Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pengarusutamaan gender adalah strategi pembangunan yang melibatkan perempuan dan laki-laki secara aktif dalam segala aspek pembangunan dan transformasi sistem untuk mencapai kesetaraan gender. Meskipun dianggap pendekatan yang efektif, implementasinya seringkali menemui hambatan seperti kurangnya komitmen politik dan kebijakan yang belum terlaksana dengan baik.
3. CHEN
Dear my dear
Pengarusutamaan Gender merupakan strategi pembangunan
pemberdayaan perempuan, implementasinya melalui prinsip kesetaraan dan
keadilan gender harus menjadi dasar dalam setiap kebijakan dalam
pembangunan.Pembangunan kualitas hidup manusia dilaksanakan secara
terus menerus oleh pemerintah dalam upaya mencapai kehidupan yang lebih
baik. Upaya pembangunan ini ditujukan untuk kepentingan seluruh masyarakat
tanpa membedakan jenis kelamin tertentu. Keberhasilan pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat tergantung dari
peran serta seluruh penduduk baik laki-laki maupun perempuan sebagai
pelaku, dan sekaligus sebagai penerima manfaat hasil pembangunan. Berbagai
metode telah banyak digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan.
LATAR BELAKANG
4. CHEN
Dear my dear
JADI INTINYA…
Pengarusutamaan gender adalah sebuah strategi dalam pembangunan yang menghadirkan peran perempuan
dalam segala bidang dan dalam semua level untuk memperoleh manfaat pembangunan yang setara bagi perempuan
maupun lelaki. Ruang lingkup pengarusutamaan dalam gender mencakup segala kegiatan pembangunan seperti riset,
perencanaan, pengembangan kebijakan, legislasi, advokasi, peningkatan kesadaran, serta pelaksanaan dari segala
bentuk komitmen yang telah dicanangkan (Loemban Tobing-Klein, 2009). Pendekatan pengarusutamaan gender ini
merupakan pendekatan pembangunan yang terbaru dan menjadi pendekatan utama dalam strategi pencapaian
kesetaraan gender (Alston, 2006; Hubeis, 2010). Pendekatan pengarusutamaan gender ini merupakan
penyempurnaan atas pendekatan gender dalam pembangunan sebelumnya dan menjadi salah satu cara paling efektif
dalam mencapai kesetaraan gender dalam pembangunan (Loemban Tobing-Klein, 2009; Radoi, 2012).
Penyempurnaan ini terdapat dalam strategi memindahkan fokus kebijakan dari keadaan subordinasi kaum perempuan
menjadi pengarusutamaan atau pengintegrasian perempuan dan ke dalam semua sektor pembangunan dengan tujuan
mencapai kesetaraan dan keberdayaan (Alston, 2006; Hubeis, 2010).
5. CHEN
Dear my dear
Pendekatan kebijakan kedua adalah pendekatan aksi afirmatif atau diskriminasi
positif. Jika dalam pendekatan kesetaraan berdasarkan pada persamaan, maka pendekatan
aksi afirmatif atau diskriminasi positif berlandaskan pada perbedaan antara perempuan
dan lelaki, sehingga memerlukan evaluasi menyeluruh atas kontribusi yang berbeda antara
lelaki dan perempuan dalam suatu masyarakat yang tersegregasi (Radoi, 2012). Dalam
pendekatan ini, perempuan diharapkan untuk menyesuaikan dalam budaya dan sistem
yang dirancang dan didominasi oleh laki-laki (Alston, 2006). Kebijakan aksi afirmatif
dalam suatu organisasi misalnya penyediaan tempat penitipan anak, ruangan menyusui,
pelatihan kepemimpinan bagi perempuan, dan dalam konteks politik mewajibkan kuota
anggota parlemen atau legislatif yang terdiri dari perempuan. Akan tetapi, seperti
pendekatan pertama, pendekatan aksi afirmatif ini masih berdasarkan pada lingkungan
yang didominasi laki-laki baik itu sistem, bahasa, proses dan budaya yang melihat
perempuan sebagai subordinat, sekunder dan tidak diperlukan (Alston, 2006).
Pendekatan pengarusutamaan melibatkan suatu strategi yang berfokus pada institusi
alih-alih pada isu perempuan ataupun lelaki. Dalam pendekatan ini, tujuan suatu departemen
atau organisasi dipertanyakan bersama dengan prioritas, strategi, struktur dan prosesnya.
Sehingga, sistem diubah arahnya untuk memastikan perempuan dan lelaki mendapatkan akses
dan perlakuan setara kepada dan dari institusi atau organisasi tersebut. Untuk mencapai tujuan
ini, diperlukan beberapa mekanisme seperti statistik gender, pemantauan program untuk bias
gender, evaluasi program, dan penilaian dampak gender (Alston, 2006).
Walaupun pengarusutamaan gender merupakan suatu pendekatan holistik yang
transformatif dan integratif sehingga dianggap sebagai suatu pendekatan yang efektif dalam
menangani isu pembangunan bidang gender, akan tetapi pada pelaksanaannya masih terdapat
beberapa kekurangan sehingga belum mencapai hasil yang diinginkan yaitu kesetaraan gender.
Beberapa contoh kasus di beberapa negara menunjukkan bahwa proses pengarusutamaan gender
masih berupa wacana dan tidak teraplikasikan pada level bawah atau akar rumput.
Pendekatan kesetaraan atau equal treatment dianalogikan oleh Rees (1998)
dalam Radoi (2012) sebagai “adjustment” atau penyesuaian, berdasarkan asumsi
bahwa perempuan harus diperlakukan setara dalam segala hal. Untuk itu
diperlukan penyesuaian dalam kerangka hukum untuk membuat perempuan
mendapatkan akses di bidang-bidang yang tidak dapat mereka akses sebelumnya,
tanpa menantang norma maskulin yang sudah ada. Alston (2006) berpendapat
bahwa pendekatan ini penting dan perlu, namun tidak cukup untuk mencapai
kesetaraan. Contoh: perempuan diberi hak dan kewajiban setara dalam segala lini
dalam suatu organisasi, namun pada kenyataannya prinsip kesetaraan seperti ini
menjadi sesuatu yang merugikan perempuan jika dilihat tugas perempuan di ranah
domestik dan rumah tangga serta tanggungjawabnya terhadap organisasi.
3 TEORI
KEBIJAKAN
PERUBAHAN
GENDER
6. CHEN
Dear my dear
KESIMPULAN
Pengarusutamaan gender adalah suatu pendekatan pembangunan
yang berkaitan dengan gender. Dalam pengarusutamaan gender
ditekankan keterlibatan aktif perempuan maupun lelaki dalam
pembangunan dan transformasi dari sistem dan institusi yang
ditranslasi dalam segala proses kebijakan publik.
Pengarusutamaan gender menjadi pendekatan pembangunan
perempuan yang terbaru dan dinilai efektif dalam mencapai
kesetaraan gender. Meskipun begitu, pada kenyataannya proses
implementasi pengarusutamaan gender ini banyak yang belum
menghasilkan kemajuan yang berarti disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kurangnya political will para penguasa mengenai
komitmen dan pengertiannya terhada pengarusutamaan gender,
kebijakan pengarusutamaan gender yang masih konseptual dan
belum implementatif, dan teori kesetaraan gender dalam
pengarusutamaan gender yang bersinggungan dengan level
kesetaraan sosial lainnya.
7. CHEN
Dear my dear
Thank You!
Any question?
Maybe you can give
criticism and
suggestions
It really helps for me