tidak menjadikan manusia
berhenti mencari kebenaran. Untuk menemukan kebenaran tersebut perlu
suatu pemikiran rasional. Manusia saat ini lebih giat melakukan penelitian
yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari permasalahan yang
dihadapinya. Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam
semesta dan hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan tujuan
dari pencari kebenaran sejati.
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berpikir. Sering
kali seseorang mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. Setelah hal yang dicari itu didapatkan, itulah
yang dinamakan pengetahuan. Kemudian ada saat ketika seseorang ingin
mendapatkan suatu pengetahuan, orang itu akan menemukan keraguan
dalam pengambilan keputusan. Pada saat rasa ingin tahu seseorang muncul
dan menemui keraguan dalam membuat keputusan itulah yang memulai
adanya filsafat.
Pembahasan filsafat ilmu sangatlah penting karena akan
mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif. Filsafat ilmu
memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu serta nilai-nilai
moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis,
epistemologis, maupun aksiologis.
5. Untuk itu penulis ingin memaparkan tujuan dan manfaat filsafat
ilmu dalam kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud filsafat ilmu?
2. Apa tujuan filsafat ilmu?
3. Bagaimana manfaat filsafat ilmu dalam kehidupan manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui filsafat ilmu
2. Untuk mengetahui tujuan filsafat ilmu
3. Untuk mengetahui manfaat filsafat ilmu dalam kehidupan manusia.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Ilmu
1. Pengertian filsafat ilmu
Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan campuran yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada huhungan timbal balik dan saling pengaruh antara
filsalat dan ilmu (Sumarto, 2017). Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang
membahas hakikat ilmu, penerapan berbagai metode filsafat dalam upaya mencari
akar persoalan dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu
tersebut untuk mendapatkan kejelasan yang lebih pasti (Poedjiadi, 2000). Salain
itu menurut (Caswili, 2015) Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Sehubungan dengan pendapat tersebut bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan, Objek dari filsalat ilmu adalah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama.
Menurut Muchsin yang dikutip oleh (Sumarto, 2017) dalam kajian filsafat
ilmu dikenal adanya beberapa dimensi, yaitu :
1. Dimensi ontologis (hakekat ilmu). Ontologis adalah hakikat yang ada
(being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai
kenyataan dan kebenaran. Dalam perspektif ilmu, ontologi ilmu dapat
dimaknai sebagai teori tentang wujud dalam perspektif objek materil
keilmuan, konsep-konsep penting yang diasumsikan oleh ilmu ditelaah
secara kritis dalam ontologi ilmu.
2. Dimensi epistomologis (cara mendapatkan pengetahuan). Epistemologi
derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan dan
logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menenggarai
masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Dengan
7. kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi
dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu
penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini
epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan
menentukan “kebenaran” seperti apa yang dianggap patut diterima dan apa
yang patut ditolak. Aspek epistemology adalah kebenaran fakta / kenyataan
dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat
diverifikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
3. Dimensi aksiologis (manfaat pengetahuan). Aksiologis (teori tentang nilai)
sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia.
2. Tujuan filsafat ilmu
Tujuan dari filsafat ilmu yaitu mengadakan analisis mengenai ilmu
pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh jadi filsafat
ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk
memperolehnya (Sumarto, 2017).
Tujuan filsafat ilmu (Caswili, 2015) yaitu :
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah.
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi
dan metode keilmuan.
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
Fungsi
Selain itu fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat
secara keseluruhan, yakni :
1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
8. 3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam
kehidupan
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya (Ramadiana, 2018).
Manfaat
Filsafat ilmu berusaha menjelaskan hakekat ilmu yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai berbagai
fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri. Untuk itu filsafat ilmu
bermanfaat terhadap kehidupan manusia. Adapun manfaat filsafat ilmu (Caswili,
2015) yaitu:
1. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir
murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada
di luar dirinya.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir
dan bersikap sempit dan tertutup.
3. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai
masalah kehidupan.
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat
untuk membuat hidup menjadi lebih baik.
5. Membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir
sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
6. Memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, penyelesaian masalah ilmu menjadi lebih terarah.
B. Kehidupan manusia
9. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk monopolis, artinya manusia itu
satu entitas sebagai human being yang mempunyai susunan kodrat, sifat kodrat
dan kedudukan kodrat sebagaimana dapat dilihat pada bagan berikut:
Setiap aspek dari susunan kodrat, sifat dan kedudukan kodrat bersifat monodualis
yang diwujudkan dalam keadaan seimbang. Manusia adalah makhluk monodualis
artinya manusia mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai makhluk individu dan
juga makhluk sosial. Untuk mecapai hidup lebih baik manusia perlu dibentuk atau
diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu yang
mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui kehidupan sosial
atau polis, dan melalui agama. Konsep kehidupan ini tentunya tidak terlepas dari
filsafat, salah satunya filsafat ilmu. Filsafat ilmu memberikan perspektif yang
berbeda dalam kehidupan yakni hidup yang lebih bijaksana dan lebih kritis.
Hubungan filsafat ilmu dan manusia, bahwa kehidupan manusia dipenuhi dengan
berbagai macam permasalahan, baik yang umum dan harus segera diatasi karena
kesibukan manusia dalam pekerjaan sehari-hari maupun bersifat azasi dalam diri
manusia terkait dengan hakikat dirinya sendiri dan proses interaksi dirinya dengan
Tuhan dan alam sekitar. Pertanyaan tentang dirinya sendiri, alam dan Tuhan akan
hadir saat manusia dibebani oleh suatu permasalahan rumit dan memerlukan
pemecahannya, agar tercapai kefahaman yang diharapkan sapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya, sehingga filsafat mampu mendorong
manusia untuk :
Susunan
Kodrat
Hakikat Sifat Kodrat
Kedudukan
Kodrat
Makhluk
Beraga
Makhluk Berjiwa
Makhluk
Individual
Makhluk Sosial
Makhluk Otonom
Makhluk Tuhan
10. - Berusaha mengetahui apa yang telah diketahui dan belum diketahui
- Berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahuinya dalam
kemestaan yang seakan tak terbatas ini
- Mengoreksi diri, berani melihat sejauh mana kebenaran yang dicari
telah dijangkaunya
- Tidak apatis terhadap lingkungan dan nilai yang berkembang ditengah
masyarakatnya
Dalam konteks kehidupan manusia, sudah seharusnya filsafat ilmu dengan dasar-
dasar dan metode ilmunya mampu menyelesaikan persoalan kehidupan manusia
yang sedang dihadapi.
Filsafat lahir dalam diri setiap manusia yang memandang kehidupannya, sehingga
wujud filsafat itu selalu ada dan memberi kehidupan bagi manusia. Dalam tiap
jawaban terhadap sebuah pertanyaan, bagi filsuf akan melahirkan pertanyaan-
pertanyaan baru seterusnya yang tidak akan berhenti sampai kapanpun juga.
Dikarenakan filsafat ilmu membahas sesuatu secara mendasar dan radikal, maka
filsafat ini menjadi sumber dari segala pemikiran dalam bidang-bidang tertentu
yang pada suatu waktu mengemuka adanya filsafat bahasa, filsafat pendidikan,
dan fisafat kebudayaan dan lain-lain. Masing-masing konsentrasi pembahasan
filsafat membentuk sebuah cabang ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan
manusia, baik untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari, maupun
untuk mengembangkan proses perjalanan keilmuan baru.
11. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia dalam konsep kehidupannya, mengembangkan pengetahuan tidak
lepas dari kemampuan menalar. Manusia satu-satunya makhluk yang
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Manusia
mengembangkan pengetahuan bukan hanya sekadar untuk kelangsungan
hidup, tetapi dengan memikirkan hal-hal baru manusia mengembangkan
kebudayaan, manusia memberi makna pada kehidupan, dengan kata lain
semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya
mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar kelangsungan hidupnya.
Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan
mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi.
Salah satu ciri atau sifat manusia adalah keingintahuannya terhadap apa
yang ditanggapi oleh panca indera, terutama indera penglihatan. Oleh karena
itu, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan telah diberi potensi melalui rasio
(potensi akal) dan rasa (kalbu). Rasio adalah kemampuan manusia yang
bertumpu pada akal, menolak sesuatu yang tidak masuk dalam perhitungan
akaliah (logika). Manusia yang diberi potensi akal (rasio) dan potensi kalbu
(rasa) oleh Tuhan, akan membantunya untuk mengetahui dan memahami
alam semesta meski masih dengan cara yang sederhana. Keduanya harus
digunakan secara seimbang untuk meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena
itu, rasio harus diimbangi pula dengan rasa dalam kaitannya dengan ilmu.