Se ha denunciado esta presentación.
Se está descargando tu SlideShare. ×

Pengawasan dan Pengendalian Riset Nasional

Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio
Anuncio

Eche un vistazo a continuación

1 de 6 Anuncio

Más Contenido Relacionado

Presentaciones para usted (20)

Similares a Pengawasan dan Pengendalian Riset Nasional (20)

Anuncio

Más de Sujatmiko Wibowo (20)

Más reciente (20)

Anuncio

Pengawasan dan Pengendalian Riset Nasional

  1. 1. Pengawasan dan Pengendalian Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Era 4.0 Oleh: Sujatmiko Wibowo Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 rnengamanatkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Untuk menjamin setiap orang berhak memperoleh manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, pemerintah berupaya memajukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan menjadikan riset menjadi bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Publikasi ilmiah yang dilakukan oleh para peneliti merupakan bukti bahwa riset telah dilakukan, dan publikasi ilmiah internasional terindeks membuktikan bahwa riset itu telah diakui oleh pakar di bidangnya. Sejauh ini riset belum terlihat menjadi perhatian utama di banyak Perguruan Tinggi di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan kurangnya publikasi ilmiah internasional yang berasal dari Indonesia, rasio hasil penelitian begitu kecil (baik berdasarkan jumlah dosen, perguruan tinggi, atau jumlah penduduk) dibandingkan negara- negara ASEAN. Dalam kurun waktu antara tahun 1996 sampai tahun 2014, publikasi internasional Indonesia berada pada posisi di bawah dibandingkan negara ASEAN lainnya. Indonesia masih berada di bawah Thailand, Malaysia dan Singapura, dan hanya berada sedikit di atas Vietnam dan Philipina. Negara Malaysia membuat loncatan yang cukup signifikan dalam hal publikasi internasional, dari sebeleumnya berada pada posisi rangking tiga di tahun 2008 menjadi rangking satu di tahun 2014.
  2. 2. Gambar 1. Publikasi Internasional Indonesia dibandingkan Negara ASEAN 1996 – 2014 sumber : Scimago, 2014 Pada tingkat ASIA, dalam rentang waktu antara tahun 1996 hingga tahun 2018 rangking publikasi internasional Indonesia berada di urutan ke-11 dengan 110.610 dokumen publikasi internasional. Rangking pertama negara China dengan publikasi internasional sebanyak 5.901.404 dokumen, diikutin Jepang dengan 2.750.108 dokumen dan disusul India dengan 1.670.099 dokumen. Penentuan dan perhitungan rangking negara ini ditentukan berdasarkan jumlah publikasi internasional dan jumlah sitasi atas dokumen publikasi tersebut (Scimago, 2016). Hal ini menunjukan bahwa negara yang produktif dalam melakukan riset dan mempublikasikan hasilnya pada jurnal internasional akan mendapatkan pengakuan internasional, dibuktikan dengan besarnya jumlah sitasinya atas hasil riset tersebut. Gambar 2. Publikasi Internasional Indonesia dibandingkan Negara ASIA 1996 – 2018 Rangking Negara Dokumen Dokumen yang Disitasi Sitasi 1 China 5.901.404 5.785.424 48.833.849 2 Japan 2.750.108 2.630.141 42.767.077 3 India 1.670.099 1.551.015 15.035.059 4 South Korea 1.105.110 1.067.096 14.306.940 5 Taiwan 658.383 633.680 87.57.902 6 Singapore 292.560 269.110 5.656.862 7 Hong Kong 288.889 267.358 5.795.913 8 Malaysia 286.411 274.464 2.107.306 9 Thailand 178.133 168.248 2.043.065
  3. 3. Rangking Negara Dokumen Dokumen yang Disitasi Sitasi 10 Pakistan 151.607 143.723 1.226.159 11 Indonesia 110.610 106.501 600.569 12 Viet Nam 51.748 48.863 527.419 13 Bangladesh 48.347 45.566 453.883 14 Philippines 32.326 29.460 468.403 Sumber : Scimago, 2018) Jumlah paten yang dihasilkan lembaga riset atau industri di Indonesia juga menunjukan kondisi yang kurang menggembirakan. Berdasarkan data Kantor Paten Indonesia pada tahun 2014 terdapat 702 paten dari 8.023 total paten terdaftar. Indonesia menempati peringkat terendah untuk jumlah paten lokal yang terdaftar di masing-masing negara ASEAN. Peringkat Indonesia berada di bawah Negara Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Philipina (WIPO, 2015). Fenomena jumlah publikasi riset internasional dan jumlah paten terdaftar di atas menjadikan posisi Indonesia berada pada level bawah di bidang riset ilmiah, hal yang sangat ironis dan bertolak belakang dengan besarnya sumberdaya yang ada. Seperti disebutkan oleh Badan Pusat Statistik (2010), dari hasil sensus penduduk tahun 2010 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia lebih dari 237 juta jiwa yang tersebar pada 13.466 pulau dari Sabang sampai Merauke. Sumber daya dan kekayaan alam Indonesia tercinta ini mustinya dapat dijadikan sebagai aset dalam meningkatkan jumlah publikasi internasional dan paten yang dapat didaftarkan. Kondisi tersebut salah satu diantaranya disebabkan oleh lemahnya Akademisi dan Perguruan Tinggi atau Peneliti dan Institusi terkait di Indonesia masih lemah dalam Knowledge Management sehingga berdampak pada kemampuan riset anak bangsa. Walaupun penangannya sudah dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau institusi lainnya, Knowledge Management yang tertata dengan baik belum ada, yaitu pengelolaan riset dalam satu institusi mulai dari aktivitas penciptaan, penyebaran hingga penggunaan yang mampu mengubah nilai. Harus diakui bahwa dalam perencanan riset sampai dengan publikasi hasil riset diperlukan suatu pengetahuan (knowledge) dan keahlian tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang sangat mendasar bagi peran inovasi dalam riset, seperti diungkapkan oleh Nonak Takeuchi (1995) yang menyatakan bahwa : Nothing innovation without knowledge. Pengetahuan dan inovasi dalam bidang riset perlu dikelola dengan baik, dan hampir di setiap negara, termasuk Indonesia sudah menyusun dan memiliki Rencana Induk Penelitian (RIP).
  4. 4. RIP merupakan arahan kebijakan dalam pengelolaan penelitian institusi atau negara dalam jangka waktu tertentu (misal 5 tahun). Menurut Ditjen Dikti (2012), dalam penyusunan RIP institusi setidaknya dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: a. Tahap pertama : Menetapkan identitas organisasional institusi. Pada tahap ini merupakan proses mengenal diri suatu institusi secara mandiri yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. b. Tahap kedua : Mengembangkan rencana aksi untuk mencapai prioritas strategis penelitian. Pada tahap dua suatu institusi harus sudah menetapkan visi misi dan rencara strategisnya, selain itu juga ditentukan output dan outcome dalam periode tertentu. c. Tahap ketiga : Implementasi dan monev rencana aksi dalam mencapai prioritas strategis. Pada tahap tiga dilakukan monitoring dan evaluasi yang dilakukan sejak dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Selain itu juga dilakukan penilaian kinerja atas penelitian/riset yang sudah dilakukan. Penentuan tema riset suatu institusi harus memperhatikan agenda pembangunan antar bangsa di awal abad ke-21 yang mendudukan posisi manusia sebagai subjek dan sekaligus tujuan pembangunan. Perhatian sentral ditujukan pada kesetaraan, keamanan, keberlanjutan. Dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals; MDGs) dinyatakan sejumlah prioritas pembangunan yang mencakup diantaranya : penanggulangan kemiskinan, kesetaraan akses ke layanan pendidikan dasar; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; penurunan angka kematian anak; peningkatan angka kesehatan ibu; dan kelestarian lingkungan hidup (DRPM UI, 2013). Selain itu, untuk mendapatkan jaminan mutu atas hasil riset dapat dilakukan pengawasan melalui monitoring evaluasi kemajuan riset, evaluasi hasil akhir riset, dan penetapan sanksi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 disebutkan bahwa Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi salah satu diantaranya bertujuan untuk memajukan dan meningkatkan kualitas Pendidikan, Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang menghasilkan Invensi dan Inovasi. Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan dilakukan melalui Pendidikan, Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan (LITBANGJIRAP). Dalam Undang - undang tersebut juga disebutkan bahwa Pemerintah Pusat wajib melakukan Pengawasan dan Pengendalian (WASDAL) terhadap kegiatan pengelolaan/penyimpanan data primer dan keluaran hasil Penelitian dan Pengembangan; LITBANGJIRAP serta Invensi dan Inovasi yang dilaksanakan oleh kelernbagaan Ilmu
  5. 5. Pengetahuan dan Teknologi asing; dan/atau orang asing; dan LITBANGJIRAP serta Invensi dan Inovasi yang berisiko tinggi dan berbahaya; dan Alih Teknologi. Pengawasan dan Pengendalian LITBANGJIRAP sebagaimana diamanatkan dalam Undang – Undang Nomor 11 tahun 2019, wajib dilaksanakan untuk memantau perencanaan dan pelaksanaan Penyelenggaraan IPTEK sesuai dengan rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pengawasan dan Pengendalian tersebut dilakukan oleh Pernerintah Pusat dalam hal ini dilakukan oleh unit pelaksana terkait dengan menggandeng Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) di lingkungan Kementerian/Lembaga yang menaungi dan bertanggungjawab terhadap peningkatan dan pengelolaan kualitas Pendidikan, Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pengawasan dan Pengendalian LITBANGJIRAP yang dilakukan oleh Unit terkait dapat dilakukan dengan bekerja sama atau bersinergi bersama APIP. Kegiatan pengawasan dan pengendalian ini dimulai sejak dirumuskannya RIP atau RENSTRA oleh masing-masing institusi pada awal tahun anggaran. Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian yang dilaksanakan oleh Unit terkait bersama APIP atas kegiatan LITBANGJIRAP, harus dilakukan secara sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif terhadap laporan pelaksanaan kegiatan. Tujuannya untuk dapat menetapkan tingkat kesesuaian teknologi dengan kriteria dan/atau standar yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil kepada pengguna sesuai tepat guna dan tepat waktu. Pengawasan dan Pengendalian ini bertujuan untuk memastikan bahwa : 1. Penelitian telah dilakukan sesuai metodologi ilmiah untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan pemahaman tentang fenomena alam dan/atau sosial, pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis, dan penarikan kesimpulan ilmiah. 2. Telah dilakukan kegiatan Pengembangan dalam rangka meningkatkan manfaat dan daya dukung IPTEK yang telah terbukti kebenaran dan keamanannya untuk meningkatkan fungsi dan manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 3. Telah dilakukan Pengkajian untuk menilai atau mengetahui kemanfaatan, dampak, dan implikasi sebelum dan atau sesudah IPTEK diterapkan. 4. Hasil Penelitian, Pengembangan, dan atau Pengkajian IPTEK telah diterapkan ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, dan/atau difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Selain kegiatan Pengawasan dan Pengendalian atas LITBANGJIRAP tersebut di atas, APIP secara khusus dan mandiri juga harus melakukan Audit Mutu (Quality Audit). Audit mutu ini merupakan pemeriksaan sistematik dan independen untuk menentukan apakah kualitas
  6. 6. aktivitas dan pencapaian hasil sesuai dengan rencana yang sudah dirancang, dan apakah rancangan tersebut dapat diimplementasikan secara efektif dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain Audit Mutu disebut sebagai suatu alat manajemen yang digunakan untuk mengevaluasi, mengonfirmasi atau memverifikasi aktivitas yang berhubungan dengan kualitas (Bastian, 2019:17). Keberhasilan kegiatan Pengawasan dan Pengendalian atas LITBANGJIRAP Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diantaranya ditandai dengan meningkatnya jumlah pelaksanaan riset dan pengembangan IPTEK sesuai RIP yang sudah ditetapkan. Lebih jauh, dampaknya dapat dilihat dari peningkatan hasil riset yang dipublikasikan pada jurnal internasional dan hasil riset yang mendapat hak paten baik di tingkat nasional maupun internasional. Peningkatan jumlah publikasi internasional dan jumlah paten secara tidak langsung akan menaikan rangking riset ilmiah dan IPTEK Indonesia di tingkat ASEAN lebih jauh dapat bersaing pada tingkat ASIA. Daftar Pustaka Bastian, Indra. 2019. Audit Sektor Publik. Penerbit Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. Banten. Badan Pusat Statistik.2010. Sensus Penduduk Tahun 2010. https://sp2010.bps.go.id. Kementerian Pendidikan Nasional. 2012. Pedoman Rencana Induk Penelitian Tahun 2012. Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Nasution. K. 2016. Fenomena Riset. Harian Analisa. Opini. Selasa, 24 Mei 2016. Nonaka I, Takeuchi H (1995). The Knowledge Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamics Innovation. Oxford Univ. Press, Oxford, UK. Universitas Indomesia. 2013. Rencana Induk Penelitian Universitas Indonesia 2013. Direktorat Riset dan Pendabdian Masyarakat Universitas Indomesia. Republik Indonesia. 2019. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Scimago. 2014. Scimago Journal and Country Rank 1996-2014. Scimago Institution Rankings. https://www.scimagojr.com/countryrank.php Scimago. 2018. Scimago Journal and Country Rank 1996-2018. Scimago Institution Rankings. https://www.scimagojr.com/countryrank.php WIPO. 2016. World Intellectual Property Indicators 2016. https://www.wipo.int.

×