2. Defenisi Konflik
1. Dua pihak atau lebih yang terlibat.
2. Terlibat dalam Tindakan saling memusuhi.
3. Menggunakan Tindakan kekerasan yang bertujuan
menghancurkan, melukai, dan menghalang-
halangi lawannya.
4. Interaksi yang bertentangan ini bersifat terbuka
sehingga bisa dideteksi dengan mudah oleh
pengamat yang independen.
(Ted Robert Gurr)
3. PENYEBAB KONFLIK
1. Terjadi karena adanya keinginan manusia untuk menguasai
sumber-sumber dan posisi yang langka (resource and position
scarcity).
2. Dalam hal ini, Galtung menyebutkan bahwa konflik/situasi konflik
terjadi karena adanya tiga unsur yaitu Affection, Behaviour,
contradiction.
Affection/Afeksi
(Persepsi, Nilai,
Sudut Pandang,
Budaya,dsb)
Contradiction
Sbg Akumulasi
Dari Affection +
behaviour
Behavior.
Perilaku
Positio
n/
posisi
Needs/
kebutuhan
Interest
4. KONFLIK POSITIF ATAU NEGATIF?
• Karena berhubungan dengan sikap alamiah manusia dan
bersinggung dengan kebutuhan dasar manusia maka konflik
adalah hal yang alamiah (tidak dapat dihilangkan).
• Yang bisa dilakukan bukan menghilangkan konflik –
melainkan mengelola konflik (ada banyak tahapan,
management, conflict settlement, conflict resolution dan
conflict transformation).
• Tahapan pengelolaan konflik ini perlu disesuaikan dengan
tahapan konflik dan kedalaman akar konflik.
5. SUDUT PANDANG KONFLIK
Setiap pihak yang berkonflik mempunyai tiga sudut pandang dalam
melihat konflik
1. Adversarial lense (paling banyak terjadi dimana pihak yang
berkonflik melihat lawan sebagai us-versus-them, selalu ada
pemenang dan yang kalah)
2. Reflective lens (dimana actor lebih banyak merefleksikan
kebutuhannya dalam rasa sakit dan penderitaan. Disini pada
umumnya actor belum bisa secara spesifik mendefinisikan
kebutuhannya – kondisi emosional yang menguasai)
3. Integrative lens (dimana actor yang berkonflik sudah bisa
memetakan kebutuhannya dan memahami kebutuhan lawan.
Dengan kondisi ini umumnya, pihak yang berkonflik akan mulai
secara rasional mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang
6. PENYELESAIAN KONFLIK
• Penyelesaian Konflik adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau
menghilangkan konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang
terlibat di dalam konflik.
• Mengapa penyelesaian konfik penting!
a. Semakin mendalamnya konflik yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara
pihak-pihak yang berkonflik
b. Semakin meluasnya konflik – hilangnya hubungan harmonis.
Dua cara penyelesaian konflik adalah persuasive dan koersif
Mana yang efektif menurut kalian?
7. KONSENSUS
• Terjadi apabila tercipta kesepakatan dalam hubungan antara dua orang/pihak
atau lebih.
• Konsensus tercapai – terjadi penyelesaian konflik (conflict resolution) berhasil
dicapai. Oleh karena itu konsensi adalah substansi penyelesaian konflik.
• Konsensus terjadi apabila pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi berhasil
mencapai titik temu, yaitu pendapat yang sama sehingga tidak ada masalah
dalam hubungan social tersebut dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
sama-sama mendapat keuntungan/manfaat yang wajar dari hubungan tadi.
• Dalam hal ini, Konsensus disebut dengan Kompromi (Duverger).
8. TAWAR-MENAWAR (BARGAINING)
• Prinsip dasar dalam consensus (mufakat/aklamasi) adalah dibukanya kemungkinan di
dalam diri setiap pihak yang berkonflik untuk mengadakan perubahan-perubahan
terhadap pendapat yang dianutnya dengan bersedia menerima bagian-bagian dari
pendapat pihak lain yang menjadi lawannya dalam konflik.
• Bargaining menjadi cara untuk mengurangi tuntutan sendiri dan menerima
tertentu dari tuntutan pihak lain.
Apakah consensus menjadi penentu resolusi
konflik dalam negara demokrasi?
9. MODEL KONSENSUS
1. Konsensus Pendapat Internal
2. Konsensus Pendapat Dominan
3. Konsensus Pendapat Luar
4. Konsensus Gabungan
10. KURVA
KONFLIK
Stable peace / basic
order
differentiatio
n
Polarization/segregatio
n
Open
conflict
Peace keeping/
termination
Post Conflict –
peace building –
conflict resolution
Peace making/
manajemen konflik
Peace enforcement/
mitigasi konflik
Pada masa damai
dilaksanakan pencegahan
konflik
Stable peace / basic
order/ laten conflict
t Prevention/
gahan konflik
Peace settlement
11. EARLY STAGE CONFLICT
• Ini merupakan tahapan awal yang meliputi kondisi stabil (stable peace), differentiation,
segregation/polarization, open conflict.
• Differentation atau kontradiksi adalah kondisi dimana masing-masing actor/ kelompok
mulai memiliki adversarial lense (adanya kontradiksi atau benturan kebutuhan,
kepentingan. (perhatikan juga pengaruh attitude)
• Polarization artinya pada tahapan ini mulai terbentuk identitas kelompok yang kuat,
adanya pengkotakan-kotakan, diluar kelompok kita adalah musuh. Adanya berbagai
kepentingan disatukan dengan satu identitas meskipun demikian masing-masing
kelompok lebih didominasi dengan pain atau hurt (lebih emosional – rasionalitas
rendah)
12. EARLY STAGE CONFLICT
• Tahap puncak adalah open conflict – war. Manifestasi konflik akan mengarah pada
violence (manifestasinya lebih banyak ke direct violence yang destruktif).
• Pada tahapan early stage conflict – aktor2 umumnya melakukan beberapa tahapan
penyelesaian konflik di setiap tahapan konflik.
Pencegahan konflik dilakukan pada masa damai hingga differentiation, dan segregation
(unstable peace). Pada masa ini belum terjadi konflik riil, manifestasi cenderung laten tapi
potensi kekerasan besar.
• Pencegahan konflik dilakukan dengan memberikan edukasi, sosialisasi, pelatihan mediasi
dan negosiasi, hingga membentuk forum/komunitas sebagai ruang dialog dan
pertemuan. (pada tahapan peran actor keamanan diminimalisir untuk meredakan tensi
atau kecurigaan)
• Membangun Sistem peringatan dini konflik di daerah rawan konflik (iniyang masih
minim- seharusnya melibatkan semua lini- pelibatan akademisi dan masyarakat minim.
Semua bergantung pada intel kepolisian)
13. EARLY STAGE CONFLICT
• Conflict Management – peace making (pra open conflict) – meliputi limitasi (pembatasan),
mitigasi dan pembendungan konflik.
• Pada tahapan ini actor keamanan dipersilahkan untuk masuk dalam arena konflik, namun
secara terbatas. Masuknya actor keamanan untuk memberikan warning dan mengingatkan
kembali aturan main (conflict regulation).
• Pembendungan konflik dilakukan dengan melakukan karantina terhadap wilayah yang
terdampak konflik – jika terjadi konflik terbuka. Dengan harapan kekerasan tidak meluas.
Dalam hal ini biasanya actor keamanan akan mengadakan dialog, patrol, pemberlakuan jam
malam dan pembatasan aktivitas
• Hal Penting! Conflict management tidak menyelesaikan akar permasalahan tapi bertujuan
menunda atau menghentikan potensi kekerasan dari konflik.
14. LAST STAGE
• Kondisi ini adalah anti klimaks dari kurva konflik (de-eskalasi konflik).
• Ditandai dengan menurunnya tingkat kekerasan (pemicu konflik) meskipun dampak
konflik (destruktif) sudah tampak.
• Peace enforcement – didominasi dengan kinerja apparat keamanan untuk menetapkan
buffer zone (zona penyangga) yang mampu membendung/mengalihkan potensi
konflik dengan harapan konflik tidak meluas. Tahapan ini juga didominasi oleh mitigasi
konflik
• Aktor utama pada tahapan ini adalah actor keamanan (kepolisian) – berupaya
memutus mata rantai konflik dan memberikan ruang pada actor non-keamanan
memberikan suplai pada daerah/ kelompok terdampak.