Dokumen tersebut membahas pentingnya pendekatan 'Satu Kesehatan' dalam mengembangkan ketahanan kesehatan global dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Pendekatan ini menyatukan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mencegah penularan penyakit dari hewan ke manusia seperti COVID-19. 'Satu Kesehatan' juga berkontribusi terhadap capaian Tujuan Pembangunan Berkelan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
SATU KESEHATAN UNTUK KETAHANAN GLOBAL
1. Pentingnya Pendekatan ”Satu
Kesehatan” Dalam Mengembangkan
Ketahanan Kesehatan Global dan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil, PhD
Konferensi Ilmiah Veteriner Nasional (KIVNAS) ke-17
Balai Sidang Jakarta Convention Center
Sesi 1 Plenary, 6 Juli 2022
3. Peluang ‘Satu Kesehatan’
Penularan penyakit dari hewan ke manusia meningkat pada tingkat yang
mengkhawatirkan.
Sebelum pandemi COVID-19 melanda, hanya 13 dari lebih 200 penyakit
zoonotik yang ditularkan dari satwa liar dan hewan domestik ke manusia
setiap tahun menyebabkan 2,4 miliar kasus penyakit manusia dan 2,2 juta
kematian manusia, sebagian besar di negara-negara miskin di dunia.
Pandemi coronavirus 2020–2021 saja telah menewaskan lebih dari 2,5 juta
orang hingga saat ini dan telah menelan biaya triliunan dolar akibat
kerusakan dan kehilangan mata pencaharian.
Ini hanyalah contoh terbaru dari penyakit yang sebelumnya tidak diketahui
kemudian melompat dari hewan ke manusia, dan ini tidak mungkin menjadi
yang terakhir.
Sumber: Livestock pathways to 2030: Seven ways to invest in
One Health | International Livestock Research Institute (ilri.org)
4. Pendekatan ‘Satu Kesehatan’
Menyadari bahwa “kesehatan manusia, hewan domestik dan satwa liar,
tumbuhan, dan ekosistem” sangat terkait erat dan saling bergantung.
pendekatan ‘Satu Kesehatan’ (One Health) bertujuan untuk meningkatkan
manajemen penyakit dengan menyatukan para ilmuwan medis, veteriner dan
lingkungan serta spesialis kebijakan.
‘Satu Kesehatan’, ketika diterapkan, telah menunjukkan nilai tambah dalam
menyelamatkan kehidupan manusia dan hewan, serta manfaat ekonomi
dibandingkan dengan pendekatan sektoral.
Sebagai contoh, satu dolar yang diinvestigasikan ke dalam pendekatan ‘Satu
Kesehatan’ dapat menghasilkan manfaat senilai lima dolar di tingkat negara
melalui peningkatan Produk Domestik Bruto dan di tingkat individu.
Sumber: Dye C. One Health as a catalyst for sustainable development. Nature Microbiology, Vol. 7, April 2022, 467–468.
5. Pandemi COVID-19
Seperti halnya negara lain, pandemi COVID-19
mengendapkan perubahan monumental dalam
cara orang Indonesia hidup, bekerja, dan
saling berinteraksi satu sama lain.
Upaya Pemerintah Indonesia dan United Nation
COVID-19 Response and Recovery Fund mulai
membuahkan hasil pada 2021.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau
Gross Domestic Products (GDP) kembali naik
ke 3,69%, mendekat target pertumbuhan
pemerintah sebesar 3,7%-4,5%.
Sumber: UN in Indonesia Country Results
Report 2021 (March 2022).
PDB per kapita mencapai $4.349,5.
6. Dampak pandemi COVID-19
Pandemi telah mengurangi pekerjaan yang
layak – termasuk memangkas jam kerja bagi
sekitar 24 juta orang Indonesia dengan 2,56
juta orang lainnya kehilangan pekerjaan dan
menghambat pertumbuhan ekonomi, yang
menurun dari 5,02% pada 2019 menjadi
negative -2,07% pada 2020.
Secara paralel, tingkat kemiskinan nasional
naik menjadi 10,19% selama periode yang
sama setara dengan kemunduran 3 tahun.
Sumber: UN in Indonesia Country Results Report 2021 (March 2022).
7. ‘Satu Kesehatan’ mengalihkan fokus dari pengobatan dan
pengendalian penyakit ke pencegahan, surveilans, dan
kesiapsiagaan penyakit. Dalam kaitan ini, memahami
hubungan yang kompleks di antara lingkungan yang
lebih luas, keanekaragaman hayati (biodiversitas) dan
penyakit menular baru muncul (emerging infectious
diseases) sangat penting, meskipun sering diabaikan.
Sumber: Livestock pathways to 2030: Seven ways to invest in One Health | International Livestock Research Institute.
8. Profesi veteriner dalam aspek global
Pemeliharaan ketrampilan dasar dalam profesi dokter hewan tergantung pada
advokasi berkelanjutan di seluruh dunia untuk mempertahankan aspek kesehatan
global, seperti kesehatan masyarakat veteriner dan keamanan pangan, sebagai
kompetensi inti dalam pendidikan kedokteran hewan dengan meningkatnya
tuntutan pada kurikulum universitas dan praktik kedokteran hewan.
Alasan untuk mempertahankan ketrampilan ini diperumit oleh bagaimana
pemerintah dan masyarakat memahami dan menghargai pekerjaan yang
dilakukan oleh profesi dokter hewan.
Hal ini diilustrasikan selama pandemi oleh kurangnya kejelasan status dokter
hewan sebagai layanan yang penting di banyak negara, dengan pembatasan
yang berbeda ditujukan kepada praktik profesional selama ‘lockdown’ nasional di
seluruh dunia.
Sumber: Steele et al., 2021. Global health security must embrace a One Health approach: Contributions
and experiences of veterinarians during the COVID-19 response in Australia. One Health 13, 100314.
9. Mencegah dan mengendalikan
penyakit manusia yang
ditularkan oleh hewan dapat
menyelamatkan jutaan nyawa
dan mata pencaharian.
Orang-orang menjadi lebih
sehat, lebih aman, dan lebih
baik ketika ternak mereka dan
hewan-hewan di sekitar
mereka sehat.
Deteksi penyakit zoonotik
sejak dini dan mengelolanya
secara efektif sebelum
penyakit melompat ke
manusia sangat penting.
BIAYA PENGENDALIAN PENYAKIT ZOONOTIK
Paparan
pada
hewan
Tanda
klinis
pada
hewan
Paparan
pada
manusia
Tanda
klinis
pada
manusia Manusia
mencari
perawatan
medis
BIAYA
PENGENDALIAN
WABAH
Sumber: Livestock pathways to 2030:
One Health | Why Livestock Matter
10. Contoh ‘Satu Kesehatan’ yang berhasil
Meningkatkan cakupan vaksinasi untuk anak-anak yang sulit
dijangkau – mengkombinasikan vaksinasi ternak dan perawatan
hewan dengan kampanye vaksinasi anak-anak di CHAD
meningkatkan penyerapan dan cakupan vaksinasi untuk anak-anak
yang dijangkau dengan susah payah dari komunitas pastoralis
nomaden. Berbagi logistik (misal personil, transpor, rantai dingin)
juga mengurangi biaya total program menjadi15% dengan
menjalankan satu upaya dibandingkan kampanye terpisah.
Mencegah keberlanjutan rabies secara efektif – vaksinasi anjing
terhadap rabies adalah 50 kali lebih murah dari pada menyediakan
‘post-exposure prophylaxis’ (PEP) untuk orang dan ini hanya satu-
satunya cara mencegah kematian manusia akibat rabies. Di
Amerika Selatan, menginvestasi pada vaksinasi anjing kombinasi
dengan PEP menghasilkan lebih sedikit orang yang mati akibat
rabies secara signifikan dibandingkan di Asia yang memiliki total
pengeluaran serupa tetapi utamanya berinvestasi di PEP.
11. Severe acute respiratory syndrome (SARS), avian influenza
H5N1, Ebola dan Zika adalah contoh patogen yang
menyebabkan wabah besar yang memiliki dampak luar biasa
pada kesehatan manusia, hewan dan ekonomi di seluruh dunia.
Ancaman masa depan mungkin akan muncul karena
populasi global terus tumbuh, dan permintaan akan
pangan menjadi lebih besar dan mikroba semakin
resisten terhadap pengobatan seperti antibiotik.
12. Kesehatan global
Kesehatan global (global health) adalah kesehatan
penduduk dalam lingkup global.
Kesehatan global didefinisikan sebagai "bidang
studi, penelitian, dan praktik yang mengutamakan
perbaikan kesehatan dan pemerataan kesehatan
untuk semua orang di dunia".
Permasalahan yang melintasi perbatasan negara
atau berdampak global secara politik & ekonomi
sering menjadi perhatian utama.
Kesehatan global lebih berfokus pada perbaikan
kesehatan seluruh dunia, pengurangan
kesenjangan dan perlindungan terhadap ancaman
global yang tidak memandang batas negara.
13. Ketahanan kesehatan global
Ketahanan kesehatan global (Global health security) memerlukan bukan hanya
pendekatan ‘Satu Kesehatan’ untuk melawan ancaman penyakit alami terhadap
manusia, hewan, dan lingkungan, tetapi juga fokus melawan ancaman yang disengaja
terhadap kesehatan manusia, hewan dan pertanian dan terhadap ekonomi negara.
Ini membutuhkan integrasi profesional dengan keahlian dalam keamanan, penegakan
hukum, dan intelijen untuk bergabung dengan keahlian veteriner, pertanian,
lingkungan, dan kesehatan manusia yang penting bagi ‘Satu Kesehatan’ dan ‘Global
Health Security Agenda’ (GHSA).
Bekerja di berbagai profesi seperti ini, yang kadang-kadang memiliki tujuan yang
saling bertentangan dan budaya profesional berbeda menimbulkan banyak tantangan,
tetapi pendekatan multi disiplin dan multisektoral diperlukan untuk mencegah
ancaman penyakit; mendeteksi secepat mungkin (respons cenderung paling efektif),
dan menemukan siapa yang bertanggung jawab dalam kasus ancaman yang disengaja.
Sumber: Gronvall et al., 2014. Biosecurity and Bioterrorism:
Biodefense Strategy, Practice, and Science Vol. 12, No. 5.
14. Visi Ketahanan Kesehatan Global
Visi Agenda Ketahanan Kesehatan Global atau
Global Health Security Agenda (GHSA): untuk
mencapai dunia yang aman dan terjamin dari
ancaman kesehatan global yang ditimbulkan oleh
penyakit menular.
• Epidemi penyakit menular tidak hanya
menimbulkan ancaman kesehatan lokal tetapi
juga ancaman ketahanan kesehatan internasional.
• Kerja sama dan kesiapsiagaan multisektoral
nasional adalah inti dari memerangi penyakit
menular secara efektif melalui penguatan sistim
kesehatan dan kesiapsiagaan.
Sumber: http://stm.fi/en/international-cooperation/ghsa
15. GHSA – akselerator global
GHSA diluncurkan pada Februari 2014.
GHSA menyatukan lebih dari 40 negara dan organisasi internasional utama.
Melampaui batas keilmuan dalam perang melawan ancaman kesehatan biologis.
Akselerator penerapan International Health Regulation (IHR) di kesehatan
manusia dan Performance of Veterinary Services (PVS) di kesehatan hewan.
Sumber:
http://stm.fi/en/internati
onal-cooperation/ghsa
16. 11 Paket aksi GHSA
11 paket aksi GHSA meliputi 3 area:
• Cegah epidemi yang dapat
dihindari;
• Deteksi ancaman lebih awal;
• Respons dengan cepat dan efektif.
Paket aksi dipimpin dan dikelola oleh
masing-masing negara:
• Aksi bilateral dan multilateral;
• Berdasarkan komitmen negara.
11 PAKET AKSI
Cegah 1: Resistensi Antimikroba (AMR)
Cegah 2: Penyakit Zoonotik
Cegah 3: Biosafety dan Biosekuriti
Cegah 4: Immunisasi
Deteksi 1: Sistim Laboratorium Nasional
Deteksi 2 & 3: Surveilans ‘real time’
Deteksi 4 Pelaporan GHSA
Deteksi 5 Pengembangan tenaga kerja
Respons 1: Pusat Operasi Darurat
Respons 2: Hubungan Kesehatan Msyarakat
dengan Respons Cepat Multisektoral
Respons 3: Penanggulangan medis dan
penempatan personil
Sumber: http://stm.fi/en/international-cooperation/ghsa
17. • Setidaknya 75% dari penyakit baru muncul dan muncul
kembali (emerging and re-emerging diseases) adalah
zoonosis atau ditularkan oleh vektor (vector-borne).
• Terlebih lagi, kesehatan hewan dapat mempengaruhi
ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi.
• Komponen kunci dari Global Health Security Agenda (GHSA)
adalah memperkuat kapasitas ‘Satu Kesehatan’ untuk
mencegah, mendeteksi dan merespons penyakit zoonotik
sebelum menjadi risiko kesehatan masyarakat.
18. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals
(SDGs) adalah suatu agenda internasional yang disusun PBB dengan
melibatkan 194 negara, masyarakat sipil, dan berbagai pelaku ekonomi
di seluruh dunia.
Agenda tersebut untuk menjawab tuntutan kepemimpinan dunia dalam
mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan perubahan iklim dalam bentuk
aksi nyata.
SDGs bagi Indonesia tidak hanya relevan bagi komitmen global, tapi juga
merupakan panduan untuk menjadi negara maju, sehingga pemerintah
mengambil tanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan agenda SDGs
di Indonesia.
19.
20. Pandemi COVID-19 telah menyoroti potensi
pendekatan ‘Satu Kesehatan’ untuk
mempercepat kemajuan menuju tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs)
Pendidikan Indonesia di Masa Pandemi COVID-19
Sumber: rakyat di masa COVID-19 - Bing images
21. Kontribusi ‘Satu Kesehatan’
Mengakhiri kemiskinan dan perampasan hak lainnya
berjalan seiring dengan perbaikan kesehatan, pendidikan,
mengurangi ketidakadilan dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
‘Satu Kesehatan’ berkontribusi terhadap:
• SDG 1, 2, 3, 12, 17 (tidak ada kemiskinan, tidak ada
kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan,
konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,
kemitraan untuk mencapai tujuan).
• SDG 5, 6, 10, 15 (kesetaraan gender, air dan sanitasi,
pengurangan ketimpangan, kehidupan di daratan).
Sumber: Presentation Bett B. Sustainable Development Goals and One Health (21 June 2021).
22. Kaitan SDG dan “Satu Kesehatan’
SDG Target yang dipilih Contoh inisiatif ‘Satu Kesehatan’
Menghapus
kemiskinan
(SDG 1)
• Kerangka kebijakan Pro-miskin
• Persamaan hak atas sumber daya ekonomi
• Akses ke teknologi/layanan
• Tindakan kesehatan hewan – menghasilkan
pendapatan, memotong kerugian,
melindungi aset
Mengakhiri
kelaparan dan
malnutrisi
(SDG 2)
• Akses ke pangan yang aman, bergizi dan
cukup
• Akhiri semua bentuk malnutrisi
• Produksi pangan berkelanjutan
• Keamanan pangan di sepanjang rantai
pasar
• Kebijakan dan strategi untuk mengurangi
kelaparan dan malnutrisi
Kesehatan yang
baik dan
kesejahteraan
(SDG 3)
• Kapasitas untuk peringatan dini,
pengurangan risiko dan manajemen risiko
nasional dan global
• Mengurangi kematian secara substansial
akibat bahan kimia berbahaya, polusi dan
kontaminasi udara, air dan tanah
• Vaksin dan obat-obatan
• Tenaga kerja kesehatan
• Pengetahuan, alat dan kebijakan untuk
prediksi dan manajemen
• Kesehatan manusia, hewan dan lingkungan
– zoonosis dan resistensi antimikroba
(AMR)
• Pengembangan kapasitas – Pengembangan
tenaga kerja ‘Satu Kesehatan’
23. Kaitan SDG dan ‘Satu Kesehatan’
(lanjutan)
SDG Target yang dipilih Contoh inisiatif ‘Satu Kesehatan’
Konsumsi dan
produksi yang
bertanggung
jawab (SDG 12)
• Pengelolaan berkelanjutan & penggunaan
sumber daya
• Mengurangi limbah pangan dan kehilangan
pangan sepanjang produksi – rantai suplai
• Kerangka kebijakan layanan
ekosistem dan pertukaran
perdagangan
Kemitraan untuk
mencari tujuan
(SDG 17)
• Tingkatkan kolaborasi utara-selatan, selatan-
selatan untuk meningkatkan pengetahuan,
inovasi, dan akses ke teknologi
• Kemitraaan multi-stakeholder untuk teknologi,
pengetahuan, dan sumber daya, dll.
• Mobilisasi sumber daya keuangan tambahan
untuk negara berkembang
• Kemitraan dan jaringan ‘Satu
Kesehatan’ misalnya Southeast Asia
One Health University Network,
ASEAN Strategic Framework for
Public Health Emergencies
Sumber: Adapted from presentation Bett B. Sustainable Development Goals and One Health (21 June 2021).
24. Kaitan SDG dan ‘Satu Kesehatan’
(lanjutan)
SDG Target yang dipilih Contoh inisiatif ‘Satu Kesehatan’
Kesetaraan
gender (SDG 5)
• Memperkuat kebijakan untuk mempromosikan
kualitas gender
• Menghilangkan praktik berbahaya
• Intervensi responsif gender di
pertanian
Akses air bersih
dan sanitasi
(SDG 6)
• Akses yang adil ke air yang aman dan bersih
• Sanitasi dan kebersihan yang merata
• Lindungi dan pulihkan ekosistem yang
berhubungan dengan air
• Program WASH (Water, Sanitation
and Hygiene)
• Akuakultur dan AMR
Sumber: Adapted from presentation Bett B. Sustainable Development Goals and One Health (21 June 2021).
25. Tantangan ‘Satu Kesehatan’
Ada 4 tantangan dalam menangani pendekatan ‘Satu Kesehatan’ untuk
menjadi sukses dalam penerapannya, dan dalam konteks lebih luas dari
pembangunan berkelanjutan untuk:
1) menyelesaikan paradoks dari sistim yang tidak terhubung.
2) mendefinisikan program ‘Satu Kesehatan’ yang tidak terlalu sempit
(kehilangan peluang untuk kolaborasi) atau tidak terlalu luas (sulit untuk
mengelola dan melemahkan prioritas).
3) menyelaraskan ‘Satu Kesehatan’ dengan pendekatan lain untuk
pengendalian penyakit.
4) medesain program ‘Satu Kesehatan’ yang melibatkan setiap orang yang
memiliki kepentingan mengenai hasilnya.
Sumber: Dye C. One Health as a catalyst for sustainable development. Nature Microbiology, Vol. 7, April 2022, 467–468.
26. Total kerusakan akibat pandemi COVID-19 hingga Juli 2020
telah mencapai USD 11,5 triliun. Mencegah munculnya
penyakit hanya akan memerlukan sekitar 2% dari total
kerusakan yang terjadi dalam merespons pandemi COVID-19.
Menerapkan pendekatan ‘Satu Kesehatan’ untuk pencegahan
penyakit akan menelan biaya hanya sebagian kecil saja dari
kerusakan aktual yang ditimbulkan oleh pandemi global.
Dr. Gyanendra Gongal, the Regional Advisor of the
World Health Organization Office in South-East Asia.
27. Penutup
Pendekatan ‘Satu Kesehatan’ merupakan bagian penting dari GHSA yang
bergantung pada integrasi masalah keamanan dan penegakan hukum untuk
secara memadai mencegah, mendeteksi dan merespons ancaman alami yang
muncul dan ancaman biologis yang disengaja.
Indonesia harus menggunakan pendekatan ‘Satu Kesehatan’ dalam menghadapi
potensi ancaman pandemi berikutnya baik yang sifatnya zoonosis atau vector-
borne dengan menggabungkan penegakan hukum dan keamanan secara
keseluruhan dan menjadikannya sebagai tanggung jawab bersama antar sektor
keamanan, pertanian, kesehatan dan lingkungan.
Indonesia harus menerapkan pendekatan ‘Satu Kesehatan’ untuk mendukung
pencapaian SDG 1, SDG 2, SDG 3, SDG 6 dan SDG 17 terutama kegiatan yang
berkaitan langsung dengan kesehatan dan kesejahteraan hewan, kesehatan
masyarakat veteriner, dan keamanan pangan.