PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf

M
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN
PERILAKU
Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat14 November 2018
DALAM PERCEPATAN
PENCEGAHAN STUNTING
OUT LINE
1. MASALAH PERILAKU DAN PRAKTIK
2. KERANGKA TEORI DAN PETA JALAN
3. ANALISIS SALURAN KOMUNIKASI
4. TUJUAN STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
5. KELOMPOK SASARAN
6. PESAN KUNCI
7. PEMBAGIAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
8. MONEV
9. LANGKAH ADAPTASI UNTUK TINGKAT LOKAL
Masalah Perilaku & Praktik
Terkait Stunting
1.
Lingkungan
• IUWASH: Studi Formatif untuk Peningkatan Akses WASH (15 kabupaten kota
Sistem
Layanan
• Catatan Diskusi Stunting dalam rangka need assessment
penulisan buku pencegahan stunting BKKBN –YCCP di kota Kuningan
• An analysis of Indonesia’s primary health care supply-side readiness -(WB)
• Studi Kualitatif dengan Metode Focus Group Discussion di Cianjur dan Cimahi
Masyarakat
• IUWASH: Studi Formatif untuk Peningkatan Akses WASH
• Kemitraan Pemerintah – Swasta
• Advokasi Proyek Kesehatan & Gizi Berbasis Masy u/Mengurangi Stunting (PKGBM) - MCAI
• Update KPPPA - Matriks Kegiatan KL dalam Pencegahan Stunting
• Studi Kualitatif dengan Metode Focus Group Discussion di Cianjur dan Cimahi
Individu
• Final Report: Behavior change formative research (11 districts, 10 provinces)
• Jurnal-jurnal stunting
• Perubahan perilaku u/ pencegahan stunting: Pengasuhan Anak dan Pola Konsumsi SERTA KesLING-
• Studi Kualitatif dengan Metode Focus Group Discussion di Cianjur dan Cimahi
SUMBER DATA YANG TERKUMPUL
TINGKAT INDIVIDUAL DAN ANTAR
PRIBADI (INTERPERSONAL):
Petugas kesehatan sulit
menjelaskan ke masyarakat
tentang stunting
Hanya sebagian kecil ibu hamil, ibu baduta,
anggota RT, petugas kesehatan,
tokoh agama dan tokoh masyarakat serta
dinas kesehatan, mengerti dampak
negatif dari ‘kerdil/stunting”.
Kurangnya pengetahuan WUS tentang
stunting karena kemauan mengakses
informasi kesehatan ttg kehamilan,
masa nifas, ASI, MP ASI, dan Imunisasi
yang komprehensif
Kurangnya pemanfaatan
fasyankes oleh masyarakat
karena jarak
Stunting
berhubungan dg
keturunan dan
masih bisa
disembuhkan
Keluarga dengan
anak stunting
merasa bingung
anak mereka
dianggap
stunting
 Kader belum paham betul mengidentifikasi anak stunting.
 Kurangnya kader (kualitas dan kuantitas)
 Food Habits yang keliru: kolosterum tidak diberikan, ASI tidak Eksklusif (BPS 2012)
 Food Taboo : Ibu hamil dan anak-anak tidak makan ikan karena takut kecacingan
 Kurangnya pengetahuan opinion leader (tokoh agama, tokoh masyarakat)
 Peran serta ayah yang kurang saat kehamilan
 BAB sembarangan
 RT memiliki jamban namun masih banyak yang menyalurkan langsung ke sumber
air (badan air) dan masih sedikit yang melakukan pengurasan tanki septiknya.
 Masyarakat tidak mempraktekkkan CTPS di 5 waktu penting
TINGKAT MASYARAKAT
Kurang maksimalnya informasi yang diberikan NAKES kepada sasaran
Tidak berjalannya program penyuluhan kunjungan rumah karena Kurangnya NAKES
Kunjungan NAKES sangat terbatas, bahkan tidak sama sekali ke keluarga sasaran
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tidak sampai ke target.
PMT kurang variasi, kurang memanfaatkan makanan lokal.
Tablet Tambah Darah (TTD) kurang optimal sampai sasaran. SDKI 2012, 30,9%
perempuan mengonsumsi suplemen zat besi folat kurang dari 60 hari. Hampir 23%
dari wanita yang disurvei melaporkan mereka tidak mengonsumsi zat besi folat
selama kehamilan terakhir mereka.
Kurangnya kepemilikan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Kurangnya pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
TINGKAT INSTITUSI LAYANAN MASYARAKAT
 Masih ada pemimpin daerah yang baru mendengar kata “stunting”
dan tidak paham secara rinci penyebab dan bahaya stunting
 Belum adanya kebijakan yang terintegrasi tentang stunting
 Pemerintah belum memprioritaskan penyediaan jamban sehat
(septik tank)
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DAMIU, banyaknya
DAMIU yang belum terstandarisasi
 Kurangnya ketersediaan pangan
TINGKAT KEBIJAKAN
Kerangka Teori dan Peta jalan
2.
KERANGKA TEORI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
Gambar : MODEL EKOLOGI SOSIAL
Diadaptasi Dari Unicef/EAPRO Regional Communication Guide
2013
 Advokasi Kebijakan
 Kampanye Nasional Media Massa
 Komunikasi Perubahan Perilaku
(melalui komunikasi interpersonal/antar pribadi)
 Komunikasi Perubahan Sosial
 Mobilisasi Sosial
PENDEKATAN KOMUNIKASI
DEFINISI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
Komunikasi Perubahan Perilaku
• Komunikasi Perubahan Perilaku adalah proses intervensi antar
individu atau komunitas dimana seseorang membuat strategi
komunikasi untuk mempromosikan perilaku yang positif.
• Untuk itu, seseorang membutuhkan lingkungan yang
mendukung dimana mereka bisa terus memperlihatkan
perubahan yang berkelanjutan.
LANGKAH PERUBAHAN PERILAKU
Sumber: Training Curriclum, Increasing Interpersonal Communication Skills for the Introduction of IPV, Unicef
PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
1
2
3
4
PETA JALAN – 1. TINGKAT KEBIJAKAN
PETA JALAN – 2. TINGKAT ORGANISASI & TINGKAT MASYARAKAT
PETA JALAN – 3. TINGKAT INTERPERSONAL (ANTAR PRIBADI) &
TINGKAT INDIVIDU
PETA JALAN – 4. TINGKAT KAMPANYE NASIONAL
ANALISIS SALURAN KOMUNIKASI
Analisis Saluran Komunikasi
3.
• Merupakan saluran komunikasi yang paling banyak digunakan.
• Buku KIA, poster, leaflet
• Kendala:
• belum terdistribusi secara merata
• menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga sulit dipahami masyarakat
yang masih memakai bahasa ibu
• Saran:
• butuh materi cetak yang lebih kreatif dan kontennya sesuai konteks lokal
• diproduksi secara mandiri oleh daerah, sehingga memastikan disribusi
lebih baik kepada kelompok sasaran
• Kader merupakan kanal komunikasi yg paling sering dengan
masyarakat.
MEDIA CETAK
 Media audio dan audio visual terkait kesehatan bumil, busui dan baduta telah
banyak diproduksi namun belum ada yang secara tegas menginformasikan
terkait pentingnya mencegah kejadian stunting.
 Tim Promosi Kesehatan di provinsi juga telah memproduksi media elektronik
namun terbatas pada topik tertentu saja.
 Audio visual menjadi sarana penyampai pesan yang efektif, terutama untuk
masyarakat yang belum bisa baca tulis.
• Kendala:
• Belum ada materi audio visual khusus tentang stunting
• Produksi audio visual terbatas pada masa kampanye saja
• Saran:
• Terdapat beberapa alternatif materi audio visual untuk kelompok sasaran yang berbeda-beda
• Produksi bisa dilakukan sbg up dating dan penayangan yg konsisten, sehingga masyarakat
paham dan ingat tentang stunting & pencegahannya.
MEDIA AUDIO DAN AUDIO-VISUAL
 Media broadcast adalah mebantu meningkatkan kesadaran masy ttg kes,
namun perlu dipertimbangkan daerah dg listrik terbatas.
 Media broadcast antara lain : radio dan TV.
 Kebiasaan masy mendengar radio di rumah atau saat bertetangga
 Audiens radio menurun pd daerah dg jangkauan TV yg baik
 Perkembangan terbaru:
Terdapat sekitar 800 stasiun radio (nasional, swasta dan komunitas).
40 an stasiun TV : berkembang pesat, terutama munculnya TV lokal di daerah
 Cara pemanfaatan media broadcast (sebagai penyampai pesan):
Iklan layanan masyarakat
Jingle/lagu
Drama
 Media lain: 170 surat kabar harian
MEDIA BROADCAST
 Media digital adalah bentuk ‘media baru’ yang muncuk sejak
era internet.
 Prinsipnya adalah ‘interkonekvitas’ yaitu menghubungkan satu
perangkat ke perangkat yang lain dan membuka peluang untuk
melakukan interaksi antar individu atau pengguna.
 Dengan media digital,banyak orang dapat saling terhubung
tanpa dibatasi batas geografis, ruang, dan waktu.
 Bentuk media digital : blog, sosial media (twitter, instagram,
facebook, youtube, dll), forum, aplikasi, website.
 Cara pemanfaatan media digital (sebagai penyampai pesan)
oMelalui foto, gambar, tulisan, video
MEDIA DIGITAL
 Sumber informasi masyarakat terkait stunting adalah kader
 Komunikasi antar pribadi (interpersonal) tetap menjadi
metode yang sangat efektif dalam perubahan perilaku, juga
dalam meyakinkan sasaran untuk mengunjungi fasilitas
kesehatan
 Komunikasi tatap muka yang sesuai dengan budaya,
kompeten dapat mempercepat peningkatan kesadaran dan
perubahan yang cepat dalam perilaku yang sesungguhnya.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN
KELOMPOK KECIL
TUJUAN STRATEGI KOMUNIKASI
Tujuan Strategi Komunikasi
Perubahan Perilaku
4.
Berkontribusi pada menurunnya angka stunting anak usia
bawah dua tahun dari 32,9% menjadi 20% pada akhir 2024
di di seluruh kabupaten/kota melalui peningkatkan
kesadaran publik dan melakukan perubahan perilaku
masyarakat untuk mencegah stunting melalui kampanye
nasional dan strategi komunikasi perubahan perilaku yang
komprehensif.
TUJUAN UMUM
1. Kabupaten/Kota memiliki regulasi/kebijakan terkait komunikasi
perubahan perilaku dalam pencegahan stunting.
2. Tenaga kesehatan di puskesmas mendapatkan pelatihan/orientasi
komunikasi antar pribadi
3. Kader kesehatan mendapatkan pelatihan / orientasi komunikasi
antar pribadi.
4. Tenaga kesehatan di puskesmas memberikan layanan kesehatan
melalui komunikasi antar pribadi kepada kelompok sasaran.
5. Ibu hamil mengonsumsi zat Besi Folat sesuai standar
6. Pelaksanaan kampanye perubahan perilaku yang konsisten dan
berkelanjutan di tingkat pusat dan daerah
TUJUAN KHUSUS
SASARAN
Kelompok Sasaran
5.
Kelompok yang tergabung dan yang akan dilakukan
intervensi KPP yaitu:
• Ibu hamil
• Ibu menyusui
• Anak usia 0-23 bulan, Anak usia 24-59 bulan
• Tenaga kesehatan: bidan, sanitarian, tenaga gizi,
dokter, perawat
• Kader
KELOMPOK PRIORITAS
(Sasaran Primer)
Kelompok yang berpotensi mempengaruhi
terjadinya perubahan perilaku dan diintervensi
umumnya melalui upaya mobilisasi sosial:
• Wanita usia subur, Remaja
• Lingkungan pengasuh anak terdekat
(kakek, nenek, ayah, dan lainnya)
• Pemuka masyarakat
• Pemuka agama
• Jejaring sosial (PKK, group pengajian, dll)
KELOMPOK PENTING
(Sasaran Sekunder)
Pihak yang terlibat sebagai lingkungan pendukung untuk
upaya percepatan pencegahan stunting, diintervensi
melalui advokasi dan informasi publik, terdiri dari:
• Pengambil kebijakan/keputusan: nasional, provinsi,
kabupaten, kota dan desa
• Organisasi Perangkat Daerah
• Swasta: dokter, bidan, dokter anak, dokter kandungan
• Dunia usaha
• Donor dan perwakilan media
• Media massa
KELOMPOK PENDUKUNG
(Sasaran Tersier)
PESAN KUNCI
Pesan Kunci
6.
STRUKTUR DAN DIMENSI PESAN KUNCI
FASE 1 FASE 2 FASE 3
Dimensi Pesan Pengenalan konsep stunting
yang paling tepat dan mudah
dipahami oleh masyarakat
Pengenalan cara yang bisa
ditempuh oleh masyarakat untuk
mencegah dan merujuk kasus
stunting
Menumbuhkan pemberdayaan
serta memperkuat kontrol sosial
yang lebih baik di antara anggota
masyarakat, bagi pencegahan
stunting
Perubahan
Perilaku yang
Diharapkan
Target kelompok sasaran
memahami definsi stunting,
mengenali ciri umum dan
faktor risikonya, memiliki
keingintahuan yang lebih
besar untuk memeriksa
kondisi anak dan mencari
informasi lebih banyak terkait
stunting
Target kelompok sasaran
memahami langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mencegah dan
menangani anak stunting, serta
mengimplementasikan langkah-
langkah tersebut dalam gaya hidup
sehat sehari-hari
Target kelompok sasaran memiliki
kemampuan untuk menjelaskan hal-
hal seputar isu stunting,
mengembangkan solidaritas sosial
yang lebih kuat antar individu,
merasa prihatin dan ingin
melakukan perubahan bilamana
terdapat kasus stunting di
lingkungannya
PESAN UTAMA: Mencegah stunting itu penting, manfaatkan pelayanan kesehatan, perbaiki pola makan, pola asuh,
dan kebersihan diri serta lingkungan.
PESAN KUNCI 1
Stunting umum ditemui di tengah lingkungan
kita, kenali gejala dan pahami faktor resiko
stunting dengan baik.
PESAN KUNCI 2
Stunting dapat dicegah. Anda sangat dianjurkan
untuk mencegahnya sejak dini melalui upaya
mandiri, agar pertumbuhan fisik dan kognitif
Anak tidak terhambat.
PESAN KUNCI 3
Ambil tindakan lebih lanjut.
Kunjungi posyandu/fasilitas kesehatan
untuk memantau tumbuh kembang anak
setiap bulan, dan menerima layanan
kesehatan.
POIN-POIN PENDUKUNG 1
• Waspadai ibu hamil yang anemia, kurus, terlalu
tua, terlalu muda, terlalu banyak anak, dan terlalu
dekat jarak kehamilannya.
• Waspadai bayi lahir dengan berat badan kurang
dari 2.500 gram dan panjang badan kurang dari 48
cm.
• Waspadai bayi yang tidak mendapatkan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif,
dan pemberian makanan pendamping yang tidak
tepat.
• Awas diare berulang pada ibu hamil dan balita
(berikan oralit dan zinc selama 10 hari).
• Waspadai ibu hamil yang terkena Malaria
POIN-POIN PENDUKUNG 2
• Penuhi gizi ibu hamil, minum tablet tambah darah dan
pantau kenaikan berat badan ibu selama kehamilan.
• Pastikan atur jarak kehamilan.
• Hindari kehamilan kurang dari 20 tahun atau di atas
usia 40 tahun.
• Berikan ASI eksklusif agar bayi sehat dan cerdas.
• Pastikan anak makan makanan dengan gizi seimbang,
dukung dengan asupan ASI hingga usia 2 tahun.
• Gunakan selalu air bersih dan jamban sehat.
• Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, dan
praktikkan di 5 waktu penting:
• Cegah gigitan nyamuk Malaria pada ibu hamil dengan
menggunakan kelambu saat tidur
POIN-POIN PENDUKUNG 3
• Periksakan kehamilan secara rutin dan
melahirkan di fasilitas kesehatan terdekat.
• Timbang berat badan, ukur tinggi badan anak
secara rutin, dan catat dalam buku KIA.
• Konsultasikan dengan kader dan petugas
kesehatan tentang cara-cara mencegah
stunting.
• Dapatkan imunisasi dasar di
posyandu/fasilitas kesehatan.
• Apabila ibu hamil memiliki gejala Malaria,
lakukan pengobatan dan minum tablet
tambah darah
KELOMPOK SASARAN PRIMER
Rumah tangga dengan anggota keluarga yang berada pada periode 1.000 HPK dan lainnya:
Ibu hamil, Ibu menyusui, Ibu dengan anak usia 0-23 bulan
KELOMPOK SASARAN PRIMER
Tenaga Kesehatan (Bidan, Sanitarian, Tenaga Gizi, Dokter, Perawat) dan Kader
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah permasalahan kesehatan yang dapat dicegah dengan intervensi gizi spesifik dan
sensitif oleh penyedia layanan kesehatan yang terampil.
PESAN KUNCI 1
Prevalensi stunting di Indonesia tidak dapat
dianggap remeh dan perlu menjadi
prioritas dan mendapat perhatian dari para
penyedia layanan dan tenaga kesehatan.
PESAN KUNCI 2
Stunting dapat dicegah dan manfaat yang dirasakan
bersifat jangka panjang.
PESAN KUNCI 3
Buktikan komitmen penyedia layanan
dan tenaga kesehatan untuk menunjukkan
upaya terbaik dalam mencapai target nasional penurunan
prevalensi stunting,
melalui komunikasi perubahan perilaku pencegahan
stunting.
POIN-POIN PENDUKUNG 1
• Stunting masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat Indonesia yang
umum ditemui.
• Stunting tidak hanya terjadi masyarakat
miskin tetapi juga terjadi pada 29%
kelompok terkaya, di desa maupun di
kota.
• Stunting dapat dicegah utamanya
melalui upaya komunikasi perubahan
perilaku dengan pendekatan antar
pribadi pada kelompok sasaran.
POIN-POIN PENDUKUNG 2
• Pencegahan stunting merupakan investasi
terhadap SDM secara jangka panjang.
• Penurunan angka stunting pada tahun 2024
merupakan target kesehatan nasional sesuai
RPJMN 2019-2024.
• Mencegah stunting berarti memperbaiki kualitas
generasi bangsa, terutama dalam menyiapkan
Generasi Emas 2045.
• Pencegahan stunting memerlukan kerja sama
lintas sektor.
POIN-POIN PENDUKUNG 3
• Tingkatkan kualitas layanan – terutama konseling antar
pribadi melalui kunjungan rumah, di posyandu, dan di
institusi layanan kesehatan.
• Sampaikan edukasi pada warga tentang pentingnya:
o Gizi seimbang bagi remaja putri, WUS dan kelompok
dengan anggota keluarga yang berada pada periode
1.000 hari pertama kehidupan anak
o Rutinitas melakukan stimulasi, deteksi, dan intervensi
dini periode tumbuh kembang di Puskesmas, Posyandu
dan PAUD.
o Mencuci tangan dengan sabun di 5 waktu penting
utama
• Stop BAB sembarangan, gunakan air bersih dan jamban
sehat.
• Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, dan
praktikkan di 5 waktu penting
KELOMPOK SASARAN SEKUNDER
Wanita usia subur, Remaja , Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek,
ayah, dan lainnya), Pemuka masyarakat, Pemuka agama, Jejaring sosial (PKK, group
pengajian, dll)
PESAN KUNCI UTAMA
Mencegah stunting itu penting, dimulai dari remaja dan calon ibu, dengan dukungan suami dan keluarga.
PESAN KUNCI 1
Stunting umum ditemui di tengah
lingkungan kita, kenali gejala dan pahami
faktor resiko stunting dengan baik.
PESAN KUNCI 2
Stunting dapat dicegah. Anda sangat dianjurkan
untuk mencegahnya sejak dini melalui upaya mandiri,
agar pertumbuhan fisik dan kognitif calon Anak di
masa depan tidak terhambat.
PESAN KUNCI 3
Ambil tindakan lebih lanjut.
Pastikan Anda mempraktikkan gaya hidup
sehat dan perkuat solidaritas sosial agar
penurunan stunting menjadi
tanggungjawab bersama.
POIN-POIN PENDUKUNG 1
• Remaja yang menikah dan hamil <20
tahun berisiko melahirkan anak
stunting.
• Remaja/WUS yang anemia dan kurang
gizi berisiko melahirkan anak stunting.
• Waspadai remaja dan WUS yang tidak
berperilaku hidup bersih dan sehat.
• Awas diare berulang pada anak balita
(berikan oralit dan zinc selama 10 hari).
POIN-POIN PENDUKUNG 2
• Tidak menikah dini dan memiliki anak di usia muda < 20
tahun.
• Rencanakan kehamilan dengan bijaksana.
• Pastikan seluruh keluarga untuk mengasup gizi seimbang
dan minum Tablet Tambah Darah secara rutin (1 tablet
setiap minggu).
• Cek kadar Hemoglobin (HB) secara rutin.
• Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.
• Istirahat yang cukup.
• Tidak merokok dan tidak minum alkohol.
• Gunakan air bersih dan jamban sehat.
• Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, dan
praktikkan di 5 waktu penting
POIN-POIN PENDUKUNG 3
• Manfaatkan usia muda untuk kegiatan
yang produktif dengan gaya hidup sehat.
• Tidak melakukan pergaulan bebas.
• Memeriksakan kesehatan ke tempat
pelayanan kesehatan secara berkala.
• Suami dan/atau calon ayah serta
anggota keluarga lainnya, dihimbau
untuk sejak dini terlibat dalam
pemeliharaan kesehatan keluarga,
memenuhi kebutuhan, dan memberi
dukungan moral kepada calon ibu, demi
pembentukan status gizi ideal calon
anak.
KELOMPOK SASARAN TERSIER
Pembuat Kebijakan Tingkat Kementerian/Lembaga (Pemerintah Pusat)
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah masalah nasional yang bisa dituntaskan melalui komitmen para pemimpin dan
kolaborasi lintas kementerian/lembaga
PESAN KUNCI 1
Prevalensi stunting di Indonesia stagnan sejak 2007-
2013 dan termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara.
Perlu ada perhatian serius dari para pembuat
kebijakan.
PESAN KUNCI 2
Saat ini, Indonesia telah memiliki sejumlah
instrumen kebijakan dan telah menjalankan
sejumlah upaya
Percepatan Pencegahan Stunting.
PESAN KUNCI 3
Para pembuat kebijakan
dan pemimpin lintas sektor perlu memastikan
implementasi kebijakan yang telah ada, menyesuaikannya
seiring perkembangan situasi sosial, berkoordinasi erat
dengan pemerintah daerah agar dapat mencapai tujuan
pengurangan angka stunting.
POIN-POIN PENDUKUNG 1
• Anak yang menderita stunting tidak akan pernah
mencapai tinggi badan dan perkembangan otak yang
optimal, untuk menikmati potensi kognitifnya secara
maksimal.
• Penderita stunting beresiko memiliki keterampilan
kognitif rendah, rendah prestasi/pencapaian pendidikan,
rendah produktivitas dan kreativitas di masa depan, serta
berpotensi mengancam kesejahteraan mereka;
terhambat kemungkinannya meraih pendapatan besar
dan berpotensi besar menjadi miskin.
• Stunting menimbulkan dampak antar-generasi, orang tua
yang stunting besar kemungkinan akan melahirkan anak
yang stunting pula sehingga kualitas keluarga terancam,
terus menjadi lingkaran masalah yang tak terputuskan.
• Stunting bukan saja mengancam potensi individu namun
seluruh generasi bangsa, saat Indonesia menjelang
manfaat bonus demografi Generasi Emas 2045.
POIN-POIN PENDUKUNG 2
• Peraturan Presiden No. 42/2013.
• RPJMN 2014-2019 dan 2019-2024.
• Strategi Nasional Percepatan
Pencegahan Stunting 2018-2021.
POIN-POIN PENDUKUNG 3
• Jadikan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting
sebagai acuan kerja utama yang dapat disesuaikan dengan
sektor kerja masing-masing dan perkembangan situasi
sesuai konteks yang ada.
• Tetapkan pencegahan stunting sebagai salah satu prioritas
pembangunan kesehatan nasional dengan sumberdaya dana
dan manusia yang memadai.
• Tingkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah
daerah dalam memastikan implementasi kebijakan/regulasi
yang diadaptasi dari Stratnas berjalan dengan baik.
• Bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengakomodir aspirasi
daerah termasuk penyesuaian yang mungkin perlu
dilakukan.
• Dorong terwujudnya konvergensi program lintas sektor
untuk menanggulangi stunting secara bersama-sama.
• Pastikan kegiatan monitoring dan evaluasi yang melekat
untuk memastikan pencapaian tujuan.
KELOMPOK SASARAN TERSIER
Pembuat Kebijakan Tingkat Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota)
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah permasalahan prioritas di daerah yang bisa dituntaskan melalui komitmen
pemimpin daerah dan kerja sama antar Organisasi Perangkat Daerah
PESAN KUNCI 1
Prevalensi stunting di daerah ?? tidak
dapat dianggap remeh, perlu ada
perhatian serius dari para pembuat
kebijakan setempat.
PESAN KUNCI 2
Saat ini, Indonesia telah memiliki Saat ini,
daerah ?? telah memiliki sejumlah
instrumen kebijakan dan telah menjalankan
sejumlah upaya Percepatan Pencegahan
Stunting.
PESAN KUNCI 3
Para pembuat kebijakan dan pemimpin daerah perlu memastikan
implementasi kebijakan yang telah ada, segera menindaklanjuti
penguatan berbagai program dan terus menyesuaikan kebijakannya
seiring perkembangan situasi sosial, agar dapat mencapai tujuan
pengurangan angka stunting.
POIN-POIN PENDUKUNG 1
Disesuaikan dengan situasi stunting
dan identifikasi penyebab
permasalahan stunting
di wilayah masing-masing.
POIN-POIN PENDUKUNG 2
Disesuaikan dengan kebijakan dan
program yang dimiliki masing-masing
daerah terkait upaya pencegahan
stunting yang efektif dan efisien.
POIN-POIN PENDUKUNG 3
• Jadikan pencegahan stunting sebagai prioritas pembangunan
kesehatan daerah dengan sumberdaya dana dan manusia yang
memadai
• Tingkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga pelayanan
publik terkait penyuluhan, tindak pencegahan serta penanganan
stunting.
• Rancang dan terapkan program komunikasi perubahan perilaku
pencegahan stunting dengan mengintegrasikan komunikasi antar
pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa, melalui
pemanfaatan berbagai alat atau media komunikasi.
• Gunakan pendekatan komunikasi dan program intervensi inovatif
yang khas dan relevan dengan memperhatikan demografi sosial,
segmen ekonomi, adat dan budaya masyarakat setempat
• Dorong terwujudnya konvergensi program lintas sektor untuk
menanggulangi stunting secara bersama-sama.
• Pastikan ketersediaan Standar Pelayanan Minimal layanan publik
sebagai bagian dari komitmen pemerintah.
KELOMPOK SASARAN TERSIER
Pembuat Kebijakan Tingkat Desa/Kelurahan
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah permasalahan mendesak yang terjadi di tengah masyarakat
dan dapat dicegah melalui komitmen pemimpin desa dan kerja sama antar warga masyarakat
PESAN KUNCI 1
Prevalensi stunting di desa/kelurahan ??
tidak dapat dianggap remeh, perlu ada
perhatian serius dari para pembuat
kebijakan setempat.
PESAN KUNCI 2
Saat ini, desa/kelurahan ?? telah
memiliki sejumlah instrumen
kebijakan dan telah menjalankan
sejumlah upaya Percepatan
Pencegahan Stunting.
PESAN KUNCI 3
Para pemimpin desa perlu memastikan implementasi
kebijakan yang telah ada,
segera menindaklanjuti penguatan berbagai program dan
terus menyesuaikannya seiring perkembangan situasi
sosial, agar dapat mencapai tujuan pengurangan angka
stunting.
POIN-POIN PENDUKUNG 1
Disesuaikan dengan situasi stunting
dan identifikasi penyebab
permasalahan stunting
di desa masing-masing.
POIN-POIN PENDUKUNG 2
Disesuaikan dengan kebijakan dan
program yang dimiliki masing-masing
desa terkait upaya pencegahan
stunting yang efektif dan efisien.
POIN-POIN PENDUKUNG 3
• Jadikan pencegahan stunting sebagai prioritas
pembangunan desa dengan sumberdaya dana dan
manusia yang memadai.
• Tingkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga
pelayanan publik terkait penyuluhan, tindak
pencegahan serta penanganan stunting.
• Terapkan program komunikasi perubahan perilaku
masyarakat utamanya dengan pendekatan antar
pribadi dan komunikasi kelompok.
• Gunakan pendekatan komunikasi dan program
intervensi inovatif yang khas dan relevan dengan
memperhatikan demografi sosial, segmen ekonomi,
adat dan budaya masyarakat setempat.
KELOMPOK SASARAN TERSIER
Kelompok Masyarakat Madani
(Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Akademisi, Pemuka Adat, Pemimpin Informal, Pemimpin Opini)
PESAN KUNCI UTAMA: Stunting saat ini menjadi salah satu prioritas kesehatan nasional. Mendesak untuk melakukan
penguatan kesadaran publik untuk membantu mencegah stunting melalui optimalisasi tumbuh kembang pada 1.000 hari
pertama kehidupan anak.
PESAN KUNCI 1
Stunting umum ditemui di tengah
masyarakat Indonesia dan dapat dicegah,
namun pengetahuan masyarakat tentang
stunting masih relatif rendah.
PESAN KUNCI 2
Stunting menimbulkan dampak jangka
panjang dan mengancam kualitas
generasi bangsa.
PESAN KUNCI 3
Perlu peningkatan kesadaran masyarakat untuk
mengubah perilaku, melalui komunikasi interpersonal
yang muatannya menyasar berbagai aspek yang saling
terkait.
POIN-POIN PENDUKUNG 1
• Disesuaikan dengan situasi stunting Bayi
lahir dengan berat badan kurang dari
2.500 gram dan panjang badan kurang
dari 48 cm beresiko menderita
stunting.
• Anak yang menderita stunting tidak
akan pernah mencapai tinggi badan
dan perkembangan otak yang optimal,
untuk menikmati potensi kognitifnya
secara maksimal.
• Orang dengan tinggi badan kurang dari
145 cm berisiko mengalami kekurangan
berat badan dan berpotensi menderita
stunting.
POIN-POIN PENDUKUNG 2
• Penderita stunting beresiko memiliki
keterampilan kognitif rendah, rendah
prestasi/pencapaian pendidikan, rendah
produktivitas dan kreativitas di masa depan,
serta berpotensi mengancam kesejahteraan
mereka; terhambat kemungkinannya meraih
pendapatan besar dan berpotensi besar menjadi
miskin.
• Stunting menimbulkan dampak antar-generasi,
orang tua yang stunting besar kemungkinan akan
melahirkan anak yang stunting pula sehingga
kualitas keluarga terancam, terus menjadi
lingkaran masalah yang tak terputuskan.
• Stunting bukan saja mengancam potensi individu
namun seluruh generasi bangsa, saat Indonesia
menjelang manfaat bonus demografi di tahun
2045 mendatang.
POIN-POIN PENDUKUNG 3
• Gunakan pendekatan komunikasi dan program intervensi inovatif yang
khas dan relevan dengan memperhatikan demografi sosial, segmen
ekonomi, adat dan budaya masyarakat setempat.
• Mengedukasi warga dalam merencanakan pernikahan dan kehamilan
dengan bijaksana
• Meningkatkan pengetahuan warga akan asupan gizi seimbang, perilaku
hidup bersih dan sehat, serta bahaya merokok.
• Gaya hidup sehat salah satu dan utamanya memastikan pemanfaatan air
dan sanitasi bersih dalam kegiatan sehari-hari.
• Mendorong warga untuk memeriksakan kehamilan secara rutin dan
melahirkan di fasilitas kesehatan terdekat.
• Menggugah warga untuk mengunjungi posyandu/fasilitas kesehatan
untuk memantau tumbuh kembang anak dan menerima layanan
kesehatan dasar, serta stimulasi dini.
• Mendorong keterlibatan suami atau ayah dalam kegiatan mengasuh
anak, termasuk dukungan pemberian ASI secara eksklusif optimal dan
dukungan moral serta pemenuhan kebutuhan ibu-anak, demi
pembentukan status gizi ideal sang anak.1
Pembagian Peran dan
Tanggung Jawab
7.
Sebagai pemimpin dan pelaksana utama Komunikasi Perubahan Perilaku
Percepatan Pencegahan Stunting, dengan kewenangan sebagai berikut:
• Menetapkan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK), penyiapan
konten dan pengembangan kapasitas dalam rangka penyelenggaraan
komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting.
• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting yang menjadi
kewenangan daerah, selain juga melakukan pengembangan sumber
daya, koordinasi, dan bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi.
• Berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika,
memberikan materi edukasi terkait stunting dan upaya pencegahannya
agar dapat disebarluaskan dalam bentuk kampanye nasional.
KEMENTERIAN KESEHATAN
Sebagai pemimpin dan pelaksana utama Kampanye Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting, dengan kewenangan sebagai berikut:
• Menyediakan beragam saluran komunikasi massa untuk
mempromosikan isu stunting dan upaya pencegahannya, agar dapat
menjangkau seluruh daerah prioritas di seluruh Indonesia.
• Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kampanye nasional di Indonesia.
• Berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan
materi edukasi terkait stunting dan upaya pencegahannya, agar
dapat disebarluaskan dalam bentuk kampanye nasional.
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA
• Koordinasi di tingkat provinsi dilakukan melalui pertemuan berkala
tiga bulanan untuk membahas pelaksanaan pencegahan stunting, di
antaranya penyelarasan kebijakan, target provinsi dengan kebijakan
nasional
• Melakukan advokasi/sosialiasi
• Kampanye melalui berbagai saluran
• Merealokasikan sumber daya, seperti SDM dan anggaran
• Peningkatan kapasitas
• Kemitraan sesuai dengan kebutuhan pelayanan gizi yang konvergen
• Pembinaan dan pendampingan kabupaten/kota.
PEMERINTAH PROVINSI
• Menciptakan lingkungan kebijakan daerah yang mendukung kebijakan
intervensi gizi yang konvergen, dengan menyesuaikan kebijakan daerah
dengan kebijakan pusat dan kondisi daerah.
• Memastikan dipenuhinya sumber daya untuk intervensi gizi yang
konvergen melalui proses perencanaan dan penganggaran, meliputi
kapasitas SDM, anggaran, dukungan logistik, dan kemitraan.
• Melakukan pembinaan dan pendampingan pelaksanaan intervensi gizi
prioritas yang konvergen (terpadu) di tingkat kecamatan dan desa.
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
• Melakukan pendataan masalah gizi masyarakat di tingkat
keluarga
• Menganalisis, merumuskan intervensi terhadap
permasalahan kesehatan tersebut dengan intervensi gizi
spesifik dan sensitif
• Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan
rumah
• Memutakhirkan dan mengelola sumber data.
PUSKESMAS
• Melakukan pemantauan dan pengukuran status gizi
• Memberikan penyuluhan
• Mobilisasi kader untuk mendukung komunikasi
interpersonal kepada kelompok target
• Melakukan kunjungan rumah.
POSYANDU
Kementerian dan lembaga yang dapat ikut berperan dalam
mendorong dan mengimplementasikan strategi ini diantaranya :
• Kementerian Desa
• Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
• Kementerian Dalam Negeri
• Kementerian Sosial
• Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
• Dan lain-lain.
LINTAS SEKTOR
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan Evaluasi
8.
1. Pada tahun 2024, sebanyak 514 kabupaten/kota memiliki regulasi/kebijakan
terkait komunikasi perubahan perilaku dalam pencegahan stunting.
2. Pada tahun 2024, 80% tenaga kesehatan di puskesmas mendapatkan
pelatihan/orientasi komunikasi antar pribadi
3. Pada tahun 2024, 30% kader kesehatan mendapatkan pelatihan / orientasi
komunikasi antar pribadi.
4. Pada tahun 2024, sebanyak 80% tenaga kesehatan di puskesmas mampu
memberikan layanan kesehatan melalui komunikasi antar pribadi kepada
kelompok sasaran.
5. Pada tahun 2024, sebanyak 80% ibu hamil mengonsumsi zat Besi Folat sesuai
standar
INDIKATOR CAPAIAN DAN IMPLEMENTASI
STRATEGI KOMUNIKASI
(Sesuai dengan dokumen Strategi Nasional Percepatan
Pencegahan Stunting Periode 2019 – 2024 )
• Materi : perkembangan pelaksanaan kegiatan kampanye dan komunikasi perubahan
perilaku
• Sumber informasi monitoring : dokumen rencana kegiatan kampanye dan komunikasi
perubahan perilaku
• Penanggung jawab
• Pusat : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
• Daerah: Bidang Kesehatan Masyarakat
• Monitoring dilakukan setiap tiga bulan sekali secara terpadu melalui laporan secara
berjenjang, rapat koordinasi lintas program dan pembinaan terbaru.
• Umpan balik (feedback) hasil monitoring dapat disampaikan melalui mekanisme
persuratan. Dan dapat dibawa ke forum pimpinan apabila terdapat tindak lanjut yang
memerlukan keputusan pimpinan yang lebih tinggi.
• Hasil monitoring akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi upaya
komunikasi dalam pencegahan stunting secara keseluruhan
MONITORING DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
• Materi : hasil pelaksanaan kegiatan kampanye dan komunikasi perubahan
perilaku yang telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
• Pelaksana
• Pusat : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
• Daerah: Bidang Kesehatan Masyarakat atau penanggungjawab yang
ditugaskan oleh institusi yang berwenang.
• Waktu evaluasi dilakukan 1 tahun sekali, melalui laporan pada rapat koordinasi
forum komunikasi lintas program pada akhir tahun.
• Evaluasi dampak dilakukan dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau secara khusus melakukan evaluasi
perubahan perilaku bekerja sama dengan UPT Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan di daerah.
• Hasil evaluasi dilaporkan ke Gubernur dan akan dilaporkan kepada
Menteri Kesehatan.
EVALUASI dan DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
Langkah Adaptasi Untuk
Tingkat Lokal
9.
1. Analisis Situasi
2. Menyusun rencana aksi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting
berbasis bukti, merujuk pada Kerangka Teori Komunikasi Perubahan Perilaku
(poin 5 di atas) dan Peta Jalan (poin 6 di atas) yang sudah ditetapkan, melalui
kerja kelompok dan lokakarya
3. Menyusun rencana pemantauan (monitoring) dan evaluasi U/mengukur
capaian komunikasi perubahan perilaku di masyarakat.
4. Melakukan implementasi komunikasi perubahan perilaku pencegahan
stunting melalui komunikasi antar pribadi sesuai intensitas & cakupan yg luas.
5. Menggunakan data monitoring dan evaluasi untuk memperbaiki implementasi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting melalui komunikasi antar
pribadi
LANGKAH ADAPTASI #1
DLI 1 : Sekretariat Wakil Presiden
DLI 2 : Kementerian Keuangan dan Bappenas
DLI 3 : BPS
DLI 4 : Kemendiknas dan Kementerian Desa, Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi
DLI 5 : Kementerian Sosial
DLI 6 : Kementerian Kesehatan
DLI 7 : Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri
DLI 8 : Bappenas dan Sekretariat Wakil Presiden
DLI 9 : Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian
Keuangan
DLI 0 : Kementeria Keuangan dan Sekretariat Wakil Presiden
KONVERGENSI ANTAR KEMENTERIAN DAN
LEMBAGA DALAM PENCEGAHAN STUNTING
2018 : Kemkes mendukung Kab/Kota prioritas dalam menerbitkan Strategi
Komunikasi Perubahan Perilkau dalam peraturan/kebijakan daerah
yang didalamnya termasuk kegiatan Komunikasi Antar Pribadi (IPC)
yang disesuaikan dengan pelaksanaan peraturan/kebijakan GERMAS
2018 : Kab/Kota prioritas berhasil menerapkan kegiatan IPC promotive
dan preventif sesuai lokal spesifik sebagai bagian dari strategi KPP
lokal di Desa prioritas
2019 -2021:Kab/Kota prioritas berhasil menerapkan kegiatan IPC
promotive dan preventif sesuai lokal spesifik sebagai bagian dari
strategi KPP
KEMENTERIAN KESEHATAN
TERIMA KASIH
Cegah Stunting,
Itu Penting Terima Kasih
1 de 57

Recomendados

25820 sni 3751-2009 (tepung terigu) por
25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)
25820 sni 3751-2009 (tepung terigu)Fitri Andriani
52.2K vistas48 diapositivas
Kembang gula keras 2968 sni 3547.1_2008 por
Kembang gula keras  2968 sni 3547.1_2008Kembang gula keras  2968 sni 3547.1_2008
Kembang gula keras 2968 sni 3547.1_2008Fitri Andriani
6.2K vistas52 diapositivas
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS por
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASRahma Sagistiva Sari
3.3K vistas11 diapositivas
Ppt stunting niken por
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting nikenNiken Kurniasih
98.8K vistas20 diapositivas
Laporan Praktikum Sosis por
Laporan Praktikum SosisLaporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisErnalia Rosita
13.6K vistas20 diapositivas
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS por
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASRahma Sagistiva Sari
1.2K vistas11 diapositivas

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Pewarnaan bakteri staphylococcus por
Pewarnaan bakteri staphylococcusPewarnaan bakteri staphylococcus
Pewarnaan bakteri staphylococcusEri Krismiya
4.4K vistas18 diapositivas
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS por
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASRahma Sagistiva Sari
1.6K vistas7 diapositivas
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS por
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASRahma Sagistiva Sari
3.3K vistas11 diapositivas
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian por
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbianlaporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbianSuryani Lubisch
11.4K vistas10 diapositivas
Laporan Praktikum Mentega Tradisional por
Laporan Praktikum Mentega TradisionalLaporan Praktikum Mentega Tradisional
Laporan Praktikum Mentega TradisionalErnalia Rosita
8.8K vistas15 diapositivas
Gizi dewasa por
Gizi dewasaGizi dewasa
Gizi dewasakurniati dwi utami, S.Gz, M.PH
18.7K vistas87 diapositivas

La actualidad más candente(20)

Pewarnaan bakteri staphylococcus por Eri Krismiya
Pewarnaan bakteri staphylococcusPewarnaan bakteri staphylococcus
Pewarnaan bakteri staphylococcus
Eri Krismiya4.4K vistas
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS por Rahma Sagistiva Sari
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari1.6K vistas
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS por Rahma Sagistiva Sari
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Rahma Sagistiva Sari3.3K vistas
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian por Suryani Lubisch
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbianlaporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
Suryani Lubisch11.4K vistas
Laporan Praktikum Mentega Tradisional por Ernalia Rosita
Laporan Praktikum Mentega TradisionalLaporan Praktikum Mentega Tradisional
Laporan Praktikum Mentega Tradisional
Ernalia Rosita8.8K vistas
Peran remaja dalam pencegahan stunting.ppt por NunungNiswatiRH
Peran remaja dalam pencegahan stunting.pptPeran remaja dalam pencegahan stunting.ppt
Peran remaja dalam pencegahan stunting.ppt
NunungNiswatiRH5.1K vistas
VISKOSITAS BROOKFIELD por SofiaNofianti
VISKOSITAS BROOKFIELDVISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELD
SofiaNofianti5.3K vistas
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometri por infosanitasi
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara SpektrofotometriCara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometri
Cara Uji Nitrit (NO2 N) secara Spektrofotometri
infosanitasi27K vistas
Isolasi bakteri por f' yagami
Isolasi bakteriIsolasi bakteri
Isolasi bakteri
f' yagami6.2K vistas
Enzim por Dian Gibol
EnzimEnzim
Enzim
Dian Gibol62.3K vistas
Cawan petri, jarum ose, spkulum por Okta Yosiana Dewi
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum
Okta Yosiana Dewi32.1K vistas
Laporan farmasi fisika rheologi por Mina Audina
Laporan farmasi fisika rheologiLaporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologi
Mina Audina17.1K vistas
92349448 reaksi-browning-pencoklatan-pada-makanan por Novita Ardyanti
92349448 reaksi-browning-pencoklatan-pada-makanan92349448 reaksi-browning-pencoklatan-pada-makanan
92349448 reaksi-browning-pencoklatan-pada-makanan
Novita Ardyanti15.5K vistas

Similar a PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf

Edit tugsus individu 28 juli 2020_bapelkes_smr_edit2 por
Edit tugsus individu 28 juli 2020_bapelkes_smr_edit2Edit tugsus individu 28 juli 2020_bapelkes_smr_edit2
Edit tugsus individu 28 juli 2020_bapelkes_smr_edit2Agung Munandar
123 vistas33 diapositivas
Materi Promosi Kesehatan por
Materi Promosi KesehatanMateri Promosi Kesehatan
Materi Promosi KesehatanKarinaSyafarini
350 vistas33 diapositivas
Promkes por
PromkesPromkes
PromkesTini Wartini
21.2K vistas33 diapositivas
PPT PROMKES SUSANNE DIDA.pdf por
PPT PROMKES SUSANNE DIDA.pdfPPT PROMKES SUSANNE DIDA.pdf
PPT PROMKES SUSANNE DIDA.pdfPuskesmasSukagalih
34 vistas20 diapositivas
Salinan PPT MI 1.pptx por
Salinan PPT MI 1.pptxSalinan PPT MI 1.pptx
Salinan PPT MI 1.pptxSriMartini25
88 vistas51 diapositivas
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx por
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptxPola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptxPuskesmasBangli1
10 vistas37 diapositivas

Similar a PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf(20)

Edit tugsus individu 28 juli 2020_bapelkes_smr_edit2 por Agung Munandar
Edit tugsus individu 28 juli 2020_bapelkes_smr_edit2Edit tugsus individu 28 juli 2020_bapelkes_smr_edit2
Edit tugsus individu 28 juli 2020_bapelkes_smr_edit2
Agung Munandar123 vistas
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx por PuskesmasBangli1
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptxPola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
PuskesmasBangli110 vistas
Kebijakan pis pk pandemi bapelkes cikarang por Segarnis Dhiasy
Kebijakan pis pk pandemi bapelkes cikarangKebijakan pis pk pandemi bapelkes cikarang
Kebijakan pis pk pandemi bapelkes cikarang
Segarnis Dhiasy16.8K vistas
Pilar 2 C T P S Ida Rafiqah por ESP Indonesia
Pilar 2  C T P S  Ida  RafiqahPilar 2  C T P S  Ida  Rafiqah
Pilar 2 C T P S Ida Rafiqah
ESP Indonesia4.4K vistas
E modul 3 kelas tutor ciloto por Maria Amandit
 E modul 3  kelas tutor ciloto E modul 3  kelas tutor ciloto
E modul 3 kelas tutor ciloto
Maria Amandit115 vistas
Bu sukma (sobatkerja.com) por Mirza S
Bu sukma (sobatkerja.com)Bu sukma (sobatkerja.com)
Bu sukma (sobatkerja.com)
Mirza S714 vistas
TRANSFORMASI KESEHATAN_Bid Kesmas edit.pptx por ZigBgmiress
TRANSFORMASI KESEHATAN_Bid Kesmas edit.pptxTRANSFORMASI KESEHATAN_Bid Kesmas edit.pptx
TRANSFORMASI KESEHATAN_Bid Kesmas edit.pptx
ZigBgmiress167 vistas
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs por Cut Ampon Lambiheue
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGsPeran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Peran Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian MDGs
Cut Ampon Lambiheue17.1K vistas
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012 por Sekretariat STBM
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Sekretariat STBM6K vistas
Gerakan jamban sehat por Anisa Rahmah
Gerakan jamban sehatGerakan jamban sehat
Gerakan jamban sehat
Anisa Rahmah23K vistas
Buku panduan pekan imunisasi 2015 por sehatnegeriku
Buku panduan pekan imunisasi 2015Buku panduan pekan imunisasi 2015
Buku panduan pekan imunisasi 2015
sehatnegeriku10.6K vistas
Laporan perkembangan stbm por yucub
Laporan perkembangan stbmLaporan perkembangan stbm
Laporan perkembangan stbm
yucub4.3K vistas

Último

2.5.1.a SK Tim pembina keluarga PIS-PK.docx por
2.5.1.a SK Tim pembina keluarga PIS-PK.docx2.5.1.a SK Tim pembina keluarga PIS-PK.docx
2.5.1.a SK Tim pembina keluarga PIS-PK.docxfitrianaibrahim1
18 vistas5 diapositivas
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT por
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGTPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGTAstriYuliaSariLubis1
321 vistas63 diapositivas
keseimbangan asam dan basa.pptx por
keseimbangan asam dan basa.pptxkeseimbangan asam dan basa.pptx
keseimbangan asam dan basa.pptxAlva Cherry Mustamu
23 vistas21 diapositivas
Obat Untuk Penyakit Sistem Pernafasan.pptx por
Obat Untuk Penyakit Sistem Pernafasan.pptxObat Untuk Penyakit Sistem Pernafasan.pptx
Obat Untuk Penyakit Sistem Pernafasan.pptxFadhol Romdhoni
34 vistas38 diapositivas
D.1 MSDS FORMAT ANYAR.pdf por
D.1 MSDS FORMAT ANYAR.pdfD.1 MSDS FORMAT ANYAR.pdf
D.1 MSDS FORMAT ANYAR.pdfpurwantorodua
6 vistas8 diapositivas
Perdirjen No. 2626 Tahun 2023 Model_Kompetensi_Guru_.pdf por
Perdirjen No. 2626 Tahun 2023 Model_Kompetensi_Guru_.pdfPerdirjen No. 2626 Tahun 2023 Model_Kompetensi_Guru_.pdf
Perdirjen No. 2626 Tahun 2023 Model_Kompetensi_Guru_.pdfAgusTayMilanau
29 vistas14 diapositivas

Último(8)

2.5.1.a SK Tim pembina keluarga PIS-PK.docx por fitrianaibrahim1
2.5.1.a SK Tim pembina keluarga PIS-PK.docx2.5.1.a SK Tim pembina keluarga PIS-PK.docx
2.5.1.a SK Tim pembina keluarga PIS-PK.docx
fitrianaibrahim118 vistas
Obat Untuk Penyakit Sistem Pernafasan.pptx por Fadhol Romdhoni
Obat Untuk Penyakit Sistem Pernafasan.pptxObat Untuk Penyakit Sistem Pernafasan.pptx
Obat Untuk Penyakit Sistem Pernafasan.pptx
Fadhol Romdhoni34 vistas
Perdirjen No. 2626 Tahun 2023 Model_Kompetensi_Guru_.pdf por AgusTayMilanau
Perdirjen No. 2626 Tahun 2023 Model_Kompetensi_Guru_.pdfPerdirjen No. 2626 Tahun 2023 Model_Kompetensi_Guru_.pdf
Perdirjen No. 2626 Tahun 2023 Model_Kompetensi_Guru_.pdf
AgusTayMilanau29 vistas
Perencanaan Penanggulangan Bencana di Bidang Kesehatan.pptx por Alva Cherry Mustamu
Perencanaan Penanggulangan Bencana di Bidang Kesehatan.pptxPerencanaan Penanggulangan Bencana di Bidang Kesehatan.pptx
Perencanaan Penanggulangan Bencana di Bidang Kesehatan.pptx

PAPARAN-STUNTING-DIR.-PROMKES_1225.pdf

  • 1. STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat14 November 2018 DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
  • 2. OUT LINE 1. MASALAH PERILAKU DAN PRAKTIK 2. KERANGKA TEORI DAN PETA JALAN 3. ANALISIS SALURAN KOMUNIKASI 4. TUJUAN STRATEGI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU 5. KELOMPOK SASARAN 6. PESAN KUNCI 7. PEMBAGIAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB 8. MONEV 9. LANGKAH ADAPTASI UNTUK TINGKAT LOKAL
  • 3. Masalah Perilaku & Praktik Terkait Stunting 1.
  • 4. Lingkungan • IUWASH: Studi Formatif untuk Peningkatan Akses WASH (15 kabupaten kota Sistem Layanan • Catatan Diskusi Stunting dalam rangka need assessment penulisan buku pencegahan stunting BKKBN –YCCP di kota Kuningan • An analysis of Indonesia’s primary health care supply-side readiness -(WB) • Studi Kualitatif dengan Metode Focus Group Discussion di Cianjur dan Cimahi Masyarakat • IUWASH: Studi Formatif untuk Peningkatan Akses WASH • Kemitraan Pemerintah – Swasta • Advokasi Proyek Kesehatan & Gizi Berbasis Masy u/Mengurangi Stunting (PKGBM) - MCAI • Update KPPPA - Matriks Kegiatan KL dalam Pencegahan Stunting • Studi Kualitatif dengan Metode Focus Group Discussion di Cianjur dan Cimahi Individu • Final Report: Behavior change formative research (11 districts, 10 provinces) • Jurnal-jurnal stunting • Perubahan perilaku u/ pencegahan stunting: Pengasuhan Anak dan Pola Konsumsi SERTA KesLING- • Studi Kualitatif dengan Metode Focus Group Discussion di Cianjur dan Cimahi SUMBER DATA YANG TERKUMPUL
  • 5. TINGKAT INDIVIDUAL DAN ANTAR PRIBADI (INTERPERSONAL): Petugas kesehatan sulit menjelaskan ke masyarakat tentang stunting Hanya sebagian kecil ibu hamil, ibu baduta, anggota RT, petugas kesehatan, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta dinas kesehatan, mengerti dampak negatif dari ‘kerdil/stunting”. Kurangnya pengetahuan WUS tentang stunting karena kemauan mengakses informasi kesehatan ttg kehamilan, masa nifas, ASI, MP ASI, dan Imunisasi yang komprehensif Kurangnya pemanfaatan fasyankes oleh masyarakat karena jarak Stunting berhubungan dg keturunan dan masih bisa disembuhkan Keluarga dengan anak stunting merasa bingung anak mereka dianggap stunting
  • 6.  Kader belum paham betul mengidentifikasi anak stunting.  Kurangnya kader (kualitas dan kuantitas)  Food Habits yang keliru: kolosterum tidak diberikan, ASI tidak Eksklusif (BPS 2012)  Food Taboo : Ibu hamil dan anak-anak tidak makan ikan karena takut kecacingan  Kurangnya pengetahuan opinion leader (tokoh agama, tokoh masyarakat)  Peran serta ayah yang kurang saat kehamilan  BAB sembarangan  RT memiliki jamban namun masih banyak yang menyalurkan langsung ke sumber air (badan air) dan masih sedikit yang melakukan pengurasan tanki septiknya.  Masyarakat tidak mempraktekkkan CTPS di 5 waktu penting TINGKAT MASYARAKAT
  • 7. Kurang maksimalnya informasi yang diberikan NAKES kepada sasaran Tidak berjalannya program penyuluhan kunjungan rumah karena Kurangnya NAKES Kunjungan NAKES sangat terbatas, bahkan tidak sama sekali ke keluarga sasaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tidak sampai ke target. PMT kurang variasi, kurang memanfaatkan makanan lokal. Tablet Tambah Darah (TTD) kurang optimal sampai sasaran. SDKI 2012, 30,9% perempuan mengonsumsi suplemen zat besi folat kurang dari 60 hari. Hampir 23% dari wanita yang disurvei melaporkan mereka tidak mengonsumsi zat besi folat selama kehamilan terakhir mereka. Kurangnya kepemilikan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Kurangnya pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). TINGKAT INSTITUSI LAYANAN MASYARAKAT
  • 8.  Masih ada pemimpin daerah yang baru mendengar kata “stunting” dan tidak paham secara rinci penyebab dan bahaya stunting  Belum adanya kebijakan yang terintegrasi tentang stunting  Pemerintah belum memprioritaskan penyediaan jamban sehat (septik tank)  Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DAMIU, banyaknya DAMIU yang belum terstandarisasi  Kurangnya ketersediaan pangan TINGKAT KEBIJAKAN
  • 9. Kerangka Teori dan Peta jalan 2.
  • 10. KERANGKA TEORI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU Gambar : MODEL EKOLOGI SOSIAL Diadaptasi Dari Unicef/EAPRO Regional Communication Guide 2013
  • 11.  Advokasi Kebijakan  Kampanye Nasional Media Massa  Komunikasi Perubahan Perilaku (melalui komunikasi interpersonal/antar pribadi)  Komunikasi Perubahan Sosial  Mobilisasi Sosial PENDEKATAN KOMUNIKASI
  • 12. DEFINISI KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU Komunikasi Perubahan Perilaku • Komunikasi Perubahan Perilaku adalah proses intervensi antar individu atau komunitas dimana seseorang membuat strategi komunikasi untuk mempromosikan perilaku yang positif. • Untuk itu, seseorang membutuhkan lingkungan yang mendukung dimana mereka bisa terus memperlihatkan perubahan yang berkelanjutan.
  • 13. LANGKAH PERUBAHAN PERILAKU Sumber: Training Curriclum, Increasing Interpersonal Communication Skills for the Introduction of IPV, Unicef
  • 14. PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU 1 2 3 4
  • 15. PETA JALAN – 1. TINGKAT KEBIJAKAN
  • 16. PETA JALAN – 2. TINGKAT ORGANISASI & TINGKAT MASYARAKAT
  • 17. PETA JALAN – 3. TINGKAT INTERPERSONAL (ANTAR PRIBADI) & TINGKAT INDIVIDU
  • 18. PETA JALAN – 4. TINGKAT KAMPANYE NASIONAL
  • 19. ANALISIS SALURAN KOMUNIKASI Analisis Saluran Komunikasi 3.
  • 20. • Merupakan saluran komunikasi yang paling banyak digunakan. • Buku KIA, poster, leaflet • Kendala: • belum terdistribusi secara merata • menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga sulit dipahami masyarakat yang masih memakai bahasa ibu • Saran: • butuh materi cetak yang lebih kreatif dan kontennya sesuai konteks lokal • diproduksi secara mandiri oleh daerah, sehingga memastikan disribusi lebih baik kepada kelompok sasaran • Kader merupakan kanal komunikasi yg paling sering dengan masyarakat. MEDIA CETAK
  • 21.  Media audio dan audio visual terkait kesehatan bumil, busui dan baduta telah banyak diproduksi namun belum ada yang secara tegas menginformasikan terkait pentingnya mencegah kejadian stunting.  Tim Promosi Kesehatan di provinsi juga telah memproduksi media elektronik namun terbatas pada topik tertentu saja.  Audio visual menjadi sarana penyampai pesan yang efektif, terutama untuk masyarakat yang belum bisa baca tulis. • Kendala: • Belum ada materi audio visual khusus tentang stunting • Produksi audio visual terbatas pada masa kampanye saja • Saran: • Terdapat beberapa alternatif materi audio visual untuk kelompok sasaran yang berbeda-beda • Produksi bisa dilakukan sbg up dating dan penayangan yg konsisten, sehingga masyarakat paham dan ingat tentang stunting & pencegahannya. MEDIA AUDIO DAN AUDIO-VISUAL
  • 22.  Media broadcast adalah mebantu meningkatkan kesadaran masy ttg kes, namun perlu dipertimbangkan daerah dg listrik terbatas.  Media broadcast antara lain : radio dan TV.  Kebiasaan masy mendengar radio di rumah atau saat bertetangga  Audiens radio menurun pd daerah dg jangkauan TV yg baik  Perkembangan terbaru: Terdapat sekitar 800 stasiun radio (nasional, swasta dan komunitas). 40 an stasiun TV : berkembang pesat, terutama munculnya TV lokal di daerah  Cara pemanfaatan media broadcast (sebagai penyampai pesan): Iklan layanan masyarakat Jingle/lagu Drama  Media lain: 170 surat kabar harian MEDIA BROADCAST
  • 23.  Media digital adalah bentuk ‘media baru’ yang muncuk sejak era internet.  Prinsipnya adalah ‘interkonekvitas’ yaitu menghubungkan satu perangkat ke perangkat yang lain dan membuka peluang untuk melakukan interaksi antar individu atau pengguna.  Dengan media digital,banyak orang dapat saling terhubung tanpa dibatasi batas geografis, ruang, dan waktu.  Bentuk media digital : blog, sosial media (twitter, instagram, facebook, youtube, dll), forum, aplikasi, website.  Cara pemanfaatan media digital (sebagai penyampai pesan) oMelalui foto, gambar, tulisan, video MEDIA DIGITAL
  • 24.  Sumber informasi masyarakat terkait stunting adalah kader  Komunikasi antar pribadi (interpersonal) tetap menjadi metode yang sangat efektif dalam perubahan perilaku, juga dalam meyakinkan sasaran untuk mengunjungi fasilitas kesehatan  Komunikasi tatap muka yang sesuai dengan budaya, kompeten dapat mempercepat peningkatan kesadaran dan perubahan yang cepat dalam perilaku yang sesungguhnya. KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KELOMPOK KECIL
  • 25. TUJUAN STRATEGI KOMUNIKASI Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku 4.
  • 26. Berkontribusi pada menurunnya angka stunting anak usia bawah dua tahun dari 32,9% menjadi 20% pada akhir 2024 di di seluruh kabupaten/kota melalui peningkatkan kesadaran publik dan melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting melalui kampanye nasional dan strategi komunikasi perubahan perilaku yang komprehensif. TUJUAN UMUM
  • 27. 1. Kabupaten/Kota memiliki regulasi/kebijakan terkait komunikasi perubahan perilaku dalam pencegahan stunting. 2. Tenaga kesehatan di puskesmas mendapatkan pelatihan/orientasi komunikasi antar pribadi 3. Kader kesehatan mendapatkan pelatihan / orientasi komunikasi antar pribadi. 4. Tenaga kesehatan di puskesmas memberikan layanan kesehatan melalui komunikasi antar pribadi kepada kelompok sasaran. 5. Ibu hamil mengonsumsi zat Besi Folat sesuai standar 6. Pelaksanaan kampanye perubahan perilaku yang konsisten dan berkelanjutan di tingkat pusat dan daerah TUJUAN KHUSUS
  • 29. Kelompok yang tergabung dan yang akan dilakukan intervensi KPP yaitu: • Ibu hamil • Ibu menyusui • Anak usia 0-23 bulan, Anak usia 24-59 bulan • Tenaga kesehatan: bidan, sanitarian, tenaga gizi, dokter, perawat • Kader KELOMPOK PRIORITAS (Sasaran Primer)
  • 30. Kelompok yang berpotensi mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku dan diintervensi umumnya melalui upaya mobilisasi sosial: • Wanita usia subur, Remaja • Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah, dan lainnya) • Pemuka masyarakat • Pemuka agama • Jejaring sosial (PKK, group pengajian, dll) KELOMPOK PENTING (Sasaran Sekunder)
  • 31. Pihak yang terlibat sebagai lingkungan pendukung untuk upaya percepatan pencegahan stunting, diintervensi melalui advokasi dan informasi publik, terdiri dari: • Pengambil kebijakan/keputusan: nasional, provinsi, kabupaten, kota dan desa • Organisasi Perangkat Daerah • Swasta: dokter, bidan, dokter anak, dokter kandungan • Dunia usaha • Donor dan perwakilan media • Media massa KELOMPOK PENDUKUNG (Sasaran Tersier)
  • 33. STRUKTUR DAN DIMENSI PESAN KUNCI FASE 1 FASE 2 FASE 3 Dimensi Pesan Pengenalan konsep stunting yang paling tepat dan mudah dipahami oleh masyarakat Pengenalan cara yang bisa ditempuh oleh masyarakat untuk mencegah dan merujuk kasus stunting Menumbuhkan pemberdayaan serta memperkuat kontrol sosial yang lebih baik di antara anggota masyarakat, bagi pencegahan stunting Perubahan Perilaku yang Diharapkan Target kelompok sasaran memahami definsi stunting, mengenali ciri umum dan faktor risikonya, memiliki keingintahuan yang lebih besar untuk memeriksa kondisi anak dan mencari informasi lebih banyak terkait stunting Target kelompok sasaran memahami langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan menangani anak stunting, serta mengimplementasikan langkah- langkah tersebut dalam gaya hidup sehat sehari-hari Target kelompok sasaran memiliki kemampuan untuk menjelaskan hal- hal seputar isu stunting, mengembangkan solidaritas sosial yang lebih kuat antar individu, merasa prihatin dan ingin melakukan perubahan bilamana terdapat kasus stunting di lingkungannya
  • 34. PESAN UTAMA: Mencegah stunting itu penting, manfaatkan pelayanan kesehatan, perbaiki pola makan, pola asuh, dan kebersihan diri serta lingkungan. PESAN KUNCI 1 Stunting umum ditemui di tengah lingkungan kita, kenali gejala dan pahami faktor resiko stunting dengan baik. PESAN KUNCI 2 Stunting dapat dicegah. Anda sangat dianjurkan untuk mencegahnya sejak dini melalui upaya mandiri, agar pertumbuhan fisik dan kognitif Anak tidak terhambat. PESAN KUNCI 3 Ambil tindakan lebih lanjut. Kunjungi posyandu/fasilitas kesehatan untuk memantau tumbuh kembang anak setiap bulan, dan menerima layanan kesehatan. POIN-POIN PENDUKUNG 1 • Waspadai ibu hamil yang anemia, kurus, terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak kehamilannya. • Waspadai bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan panjang badan kurang dari 48 cm. • Waspadai bayi yang tidak mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, dan pemberian makanan pendamping yang tidak tepat. • Awas diare berulang pada ibu hamil dan balita (berikan oralit dan zinc selama 10 hari). • Waspadai ibu hamil yang terkena Malaria POIN-POIN PENDUKUNG 2 • Penuhi gizi ibu hamil, minum tablet tambah darah dan pantau kenaikan berat badan ibu selama kehamilan. • Pastikan atur jarak kehamilan. • Hindari kehamilan kurang dari 20 tahun atau di atas usia 40 tahun. • Berikan ASI eksklusif agar bayi sehat dan cerdas. • Pastikan anak makan makanan dengan gizi seimbang, dukung dengan asupan ASI hingga usia 2 tahun. • Gunakan selalu air bersih dan jamban sehat. • Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, dan praktikkan di 5 waktu penting: • Cegah gigitan nyamuk Malaria pada ibu hamil dengan menggunakan kelambu saat tidur POIN-POIN PENDUKUNG 3 • Periksakan kehamilan secara rutin dan melahirkan di fasilitas kesehatan terdekat. • Timbang berat badan, ukur tinggi badan anak secara rutin, dan catat dalam buku KIA. • Konsultasikan dengan kader dan petugas kesehatan tentang cara-cara mencegah stunting. • Dapatkan imunisasi dasar di posyandu/fasilitas kesehatan. • Apabila ibu hamil memiliki gejala Malaria, lakukan pengobatan dan minum tablet tambah darah KELOMPOK SASARAN PRIMER Rumah tangga dengan anggota keluarga yang berada pada periode 1.000 HPK dan lainnya: Ibu hamil, Ibu menyusui, Ibu dengan anak usia 0-23 bulan
  • 35. KELOMPOK SASARAN PRIMER Tenaga Kesehatan (Bidan, Sanitarian, Tenaga Gizi, Dokter, Perawat) dan Kader PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah permasalahan kesehatan yang dapat dicegah dengan intervensi gizi spesifik dan sensitif oleh penyedia layanan kesehatan yang terampil. PESAN KUNCI 1 Prevalensi stunting di Indonesia tidak dapat dianggap remeh dan perlu menjadi prioritas dan mendapat perhatian dari para penyedia layanan dan tenaga kesehatan. PESAN KUNCI 2 Stunting dapat dicegah dan manfaat yang dirasakan bersifat jangka panjang. PESAN KUNCI 3 Buktikan komitmen penyedia layanan dan tenaga kesehatan untuk menunjukkan upaya terbaik dalam mencapai target nasional penurunan prevalensi stunting, melalui komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting. POIN-POIN PENDUKUNG 1 • Stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang umum ditemui. • Stunting tidak hanya terjadi masyarakat miskin tetapi juga terjadi pada 29% kelompok terkaya, di desa maupun di kota. • Stunting dapat dicegah utamanya melalui upaya komunikasi perubahan perilaku dengan pendekatan antar pribadi pada kelompok sasaran. POIN-POIN PENDUKUNG 2 • Pencegahan stunting merupakan investasi terhadap SDM secara jangka panjang. • Penurunan angka stunting pada tahun 2024 merupakan target kesehatan nasional sesuai RPJMN 2019-2024. • Mencegah stunting berarti memperbaiki kualitas generasi bangsa, terutama dalam menyiapkan Generasi Emas 2045. • Pencegahan stunting memerlukan kerja sama lintas sektor. POIN-POIN PENDUKUNG 3 • Tingkatkan kualitas layanan – terutama konseling antar pribadi melalui kunjungan rumah, di posyandu, dan di institusi layanan kesehatan. • Sampaikan edukasi pada warga tentang pentingnya: o Gizi seimbang bagi remaja putri, WUS dan kelompok dengan anggota keluarga yang berada pada periode 1.000 hari pertama kehidupan anak o Rutinitas melakukan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini periode tumbuh kembang di Puskesmas, Posyandu dan PAUD. o Mencuci tangan dengan sabun di 5 waktu penting utama • Stop BAB sembarangan, gunakan air bersih dan jamban sehat. • Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, dan praktikkan di 5 waktu penting
  • 36. KELOMPOK SASARAN SEKUNDER Wanita usia subur, Remaja , Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah, dan lainnya), Pemuka masyarakat, Pemuka agama, Jejaring sosial (PKK, group pengajian, dll) PESAN KUNCI UTAMA Mencegah stunting itu penting, dimulai dari remaja dan calon ibu, dengan dukungan suami dan keluarga. PESAN KUNCI 1 Stunting umum ditemui di tengah lingkungan kita, kenali gejala dan pahami faktor resiko stunting dengan baik. PESAN KUNCI 2 Stunting dapat dicegah. Anda sangat dianjurkan untuk mencegahnya sejak dini melalui upaya mandiri, agar pertumbuhan fisik dan kognitif calon Anak di masa depan tidak terhambat. PESAN KUNCI 3 Ambil tindakan lebih lanjut. Pastikan Anda mempraktikkan gaya hidup sehat dan perkuat solidaritas sosial agar penurunan stunting menjadi tanggungjawab bersama. POIN-POIN PENDUKUNG 1 • Remaja yang menikah dan hamil <20 tahun berisiko melahirkan anak stunting. • Remaja/WUS yang anemia dan kurang gizi berisiko melahirkan anak stunting. • Waspadai remaja dan WUS yang tidak berperilaku hidup bersih dan sehat. • Awas diare berulang pada anak balita (berikan oralit dan zinc selama 10 hari). POIN-POIN PENDUKUNG 2 • Tidak menikah dini dan memiliki anak di usia muda < 20 tahun. • Rencanakan kehamilan dengan bijaksana. • Pastikan seluruh keluarga untuk mengasup gizi seimbang dan minum Tablet Tambah Darah secara rutin (1 tablet setiap minggu). • Cek kadar Hemoglobin (HB) secara rutin. • Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari. • Istirahat yang cukup. • Tidak merokok dan tidak minum alkohol. • Gunakan air bersih dan jamban sehat. • Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, dan praktikkan di 5 waktu penting POIN-POIN PENDUKUNG 3 • Manfaatkan usia muda untuk kegiatan yang produktif dengan gaya hidup sehat. • Tidak melakukan pergaulan bebas. • Memeriksakan kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan secara berkala. • Suami dan/atau calon ayah serta anggota keluarga lainnya, dihimbau untuk sejak dini terlibat dalam pemeliharaan kesehatan keluarga, memenuhi kebutuhan, dan memberi dukungan moral kepada calon ibu, demi pembentukan status gizi ideal calon anak.
  • 37. KELOMPOK SASARAN TERSIER Pembuat Kebijakan Tingkat Kementerian/Lembaga (Pemerintah Pusat) PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah masalah nasional yang bisa dituntaskan melalui komitmen para pemimpin dan kolaborasi lintas kementerian/lembaga PESAN KUNCI 1 Prevalensi stunting di Indonesia stagnan sejak 2007- 2013 dan termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara. Perlu ada perhatian serius dari para pembuat kebijakan. PESAN KUNCI 2 Saat ini, Indonesia telah memiliki sejumlah instrumen kebijakan dan telah menjalankan sejumlah upaya Percepatan Pencegahan Stunting. PESAN KUNCI 3 Para pembuat kebijakan dan pemimpin lintas sektor perlu memastikan implementasi kebijakan yang telah ada, menyesuaikannya seiring perkembangan situasi sosial, berkoordinasi erat dengan pemerintah daerah agar dapat mencapai tujuan pengurangan angka stunting. POIN-POIN PENDUKUNG 1 • Anak yang menderita stunting tidak akan pernah mencapai tinggi badan dan perkembangan otak yang optimal, untuk menikmati potensi kognitifnya secara maksimal. • Penderita stunting beresiko memiliki keterampilan kognitif rendah, rendah prestasi/pencapaian pendidikan, rendah produktivitas dan kreativitas di masa depan, serta berpotensi mengancam kesejahteraan mereka; terhambat kemungkinannya meraih pendapatan besar dan berpotensi besar menjadi miskin. • Stunting menimbulkan dampak antar-generasi, orang tua yang stunting besar kemungkinan akan melahirkan anak yang stunting pula sehingga kualitas keluarga terancam, terus menjadi lingkaran masalah yang tak terputuskan. • Stunting bukan saja mengancam potensi individu namun seluruh generasi bangsa, saat Indonesia menjelang manfaat bonus demografi Generasi Emas 2045. POIN-POIN PENDUKUNG 2 • Peraturan Presiden No. 42/2013. • RPJMN 2014-2019 dan 2019-2024. • Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2021. POIN-POIN PENDUKUNG 3 • Jadikan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting sebagai acuan kerja utama yang dapat disesuaikan dengan sektor kerja masing-masing dan perkembangan situasi sesuai konteks yang ada. • Tetapkan pencegahan stunting sebagai salah satu prioritas pembangunan kesehatan nasional dengan sumberdaya dana dan manusia yang memadai. • Tingkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam memastikan implementasi kebijakan/regulasi yang diadaptasi dari Stratnas berjalan dengan baik. • Bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengakomodir aspirasi daerah termasuk penyesuaian yang mungkin perlu dilakukan. • Dorong terwujudnya konvergensi program lintas sektor untuk menanggulangi stunting secara bersama-sama. • Pastikan kegiatan monitoring dan evaluasi yang melekat untuk memastikan pencapaian tujuan.
  • 38. KELOMPOK SASARAN TERSIER Pembuat Kebijakan Tingkat Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota) PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah permasalahan prioritas di daerah yang bisa dituntaskan melalui komitmen pemimpin daerah dan kerja sama antar Organisasi Perangkat Daerah PESAN KUNCI 1 Prevalensi stunting di daerah ?? tidak dapat dianggap remeh, perlu ada perhatian serius dari para pembuat kebijakan setempat. PESAN KUNCI 2 Saat ini, Indonesia telah memiliki Saat ini, daerah ?? telah memiliki sejumlah instrumen kebijakan dan telah menjalankan sejumlah upaya Percepatan Pencegahan Stunting. PESAN KUNCI 3 Para pembuat kebijakan dan pemimpin daerah perlu memastikan implementasi kebijakan yang telah ada, segera menindaklanjuti penguatan berbagai program dan terus menyesuaikan kebijakannya seiring perkembangan situasi sosial, agar dapat mencapai tujuan pengurangan angka stunting. POIN-POIN PENDUKUNG 1 Disesuaikan dengan situasi stunting dan identifikasi penyebab permasalahan stunting di wilayah masing-masing. POIN-POIN PENDUKUNG 2 Disesuaikan dengan kebijakan dan program yang dimiliki masing-masing daerah terkait upaya pencegahan stunting yang efektif dan efisien. POIN-POIN PENDUKUNG 3 • Jadikan pencegahan stunting sebagai prioritas pembangunan kesehatan daerah dengan sumberdaya dana dan manusia yang memadai • Tingkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga pelayanan publik terkait penyuluhan, tindak pencegahan serta penanganan stunting. • Rancang dan terapkan program komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting dengan mengintegrasikan komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa, melalui pemanfaatan berbagai alat atau media komunikasi. • Gunakan pendekatan komunikasi dan program intervensi inovatif yang khas dan relevan dengan memperhatikan demografi sosial, segmen ekonomi, adat dan budaya masyarakat setempat • Dorong terwujudnya konvergensi program lintas sektor untuk menanggulangi stunting secara bersama-sama. • Pastikan ketersediaan Standar Pelayanan Minimal layanan publik sebagai bagian dari komitmen pemerintah.
  • 39. KELOMPOK SASARAN TERSIER Pembuat Kebijakan Tingkat Desa/Kelurahan PESAN KUNCI UTAMA: Stunting adalah permasalahan mendesak yang terjadi di tengah masyarakat dan dapat dicegah melalui komitmen pemimpin desa dan kerja sama antar warga masyarakat PESAN KUNCI 1 Prevalensi stunting di desa/kelurahan ?? tidak dapat dianggap remeh, perlu ada perhatian serius dari para pembuat kebijakan setempat. PESAN KUNCI 2 Saat ini, desa/kelurahan ?? telah memiliki sejumlah instrumen kebijakan dan telah menjalankan sejumlah upaya Percepatan Pencegahan Stunting. PESAN KUNCI 3 Para pemimpin desa perlu memastikan implementasi kebijakan yang telah ada, segera menindaklanjuti penguatan berbagai program dan terus menyesuaikannya seiring perkembangan situasi sosial, agar dapat mencapai tujuan pengurangan angka stunting. POIN-POIN PENDUKUNG 1 Disesuaikan dengan situasi stunting dan identifikasi penyebab permasalahan stunting di desa masing-masing. POIN-POIN PENDUKUNG 2 Disesuaikan dengan kebijakan dan program yang dimiliki masing-masing desa terkait upaya pencegahan stunting yang efektif dan efisien. POIN-POIN PENDUKUNG 3 • Jadikan pencegahan stunting sebagai prioritas pembangunan desa dengan sumberdaya dana dan manusia yang memadai. • Tingkatkan pemahaman dan kemampuan tenaga pelayanan publik terkait penyuluhan, tindak pencegahan serta penanganan stunting. • Terapkan program komunikasi perubahan perilaku masyarakat utamanya dengan pendekatan antar pribadi dan komunikasi kelompok. • Gunakan pendekatan komunikasi dan program intervensi inovatif yang khas dan relevan dengan memperhatikan demografi sosial, segmen ekonomi, adat dan budaya masyarakat setempat.
  • 40. KELOMPOK SASARAN TERSIER Kelompok Masyarakat Madani (Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Akademisi, Pemuka Adat, Pemimpin Informal, Pemimpin Opini) PESAN KUNCI UTAMA: Stunting saat ini menjadi salah satu prioritas kesehatan nasional. Mendesak untuk melakukan penguatan kesadaran publik untuk membantu mencegah stunting melalui optimalisasi tumbuh kembang pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. PESAN KUNCI 1 Stunting umum ditemui di tengah masyarakat Indonesia dan dapat dicegah, namun pengetahuan masyarakat tentang stunting masih relatif rendah. PESAN KUNCI 2 Stunting menimbulkan dampak jangka panjang dan mengancam kualitas generasi bangsa. PESAN KUNCI 3 Perlu peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku, melalui komunikasi interpersonal yang muatannya menyasar berbagai aspek yang saling terkait. POIN-POIN PENDUKUNG 1 • Disesuaikan dengan situasi stunting Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan panjang badan kurang dari 48 cm beresiko menderita stunting. • Anak yang menderita stunting tidak akan pernah mencapai tinggi badan dan perkembangan otak yang optimal, untuk menikmati potensi kognitifnya secara maksimal. • Orang dengan tinggi badan kurang dari 145 cm berisiko mengalami kekurangan berat badan dan berpotensi menderita stunting. POIN-POIN PENDUKUNG 2 • Penderita stunting beresiko memiliki keterampilan kognitif rendah, rendah prestasi/pencapaian pendidikan, rendah produktivitas dan kreativitas di masa depan, serta berpotensi mengancam kesejahteraan mereka; terhambat kemungkinannya meraih pendapatan besar dan berpotensi besar menjadi miskin. • Stunting menimbulkan dampak antar-generasi, orang tua yang stunting besar kemungkinan akan melahirkan anak yang stunting pula sehingga kualitas keluarga terancam, terus menjadi lingkaran masalah yang tak terputuskan. • Stunting bukan saja mengancam potensi individu namun seluruh generasi bangsa, saat Indonesia menjelang manfaat bonus demografi di tahun 2045 mendatang. POIN-POIN PENDUKUNG 3 • Gunakan pendekatan komunikasi dan program intervensi inovatif yang khas dan relevan dengan memperhatikan demografi sosial, segmen ekonomi, adat dan budaya masyarakat setempat. • Mengedukasi warga dalam merencanakan pernikahan dan kehamilan dengan bijaksana • Meningkatkan pengetahuan warga akan asupan gizi seimbang, perilaku hidup bersih dan sehat, serta bahaya merokok. • Gaya hidup sehat salah satu dan utamanya memastikan pemanfaatan air dan sanitasi bersih dalam kegiatan sehari-hari. • Mendorong warga untuk memeriksakan kehamilan secara rutin dan melahirkan di fasilitas kesehatan terdekat. • Menggugah warga untuk mengunjungi posyandu/fasilitas kesehatan untuk memantau tumbuh kembang anak dan menerima layanan kesehatan dasar, serta stimulasi dini. • Mendorong keterlibatan suami atau ayah dalam kegiatan mengasuh anak, termasuk dukungan pemberian ASI secara eksklusif optimal dan dukungan moral serta pemenuhan kebutuhan ibu-anak, demi pembentukan status gizi ideal sang anak.1
  • 42. Sebagai pemimpin dan pelaksana utama Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting, dengan kewenangan sebagai berikut: • Menetapkan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK), penyiapan konten dan pengembangan kapasitas dalam rangka penyelenggaraan komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting. • Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan komunikasi perubahan perilaku untuk pencegahan stunting yang menjadi kewenangan daerah, selain juga melakukan pengembangan sumber daya, koordinasi, dan bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi. • Berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, memberikan materi edukasi terkait stunting dan upaya pencegahannya agar dapat disebarluaskan dalam bentuk kampanye nasional. KEMENTERIAN KESEHATAN
  • 43. Sebagai pemimpin dan pelaksana utama Kampanye Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, dengan kewenangan sebagai berikut: • Menyediakan beragam saluran komunikasi massa untuk mempromosikan isu stunting dan upaya pencegahannya, agar dapat menjangkau seluruh daerah prioritas di seluruh Indonesia. • Menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kampanye nasional di Indonesia. • Berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan materi edukasi terkait stunting dan upaya pencegahannya, agar dapat disebarluaskan dalam bentuk kampanye nasional. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
  • 44. • Koordinasi di tingkat provinsi dilakukan melalui pertemuan berkala tiga bulanan untuk membahas pelaksanaan pencegahan stunting, di antaranya penyelarasan kebijakan, target provinsi dengan kebijakan nasional • Melakukan advokasi/sosialiasi • Kampanye melalui berbagai saluran • Merealokasikan sumber daya, seperti SDM dan anggaran • Peningkatan kapasitas • Kemitraan sesuai dengan kebutuhan pelayanan gizi yang konvergen • Pembinaan dan pendampingan kabupaten/kota. PEMERINTAH PROVINSI
  • 45. • Menciptakan lingkungan kebijakan daerah yang mendukung kebijakan intervensi gizi yang konvergen, dengan menyesuaikan kebijakan daerah dengan kebijakan pusat dan kondisi daerah. • Memastikan dipenuhinya sumber daya untuk intervensi gizi yang konvergen melalui proses perencanaan dan penganggaran, meliputi kapasitas SDM, anggaran, dukungan logistik, dan kemitraan. • Melakukan pembinaan dan pendampingan pelaksanaan intervensi gizi prioritas yang konvergen (terpadu) di tingkat kecamatan dan desa. PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
  • 46. • Melakukan pendataan masalah gizi masyarakat di tingkat keluarga • Menganalisis, merumuskan intervensi terhadap permasalahan kesehatan tersebut dengan intervensi gizi spesifik dan sensitif • Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah • Memutakhirkan dan mengelola sumber data. PUSKESMAS
  • 47. • Melakukan pemantauan dan pengukuran status gizi • Memberikan penyuluhan • Mobilisasi kader untuk mendukung komunikasi interpersonal kepada kelompok target • Melakukan kunjungan rumah. POSYANDU
  • 48. Kementerian dan lembaga yang dapat ikut berperan dalam mendorong dan mengimplementasikan strategi ini diantaranya : • Kementerian Desa • Daerah Tertinggal dan Transmigrasi • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan • Kementerian Dalam Negeri • Kementerian Sosial • Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak • Dan lain-lain. LINTAS SEKTOR
  • 50. 1. Pada tahun 2024, sebanyak 514 kabupaten/kota memiliki regulasi/kebijakan terkait komunikasi perubahan perilaku dalam pencegahan stunting. 2. Pada tahun 2024, 80% tenaga kesehatan di puskesmas mendapatkan pelatihan/orientasi komunikasi antar pribadi 3. Pada tahun 2024, 30% kader kesehatan mendapatkan pelatihan / orientasi komunikasi antar pribadi. 4. Pada tahun 2024, sebanyak 80% tenaga kesehatan di puskesmas mampu memberikan layanan kesehatan melalui komunikasi antar pribadi kepada kelompok sasaran. 5. Pada tahun 2024, sebanyak 80% ibu hamil mengonsumsi zat Besi Folat sesuai standar INDIKATOR CAPAIAN DAN IMPLEMENTASI STRATEGI KOMUNIKASI (Sesuai dengan dokumen Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2019 – 2024 )
  • 51. • Materi : perkembangan pelaksanaan kegiatan kampanye dan komunikasi perubahan perilaku • Sumber informasi monitoring : dokumen rencana kegiatan kampanye dan komunikasi perubahan perilaku • Penanggung jawab • Pusat : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. • Daerah: Bidang Kesehatan Masyarakat • Monitoring dilakukan setiap tiga bulan sekali secara terpadu melalui laporan secara berjenjang, rapat koordinasi lintas program dan pembinaan terbaru. • Umpan balik (feedback) hasil monitoring dapat disampaikan melalui mekanisme persuratan. Dan dapat dibawa ke forum pimpinan apabila terdapat tindak lanjut yang memerlukan keputusan pimpinan yang lebih tinggi. • Hasil monitoring akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi upaya komunikasi dalam pencegahan stunting secara keseluruhan MONITORING DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
  • 52. • Materi : hasil pelaksanaan kegiatan kampanye dan komunikasi perubahan perilaku yang telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. • Pelaksana • Pusat : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. • Daerah: Bidang Kesehatan Masyarakat atau penanggungjawab yang ditugaskan oleh institusi yang berwenang. • Waktu evaluasi dilakukan 1 tahun sekali, melalui laporan pada rapat koordinasi forum komunikasi lintas program pada akhir tahun. • Evaluasi dampak dilakukan dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau secara khusus melakukan evaluasi perubahan perilaku bekerja sama dengan UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di daerah. • Hasil evaluasi dilaporkan ke Gubernur dan akan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan. EVALUASI dan DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
  • 54. 1. Analisis Situasi 2. Menyusun rencana aksi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting berbasis bukti, merujuk pada Kerangka Teori Komunikasi Perubahan Perilaku (poin 5 di atas) dan Peta Jalan (poin 6 di atas) yang sudah ditetapkan, melalui kerja kelompok dan lokakarya 3. Menyusun rencana pemantauan (monitoring) dan evaluasi U/mengukur capaian komunikasi perubahan perilaku di masyarakat. 4. Melakukan implementasi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting melalui komunikasi antar pribadi sesuai intensitas & cakupan yg luas. 5. Menggunakan data monitoring dan evaluasi untuk memperbaiki implementasi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting melalui komunikasi antar pribadi LANGKAH ADAPTASI #1
  • 55. DLI 1 : Sekretariat Wakil Presiden DLI 2 : Kementerian Keuangan dan Bappenas DLI 3 : BPS DLI 4 : Kemendiknas dan Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi DLI 5 : Kementerian Sosial DLI 6 : Kementerian Kesehatan DLI 7 : Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri DLI 8 : Bappenas dan Sekretariat Wakil Presiden DLI 9 : Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Keuangan DLI 0 : Kementeria Keuangan dan Sekretariat Wakil Presiden KONVERGENSI ANTAR KEMENTERIAN DAN LEMBAGA DALAM PENCEGAHAN STUNTING
  • 56. 2018 : Kemkes mendukung Kab/Kota prioritas dalam menerbitkan Strategi Komunikasi Perubahan Perilkau dalam peraturan/kebijakan daerah yang didalamnya termasuk kegiatan Komunikasi Antar Pribadi (IPC) yang disesuaikan dengan pelaksanaan peraturan/kebijakan GERMAS 2018 : Kab/Kota prioritas berhasil menerapkan kegiatan IPC promotive dan preventif sesuai lokal spesifik sebagai bagian dari strategi KPP lokal di Desa prioritas 2019 -2021:Kab/Kota prioritas berhasil menerapkan kegiatan IPC promotive dan preventif sesuai lokal spesifik sebagai bagian dari strategi KPP KEMENTERIAN KESEHATAN
  • 57. TERIMA KASIH Cegah Stunting, Itu Penting Terima Kasih