ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
Pengaruh penerapan phbs dengan pengetahuan kepala keluarga tentang ctps
1. PENGARUH PENERAPAN PHBS DI RUMAH TANGGA
DENGAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA
TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Created by
Mahardika Wiguna (C1AA15046)
Rizki Putri Pratiwi (C1AA15076)
Yuliza Purnaranti (C1AA15098)
3. • KESADARAN MASYARAKAT INDONESIA UNTUK CUCI TANGAN
PAKAI SABUN (CTPS) MASIH SANGAT RENDAH, TERCATAT RATA
– RATA 12 % MASYARAKAT YANG MELAKUKAN CTPS.
• KAJIAN WHO MENYATAKAN CUCI TANGAN MEMAKAI SABUN
DAPAT MENGURANGI ANGKA DIARE HINGGA 47%
• PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TENTANG PENTINGNYA
CUCI TANGAN MEMAKAI SABUN DAPAT MENJADI SALAH SATU
TOLAK UKUR BAGAIMANA KELUARGA TERSEBUT DAPAT
MELAKUKAN DAN MENERAPKAN CTPS PADA 5 WAKTU PENTING
YAITU SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN, SESUDAH BUANG AIR
BESAR, SEBELUM MEMEGANG BAYI, SESUDAH MENCEBOKI
ANAK DAN SEBELUM MENYIAPKAN MAKANAN
4. Cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih
dan sehat di Sulawesi Selatan berdasarkan data
yang diperoleh dari profil data kesehatan Indonesia
tahun 2011 yang dikeluarkan oleh kementerian
kesehatan sebesar 46%, dari 932.133 rumah
tangga yang dipantau (Kemenkes RI, 2012).
Cakupan rumah tangga yang
berperilaku hidup bersih dan
sehat di kecamatan Tamalanrea
tahun 2011 sebesar 76,42%. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat
yang berada diwilayah ini telah
berperilaku hidup bersih dan sehat
dengan baik.
Sementara cakupan rumah
tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat di kota
Makassar tahun 2011 yang
dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan kota Makassar
sebesar 71,18% dari 14
kecamatan yang dipantau
(Dinkes Kota Makassar,
2012). Dari data tersebut
dapat ditarik kesimpulan
bahwa Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat masyarakat di
kota Makassar mengalami
penurunan.
6. Dampak bila tidak CTPS
Penelitian yang dilakukan oleh
World Health Organization
(WHO) pada tahun 2007, salah
satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menurunkan angka kejadian
diare dan ISPA adalah perilaku
cuci tangan pakai sabun. Karena
perilaku tersebut dapat
menurunkan hampir separuh kasus
diare dan sekitar seperempat
kasus ISPA.
DIAREISPA
7. Dari data diatas didapatkan analisa dengan 350 responden di rumah tangga,
dengan data sebagai berikut:
Aktifitas cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun paling banyak dilakukan
sesudah buang air besar yaitu sebanyak 314 orang (89,7%), diikuti sesudah
menceboki anak sebanyak 289 orang (82,6%), sebelum makan sebanyak 182
orang (52,0%) dan sebelum menyiapkan makanan sebanyak 137 orang
(39,1%). Sedangkan yang paling sedikit sebelum memegang bayi yaitu 126
orang (36%).
Hal ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkan pengetahuan tentang CTPS
untuk memaksimalkan perilaku CTPS di Kecamatan Tamalanrea Kota
Makasar.
Kesimpulan
8. Saran
Memiliki pengetahuan tentang cuci tangan pakai sabun pada lima
waktu penting itu sangat dianjurkan karena termasuk kedalam indikator
phbs di rumah tangga yang menuntun keluarga untuk memiliki kehidupan
yang sehat, khususnya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia sesuai dengan cita-cita INDONESIA SEHAT 2025.
DAFTAR PUSTAKA
Merdeka, Angga Bhakti Pusaka. 2014. Proposal Penelitian. Diunduh tangga 18
Desember 2016 pukul 19.32 WIB. http://tulisahatiangga.blogspot.in/2014/11/contoh-
proposal-keperawatan-bab-i.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia
Tahun 2011.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
Sedunia: Perilaku Sederhana Berdampak Luar Biasa. Terdapat dalam
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1260-hari-cuci-tangan-pakai-
sabun-sedunia-2010-perilaku-sederhana-berdampak-luar-biasa.html. Diakses pada
tanggal 15 Januari 2013.