Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba 2020-2024 di bidang kesehatan hewan Indonesia, termasuk area prioritas dan tantangan-tantangan penelitian terkait resistensi antimikroba. Dokumen tersebut juga membandingkan upaya yang dilakukan di sektor kesehatan hewan dan manusia.
1. Pembahasan Pelaksanaan
Rencana Aksi Nasional
Pengendalian Resistensi Antimikroba
(RAN PRA) 2020-2024
di bidang Kesehatan Hewan
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies
FGD “Sosialisasi Hasil Litbang Veteriner Terkait AMR Dalam Rangka Penguatan
Peran Kementerian Pertanian Untuk mendukung NAP AMR 2020-2024”
Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor, 7 November 2019
2. • Penggunaan antibiotik pada manusia, hewan dan pertanian,
menghasilkan penyebaran residu antibiotik ke dalam lingkungan
akuatik dan terestrial (⚫⚫⚫) (Berkner et al., 2014)
Sumber: Lubroth J., 2016. Antimicrobial Resistance: A One Health Challenge for Joint Action
3. KONTEKS: Pertumbuhan populasi Indonesia
• 322 juta pada 2050
• Populasi diharapkan
tumbuh rata-rata 0,6%
per tahun antara 2010
dan 2050
Sumber: 'World population prospects, the 2015 revision', United Nations
Population Division (United Nations Population Division 2015)
4. KONTEKS: Populasi perkotaan di Indonesia
• 71% diproyeksikan hidup di daerah perkotaan pada 2050
Sumber: 'World population
prospects, the 2015 revision',
United Nations Population
Division (United Nations
Population Division 2015)
5. Populasi unggas dari 10 negara
terbesar di dunia (Indonesia Nomor 3)
Sumber: Chatham House analysis based on data from FAOSTAT (2014).
• Penggunaan antimikroba pada pakan diidentifikasikan sebagai
kompensasi untuk penyakit dalam unggas sistim skala kecil/menengah.
6. Estimasi jumlah antimikroba yang
digunakan hewan pangan per kg daging
• Jumlah antimikroba akan
meningkat secara global
dari 63.151 ton pada 2010
menjadi 105.596 ton pada
2030 – suatu kenaikan 67%.
45 mg antimikroba digunakan
untuk menghasilkan 1 kg daging 148 mg antimikroba digunakan untuk
menghasilkan 1 kg daging ayam
172 mg antimikroba digunakan untuk
menghasilkan 1 kg daging babi
Sumber: Laximinarayan, R., Van Boeckel, T., Teillant, A.
2015. Global Antimicrobial Use in the Livestock Sector.
Organisation for Economic Co-operation and
Development. TAD/CA/APM/WP(2014)34/FINAL.
7. Resistensi
antimikroba
dan One health
Keberadaan bakteri
resisten di
lingkungan
Perkembangan
dan
penyebaran
resistensi
antimikroba
Penggunaan
antibiotik di
masyarakat
Penggunaan
antibiotik
pada hewan
pangan dan
di pertanian
Penggunaan
antibiotik di rumah
sakit
Sumber: Merle R. and
Simonneit C. (2017).
Survey on activities to
alleviate the threat of
antimicrobial resistance
in G20-countries.
8. Kebutuhan untuk solusi AMR (1)
• Standar-standar internasional (untuk harmonisasi
protokol dan metodologi) untuk memonitor AMR
dan penggunaan antimikroba (AMU).
• Data surveilans AMR dan penggunaan
antimikroba (AMU) untuk mendukung analisis
risiko AMR.
• Kapasitas teknis (untuk surveilans AMR,
penggunaan antimikroba (AMU) dan analisis
risiko AMR).
Sumber: Patrick Otto, FAO/OIE/WHO Tripartite Technical Focal Points
9. Kebutuhan untuk solusi AMR (2)
• Penelitian terpadu terhadap efektivitas kebijakan
dalam mencapai pengurangan risiko AMR.
• Litbang (R&D) obat baru.
• Legislasi mengenai akses ke obat-obatan berkualitas
dan penggunaan terbatas.
• Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)
seluruh sektor terkait otorisasi dan penggunaan
antimikroba (keahlian laboratorium, standar-standar
internasional, pengembangan dan implementasi
legislasi, surveilans dan monitoring).
Sumber: Patrick Otto, FAO/OIE/WHO Tripartite Technical Focal Points
10. Langkah-langkah yang harus diambil
untuk aksi di tingkat negara (1)
• Mekanisme formal kolaborasi antar kementerian/otoritas yang
terlibat (kesehatan, pertanian, peternakan, pangan, lingkungan).
• Kesesuaian antara regulasi obat-obatan veteriner dan manusia,
persetujuan, pengendalian peresepan dan monitoring
penggunaan.
• Pengembangan dan adopsi standar dan protokol internasional
untuk memfasilitasi berbagi informasi dan harmonisasi dalam
surveilans AMR dan penggunaan antimikroba (AMU) pada
manusia dan hewan.
• Program-program surveilans untuk memonitor pola AMR saat ini
dan yang akan muncul terkait sektor kesehatan hewan dan
manusia.
Sumber: Patrick Otto, FAO/OIE/WHO Tripartite Technical Focal Points
11. Langkah-langkah yang harus diambil
untuk aksi di tingkat negara (2)
• Kapasitas kelembagaan dan teknis untuk AMR, monitoring
dan surveilans penggunaan antimikroba (AMU); dan analisis
risiko AMR.
• Gugus tugas multidisiplin dari otoritas yang terlibat untuk
melakukan data surveilans.
• Program-program evaluasi bersama mengenai efektivitas
aksi manajemen untuk mengurangi prevalensi AMR pada
sektor manusia dan hewan.
• Pesan umum dan jangkauan (outreach).
Sumber: Patrick Otto, FAO/OIE/WHO Tripartite Technical Focal Points
12. Kesimpulan: Aksi di tingkat nasional
• Tata Kelola (Governance)
• Legislasi (Legislation)
• Kualitas informasi yang baik (Good quality information)
• Pembangunan kapasitas (Capacity building)
• Penilaian risiko (Risk assessment)
• Kerja sama yang kuat (Close cooperation)
Sumber: Patrick Otto, FAO/OIE/WHO Tripartite Technical Focal Points
13. ….. mengarah ke suatu masalah yang tidak bisa
ditangani dengan satu ranah keilmuan atau bahkan
dengan penelitian saja, tetapi membutuhkan
pendekatan kolaboratif
Sumber: The Joint Programming Initiative on Antimicrobial Resistance (www.jpiamr.eu)
Kompleksitas AMR
14. Area kunci RAN PRA 2020-2024
1. Komunikasi, Pendidikan dan Pelatihan
2. Surveilans dan Penelitian
3. Sanitasi, Hygiene dan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI)
4. Penggunaan Antimikroba Pada Manusia, Hewan dan
Ikan
5. Tata cara Pengobatan, Metode Diagnostik, dan Vaksin
Baru
6. Tata Kelola dan Koordinasi Terpadu
15. Belajar dari hasil survei AMR di G20 (2017)
• 26 negara diundang ikut survei
• 19 negara G20
• 7 negara non G20
• 15 negara memberikan jawaban
• 10 negara G20
• 5 negara non G20
Wilayah Negara
Eropa 7
Asia Oceania 4
Afrika 2
Amerika 2
Sumber: Merle R. and Simonneit C. (2017). Survey on
activities to alleviate the threat of antimicrobial
resistance in G20-countries.
16. Pelatihan AMR di Sektor Kesehatan Manusia
Sumber: Merle R. and Simonneit C. (2017). Survey on activities to
alleviate the threat of antimicrobial resistance in G20-countries.
17. Pelatihan AMR di Sektor Kesehatan Hewan
Sumber: Merle R. and Simonneit C. (2017). Survey on activities to
alleviate the threat of antimicrobial resistance in G20-countries.
18. Sistim monitoring penggunaan
antimikroba di Kesehatan Manusia
Sumber: Merle R. and Simonneit C. (2017). Survey on activities to
alleviate the threat of antimicrobial resistance in G20-countries.
19. Sistim monitoring penggunaan
antimikroba di Kesehatan Hewan
Sumber: Merle R. and Simonneit C. (2017). Survey on activities to
alleviate the threat of antimicrobial resistance in G20-countries.
20. Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
di sektor Kesehatan Manusia
Sumber: Merle R. and Simonneit C. (2017). Survey on activities to
alleviate the threat of antimicrobial resistance in G20-countries.
21. Praktik manajemen dan kesehatan
hewan dan higiene yang baik
Sumber: Merle R. and Simonneit C. (2017). Survey on activities to
alleviate the threat of antimicrobial resistance in G20-countries.
22. Bakteri yang diasumsikan memegang
peran penting terkait AMR
Bakteri # negara
(dari 15)
Sistim surveilans
di Kesehatan
Manusia
Sistim surveilans
di Kesehatan
Hewan
Acinetobacter baumannii 11 8 0
Escherichia coli 14 12 (86%) 8 (57%)
Campylobacter spp. 10 3 7
Clostridium difficile 10 6 0
Klebsiella pneumonia 13 9 2
Neisseria gonorrhoeae 9 7 0
Staphylococcus aureus 13 10 (77%) 5 (38%)
Streptococcus pneumonia 6 4 0
Salmonella species 13 9 (69%) 7 (54%)
Shigella species 5 4 0
Mycobacterium tuberculosis 12 8 1
Sumber: Merle R. and Simonneit C. (2017). Survey on activities to alleviate the threat of antimicrobial
resistance in G20-countries.
23. ATLASS untuk surveilans AMR
• FAO Assessment Tool for Laboratory and
Antimicrobial Resistance (ATLASS) diluncurkan di
Indonesia pada 2017.
• ATLASS membantu standarisasi sistim surveilans di
Indnesia, sehingga memungkinkan perbandingan
dan validasi data AMR secara regional dan global.
• ATLASS memiliki 2 modul: modul surveilans dan
laboratorium.
• Tiga laboratorium yang terlibat dalam ATLASS:
• BPMSPH di Bogor, BBPMSOH di Bogor, dan Bvet
Subang.
24. Bahan diskusi (subyektif pemapar)
Kegiatan
RAN PRA 2017-2019
Sektor
manusia
Sektor
Kesehatan
Hewan
Komunikasi, Pendidikan dan
Pelatihan
Komunikasi risiko ++++ ++++
Pendidikan - +
Pelatihan +++ ++
Surveilans dan Penelitian Surveilans (AMR) +++ +
Penelitian AMR + 0
Sanitasi, Hygiene dan PPI Sanitasi dan higiene +
PPI ++++ +
Penggunaan Antimikroba
(Antimicrobial stewardship)
Manusia ++ +
Hewan + +
Ikan + +
Pengobatan, Metode Diagnostik, dan
Vaksin Baru
Pengobatan 0 0
Metode diagnostik 0 0
Vaksin 0 0
Tata Kelola dan Koordinasi Terpadu Multi-sektor + +
25. 6 area prioritas penelitian AMR
Intervensi
Surveilans
Diagnostik
Terapeutik
Lingkungan Prioritas
penelitian
Transmisi
Peran
lingkungan
sebagai sumber
seleksi dan
penyebaran
Dinamika penularan
Desain dan uji
intervensi untuk
mencegah
perolehan, transmisi
dan infeksi yang
disebabkan AMR
Pengembangan
antibiotik baru dan
alternatif pengganti
antibiotik – dari
penelitian dasar
sampai pemasaran.
Desain strategi
memperbaiki
pengobatan dan
pencegahan infeksi
dengan
mengembangkan
diagnostik baru
Standardisasi dan
perluasan sistim
surveilans nasional untuk
program AMR dan AMUSumber: Joint Programming Initiative on
Antimicrobial Resistance (JPIAMR), Swedish Research Council (2019))
26. Pertanyaan penelitian saat ini?
1. Penelitian tentang bagaimana perilaku dan pengetahuan
peternak dan dokter hewan mengenai AMU dan AMR.
2. Penelitian tentang bagaimana kontak hewan dan
perdagangan (penularan langsung), manajemen
peternakan, dan lingkungan peternakan yang lebih luas
(penularan tidak langsung) mendorong penyebaran AMR
dan mengidentifikasi intervensi potensial untuk melawan
AMR.
3. Penelitian tentang hubungan antara gen resisten pada
sampel yang berbeda (lingkungan peternakan yang lebih
luas seperti peternak, spesies ternak lainnya, hewan
kesayangan di peternakan, satwa liar, kotoran ternak, dan
air (molekuler epidemiologi data).