Perkembangan bahasa pada anak-anak sangat penting karena anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya (social skill) melalui berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak dan menciptakan suatu hubungan sosial. Proses perkembangan tersebut melalui berbagai tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak, mulai kanak-kanak sampai dengan penguasaan usia sekolah. Dalam tahapan penguasaan bahasa inilah peran orang tua sebagai orang terdekat sangat dibutuhkan.
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Perkembangan bahasa
1. MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
DISUSUN OLEH
NASRUL ANAS (201510070311056)
FA’ADHILA ZULFA (201510070311058)
NIAKHAIRANI PUTRI MARETTA (201510070311061)
PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2015
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap insan memiliki potensi yang sama untuk menguasai bahasa. Proses dan
sifat penguasaan bahasa setiap orang berlangsung dinamis dan melalui tahapan
berjenjang. Manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui
bahasa tangisSejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani
terutama yang berkaitan dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat
dan meluas. Perkembangan bahasa pada anak-anak sangat penting karena anak dapat
mengembangkan kemampuan sosialnya (social skill) melalui berbahasa. Melalui
bahasa, anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga
orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak dan menciptakan suatu
hubungan sosial. Proses perkembangan tersebut melalui berbagai tahapan-tahapan
perkembangan bahasa anak, mulai kanak-kanak sampai dengan penguasaan usia
sekolah. Dalam tahapan penguasaan bahasa inilah peran orang tua sebagai orang
terdekat sangat dibutuhkan. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan
perkernbangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan prosesseorang anak
dalam bersosialisasi maupun belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi
contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan scbagainya.
Psikologi agama memang sangatlah penting bagi kita, karena di dalamnya
terkandung materi-materi yang begitu penting, salah satunya adalah kesadaran
beragama dan pengalaman beragama. Dan materi tersebut akan dibahas pada
makalah ini. Kesadaran beragama merupakan hasil proses mengenai motivasi yang
berpengaruh tehadap penilaian, keputusan, dan interaksi dengan orang lain.
Sedangkan pengalaman beragama merupakan perasaan yang membawa keyakinan
yang dihasilkan oleh tindakan. Pengalaman tersebut biasanya terjadi dalam keinginan
seseorang manusia untuk menyembah tuhan dan untuk berdoa walaupun pengalaman
tersebut tidak terbatas dalam waktu-waktu tertentu, misalnya berdoa, waktu shalat,
dan sebagainya.
3. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian perkembangan bahasa ?
2. Teori apa saja yang mendukung perkembangan bahasa pada anak ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada peserta didik?
4. Apa saja Tahap perkembangan beragama pada anak ?
5. Apa saja Faktor yang mempengaruhi perkembangan agama ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan bahasa
2. Untuk mengetahui teori yang mendukung perkembangan bahasa pada anak
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada
peserta didik
4. Untuk mengetahui Tahap perkembangan beragama pada anak
5. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi perkembangan agama
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa dalam bahasa inggris berarti language, Dalam bukunya, Berko Gleason
mengungkapkan Language has been hailed as the hallmark of humanity, the ability
that separates humans from animals (Berko-Gleason, 1997). As humans in society,
we use our language ability continuously to embrace ideas, share our feelings,
comment on the world, and understand each other’s minds. Language can be defined
as an organized system of arbitrary signals and rule-governed structures that are used
as a means for communication. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia
dengan hewan. Bahasa erat kaitannya dengan perekembangan berfikir individu.
Perkembangan berfikir individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu
kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat dan menarik kesimpulan.
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech)
dengan bahasa (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama.
4. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan
perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya
perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa symbol,
ekspresi muka, isyarat, dan seni. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan
artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena
bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas
dan paling penting. Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam
berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber
menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki. Anak mulai
menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak
mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak untuk
meningkatkan pengertiannya.
Sementara pengertian perkembangan atau dalam bahasa inggrisnya development
merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap individu, perkembangan ini adalah
bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan serta sistematis.
Syamsu Yusuf dalam bukunya mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan
yang progress dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Yang
mana aspek-aspek dari perkembangan meliputi : fisik, intelegensi, emosi, bahasa,
sosial, kepribadian, moral dan kesadaran beragama.
2.2 Teori-Teori Perkembangan Bahasa Pada Anak
Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan oleh para
ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi
penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak. Beberapa
teori mengenai hal ini antara lain:
1. Teori Behaviorisme
Kaum behaviorisme menerangkan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama
dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui
lingkungan. Istilah bahasabagi kaum behaviorisme dianggap kurang tepat karenan
istilah bahasa itu menyiaratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau
digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa itu merupakan
5. salah satu perilaku, di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Menurut kaum
behaviorisme kemempuan berbicara dan memehami bahasa oleh anak diperoleh
melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif
dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses
perkembangan perilaku verbalnya. Bahkan kaum behaviorisme tidak mengakui
kematangan anak dalam pemerolehan bahasa. Kaum behaviorisme tidak
mengakui pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa dan memiliki
kemempuan untuk mengabstrakkan cirri-ciri penting dari bahasa di
lingkungannya. Mereka berbendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan
tertentu memperkuat kemempuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka
pandang sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang berlaku secara
acak sampai ke kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi memalui
prinsip pertalian S – P (stimulus – respon) dan proses peniruan-peniruan.
2. Teori Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama,
kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya
yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini tidak mengangggap
lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan mengganggap
bahwa bahasa merupakan biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis
pemberian alam”. Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks
dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode
seperti “peniruan” (imitation). Jadi, pasti ada beberapa aspek penting mengenai
system bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah.
Menurut Chomsky (1965, 1975) bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia,
Binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat ini
didasarkan pada asumsi. Pertama,perilaku bahasa adalah sesuattu yang diturunkan
(genetik); pola perkembangan bahasa adalah sama pada semua macam bahasa dan
budaya (merupakan sesuatu yang universal); dan lingkungan hanya memiliki
peran kecil di dalan proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai
dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara mirip
dengan orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan
data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
6. 3. Teori Kognitivisme
Istilah kognitif berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam proses
pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir.
Oleh karena itu, secara umum kata kognisi bias dianggap bersinonim dengan kata
berpikir atau pikiran. Piaget menyatakan adnya beberapa tahap dalam
perkembangan kognitif anak. Tahap itu yaitu :
1. Tahap sensomontorik
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan kognisi anak dan
berlangsung pada sebagaian dari dua tahun pertama dalam kehidupannya, lalu
pada tahun kedua muncul koordiansi dari kedua kemampuan awal ini.
2. Tahap Praoperasional
Pada tahap ini cara “berfikir” anak-anak masih didominasi oleh cara bagaimana
hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berfikirnya masih kurang
operasional.
3. Tahap Operasional Konkret
Pada tahap ini anak-anak telah memahami konsep konvensi.Tahap ini dilalui
anak yang berusia sekitar tujuh sampai dengan menjelang sebelas tahun.
4. Tahap Operasional Formal
Pada tahap ini dilalui anak setelah anak berusia 11 tahun ke atas, anak-anak
sudah berfikir logis seperti halnya dengan orang dewasa. Mereka merumuskan
dan mengetes hipitesis-hipotesis yang rumit mereka berfikir abstrak dan
mereka menggeneralisasikan dengan menggunakan konsep yang abstrak, dari
satu situasi ke situasi yang lain (Morgan, 1986).
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak
Dalam kehidupan perkembangan anak, banyak faktor yang dapat mempengaruhi
jalannya perkembangan anak,mulai dari perkembangan tubuh anak hingga faktor
perkembangan bahasa anak yang biasanya mengalami permasalahan atau kendala
sehingga menjadikan anak mengalami keterlambatan komunikasi pada umumnya.
Faktor perkembangan bahasa anak dapat di sebabkan oleh banyak factor antaran
lain yaitu :
1. Tingkat pendidikan orang tua
7. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor dari kualitas pengasuhan anak.
Penelitian oleh NICHD menyimpulkan bahwa anak yang mendapatkan
pengalaman perawatan dengan kualitas yang tinggi secara konsisten menunjukkan
fungsi kognitif dan perkembangan bahasa yang lebih baik sepanjang tiga tahun
pertama kehidupannya. Penelitian Pancsofar dan Vemon-Feagans [15]
menemukan bahwa tingkat pendidikan orangtua mempunyai pengaruh yang
bermakna pada kemampuan bicara dan bahasa anaknya, sebab memberi dampak
pada pola bahasa dalam keluarga. Zadeh dan Bolter[16] menyatakan tingkat
pendidikan orangtua dan pola pikir orangtua yang tradisional yang bersifat negatif
seperti seorang anak harus mengikuti perintah orangtuanya tanpa boleh bertanya
atau mengharapkan kepatuhan sepenuh dari anaknya, memiliki hubungan yang
tinggi. Mereka menyimpulkan bahwa orangtua dengan tingkat pendidikan yang
rendah lebih cenderung untuk memiliki pola pikir tradisonal, sehingga bersikap
otoriter kepada anaknya yang nantinya akan menghambat perkembangan bahasa
dan bicara anak, dan selanjutnya mempengaruhi prestasi anak tersebut.[17]
2. Faktor ekonomi orang tua
Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi perkembangan bahasa pada
anak-anak seperti yang diungkapkan A family history of language and learning
problems, and low socioeconomic status are each associated with language
impairment.[18] Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa
dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal
dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa
dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini
terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar
(keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya),
atau kedua-duanya (Hetzer & Reindorf dalam E. Hurlock. 1956).
3. Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang
mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa dengan anak. Hubungan
yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi perkembangan bahasa anak,
sedangkan hubungan yang tidak sehat menakibatkan anak akan mengalami
kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang sehat
8. itu bisa berupa sikap orang tua yang keraskasar, kurang kasih sayang dan kurang
perhatian untuk memberikan latihan dan contohdalam berbahasa yang baik kepada
anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami stagnasi atau
kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-
kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau
tidak sopan.
4. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat,
karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta kelompok sosial dan
berkomunikasi dengan anggauta kelompok tersebut. Apabila pada usia dua tahun
pertama, anak mengalami sakit terus menerus, maka anak tersebut cenderungakan
mengalami kelambatan atau kesulitan dala perkembangan bahasannya.
5.Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus
dilihat dan didengar” merupakan hambatan belajar. Sedangkan pelatihan yang
memberikan keleluasan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.
2.4 Tahap Perkembangan Beragama Pada Anak
Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat
dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut:
1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Pada tahap ini anak-anak berumur 3-6 tahun konsep mengenai Tuhan banyak
dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama, anak
masih menggunakan konsep fantasi yang diikuti oleh dongeng-dongeng yang
kurang masuk akal. Cerita nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam
dongeng-dongeng. Menurut hasil penelitian Dr. Hanni mengindikasikan bahwa
kemampuan berpikir tentang konsep agama pada anak sangat sedikit, kalau tidak
dikatakan tidak ada artinya dan itu hanyalah khyalan dari fantasi dan emosinya.
Hal ini wajar karena konsep agama biasanya cukp rumit dan mengatasi daya
tangkap intelektual anak, sehingga jika terdapat penerimaan atau penolakan si
anak terhadap agama tentu bukan berdasarkan pada pemahaman intelektual, tetapi
ada alasan lain.
9. Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama dari pada
isi ajarannya. Cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-
anaknya karena sesuai dengan jiwa anak-anak dan mengungkapkan dengan cara
sendiri, pernyataan dan ungkapan tentang Tuhan lebih bernada individual,
emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.
2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
Tahap ini dimulai usia masuk sekolah (7 tahun ke atas), ide-ide tentang Tuhan
telah tercerminkan dalam konsep-konsep yang realistik dan biasanya muncul dari
lembaga agama atau pengajaran orang dewasa. Pada masa ini ide keagamaan anak
didasarkan atas emosinya. Berdasarkan hal ini anak mulai tertarik pada lembaga-
lembaga agama yang mereka lihat dan kerjakan oleh orang dewasa dalam
lingkungan mereka.
Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai ayah beralih pada
Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas
pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.
Tuhan merupakan keharusan untuk menerangkan sesuatu. Di samping itu terjadi
peningkatan pemikiran. Tuhan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk
alam semesta.
3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan
dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistik ini
terbagi menjadi tiga golongan berikut, di antaranya:
Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi
sebagian kecil fantasi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh luar.
Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandngan yang
bersifat personal (peorangan).
Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos
humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
10. 2.5 Faktor yang mempengaruhi perkembangan agama
Seperti halnya perkembangan aspek-aspek jiwa lainnya, perkembangan agama juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor eksternal tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu,
kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan.
Dalam hal ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menumbuhkembangkan fitrah beragama anak.
2. Faktor Teman Sejawat Atau Lingkungan Bermain
Saat anak bertambah usia dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan
anggota kelompok atau teman sebaya, teman-teman ini akan mempengaruhi
perkembangan agamanya.
3. Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program
sistematik dalam menjalankan bimbingan, pengajaran, dan latihan kepada
peserta didik agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya. Pengaruh
sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah
merupakan sustitusi dari keluarga dan guru-guru adalah subsitusi dari orang tua.
4. Faktor Perilaku atau Pribadi Orang Dewasa
Kualitas perkembangan kesadaran beragama bagi anak sangat bergantung juga
pada kualitas perilaku atau pribadi orang dewasa. Kualitas perilaku orang
dewasa yang kondusif bagi perkembangan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kesadaran beragama pada anak, misalnya:
a. Taat melaksanakan kewajiban agama seperti ibadah,
b. Harmonis dlam menjalin persaudaraan,
c. Saling menolong dan bersikap jujur,
d. Menghindarkan diri dari sikap dan perilaku yang dilarang agama seperti:
sikap permusuhan, saling curiga, munafik, mengambil hal orang lain
(mencuri, korupsi, dll), dan perilaku maksiat lainnya (berzina, berjudi, dan
minim minuman keras).
11. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa
merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa erat
kaitannya dengan perekembangan berfikir individu. Perkembangan berfikir individu
tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian,
menyusun pendapat dan menarik kesimpulan. Sedangkan, perkembangan merupakan
suatu proses yang pasti dialami setiap individu, perkembangan ini adalah bersifat
kualitatif dan berhubungan dengan kematangan serta sistematis. Perkembangan bahasa
pada anak sangatlah penting karena melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan
pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial.
Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator
kesuksesan seorang anak.
Manusia mempunyai kebutuhan yang berdampak pada kejiwaannya. Terdapat
enam unsur kebutuhan sebagaimana yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat (1990:
76-98), yaitu kebutuhan akan rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas,
rasa sukses, dan rasa ingin tahu. Ada pula keinginan dasar yang menjadi sumber jiwa
beragama yang diungkapkan oleh Thomas (1969), yaitu keinginan untuk keselamatan,
mendapat penghargaan, untuk ditanggapi, dan memiliki pengetahuan yang baru. Setiap
anak wajib menerima pengajaran agama sejak dini. Sehingga ke depannya terwujud
generasi yang beragama agar tidak ada lagi manusia yang dewasa tanpa agama.
12. DAFTAR PUSTAKA
Sumantri , Mulyani, syaodiah, nana. Perkembangan Peserta Didik.
Universitas terbuka: Jakarta.
Setyawati, Nanik. 2009. Teori Balajar Bahasa. Semarang. IKIP PGRI
Semarang
Gultom. Syawal. Modul Bahasa Indonesia : Karakteristik perkembangan
anak. Jakarta: pusat pengembangan profesi pendidik.
Hurlock, Elizabeth B.1990. Perkembangan Anak, Jilid 2. Alih bahasa dr.
Med. Meitasari Tjandrasa.Jakarta: Erlangga.
Sumantri, Mulyani, dan Nana Syaodih. 2007. PerkembanganPeserta Didik.
Cet. XVII. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono. 1990. PerkembanganPeserta Didik.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Rineka Cipta.
Yusuf, Samsyu. 2006. Psikologi PerkembanganAnakdan Remaja.
Bandung: RosdaKarya